Politik Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Analisis: PT. Toba Pulp Lestari, Toba Samosir)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang terlahir dengan berbagai
potensi sumber daya alam yang berlimpah. Oleh karena itu negara Indonesia
melalui
pemerintah
mengeluarkan
peraturan
yang
mengatur
tentang
pengelolaan potensi sumber daya alam tersebut. Peraturan itu tertuang dalam
Undang-Undang Dasar pasal 33 ayat 2 dan 3 yang berbunyi “2. Cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara. 3. Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesarsebesarnya untuk kemakmuran rakyat.” Melalui peraturan ini, Indonesia
berupaya memaksimalkan pengelolaan potensi yang ada secara maksimal demi
kesejahteraan rakyat.
Pengelolaan terhadap sumber daya alam ini tentu memerlukan
perusahaan-perusahaan yang harus terlibat dalam kegiatan produksi.Secara
umum pengelolaan sumber daya alam di Indonesia sampai saat ini lebih
didasarkan
pada
upaya
memenuhi
kebutuhan
investasi.
Hal
ini
mendeskripsikan bahwa pengelolaan sumber daya alam lebih dipandang dan
dipahami hanya sebagai konteks Economic Sense dan belum mengarah pada
Ecological and Sustainable Sense.Berdasarkan prinsip ekonomi klasik yang
Universitas Sumatera Utara
berusaha meningkatkan laba sebesar-besarnya dengan menekan pengeluaran
seminimal mungkin, perusahaan cenderung lupa untuk mengarahkan orientasi
pencitraan perusahaan terhadap masyarakat sekitar melalui program Corporate
Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Perusahaan sebagai entitas badan hukum harus menyadari akan
perlunya melakukan adaptasi sosio-kultural dengan lingkungan dimana ia
berada. Oleh karena itu tanggung jawab sosial perusahaan yang selama ini
masih dianggap hanya sebagai program kesukarelaan seharusnya berubah
menjadi sebuah prinsip keharusan/kewajiban.Hal ini selaras dengan amanat
Undang-Undang Dasar pasal 33 pada ayat selanjutnya yakni ayat 4 yang
berbunyi
“Perekonomian
nasional
diselenggarakan
berdasarkan
atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan,kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.Dengan demikian
tanggung jawab sosial perusahaan agaknya menjadi cerminan dari prinsip
demokrasi ekonomi sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia menjadi
negara yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Konsep ini sering disebut
sebagai Welfare State. Oleh karena itu tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan perpaduan antara konsep sosialis dan kapitalis yang tidak dapat
dipisahkan.
PT. Toba Pulp Lestari (TPL)sebelumnya bernama PT. Inti Indorayon
Utama (PT IIU atau Indorayon), didirikan pada 26 April 1983 di Sosor Ladang,
Universitas Sumatera Utara
Porsea, Kabupaten Tobasa. PT. TPL bergerak di bidang industri pabrik bubur
kertas. Untuk menjalankan proses produksinya perusahaan membutuhkan
bahan baku berupa kayu. Untuk itu perusahaan mengeksplorasi hutan-hutan
yang adadi daerah sekitar Daerah Tapanuli. Namun pengambilan kayu-kayu
tersebut memunculkan permasalahan baru terhadap masyarakat sekitar.
Masyarakat menuntut PT. Toba Pulp Lestari telah merusak lingkungan dengan
penebangan pohon dan membuang limbah dengan sembarangan. Tekanan
masyarakat ini akhirnya membuat PT. Inti Indorayon Utama (Toba Pulp
Lestari) sempat berhenti beroperasi.Sebelum akhir tahun 2003 PT. Indorayon
beroperasi kembali dan namanya diganti menjadi PT. Toba Pulp Lestari. PT.
TPL membuat perubahan dalam meningkatkan manajemen terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sudah diamanatkan
melalui Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 74 yaitu
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan, (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.
Peran pemerintah dalam tanggung jawab sosial perusahaandibagi ke dalam
empatkategori yaitu mandatory(peranlegislasi), facilitating(misal:petunjuk
Universitas Sumatera Utara
dalam
hal
kontenpelaporan
tanggung
jawab
sosial
perusahaan),partnering(proses penguatan kerjasama dengan multi-stakeholder),
dan endorsing(publikasidan pemberian penghargaan)
1
.Pertama, peran
mandatingadalah ketika pemerintah secara legal memberikanmandat melalui
undang-undang atau peraturan pemerintah sehingga pemerintah dapat
melakukan pengawasan dari segi pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan
baik evaluasi laporan maupun melakukancross checkterhadap isi laporan.
Kedua adalah facilitatingketika pemerintah memberikan suatu rujukan dalam
pelaksanaan maupun pelaporan dan penyebarluasan informasi tanggung jawab
sosial perusahaan. Ketiga adalahpartneringyang mana pemerintah terlibat
dalam proses promosi inisiatif kerjasama multi-stakeholder atau kerjasama
dengan masing-masing perusahaan.Dengan kata lain pemerintah dapat menjadi
fasilitator dialog antar pemangku kepentingan. Keempat adalah peran
endorsing dalam hal pelaporan program tanggung jawab sosial perusahaan
melalui usaha yang positif dalam kerangka transparansi (misal: pemberian
penghargaan maupun sanksi)
Berdasarkan uraian diatas maka judul dari penelitian ini adalah
“PolitikTanggung Jawab Sosial Perusahaan,Studi Analisis: PT Toba Pulp
Lestari, Toba-Samosir ”
1
O’Rourke, D. 2004. Opportunities and Obstacles for Corporate Social Responsibility Reporting in
Developing Countries. The World Bank and International Finance Corporation
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah bentuk program tanggung
jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PT. Toba Pulp Lestariserta
sejauh mana peran pemerintah dalam program tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilaksanakan oleh PT. Toba Pulp Lestari“
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Untuk
mendeskripsikan
program
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
yang
dilaksanakan oleh PT. Toba Pulp Lestari sertasejauh mana peran pemerintah
dalam program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PT.
Toba Pulp Lestari.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan
berpikir penulis dalam membuat suatu karya tulis ilmiah serta memberikan
pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri tentang program tanggung
jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PT. Toba Pulp
Lestariserta sejauh mana peran pemerintah dalam program tanggung jawab
sosial perusahaan PT. Toba Pulp Lestari.
Universitas Sumatera Utara
2.
Secara Praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan
tentang program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan
oleh PT. Toba Pulp Lestari serta sejauh mana peran pemerintah dalam
program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Toba Pulp Lestari.
3.
Secara Akademis, penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang politik khususnya dalam kajian program
tanggung jawab sosial perusahaan.
E. Kerangka Teori
Dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, maka kerangka dasar
pemikiran yang bertitik tolak dari teori merupakan bagian yang sangat penting
karena dalam kerangka teori membantu ketajaman analisis akan masalah yang
akan diteliti dan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana masalah penelitian akan disoroti2. Kerangka teori kemudian akan
digunakan sebagai landasan berfikir dalam penelitian. Teori dalam penelitian
merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang
mengikuti aturan-aturan-aturan tertentu yang akan dihubungkan secara logis
dengan data yang lain untuk diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk
meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati3.
2
3
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Bidang Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hal. 39
Boleong, L. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal. 34-35
Universitas Sumatera Utara
E.1Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Menurut
Luk
Dkk
mengatakan
bahwa
stakeholderadalah
semua
pihak,internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi
olehperusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung 4 . Dengan
demikian,
stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti : pemerintah,
perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkunganinternasional, lembaga
diluar perusahaan (LSM dan sejenisnya),lembaga pemerhati lingkungan, para
pekerja perusahaan, kaumminoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya
sangatmempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan.
Hal pertama mengenai teori stakeholderadalah bahwastakeholderadalah
sistem yang secara eksplisit berbasis padapandangan tentang suatu organisasi
dan lingkungannya, mengakuisifat saling mempengaruhi antara keduanya
yang kompleks dandinamis. Hal ini berlaku untuk kedua varian teori
stakeholder,varian
pertama
berhubungan
langsung
dengan
model
akuntabilitas.Stakeholderdan organisasi saling mempengaruhi, hal ini
dapatdilihat dari hubungan sosial keduanya yang berbentukresponsibilitas dan
akuntabilitas. Oleh karena itu organisasimemiliki akuntabilitas terhadap
stakeholdernya. Sifat dariakuntabilitas itu ditentukan dengan hubungan antara
stakeholder dan organisasi.
4
Hadi, Nur. 2011. Corporate Social Responsibility edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. hal 93
Universitas Sumatera Utara
Varian dari kedua teori stakeholderberhubungan mengenaiemprical
accountability. Teori stakeholdermungkin digunakandengan ketat dalam
suatu organisasi arah terpusat (centered-way organization). Pada hakikatnya
stakeholder theory mendasarkan diri pada asumsi, antara lain 5 :
1. The corporation has relationship many constituentygroups
(stakeholders) that effect and are affected by itsdecisions.
2. The theory is concerned with nature of these relationship in terms
of both processes and outcomes for the firm andits stakeholder.
3. The interest of all (legitimate) stakeholder have intristicvalue, and
no set of interest is assumed to dominate theothers.
4. The theory focuses on managerial decission making.
Berdasarkan asumsi stakeholder theory, maka perusahaantidak dapat
melepaskan diri dari lingkungan sosial. Perusahaanperlu menjaga legitimasi
stakeholder
serta
mendudukkannya
dalamkerangka
kebijakan
dan
pengambilan keputusan sehingga dapatmendukung pencapaian tujuan
perusahaan, yaitu stabilitas usahadan jaminan going concern 6.
E.2 Teori Legimitasi (Legitimacy Theory)
Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam
rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu dapat dijadikan sebagai
wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan
5
6
Ibid, hal. 94
Ibid, hal. 95
Universitas Sumatera Utara
upaya memposisikan diri ditengah lingkungan masyarakat yang semakin
maju. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatuyang diinginkan atau
dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan
manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup
(going concern)7. Legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang
berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah,
individu, dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang
mengedepankan keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus
kongruen
dengan
harapan
masyarakat.
Suatu
organisasi
mungkin
menerapkan empat strategi legitimasi ketika menghadapi berbagai ancaman
legitimasi. Oleh karena itu, untuk menghadapi kegagalan kinerja perusahaan
(seperti kecelakaan yang serius atau skandal keuangan) organisasi mungkin:
1. Mencoba untuk mendidik stakeholdernya tentang tujuanorganisasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
2. Mencoba untuk merubah persepsi stakeholder terhadap suatu
kejadian (tetapi tidak merubah kinerja aktual organisasi).
3. Mengalihkan (memanipulasi) perhatian dari masalah yang menjadi
perhatian (mengkonsentrasikan terhadap beberapa aktivitas positif
yang tidak berhubungan dengan kegagalan-kegagalan).
4. Mencoba untuk merubah ekspektasi eksternal tentangkinerjanya.
7
Ibid, hal. 87
Universitas Sumatera Utara
Teori legitimasi dalam bentuk umum memberikan pandangan yang penting
terhadap praktek pengungkapan sosial perusahaan. Kebanyakan inisiatif
utama pengungkapan sosial perusahaan bisa ditelusuri pada satu atau lebih
strategi legitimasi misal, kecenderungan umum bagi pengungkapan sosial
perusahaan untuk menekankan pada poin positif bagi perilaku organisasi
dibandingkan dengan elemen yang negatif.
E.3 Teori Kontrak Sosial (Social Contract Theory)
Teori ini muncul karena adanya interelasi dalam kehidupansosial
masyarakat, agar terjadi keselarasan, keserasian, dankeseimbangan, termasuk
dalam lingkungan. Perusahaan yangmerupakan kelompok orang yang
memiliki kesamaan tujuan danberusaha mencapai tujuan secara bersama
adalah bagian darimasyarakat dalam lingkungan yang lebih besar.
Keberadaannyasangat ditentukan oleh masyarakat, di mana antara keduanya
salingmempengaruh-dipengaruhi.
Untuk
itu,
agar
terjadi
keseimbangan(equality), maka perlu kontrak sosial baik secara tersusun
baiksecara
tersurat
maupun
tersirat
sehingga
terjadi
kesepakatan-
kesepakatanyang saling melindungi kepentingan masing-masing.Social
Contract dibangun dan dikembangkan, salah satunyauntuk menjelaskan
hubungan
antara
perusahaan
terhadapmasyarakat
(society).
Di sini,
perusahaan atau organisasi memilikikewajiban pada masyarakat untuk
memberi manfaat bagimasyarakat. Interaksi perusahaan dengan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
akan selaluberusaha untuk memenuhi dan mematuhi aturan dan normanormayang
berlaku
di
masyarakat
sehingga
kegiatan
perusahaan
dapatdipandang legitimate 8. Dalamperspektif manajemen kontemporer, teori
kontrak sosial menjelaskan hak kebebasan individu dan kelompok, termasuk
masyarakat yang dibentuk berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang saling
menguntungkan anggotanya. Hal ini sejalan dengan konsep legitimacy theory
bahwalegitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara
keberadaan perusahaan yang tidak menganggu atau sesuai (congruence)
dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan 9.
Kelangsungan hidup dan kebutuhan masyarakat, kontrak sosialdidasarkan
pada 10 :
1. Hasil akhir (output) yang secara sosial dapat diberikan kepada
msayarakat luas.
2. Distribusi manfaat ekonomis, sosial, atau pada politik kepada
kelompok sesuai dengan kekuatan yang dimiliki.
Mengingat output perusahaan bermuara pada masyarakat, serta tidak adanya
power institusi yang bersifat permanen, maka perusahaan membutuhkan
legitimasi. Disini, perusahaan harus melebarkan tanggungjawabnya tidak
hanya sekedar economic responsibility yang lebih diarahkan kepada
shareholder (pemilik perusahaan), namun perusahaan harus memastikan
8
Ibid, hal. 96
Ibid, hal. 97
10
Ibid, hal. 98
9
Universitas Sumatera Utara
bahwa kegiatannya tidak melanggar dan bertanggung jawab kepada
pemerintah yang dicerminkan dalam peraturan dan perundang-undanganyang
berlaku (legal responsibility). Di samping itu, perusahaan juga tidak dapat
mengesampingkan tanggung jawab kepada masyarakat yang dicerminkan
lewat tanggung jawab dan keberpihakan pada berbagai persoalan sosial dan
lingkungan yang timbul (societal respobsibility)
E.4Ekologi Politik
Di Negara-negara Dunia Ketiga, permasalahan lingkungan yang
berujung pada terjadinya konflik (ekologi politik) tidak dapat dilepaskan dari
peran serta aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Actor approach sebagai
salah satu pendekatan dalam studi ekologi politik di Negara Dunia Ketiga
merupakan pendekatan yang sering digunakan dalam mengkaji konflik
berbasis lingkungan yang kerap terjadi di Negara Dunia Ketiga. Pendekatan
ini dapat memberikan gambaran secara komprehensif mengenai fenomena
konflik ekologi politik di Negara Dunia Ketiga beserta kepentingankepentingan yang melatarbelakangi tindakan para aktor tersebut serta dengan
kekuasaan yang dimiliki masing–masing aktor. Dengan demikian konflik
ekologi bisa dikatakan juga merupakan sebuah fenomena konflik kepentingan
antara aktor–aktor yang terkait terutama akan cara pandang dan perilaku
mereka terhadap lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Di sisi lain, dengan adanya interkonektivitas maupun interdisipliner
dalam kajian ekologi politik, kepentingan-kepentingan yang mendasari aksi
tiap–tiap aktor akan semakin jelas terlihat. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa kajian ekologi politik tidak berdiri sendiri dalam suatu ruang yang
vakum, dimana kajian ini tidak semata–mata berdiri sendiri tanpa adanya
kontribusi dari kajian–kajian sosial lainnya. Tanpa adanya interkonektivitas
dan interdependensi dalam kajian ekologi politik akan sulit untuk melakukan
analisa mengenai kepentingan dibalik layar para aktor–aktor tersebut
sehingga dapat menyebabkan sebuah konflik ekologi politik karena hingga
saat ini lingkungan tidak hanya dipandang sebagai sebuah entitas tersendiri,
tapi lingkungan memiliki makna dan nilai yang berbeda–beda bagi tiap–tiap
aktor yang terlibat dalam konflik. Makna maupun nilai yang berbeda–beda itu
hanya dapat dijelaskan melalui adanya interkonektivitas dalam kajian ekologi
politik ini.
Perhatian akan adanya hubungan kekuasaan juga tidak akan terlepas
dari kajian ekologi politik ini. Kekuasaan membawa pengaruh juga pada
besarnya atau seberapa jauhnya tindakan maupun aksi yang dilakukan oleh
masing–masing aktor dalam konflik untuk mencapai kepentingan masing–
masing. Tentu saja hubungan kekuasaan yang terjadi tidak akan lepas dari
konteks politik masing–masing aktor.Ekologi politik muncul ketika para ahli
lingkungan mulai mengandalkan konsep-konsep ekonomi politik yang berasal
dari kepedulian strukturalis dan materialis. Pendekatan yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
membantu mengungkapkan kaitan-kaitan antara dinamika lingkungan
setempat dengan proses politik dan ekonomi yang lebih luas. Terobosan
analitis ini memungkinkan para ahli ekologi politik untuk menelusuri dengan
teliti, misalnya, kaitan-kaitan antara masalah degradasi tanah setempat dan
masalah-masalah lebih luas seperti kemiskinan, keterbelakangan, hubungan
neo-kolonial, dan marjinalisasi politik dan ekonomi. Berangkat dari ranah
studi pembangunan kritis (critical development studies), studi ekologi politik
menilai bahwa keputusan pengelolaan sumber daya alam tidak bisa dipahami
hanya dari sudut pandang teknis yang memprioritaskan efisiensi.
Menurut pendapat Adams dalam bukunya Green Development,
‘kehijauan’ dari perencanaan pembangunan akan ditemukan bukan dalam
kepeduliannya dengan ekologi atau lingkungan di dalam dirinya, tetapi dalam
keprihatinannya dengan masalah pengendalian, kekuasaan, dan kedaulatan 11.
Penemuan-penemuan utama teori ekologi politik mengutarakan bahwa polapola pengembangan sumber daya muncul dari interaksi antara sistem alam
(misalnya kualitas, kuantitas, dan lokasi air) dan sistem sosial (misalnya
penyebaran kekuasaan ekonomi, sosial, dan politik didalam suatu
masyarakat). Ekologi politik mencoba untuk menelusuri empat hal, yakni (a)
bagaimana struktur sosial dan alam saling menentukan, dan bagaimana
keduanya membentuk akses terhadap sumber daya alam, (b) bagaimana
konsep alam dan masyarakat yang telah dikonstruksi menentukan interaksi
11
Adams, W. 1990. Green Development. London:Routledge. hal. 253
Universitas Sumatera Utara
manusia dengan lingkungan, (c) koneksi antara akses dan kontrol atas sumber
daya dan perubahan lingkungan, (d) hasil sosial dari perubahan lingkungan.
E.5TanggungJawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
Tanggung jawab sosial perusahaan muncul pada masa revolusi
industri. Kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai
organisasi yang mencari keuntungan belaka. Mereka memandang bahwa
sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan
lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan
pembayaran pajak kepada negara. Seiring dengan berjalannya waktu,
masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan
jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggungjawab
secara sosial. Selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha
dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan operasional perusahaan umumnya
juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan
rusaknya lingkungan disekitar operasi perusahaan.Inilah yang kemudian
melatarbelakangi munculnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan semakin terasa pada tahun 1960-an
dimana secara global, setelah Perang Dunia II berakhir, ada banyak negara
yang mulai menapaki jalan menuju perbaikan ekonomi.Tanggung jawab
sosial perusahaan merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep
good
corporate
governance,
sebagai
suatu
entitas
bisnis
yang
Universitas Sumatera Utara
bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungannya, perusahaan harus
bertindak sebagai good citizen yang merupakan tuntutan dari good business
ethics.Terdapat lima prinsipgood corporate governance yang dijadikan
pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu Keterbukaan Informasi, Akuntabilitas,
Pertanggungjawaban,Kemandirian, Kesetaraan dan Kewajaran. Dari kelima
prinsip diatas prinsip responsibility merupakan prinsip yang mempunyai
kekerabatan paling dekat dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam
prinsip ini, penekanan yang signifikan diberikan kepada para stakeholder
perusahaan. Melalui penerapan prinsip ini diharapkan perusahaan dapat
menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali ia menghasilkan
dampak eksternal yang harus ditanggung oleh para stakeholder. Karena itu,
wajar bila perusahaan juga memperhatikan kepentingan dan nilai tambah bagi
para stakeholder-nya 12.
Tanggung jawab sosial perusahaan terkadang juga disebut sebagai
”Tanggung Jawab Sosial Korporasi” atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia
Usaha” 13 . Tujuan yang lebih luas dari tanggung jawab sosial adalah untuk
menciptakan standar kehidupan yang lebih tinggi dan mempertahankan daya
laba usaha untuk orang yang ada didalam dan diluar perusahaan.Tanggung
jawab sosial perusahaanmerupakan komitmen dunia usaha untuk terusmenerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk
peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
12
13
Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing, hal. 11-12
Ibid, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
karyawan dan keluarga sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal
dan masyarakat secara lebih luas. Peningkatan kualitas kehidupan mempunyai
arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk
dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta
memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada
sekaligus memeliharanya. Menurut Warhurst dalam Wibisono, prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri adalah sebagai berikut 14:
1. Prioritas korporat.
Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan
penentu utama pembangunan berkelanjutan.
2. Manajemen terpadu.
Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap
kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi
manajemen.
3. Proses perbaikan.
Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, program dan kinerja
sosial korporat, berdasarkan temuan riset mutakhir dan memahami
kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara
internasional.
14
Opcit, Wibisono, hal. 39-41
Universitas Sumatera Utara
4. Pendidikan karyawan.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan.
5. Pengkajian.
Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek
baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik.
6. Produk dan jasa.
Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara
sosial.
7. Informasi publik.
Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor
dan publik tentang penggunaan yang aman, transportasi, penyimpanan dan
pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa.
8. Fasilitas dan operasi.
Mengembangkan,
merancang
dan
mengoperasikan
fasilitas
serta
menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak
sosial.
9. Penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku,
produk,proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan
penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif.
10. Prinsip pencegahan.
Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk atau jasa,
sejalan dengan penelitian mutakhir,untuk mencegah dampak sosial yang
bersifat negatif.
11. Kontraktor dan pemasok.
Mendorong penggunaan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial korporat
yang dijalankan kalangan kontraktor dan pemasok, disamping itu bila
diperlukan mensyaratkan perbaikan dalam praktek bisnis yang dilakukan
kontraktor dan pemasok.
12. Siaga menghadapi darurat.
Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan
bila terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat
darurat, instansi berwenang dan komunitas lokal sekaligus mengenali
potensi bahaya yang muncul.
13. Transfer best practice.
Universitas Sumatera Utara
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktek bisnis yang
bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik.
14. Memberi sumbangan.
Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan
bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta
lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung
jawab sosial.
15. Keterbukaan.
Menumbuh kembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan
publik,
mengantisipasi
dan
memberi
respons
terhadap
potencial
hazard,dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa.
16. Pencapaian dan pelaporan.
Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan
mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan
perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan
direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa bentuk kegiatan program yang dilakukan perusahaan dalam konteks
tanggung jawab sosial yaitu 15:
1. Public Relation yakni usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada
komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Strategi Defensif yakni usaha yang dilakukan perusahaan guna
menangkisanggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap
kegiatan perusahaan terhadap karyawannya, dan biasanya untuk melawan
’serangan’ negatif dari anggapan komunitas yang sudah terlanjur
berkembang.
3. Keinginan Tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar
berasal dari visi perusahaan.
Dalam setiap program, pada umumnya memiliki tujuan dan manfaat yang berguna
baik bagi segelintir orang maupun oleh kebanyakan orang. Adapun manfaat yang
dapat diambil dari adanya program tanggung jawab sosial bagi perusahaan adalah
sebagai berikut 16:
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.
4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
5. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
15
Rudito, B, Famiola M. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung:
Rekayasa Sains. hal. 210
16
Untung, B H. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. hal. 6-7
Universitas Sumatera Utara
6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.
7. Memperbaiki hubungan dengan para stakeholder.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
10. Peluang mendapatkan pengharagaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan terkait dengan sustainabilitydan
acceptability,artinya diterima dan berkelanjutan untuk berusaha disuatu
tempat, dan perusahaan ingin berkelanjutan dalam jangka panjang.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga dilihat dalam lingkup para
stakeholder atau lingkungan dimana perusahaan berada. Selama ini
tanggung jawab sosial perusahaan kebanyakan diukur dari sudut berapa
besar uang yang dikeluarkan perusahaan. Sebenarnya uang itu hanya
sebagian nilai karena ada nilaiintangibleyang sangat penting, artinya ada
sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang. Nilai intangible, yaitu sampai
sejauh mana perusahaan aktif dan proaktif dengan lingkungan.
Menurut Princes of Wales Foundationada lima hal penting yang dapat
mempengaruhi
implementasi
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
yaitu 17 :Pertama, menyangkut pemberdayaan manusia. Kedua,kepedulian
terhadap lingkungan. Ketiga adalah Good Corporate Governance. Keempat,
tidak
menimbulkan
kecemburuan
sosial.
Kelima,
memberdayakan
lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi. Jadi, keuntungan lain
17
Ibid, hal. 11-12
Universitas Sumatera Utara
dari tanggung jawab sosial perusahaanini apabila dilihat dari investor global
yang memiliki idealisme tertentu dengan aktivitastanggung jawab sosial
adalah saham perusahaan dapat lebih bernilai. Investor akan rela membayar
mahal karena kita membicarakan tentang sustainabilitydan acceptability.
Sebab itu terkait dengan resiko bagi investor. Investor menyumbangkan
social responsibilitydalam bentuk premium nilai saham. Itu sebabnya ada
pembahasan tentang corporate social responsibility pada annual report,
karena investor ingin bersosial dengan membayar saham perusahaan secara
premium. Kalau perusahaan tergolong dalam kategori high-riskinvestor
akan menghindar. Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa faktor yang
mempengaruhi implementasi tanggung jawab sosial perusahaan adalah
komitmen pimpinan perusahaan, ukuran dan kematangan perusahaan serta
regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah.Agar program
tanggung jawab sosial perusahaan berhasil, maka perlu adanya keterlibatan
tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya
komunitas, juga komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklahbersifat
pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara
sosial antar stakeholder. Konsep kedermawanan perusahaan dalam tanggung
jawab sosial tidak lagi memadai karena konsep tersebut tidak melibatkan
kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan para
stakeholderlainnya 18.
18
Lockcit, Rudito
Universitas Sumatera Utara
Saidi dan Abidin menyatakan ada empat model atau pola tanggung
jawab sosial perusahaan yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di
Indonesia, yaitu 19:
1. Keterlibatan langsung, dimana perusahaan menjalankan program tanggung
jawab sosial perusahaan secara langsung dengan menyelenggarakan
sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa
perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya
menugaskan salah satu pejabat senoirnya, seperti corporate secretary
ataupublic affair manageratau menjadi bagian dari tugas pejabat public
relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, dimana perusahaan
mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau groupnya. Model ini
merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan diperusahaanperusahaan dinegara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal,
dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi
kegiatan yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain, dimana perusahaan menyelenggarakan
tanggung jawab sosial perusahaan melalui kerjasama dengan lembaga
sosial/organisasi non-pemerintah,instansi pemerintah universitas atau
media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan
kegiatan sosialnya.
19
Saidi, Z dan Hamid, A. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di
Indonesia. Jakarta: Piramedia. hal.64-65
Universitas Sumatera Utara
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang
bersifat ”hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam
itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya
secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga
operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati
bersama.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program tanggung jawab
sosial perusahaan yang dilaksanakan perusahaan ini dilakukan agar terjalin
hubungan baik antara masyarakat dengan perusahaan. Ini bisa dikatakan
sebagai modal sosial yang dimiliki perusahaan agartetap beroperasi. Selain
itu, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dari program tanggung
jawab sosial perusahaan ini. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa
kedua belah pihak saling menguntungkan satu sama lain dan saling
mendapatkan manfaat dari hubungan yang mereka jalani dengan
baik.Dalam tanggung
jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak
dihadapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom
line, yaitu nilai perusahaanyang direfleksikan dalam kondisi keuangannya
saja.
Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada
triple bottom lines, selain aspek finansial juga sosial dan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh
secara berkelanjutan tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan
lingkungan hidup. Sudah menjadi faktabagaimana resistensi masyarakat
sekitar terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan
lingkungan hidup 20 .John Elkington (1997) dalam bukunya: “Cannibals
with Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness”
mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic
prosperity, environmental quality dan social justice 21 . Menurut konsep
tersebut, tanggung jawab sosial perusahaan dikemas kedalam tiga
komponen prinsip yakni: Profit, Planet dan People (3P). Dengan konsep
ini memberikan pemahaman bahwa suatu perusahaan dikatakan baik
apabila perusahaan tersebut tidak hanya memburu keuntungan belaka
(profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian
lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
E.6Model Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Negara Lain
Di tingkat internasional, ada banyak prinsip yang mendukung
praktek tanggung jawab sosial perusahaan di berbagai sektor, misalnya
Equator Principles yang diadopsi oleh banyak lembaga keuangan
internasional. Untuk menunjukkan bahwa bisnis mereka bertanggung
20
21
Opcit. Untung, B H, hal. 25
Ibid, hal. 32
Universitas Sumatera Utara
jawab, di level internasional perusahaan sebenarnya bisa menerapkan
berbagai standar tanggung jawab sosial perusahaan seperti22:
a. Accountability’s (AA1000) standard, yang berdasar pada prinsip “Triple
Bottom Line” (Profit, People, Planet) yang digagas oleh John Elkington.
b. Global Reporting Initiative’s (GRI) – panduan pelaporan perusahaan
untuk mendukung pembangunan berkesinambungan yang digagas oleh
PBB lewat Coalition for Environmentally Responsible Economies
(CERES) dan UNEP pada tahun 1997.
c. Social Accountability International’s SA8000 standard.
d. ISO 14000 environmental management standard.
e. ISO 26000.
Meskipun di negara lain tidak ada kewajiban untuk melakukan
tanggung jawab sosial perusahaan bahkan hingga menetapkan besarannya
namun kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan tanggung
jawab sosial perusahaan ini menjadi tren global seiring dengan semakin
maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang
ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah
sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia.
22
Mas Achmad Daniri, Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, http://www.governanceindonesia.com/component/option.com_remository/func,file/id,50/lang.en/ diakses pada 03 september 2014
Universitas Sumatera Utara
Kesadaran menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan di
negara lain dapat diperhatikan pada saat ini, bank-bank di Eropa
menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman hanya kepada
perusahaan yang mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan
dengan baik. Sebagai contoh, bank-bank Eropa hanya memberikan
pinjaman pada perusahaan-perusahaan perkebunan di Asia apabila ada
jaminan dari perusahaan tersebut, yakni ketika membuka lahan
perkebunan tidak dilakukan dengan membakar hutan. Tren global lainnya
dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di bidang pasar
modal adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham
perusahaan yang telah mempraktekkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones
Sustainability
Index
(DJSI)
bagi saham-saham perusahaan
yang
dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu
kriterianya adalah praktek tanggung jawab sosial perusahaan. Begitu pula
London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment
(SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) yang memiliki
FTSE4Good sejak 2001. Inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa
saham di Asia, seperti di Hanseng Stock Exchange dan Singapore Stock
Exchange. Konsekuensi dari adanya indeks-indeks tersebut memacu
investor global seperti perusahaan dana pensiun dan asuransi yang hanya
Universitas Sumatera Utara
akan menanamkan dananya di perusahaan-perusahaan yang sudah masuk
dalam indeks 23.
Di Filipina, terdapat suatu lembaga yang disebut PBSP (Philippine
Bussines for Social Progress). Ini merupakan salah satu wujud konkret
kontribusi perusahaan-perusahaan di Filipina dalam menyediakan sumber
pendanaan bagi Lembaga Swadaya Masyarakat dan mengatasi berbagai
persoalan sosial masyarakat, salah satunya pengembangan sumber daya
manusia melalui program bantuan stimulan biaya pendidikan. Lembaga ini
didirikan pada tahun 1970 oleh 49 perusahaan untuk melaksanakan
komitmen mereka terhadap pembangunan sosial Filipina. Pendirian
asosiasi
ini
dimaksudkan
guna
mengumpulkan
sumberdaya
dari
perusahaan-perusahaan strategis yang nantinya dapat digunakan untuk
mendukung program yang mendorong ke arah kemandirian, pembangunan
berkelanjutan, serta pertumbuhan ekonomi di Filipina. Saat ini, PBSP telah
memiliki 179 anggota yang terdiri dari perusahaan lokal dan multinasional
seperti San Miguel Corporation, Shell, IBM Philippine, dan lain-lain 24.
Menghadapi tren global dan resistensi masyarakat sekitar
perusahaan, maka sudah saatnya setiap perusahaan memandang serius
pengaruh dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan dari setiap aktivitas
bisnisnya, serta berusaha membuat laporan bersifat non – financial setiap
23
Mas Achmad Daniri, Ibid
Andi Firman, Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan,
http://www.kutaikartanegara.com/forum/viewtopic.php?p=5170 diakses pada 03 September 2014
24
Universitas Sumatera Utara
tahunnya kepada stakeholdernya. Di Uni Eropa pada tanggal 13 Maret
2007, Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi berjudul “Corporate
Social Responsibility: A new partnership” yang mendesak Komisi Eropa
untuk
meningkatkan
kewajiban
yang
terkait
dengan
persoalan
akuntabilitas perusahaan seperti tugas direktur (directors duties),
kewajiban langsung luar negeri (foreign direct liabilities) dan pelaporan
kinerja sosial dan lingkungan perusahaan (environmental and social
reporting). Di Inggris, sudah lama perusahaan diikat dengan kode etik
usaha karena sudah ada banyak aturan dan undang-undang yang mengatur
praktek bisnis di Inggris, maka tidak diperlukan UU khusus tanggung
jawab sosial perusahaan. Sekedar diketahui, perusahaan di Inggris ini tidak
lepas dari pengamatan publik (masyarakat dan negara) karena harus
transparan dalam praktek bisnisnya. Publik bisa protes terbuka ke
perusahaan jika perusahaan merugikan masyarakat/konsumen/buruh/
lingkungan. Dengan melihat perkembangan ini, disahkan Companies Act
2006 yang mewajibkan perusahaan yang sudah tercatat di bursa efek untuk
melaporkan bukan saja kinerja perusahaan (kinerja ekonomi dan finansial)
melainkan kinerja sosial dan lingkungan. Laporan ini harus terbuka untuk
diakses publik dan dipertanyakan. Dengan demikian, perusahaan didesak
agar semakin bertanggung jawab 25.
25
Mas Achmad Daniri, Ibid
Universitas Sumatera Utara
Mac Oliver-EA Marshal berpendapat perusahaan Amerika yang
beroperasi di luar negeri diharuskan melaksanakan Sullivan Principal
dalam rangka melaksanakan Corporate Social Responsibilty, yaitu 26:
a. Tidak ada pemisahan ras (non separation of races) dalam makan,
bantuan hidup dan fasilitas kerja.
b. Sama dan adil dalam melaksanakan pekerjaan (equal and fair
employment process).
c. Pembayaran upah yang sama untuk pekerjaan yang sebanding (equal
payment compansable work).
d. Program training untuk mempersiapkan kulit hitam dan non kulit putih
lain sebagai supervisi, administrasi, teknisi dalam jumlah yang substansial.
e. Memperbanyak kulit hitam dan non kulit putih lain dalam profesi
manajemen dan supervisi.
f. Memperbaiki tempat hidup pekerja di luar lingkungan kerja seperti
perumahan, transportasi, kesehatan, sekolah dan rekreasi.
Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di beberapa
negara bisa dijadikan referensi untuk menjadi contoh penerapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Belanda,
26
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Inggris, dan Amerika Serikat telah mengadopsi code of conduct tanggung
jawab sosial perusahaan yang meliputi aspek lingkungan hidup, hubungan
industrial, gender, korupsi, dan hak asasi manusia. Berbasis pada aspek
itu, mereka mengembangkan regulasi guna mengatur tanggung jawab
sosial perusahaan. Australia, misalnya, mewajibkan perusahaan membuat
laporan tahunan tanggung jawab sosial perusahaan dan mengatur
standarisasi lingkungan hidup, hubungan industrial, dan hak asasi
manusia. Sementara itu, Kanada mengatur tanggung jawab sosial
perusahaan dalam aspek kesehatan, hubungan industrial, proteksi
lingkungan, dan penyelesaian masalah sosial 27.
Di Malaysia, tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana yang
digambarkan dalam Silver Book sebagai referensinya menyatakan bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan untuk menguntungkan masyarakat serta kontribusi sukarela
(voluntary contribution) dan kewajiban sosial (social obligation). Elemen
tanggung jawab sosial dapat dijajaki dalam Code of Ethics (1996) yang
secara ringkas, direktur dalam menunaikan kewajibannya harus menjamin
pemakaian sumber daya alam yang efektif dan mempromosikan tanggung
jawab sosial, pro-aktif dalam kebutuhan masyarakat, membantu dalam
melawan inflasi. Pada tahun 2004, bahkan Bursa Saham Malaysia
memunculkan kerangka tanggung jawab sosial sebagai manual bagi
27
Ibid
Universitas Sumatera Utara
perusahaan publik yang terdaftar ketentuan pendaftaran membutuhkan
perusahaan publik untuk mencantumkan praktek tanggung jawab sosialnya
dalam laporan tahunan. Komitmen pemerintah juga ditunjukkan dengan
menerbitkan Silver Book pada bulan September 2006 dalam program
Transformasi Perusahaan yang berhubungan dengan pemerintah atau
Government Linked Companies yang selanjutnya dalam penulisan ini
disingkat menjadi GLCs. Tanggung jawab sosial mendapat dukungan
penuh dari pemerintah. Sejak tahun 2006 alokasi-alokasi tertentu telah
dibuat dalam anggaran tahunan untuk tanggung jawab sosial perusahaan.
Bahkan pada tahun 2008, perdana menteri menyebutkan akan ada
pengurangan pajak untuk perusahaan yang memberikan keuntungan
signifikan terhadap komunitas lokal, pemerintah juga membentuk dana
tanggung jawab sosial perusahaan dengan jumlah awal RM 50 juta
sekaligus meluncurkan Award CSR Perdana Menteri 2007 untuk
mendukung keterlibatan perusahaan dari sektor swasta dalam aktivitas
tanggung jawab sosial perusahaan 28.
Selanjutnya, Silver Book menuntun GLCs tentang bagaimana
membentuk sebuah program kontribusi yang efektif dan menekan biaya
kewajiban tersebut ke dalam kontribusi yang efektif. Program–program
yang dilakukan oleh GLCs di Malaysia dibagi dalam program kontribusi
sosial (contohnya : di bidang pendidikan, keterlibatan komunitas terhadap
28
Halyani Hj Hassan, Ibid, hal 2-4
Universitas Sumatera Utara
kegiatan
sosial/bencana
alam,
program
kesehatan
masyarakat,
perlindungan dan pelestarian lingkungan, pengentasan kemiskinan,
kesejahteraan karyawan) dan program kewajiban sosial (memberikan
pelayanan kepada masyarakat seperti proyek listrik masuk desa,
memperluas jaringan perbankan di daerah–daerah, pelayanan transportasi
yang menjangkau daerah terpencil) 29 . Dengan demikian, di Malaysia
tanggung jawab sosial perusahaan tidak lagi bersifat filantropi. Hal ini
mencakup ruang lingkup yang luas dan didesain untuk memberikan nilai
yang layak dicapai masyarakat secara umum dan perusahaan secara
khusus.
Pendekatan masing-masing pemerintah di Eropa berbeda-beda,
misalnya,
Pemerintah
Perancis
mengharuskan
perusahaan
untuk
melaporkan secara mendetail dampak mereka dalam aspek sosial dan
lingkungan. Pemerintah Belgia menyediakan label khusus bagi perusahaan
yang dalam prakteknya sepanjang rantai produksi telah benar-benar sesuai
dengan delapan konvensi ILO. Pemerintah Denmark mengembangkan
Danish Social Index dan melakukan pengukuran langsung atas kinerja
perusahaan dalam kebijakan mengenai pekerja dan fakta kondisi kerja.
Sementara Pemerintah Italia mengembangkan petunjuk yang dapat
dipergunakan
oleh
perusahaan
untuk
melakukan
penilaian
diri,
pengukuran, pelaporan, serta penjaminan kebenaran isi laporan. Jalan yang
29
Ibid., hal. 6-8
Universitas Sumatera Utara
ditempuh oleh Kementerian tanggung jawab sosial perusahaan Inggrisyang mirip dengan apa yang dilakukan Pemerintah Perancis- sangat
menarik untuk dicoba yaitu dengan mewajibkan pelaporan tahunan kinerja
sosial dan lingkungan perusahaan selain kinerja finansial yang memang
sudah biasa dilakukan. Dengan upaya pemerintah yang mendorong
transparansi kinerja ini, maka mau tidak mau perusahaan kemudian harus
meningkatkan kinerjanya karena iklim persaingan usaha yang ketat akan
memberikan disinsentif bagi mereka yang memiliki kelemahan dalam
kinerja tanggung jawab sosial perusahaan. Regulasi yang dibuat juga
memberikan kewenangan penuh bagi pemerintah untuk mengecek
kebenaran laporan dan tentu saja mengatur apa konsekuensi kebohongan
terhadap publik yang dilakukan perusahaan dalam laporannya 30 . Oleh
sebab itu tidaklah mengherankan jika tanggung jawab sosial perusahaan
telah menjadi isu bisnis yang terus menguat. Isu ini sering diperdebatkan
dengan pendekatan nilai-nilai etika dan memberi tekanan yang semakin
besar pada kalangan bisnis untuk berperan dalam membantu masalahmasalah sosial yang akan terus tumbuh dan juga berperan dalam
memajukan kesejahteraan umum sebagai perwujudan tujuan negara
Indonesia. Pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan dalam UU
Perseroan Terbatas merefleksikan tujuan hukum untuk memberikan
manfaat, ketertiban dan kepastian bagi semua pihak.
30
Mas Achmad Daniri, Ibid
Universitas Sumatera Utara
F. Metodologi Penelitian
F.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian dengan
metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena
sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau
pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman) 31.
F.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang
berdasarkan fakta dan data-data yang ada. Penelitian ini memberikan
gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena 32 .
Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi atau
31
Burhan, Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah
Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hal. 53
32
Bambang Prasetyo dkk, 1995. Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada. hal. 20
Universitas Sumatera Utara
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki 33.
F.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di PT. Toba Pulp Lestari, Toba Samosir serta
instansi-instansi terkait.
F.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam penelitian ini, akan
dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain: Data Primer
yakni data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang
berupa tanggapan, saran, kritik, dan penilaian dari responden, penjelasan
dan keterangan hasil pengamatan secara langsung atas pertanyaan
penelitian. Data akan diperoleh melalui wawancara dengan Bapak Jerry
Tobing selaku Staff Community Relations PT. Toba Pulp Lestari dan
Bapak Nelson Hutapea selaku Kepala Desa Simare, Kecamatan Borbor.
Data Sekunder yakni data yang diperoleh secara tidak langsung yang
berhubungan dengan penelitian ini seperti buku, surat kabar, dan sumbersumber lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.
F.5 Teknik Analisa Data
33
Sanafiah Faisal, 1995. Format Penelitian Sosial Dasar-dasar aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995, hal. 20
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini akan menggunakan teknik analisa data yang bersifat
kualitatif. Teknik analisa kualitatif memberikan hasil penelitian untuk
memperoleh gambaran terhadap proses yang diteliti dan menganalisis
makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses tersebut 34 . Setelah
semua data
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara yang terlahir dengan berbagai
potensi sumber daya alam yang berlimpah. Oleh karena itu negara Indonesia
melalui
pemerintah
mengeluarkan
peraturan
yang
mengatur
tentang
pengelolaan potensi sumber daya alam tersebut. Peraturan itu tertuang dalam
Undang-Undang Dasar pasal 33 ayat 2 dan 3 yang berbunyi “2. Cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara. 3. Bumi, air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesarsebesarnya untuk kemakmuran rakyat.” Melalui peraturan ini, Indonesia
berupaya memaksimalkan pengelolaan potensi yang ada secara maksimal demi
kesejahteraan rakyat.
Pengelolaan terhadap sumber daya alam ini tentu memerlukan
perusahaan-perusahaan yang harus terlibat dalam kegiatan produksi.Secara
umum pengelolaan sumber daya alam di Indonesia sampai saat ini lebih
didasarkan
pada
upaya
memenuhi
kebutuhan
investasi.
Hal
ini
mendeskripsikan bahwa pengelolaan sumber daya alam lebih dipandang dan
dipahami hanya sebagai konteks Economic Sense dan belum mengarah pada
Ecological and Sustainable Sense.Berdasarkan prinsip ekonomi klasik yang
Universitas Sumatera Utara
berusaha meningkatkan laba sebesar-besarnya dengan menekan pengeluaran
seminimal mungkin, perusahaan cenderung lupa untuk mengarahkan orientasi
pencitraan perusahaan terhadap masyarakat sekitar melalui program Corporate
Social Responsibility atau Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Perusahaan sebagai entitas badan hukum harus menyadari akan
perlunya melakukan adaptasi sosio-kultural dengan lingkungan dimana ia
berada. Oleh karena itu tanggung jawab sosial perusahaan yang selama ini
masih dianggap hanya sebagai program kesukarelaan seharusnya berubah
menjadi sebuah prinsip keharusan/kewajiban.Hal ini selaras dengan amanat
Undang-Undang Dasar pasal 33 pada ayat selanjutnya yakni ayat 4 yang
berbunyi
“Perekonomian
nasional
diselenggarakan
berdasarkan
atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan,kemandirian, serta dengan menjaga
keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”.Dengan demikian
tanggung jawab sosial perusahaan agaknya menjadi cerminan dari prinsip
demokrasi ekonomi sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia menjadi
negara yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Konsep ini sering disebut
sebagai Welfare State. Oleh karena itu tanggung jawab sosial perusahaan
merupakan perpaduan antara konsep sosialis dan kapitalis yang tidak dapat
dipisahkan.
PT. Toba Pulp Lestari (TPL)sebelumnya bernama PT. Inti Indorayon
Utama (PT IIU atau Indorayon), didirikan pada 26 April 1983 di Sosor Ladang,
Universitas Sumatera Utara
Porsea, Kabupaten Tobasa. PT. TPL bergerak di bidang industri pabrik bubur
kertas. Untuk menjalankan proses produksinya perusahaan membutuhkan
bahan baku berupa kayu. Untuk itu perusahaan mengeksplorasi hutan-hutan
yang adadi daerah sekitar Daerah Tapanuli. Namun pengambilan kayu-kayu
tersebut memunculkan permasalahan baru terhadap masyarakat sekitar.
Masyarakat menuntut PT. Toba Pulp Lestari telah merusak lingkungan dengan
penebangan pohon dan membuang limbah dengan sembarangan. Tekanan
masyarakat ini akhirnya membuat PT. Inti Indorayon Utama (Toba Pulp
Lestari) sempat berhenti beroperasi.Sebelum akhir tahun 2003 PT. Indorayon
beroperasi kembali dan namanya diganti menjadi PT. Toba Pulp Lestari. PT.
TPL membuat perubahan dalam meningkatkan manajemen terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar.
Pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan sudah diamanatkan
melalui Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 Pasal 74 yaitu
(1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan, (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran.
Peran pemerintah dalam tanggung jawab sosial perusahaandibagi ke dalam
empatkategori yaitu mandatory(peranlegislasi), facilitating(misal:petunjuk
Universitas Sumatera Utara
dalam
hal
kontenpelaporan
tanggung
jawab
sosial
perusahaan),partnering(proses penguatan kerjasama dengan multi-stakeholder),
dan endorsing(publikasidan pemberian penghargaan)
1
.Pertama, peran
mandatingadalah ketika pemerintah secara legal memberikanmandat melalui
undang-undang atau peraturan pemerintah sehingga pemerintah dapat
melakukan pengawasan dari segi pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan
baik evaluasi laporan maupun melakukancross checkterhadap isi laporan.
Kedua adalah facilitatingketika pemerintah memberikan suatu rujukan dalam
pelaksanaan maupun pelaporan dan penyebarluasan informasi tanggung jawab
sosial perusahaan. Ketiga adalahpartneringyang mana pemerintah terlibat
dalam proses promosi inisiatif kerjasama multi-stakeholder atau kerjasama
dengan masing-masing perusahaan.Dengan kata lain pemerintah dapat menjadi
fasilitator dialog antar pemangku kepentingan. Keempat adalah peran
endorsing dalam hal pelaporan program tanggung jawab sosial perusahaan
melalui usaha yang positif dalam kerangka transparansi (misal: pemberian
penghargaan maupun sanksi)
Berdasarkan uraian diatas maka judul dari penelitian ini adalah
“PolitikTanggung Jawab Sosial Perusahaan,Studi Analisis: PT Toba Pulp
Lestari, Toba-Samosir ”
1
O’Rourke, D. 2004. Opportunities and Obstacles for Corporate Social Responsibility Reporting in
Developing Countries. The World Bank and International Finance Corporation
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah bentuk program tanggung
jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PT. Toba Pulp Lestariserta
sejauh mana peran pemerintah dalam program tanggung jawab sosial
perusahaan yang dilaksanakan oleh PT. Toba Pulp Lestari“
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: Untuk
mendeskripsikan
program
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
yang
dilaksanakan oleh PT. Toba Pulp Lestari sertasejauh mana peran pemerintah
dalam program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PT.
Toba Pulp Lestari.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1.
Bagi Penulis, penelitian ini bermanfaat untuk mengasah kemampuan
berpikir penulis dalam membuat suatu karya tulis ilmiah serta memberikan
pengetahuan yang baru bagi peneliti sendiri tentang program tanggung
jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan oleh PT. Toba Pulp
Lestariserta sejauh mana peran pemerintah dalam program tanggung jawab
sosial perusahaan PT. Toba Pulp Lestari.
Universitas Sumatera Utara
2.
Secara Praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan
tentang program tanggung jawab sosial perusahaan yang dilaksanakan
oleh PT. Toba Pulp Lestari serta sejauh mana peran pemerintah dalam
program tanggung jawab sosial perusahaan PT. Toba Pulp Lestari.
3.
Secara Akademis, penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan dalam bidang politik khususnya dalam kajian program
tanggung jawab sosial perusahaan.
E. Kerangka Teori
Dalam menyusun sebuah tulisan ilmiah, maka kerangka dasar
pemikiran yang bertitik tolak dari teori merupakan bagian yang sangat penting
karena dalam kerangka teori membantu ketajaman analisis akan masalah yang
akan diteliti dan memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari
sudut mana masalah penelitian akan disoroti2. Kerangka teori kemudian akan
digunakan sebagai landasan berfikir dalam penelitian. Teori dalam penelitian
merupakan seperangkat preposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang
mengikuti aturan-aturan-aturan tertentu yang akan dihubungkan secara logis
dengan data yang lain untuk diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk
meramalkan dan menjelaskan fenomena yang diamati3.
2
3
Nawawi, Hadari. 1995. Metode Bidang Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. hal. 39
Boleong, L. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. hal. 34-35
Universitas Sumatera Utara
E.1Teori Stakeholder (Stakeholder Theory)
Menurut
Luk
Dkk
mengatakan
bahwa
stakeholderadalah
semua
pihak,internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi
olehperusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung 4 . Dengan
demikian,
stakeholder merupakan pihak internal maupun eksternal, seperti : pemerintah,
perusahaan pesaing, masyarakat sekitar, lingkunganinternasional, lembaga
diluar perusahaan (LSM dan sejenisnya),lembaga pemerhati lingkungan, para
pekerja perusahaan, kaumminoritas dan lain sebagainya yang keberadaannya
sangatmempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan.
Hal pertama mengenai teori stakeholderadalah bahwastakeholderadalah
sistem yang secara eksplisit berbasis padapandangan tentang suatu organisasi
dan lingkungannya, mengakuisifat saling mempengaruhi antara keduanya
yang kompleks dandinamis. Hal ini berlaku untuk kedua varian teori
stakeholder,varian
pertama
berhubungan
langsung
dengan
model
akuntabilitas.Stakeholderdan organisasi saling mempengaruhi, hal ini
dapatdilihat dari hubungan sosial keduanya yang berbentukresponsibilitas dan
akuntabilitas. Oleh karena itu organisasimemiliki akuntabilitas terhadap
stakeholdernya. Sifat dariakuntabilitas itu ditentukan dengan hubungan antara
stakeholder dan organisasi.
4
Hadi, Nur. 2011. Corporate Social Responsibility edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. hal 93
Universitas Sumatera Utara
Varian dari kedua teori stakeholderberhubungan mengenaiemprical
accountability. Teori stakeholdermungkin digunakandengan ketat dalam
suatu organisasi arah terpusat (centered-way organization). Pada hakikatnya
stakeholder theory mendasarkan diri pada asumsi, antara lain 5 :
1. The corporation has relationship many constituentygroups
(stakeholders) that effect and are affected by itsdecisions.
2. The theory is concerned with nature of these relationship in terms
of both processes and outcomes for the firm andits stakeholder.
3. The interest of all (legitimate) stakeholder have intristicvalue, and
no set of interest is assumed to dominate theothers.
4. The theory focuses on managerial decission making.
Berdasarkan asumsi stakeholder theory, maka perusahaantidak dapat
melepaskan diri dari lingkungan sosial. Perusahaanperlu menjaga legitimasi
stakeholder
serta
mendudukkannya
dalamkerangka
kebijakan
dan
pengambilan keputusan sehingga dapatmendukung pencapaian tujuan
perusahaan, yaitu stabilitas usahadan jaminan going concern 6.
E.2 Teori Legimitasi (Legitimacy Theory)
Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam
rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu dapat dijadikan sebagai
wahana untuk mengonstruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan
5
6
Ibid, hal. 94
Ibid, hal. 95
Universitas Sumatera Utara
upaya memposisikan diri ditengah lingkungan masyarakat yang semakin
maju. Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatuyang diinginkan atau
dicari perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi merupakan
manfaat atau sumber daya potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup
(going concern)7. Legitimasi merupakan sistem pengelolaan perusahaan yang
berorientasi pada keberpihakan terhadap masyarakat (society), pemerintah,
individu, dan kelompok masyarakat. Untuk itu, sebagai suatu sistem yang
mengedepankan keberpihakan kepada society, operasi perusahaan harus
kongruen
dengan
harapan
masyarakat.
Suatu
organisasi
mungkin
menerapkan empat strategi legitimasi ketika menghadapi berbagai ancaman
legitimasi. Oleh karena itu, untuk menghadapi kegagalan kinerja perusahaan
(seperti kecelakaan yang serius atau skandal keuangan) organisasi mungkin:
1. Mencoba untuk mendidik stakeholdernya tentang tujuanorganisasi
untuk meningkatkan kinerjanya.
2. Mencoba untuk merubah persepsi stakeholder terhadap suatu
kejadian (tetapi tidak merubah kinerja aktual organisasi).
3. Mengalihkan (memanipulasi) perhatian dari masalah yang menjadi
perhatian (mengkonsentrasikan terhadap beberapa aktivitas positif
yang tidak berhubungan dengan kegagalan-kegagalan).
4. Mencoba untuk merubah ekspektasi eksternal tentangkinerjanya.
7
Ibid, hal. 87
Universitas Sumatera Utara
Teori legitimasi dalam bentuk umum memberikan pandangan yang penting
terhadap praktek pengungkapan sosial perusahaan. Kebanyakan inisiatif
utama pengungkapan sosial perusahaan bisa ditelusuri pada satu atau lebih
strategi legitimasi misal, kecenderungan umum bagi pengungkapan sosial
perusahaan untuk menekankan pada poin positif bagi perilaku organisasi
dibandingkan dengan elemen yang negatif.
E.3 Teori Kontrak Sosial (Social Contract Theory)
Teori ini muncul karena adanya interelasi dalam kehidupansosial
masyarakat, agar terjadi keselarasan, keserasian, dankeseimbangan, termasuk
dalam lingkungan. Perusahaan yangmerupakan kelompok orang yang
memiliki kesamaan tujuan danberusaha mencapai tujuan secara bersama
adalah bagian darimasyarakat dalam lingkungan yang lebih besar.
Keberadaannyasangat ditentukan oleh masyarakat, di mana antara keduanya
salingmempengaruh-dipengaruhi.
Untuk
itu,
agar
terjadi
keseimbangan(equality), maka perlu kontrak sosial baik secara tersusun
baiksecara
tersurat
maupun
tersirat
sehingga
terjadi
kesepakatan-
kesepakatanyang saling melindungi kepentingan masing-masing.Social
Contract dibangun dan dikembangkan, salah satunyauntuk menjelaskan
hubungan
antara
perusahaan
terhadapmasyarakat
(society).
Di sini,
perusahaan atau organisasi memilikikewajiban pada masyarakat untuk
memberi manfaat bagimasyarakat. Interaksi perusahaan dengan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
akan selaluberusaha untuk memenuhi dan mematuhi aturan dan normanormayang
berlaku
di
masyarakat
sehingga
kegiatan
perusahaan
dapatdipandang legitimate 8. Dalamperspektif manajemen kontemporer, teori
kontrak sosial menjelaskan hak kebebasan individu dan kelompok, termasuk
masyarakat yang dibentuk berdasarkan kesepakatan-kesepakatan yang saling
menguntungkan anggotanya. Hal ini sejalan dengan konsep legitimacy theory
bahwalegitimasi dapat diperoleh manakala terdapat kesesuaian antara
keberadaan perusahaan yang tidak menganggu atau sesuai (congruence)
dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan lingkungan 9.
Kelangsungan hidup dan kebutuhan masyarakat, kontrak sosialdidasarkan
pada 10 :
1. Hasil akhir (output) yang secara sosial dapat diberikan kepada
msayarakat luas.
2. Distribusi manfaat ekonomis, sosial, atau pada politik kepada
kelompok sesuai dengan kekuatan yang dimiliki.
Mengingat output perusahaan bermuara pada masyarakat, serta tidak adanya
power institusi yang bersifat permanen, maka perusahaan membutuhkan
legitimasi. Disini, perusahaan harus melebarkan tanggungjawabnya tidak
hanya sekedar economic responsibility yang lebih diarahkan kepada
shareholder (pemilik perusahaan), namun perusahaan harus memastikan
8
Ibid, hal. 96
Ibid, hal. 97
10
Ibid, hal. 98
9
Universitas Sumatera Utara
bahwa kegiatannya tidak melanggar dan bertanggung jawab kepada
pemerintah yang dicerminkan dalam peraturan dan perundang-undanganyang
berlaku (legal responsibility). Di samping itu, perusahaan juga tidak dapat
mengesampingkan tanggung jawab kepada masyarakat yang dicerminkan
lewat tanggung jawab dan keberpihakan pada berbagai persoalan sosial dan
lingkungan yang timbul (societal respobsibility)
E.4Ekologi Politik
Di Negara-negara Dunia Ketiga, permasalahan lingkungan yang
berujung pada terjadinya konflik (ekologi politik) tidak dapat dilepaskan dari
peran serta aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Actor approach sebagai
salah satu pendekatan dalam studi ekologi politik di Negara Dunia Ketiga
merupakan pendekatan yang sering digunakan dalam mengkaji konflik
berbasis lingkungan yang kerap terjadi di Negara Dunia Ketiga. Pendekatan
ini dapat memberikan gambaran secara komprehensif mengenai fenomena
konflik ekologi politik di Negara Dunia Ketiga beserta kepentingankepentingan yang melatarbelakangi tindakan para aktor tersebut serta dengan
kekuasaan yang dimiliki masing–masing aktor. Dengan demikian konflik
ekologi bisa dikatakan juga merupakan sebuah fenomena konflik kepentingan
antara aktor–aktor yang terkait terutama akan cara pandang dan perilaku
mereka terhadap lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Di sisi lain, dengan adanya interkonektivitas maupun interdisipliner
dalam kajian ekologi politik, kepentingan-kepentingan yang mendasari aksi
tiap–tiap aktor akan semakin jelas terlihat. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa kajian ekologi politik tidak berdiri sendiri dalam suatu ruang yang
vakum, dimana kajian ini tidak semata–mata berdiri sendiri tanpa adanya
kontribusi dari kajian–kajian sosial lainnya. Tanpa adanya interkonektivitas
dan interdependensi dalam kajian ekologi politik akan sulit untuk melakukan
analisa mengenai kepentingan dibalik layar para aktor–aktor tersebut
sehingga dapat menyebabkan sebuah konflik ekologi politik karena hingga
saat ini lingkungan tidak hanya dipandang sebagai sebuah entitas tersendiri,
tapi lingkungan memiliki makna dan nilai yang berbeda–beda bagi tiap–tiap
aktor yang terlibat dalam konflik. Makna maupun nilai yang berbeda–beda itu
hanya dapat dijelaskan melalui adanya interkonektivitas dalam kajian ekologi
politik ini.
Perhatian akan adanya hubungan kekuasaan juga tidak akan terlepas
dari kajian ekologi politik ini. Kekuasaan membawa pengaruh juga pada
besarnya atau seberapa jauhnya tindakan maupun aksi yang dilakukan oleh
masing–masing aktor dalam konflik untuk mencapai kepentingan masing–
masing. Tentu saja hubungan kekuasaan yang terjadi tidak akan lepas dari
konteks politik masing–masing aktor.Ekologi politik muncul ketika para ahli
lingkungan mulai mengandalkan konsep-konsep ekonomi politik yang berasal
dari kepedulian strukturalis dan materialis. Pendekatan yang dihasilkan
Universitas Sumatera Utara
membantu mengungkapkan kaitan-kaitan antara dinamika lingkungan
setempat dengan proses politik dan ekonomi yang lebih luas. Terobosan
analitis ini memungkinkan para ahli ekologi politik untuk menelusuri dengan
teliti, misalnya, kaitan-kaitan antara masalah degradasi tanah setempat dan
masalah-masalah lebih luas seperti kemiskinan, keterbelakangan, hubungan
neo-kolonial, dan marjinalisasi politik dan ekonomi. Berangkat dari ranah
studi pembangunan kritis (critical development studies), studi ekologi politik
menilai bahwa keputusan pengelolaan sumber daya alam tidak bisa dipahami
hanya dari sudut pandang teknis yang memprioritaskan efisiensi.
Menurut pendapat Adams dalam bukunya Green Development,
‘kehijauan’ dari perencanaan pembangunan akan ditemukan bukan dalam
kepeduliannya dengan ekologi atau lingkungan di dalam dirinya, tetapi dalam
keprihatinannya dengan masalah pengendalian, kekuasaan, dan kedaulatan 11.
Penemuan-penemuan utama teori ekologi politik mengutarakan bahwa polapola pengembangan sumber daya muncul dari interaksi antara sistem alam
(misalnya kualitas, kuantitas, dan lokasi air) dan sistem sosial (misalnya
penyebaran kekuasaan ekonomi, sosial, dan politik didalam suatu
masyarakat). Ekologi politik mencoba untuk menelusuri empat hal, yakni (a)
bagaimana struktur sosial dan alam saling menentukan, dan bagaimana
keduanya membentuk akses terhadap sumber daya alam, (b) bagaimana
konsep alam dan masyarakat yang telah dikonstruksi menentukan interaksi
11
Adams, W. 1990. Green Development. London:Routledge. hal. 253
Universitas Sumatera Utara
manusia dengan lingkungan, (c) koneksi antara akses dan kontrol atas sumber
daya dan perubahan lingkungan, (d) hasil sosial dari perubahan lingkungan.
E.5TanggungJawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)
Tanggung jawab sosial perusahaan muncul pada masa revolusi
industri. Kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai
organisasi yang mencari keuntungan belaka. Mereka memandang bahwa
sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan
lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan
pembayaran pajak kepada negara. Seiring dengan berjalannya waktu,
masyarakat tak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan
jasa yang diperlukannya, melainkan juga menuntut untuk bertanggungjawab
secara sosial. Selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha
dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan operasional perusahaan umumnya
juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan
rusaknya lingkungan disekitar operasi perusahaan.Inilah yang kemudian
melatarbelakangi munculnya konsep tanggung jawab sosial perusahaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan semakin terasa pada tahun 1960-an
dimana secara global, setelah Perang Dunia II berakhir, ada banyak negara
yang mulai menapaki jalan menuju perbaikan ekonomi.Tanggung jawab
sosial perusahaan merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep
good
corporate
governance,
sebagai
suatu
entitas
bisnis
yang
Universitas Sumatera Utara
bertanggungjawab terhadap masyarakat dan lingkungannya, perusahaan harus
bertindak sebagai good citizen yang merupakan tuntutan dari good business
ethics.Terdapat lima prinsipgood corporate governance yang dijadikan
pedoman bagi para pelaku bisnis, yaitu Keterbukaan Informasi, Akuntabilitas,
Pertanggungjawaban,Kemandirian, Kesetaraan dan Kewajaran. Dari kelima
prinsip diatas prinsip responsibility merupakan prinsip yang mempunyai
kekerabatan paling dekat dengan tanggung jawab sosial perusahaan. Dalam
prinsip ini, penekanan yang signifikan diberikan kepada para stakeholder
perusahaan. Melalui penerapan prinsip ini diharapkan perusahaan dapat
menyadari bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali ia menghasilkan
dampak eksternal yang harus ditanggung oleh para stakeholder. Karena itu,
wajar bila perusahaan juga memperhatikan kepentingan dan nilai tambah bagi
para stakeholder-nya 12.
Tanggung jawab sosial perusahaan terkadang juga disebut sebagai
”Tanggung Jawab Sosial Korporasi” atau ”Tanggung Jawab Sosial Dunia
Usaha” 13 . Tujuan yang lebih luas dari tanggung jawab sosial adalah untuk
menciptakan standar kehidupan yang lebih tinggi dan mempertahankan daya
laba usaha untuk orang yang ada didalam dan diluar perusahaan.Tanggung
jawab sosial perusahaanmerupakan komitmen dunia usaha untuk terusmenerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk
peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
12
13
Wibisono, Y. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Gresik: Fascho Publishing, hal. 11-12
Ibid, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
karyawan dan keluarga sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal
dan masyarakat secara lebih luas. Peningkatan kualitas kehidupan mempunyai
arti adanya kemampuan manusia sebagai individu anggota masyarakat untuk
dapat menanggapi keadaan sosial yang ada dan dapat menikmati serta
memanfaatkan lingkungan hidup termasuk perubahan-perubahan yang ada
sekaligus memeliharanya. Menurut Warhurst dalam Wibisono, prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri adalah sebagai berikut 14:
1. Prioritas korporat.
Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan
penentu utama pembangunan berkelanjutan.
2. Manajemen terpadu.
Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek ke dalam setiap
kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam semua fungsi
manajemen.
3. Proses perbaikan.
Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, program dan kinerja
sosial korporat, berdasarkan temuan riset mutakhir dan memahami
kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut secara
internasional.
14
Opcit, Wibisono, hal. 39-41
Universitas Sumatera Utara
4. Pendidikan karyawan.
Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan.
5. Pengkajian.
Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek
baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik.
6. Produk dan jasa.
Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara
sosial.
7. Informasi publik.
Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor
dan publik tentang penggunaan yang aman, transportasi, penyimpanan dan
pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa.
8. Fasilitas dan operasi.
Mengembangkan,
merancang
dan
mengoperasikan
fasilitas
serta
menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak
sosial.
9. Penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku,
produk,proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan
penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif.
10. Prinsip pencegahan.
Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk atau jasa,
sejalan dengan penelitian mutakhir,untuk mencegah dampak sosial yang
bersifat negatif.
11. Kontraktor dan pemasok.
Mendorong penggunaan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial korporat
yang dijalankan kalangan kontraktor dan pemasok, disamping itu bila
diperlukan mensyaratkan perbaikan dalam praktek bisnis yang dilakukan
kontraktor dan pemasok.
12. Siaga menghadapi darurat.
Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan
bila terjadi keadaan berbahaya bekerja sama dengan layanan gawat
darurat, instansi berwenang dan komunitas lokal sekaligus mengenali
potensi bahaya yang muncul.
13. Transfer best practice.
Universitas Sumatera Utara
Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktek bisnis yang
bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik.
14. Memberi sumbangan.
Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan
bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta
lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung
jawab sosial.
15. Keterbukaan.
Menumbuh kembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan
publik,
mengantisipasi
dan
memberi
respons
terhadap
potencial
hazard,dan dampak operasi, produk, limbah atau jasa.
16. Pencapaian dan pelaporan.
Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan
mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan
perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan
direksi, pemegang saham, pekerja dan publik.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa bentuk kegiatan program yang dilakukan perusahaan dalam konteks
tanggung jawab sosial yaitu 15:
1. Public Relation yakni usaha untuk menanamkan persepsi positif kepada
komunitas tentang kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.
2. Strategi Defensif yakni usaha yang dilakukan perusahaan guna
menangkisanggapan negatif komunitas luas yang sudah tertanam terhadap
kegiatan perusahaan terhadap karyawannya, dan biasanya untuk melawan
’serangan’ negatif dari anggapan komunitas yang sudah terlanjur
berkembang.
3. Keinginan Tulus untuk melakukan kegiatan yang baik yang benar-benar
berasal dari visi perusahaan.
Dalam setiap program, pada umumnya memiliki tujuan dan manfaat yang berguna
baik bagi segelintir orang maupun oleh kebanyakan orang. Adapun manfaat yang
dapat diambil dari adanya program tanggung jawab sosial bagi perusahaan adalah
sebagai berikut 16:
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan.
4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha.
5. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
15
Rudito, B, Famiola M. 2007. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung:
Rekayasa Sains. hal. 210
16
Untung, B H. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. hal. 6-7
Universitas Sumatera Utara
6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.
7. Memperbaiki hubungan dengan para stakeholder.
8. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan.
10. Peluang mendapatkan pengharagaan.
Tanggung jawab sosial perusahaan terkait dengan sustainabilitydan
acceptability,artinya diterima dan berkelanjutan untuk berusaha disuatu
tempat, dan perusahaan ingin berkelanjutan dalam jangka panjang.
Tanggung jawab sosial perusahaan juga dilihat dalam lingkup para
stakeholder atau lingkungan dimana perusahaan berada. Selama ini
tanggung jawab sosial perusahaan kebanyakan diukur dari sudut berapa
besar uang yang dikeluarkan perusahaan. Sebenarnya uang itu hanya
sebagian nilai karena ada nilaiintangibleyang sangat penting, artinya ada
sesuatu yang tidak dapat dinilai dengan uang. Nilai intangible, yaitu sampai
sejauh mana perusahaan aktif dan proaktif dengan lingkungan.
Menurut Princes of Wales Foundationada lima hal penting yang dapat
mempengaruhi
implementasi
tanggung
jawab
sosial
perusahaan
yaitu 17 :Pertama, menyangkut pemberdayaan manusia. Kedua,kepedulian
terhadap lingkungan. Ketiga adalah Good Corporate Governance. Keempat,
tidak
menimbulkan
kecemburuan
sosial.
Kelima,
memberdayakan
lingkungan menuju kemandirian di bidang ekonomi. Jadi, keuntungan lain
17
Ibid, hal. 11-12
Universitas Sumatera Utara
dari tanggung jawab sosial perusahaanini apabila dilihat dari investor global
yang memiliki idealisme tertentu dengan aktivitastanggung jawab sosial
adalah saham perusahaan dapat lebih bernilai. Investor akan rela membayar
mahal karena kita membicarakan tentang sustainabilitydan acceptability.
Sebab itu terkait dengan resiko bagi investor. Investor menyumbangkan
social responsibilitydalam bentuk premium nilai saham. Itu sebabnya ada
pembahasan tentang corporate social responsibility pada annual report,
karena investor ingin bersosial dengan membayar saham perusahaan secara
premium. Kalau perusahaan tergolong dalam kategori high-riskinvestor
akan menghindar. Dari uraian diatas terlihat jelas bahwa faktor yang
mempengaruhi implementasi tanggung jawab sosial perusahaan adalah
komitmen pimpinan perusahaan, ukuran dan kematangan perusahaan serta
regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah.Agar program
tanggung jawab sosial perusahaan berhasil, maka perlu adanya keterlibatan
tanggung jawab kemitraan antara pemerintah, lembaga sumberdaya
komunitas, juga komunitas setempat (lokal). Kemitraan ini tidaklahbersifat
pasif dan statis. Kemitraan ini merupakan tanggung jawab bersama secara
sosial antar stakeholder. Konsep kedermawanan perusahaan dalam tanggung
jawab sosial tidak lagi memadai karena konsep tersebut tidak melibatkan
kemitraan tanggung jawab perusahaan secara sosial dengan para
stakeholderlainnya 18.
18
Lockcit, Rudito
Universitas Sumatera Utara
Saidi dan Abidin menyatakan ada empat model atau pola tanggung
jawab sosial perusahaan yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di
Indonesia, yaitu 19:
1. Keterlibatan langsung, dimana perusahaan menjalankan program tanggung
jawab sosial perusahaan secara langsung dengan menyelenggarakan
sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa
perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan biasanya
menugaskan salah satu pejabat senoirnya, seperti corporate secretary
ataupublic affair manageratau menjadi bagian dari tugas pejabat public
relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan, dimana perusahaan
mendirikan yayasan sendiri dibawah perusahaan atau groupnya. Model ini
merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan diperusahaanperusahaan dinegara maju. Biasanya, perusahaan menyediakan dana awal,
dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi
kegiatan yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain, dimana perusahaan menyelenggarakan
tanggung jawab sosial perusahaan melalui kerjasama dengan lembaga
sosial/organisasi non-pemerintah,instansi pemerintah universitas atau
media massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan
kegiatan sosialnya.
19
Saidi, Z dan Hamid, A. 2004. Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di
Indonesia. Jakarta: Piramedia. hal.64-65
Universitas Sumatera Utara
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial yang
didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model
lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah perusahaan yang
bersifat ”hibah pembangunan”. Pihak konsorsium atau lembaga semacam
itu yang dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang mendukungnya
secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan lembaga
operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati
bersama.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa program tanggung jawab
sosial perusahaan yang dilaksanakan perusahaan ini dilakukan agar terjalin
hubungan baik antara masyarakat dengan perusahaan. Ini bisa dikatakan
sebagai modal sosial yang dimiliki perusahaan agartetap beroperasi. Selain
itu, masyarakat juga mendapatkan keuntungan dari program tanggung
jawab sosial perusahaan ini. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa
kedua belah pihak saling menguntungkan satu sama lain dan saling
mendapatkan manfaat dari hubungan yang mereka jalani dengan
baik.Dalam tanggung
jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak
dihadapkan pada tanggung jawab yang hanya berpijak pada single bottom
line, yaitu nilai perusahaanyang direfleksikan dalam kondisi keuangannya
saja.
Tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada
triple bottom lines, selain aspek finansial juga sosial dan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
Kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh
secara berkelanjutan tetapi juga harus memperhatikan dimensi sosial dan
lingkungan hidup. Sudah menjadi faktabagaimana resistensi masyarakat
sekitar terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan
lingkungan hidup 20 .John Elkington (1997) dalam bukunya: “Cannibals
with Forks, the Tripple Bottom Line of Twentieth Century Bussiness”
mengembangkan konsep triple bottom line dalam istilah economic
prosperity, environmental quality dan social justice 21 . Menurut konsep
tersebut, tanggung jawab sosial perusahaan dikemas kedalam tiga
komponen prinsip yakni: Profit, Planet dan People (3P). Dengan konsep
ini memberikan pemahaman bahwa suatu perusahaan dikatakan baik
apabila perusahaan tersebut tidak hanya memburu keuntungan belaka
(profit), melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian
lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
E.6Model Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Negara Lain
Di tingkat internasional, ada banyak prinsip yang mendukung
praktek tanggung jawab sosial perusahaan di berbagai sektor, misalnya
Equator Principles yang diadopsi oleh banyak lembaga keuangan
internasional. Untuk menunjukkan bahwa bisnis mereka bertanggung
20
21
Opcit. Untung, B H, hal. 25
Ibid, hal. 32
Universitas Sumatera Utara
jawab, di level internasional perusahaan sebenarnya bisa menerapkan
berbagai standar tanggung jawab sosial perusahaan seperti22:
a. Accountability’s (AA1000) standard, yang berdasar pada prinsip “Triple
Bottom Line” (Profit, People, Planet) yang digagas oleh John Elkington.
b. Global Reporting Initiative’s (GRI) – panduan pelaporan perusahaan
untuk mendukung pembangunan berkesinambungan yang digagas oleh
PBB lewat Coalition for Environmentally Responsible Economies
(CERES) dan UNEP pada tahun 1997.
c. Social Accountability International’s SA8000 standard.
d. ISO 14000 environmental management standard.
e. ISO 26000.
Meskipun di negara lain tidak ada kewajiban untuk melakukan
tanggung jawab sosial perusahaan bahkan hingga menetapkan besarannya
namun kesadaran tentang pentingnya mengimplementasikan tanggung
jawab sosial perusahaan ini menjadi tren global seiring dengan semakin
maraknya kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang
ramah lingkungan dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah
sosial dan prinsip-prinsip hak asasi manusia.
22
Mas Achmad Daniri, Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, http://www.governanceindonesia.com/component/option.com_remository/func,file/id,50/lang.en/ diakses pada 03 september 2014
Universitas Sumatera Utara
Kesadaran menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan di
negara lain dapat diperhatikan pada saat ini, bank-bank di Eropa
menerapkan kebijakan dalam pemberian pinjaman hanya kepada
perusahaan yang mengimplementasikan tanggung jawab sosial perusahaan
dengan baik. Sebagai contoh, bank-bank Eropa hanya memberikan
pinjaman pada perusahaan-perusahaan perkebunan di Asia apabila ada
jaminan dari perusahaan tersebut, yakni ketika membuka lahan
perkebunan tidak dilakukan dengan membakar hutan. Tren global lainnya
dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di bidang pasar
modal adalah penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham
perusahaan yang telah mempraktekkan tanggung jawab sosial perusahaan.
Sebagai contoh, New York Stock Exchange memiliki Dow Jones
Sustainability
Index
(DJSI)
bagi saham-saham perusahaan
yang
dikategorikan memiliki nilai corporate sustainability dengan salah satu
kriterianya adalah praktek tanggung jawab sosial perusahaan. Begitu pula
London Stock Exchange yang memiliki Socially Responsible Investment
(SRI) Index dan Financial Times Stock Exchange (FTSE) yang memiliki
FTSE4Good sejak 2001. Inisiatif ini mulai diikuti oleh otoritas bursa
saham di Asia, seperti di Hanseng Stock Exchange dan Singapore Stock
Exchange. Konsekuensi dari adanya indeks-indeks tersebut memacu
investor global seperti perusahaan dana pensiun dan asuransi yang hanya
Universitas Sumatera Utara
akan menanamkan dananya di perusahaan-perusahaan yang sudah masuk
dalam indeks 23.
Di Filipina, terdapat suatu lembaga yang disebut PBSP (Philippine
Bussines for Social Progress). Ini merupakan salah satu wujud konkret
kontribusi perusahaan-perusahaan di Filipina dalam menyediakan sumber
pendanaan bagi Lembaga Swadaya Masyarakat dan mengatasi berbagai
persoalan sosial masyarakat, salah satunya pengembangan sumber daya
manusia melalui program bantuan stimulan biaya pendidikan. Lembaga ini
didirikan pada tahun 1970 oleh 49 perusahaan untuk melaksanakan
komitmen mereka terhadap pembangunan sosial Filipina. Pendirian
asosiasi
ini
dimaksudkan
guna
mengumpulkan
sumberdaya
dari
perusahaan-perusahaan strategis yang nantinya dapat digunakan untuk
mendukung program yang mendorong ke arah kemandirian, pembangunan
berkelanjutan, serta pertumbuhan ekonomi di Filipina. Saat ini, PBSP telah
memiliki 179 anggota yang terdiri dari perusahaan lokal dan multinasional
seperti San Miguel Corporation, Shell, IBM Philippine, dan lain-lain 24.
Menghadapi tren global dan resistensi masyarakat sekitar
perusahaan, maka sudah saatnya setiap perusahaan memandang serius
pengaruh dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan dari setiap aktivitas
bisnisnya, serta berusaha membuat laporan bersifat non – financial setiap
23
Mas Achmad Daniri, Ibid
Andi Firman, Tanggung Jawab Sosial Dan Lingkungan Perusahaan,
http://www.kutaikartanegara.com/forum/viewtopic.php?p=5170 diakses pada 03 September 2014
24
Universitas Sumatera Utara
tahunnya kepada stakeholdernya. Di Uni Eropa pada tanggal 13 Maret
2007, Parlemen Uni Eropa mengeluarkan resolusi berjudul “Corporate
Social Responsibility: A new partnership” yang mendesak Komisi Eropa
untuk
meningkatkan
kewajiban
yang
terkait
dengan
persoalan
akuntabilitas perusahaan seperti tugas direktur (directors duties),
kewajiban langsung luar negeri (foreign direct liabilities) dan pelaporan
kinerja sosial dan lingkungan perusahaan (environmental and social
reporting). Di Inggris, sudah lama perusahaan diikat dengan kode etik
usaha karena sudah ada banyak aturan dan undang-undang yang mengatur
praktek bisnis di Inggris, maka tidak diperlukan UU khusus tanggung
jawab sosial perusahaan. Sekedar diketahui, perusahaan di Inggris ini tidak
lepas dari pengamatan publik (masyarakat dan negara) karena harus
transparan dalam praktek bisnisnya. Publik bisa protes terbuka ke
perusahaan jika perusahaan merugikan masyarakat/konsumen/buruh/
lingkungan. Dengan melihat perkembangan ini, disahkan Companies Act
2006 yang mewajibkan perusahaan yang sudah tercatat di bursa efek untuk
melaporkan bukan saja kinerja perusahaan (kinerja ekonomi dan finansial)
melainkan kinerja sosial dan lingkungan. Laporan ini harus terbuka untuk
diakses publik dan dipertanyakan. Dengan demikian, perusahaan didesak
agar semakin bertanggung jawab 25.
25
Mas Achmad Daniri, Ibid
Universitas Sumatera Utara
Mac Oliver-EA Marshal berpendapat perusahaan Amerika yang
beroperasi di luar negeri diharuskan melaksanakan Sullivan Principal
dalam rangka melaksanakan Corporate Social Responsibilty, yaitu 26:
a. Tidak ada pemisahan ras (non separation of races) dalam makan,
bantuan hidup dan fasilitas kerja.
b. Sama dan adil dalam melaksanakan pekerjaan (equal and fair
employment process).
c. Pembayaran upah yang sama untuk pekerjaan yang sebanding (equal
payment compansable work).
d. Program training untuk mempersiapkan kulit hitam dan non kulit putih
lain sebagai supervisi, administrasi, teknisi dalam jumlah yang substansial.
e. Memperbanyak kulit hitam dan non kulit putih lain dalam profesi
manajemen dan supervisi.
f. Memperbaiki tempat hidup pekerja di luar lingkungan kerja seperti
perumahan, transportasi, kesehatan, sekolah dan rekreasi.
Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan di beberapa
negara bisa dijadikan referensi untuk menjadi contoh penerapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Belanda,
26
Ibid
Universitas Sumatera Utara
Inggris, dan Amerika Serikat telah mengadopsi code of conduct tanggung
jawab sosial perusahaan yang meliputi aspek lingkungan hidup, hubungan
industrial, gender, korupsi, dan hak asasi manusia. Berbasis pada aspek
itu, mereka mengembangkan regulasi guna mengatur tanggung jawab
sosial perusahaan. Australia, misalnya, mewajibkan perusahaan membuat
laporan tahunan tanggung jawab sosial perusahaan dan mengatur
standarisasi lingkungan hidup, hubungan industrial, dan hak asasi
manusia. Sementara itu, Kanada mengatur tanggung jawab sosial
perusahaan dalam aspek kesehatan, hubungan industrial, proteksi
lingkungan, dan penyelesaian masalah sosial 27.
Di Malaysia, tanggung jawab sosial perusahaan sebagaimana yang
digambarkan dalam Silver Book sebagai referensinya menyatakan bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu aktivitas yang
dilakukan untuk menguntungkan masyarakat serta kontribusi sukarela
(voluntary contribution) dan kewajiban sosial (social obligation). Elemen
tanggung jawab sosial dapat dijajaki dalam Code of Ethics (1996) yang
secara ringkas, direktur dalam menunaikan kewajibannya harus menjamin
pemakaian sumber daya alam yang efektif dan mempromosikan tanggung
jawab sosial, pro-aktif dalam kebutuhan masyarakat, membantu dalam
melawan inflasi. Pada tahun 2004, bahkan Bursa Saham Malaysia
memunculkan kerangka tanggung jawab sosial sebagai manual bagi
27
Ibid
Universitas Sumatera Utara
perusahaan publik yang terdaftar ketentuan pendaftaran membutuhkan
perusahaan publik untuk mencantumkan praktek tanggung jawab sosialnya
dalam laporan tahunan. Komitmen pemerintah juga ditunjukkan dengan
menerbitkan Silver Book pada bulan September 2006 dalam program
Transformasi Perusahaan yang berhubungan dengan pemerintah atau
Government Linked Companies yang selanjutnya dalam penulisan ini
disingkat menjadi GLCs. Tanggung jawab sosial mendapat dukungan
penuh dari pemerintah. Sejak tahun 2006 alokasi-alokasi tertentu telah
dibuat dalam anggaran tahunan untuk tanggung jawab sosial perusahaan.
Bahkan pada tahun 2008, perdana menteri menyebutkan akan ada
pengurangan pajak untuk perusahaan yang memberikan keuntungan
signifikan terhadap komunitas lokal, pemerintah juga membentuk dana
tanggung jawab sosial perusahaan dengan jumlah awal RM 50 juta
sekaligus meluncurkan Award CSR Perdana Menteri 2007 untuk
mendukung keterlibatan perusahaan dari sektor swasta dalam aktivitas
tanggung jawab sosial perusahaan 28.
Selanjutnya, Silver Book menuntun GLCs tentang bagaimana
membentuk sebuah program kontribusi yang efektif dan menekan biaya
kewajiban tersebut ke dalam kontribusi yang efektif. Program–program
yang dilakukan oleh GLCs di Malaysia dibagi dalam program kontribusi
sosial (contohnya : di bidang pendidikan, keterlibatan komunitas terhadap
28
Halyani Hj Hassan, Ibid, hal 2-4
Universitas Sumatera Utara
kegiatan
sosial/bencana
alam,
program
kesehatan
masyarakat,
perlindungan dan pelestarian lingkungan, pengentasan kemiskinan,
kesejahteraan karyawan) dan program kewajiban sosial (memberikan
pelayanan kepada masyarakat seperti proyek listrik masuk desa,
memperluas jaringan perbankan di daerah–daerah, pelayanan transportasi
yang menjangkau daerah terpencil) 29 . Dengan demikian, di Malaysia
tanggung jawab sosial perusahaan tidak lagi bersifat filantropi. Hal ini
mencakup ruang lingkup yang luas dan didesain untuk memberikan nilai
yang layak dicapai masyarakat secara umum dan perusahaan secara
khusus.
Pendekatan masing-masing pemerintah di Eropa berbeda-beda,
misalnya,
Pemerintah
Perancis
mengharuskan
perusahaan
untuk
melaporkan secara mendetail dampak mereka dalam aspek sosial dan
lingkungan. Pemerintah Belgia menyediakan label khusus bagi perusahaan
yang dalam prakteknya sepanjang rantai produksi telah benar-benar sesuai
dengan delapan konvensi ILO. Pemerintah Denmark mengembangkan
Danish Social Index dan melakukan pengukuran langsung atas kinerja
perusahaan dalam kebijakan mengenai pekerja dan fakta kondisi kerja.
Sementara Pemerintah Italia mengembangkan petunjuk yang dapat
dipergunakan
oleh
perusahaan
untuk
melakukan
penilaian
diri,
pengukuran, pelaporan, serta penjaminan kebenaran isi laporan. Jalan yang
29
Ibid., hal. 6-8
Universitas Sumatera Utara
ditempuh oleh Kementerian tanggung jawab sosial perusahaan Inggrisyang mirip dengan apa yang dilakukan Pemerintah Perancis- sangat
menarik untuk dicoba yaitu dengan mewajibkan pelaporan tahunan kinerja
sosial dan lingkungan perusahaan selain kinerja finansial yang memang
sudah biasa dilakukan. Dengan upaya pemerintah yang mendorong
transparansi kinerja ini, maka mau tidak mau perusahaan kemudian harus
meningkatkan kinerjanya karena iklim persaingan usaha yang ketat akan
memberikan disinsentif bagi mereka yang memiliki kelemahan dalam
kinerja tanggung jawab sosial perusahaan. Regulasi yang dibuat juga
memberikan kewenangan penuh bagi pemerintah untuk mengecek
kebenaran laporan dan tentu saja mengatur apa konsekuensi kebohongan
terhadap publik yang dilakukan perusahaan dalam laporannya 30 . Oleh
sebab itu tidaklah mengherankan jika tanggung jawab sosial perusahaan
telah menjadi isu bisnis yang terus menguat. Isu ini sering diperdebatkan
dengan pendekatan nilai-nilai etika dan memberi tekanan yang semakin
besar pada kalangan bisnis untuk berperan dalam membantu masalahmasalah sosial yang akan terus tumbuh dan juga berperan dalam
memajukan kesejahteraan umum sebagai perwujudan tujuan negara
Indonesia. Pengaturan tanggung jawab sosial perusahaan dalam UU
Perseroan Terbatas merefleksikan tujuan hukum untuk memberikan
manfaat, ketertiban dan kepastian bagi semua pihak.
30
Mas Achmad Daniri, Ibid
Universitas Sumatera Utara
F. Metodologi Penelitian
F.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Penelitian dengan
metode kualitatif bertolak dari asumsi tentang realitas atau fenomena
sosial yang bersifat unik dan kompleks. Padanya terdapat regularitas atau
pola tertentu, namun penuh dengan variasi (keragaman) 31.
F.2 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang
berdasarkan fakta dan data-data yang ada. Penelitian ini memberikan
gambaran yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena 32 .
Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat deskripsi atau
31
Burhan, Bungin. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis Kearah
Penguasaan Modal Aplikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. hal. 53
32
Bambang Prasetyo dkk, 1995. Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo
Persada. hal. 20
Universitas Sumatera Utara
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki 33.
F.3 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di PT. Toba Pulp Lestari, Toba Samosir serta
instansi-instansi terkait.
F.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data sebagai bahan dalam penelitian ini, akan
dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data, antara lain: Data Primer
yakni data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian yang
berupa tanggapan, saran, kritik, dan penilaian dari responden, penjelasan
dan keterangan hasil pengamatan secara langsung atas pertanyaan
penelitian. Data akan diperoleh melalui wawancara dengan Bapak Jerry
Tobing selaku Staff Community Relations PT. Toba Pulp Lestari dan
Bapak Nelson Hutapea selaku Kepala Desa Simare, Kecamatan Borbor.
Data Sekunder yakni data yang diperoleh secara tidak langsung yang
berhubungan dengan penelitian ini seperti buku, surat kabar, dan sumbersumber lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.
F.5 Teknik Analisa Data
33
Sanafiah Faisal, 1995. Format Penelitian Sosial Dasar-dasar aplikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1995, hal. 20
Universitas Sumatera Utara
Penelitian ini akan menggunakan teknik analisa data yang bersifat
kualitatif. Teknik analisa kualitatif memberikan hasil penelitian untuk
memperoleh gambaran terhadap proses yang diteliti dan menganalisis
makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses tersebut 34 . Setelah
semua data