Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Resistensi Watmuri Diaspora: Kajian terhadap Penolakan Masyarakat Watmuri Diaspora Ambon atas Pengrusakan Hutan Sakral di Watmuri T2 752015003 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang Masalah
Munculnya gerakan perlawanan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari
konteks sejarah dan dinamika perubahan kebijakan ekonomi rezim orde baru.
Sejak dikeluarkannya kebijakan pembangunan ekonomi yang dikemas dalam
undang-undang pokok kehutanan dan UU investasi pada tahun 1967 terbuka
peluang bagi para investor asing menanamkan modal di Indonesia. Kegiatan
usaha meliputi HPH (Hak Pengusahaan Hutan), pertambangan, perkebunan dan
industri berbahan baku kayu. Kebijakan ini lebih banyak memanfaatkan sumber
daya hutan sebagai lending sector pembangunan karena itu, wilayah-wilayah yang
potensi kayunya berkualitas ataupun area penghasil bahan tambang akan menjadi
sasaran datangnya investor. Di bawah amanat pasal 33 UUD 1945 ”bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat” dalam konteks ini
menolak pembangunan sama dengan menolak negara sehingga menerima
kebijakan pembangunan dalam berbagai bentuk menjadi kesiapan masyarakat
yang memiliki kekayaan sumber daya alam. Mirisnya, amanat undang-undang
bahwa suatu pembangunan baik pengelolaan hasil hutan kayu, pertambangan,
perkebunan skala besar akan memberikan kemakmuran bagi rakyat jauh dari

kenyataan yang sebenarnya. Dampak yang lebih banyak dialami yakni
pencemaran lingkungan oleh limbah industri, deforestasi oleh karena penebangan
yang tidak memperhatikan proses rehabilitasi, menipisnya ketahanan air dalam

1

tanah akibat hutan yang rusak bahkan sampai pada hilangnya hak masyarakat atas
tanah dan hutan yang kaya tradisi budaya. Resistensi masyarakat yang
diwujudkan dalam bentuk perlawanan baik demonstrasi, konflik maupun berbagai
pertemuan dengan pihak-pihak penguasa adalah respon masyarakat atas
ketidakadilan yang mereka rasakan.
Perlawanan yang nampak di Indonesia misalnya resistensi atas
pertambangan di NTT yang dipelopori oleh mama Aleta Baun; Menolak
pertambangan PT Freeport di Mimika Papua yang digerakan oleh mama Yosepha
yang merupakan aktivis perempuan asal suku Amugme; Gerakan penolakan
eksploitasi hutan model HPH (Hak Pengusahaan Hutan) di Kalimantan dan
berbagai tempat lainnya di Indonesia adalah respon ketidakpuasan masyarakat
atas sikap monopolistik pemerintah yang mengutamakan pertumbuhan ekonomi
sedangkan kohesi antara masyarakat dengan alam dan tradisi penggunaan hutan
yang membudaya dalam masyarakat terabaikan. Dalam suatu masyarakat adat

tentu memiliki filosofi tentang tanah, air, gunung, batu dan pohon yang menyatu
dalam kepercayaan budaya setempat. Kehilangan salah satu dari unsur-unsur itu
sama dengan merusak tradisi yang mengakar dalam masyarakat. Demikian halnya
yang terjadi di desa-desa kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku.
Pada tahun 2009 perusahaan PT Karya Jaya Berdikari mendapatkan ijin
pengelolaan sumber daya kayu dengan model HPH (Hak Pengusahaan Hutan) di
Kabupaten Maluku Tenggara Barat provinsi Maluku sesuai surat keputusan
Menteri Kehutanan nomor 117/MENHUT-II/2009. Sejak perusahaan resmi
mendapatkan ijin pengelolaan hutan timbul berbagai kekhawatiran atas

2

pembangunan kehutanan ini. Pasalnya, kepulauan Yamdena sebagai salah satu
gugusan pulau terbesar di Maluku Tenggara Barat pernah diekploitasi oleh PT
Yamdena Hutani Lestari sejak tahun 1991 dan dicabut berdasarkan surat
keputusan menteri kehutanan No. 200/Menhut-II/2007 tanggal 16 Mei 2007.
Pencabutan dilakukan oleh karena pihak perusahaan mengeksploitasi hutan secara
berlebih yang menyebabkan sebagian besar hutan di kepulauan Yamdena
mengalami degradasi. Menariknya di tahun 2009 pemerintah kabupaten Maluku
Tenggara Barat kembali memberikan rekomendasi untuk mengeksploitasi hutan di

kepulauan Yamdena. Hal ini menimbulkan berbagai kecurigaan adanya
pengambilan keuntungan dari sumber daya kayu milik masyarakat desa yang
mengatasnamakan pembangunan untuk kesejahteraan seluruh warga. Indikasi
negatif semakin menguat ketika perusahaan PT Karya Jaya Berdikari
mendapatkan ijin pengelolaan hasil hutan kayu di desa Watmuri tanpa persetujuan
seluruh masyarakat sementara hutan yang dikelola merupakan klaim hutan ulayat
yang penggunaan dan peruntukannya sejak dahulu untuk kepentingan bersama
masyarakat Watmuri.
Desa Watmuri merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan
Nirunmas Kabupaten Maluku Tenggara Barat Provinsi Maluku.1 Masyarakat yang
berdomisili di desa Watmuri didominasi pekerjaan sebagai petani. Luasnya hutan
yang mencapai ribuan hektar dan potensi kayu berkualitas untuk konstruksi
bangunan mengundang ketertarikan pengusaha berbasis pengelolaan kayu
1

Di kabupaten Maluku Tenggara Barat terdapat gugusan pulau terbesar yakni kepulauan
Yamdena dan desa Watmuri termasuk salah satu desa yang berada dalam gugusan pulau
tersebut.

3


mendapatkan ijin di sana. Kayu Turing atau dalam percakapan masyarakat
menyebutnya sebagai kayu besi merah merupakan jenis pohon langkah yang
hanya tumbuh di dua tempat yakni desa Watmuri dan di hutan negara Brasil.2
Jenis kayu langkah dan berkualitas ini sangat dijaga masyarakat setempat
sehingga tidak seorangpun dapat melakukan aktifitas penebangan tanpa keputusan
dari musyawarah desa. Selain itu, hutan Watmuri memiliki ikatan emosional
dengan masyarakat setempat atas negeri lama masing-masing Soa3 yang dianggap
sakral. Masyarakat percaya bahwa tempat-tempat yang memiliki sejarah
kehidupan masa lalu yang terhubung dengan leluhur akan mengeluarkan kekuatan
supernatural yang berakibat fatal bagi setiap orang yang merusaknya. Akan tetapi
pentingnya hutan yang memiliki ikatan budaya dengan masyarakat Watmuri serta
ketergantungan hutan sebagai tempat pencari nafkah sekaligus nilai saling berbagi
dari cara masyarakat menggunakan hutan demi kepentingan bersama bergeser
semenjak perusahaan beroperasi di desa Watmuri. Hutan semakin terlepas dari
tangan masyarakat desa bahkan mematikan mata pencaharian oleh karena
penggunaan area hutan untuk bercocok tanam dibatasi oleh perusahaan HPH.
Atas berbagai situasi ini orang-orang diaspora Watmuri di Ambon tergerak
untuk memperjuangkan nasib masyarakat desa ke depan. Apa yang dilakukan
Watmuri diaspora bukan untuk menunjukan kemampuan intelektual atau

integritas sebagai orang-orang kota yang berwawasan luas melainkan bentuk
kepedulian dan kepekaan pada hak masyarakat yang harus diperjuangkan. Hutan
2

Wawancara dengan Bpk. L Kofit 15 Agustus 2016 di Ambon.
Soa adalah sebuah distrik desa/negeri. Soa secara sederhana diartikan sebagai
kumpulan dari beberapa marga. Kedudukan soa biasanya dibawah raja dan berfungsi sebagai
dewan menteri atau pembantu raja. Wawancara dengan Bpk R. Melmambessy 28 Agustus 2016
di Ambon.
3

4

yang dikelola yakni hutan ulayat yang merupakan milik bersama masyarakat,
untuk mengelolanyapun harus mendapatkan persetujuan dari seluruh masyarakat.
Ketika perusahaan hanya disetujui oleh sebagian kecil warga yang dikontrol oleh
kepala desa dan kroni-kroninya, hal ini dilihat sebagai bentuk ketidakadilan bagi
seluruh masyarakat Watmuri. Ikatan Masyarakat Nirunmas Watmuri (IMNW)
sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan Watmuri perantau di Ambon
menjadi wadah mobilisasi gerakan perlawanan untuk menentang penebangan

hutan di Watmuri. Tradisi hidup ”laeng lia laeng” menjadi motivasi bangkitnya
resistensi Watmuri diaspora dengan asumsi merampas hak masyarakat desa atas
hutan sama halnya merampas hak hidup seluruh masyarakat Watmuri di mana
saja. Perjuangan hak tersebut berhubungan dengan, hak untuk mendapatkan
kesejahteraan dan kemakmuran sebagai bentuk nyata hadirnya pembangunan; hak
agar perusahaan melakukan rehabilitasi untuk mengembalikan fungsi hutan dan
mengurangi minimnya kerusakan; serta hak untuk melindungi hutan yang
memiliki ikatan budaya dengan masyarakat setempat sebagai “negeri lama”.
Semua ini tampak nihil sejak perusahaan beroperasi sehingga menjadi kekuatan
bangkitnya resistensi.
Atas uraian ini maka penulis merangkumnya dalam satu judul tesis:
Resistensi Watmuri Diaspora “Suatu Kajian Terhadap Penolakan Masyarakat
Watmuri Diaspora Ambon Atas Pengrusakan Hutan Sakral Di Watmuri”.
Sehingga dari judul ini dirumuskan masalah penelitian: Mengapa masyarakat
diaspora Watmuri di Ambon menolak pengrusakan hutan sakral di desa Watmuri?
dan Bagaimana strategi yang dilakukan masyarakat Watmuri diaspora Ambon

5

menolak pengrusakan hutan sakral di desa Watmuri? Dengan begitu maka Tujuan

penelitian ini yaitu mendeskripsikan mengapa ikatan masyarakat Watmuri
diaspora-Ambon

menolak

pengrusakan

hutan

sakral

di

Watmuri

dan

mendeskripsikan strategi-strategi yang diupayakan orang-orang Watmuri diaspora
untuk menolak pengrusakan hutan sakral di Watmuri.
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan bagi siapapun yang

memiliki kepedulian terhadap eksistensi masyarakat melawan pengelolaan sumber
daya

hutan

yang

eksploitatif.

Kepada

pemerintah

untuk

memperketat

pengontrolan dan evaluasi atas kinerja perusahaan sehingga efektif dan jauh dari
keresahan masyarakat. Juga kepada kalangan akademisi yang berminat
mempelajari tindakan perlawanan masyarakat yang memperjuangkan hak-hak

ulayat.
Penelitian ini dalam pengkajiannya mengarah pada studi sosiologi agama.
Resistensi

Watmuri

diaspora

terhadap

hutan

sakral

secara

sederhana

menggambarkan upaya masyarakat memperjuangkan budaya sebagai warisan
turun temurun terkait tempat-tempat yang menjadi sakral bagi masyarakat. Bagi

Emile Durkheim seluruh keyakinan manusia baik yang religius (agama suku)
maupun Beragama (diakui oleh negara) tentu membagi dunia mereka dalam dua
elemen terpisah yakni yang sakral dan yang profan. Ciri-ciri yang sakral yakni
superior, berkuasa, terlarang, suci sedangkan profan lebih pada kebiasaan seharihari, tidak memiliki kekuatan dan tampak biasa.4 Terhadap penjelasan ini maka
penolakan Watmuri diaspora di Ambon atas pengrusakan hutan sakral
4

Emile Durkheim, The Elementary Forms Of Religious Life : Sejarah Bentuk-Bentuk
Agama Yang Paling Dasar (Jogjakarta: IRCisod, 2011), 167-169.

6

mengarahkan kajian penelitian ini lebih pada studi sosiologi agama bukan pada
studi pembangunan yang dianalisis menggunakan teori gerakan perlawanan.
1.2. Alasan Pemilihan Judul
Penulis pernah berinteraksi selama delapan tahun dengan komunitas
Watmuri diaspora yang berada di Ambon, beralamatkan Karang Panjang tepatnya
di gang Victoria RT 005/RW 005. Atas dasar mencintai kerukunan hidup saudarabersaudara di tempat tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengambil kasus
yang dapat dijadikan masalah penelitian.


Maka ditemukanlah judul yang

menggambarkan kehidupan Watmuri Diaspora yang berkaitan dengan resistensi
mereka menolak pengelolaan hasil hutan kayu di tempat asal yakni desa Watmuri.
Walaupun bukan berasal dari komunitas yang sama namun untuk mendapatkan
data tidak ada halangan dan hambatan. Mereka secara terbuka memberikan data
ketika wawancara berlangsung dan sangat diapreasikan oleh penulis. Semoga
penulisan ini dapat bermanfaat secara akademis maupun bagi masyarakat
Watmuri secara khusus.
1.3. Metodologi Penelitian
1.3.1. Jenis Penelitian
Suatu metode sangat dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dalam
suatu penelitian serta menjadi pengarah dengan cara apa dan bagaimana data
dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir dapat menjawab permasalahan
penelitian.5 Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif untuk

5

Burhan bungin, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2003), 42.

7

mengeksplorasi serta memahami suatu permasalahan yang ada di lapangan.6
Bahkan melalui metode ini penulis berupaya menggambarkan sifat suatu keadaan
dalam jalannya penelitian kemudian data dikumpulkan, dianalisis dan
diabstraksikan.7 Menurut Creswell, penelitian kualitatif adalah suatu proses
penelitian ilmiah untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks
sosial yang menyeluruh dan kompleks.8 Untuk jenis penelitian penulis
menggunakan deskriptif analitis. Bagi Sumanto penelitian deskriptif berhubungan
dengan pengumpulan data untuk memberikan penegasan konsep atau gejala, juga
menjawab pertanyaan-pertanyaan.9 Melengkapi pemikiran Sumanto, Silalahi
menegaskan penelitian dekriptif tidak sekedar menggambarkan karakteristik dari
suatu gejala atau masalah yang diteliti melainkan fokus pada pertanyaan dasar
“bagaimana” untuk mendapatkan dan menjelaskan fakta-fakta dengan jelas dan
teliti.10
1.3.2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data maka Pengambilan data dilakukan melalui
observasi (pengamatan), wawancara dan penelaah dokumen. Wawancara menjadi
point penting dalam penelitian kualitatif karena data akan lebih banyak diperoleh
ketika face to face (tatap muka) dengan informan. Dalam hal ini, penulis
menggunakan wawancara tak berstruktur yakni wawancara bebas tanpa terikat

6

Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial (Jogjakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), 38-40.
7
Norman K. Denzim & Yvonna S. Lincoln (eds.), Handbook of Qualitative Research
(London-New Delhi: sage Publication, 1994), 2.
8
Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Salemba Humanika, 2010),
5.
9
Sumanto, Metode Penelitian Sosial dan Pendidikan (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), 8.
10
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), 28.

8

pada pedoman yang telah disusun secara sistematis.11 Tujuannya untuk
mendapatkan lebih banyak data dalam penelitian apalagi masalah yang diteliti
merupakan kasus yang begitu sensitif bagi masyarakat. Perlawanan orang
Watmuri diaspora berhadapan dengan sejumlah tantangan bahkan perjuangan
dengan peluh keringat, airmata, pergumulan (doa) dan adat. Itulah mengapa
penulis menggunakan wawancara bebas tak terstruktur untuk menelusuri ruang
tertutup dari resistensi Watmuri Diaspora.
Selain itu digunakan juga model Snowball sampling yakni teknik
penentuan sampel yang mula-mula kecil kemudian membesar atau disebut juga
metode bola salju.12 Ini dilakukan penulis untuk memperoleh pencapaian data,
ketika data telah jenuh dan mengalami pengulangan barulah penulis berhenti
dalam penelitian. Sebelumnya informan yang dipilih ialah ketua organisasi
Watmuri diaspora atau Ikatan Masyarakat Nirunmas Watmuri (IMNW) Ambon
yang memiliki andil besar dalam resistensi Watmuri diapora, lalu diinstrusikan
untuk mewawancarai orang-orang terkait diantaranya bapak R. Melmambessy
sebagai sekretaris IMNW-Ambon, Bpk Laban Kofit sebagai Pembina IMNW,
Bpk A. Samar seksi humas. Nama-nama yang disebutkan adalah orang-orang
yang terlibat langsung dalam masalah yang diteliti. Dari mereka lalu dianjurkan
mewawancarai para pemuda, pendeta jemaat yang pernah menjabat di Watmuri
selama upaya penolakan dan beberapa orang lainnya yang dirasa dapat
memberikan data penelitian. Penulis juga sempat observasi ke Watmuri di Bulan
Desember 2016 dan mendapat informasi dari beberapa orang di sana. Selain
11
12

127.

Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung: Pustaka Setia, 2002), 131-134
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010),

9

Wawancara

penulis

juga

melakukan

penelaah

dokumen.

Penelaah

ini

berhubungan dengan isi surat keluar yang ditujukan kepada pihak-pihak terkait
sebagai bukti penolakan masyarakat. Dokumen digunakan penulis sejauh
memiliki kaitan dengan masalah penelitian.
1.3.3. Fokus dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada masyarakat Watmuri diaspora yang ada di
kota

Ambon,

sebagai

upaya

mendeskripsikan

tindakan

mereka

dalam

mempertahankan hutan sakral yang ada di Watmuri. Jumlah mereka kurang lebih
70 KK dengan beragam pekerjaan baik Pegawai Negeri Sipil, Swasta, Dosen, TNI
dan Polri. Mereka tersebar di seluruh wilayah kota Ambon serta tetap menjaga
keterikatan orang saudara di rantau. Dalam penyebaran di setiap pelosok kota
Ambon, Karang Panjang RT 005 RW 005 merupakan tempat dengan populasi
masyarakat Watmuri diaspora terbanyak sehingga diberi sebutan Watmuri mini.
Dari kurang lebih 60 KK jumlah keseluruhan di RT 005 RW 005 Karang Panjang
Ambon, 35 KK di antaranya adalah orang Watmuri Diaspora. Di lokasi inilah
yang menjadi tempat penelitian juga ditempat lain terkait penelitian. Adapun di
bulan Desember 2016 penulis sempat observasi ke desa Watmuri dan
mendapatkan sebagian informasi di sana untuk melengkapi data yang sudah
ditemukan sebelumnya.
1.3.4. Metode Analisa Data
Penelitian berlangsung sejak Agustus-September 2016. Data yang
diperoleh merupakan hasil observasi, wawancara dan penelaah dokumen-

10

dokumen yang akan diseleksi untuk menyesuaikan relevansinya dengan masalah
penelitian. Setelah data terseleksi penulis akan menganalisanya dengan
menggunakan teori Gerakan Perlawanan.
1.4. Sistematika Penulisan
Secara garis besar tesis ini akan disusun dalam lima bab dengan
sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I “Pendahuluan” berisikan
latarbelakang penulisan, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, alasan
pemilihan judul serta dilengkapi dengan metodologi penelitian yakni jenis
penelitian, teknik pengumpulan data, fokus dan lokasi penelitian, metode analisa
data. Bab II merupakan uraian teori perlawanan yang dipakai sebagai pisau
analisis dengan tema besar “Resistensi Watmuri Diaspora Dari Perspektif
Teori Gerakan Perlawanan” yang dijabarkan point per point antara lain:
Resistensi dan definisinya, sifat dan karakteristik gerakan perlawanan, faktorfaktor munculnya gerakan perlawanan yang diuraikan berdasarkan faktor
ekonomi-politik, faktor budaya dan faktor ekologi.
Bab III “Deskripsi Watmuri diaspora dan perlawanannya” adalah bab
yang mengkaji seluruh penelitian lapangan yang dilakukan penulis antara lain:
Profil Watmuri diaspora, sistem ekonomi, sistem kekerabatan, sistem sosial
budaya, sekilas tentang masyarakat di Watmuri, sistem pemerintah desa di
Watmuri, hubungan Watmuri diaspora dan penduduk di desa, hutan dalam
pemahaman orang Watmuri, penggunaan hutan di Watmuri, dari hijau ke
deforestasi, dinamika masuknya perusahaan di Watmuri, mobilisasi perlawanan

11

dan konflik, alasan-alasan penolakan, siapa yang dilawan, strategi Perlawanan
masyarakat Watmuri diaspora Ambon dalam menolak ekploitasi hutan.
Bab IV merupakan bagian analisis mengenai Resistensi Masyarakat
Terhadap Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Merusak Hutan. Perpaduan
antara bab II teori dan bab III penelitian lapangan. Di dalamnya penulis
menganalisis mengenai: pentingnya hutan dan dorongan resistensi watmuri
diaspora Ambon, kurangnya kepedulian pemerintah dalam mengontrol kinerja
pengelola, masyarakat watmuri kehilangan hutan ulayat, strategi perlawanan
dalam menolak kebijakan pengelolaan hutan. Bab V tentu berisi penutup yang
terdiri dari kesimpulan dan saran.

12

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Oma Panggel Pulang: identitas sosial bagi masyarakat Diaspora di Negeri Oma, Pulau Haruku, Maluku Tengah T2 752014021 BAB I

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hak atas Nama Domain Internet di Indonesia T2 322010011 BAB I

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Christian Entrepreneurship T2 912010027 BAB I

0 1 37

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Resistensi Watmuri Diaspora: Kajian terhadap Penolakan Masyarakat Watmuri Diaspora Ambon atas Pengrusakan Hutan Sakral di Watmuri

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Resistensi Watmuri Diaspora: Kajian terhadap Penolakan Masyarakat Watmuri Diaspora Ambon atas Pengrusakan Hutan Sakral di Watmuri T2 752015003 BAB V

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Resistensi Watmuri Diaspora: Kajian terhadap Penolakan Masyarakat Watmuri Diaspora Ambon atas Pengrusakan Hutan Sakral di Watmuri T2 752015003 BAB IV

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Resistensi Watmuri Diaspora: Kajian terhadap Penolakan Masyarakat Watmuri Diaspora Ambon atas Pengrusakan Hutan Sakral di Watmuri T2 752015003 BAB II

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konflik Ambon Dalam Perspektif Teori Identitas Sosial T2 752013009 BAB I

0 0 8

T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Guru SMP Negeri 9 Ambon T2 BAB I

0 0 9

AGRARIAN CONFLICT IN WATMURI VILLAGE NIRUNMAS DISTRICT SOUTH EAST WEST OF MALUKU REGENCY

0 0 13