Efektivitas Pelatihan Bersyukur Untuk Meningkatkan Resiliensi Pada Penyintas Erupsi Gunung Sinabung
EFEKTIVITAS PELATIHAN BERSYUKUR UNTUK MENINGKATKAN
RESILIENSI PADA PENYINTAS ERUPSI GUNUNG SINABUNG
TESIS
Diajukan Dan Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan dan
Memperoleh Gelar Magister Pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Oleh :
ACHMAD IRVAN DWI PUTRA
117029021
MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
2014
Achmad Irvan Dwi Putra : 117029021
Efektivitas Pelatihan Bersyukur Untuk Meningkatkan Resiliensi Pada
Penyintas Erupsi Gunung Sinabung
(XIII +88 halaman + 11 tabel + 7 lampiran)
Daftar bacaan : 43 (1964-2014)
Erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan sudah lebih dari 6 bulan
penyintas harus tinggal di posko pengungsian. Kehilangan ladang sebagai sumber
penghasilan, hilangnya privasi, keterbatasan sarana dan prasarana merupakan
stressor yang membuat penyintas merasa jenuh selama berada di posko
pengungsian. Selain itu ketidakpastian akan berapa lama tinggal di pengungsian
semakin menambah beban yang membuat penyintas merasa khawatir, putus asa,
pasrah dan kurang optimis dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu penyintas
membutuhkan kemampuan untuk dapat bertahan dan beradaptasi ketika keadaan
menjadi tidak pasti yang disebut dengan resiliensi (Reivich & Shatte, 2002).
Dalam ketidakberdayaan, manusia selalu memiliki kesempatan untuk melihat
hidup secara lebih positif. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan
bersyukur sebagai bagian dari pendekatan psikologi positif agar penyintas erupsi
Gunung Sinabung bisa bangkit dari segala ketidakberdayaan dan memaksimalkan
potensi diri.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana efektifitas pelatihan
bersyukur untuk meningkatkan resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Sinabung.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 12 orang penyintas erupsi Gunung
Sinabung yang berusia 30-50 tahun dan masih tinggal di posko pengungsian.
Partisipan dibagi atas kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari hasil
analisa data dengan menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai signifikansi
0.010
RESILIENSI PADA PENYINTAS ERUPSI GUNUNG SINABUNG
TESIS
Diajukan Dan Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan dan
Memperoleh Gelar Magister Pada Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara
Oleh :
ACHMAD IRVAN DWI PUTRA
117029021
MAGISTER PSIKOLOGI PROFESI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
2014
Achmad Irvan Dwi Putra : 117029021
Efektivitas Pelatihan Bersyukur Untuk Meningkatkan Resiliensi Pada
Penyintas Erupsi Gunung Sinabung
(XIII +88 halaman + 11 tabel + 7 lampiran)
Daftar bacaan : 43 (1964-2014)
Erupsi Gunung Sinabung mengakibatkan sudah lebih dari 6 bulan
penyintas harus tinggal di posko pengungsian. Kehilangan ladang sebagai sumber
penghasilan, hilangnya privasi, keterbatasan sarana dan prasarana merupakan
stressor yang membuat penyintas merasa jenuh selama berada di posko
pengungsian. Selain itu ketidakpastian akan berapa lama tinggal di pengungsian
semakin menambah beban yang membuat penyintas merasa khawatir, putus asa,
pasrah dan kurang optimis dalam menjalani kehidupan. Oleh sebab itu penyintas
membutuhkan kemampuan untuk dapat bertahan dan beradaptasi ketika keadaan
menjadi tidak pasti yang disebut dengan resiliensi (Reivich & Shatte, 2002).
Dalam ketidakberdayaan, manusia selalu memiliki kesempatan untuk melihat
hidup secara lebih positif. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan
bersyukur sebagai bagian dari pendekatan psikologi positif agar penyintas erupsi
Gunung Sinabung bisa bangkit dari segala ketidakberdayaan dan memaksimalkan
potensi diri.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana efektifitas pelatihan
bersyukur untuk meningkatkan resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Sinabung.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 12 orang penyintas erupsi Gunung
Sinabung yang berusia 30-50 tahun dan masih tinggal di posko pengungsian.
Partisipan dibagi atas kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari hasil
analisa data dengan menggunakan uji Mann Whitney diperoleh nilai signifikansi
0.010