Pengaruh Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan
perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang
maksimum di atas nilai buku (Nofrita (2013). Menurut Hestinoviana (2013),
nilai perusahaan merupakan ukuran ekonomi yang mencerminkan nilai pasar
seluruh bisnis, atau dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan adalah
menetapkan harga yang harus dibayar oleh calon pembeli ketika perusahaan
dijual. Myers (1977) mengemukakan konsep nilai perusahaan sebagai
kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang.
Gaver (1993) mengemukakan bahwa nilai perusahaan dapat diartikan sebagai
nilai jual perusahaan maupun nilai tambah bagi pemegang saham.
Nilai perusahaan berperan penting dalam memproyeksikan kinerja
perusahaan sehingga dapat mempengaruhi investor dan calon investor
terhadap suatu perusahaan. Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari
beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena
10
Universitas Sumatera Utara
harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas
keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi, 2006). Pendapat tersebut sesuai
dengan pendapat Van Horne (2005) yang menyatakan bahwa, “Value is
represented by the market price of the company’s common stock which in
turn, is a function of firm’s investment, financing and dividend decision”.
Nilai perusahaan dapat direfleksikan melalui harga pasar dimana
harga pasar merupakan barometer dari kinerja perusahaan. Fenandar (2012),
mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar, alasannya karena nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang
saham jika harga perusahaan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Brigham (1996) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan yang tinggi berarti
harga saham juga tinggi dan dipercaya akan meningkatkan kemakmuran
pemegang saham.
Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini menggunakan rasio
Price Book Value (PBV). Price Book Value adalah sebuah rasio valuasi yang
digunakan investor untuk membandingkan harga per lembar saham (nilai
pasar) dengan nilai bukunya (shareholder’s equity). Perusahaan yang tingkat
pengembalian atas ekuitasnya tinggi biasanya menjual sahamnya dengan
penggandaan nilai buku yang lebih tinggi dari pada perusahaan lain yang
tingkat pengembaliannya rendah.
11
Universitas Sumatera Utara
Nilai buku per lembar saham dapat dihitung dengan rumus berikut
(Brigham, 1998):
Nilai Buku Per Lembar Saham Biasa =
Nilai buku per lembar saham menunjukkan jumlah rupiah yang akan
dibayarkan kepada setiap lembar saham apabila perusahaan pada saat itu
dibubarkan dengan anggapan bahwa semua aktiva dapat dijual dengan harga
yang sama dengan nilai bukunya. Dengan membagi harga per lembar saham
dengan nilai buku akan diperoleh rasio nilai pasar/ nilai buku sebagai berikut
(Brigham, 1998):
Rasio PBV =
Nilai perusahaan termasuk baik apabila nilai PBV berada diatas satu,
yaitu apabila nilai pasar lebih besar daripada nilai buku perusahaan. Semakin
tinggi nilai PBV, maka nilai perusahaan akan semakin baik. Sebaliknya,
apabila nilai PBV dibawah angka satu maka nilai perusahaan termasuk tidak
baik. Persepsi investor terhadap perusahaan juga tidak baik, karena nilai PBV
yang di bawah satu menggambarkan harga jual perusahaan yang lebih rendah
dibandingkan nilai buku perusahaan. Nilai perusahaan yang diindikasikan
dengan PBV yang tinggi menjadi harapan para pemilik perusahaan, atau
12
Universitas Sumatera Utara
menjadi tujuan perusahaan bisnis pada saat ini, sebab nilai PBV yang tinggi
dapat meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh PBV yaitu sebagai berikut
(Hidayati, 2006):
1) PBV
mempunyai
ukuran
intuitif
yang
relatif
stabil
yang
dapat
diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan
metode discounted cash flow dapat menggunakan PBV sebagai perbandingan.
2) Nilai buku memberikan standar akuntasi yang konsisten untuk semua
perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang
sama sebagai petunjuk adanya under atau over valuation.
3) Perusahaan-perusahaan dengan laba negatif yang tidak bisa dinilai dengan
menggunakan Price to Earning Ratio (PER) dapat dievaluasi dengan
menggunakan Price Book Value (PBV).
Nilai perusahaan yang diindikasikan dengan PBV yang tinggi menjadi
harapan para pemilik perusahaan, atau menjadi tujuan perusahaan bisnis pada
saat ini, sebab nilai PBV yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham. (Fitriana, 2014).
13
Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Keputusan Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan mengenai penanaman
modal dimasa sekarang untuk mendapatkan hasil atau keuntungan di masa
yang akan datang. Keputusan investasi penting karena perusahaan adalah
kombinasi antara nilai aktiva riil dengan pilihan investasi di masa yang akan
datang. Pertumbuhan perusahaan adalah faktor yang diharapkan oleh investor
sehingga perusahaan tersebut dapat memberikan imbal hasil yang diharapkan.
Pertumbuhan perusahaan yang selalu meningkat dan bertambahnya nilai aset
diharapkan dapat mendorong ekspektasi bagi investor karena kesempatan
investasi dengan keuntungan yang diharapkan dapat tercapai.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham
sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Tujuan keputusan
investasi adalah memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat
risiko tertentu. Keuntungan yang tinggi disertai dengan risiko yang bisa
dikelola diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan, yang artinya
menaikkan kemakmuran pemegang saham.
Myers (1977) memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS)
pada studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi.
Investment Opportunities Set (IOS) merupakan nilai perusahaan yang
besarnya
tergantung
pada
pengeluaran-pengeluaran
yang
ditetapkan
14
Universitas Sumatera Utara
manajemen dimasa yang akan datang, dimana pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang
besar. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihanpilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang..
Saputro (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa proksi IOS
berkorelasi positif dengan pertumbuhan, sehingga perusahaan yang memiliki
nilai IOS tinggi juga memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi. Hal yang
sama juga ditemukan oleh Elloumi (2001). Kesempatan investasi atau
Investment Opportunity Set (IOS) yang tinggi di masa depan membuat
perusahaan dikatakan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. (Kumar,
2007)
Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan IOS (Investment
Opportunity Set) digunakan sebagai proksi keputusan investasi, karena
keputusan investasi tidak dapat diamati secara langsung. Karena IOS
merupakan variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung, maka perlu
dibentuk atau dikonfirmasi dengan berbagai variabel terukur.
Keputusan investasi dalam penelitian ini akan diproksikan dengan
Price to Earning Ratio (PER), dimana ratio ini menunjukkan perbandingan
antara closing price dengan laba per lembar saham (earning per share).
Price to Earning Ratio diukur dengan rumus berikut:
15
Universitas Sumatera Utara
PER dipilih karena PER biasanya digunakan investor untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa
mendatang. PER juga digunakan untuk melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja perusahaan yang dicerninkan oleh Earning Per Share. Perusahaan
dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER
yang tinggi pula. Hal inilah yang menunjukkan bahwa pasar mengharapkan
laba besar di masa mendatang.
2.1.3
Kebijakan Dividen
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan (retained earning) yang ditahan sebagai
cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Nilai dan waktu
pembayaran dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan nilai yang dibagikan dapat berkisar antara 0 hingga sebesar laba
bersih tahun berjalan atau tahun lalu. Nofrita (2013) menyatakan bahwa
seorang investor membeli saham saat ini dengan harapan memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen dimasa yang
akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko terkait dengan investasi.
16
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan
investasi di masa yang akan datang. Kebijakan dividen didasarkan pada
pertimbangan
kepentingan
pemegang
saham
dan
juga
kepentingan
perusahaan. Dalam kebijakan dividen terdapat trade off dan merupakan
pilihan yang tidak mudah antara membagikan laba sebagai dividen atau
diinvestasikan kembali. Apabila perusahaan memilih membagikan laba
sebagai dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan berdampak
negatif terhadap saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan
dividen maka pasar akan memberikan sinyal negatif kepada prospek
perusahaan. Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang
menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan
pandangan pesimis prospek perusahaan dimasa yang akan datang (Sartono,
2001).
Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dalam
perkembangannya masih menjadi perdebatan para peneliti. Terdapat beberapa
argumen terkait dengan kebijakan dividen, antara lain:
17
Universitas Sumatera Utara
1.
Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Pendukung utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani
(MM). Mereka berpendapat bahwa nilai sebuah perusahaan akan tergantung
hanya pada kemampuan perusahaan memperoleh laba dari aset perusahaan,
bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi dividen dan saldo laba
ditahan, sehingga dividend payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga
saham perusahaan atau biaya modalnya.
2.
Bird in the Hand Theory
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa investor memandang dividend
yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Gordon dan Lintner beranggapan
investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga dari pada
seribu burung di udara.
3.
Tax Preference Theory
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy menyatakan
bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain, para
investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran
pajak. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada
untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka
perusahaan
menahan
dan
menanamkan
kembali
laba
di
dalam
18
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan
dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen.
4.
Signaling Hypothesis Theory
Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979). Teori ini
didasari dugaan bahwa pengumuman perubahan dividen tunai mempunyai
kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham.
Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang dividen kas yang dibayarkan
dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang.
Apabila terjadi peningkatan dividen, maka dianggap sebagai sinyal positif yang
berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan
reaksi saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan
dianggap sebagai tanda bahwa prospek perusahaan tidak baik, sehingga akan
menurunkan harga saham.
5.
Clientele Effect Theory
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham
yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan
penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio yang
tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan
19
Universitas Sumatera Utara
uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan dan melakukan investasi yang menguntungkan di masa depan.
Kebijakan dividen dalam penelitian ini akan diukur melalui Dividend
Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio adalah suatu keputusan untuk
menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali
(reinvestment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Dari pengertian
tersebut, dividend payout ratio didasarkan pada rentang pertimbangan antara
kepentingan pemegang saham disatu sisi, dan kepentingan perusahaan disisi
yang lain. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang
dialokasikan untuk pembayaran dividen.
Rumus untuk menghitung DPR adalah sebagai berikut:
Dividend Payout Ratio =
2.2
Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terhadap keputusan investasi,
nilai perusahaan dan kebijakan dividen. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Hasnawati (2005) dengan judul penelitian Implikasi Keputusan Investasi,
Pendanaan, dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek
20
Universitas Sumatera Utara
Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, keputusan
investasi, pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap
nilai
perusahaan.
Secara
tidak
langsung
keputusan
investasi
mempengaruhi nilai perusahaan melalui kebijakan dividen dan keputusan
pendanaan.
2. Kumar (2007) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Investment Opportunity Set, dan Rasio-Rasio Keuangan
terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Komparatif pada perusahaan
PMA dan PMDN di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2003-2005).
Berdasarkan hasil penelitian, struktur kepemilikan yang dinilai dari
kepemilikan saham manajemen dan kepemilikan saham institusi dan IOS
yang tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan rasio
Return on Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan dalam perusahaan
PMDN. Namun, kepemilikan saham manajemen, IOS, ROA dan DER
pada perusahaan PMA berpengaruh signifikan positif terhadap variabel
DPR.
3. Wijaya dan Wibawa (2010) dengan judul penelitian Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan.
Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
21
Universitas Sumatera Utara
4. Fenandar (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Keputusan Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
dan
Kebijakan
Dividen
terhadap
Nilai
Perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keputusan investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan
dividen
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.Sedangkan keputusan pendanaan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan.
5. Kusumaningrum (2013) dengan judul penelitian Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan
Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan investasi dan
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan
keputusan
pendanaan,
kepemilikan
manajerial,
dan
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Sri
Hasnawati
(2005)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Implikasi Keputusan
Investasi, Pendanaan,
dan Dividen terhadap
Nilai Perusahaan
Publik di Bursa Efek
Jakarta
Variabel Independen:
Keputusan
Investasi
Keputusan
Pendanaan
Kebijakan
Dividen
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Secara parsial keputusan
investasi, pendanaan dan
kebijakan dividen berpengaruh
positif terhadap nilai
perusahaan. Secara tidak
langsung keputusan investasi
mempengaruhi nilai perusahaan
melalui kebijakan dividen dan
keputusan pendanaan.
22
Universitas Sumatera Utara
Suwenda
Kumar
(2007)
Analisis Pengaruh
Struktur Kepemilikan,
Investment
Opportunity Set, dan
Rasio-Rasio
Keuangan terhadap
Dividend Payout
Ratio.
(Studi Komparatif
pada perusahaan
PMA dan PMDN di
Bursa Efek
Jakarta Periode Tahun
2003-2005)
Variabel Independen:
Struktur
kepemilikan
Investment
Opportunity Set (IOS)
Rasio-rasio
keuangan
Variabel Dependen:
Dividend Payout Ratio
Lihan R
Wijaya
Dan
Bandi A
Wibawa
(2010)
Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen
terhadap Nilai
Perusahaan
Gany
Ibrahim
Fenandar
(2012)
Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan
Investasi
Keputusan
Pendanaan
Kebijakan
Dividen
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan
Investasi
Keputusan
Pendanaan
Kebijakan
Dividen
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Dyah
Kusumanin
grum
(2013)
Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan
Pendanaan, Kebijakan
Dividen, Kepemilikan
Manajerial, dan
Kepemilikan
Institusional terhadap
Variabel Independen:
Keputusan
Investasi
Keputusan
Pendanaan
Kebijakan
Dividen
Berdasarkan hasil penelitian,
struktur kepemilikan yang
dinilai dari kepemilikan saham
manajemen dan kepemilikan
saham institusi dan IOS yang
tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPR, sedangkan rasio
Return on Asset (ROA)
berpengaruh secara signifikan
dalam perusahaan PMDN.
Namun, kepemilikan saham
manajemen, IOS, ROA dan
DER pada perusahaan PMA
berpengaruh signifikan positif
terhadap variabel DPR.
Keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan
dividen berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa keputusan
investasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, kebijakan dividen
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan.Sedangkan
keputusan pendanaan tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa keputusan
investasi dan kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Sedangkan
keputusan pendanaan,
kepemilikan manajerial, dan
23
Universitas Sumatera Utara
Nilai Perusahaan
Kepemilikan
Manajerial
Kepemilikan
Institusional
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan.
Sumber: Olahan sendiri
2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori
sebelumnya, kerangka konseptual penelitian ini adalah:
Kebijakan
Dividen
H4
(Z)
H3
H2
Keputusan
Investasi
(X)
Nilai
Perusahaan
(Y)
H1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.3.1 Keputusan Investasi dan Nilai Perusahaan
Nilai sebuah perusahaan dapat diukur dari harga pasar saham perusahaan
tersebut. Brigham (1996) menyatakan bahwa nilai perusahaan yang tinggi berarti
harga saham juga tinggi dan dipercaya akan meningkatkan kemakmuran pemegang
24
Universitas Sumatera Utara
saham. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Hasnawati (2005) menyatakan bahwa
pengeluaran modal perusahaan (capital expenditure) tampak sangat penting dalam
upaya meningkatkan nilai perusahaan. Karena jenis investasi tersebut akan memberi
sinyal tentang pertumbuhan pendapatan perusahaan yang diharapkan di masa yang
akan datang, dan mampu meningkatkan nilai pasar perusahaan yang diproksi melalui
return saham. Kesimpulan tersebut didasarkan pada asumsi nilai maksimum
perusahaan akan diperoleh melalui pemilihan investasi yang memberi net present
value positif. Artinya pengeluaran investasi yang dilakukan telah dipertimbangkan
dan dianalisis melalui metode yang ada, dengan kesimpulan investasi yang dipilih
menghasilkan net present value positive.
Pengeluaran investasi memberi sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di
masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai
perusahaan.
2.3.2 Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen
Keputusan investasi adalah keputusan yang dibuat perusahaan untuk
melakukan investasi baru yang menguntungkan, sedangkan kebijakan dividen adalah
kebijakan perusahaan mengenai apakah laba yang diterima akan dibagikan sebagai
dividen atau ditahan sebagai laba ditahan. Persamaan antara keputusan investasi dan
kebijakan dividen, yakni keduanya sama-sama bersumber dari laba perusahaan. Laba
25
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang akan digunakan untuk membayar dividen kepada pemegang saham
dan sisanya ditahan sebagai laba ditahan yang akan digunakan untuk investasi
perusahaan yang berguna untuk pertumbuhan di masa yang akan datang. Namun,
terdapat kemungkinan perusahaan dapat menggunakan hutang sebagai pilihan
pendanaan untuk membiayai kegiatan investasinya sehingga perusahaan akan tetap
membagikan dividen untuk menyejahterakan para investor. Jadi kebijakan dividen
yang akan diambil tergantung pada keputusan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan.
2.3.3 Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan
Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk
mengurangi pembayaran dividen. Hal ini didasarkan pada pandangan masyarakat
bahwa hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke
depan yang cerah yang mampu membagikan dividen. Sesuai dengan signaling theory
yang menyatakan bahwa pengumuman kenaikan dividen merupakan sinyal mengenai
prospek perusahaan di masa mendatang yang baik, kebijakan dividen yang cenderung
membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu menarik dan
memotivasi investor untuk membeli saham perusahaan, karena perusahaan yang
memiliki kemampuan membayar dividen dinilai masyarakat sebagai perusahaan yang
menguntungkan.
26
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen
sebagai Variabel Intervening
Van Horne (2005) menyatakan bahwa nilai perusahaan direpresentasikan oleh
harga pasar saham perusahan yang dipengaruhi oleh keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen perusahaan. Apabila keputusan investasi yang
dilakukan perusahaan tepat, maka perusahaan akan memperoleh laba dari investasi
tersebut, laba yang diperoleh tersebut yang akan dibagikan sebagai dividen.
Pembagian
dividen
dimungkinkan
hanya
apabila
perusahaan
memperoleh
keuntungan. Jika perusahaan mampu meningkatkan pembayaran dividen karena
peningkatan laba yang diakibatkan oleh keputusan investasi yang baik, maka harga
saham akan naik. Harga saham yang tinggi berarti nilai perusahaan juga tinggi.
Namun, ada pula kemungkinan bahwa dengan penggunaan laba untuk keputusan
investasi, dana yang akan dibagikan sebagai dividen akan semakin berkurang,
sehingga para investor mungkin akan menjadi kurang tertarik terhadap perusahaan,
yang akan berakibat pada penurunan nilai perusahaan. Oleh karena itu, kebanyakan
perusahaan akan tetap memilih untuk membagikan dividen, walaupun harus
mengurangi investasi yang dilakukan atau mendanai keputusan investasi dengan
menggunakan hutang.
27
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, penelitian terdahulu, serta
kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 = Keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
H2 = Keputusan investasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
H3 = Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
H4 = Keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan kebijakan dividen
sebagai variabel intervening.
28
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan diciptakan oleh perusahaan melalui kegiatan
perusahaan dari waktu ke waktu agar mencapai nilai perusahaan yang
maksimum di atas nilai buku (Nofrita (2013). Menurut Hestinoviana (2013),
nilai perusahaan merupakan ukuran ekonomi yang mencerminkan nilai pasar
seluruh bisnis, atau dapat dikatakan bahwa nilai perusahaan adalah
menetapkan harga yang harus dibayar oleh calon pembeli ketika perusahaan
dijual. Myers (1977) mengemukakan konsep nilai perusahaan sebagai
kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang.
Gaver (1993) mengemukakan bahwa nilai perusahaan dapat diartikan sebagai
nilai jual perusahaan maupun nilai tambah bagi pemegang saham.
Nilai perusahaan berperan penting dalam memproyeksikan kinerja
perusahaan sehingga dapat mempengaruhi investor dan calon investor
terhadap suatu perusahaan. Nilai perusahaan pada dasarnya diukur dari
beberapa aspek, salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan, karena
10
Universitas Sumatera Utara
harga pasar saham perusahaan mencerminkan penilaian investor atas
keseluruhan ekuitas yang dimiliki (Wahyudi, 2006). Pendapat tersebut sesuai
dengan pendapat Van Horne (2005) yang menyatakan bahwa, “Value is
represented by the market price of the company’s common stock which in
turn, is a function of firm’s investment, financing and dividend decision”.
Nilai perusahaan dapat direfleksikan melalui harga pasar dimana
harga pasar merupakan barometer dari kinerja perusahaan. Fenandar (2012),
mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar, alasannya karena nilai
perusahaan dapat memberikan kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang
saham jika harga perusahaan meningkat. Hal ini sesuai dengan pendapat
Brigham (1996) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan yang tinggi berarti
harga saham juga tinggi dan dipercaya akan meningkatkan kemakmuran
pemegang saham.
Pengukuran nilai perusahaan dalam penelitian ini menggunakan rasio
Price Book Value (PBV). Price Book Value adalah sebuah rasio valuasi yang
digunakan investor untuk membandingkan harga per lembar saham (nilai
pasar) dengan nilai bukunya (shareholder’s equity). Perusahaan yang tingkat
pengembalian atas ekuitasnya tinggi biasanya menjual sahamnya dengan
penggandaan nilai buku yang lebih tinggi dari pada perusahaan lain yang
tingkat pengembaliannya rendah.
11
Universitas Sumatera Utara
Nilai buku per lembar saham dapat dihitung dengan rumus berikut
(Brigham, 1998):
Nilai Buku Per Lembar Saham Biasa =
Nilai buku per lembar saham menunjukkan jumlah rupiah yang akan
dibayarkan kepada setiap lembar saham apabila perusahaan pada saat itu
dibubarkan dengan anggapan bahwa semua aktiva dapat dijual dengan harga
yang sama dengan nilai bukunya. Dengan membagi harga per lembar saham
dengan nilai buku akan diperoleh rasio nilai pasar/ nilai buku sebagai berikut
(Brigham, 1998):
Rasio PBV =
Nilai perusahaan termasuk baik apabila nilai PBV berada diatas satu,
yaitu apabila nilai pasar lebih besar daripada nilai buku perusahaan. Semakin
tinggi nilai PBV, maka nilai perusahaan akan semakin baik. Sebaliknya,
apabila nilai PBV dibawah angka satu maka nilai perusahaan termasuk tidak
baik. Persepsi investor terhadap perusahaan juga tidak baik, karena nilai PBV
yang di bawah satu menggambarkan harga jual perusahaan yang lebih rendah
dibandingkan nilai buku perusahaan. Nilai perusahaan yang diindikasikan
dengan PBV yang tinggi menjadi harapan para pemilik perusahaan, atau
12
Universitas Sumatera Utara
menjadi tujuan perusahaan bisnis pada saat ini, sebab nilai PBV yang tinggi
dapat meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh PBV yaitu sebagai berikut
(Hidayati, 2006):
1) PBV
mempunyai
ukuran
intuitif
yang
relatif
stabil
yang
dapat
diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan
metode discounted cash flow dapat menggunakan PBV sebagai perbandingan.
2) Nilai buku memberikan standar akuntasi yang konsisten untuk semua
perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang
sama sebagai petunjuk adanya under atau over valuation.
3) Perusahaan-perusahaan dengan laba negatif yang tidak bisa dinilai dengan
menggunakan Price to Earning Ratio (PER) dapat dievaluasi dengan
menggunakan Price Book Value (PBV).
Nilai perusahaan yang diindikasikan dengan PBV yang tinggi menjadi
harapan para pemilik perusahaan, atau menjadi tujuan perusahaan bisnis pada
saat ini, sebab nilai PBV yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran para
pemegang saham. (Fitriana, 2014).
13
Universitas Sumatera Utara
2.1.2
Keputusan Investasi
Keputusan investasi merupakan keputusan mengenai penanaman
modal dimasa sekarang untuk mendapatkan hasil atau keuntungan di masa
yang akan datang. Keputusan investasi penting karena perusahaan adalah
kombinasi antara nilai aktiva riil dengan pilihan investasi di masa yang akan
datang. Pertumbuhan perusahaan adalah faktor yang diharapkan oleh investor
sehingga perusahaan tersebut dapat memberikan imbal hasil yang diharapkan.
Pertumbuhan perusahaan yang selalu meningkat dan bertambahnya nilai aset
diharapkan dapat mendorong ekspektasi bagi investor karena kesempatan
investasi dengan keuntungan yang diharapkan dapat tercapai.
Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham
sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Tujuan keputusan
investasi adalah memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dengan tingkat
risiko tertentu. Keuntungan yang tinggi disertai dengan risiko yang bisa
dikelola diharapkan akan meningkatkan nilai perusahaan, yang artinya
menaikkan kemakmuran pemegang saham.
Myers (1977) memperkenalkan Investment Opportunity Set (IOS)
pada studi yang dilakukan dalam hubungannya dengan keputusan investasi.
Investment Opportunities Set (IOS) merupakan nilai perusahaan yang
besarnya
tergantung
pada
pengeluaran-pengeluaran
yang
ditetapkan
14
Universitas Sumatera Utara
manajemen dimasa yang akan datang, dimana pada saat ini merupakan
pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang
besar. Nilai kesempatan investasi merupakan nilai sekarang dari pilihanpilihan perusahaan untuk membuat investasi di masa mendatang..
Saputro (2003) dalam penelitiannya menemukan bahwa proksi IOS
berkorelasi positif dengan pertumbuhan, sehingga perusahaan yang memiliki
nilai IOS tinggi juga memiliki peluang pertumbuhan yang tinggi. Hal yang
sama juga ditemukan oleh Elloumi (2001). Kesempatan investasi atau
Investment Opportunity Set (IOS) yang tinggi di masa depan membuat
perusahaan dikatakan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi. (Kumar,
2007)
Banyak penelitian terdahulu yang menggunakan IOS (Investment
Opportunity Set) digunakan sebagai proksi keputusan investasi, karena
keputusan investasi tidak dapat diamati secara langsung. Karena IOS
merupakan variabel laten yang tidak dapat diukur secara langsung, maka perlu
dibentuk atau dikonfirmasi dengan berbagai variabel terukur.
Keputusan investasi dalam penelitian ini akan diproksikan dengan
Price to Earning Ratio (PER), dimana ratio ini menunjukkan perbandingan
antara closing price dengan laba per lembar saham (earning per share).
Price to Earning Ratio diukur dengan rumus berikut:
15
Universitas Sumatera Utara
PER dipilih karena PER biasanya digunakan investor untuk
memprediksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa
mendatang. PER juga digunakan untuk melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja perusahaan yang dicerninkan oleh Earning Per Share. Perusahaan
dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tinggi biasanya mempunyai PER
yang tinggi pula. Hal inilah yang menunjukkan bahwa pasar mengharapkan
laba besar di masa mendatang.
2.1.3
Kebijakan Dividen
Dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak
dikurangi dengan laba ditahan (retained earning) yang ditahan sebagai
cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para
pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Nilai dan waktu
pembayaran dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) dan nilai yang dibagikan dapat berkisar antara 0 hingga sebesar laba
bersih tahun berjalan atau tahun lalu. Nofrita (2013) menyatakan bahwa
seorang investor membeli saham saat ini dengan harapan memperoleh
keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen dimasa yang
akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko terkait dengan investasi.
16
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba yang
diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan
investasi di masa yang akan datang. Kebijakan dividen didasarkan pada
pertimbangan
kepentingan
pemegang
saham
dan
juga
kepentingan
perusahaan. Dalam kebijakan dividen terdapat trade off dan merupakan
pilihan yang tidak mudah antara membagikan laba sebagai dividen atau
diinvestasikan kembali. Apabila perusahaan memilih membagikan laba
sebagai dividen maka tingkat pertumbuhan akan berkurang dan berdampak
negatif terhadap saham. Di sisi lain, apabila perusahaan tidak membagikan
dividen maka pasar akan memberikan sinyal negatif kepada prospek
perusahaan. Peningkatan dividen memberikan sinyal perubahan yang
menguntungkan pada harapan manajer dan penurunan dividen menunjukkan
pandangan pesimis prospek perusahaan dimasa yang akan datang (Sartono,
2001).
Pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dalam
perkembangannya masih menjadi perdebatan para peneliti. Terdapat beberapa
argumen terkait dengan kebijakan dividen, antara lain:
17
Universitas Sumatera Utara
1.
Teori Ketidakrelevanan Dividen (Dividend Irrelevance Theory)
Pendukung utama teori ini adalah Merton Miller dan Franco Modigliani
(MM). Mereka berpendapat bahwa nilai sebuah perusahaan akan tergantung
hanya pada kemampuan perusahaan memperoleh laba dari aset perusahaan,
bukan pada bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi dividen dan saldo laba
ditahan, sehingga dividend payout ratio tidak mempunyai pengaruh pada harga
saham perusahaan atau biaya modalnya.
2.
Bird in the Hand Theory
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa investor memandang dividend
yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Gordon dan Lintner beranggapan
investor memandang bahwa satu burung di tangan lebih berharga dari pada
seribu burung di udara.
3.
Tax Preference Theory
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy menyatakan
bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain, para
investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran
pajak. Keuntungan modal dikenakan tarif pajak yang lebih rendah daripada
untuk pembagian dividen, karena itu investor yang kaya mungkin lebih suka
perusahaan
menahan
dan
menanamkan
kembali
laba
di
dalam
18
Universitas Sumatera Utara
perusahaan. Teori ini menyarankan bahwa perusahaan sebaiknya menentukan
dividend payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen.
4.
Signaling Hypothesis Theory
Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Bhattacharya (1979). Teori ini
didasari dugaan bahwa pengumuman perubahan dividen tunai mempunyai
kandungan informasi yang mengakibatkan munculnya reaksi harga saham.
Teori ini menjelaskan bahwa informasi tentang dividen kas yang dibayarkan
dianggap investor sebagai sinyal prospek perusahaan di masa mendatang.
Apabila terjadi peningkatan dividen, maka dianggap sebagai sinyal positif yang
berarti perusahaan mempunyai prospek yang baik, sehingga menimbulkan
reaksi saham yang positif. Sebaliknya, jika terjadi penurunan dividen akan
dianggap sebagai tanda bahwa prospek perusahaan tidak baik, sehingga akan
menurunkan harga saham.
5.
Clientele Effect Theory
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham
yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan
dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan
penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu dividend payout ratio yang
tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan
19
Universitas Sumatera Utara
uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan dan melakukan investasi yang menguntungkan di masa depan.
Kebijakan dividen dalam penelitian ini akan diukur melalui Dividend
Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio adalah suatu keputusan untuk
menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan
dibagikan kepada para pemegang saham dan yang akan diinvestasikan kembali
(reinvestment) atau ditahan (retained) di dalam perusahaan. Dari pengertian
tersebut, dividend payout ratio didasarkan pada rentang pertimbangan antara
kepentingan pemegang saham disatu sisi, dan kepentingan perusahaan disisi
yang lain. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang
dialokasikan untuk pembayaran dividen.
Rumus untuk menghitung DPR adalah sebagai berikut:
Dividend Payout Ratio =
2.2
Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian terhadap keputusan investasi,
nilai perusahaan dan kebijakan dividen. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Hasnawati (2005) dengan judul penelitian Implikasi Keputusan Investasi,
Pendanaan, dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek
20
Universitas Sumatera Utara
Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, keputusan
investasi, pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap
nilai
perusahaan.
Secara
tidak
langsung
keputusan
investasi
mempengaruhi nilai perusahaan melalui kebijakan dividen dan keputusan
pendanaan.
2. Kumar (2007) dengan judul penelitian Analisis Pengaruh Struktur
Kepemilikan, Investment Opportunity Set, dan Rasio-Rasio Keuangan
terhadap Dividend Payout Ratio (Studi Komparatif pada perusahaan
PMA dan PMDN di Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2003-2005).
Berdasarkan hasil penelitian, struktur kepemilikan yang dinilai dari
kepemilikan saham manajemen dan kepemilikan saham institusi dan IOS
yang tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan rasio
Return on Asset (ROA) berpengaruh secara signifikan dalam perusahaan
PMDN. Namun, kepemilikan saham manajemen, IOS, ROA dan DER
pada perusahaan PMA berpengaruh signifikan positif terhadap variabel
DPR.
3. Wijaya dan Wibawa (2010) dengan judul penelitian Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan.
Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa keputusan
investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen berpengaruh
positif terhadap nilai perusahaan.
21
Universitas Sumatera Utara
4. Fenandar (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Keputusan Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
dan
Kebijakan
Dividen
terhadap
Nilai
Perusahaan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keputusan investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan
dividen
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
nilai
perusahaan.Sedangkan keputusan pendanaan tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap nilai perusahaan.
5. Kusumaningrum (2013) dengan judul penelitian Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kepemilikan
Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keputusan investasi dan
kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Sedangkan
keputusan
pendanaan,
kepemilikan
manajerial,
dan
kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti
Sri
Hasnawati
(2005)
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Implikasi Keputusan
Investasi, Pendanaan,
dan Dividen terhadap
Nilai Perusahaan
Publik di Bursa Efek
Jakarta
Variabel Independen:
Keputusan
Investasi
Keputusan
Pendanaan
Kebijakan
Dividen
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Secara parsial keputusan
investasi, pendanaan dan
kebijakan dividen berpengaruh
positif terhadap nilai
perusahaan. Secara tidak
langsung keputusan investasi
mempengaruhi nilai perusahaan
melalui kebijakan dividen dan
keputusan pendanaan.
22
Universitas Sumatera Utara
Suwenda
Kumar
(2007)
Analisis Pengaruh
Struktur Kepemilikan,
Investment
Opportunity Set, dan
Rasio-Rasio
Keuangan terhadap
Dividend Payout
Ratio.
(Studi Komparatif
pada perusahaan
PMA dan PMDN di
Bursa Efek
Jakarta Periode Tahun
2003-2005)
Variabel Independen:
Struktur
kepemilikan
Investment
Opportunity Set (IOS)
Rasio-rasio
keuangan
Variabel Dependen:
Dividend Payout Ratio
Lihan R
Wijaya
Dan
Bandi A
Wibawa
(2010)
Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen
terhadap Nilai
Perusahaan
Gany
Ibrahim
Fenandar
(2012)
Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan
Kebijakan Dividen
terhadap Nilai
Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan
Investasi
Keputusan
Pendanaan
Kebijakan
Dividen
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Variabel Independen:
Keputusan
Investasi
Keputusan
Pendanaan
Kebijakan
Dividen
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
Dyah
Kusumanin
grum
(2013)
Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan
Pendanaan, Kebijakan
Dividen, Kepemilikan
Manajerial, dan
Kepemilikan
Institusional terhadap
Variabel Independen:
Keputusan
Investasi
Keputusan
Pendanaan
Kebijakan
Dividen
Berdasarkan hasil penelitian,
struktur kepemilikan yang
dinilai dari kepemilikan saham
manajemen dan kepemilikan
saham institusi dan IOS yang
tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPR, sedangkan rasio
Return on Asset (ROA)
berpengaruh secara signifikan
dalam perusahaan PMDN.
Namun, kepemilikan saham
manajemen, IOS, ROA dan
DER pada perusahaan PMA
berpengaruh signifikan positif
terhadap variabel DPR.
Keputusan investasi, keputusan
pendanaan, dan kebijakan
dividen berpengaruh positif
terhadap nilai perusahaan.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa keputusan
investasi berpengaruh positif
dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, kebijakan dividen
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai
perusahaan.Sedangkan
keputusan pendanaan tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa keputusan
investasi dan kebijakan dividen
berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan. Sedangkan
keputusan pendanaan,
kepemilikan manajerial, dan
23
Universitas Sumatera Utara
Nilai Perusahaan
Kepemilikan
Manajerial
Kepemilikan
Institusional
Variabel Dependen:
Nilai Perusahaan
kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan.
Sumber: Olahan sendiri
2.3
Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam
suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan landasan teori
sebelumnya, kerangka konseptual penelitian ini adalah:
Kebijakan
Dividen
H4
(Z)
H3
H2
Keputusan
Investasi
(X)
Nilai
Perusahaan
(Y)
H1
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.3.1 Keputusan Investasi dan Nilai Perusahaan
Nilai sebuah perusahaan dapat diukur dari harga pasar saham perusahaan
tersebut. Brigham (1996) menyatakan bahwa nilai perusahaan yang tinggi berarti
harga saham juga tinggi dan dipercaya akan meningkatkan kemakmuran pemegang
24
Universitas Sumatera Utara
saham. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat
dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Hasnawati (2005) menyatakan bahwa
pengeluaran modal perusahaan (capital expenditure) tampak sangat penting dalam
upaya meningkatkan nilai perusahaan. Karena jenis investasi tersebut akan memberi
sinyal tentang pertumbuhan pendapatan perusahaan yang diharapkan di masa yang
akan datang, dan mampu meningkatkan nilai pasar perusahaan yang diproksi melalui
return saham. Kesimpulan tersebut didasarkan pada asumsi nilai maksimum
perusahaan akan diperoleh melalui pemilihan investasi yang memberi net present
value positif. Artinya pengeluaran investasi yang dilakukan telah dipertimbangkan
dan dianalisis melalui metode yang ada, dengan kesimpulan investasi yang dipilih
menghasilkan net present value positive.
Pengeluaran investasi memberi sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan di
masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai
perusahaan.
2.3.2 Keputusan Investasi dan Kebijakan Dividen
Keputusan investasi adalah keputusan yang dibuat perusahaan untuk
melakukan investasi baru yang menguntungkan, sedangkan kebijakan dividen adalah
kebijakan perusahaan mengenai apakah laba yang diterima akan dibagikan sebagai
dividen atau ditahan sebagai laba ditahan. Persamaan antara keputusan investasi dan
kebijakan dividen, yakni keduanya sama-sama bersumber dari laba perusahaan. Laba
25
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang akan digunakan untuk membayar dividen kepada pemegang saham
dan sisanya ditahan sebagai laba ditahan yang akan digunakan untuk investasi
perusahaan yang berguna untuk pertumbuhan di masa yang akan datang. Namun,
terdapat kemungkinan perusahaan dapat menggunakan hutang sebagai pilihan
pendanaan untuk membiayai kegiatan investasinya sehingga perusahaan akan tetap
membagikan dividen untuk menyejahterakan para investor. Jadi kebijakan dividen
yang akan diambil tergantung pada keputusan investasi yang dilakukan oleh
perusahaan.
2.3.3 Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan
Perusahaan umumnya melakukan pembayaran dividen yang stabil dan menolak untuk
mengurangi pembayaran dividen. Hal ini didasarkan pada pandangan masyarakat
bahwa hanya perusahaan dengan tingkat kemampuan laba yang tinggi dan prospek ke
depan yang cerah yang mampu membagikan dividen. Sesuai dengan signaling theory
yang menyatakan bahwa pengumuman kenaikan dividen merupakan sinyal mengenai
prospek perusahaan di masa mendatang yang baik, kebijakan dividen yang cenderung
membayarkan dividen dalam jumlah relatif besar akan mampu menarik dan
memotivasi investor untuk membeli saham perusahaan, karena perusahaan yang
memiliki kemampuan membayar dividen dinilai masyarakat sebagai perusahaan yang
menguntungkan.
26
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen
sebagai Variabel Intervening
Van Horne (2005) menyatakan bahwa nilai perusahaan direpresentasikan oleh
harga pasar saham perusahan yang dipengaruhi oleh keputusan investasi, keputusan
pendanaan dan kebijakan dividen perusahaan. Apabila keputusan investasi yang
dilakukan perusahaan tepat, maka perusahaan akan memperoleh laba dari investasi
tersebut, laba yang diperoleh tersebut yang akan dibagikan sebagai dividen.
Pembagian
dividen
dimungkinkan
hanya
apabila
perusahaan
memperoleh
keuntungan. Jika perusahaan mampu meningkatkan pembayaran dividen karena
peningkatan laba yang diakibatkan oleh keputusan investasi yang baik, maka harga
saham akan naik. Harga saham yang tinggi berarti nilai perusahaan juga tinggi.
Namun, ada pula kemungkinan bahwa dengan penggunaan laba untuk keputusan
investasi, dana yang akan dibagikan sebagai dividen akan semakin berkurang,
sehingga para investor mungkin akan menjadi kurang tertarik terhadap perusahaan,
yang akan berakibat pada penurunan nilai perusahaan. Oleh karena itu, kebanyakan
perusahaan akan tetap memilih untuk membagikan dividen, walaupun harus
mengurangi investasi yang dilakukan atau mendanai keputusan investasi dengan
menggunakan hutang.
27
Universitas Sumatera Utara
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teori, penelitian terdahulu, serta
kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 = Keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
H2 = Keputusan investasi berpengaruh terhadap kebijakan dividen perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
H3 = Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI.
H4 = Keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan kebijakan dividen
sebagai variabel intervening.
28
Universitas Sumatera Utara