Strategi Pengembangan Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kabupaten Karo adalah salah satu Kabupaten di provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Ibukota Kabupaten ini terletak di Kabanjahe. Kabupaten ini memiliki
luas wilayah 2.127,25 kilometer persegi dan berpenduduk sebanyak kurang lebih
500.000 jiwa. Kabupaten ini berlokasi di dataran tinggi Karo, Bukit Barisan
Sumatera Utara. Terletak sejauh 77 km dari kota Medan. Wilayah kabupaten Karo
terletak di dataran tinggi dengan ketinggian antara 600 sampai 1.400 meter di atas
permukaan laut. Karena berada di ketinggian tersebut, kabupaten Karo memiliki
iklim yang sejuk dengan suhu berkisar antara 16 sampai 17 derajat celcius.
Kabupaten Karo adalah salah satu daerah di wilayah Sumatera Utara yang
cukup berpotensi untuk di jadikan sebagai salah satu daerah tujuan wisata.
Terlebih lagi didukung dengan kondisi alamnya yang sejuk yang akan membuat
banyak orang menjadi semakin tertarik untuk mengunjungai daerah wisata di
Kabupaten Karo. Potensi pariwisata di Kabupaten Karo antara lain memiliki
tujuan obyek wisata yang spesifik, seperti obyek wisata alam, obyek wisata
budaya, peninggalan sejarah, dan agrowisata. Hal ini tentunya membuat banyak
orang yang datang untuk berkunjung ke Kabupaten Karo, sehingga Kabupaten
Karo akan semakin dikenal oleh banyak orang baik orang lokal maupun
mancanegara. Selain itu, melalui hal tersebut tentunya sektor pariwisata akan

dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap peningkatan Pendapatan Asli

Universitas Sumatera Utara

Daerah Kabupaten Karo dan juga akan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat setempat.
Adapun obyek wisata di Kabupaten Karo dapat dilihat pada tabel berikut
ini:
Tabel 1.1 Obyek Wisata di Kabupaten Karo
No

Obyek Wisata

Jenis Wisata

Kecamatan

Desa

1.


Air terjun Sipiso-piso

Merek

Pengambaten

2.

Gunung Sipiso-piso

Merek

Situnggaling

34

3.

Tongging


Merek

Tongging

40

4.
5.

Merek
Barusjahe

Dokan
Sukanalu

23
23

6.


Desa Budaya Dokan
Puntungan Meriam Putri
Hijau
Gua Liang Dahar

Rekreasi, Panorama dan
Keindahan Alam.
Panorama Alam dan
Olahraga Terjun Payung/
Para Layang.
Rekreasi dan Keindahan
Alam
Desa Budaya dan Penelitian.
Peninggalan Sejarah

Jarak
(km)
35


Kuta Buluh

Lau Buluh

40

7.

Uruk Tuhan

Simpang Empat

Bekerah

25

8.

Gunung Sinabung


Simpang Empat

Lau Kawar

27

9.

Danau Lau Kawar

Naman Teran

Lau Kawar

27

10.
11.

Desa Budaya Lingga

Deleng Kutu

Simpang Empat
Berastagi

Lingga
Gurusinga

15
5

12.

Bukit Gundaling

Berastagi

Gundaling

0


15.

Berastagi

Gundaling

0

Berastagi

Berastagi

0

Berastagi
Dolat Rakyat

Peceren
Tongkoh


1
5

19.

Taman Mejuah-juah
Berastagi
Pasar Buah Tradisional
Berastagi
Desa Peceren
Taman Hutan Raya Bukit
Barisan
Gunung Sibayak

Keunikan dan Keindahan
Alam, serta Penelitian.
Panorama dan Keindahan
Alam.
Keindahan Alam, Olahraga

dan penelitian.
Rekreasi, Penelitian dan
Keindahan Alam.
Desa Budaya dan Penelitian
Panorama dan Keindahan
Alam
Panorama dan keindahan
Alam, dan Kuda Tunggang.
Rekreasi dan Kuda
Tunggang.
Rekreasi dan Wisata
Belanja.
Desa Budaya dan Penelitian
Rekreasi dan Penelitian.

Berastagi

Raja Berneh

21.

22.

Lau Debuk-debuk
Air Terjun Sikulikap

Berastagi
Berastagi

23.

Panorama Penatapan
Doulu

Pemandian Air Panas Alam
Keindahan dan panorama
Alam.
Panorama dan Keindahan
Alam.

Semangat
Gunung
Semangat
Gunung
Doulu
Doulu

10

20.

Olahraga, Keindahan Alam
dan Penelitian.
Pemandian Air Panas Alam

Berastagi

Doulu

12

16.
17.
18.

Merdeka

Sumber : Booklet Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo

Universitas Sumatera Utara

13
11
11

Lanjutan…

Tabel 1.1 Obyek Wisata di Kabupaten Karo
No

Obyek Wisata

Jenis Wisata

Kecamatan

Desa

24.

Gunung Sibuaten

Merek

Merek

25.
26.

Air Panas Payung
Situs Rumah Puteri
Hijau

Keindahan Alam, Olahraga dan
penelitian.
Pemandian Air Panas Alam.
Peninggalan Sejarah

Jarak
(km)
28

Payung
Tigapanah

Payung
Seberaya

21
11

Sumber : Booklet Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo
Mengingat begitu banyaknya obyek wisata yang dapat dikunjungi di
Kabupaten Karo, maka layaklah sektor pariwisata di Kabupaten karo untuk
dijadikan sebagai produk andalan yang dapat dipasarkan secara global. Apabila
adanya komitmen dari pemerintah daerah Karo khususnya Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata untuk tetap mengembangkan dan melestarikan keberlanjutan semua
obyek wisata yang ada di Kabupaten Karo, maka akan dapat memberikan manfaat
yang besar bagi pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Sesuai dengan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang
menyatakan bahwa Pemerintah Daerah memiliki wewenang untuk mengurus dan
mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan. Menyadari akan hal tersebut, Pemerintah
Kabupaten Karo melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam memasuki era
otonomi dan globalisasi seharusnya berupaya membenahi kepariwisataan Karo
dari segala aspek dengan tujuan meraih tempat sebagai Daerah Tujuan Wisata
Utama, sehingga sektor kepariwisataan menjadi sumber atau pemasok dana
strategis dalam menunjang pembangunan daerah.

Universitas Sumatera Utara

Namun berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, didapatilah bahwa masih
kurangnya kesiapan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo
sendiri dalam melaksanankan strategi dan program, baik dari segi SDM, finansial
serta komitmen pegawai untuk menjaga kelestarian, mempertunjukkan atraksi
wisata dan kebudayaan, dan kebersihan setiap obyek wisata setiap waktu. Selain
itu, baik dari kinerja bagian promosi dan publikasi obyek wisata pun dirasakan
masih belum maksimal. Hal ini terlihat dari minimnya media promosi yang
dimanfaatkan oleh pengelola obyek wisata terhadap masyarakat. Baik dari tingkat
kesadaran masyarakat setempat dalam menjaga, melestarikan dan merawat rumah
adat dan peninggalan sejarah lainnya juga dirasakan masih kurang.
Ditambah lagi sejak meletusnya salah satu gunung berapi yang ada di
Kabupaten Karo yaitu gunung Sinabung yang sudah erupsi sejak tahun 2013 yang
lalu memberikan dampak yang negatif bagi kondisi yang ada di Kabupaten karo,
yang khususnya juga berdampak terhadap sektor pariwisata. Meletusnya gunung
Sinabung tersebut menyebabkan banyak orang yang berada di luar Kabupaten
Karo merasa takut untuk mengunjungi daerah-daerah wisata yang ada di
Kabupaten Karo. Tentunya hal ini akan berdampak buruk pada perkembangan
sektor pariwisata di Kabupaten Karo, dan secara tidak langsung juga akan
berdampak buruk terhadap Pendapatan Asli Daerah yang bersumber dari sektor
pariwisata dan juga akan menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan
masyarakat setempat yang khususnya tinggal di sekitar daerah wisata di
Kabupaten Karo. Adapun penurunan jumlah kunjungan wisatawan ke kabupaten
Karo dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 1.2
Data Kunjungan Wisatawan ke Kabupaten Karo Selama 3 Tahun Terakhir
Tahun

GUNDALING

SIPISOPISO

LAU
DEBUKDEBUK

DANAU
LAU
KAWAR

TAMAN
MEJUAHJUAH

2012
131.205
103.381 179.871 15.383
9.228
2013
98.318
92.280
165.536 15.794
11.269
2014
37.640
38.893
76.126
0
7.170
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo

JUMLAH

439.068
383.197
159.829

Catatan :
1. Jumlah kunjungan dihitung dari jumlah orang yang memasuki obyek
wisata melalui tiket/ karcis yang terjual.
2. Diperkirakan wisatawan yang tidak masuk ke obyek wisata sekitar 30%
dari data yang ada ( tamu Pasar Buah Berastagi, Fun Land Mikie Holiday
dan Villa).
Berdasarkan data diatas dapat kita ketahui bahwa setelah meletusnya
Gunung Sinabung, terjadilah penurunan jumlah kunjungan

wisatawan ke

Kabupaten Karo dengan sangat drastis. Hal ini tentunya akan menimbulkan
dampak negatif bagi perkembangan sektor pariwisata itu sendiri. Selain itu juga
pastinya akan berdampak negatif terhadap pendapatan daerah. Seperti yang
disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo yang
dikutip dari Karo News, pada tanggal 24 Oktober 2014,pukul 11:30 am :
Sektor pariwisata di Kabupaten Karo mengalami kerugian sekitar Rp 10
miliar, akibat terjadinya erupsi Gunung Sinabung selama dua pekan terakhir.
Pelaku dunia wisata yang ada di Kabupaten Karo sangat merasakan penurunan
jumlah kunjungan wisatawan yang datang dari berbagai daerah. Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo, Dinasti Sitepu Selasa (21/10),

Universitas Sumatera Utara

menyebutkan kerugian sektor pariwisata sangat dirasakan. Beliau menyebutkan,
kunjungan turis menurun drastis. 1
Berdasarkan pada hal tersebut didapatilah bahwa ada berbagai hal yang
membuat kurang maksimalnya program pengembangan sektor pariwisata di
Kabupaten karo. Oleh karena itu, Pemerintah daerah khususnya

Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karo tentunya harus memikirkan strategi
untuk dapat mengatasi dan mencari solusi untuk masalah tersebut, agar sektor
pariwisata Kabupaten Karo dapat tetap dipertahankan dan terus berkembang.
Dengan adanya berbagai upaya yang akan dilakukan, sangat diharapkan untuk
dapat tetap mempertahankan bahkan dapat lebih memajukan pariwisata
Kabupaten Karo.
Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul
“Strategi Pengembangan Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Sinabung di
Kabupaten Karo”
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut maka
penulis mengangkat rumusan masalah yaitu : “Bagaimana Strategi Pengembangan
Pariwisata Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo?”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
bagaimana strategi pengembangan pariwisata pasca erupsi Gunung Sinabung di
Kabupaten Karo.
1

https://karonewsupdate.wordpress.com/2014/10/24akibat-erupsi-sinabung-pariwisatakaromerugi-rp-10-miliar diakses pada tanggal 15 Oktober 2015, pukul 21:35 WIB

Universitas Sumatera Utara

I.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan
kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajiankajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan bahan masukan bagi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Karo dalam mengelola sektor pariwisata.
3. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
kepustakaan jurusan Ilmu Administrasi Negara.
I.5 Kerangka Teori
Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau
memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu.
Kumpulan teori dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian karena
melalui teori tersebutlah peneliti dapat memberikan gambaran mengenai
fenomena sosial yang terjadi. Menurut Kerlinger dalam Effendi (2012: 35) teori
adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi
hubungan antar konsep dan proposisi dengan menggunakan asumsi dan logika
tertentu. 2

2

Sofian Effendi dan Tukiran. Metode Penelitian Survei. (Jakarta: LP3ES, 2012), hal. 35

Universitas Sumatera Utara

Menurut Erlina kerangka teori adalah suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka teori akan menghubungkan
secara teoretis antara variabel-variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dan
variabel terikat. Begitu juga jika ada variabel lain yang menyertainya, maka peran
variabel tersebut harus dijelaskan. 3
Untuk dapat menerangkan dan menjelaskan tentang strategi Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan sektor pariwisata pasca
erupsi gunung Sinabung di Kabupaten Karo, maka penulis menggunakan
kerangka teori sebagai berikut :
I.5.1 Pembangunan
Secara umum, pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan
secara terus menerus untuk menciptakan suatu kondisi yang lebih baik. Menurut
Suroto, pembangunan adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
kesejaheraan seluruh rakyat. Dengan kata lain, kebijaksanaan berisi tujuan
keseluruhan dan tujuan tiap program yang hendak dicapai pada tiap tahap
pembangunan, cara yang diperlukan dilakukan untuk mengatasi semua atau
berbagai keterbatasan, rintangan-rintangan yang ada atau yang diperkirakan akan
terjadi, cara mengalokasikan sumber-sumber yang optimal, serta cara melakukan
koordinasi semua kegiatan yang efektif. 4
Menurut Todaro dalam Arifin, pembangunan merupakan suatu proses
multidimensial yang meliputi perubahan-perubahan struktur sosial, sikap
3

Erlina. Metodologi Penelitian.(Medan: USU Press, 2011), hal. 33

4

Suroto. Strategi Pembangunan dan Perencanaan Tenaga Kerja. (Yogyakarta : Gadjah Mada
Universiti, 1983), hal. 78

Universitas Sumatera Utara

masyarakat, lembaga-lembaga nasional, sekaligus peningkatan pertumbuhan
ekonomi, pengurangan kesenjangan dan pemberantasan kemiskinan. 5
Berdasarkan definisi tersebut, Todaro dalam Arifin memberikan beberapa
implikasi bahwa :
1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi
juga pemerataan.
2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti :
a. Life Sustenance : Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
b. Self-Esteem : Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang
memiliki harga diri dan bernilai.
c. Freedom From Servitude : Kemampuan untuk melakukan berbagai
pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain.
Pendapat lain mengenai pembangunan adalah pendapat dari Kartasasmita
dalam Safi’i yang mengatakan bahwa pembangunan adalah usaha meningkatkan
harkat martabat masyarakat dari kondisi yang terperangkap dalam kemiskinan dan
keterbelakangan. Maksudnya adalah bahwa
berarti

memampukan

atau

memandirikan

dalam membangun masyarakat
mereka.

Dimulainya

proses

pembangunan dengan berpijak pada pembangunan masyarakat, diharapkan akan
dapat memacu partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan itu sendiri. 6
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa
pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara terus-menerus yang
berdimensi jamak yang menyangkut aspek-aspek sosial budaya, ekonomi, maupun
5

M. Arifin Nasution.Perencanaan Pembangunan Daerah. (Medan: FISIP USU Press, 2008),
hal.40
6
DR. H.M. Safi’i. Perencanaan Pembangunan Daerah, (Malang: Averroes Press, 2009), hal. 2

Universitas Sumatera Utara

politik dan dilakukan secara sadar melalui proses yang terencana menuju
perubahan ke arah yang dianggap lebih baik.
I.5.2 Pembangunan Pariwisata
I.5.2.1 Definisi Pariwisata
Secara etimologis, kata “pariwisata” diidentikkan dengan kata “travel”
dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkalikali dari satu tempat ke tempat lain. Atas dasar itu pula dengan melihat situasi dan
kondisi saat ini pariwisata dapat diartikan sebagai suatu perjalanan terencana yang
dilakukan secara individu atau kelompok dari satu tempat ke tempat lain dengan
tujuan untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan.
Dalam Undang-Undang No.10 Tahun 2009, pariwisata diberikan batasan
pengertian sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah
dan Pemerintah Daerah. 7
Munculnya pariwisata tidak terlepas dari adanya dorongan naluri manusia
yang selalu ingin mengetahui dan mencari hal-hal yang baru, bagus, menarik,
mengagumkan, dan menantang. Orang-orang yang ingin mencari hal-hal tersebut
biasanya melakukan perjalanan ke luar daerah atau keluar dari kebiasaannya
sehari-hari dalam kurun waktu tertentu. Sering kali perjalanan seperti ini
dilakukan pada saat mereka mempunyai waktu luang atau sengaja dilakukan
untuk menghabiskan waktu luangnya untuk mengunjungi dan menikmati sesuatu

7

Undang-undang No 10 tahun 2009 tentang Pariwisata, Bab I, pasal 1 ayat 3

Universitas Sumatera Utara

yang menarik seperti; keindahan alam, hiburan, budaya, adat istiadat, dan tempattempat suci.
Pariwisata sebagai suatu

fenomena sosial, terbentuk oleh berbagai faktor

sekaligus berpengaruh terhadap banyak aspek kehidupan manusia. R.E.
Soeriaatmaja dalam Wardiyanto, mengatakan bahwa pariwisata melibatkan tiga
unsur penting, yakni: unsur dinamik, menyangkut urusan perjalanan atau gerakan
menuju suatu daerah tujuan wisata; unsur statik, merupakan tempat terjadinya
kegiatan wisata; dan unsur interaksi, yakni yang merupakan akibat dari
keberadaan dua unsur penting sebelumnya. 8 Kegiatan pariwisata, merupakan hasil
interaksi antara wisatawan dengan masyarakat sekitar pada saat wisatawan
mengunjungi obyek wisata atau daya tarik wisata.
Pariwisata dapat juga dipandang sebagai suatu fenomena geografis.
Kegiatan pariwisata akan senantiasa terpengaruh atau bahkan tergantung pada ciri
khas yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, baik mengenai masyarakatnya,
maupun kondisi topografisnya. Setiap wilayah geografis mempunyai ciri khasnya
masing-masing, pengembang pariwisata perlu memahami masalah ini supaya
mereka dapat memasarkan kekhasan daerah tujuan wisata yang akan dijualnya
pada calon wisatawan secara tepat. Misalnya, ada daerah tertentu yang menarik
karena: pemandangan alamnya yang sejuk, topografinya yang unik, keadaan
lautnya yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat disaksikan dengan

8

Wardiyanto dan M.Baiquni. Perencanaan Pengembangan Pariwisata. (Bandung: Lubuk Agung,
2011), hlm. 4

Universitas Sumatera Utara

jelas, atraksi budayanya yang unik, dinamika sosial ekonomi masyarakatnya, dan
lain-lain.
Pariwisata merupakan kegiatan bersenang-senang yang melibatkan banyak
orang, ditandai dengan adanya perpindahan (mobilisasi) dari satu tempat yang
merupakan tempat tinggalnya ke tempat lain yang bukan tempat tinggalnya,
dimana perpindahan ini tidak bertujuan untuk menetap atau mencari nafkah.
Fenomena ini menimbulkan berbagai macam unit usaha (kegiatan bisnis) yang
menimbulkan berbagai macam dampak positif maupun dampak negatif.
Dalam kegiatan pariwisata banyak komponen yang terlibat, masingmasing saling berkaitan dan saling mempengaruhi sehingga membentuk sebuah
sistem. Komponen yang dimaksud adalah: jasa pelayanan pariwisata, sosial,
ekonomi, budaya, politik, keamanan, dan lingkungan. Aktivitas pariwisata secara
tidak langsung melibatkan kehidupan sosial, baik itu masyarakat sebagai
wisatawan maupun sebagai penyedia obyek pariwisata dan penerima wisatawan.
Hubungan sosial masyarakat ini sangat berpengaruh pada perkembangan
kepariwisataan. Semakin erat dan harmonis hubungan antara wisatawan dengan
masyarakat penerima di daerah tujuan wisatawan, semakin cepat perkembangan
pariwisatanya. Dengan kegiatan pariwisata ini masyarakat bisa berinteraksi dan
bertransaksi satu dengan yang lainnya sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dan taraf hidup serta kesejahteraan masyarakat. Masyarakat penerima
wisatawan dapat terlibat secara langsung dan aktif dalam dunia pariwisata
misalnya sebagai karyawan sementara atau tetap di industri penyedia jasa
pelayanan pariwisata seperti; biro perjalanan wisata (travel agency), hotel, villa,
bungalow, restoran, transportasi dan lain sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Freuler dalam Pendit, pariwisata merupakan gejala jaman
sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa,
penilaian yang sadar terhadap keindahan alam, kesenangan dan kenikmatan alam
semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan dalam
masyarakat manusia hasil perkembangan perniagaan, industri dan perdagangan
serta penyempurnaan alat-alat pengangkutan. 9
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pariwisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan dari satu tempat ke tempat
lain yang dilaksanakan untuk sementara waktu dalam rangka untuk memperoleh
kesenangan serta menambah wawasan di bidang sosial kemasyarakatan, budaya,
maupun keindahan alam.
I.5.2.2 Manfaat Pariwisata
Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan pariwisata antara lain: 10
1) Diversifikasi Usaha
Berkembangnya pariwisata di suatu daerah tujuan wisata menjadi sumber
pendapatan baru bagi masyarakat setempat. Hal ini dapat menjadikan
ekonomi lokal tidak hanya bergantung pada satu sektor utama saja,
misalnya: pertanian, pertambangan, perkebunan dan lain-lain. Pariwisata
dapat menjadi alternatif yang lain, bahkan kemungkinan pariwisata bisa
menjadi andalan smber pendapatan yang baru dari masyarakat setempat.
Pengeluaran wisatawan di suatu daerah penerima wisatawan dapat
9

Nyoman S.Pendit. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. (Jakarta:
Paramita, 1990), hlm. 32

10

Pradnya

Wardiyanto, ibid., hal. 10-12

Universitas Sumatera Utara

merangsang pertumbuhan sektor-sektor ekonomi lainnya. Misalnya
wisatawan menginap di hotel, hotel ini memerlukan daging, telur, sayur,
alat-alat dekorasi dan lain sebagainya. Hal ini mendororng tumbuhnya
usaha-usaha pertanian, peternakan, industri kerajinan, dekorasi dan
seterusnya.
2) Memperluas Kesempatan Kerja
Datangnya wisatawan di suatu daerah tujuan wisata yang tentunya dengan
segala kebutuhannya dapat mendorong tumbuhnya berbagai usaha yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Oleh karena itu daerah
yang banyak dikunjungi wisatawan, juga akan terdapat banyak peluang
kerja, terutama untuk pekerjaan di berbagai usaha sektor pariwisata yang
pada umumnya memerlukan banyak tenaga kerja.
3) Peningkatan Fasilitas Bagi Penduduk
Pembangunan pariwisata akan berpengaruh besar terhadap peningkatan
fasilitas kehidupan masyarakat. Fasilitas yang pada awalnya secara khusus
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, pada kenyataannya juga
digunakan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.
Dengan begitu, semakin banyak fasilitas yang dibangun untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan, akan semakin banyak pula fasilitas masyarakat yang
tersedia di daerah itu. Sebagai contoh, pembangunan jalan yang
sebelumnya ditujukan untuk mempermudah akses wisatawan yang akan
menuju suatu obyek wisata, pada kenyataannya dapat digunakan oleh
masyarakat setempat. Begitu juga dengan pengadaan fasilitas-fasilitas
lainnya.

Universitas Sumatera Utara

4) Memperluas Kesempatan Berusaha
Salah satu tolak ukur berkembangnya pariwisata di suatu daerah adalah
kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata untuk menikmati
obyek/daya tarik wisata yang ditawarkan sebagai produk wisata.
Banyaknya wisatawan yang datang tentunya akan menjadikan kebutuhan
hidup di daerah meningkat. Peningkatan kebutuhan hidup inilah yang
dapat menjadi pendorong tumbuhnya berbagai usaha yang tujuannya untuk
memenuhi kebutuhan hidup ini. Ini berarti berkembangnya pariwisata di
suatu daerah bermanfaat bagi peningkatan kesempatan berusaha, terutama
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
5) Mempercepat Perkembangan Permukiman Penduduk
Berkembangnya pariwisata di suatu daerah dapat menjadi pendorong
berkembangnya permukiman penduduk. Ini terjadi karena pada umumnya
di daerah yang menjadi daerah tujuan wisata, disitu kedatangan banyak
wisatawan, maka meningkat pula kebutuhan akan barang atau jasa yang
diperlukan wisatawan. Keadaan demikian ini menjadi pendorong para
pengusaha/masyarakat untuk membuka usaha di daerah itu. Untuk
berusaha itu tentunya mereka memerlukan tempat usaha. Hal yang sering
terjadi adalah pada tempat usaha itu dalam perkembangannya digunakan
juga sebagi tempat tinggal. Bisa juga terjadi, wisatawan yang karena
merasa nyaman dan mendapatkan banyak hal yang dibutuhkan di suatu
daerah tujuan wisata kemudian memutuskan untuk tinggal di lokasi itu.
6) Peningkatan Pelayanan Transportasi

Universitas Sumatera Utara

Pelayanan transportasi yang pada awalnya ditujukan untuk mendukung
pengembangan pariwisata, yakni supaya akses wisatawan menuju obyek
wisata menjadi lebih baik, juga dapat digunakan untuk masyarakat.
Dengan demikian, terjadi peningkatan pelayanan transportasi. Bisa juga
terjadi peningkatan ini dalam hal kualitas pelayanan transportasi, yakni
perbaikan pelayanan transportasi yang telah ada yang awalnya ditujukan
untuk pelayanan kepada wisatawan, pada kenyataanya dapat juga
digunakan oleh masyarakat setempat.
7) Memperluas Kesempatan Pendidikan
Pengembangan pariwisata akan memerlukan sumberdaya manusia dalam
jumlah yang besar, yakni untuk mengelola industri pariwisata yang
produknya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Dalam hal
ini tentunya yang dibutuhkan adalah sumberdaya manusia yang memiliki
kemampuan di bidang pariwisata, yakni yang dapat memberikan
pelayanan kepada wisatawan dengan standar kualitas tertentu. Oleh karena
itu supaya kebutuhan akan sumberdaya seperti itu terpenuhi maka
diperlukan pendidikan khusus pariwisata. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa berkembangnya pariwisata akan memberikan motivasi
bagi masyarakat setempat untuk memiliki pendidikan yang layak,
khususnya yang terkait dengan pariwisata.
8) Konservasi Lingkungan
Keberhasilan pembangunan pariwisata tidak saja dilihat dari banyaknya
wisatawan

yang mengunjunginya, tetapi juga dari kelangsungan

keberadaan sumberdaya yang menjadi daya tarik wisata. Jika sumberdaya

Universitas Sumatera Utara

yang dimaksud berupa alam/lingkungan, maka kelestarian lingkungan
harus menjadi tujuan dari pengelola pariwisata supaya usahanya dapat
berkembang dan berlangsung secara berkelanjutan. Dengan begitu
berkembangnya pariwisata akan menguntungkan dari sisi pelestarian alam.
9) Pengembangan Wawasan Sosial
Kedatangan wisatawan di suatu daerah tujuan wisata akan berpengaruh
pada pengembangan wawasan sosial, baik wisatawan maupun masyarakat
setempat. Masyarakat setempat menjadi lebih luas wawasan sosialnya
karena melihat dan kemungkinan memahami budaya wisatawan,
sedangkan wisatawan menjadi terbuka wawasan sosialnya dengan melihat
dan mengetahui budaya masyarakat setempat.
10) Peningkatan Infrastrukur
Pembangunan infrastrukur yang pada awalnya ditujukan secara khusus
untuk mendukung pengembangan pariwisata pada umumnya juga dapat
berperan sebagai infrastruktur yang digunakan untuk mendukung
kebutuhan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian pembangunan
infrastruktur wisata dapat juga berarti peningkatan kuantitas maupun
kualitas infrastruktur, yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum dan
bukan hanya ditujukan kepada wisatawan saja.

Melalui uraian diatas dapat diketahui bahwa begitu banyak manfaat yang
dapat diperoleh melalui adanya kegiatan pariwisata, dimana manfaat-manfaat
tersebut sangat baik untuk meningkatkan pembangunan di daerah tujuan wisata
serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Universitas Sumatera Utara

I.5.2.3 Jenis Pariwisata
Menurut Warpani, jenis-jenis pariwisata yaitu meliputi: 11
1. Wisata Agro
Wisata ini adalah pariwisata yang dikaitkan dengan kegiatan industri
pertanian, misalnya wisata durian pada saat musim buah durian.
2. Wisata Belanja
Dilakukan karena kekhasan barang yang ditawarkan atau bagian dari jenis
pariwisata lain, misalnya Sidoarjo dengan Pusat Tas di Tanggulangin.
3. Wisata Budaya
Berkaitan dengan ritual budaya yang sudah menjadi tradisi, misalnya:
pemakaman jenazah di Tanah Toraja. Tidak jarang wisatawan
melakukannya dengan maksud mengadakan riset budaya, mempelajari
budaya setempat, mengunjungi situs bersejarah, dan sebagainya.
4. Wisata Iklim
Bagi negara beriklim empat, pada saat tertentu benar-benar dimanfaatkan
untuk melakukan perjalanan mengunjungi tempat-tempat lain hanya
untuk ‘berburu’ panas sinar matahari. Bagi masyarakat tropis seperti
Indonesia, kunjungan ke suatu tempat berkaitan dengan maksud mencari
perubahan iklim setempat. Misalnya: penduduk pantai berwisata ke
pegunungan, dan sebaliknya.
5. Wisata Karya

11

Warpani Suwardjoko P. dan Warpani Indira P. Pariwisata Dalam Tata

Ruang Wilayah. (Bandung: ITB Press),

2007, Hal. 12-15

Universitas Sumatera Utara

Wisata jenis ini sering dilakukan untuk kunjungan kerja, yaitu jenis
pariwisata yang para wisatawannya berkunjung dengan maksud dinas
atau tugas-tugas lain, sambil mengunjungi obyek-obyek wisata pada
daerah tertentu.
6. Wisata Kesehatan
Berhubungan dengan maksud penyembuhan suatu penyakit. Wisatawan
mengunjungi suatu tempat karena keberadaan penyembuh, misalnya
berkunjung ke Singapura atau Cina untuk berobat.
7. Wisata Konvensi/seminar
Dilakukan dengan sengaja memilih salah satu daerah tujuan wisata
sebagai tempat penyelenggaraan seminar dikaitkan dengan upaya
pengembangan daerah tujuan wisata yang bersangkutan. Penentuan lokasi
tempat penyelenggaraan suatu konvensi, baik nassional maupun
internasional, sering dikaitkan dengan kebijakan pemerintah untuk
mempromosikan suatu daerah tujuan wisata.
8. Wisata Niaga
Wisatawan mengunjungi suatu daerah karena ada urusan perniagaan di
tempat tersebut, misalnya mata niaga atau tempat perundingan niaga ada
disana. Seperti halnya wisata dinas, para pengusaha/niagawan datang
dengan maksud utama melakukan kegiatan perniagaan, namun pada
waktu luang pada umumnya berwisata.
9. Wisata Olahraga

Universitas Sumatera Utara

Yakni mengunjungi suatu daerah tertentu karena kagiatan olahraga.
Misalnya pertandingan perebutan kejuaraan, Pekan Olahraga Nasional,
Asean Games, Olimpiade, atau sekedar pertandingan persahabatan.
10. Wisata Pelancong/ rekreasi
Dilakukan untuk berlibur, mencari suasana baru, memuaskan rasa ingin
tahu, melihat sesuatu yang baru, menikmati keindahan alam, melepaskan
ketegangan (lepas dari kesibukan kerja rutin). Maksudnya adalah
memulihkan kesegaran dan kebugaran jasmani dan rohani setelah
berwisata. Biasanya mencari atau mengunjungi tempat yang beriklim
berbeda dengan iklim tempat tinggalnya, atau setidak-tidaknya memiliki
suasana khas yang diinginkannya.
11. Wisata Petualangan
Dilakukan lebih kearah olahraga yang sifatnya menantang kekuatan fisik
dan mental para wisatawan. Termasuk dalam jenis wisata petualangan
adalah kegiatan pelatihan (kepemimpinan) di alam terbuka dengan
berbagai atraksi yang menantang dan kadang-kadang mengundang risiko,
sepertiarung jeram, panjat tebing, terjun gantung (buggy jump),
menyelam, susur gua (menyusuri lorong-lorong gua menikmati
pemandangan stalagtit-stalagmit) dan lain-lain.
12. Wisata Ziarah
Dalam kaitan dengan agama atau budaya. Mengunjungi tempat ibadah
atau tempat ziarah pada waktu tertentu, misalnya: Waisak di kompleks
Candi Borobudur – Magelang, menyepi di Pantai Parangkusumo –

Universitas Sumatera Utara

Yogyakarta, mengunjungi tempat yang dianggap keramat, ziarah ke
makam tokoh-tokoh masyarakat atau pahlawan bangsa.
13. Darmawisata
Perjalanan beramai-ramai untuk bersenang-senang, atau berkaitan dengan
pelaksanaan darma di luar ruangan, atau melaksanakan pengabdian
kepada masyarakat di luar waktu kerja sehari-hari.
14. Widiawisata
Perjalanan ke luar daerah dalam rangka kunjungan studi, dilakukan untuk
mempelajari seni budaya rakyat, mengunjungi dan meneliti cagar alam
dan atau budaya, atau untuk kepentingan menuntut ilmu selama waktu
tertentu, misalnya: tugas belajar.

Selain dari yang disebutkan Warpani diatas, ada pula jenis pariwisata yang
lain yang disebutkan oleh Petford (2009), yaitu jenis pariwisata yang disebut
dengan istilah “dark tourism” (pariwisata gelap). Kegiatan wisata ini dapat
mengacu pada produk dan tempat yang dapat menarik pengunjung yang berminat
pada bencana, tempat pembantaian, dan peristiwa mengerikan lainnya. 12
Pariwisata gelap juga seringkali dilakukan di daerah pegunungan berapi.
Eefurt-Cooper mendifinisikan pariwisata gunung api sebagai suatu kegiatan yang
melibatkan eksplorasi dan pembelajaran mengenai gunung api aktif dan bentang
alam geothermal, di dalamnya terdapat pula kegiatan mengunjungi wilayah sekitar
gunung api yang masih aktif atau yang telah hancur di mana sisa-sisa aktivitas

12

http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-content/uploads/2014/02/Jurnal-2-Anastasia.pdf, diakses
pada 2 Februari, pukul 22:11

Universitas Sumatera Utara

menjadi daya tarik pengunjung yang datang dengan minat untuk mempelajari
warisan geologi. 13
Cohen dalam Petford (2010) mengategorisasikan wisatawan dalam empat
tipe, yaitu wisatawan massal yang terorganisasi, wisatawan massal individual,
eksplorer, dan drifter. Orang-orang yang melakukan wisata gunung api
dikelompokkan ke dalam kelompok eksplorer. Eksplorer merupakan tipe
wisatawan yang menghindari untuk melakukan wisata pada rute yang umum atau
sering dilewati oleh sebagian besar wisatawan lain. Wisatawan jenis ini suka
untuk mengeksplor jalan baru untuk menuju ke tujuan dan tidak pernah
mengharapkan kemewahan dan kenyamanan. Tujuan mereka berwisata adalah
untuk melakukan aktualisasi diri dan belajar tentang kebudayaan lokal dengan ide
baru dan pikiran yang terbuka. 14
Menurut Petford pada saat ini Volcano Tourism memiliki pasar yang baik,
berkelas tinggi, dan ekslusif. Hal ini karena poin yang dijual pada pariwisata
gunung api merupakan sesuatu yang unik, yakni campuran antara rasa ingin
menantang diri sendiri dengan sesuatu berbahaya yang dikombinasikan dengan
rasa penasaran terhadap ilmu pengetahuan dan pendidikan. Dengan demikian
kegiatan pariwisata gunung api merupakan kegiatan wisata yang sangat berpotensi
untuk memberikan keuntungan.
Kemunculan kegiatan pariwisata di daerah bencana ini dapat diinisiasi
oleh masyarakat setempat, Masyarakat yang kehilangan mata pencaharian mereka

13

Erfurt-Cooper, P., & Cooper, M. (2010). Conclusions and Recommendations. Dalam P. ErfurtCooper, & M. Cooper, Volcano and Geothermal Tourism: Sustainable Geo-resources for Leisure
and Recreation (hal. 333-340).
14
Petford, N., & al, e. (2010). On the Economics and Social Typology of Volcano Tourism with
Special Reference to Montserrat, West Indies. Dalam P. Ertfud-Cooper, & M. Cooper, Volcano
and geothermal tourism : Sustainable Geo-resources for Leisure and Recreation (hal. 85-93).

Universitas Sumatera Utara

pasca bencana tersebut dapat mengalihkan pekerjaan mereka dengan menjadi
pekerja di kawasan volcano tour. Pembukaan kawasan wisata volcano tour dapat
membuka peluang kerja sehingga masyarakat yang pada mulanya kehilangan
pekerjaannya kini dapat memiliki aktivitas baru. Adapun jenis-jenis pekerjaan
yang dapat dilakukan masyarakat, seperti petugas lapangan, menjual souvenir,
membuka warung. Penyedia jasa angkutan motor, dan lain-lain.
Berdasarkan uraian

tersebut, dapat pula diketahui bahwa ada begitu

banyak jenis-jenis kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Dimana
setiap jenis kegiatan wisata memiliki daya tarik dan keunikannya masing-masing,
yang dapat memikat para wisatawan.
I.5.2.4 Wisatawan
I.5.2.4.1 Pengertian Wisatawan
Batasan mengenai pariwisata dapat juga diketahui dari sisi lainnya,
yakni dari sisi pelaku kegiatannya. Pariwisata merupakan sebuah kegiatan
rekreatif yang dilakukan secara khusus oleh wisatawan. Tujuan utama dari
kegiatan pariwisata yang dilakukannya adalah untuk memperoleh kesenangan atau
menghilangkan perasaan tertekan karena rutinitas kerja. Jadi dalam hal ini
perolehan kepuasan dari kegiatan yang dilakukan wisatawan menjadi sangat
penting. Selama ini banyak ditemukan definisi mengenai wisatawan yang masingmasing digunakan oleh negara pengembangnya, sehingga untuk menganalisisnya
tidak begitu mudah.
Konsep “wisatawan” berasal dari bahasa Sansekerta ‘wisata’ yang
berarti “perjalanan” yang sama atau dapat disamakan dengan kata “travel” dalam

Universitas Sumatera Utara

bahasa Inggris. Jadi orang melakukan perjalanan dalam pengertian ini, maka
wisatawan sama artinya dengan kata “traveler” karena dal;am bahasa Indonesia
sudah merupakan kelaziman memakai akhiran “wan” untuk menyatakan orang
dengan profesinya, keahliannya, keadaannya, jabatannya dan kedudukan
seseorang. Jadi kata “wisatawan” dalam beberapa hal berbeda dengan “tourist”
dalam bahasa Inggris. 15
Pandangan lain menunjukkan bahwa wisatawan adalah orang-orang
yang melakukan kegiatan wisata atau melakukan perjalanan rekreatif. Dengan
batasan demikian itu maka wisatawan tidak termasuk pelaku perjalanan dengan
ciri sebagai berikut: 16
1) Orang-orang yang datang baik dengan dasar kontrak maupun tidak, untuk
mencari kerja atau yang bekerja di suatu negara.
2) Orang-orang yang datang menetap untuk menjadi penduduk di suatu
negara.
3) Pelajar dan orang-orang muda yang mondok di rumah pemondokan atau
asrama untuk suatu kepentingan.
Berdasarkan rekomendasi PATA (Pacific Area Travel Association)
yang didasarkan atas batasan League of Nation tahun 1936 dan yang telah diberi
amandemen oleh Komisi Teknik IUOTO (International Union of Official Travel
Organizations)

adalah berbunyi sebagai berikut: “istilah wisatawan pada

prinsipnya haruslah diartikan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan
perjalanan dalam jangka waktu minimal 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam
15
16

Wardiyanto, ibid.
Wardiyanto, ibid.

Universitas Sumatera Utara

suatu negeri yang bukan merupakan negeri di mana biasanya ia tinggal”. Mereka
yang dimaksud disini meliputi:
1) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenangsenang, untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan
sebagainya;
2) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud
menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau didalam hubungan
sebagai utusan berbagai badan/organisasi (ilmu pengetahuan, administrasi,
diplomatic, olahraga, keagamaan, dan sebagainya);
3) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis;
4) Pejabat pemerintah dan orang-orang militer beserta keluarganya yang
diposkan di suatu negara lain hendaknya jangan dimasukkan dalam
kategori ini, tetapi apabila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain,
maka hal ini dapat digolongkan sebagai wisatawan.
Dalam dunia kepariwisataan dirasakan perlu adanya suatu definisi
bersama (common definition) untuk dapat membandingkan tingkat pengembangan
pariwisata. Untuk mendapatkan definisi bersama itu diselenggarakan konferensi
Roma 1963 oleh United Nation Conference an International Travel and Tourism
di rekomendasikan definisi: “Setiap orang yang mengunjungi suatu negara bukan
dimana ia bermukim, bagi setiap keperluan yang bukan untuk mendapatkan
panghasilan disebut visitor (pengunjung). Visitor terdiri dari 2 kelompok traveler
(orang yang melakukan perjalanan), yaitu:

Universitas Sumatera Utara

1. Tourist (wisatawan), pengunjung sementara yang tinngal di suatu negara
lebih dari 24 jam. Motivasi kunjungannya dapat digolongkan untuk:
1. Liburan (rekreasi, kesehatan, studi, agama atau olahraga)
2. Bisnis
3. Keluarga
4. Seminar atau konferensi
5. Dan lain-lain
2. Excursionist (pelancong), yaitu pengunjung sementara yang melawat
kurang dari 24 jam di daerah tujuan kunjungannya dan tidak menginap,
termasuk penumpang kapal pesiar.
Dari berbagai pengertian tentang wisatawan, dapat disimpulkan bahwa
makna inti dari wisatawan adalah seseorang atau sekelompok orang yang
melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain untuk sementara waktu
untuk tujuan wisata, seperti untuk berekreasi, berbisnis, maupun untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang lainnya.
I.6.2.4.2 Motivasi Wisatawan
Pariwisata akan dapat berkembang dengan baik manakala di daerah
tersebut terdapat sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan yang
beragam terkait dengan motivasi yang mendasarinya untuk melakukan perjalanan
wisata. Abraham Maslow dalam Wardiyanto menyatakan bahwa secara umum

Universitas Sumatera Utara

motivasi seseorang mengadakan perjalanan wisata dapat dikelompokkan sebagai
berikut: 17
1) Motivasi Fisik
Tujuan

wisatawan

memperoleh

melakukan

sesuatu

yang

aktivitas

pariwisata

berhubungan

dengan

adalah

untuk

hasrat

untuk:

mengembalikan kondisi fisik, istirahat, santai, berolah raga atau
pemeliharaan kesehatan. Dengan berwisata, wisatawan berharap agar
kegairahan bekerja timbul kembali setelah disibukkan dengan rutinitas
kerja yang dijalaninya. Pada umumnya, orang yang waktu kerjanya sangat
ketat, mereka akan mengalami situasi yang sangat menekannya, sehingga
mereka perlu untuk istirahat.
2) Motivasi Kultural
Dalam hal ini tujuan wisatawanmelakukan aktivitas pariwisata adalah ada
kaitannya dengan keinginan pribadi seseorang yakni supaya dapat melihat
dan mengetahui negara/daerah lain,terutama mengenai penduduk dan
kebudayaannya, yakni mengenai tata cara hidup serta adat istiadatnya yang
berbeda dengan budayanya.
3) Motivasi Interpersonal
Dalam hal ini motivasi yang mendorong wisatawan melakukan kegiatan
pariwisata adalah keinginan untuk mengunjungi sanak keluarga, kawankawan atau ingin mencari teman baru dan lain-lain.
4) Motivasi Status dan Harga Diri

17

Wardiyanto, ibid.

Universitas Sumatera Utara

Dalam hal ini motif yang mendorong wisatawan adalah untuk pamer,
maksud dari perjalanannya adalah untuk memperlihatkan “siapa dia”,
yakni untuk menunjukkan kedudukannya, statusnya dalam masyarakat
tertentu demi prestige pribadinya. Sifat dari perjalanan yang dilakukan
wisatawan adalah emosional namun ada kalanya dihubungkan dengan
perjalanan bisnis, dinas, pendidikan, profesi, hobi dan lain-lain.

I.5.2.5 Pembangunan Pariwisata
Pembangunan destinasi pariwisata merupakan upaya terpadu dan
sistematik dari

seluruh komponen pariwisata dalam rangka menciptakan,

meningkatkan kualitas produk dan pelayanan pariwisata serta kemudahan
pergerakan wisatawan di destinasi pariwisata. Maksud dengan pembangunan
pariwisata , antara lain pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik
wisata, pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum, serta pembangunan
fasilitas pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan destinasi
pariwisata meliputi :
1. Perwilayahan pembangunan destinasi pariwisata;
2. Pembangunan daya tarik wisata;
3. Pembangunan aksesibilitas pariwisata;
4. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata;
5. Pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata; serta
6. Pengembangan investasi di bidang pariwisata.
Menurut Kusudianto, pengembangan suatu destinasi wisata meliputi
sebagian besar dari sumber daya fisik atau komponen produk wisata. Yang tidak

Universitas Sumatera Utara

kalah penting adalah analisis para pengunjung, kebijaksanaan harga, destinasi
saingan dan aspek finansial yang menentukan kelayakan ekonomi dan
pengembangan. Aspek lingkungan, budaya dan sosial memiliki dimensi penting
dalam pengembangan suatu destinasi. Suatu rencana fisik kepariwisataan harus
terintegrasi dalam Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dari suatu daerah. 18
Tujuan

dari

pembangunan

pariwisata

berdasarkan

Peraturan

Pemerintah No. 5 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 adalah mewujudkan industri
pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian nasional, meningkatkan
kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata, mengkomunikasikan destinasi
pariwisata Indonesia dengan menggunakan media pemasaran secara efektif,
efisien

dan

bertanggungjawab,

serta

mengembangkan

kelembagaan

kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan
pembangunan destinasi pariwisata, pemasaran pariwisata, dan industri pariwisata
secara profesional, efektif dan efisien. 19
Lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2011 dijelaskan
bahwa pembangunan industri pariwisata meliputi :
1. Penguatan struktur (fungsi, hierarki dan hubungan ) industri pariwiata;
2. Peningkatan daya saing produk pariwisata yang meliputi daya tarik wisata,
daya saing fasilitas pariwisata, dan daya saing aksesibilitas;

18

Prof. Ir. Kusudianto Hadinoto. Perencanaan Pengembangan Destinasi Pariwisata. (Jakarta: UI
Press, 1996), hal. 21
19
Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan
Nasional Tahun 2010-2025, bab II, pasal 2, ayat 6.

Universitas Sumatera Utara

3. Pengembangan kemitraan usaha pariwisata yang diwujudkan dalam bentuk
skema kerja sama antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dunia
usaha dan masyarakat;
4. Penciptaan kredibilitas bisnis dengan menerapkan standarisasi dan
sertifikasi usaha pariwisata; serta
5. Pengembangan tanggungjawab terhadap lingkungan alam dan sosial
budaya dengan mendorong tumbuhnya ekonomi hijau.
Arah kebijakan pengembangan pasar wisatawan diwujudkan melalui
pemantapan segmen pasar wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk
pasar untuk mengoptimalkan pengembangan destinasi pariwisata dan dinamika
pasar global. Arah kebijakan pengembangan citra pariwisata meliputi :
peningkatan dan pemantapan citra pariwisata secara berkelanjutan, serta
peningkatan citra pariwisata sebagai destinasi pariwisata yang aman, nyaman dan
berdaya saing.
Pembangunan pariwisata juga termasuk dalam hal pembangunan
kelembagaan kepariwisataan, yaitu upaya terpadu dan sistematik dalam rangka
pengembangan organisasi kepariwisataan, pengembangan sumber daya manusia
pariwisata untuk mendukung dan meningkatkan kualitas pengembangan sumber
daya manusia pariwisata untuk mendukung dan meningkatkan kualitas
pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan pariwisata di destinasi pariwisata.
Upaya pembangunan kelembagaan kepariwisataan meliputi : penguatan organisasi
kepariwisataan,

pembangunan

sumber

daya

manusia

pariwisata,

dan

penyelenggaraan penelitian dan penyelenggaraan.

Universitas Sumatera Utara

Pembangunan pariwisata dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor
pendukung maupun faktor penghambat, antara lain :
1. Pertumbuhan ekonomi global;
2. Kemudahan akomodasi;
3. Transportasi dan informasi; serta
4. Keamanan dan kenyamanan
Pertumbuhan ekonomi membawa dampak bagi tingkat kunjungan
turis ke suatu negara. Akan tetapi resesi ekonomi sebenarnya hanya berpengaruh
kecil karena pariwisata global tetap mengalami pertumbuhan meskipun ada
pelambanan. Faktor yang lebih mempengaruhi pertumbuhan pariwisata adalah
faktor keamanan. Adanya isu terorisme, ketidakstabilan kondisi politik, konflik di
suatu daerah, serta terjadinya bencana alam lebih memberikan pengaruh
penurunan signifikan angka kunjungan wisatawan baik domestik maupun
mancanegara.
Dari

beberapa

pengertian

diatas,

dapat

disimpulkan

bahwa

pembangunan pariwisata merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan terus
menerus untuk menciptakan pariwisata kearah yang lebih baik yang dilakukan
secara terpadu yang menyangkut seluruh komponen pariwisata, yaitu hal-hal yang
menyangkut pemberdayaan masyarakat, pembangunan daya tarik wisata,
pembangunan prasarana, penyediaan fasilitas umum serta pembangunan fasilitas
pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan.

Universitas Sumatera Utara

I.5.3 Manajemen Strategis
I.5.3.1 Definisi Manajemen Strategi
Manajemen strategi merupakan sebuah ilmu yang telah berkembang sejak
akhir abad ke-20. Kesuksesan organisasi tidak terlepas dari kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan perubahan. Perubahan yang terjadi
akibat perkembangan zaman berimplikasi kepada munculnya kebutuhan untuk
menyusun strategi. Menurut Jatmiko setiap organisasi baik organisasi besar
maupun kecil, mengadopsi proses manajemen strategi, sehingga penting bagi
sertiap manajer organisasi untuk memahami baik konsep dan proses manajemen
strategi. 20
Jauch dan Glueck dalam Jatmiko mendefinisikan manajemen strategi
sebagai sejumlah keputusan dan tindakan yang mengarah pada penyusunan suatu
strategi atau sejumlah strategi yang efektif untuk membantu mencapai sasaran
perusahaan. 21
Saat memulai usaha baru penentuan strategi tak pelak lagi menjadi sangat
penting. Keputusan-keputusan harus dibuat berkenaan dengan produk/ jasa apa
yang akan ditawarkan, pasar apa yang akan dituju, dan bagaimana produk/ jasa
tersebut akan bersaing dalam industri atau pasar. Bagi organisasi yang sudah
beberapa periode pun, keputusan- keputusan tersebut juga tidak kalah pentingnya.
Apabila terjadi perubahan-perubahan fundamental pada lingkungan eksternal,
kondisi internal, atau tujuan-tujuan organisasi, maka organisasi tersebut perlu

20

Jatmiko. Manajemen Stratejik.(Malang: UMM Press), 2003, Hal. 8

21

Jatmiko, ibid., Hal. 9

Universitas Sumatera Utara

merubah strateginya. Proses manajemen stratejik harus dipraktekkan untuk
memastikan re-evaluasi secara terus-menerus dan untuk menentukan apakah
diperlukan perubahan strategi.
Menurut Karhi Nisjar, manajemen Strategi merupakan ilmu yang
menggabungkan fungsi-fungsi manajemen dalam rangka pembuatan keputusankeputusan organisasi secara strategis, guna mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien. 22 Menurut Wahyudi dalam Karhi Nisjar, manajemen strategik
adalah suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan
(implementing) dan evaluasi (evaluating)

keputusan-keputusan strategis antar

fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan-tujuan
masa datang.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat diketahui bahwa manajemen
strategis merupakan suatu ilmu yang menggabungkan fungsi-fungsi manajeman
dalam rangka membuat keputusan-keputusan organisasi secara strategis mulai dari
perumusan strategi hingga ke evaluasi strategi yang akan dilakukan oleh sebuah
organisasi untuk mencapai tujuan organsasi secara efektif dan efisien.
I.5.3.2 Manfaat Manajemen Strategi
Menurut Setiawan, manfaat dari manajemen strategi yaitu meliputi: 23
1. Menetukan batasan usaha /bisnis yang akan dilakukan

22

Karhi Nisjar dan Winardi. Manajemen Strategik. (Bandung: Mandar Maju, 1997), hal. 85

23

Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah. Manajemen Strategi sebuah konsep pengantar.
(Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1999), hal. 19

Universitas Sumatera Utara

2. Membantu proses identifikasi, pemilihan prioritas dan eksploitasi
kesempatan
3. Memberikan

kerangka kerja untuk meningkatkan koordinasi dan

pengendalian
4. Mengarahkan dan membentuk kultur perusahaan
5. Menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai
6. Mengintegrasikan perilaku individu ke dalam perilaku kolektif
7. Meminimalkan implikasi akibat adanya perubahan kondisi
8. Menciptakan kerangka kerja dalam komunikasi internal
9. Memberikan kedisiplinan dan formalitas manajemen.
Dari uraian di atas jelas sekali terlihat bahwa manfaat ataupun peranan
manajemen strategi sudah dimulai dan dir