Gaya Hidup Remaja (Studi Kasus Gaya Hidup Remaja KTV di Kota Medan

BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah Kota Medan
Kota Medan merupakan ibukota provinsi Sumatera Utara, hal ini
didasarkan atas faktor sejarah terbentuknya Kota Medan yang memiliki cikal
bakal dari wilayah kekuasaan Kesultanan Deli pada waktu itu (BPS, 2010:xxxv).
Secara spesifik pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah
Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa. Terdapat beberapa sungai melintasi
Kota Medan ini dan bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli,
Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Babura, Sei Belawan dan Sei
Sulang Saling/Sei Kera.
Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru
Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang
selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman
kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap
sehingga akhirnya kurang popular.Pada awal perkembangannya Kota Medan
merupakan sebuah kampung kecil yang bernama "Medan Putri". Perkembangan
Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya yang strategis karena
terletak di jalur pertemuan antara dua sungai, yaitu sungai Deli dan sungai
Babura.


48
Universitas Sumatera Utara

Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu merupakan jalur lalu lintas
perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian Kampung "Medan
Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi
pelabuhan transit yang sangat penting.Pesatnya perkembangan Kampung "Medan
Putri" sebagai cikal bakal terbentuknya sebuah kota juga tidak terlepas dari
perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang
merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Usaha perkebunan
berkaitan erat dengan pembukaan lahan bagi perkebunan tembakau yang dirintis
oleh Jacobus Nienhuys dan berpusat di pertemuan dua alur sungai (sungai Babura
dan sungai Deli) yaitu suatu wilayah yang disebut sebagai Medan Putri.
Tujuan Nienhuys datang ke Deli adalah sebagai rangkaian perjalanan
mencari lahan untuk perkebunan tembakau sebagai tugas dari perusahaan dagang
Pieter van den Arend & Consortium (Pelzer, 1951).Pada perkembangan lanjutan,
cikal-bakal Kota Medan ditentukan oleh pemberian konsesi tanah oleh Sultan
Mahmud kepada Nienhuys yang turut menyeret pengakuan atas hak tanah-tanah
rakyat yang termasuk dalam konsesi tanah tersebut (Said, 1977:36-37). Konsesi

tanah tersebut yang meliputi Kampung Baru dan Deli menjadi lahan bagi tanaman
tembakau dan pala pada masa itu, menurut Said (1977:37-38) pada tahun 1870
kegiatan perkebunan atas konsesi tanah tersebut atau disebut juga perkebunan
Deli Mij telah menjadi luas.
Kota Medan sebagai sebentuk wilayah perkotaan memiliki penduduk yang
dapat digolongkan pada kategori masyarakat heterogen, yaitu masyarakat yang
terdiri dari berbagai jenis suku, agama, ras dan golongan. Komposisi masyarakat
49
Universitas Sumatera Utara

Kota Medan terdiri atas Melayu, Batak (Mandailing, Toba, Karo, Pak-pak,
Simalungun, Angkola), Jawa, Aceh, Minangkabau, Tionghoa, India (Tamil, Sikh).
Komposisi masyarakat Kota Medan yang heterogen terbagi-bagi atas
beberapa lokasi, hal ini disebabkan karena pada awalnya lokasi tersebut
merupakan daerah awal tumbuh dan berkembangnya suku tersebut di Kota
Medan. Perbedaan lokasi tersebut bukan merupakan gambaran penduduk yang
terpecah-belah melainkan sebagai wujud persatuan etnisitas yang dimiliki setiap
masyarakat di Kota Medan.

2.1.1. Kota Medan Secara Administrasi

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota
Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota
Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang
menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59
Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya
Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September
1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melaui Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian
mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan
dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui
Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei
1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

50
Universitas Sumatera Utara

Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH
Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996
tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan
berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992

tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II
Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21
Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan
administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis
dan sosial ekonomis.
Secara administratif,wilayah kota medan hampir secara keseluruhan
berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan
dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat
Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber
Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya
secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber
daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya.
Di samping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka, Maka kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu
51

Universitas Sumatera Utara

masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik
maupun kuar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis kota Medan ini telah
mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu
daerah terbangun Belawan dan pusat kota Medan saat ini.

2.2. Kota Medan Secara Demografis
Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur
agama, suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini
memunculkan karakter sebagian besar penduduk kota Medan bersifat terbuka.
Secara Demografi, Kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa
transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu
keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana
tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang
mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir
masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor
perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.
Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu
pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan

kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah.
Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain
perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan
juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat

52
Universitas Sumatera Utara

kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan
pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

2.3. Kota Medan Dalam Dimensi Sejarah
Keberadaan Kota Medan saat ini tidak terlepas dari dimensi historis yang
panjang, dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru
Patimpus, berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang
diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan
Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutanya ditandai dengan perpindahan
ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis Ke Medan, tahun 1887, sebelum
akhirnya statusnya diubah menjadi Gubernemen yang dipimpin oleh seorang
Gubernur pada tahun 1915. Secara historis, perkembangan kota medan sejak awal

memposisikan nya menjadi jalur lalu lintas perdagangan.
Posisinya yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Babura, serta
adanya Kebijakan Sultan Deli yang mengembangkan perkebunan tembakau dalam
awal perkembanganya, telah mendorong berkembangnya Kota Medan sebagai
Pusat Perdagangan (ekspor-impor) sejak masa lalu.Sedang dijadikanya Medan
sebagai ibukota Deli juga telah medorong kota Medan berkembang menjadi pusat
pemerintahan. Sampai saat ini, di samping merupakan salah satu daerah Kota,
juga sekaligus ibukota Propinsi Sumatera Utara.

53
Universitas Sumatera Utara

2.4. Kota Medan Secara Kultural
Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal
Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya,
budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya
nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak
satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan
sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang
heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan. Keragaman

suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan
sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan
industri pariwisata di Kota Medan.
Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu
primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh
karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan
dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis.

2.5. Kota Medan Secara Sosial
Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,
keamanan dan ketertiban, agama dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan
penghambat bagi pertumbuhan ekonomi Kota Medan. Keberadaan sarana
pendidikan kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital bagi
masyarakat untuk mendapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh
pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya .

54
Universitas Sumatera Utara

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan merupakan

salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya kompleks dan multi
dimensional yang penomenanya di pengaruhi oleh berbagai faktor yang saling
berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, lokasi, gender
dan kondisi lingkungan. Kemiskinan bukan lagi dipahami hanya sebatas ketidak
mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan
perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan
secara bermartabat.
Data SUSENAS tahun 2004, memperkirakan penduduk miskin di kota
medan tahun 2004 berjumlah 7,13% atau 32.804 rumah tangga atau 143.037 jiwa.
Dilihat dari persebarannya, Medan bagian Utara (Medan Deli, Medan Labuhan,
Medan Marelan dan Medan Belawan) merupakan kantong kemiskinan terbesar
(37,19%) dari keseluruhan penduduk miskin.

2.6. Kota Medan Secara Geografis
Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja
pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis, dan (3) faktor
sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan yang lainnya,
yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota
termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).
Secara administrative, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan

berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan
dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat

55
Universitas Sumatera Utara

Malaka, yang diketahui merupakan salah satu daerah yang kaya Sumber Daya
Alam (SDA), khususnya dibidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara
geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam
seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungin, Tapanuli Utara, Tapanuli
Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota
Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan
kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan
daerah-daerah sekitarnya.
Disamping itu sebagai daerah yang pada pinggiran jalur pelayaran Selat
Malaka. Maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang (pintu
masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik
maupun luar negeri (ekspor-impor).
Posisi geografis Kota Medan ini telah mendorong perkembangan Kota
Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan

secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

2.7. Lokasi Penelitian
Stroom adalah salah satu KTV yang sering di datangi oleh para remaja
seperti Station, Jet Plane, Stroom dan sebagainya. KTV yang menjadi pusat
perhatian penulis adalah KTV Stroom. Stroom berada dijalan Listrik no 2 Medan,
Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Stroom berada dilantai 3
di Selecta Building. Kantor-Kantor Pemerintah dan DPRD.Kantor Walikota
Medan terletak di Kec. Medan Petisah ini.

56
Universitas Sumatera Utara

Kecamatan Medan Petisah dengan luas wilayahnya 13,16 KM². Kecamatan
Medan Petisah yang terdiri dari 17 lingkungan ini adalah daerah pusat
perdagangan Kota Medan, dengan penduduknya berjumlah : 67.057 jiwa. Di
Kecamatan Medan Petisah ini banyak terdapat pusat-pusat perbelanjaan, pasar,
pertokoan, perbankan dan show room.

Dari Kecamatan ini terdapat produk

unggulan yang merupakan industri rumah tangga berupa industri dan pemasaran
Bika Ambon di Jl. Majapahit Medan yang sudah sangat terkenal sebagai oleh-oleh
dari Medan. Selain Bika Ambon di Kecamatan Medan Petisah ini juga terdapat
industri rumah tangga lainnya seperti anyaman rotan dan konveksi pakaian jadi.

2.7.1. Keadaan Geografis Kelurahan Petisah Tengah Kec. Medan Petisah
Lokasi penelitian ini adalah di kota Medan Provinsi Sumatera Utara di
Jalan Listrik kelurahan Petisah Tengah, yaitu KTV Stroom yang berada di lantai 3
Selecta Building. Selecta Building terdiri dari beberapa kantor seperti Ballroom,
kantor Grapari Telkomsel dan kantor asuransi Prudential. Kecamatan Medan
Petisah terletak di Pusat Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut :


Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia.



Sebalah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat.



Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Baru.



Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat.

Sebagai informasi bagi investor dan masyarakat pada Kecamatan Medan Petisah
ini terdapat :Museum Bukit Barisan, terletak di Jl. KH. Zainul Arifin, merupakan
museum yang menyimpan benda- benda sejarah perjuangan ABRI dan Rakyat di

57
Universitas Sumatera Utara

Sumatera Utara, seperti senjata, obat-obatan, seragam dan pakaian pada waktu
Perang KemerdekaanIndonesia, TuguSisterCity., Hotel Best Western (Bintang
4), , Tempat Rekreasi Taman Ria, Lapangan Benteng, Stadion Sepak Bola Kebun
Bunga.

Gambar 1
Peta Wilayah Petisah Tengah dan Batas-batasan Wilayah
Sumber : Googlemaps/ diakses pada 06 Oktober 2014 (data diolah oleh penulis)

Tabel 1
Batas Wilayah

Batas

Desa/Kelurahan

Kecamatan

Sebelah Utara

Silalas

Medn Barat

Sebelah Selatan

Petisah Hulu

Medan Baru

Sebelah Timur

Kesawan

Medan Barat

Sebelah Barat

Sei Sikambing

Medan Petisah

Sumber : Data Kantor Lurah Petisah Tengah tahun 2013

58
Universitas Sumatera Utara

2.7.2. Keadaan Penduduk Kel. Petisah Tengah
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah
tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk
tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.
Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai
berbagai dinamika social yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun
kultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian
(mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses
urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan
kependudukan yang diterapkan.
Tabel 2
Jumlah Penduduk Petisah Tengah Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Usia

0-12 bulan
1 – 5 tahun
6 – 10 tahun
11 – 15 tahun
16 – 20 tahun
21 – 25 tahun
26 – 30 tahun
31 – 35 tahun
36 – 40 tahun
41 – 45 tahun
46 – 50 tahun
51 – 55 tahun
56 – 60 tahun
61 – 65 tahun
66 – 70 tahun
71 – 75 tahun
≥ 75 tahun
Total

Pria
15
110
307
301
746
566
536
514
528
514
512
526
460
324
301
272
50
6.582

Wanita
17
169
369
365
809
600
573
548
580
556
578
611
533
420
380
328
85
7.464

Sumber: Data Kantor Lurah Petisah Tengah tahun 2013

59
Universitas Sumatera Utara

Dari hasil data diatas jumlah penduduk Wanita lebih banyak dari penduduk
pria. Adanya Urbanisasi dan Migrasi penduduk mengakibatkan terjadinya
keledakan penduduk. Jumlah kepala keluarga yang tercatat dikantor Lurah Petisah
Tengah adalah 2.656 KK dengan jumlah total seluruh warga yang berjumlah
14.046 orang. Tercatat 8.481 jiwa adalah suku China yang tinggal didaerah ini.
Dan hanya 5.565 orang pribumi yang ada di daerah Petisah Tengah.

2.7.3. Keadaan Sosial Budaya Kel. Petisah Tengah
Indonesia terdiri dari bermacam-macam agama dan budaya. Selogan
Bhinneka Tunggal Ika menggambarkan berbeda-beda suku agama dan bangsa
namun tetap bersatu. Warga Indonesia diharuskan saling menghormati satu sama
lain dan saling menghargai antar umat dan sesama. Menghargai perbedaan dan
pendapat yang ada.
Tidak sedikit perbedaan suku dan agama membuat lingkungan ataupun
hubungan sosial jauh dari perselisihan dan ketimpangan sosail. Mayoritas suku
dan agama yang ada di Kelurahan Petisah Tengah adalah China. Keadaan lokasi
yang berada di tengah kota dengan dikelilingi oleh perusahan, kantor, pasar, dan
sekolah membuat lingkungan ini membuat hubungan antar tetangga menjadi tidak
erat, karena selain kesibukan pekerjaan masing-masing hubungan sosial tidak
begitu efektif, sehingga kurang efisien.

60
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3
Agama atau Kepercayaan

Agama

Pria

Wanita

Islam

2.290

2.595

Budha

3.156

3.470

Kristen

446

587

Katholik

475

560

Hindu

215

252

-

-

6.582

7.464

Khonghucu
Jumlah

Sumber : Data Kantor Lurah Petisah Tengah tahun 2013

Dalam era globalisasi, dunia menjadi semakin sempit. Budaya lokal dan
budaya nasional akan terhembus oleh budaya universal. Dengan demikian, akan
terjadi pergeseran nilai kehidupan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
sangat berpengaruh terhadap pesatnya informasi. Banyaknya ragam budaya yang
ada di Nusantara ini membuat Indonesia menjadi semakin beraneka ragam suku
budaya. Banyak suku-susku yang ada di Indonesesia dan menyebar luar di
berbagai daerah di Indonesia, walaupun daerah tersebut bukannya daerah asli dari
suku tersebut.

2.7.4. Keadaan Perekonomian Kelurahan Petisah Tengah
Dari hasil pengambilan data tentang perekonomian atau mata pencarian di
kelurahan Petisah Tengah dapat di lihat pada tabel. 4 :

61
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4
Mata Pencaharian Pokok

No

Jenis Pekerjaan

Pria

Wanita

1.

Pegawai Negeri Sipil

60 orang

75 orang

2.

Pedagang Keliling

25 orang

-

3.

Peternak

3 orang

-

4.

Montir

10 orang

-

5.

Dokter Swasta

15 orang

5 orang

6.

Bidan Swasta

-

2 orang

7.

Pembantu Rumah Tangga

-

200 orang

8.

TNI

5 orang

-

9.

Polri

15 orang

-

10.

Pensiunan/PNS/TNI/polri

200 orang

75 orang

11.

Pengusaha kecil dan Menengah

500 orang

500 orang

12.

Pengacara

10 orang

-

13.

Notaris

10 orang

-

14.

Tukang Kusuk

6 orang

6 orang

15.

Seniman/ Artis

10 orang

-

16.

Karyawan Swasta

1.500 orang

1.200 orang

17.

Karyawan Perusahaan Pemerintah

300 orang

400 orang

18.

Wiraswasta

2.000 orang

1.500 orang

19.

Belum Bekerja

1.932 orang

3.507 orang

6.582 orang

7.464 orang

Total
Sumber: Data Kantor Lurah Petisah Tengah tahun 2013

62
Universitas Sumatera Utara

Dari hasil data tentang perekonomian atau pekerjaan di kelurahan Petisah
Tengah dapat disimpulkan bahwa pekerjaan terbanyak pada jenis pekerjaan
wiraswasta yaitu sebanyak 3.500 orang yang terdiri dari Pria 2.000 orang serta
Wanita 1.500 orang. Dan paling sedkit pekerjanya yaitu peternak hanya 3 orang
yang terdiri pria 3 orang dan perempuan tidak ada.

2.8. Asal Mula Sejarah Karaoke
Karaoke (berasal dari bahasa Jepang) adalah sebuah bentuk hiburan di
mana seseorang menyanyi diiringi dengan musik dan lirik yang ditunjuukan pada
sebuah layar televisi. Secara etimologis kata karaoke merupakan kata majemuk
“kara” yang berarti “kosong” (seperti dalam karate) dan “oke” yang merupakan
bentuk pendek dari “orkestra”. Karena kata majemuk ini setengah asing (inggris)
dan setengah Jepang, maka ditulis dengan aksara katakana dan bukan kanji.
Tempat karaoke yaitu gedung atau ruangan khusus untuk hiburan bernyanyi
karaoke.
Suatu malam di awal tahun 70-an, sebuah band yang biasanya mengisi
pertunjukan di sebuah bar di kota Kobe Jepang kelabakan. Pasalnya, saat akan
mentas, sang gitaris tidak juga muncul, sementara para pengunjung sudah tidak
sabar untuk menikmati hiburan. Akhirnya setelah berembuk dengan pemilik bar,
muncullah sebuah ide. Mereka tetap menghibur para pengunjung dengan
menyanyi tapi diiringi musik yang sebelumnya pernah mereka rekam. Di luar
dugaan, hal itu justru mendapatkan antusiasme yang besar dari para pengunjung.
Mengapa ? Karena selanjutnya para pengunjungbisa secara bergantian menyanyi

63
Universitas Sumatera Utara

tanpa harus membuat personil band lelah memainkan music secara berulangulang.

2.9.

Remaja KTV
Remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa

kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologi, kognitif, dan
perubahan sosail yang berlangsung antara usia 10-19 tahun (Santrock, 1993).
KTV dan karaoke keluarga pada umumnya merupakan tempat yang tidak
mempunyai perbedaan. KTV sesungguhnya merupakan tempat untuk karaoke
seperti biasa. Namun saat ini, beberapa kelompok remaja menjadikan KTV
sebagai tempat untuk dugem secara pribadi, karena tamu pengunjung pada room
merupakan bagian dari kelompok ataupun teman yang sama. Sehingga saat ini,
banyak remaja lebih meminati KTV di bandingkan dengan dugem di club atau
pub pada umumnya.
KTV merupakan trend yang lagi di gandrungi oleh para remaja saat ini.
KTV di anggap sebagai tempat untuk penghilang stres dan penat serta untuk
mengembalikan mood yang hilang. Selain itu KTV di jadikan tempat ajang
berkumpul dengan teman-teman, baik itu teman lama dan teman baru. KTV
dianggap tempat tongkrongan anak muda yang paling high class karena untuk
membuka satu room untuk KTV membutuhkan dana yang tidak sedikit
nominalnya bagi kantong para remaja.
Keadaan remaja yang terlibat KTV berasal dari berbagai kalangan. Ada
anak PNS, anak TNI, anak pengusaha maupun yang orang tuanya pengangguran.

64
Universitas Sumatera Utara

Dengan berbagai macam alasan remaja datang ke KTV. Ada juga remaja yang
datang ke KTV hanya untuk sekedar melepas penat, ada juga yang ikut KTV
hanya untuk menjaga teman-temannya agar teman-temannya tidak digangguin
saat berada di dalam room KTV. Saat berada di dalam tidak penting dia siapa.
Kenal atau tidak. Lakukan apa yang anda mau. Seperti penuturan Darman (21
tahun) :
“Kalau namanya udah didalam, pasrah ajalah udah. Nikmatin aja musik
yang lagi dimainkan. Kalo mau minum ya minum. Gak penting kenalatau
tidak.Kalau sama-sama sor yaudah jalanlah, joget sama. Kalau
komunikasi bagus setelah keluar dari sini bagus lanjut berkawan. Kalau
keluar dari sini kayak gadak kejadian ajalah ya pura-pura gak kenal aja”.
Dari KTV juga bisa menambah teman, karena selalu ada teman baru yang
masuk dalam list untuk menjadi teman. Meski teman baru namun jalinan yang
diciptakan sebisa mungkin menjadi pertemanan baik. Baik dalam arti teman yang
enak diajak cerita, teman yang enak diajak untuk bermain dan lain sebagainya.
Lingkungan KTV tidak selalu negatif. Jalinan pertemanan dan lingkungan yang
baik juga bisa terjalin disini. Lingkungan yang positif tergantung kepada
individunya. Baik atau buruknya lingkungan kembali kepada individu yang
melakukannya.
Teman dari KTV terdiri dari berbagai kalangan. Ada yang dari kalangan
atas, kalangan menengah dan kalangan bawah. Intinya yang penting ada uang
untuk bisa membuka room dan sering diajak KTV-an maka membuat lebih
banyak memiliki teman terutama dari kalangan KTV sendiri. Dari KTV dapat
memiliki teman dari berbagai kalangan dan tentu mendapatkan teman dengan latar
belakang dan kebiasaan teman yang berbeda pula.

65
Universitas Sumatera Utara

Banyaknya memiliki teman dengan latar belakang tentu membuat suasan
pertemanan semakin asyik, karena banyak memiliki teman menandakan bahwa
seseorang tersebut pandai bergaul dan ramah. Sehingga ia mampu menjalin
hubungan pertemanan dengan komunikasi yang baik.

66
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25