T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tato sebagai Simbol Identitas Wanita di Komunitas Salatiga Seni Radjah T1 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah
Nilai dari suatu symbol atau bahasa Non-Verbal yang digunakan oleh berbagai

suku dan adat istiadat masyarakat Indonesia sejak zaman nenek moyang, yang bahkan
sampai sekarang masih banyak untuk dipelajari dan dipahami kembali makna dan
artinya. Ragam budaya membuat masyarakat harus lebih mengenal dan memahami
masing-masing suku budaya berkomunikasi secara Non-Verbal melalui media yang
berbeda-beda, bahkan dengan media yang relatif sama pun terkadang memiliki
makna, serta penyampaian pesan yang berbeda.
Salah satu media komunikasi Non-Verbal yang unik dan menarik adalah seni
ukir badan (tato). TATO atau seni rajah tubuh dari masa ke masa terus mengalami
perubahan nilai. Menurut James Cook yang dikutip dari Kirana (2010), dalam
ekspedisinya di tahun 1769 terdapat beberapa seni rajah tubuh tradisional di dunia,
yaitu Siberia (300 SM), Inggris (54 SM), Indian Haida di Amerika , suku-suku di
Eskimo, Hawai, dan kepulauan Marquesas. Budaya rajah ini juga ditemukan pada


suku Rapa Nui dikepulauan Easter , suku Maori di Selandia Baru. Di Indonesia, seni
tato sudah dimulai dalam tradisi masyarakat ratusan tahun lalu. Ketika itu, tato adalah
simbolistis atas makna tertentu

1

Jika pada jaman dahulu tato hanya digunakan sebagai pelengkap kebudayaan, kini
tato sudah mengalami perubahan pesat. Berbagai macam tema, mulai dari gambar,
simbol, tulisan inisial sampai nama, bahkan replika foto dituangkan pada bagian atas
kulit tubuh menjadi karya seni yang cukup indah. Oleh karena itu kini tato pun
digunakan sebagai media komunikasi secara non-verbal untuk menyampaikan makna
atau pesan tertentu.
Dari sisi komunikasi, penelitian terhadap pemaknaan tato oleh wanita bertato
sangat menarik untuk dilakukan. Penelitian dapat dilakukan dengan mengkaji
bagaimana pemaknaan dan faktor-faktor yang mendorong ketertarikan terhadap tato
yang dilakukan oleh wanita bertato. Pendekatan dengan metode kualitatif dirasakan
oleh penulis sesuai untuk penelitian ini karena penelitian yang dilakukan berkaitan
dengan dinamika kehidupan manusia, yaitu pemaknaan dan interaksi yang dilakukan
oleh manusia. Semiotika merupakan pendekatan yang sesuai untuk melakukan kajian
terhadap hal ini. Penulis menggunakan semiotika untuk menafsirkan symbol dan

makna yang dilakukan oleh wanita berato terhadap tato.
Penelitian Kirana (2010), dengan judul “Tato Sebagai Identitas Sosial”,
menemukan bahwa tato macan didalam sebuah paguyuban Manunggal Sejati Ning
Panguripan adalah sebuah bentuk kekerasan yang tidak ingin ditunjukkan kedalam
sebuah perilaku kekerasan dan tato dijadikan sebuah wadah untuk mengekang
kekerasan tersebut. Tato di paguyuban ini juga merupakan proses munculnya sebuah
identitas yang ditemukan dalam sebuah paguyuban Manunggal Sejati Ning
2

Panguripan yaitu identitas seduluran, dan Identitas masa lalu. Disisi lain penelitian ini
menemukan bahwa atribut dan simbol yang digunakan adalah mori sebagai lambing
sebuah kesucian jiwa, lambang seduluran, dan tato macan kumbang. Kesemua hal itu
yang menandakan sebuah paguyuban ini dengan paguyuban yang lainnya. Penelitian
ini akan mengadopsi penelitian Kirana (2010), untuk membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya terletak pada obyek yang diteliti. Penelitian ini akan
mengambik objek wanita bertato sebagai sebuah identitas sosial.
Saat ini, wanita yang mentato tubuh tidak jarang untuk ditemukan. Sebagian
dari mereka bahkan menggunakan pakaian yang cenderung memperlihatkan tato
mereka. Menurut Kassandra (Aldy, 2007), wanita bertato cenderung mengarah tipikal
wanita yang eksibisionis. Kebanggaan dan keinginan menampilkan tato yang ada di

bagian tertentu tubuhnya, termasuk kategori eksibisionis. Seolah wanita bertato ingin
memperlihatkan sisi kelembutannya dengan mewujudkan sebuah tato yang indah.
Hasil penelitian Sanders (2008) mengungkapkan tentang lokasi tubuh tato pertama,
responden pria paling banyak menerima tato pertama mereka di lengan atau tangan
(71%), sedangkan responden wanita paling banyak menerima tato pertama mereka di
dada (35%).
Dewi (2013), menyebutkan bahwa motivasi wanita untuk mentato tubuhnya
bervariasi, dari sekedar iseng, apresiasi terhadap keindahan seni, sampai sebagai
bentuk protes. Seperti wawancara awal terhadap ketua Komunitas Salatiga Seni
Radjah yang mengatakan “beberapa anggota kami adalah perempuan, mereka
3

menggunakan tato banyak jenisnya, rata-rata mereka menato tubuhnya di dada
punggum sengan gambar bunga mawar dan tulisan.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis berusaha mengkaji fenomena tato
sebagai symbol identitas wanita. Pengambilan obyek wanita bertato, karena saat ini
tidak hanya laki-laki yang menggunakan tato namun dapat dijumpai banyak wanita
yang memiliki tato, dan hal ini yang meyebablan peneliti tertarik untuk meneliti
alasan kenapa wanita memiliki tato ditubuhnya apakah itu sebagai seni atau untuk

mengungkapkan identitas wanita tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti
akan menuangkannya ke dalam sebuah karya ilmiah dalam bentuk tulisan dengan
judul “Tato Sebagai Simbol Identitas Wanita di Komunitas Salatiga Seni Radjah”.

1.2

Rumusan Masalah
Rumusan penelitian ini adalah:
1) Seperti apa persepsi tattoo yang dimiliki wanita di Komunitas Salatiga Seni
Radjah sebagai identitas sosial?
2) Seperti apa bentuk tattoo yang dimiliki wanita di Kumunitas Salatiga Seni
Radjah bentuknya sama atau tidak?

4

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk:

1) Untuk mengetahui persepsi tattoo yang dimiliki wanita di Komunitas Salatiga
Seni Radjah sebagai identitas sosial
2) Mengetahui bentuk tato yang dimiliki wanita di Kumunitas Salatiga Seni
Radjah

1.4

Manfaat Penelitian

1.

Manfaat Teoritis
Secara ilmu komunikasi non verbal, penelitian di harapkan mampu menambah

wacana dalam ilmu komunikasi khususnya studi kualitatif. Hingga saat ini penelitian
tentang komunikasi non-verbal masih sangat minim. Penelitian ini dapat membantu
memahami persoalan-persoalan yang berkaitan dengan dunia tato sebagai ajang untuk
bekomunikasi dan mengekspresikan diri pemakainya terutama wanita yang memiliki
tato.
2.


Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat memberikan dan menambah pengetahuan bagi pembaca

mengenai perkembangan fungsi, tujuan dan hakekat tato di era modern sebagai
identitas. Selain itu penelitian ini juga diharapkan.

5

1.5

Batasan Penelitian
Peneliti hendak membatasi masalah penelitian yaitu hanya mencoba

mendiskripsikan pandangan menurut wanita bertato tentang pengertian dan makna
tato bagi dirinya sendiri sebagi sebuah identitas.

6