Analisis Penilaian Rumah Sehat dan Riwayat Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat ditandai oleh penduduknya

yang hidup dengan perilaku proaktif untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah terjadinya risiko penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.
Selanjutnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk menjangkau pelayanan
kesehatan bermutu yang bersifat promotif dan preventif. Lingkungan yang
diharapkan adalah lingkungan yang mendukung terwujudnya keadaan sehat yaitu
lingkungan yang bebas dari polusi, tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan
yang memadai, serta perumahan dan pemukiman yang sehat (Sukowati dan
Shinta, 2003).
Akses terhadap sanitasi layak merupakan salah satu fondasi inti dari
masyarakat yang sehat. Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi
sanitasi akan berdampak negatif pada aspek kehidupan, mulai dari turunnya

kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi
masyarakat, dan munculnya berbagai penyakit. Hasil penelitian Wulandari (2012)
menemukan bahwa sanitasi rumah yang buruk dapat menyebabkan balita terkena
diare.

Universitas Sumatera Utara

Selain sarana sanitasi, komponen rumah dan lingkungan yang tidak
memenuhi syarat kesehatan juga merupakan faktor risiko penularan berbagai
penyakit, khususnya

penyakit berbasis lingkungan.

Beberapa penelitian

menunjukkan bahwa kondisi rumah yang tidak sehat mempunyai hubungan
terhadap kejadian penyakit. Hasil penelitian Yuwono (2009) menemukan bahwa
lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat merupakan faktor risiko
terjadinya pneumonia pada balita.
Tersedianya sarana sanitasi dasar dan komponen rumah yang baik

merupakan salah satu syarat rumah sehat. Persentase keluarga yang menghuni
rumah sehat adalah target Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2015.
Target rumah sehat yang hendak dicapai telah ditentukan sebesar 80%.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS) tahun 2014, persentase rumah tangga di Indonesia yang telah
memenuhi syarat kesehatan adalah sebesar 61,81% dan belum memenuhi target
Renstra (Rencana Strategis) Kementerian Kesehatan tahun 2014 yaitu sebesar
77%.
Berdasarkan konsep dan definisi MDGs, rumah tangga memiliki akses
sanitasi layak apabila fasilitas sanitasi yang digunakan memenuhi syarat
kesehatan antara lain dilengkapi dengan jamban leher angsa, tanki septik (septic
tank)/Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), yang digunakan sendiri atau

bersama.
Data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara
tahun 2014 menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang memiliki akses

Universitas Sumatera Utara

terhadap sanitasi layak di Sumatera Utara adalah sebesar 66,92% dan belum

memenuhi target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2014 yaitu sebesar 75%.
Data BPS Sumatera Utara tahun 2014 juga menunjukkan bahwa pada daerah
pedesaan di Sumatera Utara masih terdapat 45,69% rumah tangga dengan sanitasi
yang tidak layak.
Data yang diperoleh dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014
menunjukkan bahwa secara nasional persentase penduduk yang memiliki akses
terhadap air minum layak sebagai salah satu sarana sanitasi dasar adalah sebesar
68,11% dan sudah melebihi target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2014
yaitu sebesar 67%. Data BPS tahun 2014 menunjukkan bahwa masih terdapat
48,34% rumah tangga di pedesaan Sumatera Utara yang tidak memiliki sumber air
yang layak untuk dipergunakan sehari-hari.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa
persentase rumah tangga di Indonesia yang menggunakan fasilitas Buang Air
Besar (BAB) milik sendiri adalah 76,2%, milik bersama 6,7%, dan fasilitas umum
4,2%. Meskipun sebagian besar rumah tangga di Indonesia memiliki fasilitas,
masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga
melakukan BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9%. Survei yang dilakukan BPS
tahun 2013 pada sebagian besar keluarga di Sumatera Utara menunjukkan bahwa
masih terdapat 1603 (12,83%) keluarga yang tidak menggunakan jamban.
Data BPS tahun 2014 menunjukkan bahwa di kabupaten Humbang

Hasundutan terdapat 65,23% rumah tangga yang menggunakan septic tank untuk

Universitas Sumatera Utara

pembuangan tinja, selainnya masyarakat membuang tinja di kolam, sawah,
sungai, dan lainnya.
Berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat yang disusun
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999,
informasi mengenai komponen rumah dapat dilihat dari beberapa kriteria, antara
lain: langit-langit, dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga,
ventilasi, lubang asap dapur, dan pencahayaan.
Data yang diperoleh dari BPS tahun 2014 menunjukkan bahwa di
Sumatera Utara persentase rumah yang sudah menggunakan atap bukan ijuk dan
lainnya sebesar 96,31%, menggunakan dinding bukan bambu dan lainnya sebesar
95,63%, menggunakan alas bukan tanah sebesar 97,49%.
Data yang diperoleh dari BPS tahun 2013 menunjukkan bahwa di
Kabupaten Humbang Hasundutan masih terdapat 71,98% rumah yang
menggunakan kayu sebagai dinding rumah dan masih terdapat 15,89% rumah
yang menggunakan tanah/kayu/lainnya sebagai lantai rumah.
Berdasarkan survei pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas

Paranginan, terdapat 5 penyakit berbasis lingkungan yang mendominasi di
Puskemas Paranginan, antara lain: ISPA, diare, penyakit kulit, TB paru, dan
kecacingan. Penyakit tersebut merupakan 5 penyakit berbasis lingkungan dengan
kasus tertinggi yang terdaftar dalam 21 penyakit tertinggi yang terdapat di
Puskesmas Paranginan. Pada tahun 2015, terdapat 955 kasus ISPA, 590 kasus
diare, 527 kasus penyakit kulit, 41 kasus TB paru, dan 19 kasus kecacingan. Pada

Universitas Sumatera Utara

bulan Januari dan Februari 2016, terdapat 169 kasus ISPA, 122 kasus diare, 75
kasus penyakit kulit, dan 10 kasus TB paru (Puskesmas Paranginan, 2016).
Berdasarkan observasi yang dilakukan di Desa Sihonongan, masih
ditemukan rumah yang menggunakan jamban yang jaraknya kurang dari 10 meter
dari sumber air bersih, masih terdapat anak-anak yang buang air besar
sembarangan, dan masih ditemukan popok bayi yang dibuang secara
sembarangan. Mengenai kondisi rumah, masih ditemukan beberapa rumah yang
tidak memenuhi syarat kesehatan seperti memiliki jendela yang tidak berfungsi
dengan baik sehingga tidak dapat digunakan, memiliki jendela namun tidak
dibuka setiap hari, tidak memiliki ventilasi rumah, menggunakan tanah sebagai
alas rumah, dan memiliki pencahayaan yang tidak terang di dalam rumah.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk menganalisis
penilaian rumah sehat dan riwayat penyakit berbasis lingkungan pada balita
seperti ISPA, diare, penyakit kulit, TB paru, kecacingan, dan lain-lain di Desa
Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2016.
1.2

Rumusan Masalah
Terdapat kasus penyakit berbasis lingkungan yang tinggi di Desa

Sihonongan dimana penderita penyakit tersebut tinggal di rumah yang tidak
memenuhi syarat kesehatan, baik komponen rumah maupun sarana sanitasi.
Untuk itu perlu diketahui penilaian rumah sehat dan riwayat penyakit berbasis
lingkungan di desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang
Hasundutan Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara

1.3

Tujuan Penelitian


1.3.1

Tujuan Umum
Menganalisis penilaian rumah sehat dan riwayat penyakit berbasis

lingkungan pada balita di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten
Humbang Hasundutan tahun 2016.
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mengetahui kondisi komponen rumah dari langit-langit, dinding, lantai,
jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi, lubang asap dapur,
dan pencahayaan ruangan di Desa Sihonongan Kecamatan Paranginan
Kabupaten Humbang Hasundutan.
2. Mengetahui sarana sanitasi rumah dari segi penyediaan air bersih,
penggunaan jamban, penggunaan sarana pembuangan air limbah (SPAL),
dan pembuangan sampah pada penduduk Desa Sihonongan Kecamatan
Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.

3. Mengetahui perilaku penghuni rumah tangga yang memiliki balita dari
segi membuka jendela kamar, membuka jendela ruang keluarga,
membersihkan halaman rumah, membuang tinja bayi dan balita ke jamban,
dan membuang sampah ke tempat sampah.
4. Mengetahui penyakit-penyakit berbasis lingkungan pada balita seperti
ISPA, diare, penyakit kulit, TB paru, kecacingan, dan lain-lain di Desa
Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat
1. Penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat agar masyarakat lebih
memperhatikan dan memperbaiki komponen rumah, sarana sanitasi rumah,
dan perilaku penghuni rumah tangga.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak puskesmas Paranginan mengenai
penilaian rumah sehat dan riwayat penyakit berbasis lingkungan pada
balita dan sebagai masukan dalam penyusunan kebijakan dan program
pencegahan penyakit khususnya penyakit berbasis lingkungan.

3. Sebagai sarana dalam menambah ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
wawasan peneliti dalam menganalisa penilaian rumah sehat dan riwayat
penyakit berbasis lingkungan pada balita.
4. Sebagai bahan informasi dan pendukung untuk penelitian selanjutnya
dengan

mencakup

populasi

yang

lebih

besar

sehingga

mampu


menuntaskan masalah rumah yang tidak memenuhi syarat sehat dan untuk
mengatasi terjadinya penyakit berbasis lingkungan.

Universitas Sumatera Utara