Analisis Determinan Masyarakat Non muslim menjadi Nasabah pada Bank Syariah (Studi Kasus : Kabupaten Serdang Bedagai)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank
2.1.1. Pengertian Bank
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,
“Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya menghimpun dana
dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dan
serta memberikan jasa-jasa bank lainnya”.
Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan
merupakan undang-undang perbankan yang terkini dan menjadi dasar
hukum bagi usaha perbankan di seluruh Indonesia. Undang-undang ini
merupakan hasil revisi, penyempurnaan dan perubahaan dari undangundang RI Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Selain itu, landasan
hukum perbankan Indonesia adalah undang-undang RI Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia yang kemudian diubah menjadi undangundang RI Nomor 3 Tahun 2004. Dengan perundang-undangan yang telah
beberapa kali revisi, maka usaha perbankan di Indonesia mempunyai asas
yang kuat dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak.( Lubis, 2010 :
27-28)
2.1.2. Jenis-Jenis Bank
Berdasarkan UU No 14/1967 pasal 3 menyebutkan bahwa menurut
fungsinya, bank dapat dibedakan atas:


20
Universitas Sumatera Utara



Bank sentral, yaitu bank Indonesia yang diatur melalui undang-undang
tersendiri yaitu UU No.13/1968.



Bank umum adalah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama
menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dalam usahanya
terutama memberikan kredit jangka pendek.



Bank tabungan adalah bank yang dalam pengumpulan dananya
terutama menerima simpanan dalam bentuk tabungan, dan usahanya
terutama memperbungakan dananya dalam bentuk dalam kertas
berharga seperti cek, giro, bilyet giro, dan lain-lain.


2.1.3. Fungsi Bank Umum
Bank umum memiliki fungsi sebagai berikut :
1.

Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam
kegiatan ekonomi.

2.

Menciptakan uang.

3.

Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.

4.

Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.


2.2.Bank Syariah
2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Menurut Ali (2008 : 1 ; 2) bank syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank,
dan syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi
sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berlebihan
dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi bank
syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan

21
Universitas Sumatera Utara

oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan atau pembiayaan
kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam.
Bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara bagi pihak yang berlebihan dana dan dengan pihak yang
kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan
hukum Islam. Selain itu, bank syariah biasa disebut Islamic banking atau
fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional

tidak menggunakan sistem


bunga

(riba),

spekulasi

(maisir ), dan

ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar ).
Bank syariah sebagai salah sebuah lembaga keuangan yang mempunyai
mekanisme dasar, yaitu menerima deposito dari pemilik modal (depositor )
dan mempunyai kewajiban (liability) untuk menawarkan pembiayaan
kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola dan skema pembiayaan yang
sesuai dengan syariat Islam. Pada sisi kewajiban, terdapat dua kategori
utama, yaitu interest-fee current and saving accounts dan invesment
accounts yang berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Loss Sharing)

antara pihak bank dan pihak depositor sedangkan pada sisi aset yang
termasuk di dalamnya adalah segala bentuk pola pembiayaan yang bebas

riba dan sesuai prinsip atau standard syariah seperti mudharabah,
musyarakah, istisna, salam, dan lain-lain.

22
Universitas Sumatera Utara

2.2.2. Dasar Hukum Bank Syariah
Bank syariah secara yuridis normatif dan yuridis empiris diakui
keberadaannya di Negara Republik Indonesia. Pengakuan secara yuridis
normatif tercatat dalam peraturan perundang-undangan(Wibowo dan
widodo, 2005 : 36), diantaranya:
1.

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UndangUndang No.7 Tahun 1992 tentang perbankan.

2.

Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang bank central. UndangUndang ini memberi peluang bagi BI untuk menerapkan kebijakan
moneter berdasarkan prinsip-prinsip syariah.


3.

Surat keputusan direksi bank Indonesia No.32/33/KEP/DIR Tanggal 12
Mei 1999 tentang bank umum dan surat keputusan direksi bank
Indonesia No.32/34/KEP/DIR Tanggal 12 Mei 1999 tentang bank
umum berdasarkan prinsip syariah. Kedua peraturan perundangundangan ini mengatur kelembagaan bank syariah yang meliputi
pengaturan tata cara pendirian, kepemilikan, kepengurusan, dan
kegiatan usaha bank.

4.

Peraturan bank Indonesia No.2/7/PBI/2000 Tanggal 23 Februari 2000
tentang giro wajib minimum peraturan bank Indonesia No.2/4/PBI/2000
Tanggal 11 Februari tentang perubahaan atas peraturan bank Indonesia
No.1/3/PBI/1999 Tanggal 13 Agustus 1999 tentang penyelenggaraan
kliring lokal dan penyelesaian akhir transaksi pembayaran antarbank
atas hasil kliring lokal, peraturan bank Imdonesia No.2/8/PBI/2000

23
Universitas Sumatera Utara


Tanggal 23 Februari 2000 tentang pasar uang antarbank berdasarkan
prinsip syariah, dan peraturan bank Indonesia No.2/9/PBI/2000 Tanggal
23 Februari 2000 tentang sertifikat Wadi’ah bank Indonesia. Peraturan
perundang-undangan

tersebut

mengatur

tentang

likuiditas

dan

instrumen moneter yang sesuai dengan prinsip syariah.
5.

Ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank for International

Settlement (BIS) yang berkedudukan di Basel, Swiss yang dijadikan

acuan oleh perbankan Indonesia untuk mengatur pelaksanaan prinsip
kehati-hatian (Prudential Banking Regulations).
6.

Peraturan lainnya yang diterbitkan oleh bank Indonesia dan lembaga
lain sebagai pendukung operasi bank syariah yang meliputi ketentuan
berkaitan dengan pelaksanaan tugas bank sentral, ketentuan standar
akuntansi dan audit, ketentuan pengaturan perselisihan perdata antara
dengan nasabah (arbitrase muamalah), standardisasi fatwa produk bank
syariah, dan peraturan pendukung lainnya.
Selain itu, pengakuan secara yuridis empiris dapat dilihat perbankan

syariah tumbuh dan berkembang pada umumnya di seluruh Ibukota provinsi
dan Kabupaten di Indonesia, bahkan beberapa bank konvensional dan
lembaga keuangan lainnya membuka unit usaha syariah (bank syariah,
asuransi syariah, pegadaian syariah, dan semacamnya). Pengakuan secara
yuridis dimaksud memberi peluang tumbuh dan berkembang secara luas
kegiatan perbankan syariah, termasuk memberi kesempatan kepada bank

umum(konvensional) untuk membuka kantor cabang yang khusus

24
Universitas Sumatera Utara

melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. (Zainuddin Ali,
2008:2)
2.2.3. Prinsip-Prinsip Bank Syariah
Dalam Undang-Undang No.10 tahun 1998 disebutkan bahwa bank
syariah adalah bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran (Sutedi, 2009:32).

Dalam menjalankan aktivitasnya, bank

syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.

Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil

dan pengambilan keuntungan yang disepakati bersama antara bank
dengan nasabah.

2.

Prinsip Kesederajatan
Bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana, nasabah
pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang sama dan
sederajat.

Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, risiko, dan

keuntungan yang berimbang antara nasabah penyimpan dana, nasabah
pengguna dana, maupun bank.
3.

Prinsip Ketentraman
Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan kaidah
muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta penerapan
zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan merasakan ketentraman

lahir maupun batin.

25
Universitas Sumatera Utara

2.2.4. Fungsi Utama Bank Syariah
Bank syariah memiliki tiga fungsi utama yaitu menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi, menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan dana dari bank, dan juga memberikan
pelayanan dalam bentuk jasa perbankan syariah. Dan lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 2.1.
Fungsi Bank Syariah
Bank Syariah

Penghimpunan Dana

Penyaluran Dana

Pelayanan Jasa

Sumber : Ismail (2011 : 39)
2.2.4.1. Penghimpun Dana Masyarakat
Fungsi bank syariah yang pertama yaitu menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana. Bank syariah menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk titipan dengan menggunakan akad alWadiah dan dalam bentuk investasi dengan menggunakan akad alMudharabah.

Al-Wadiah

adalah

akad

antara

pihak

pertama

(masyarakat) dengan pihak kedua (bank), dimana pihak pertama
menitipkan dananya kepada bank, bank menerima titipan untuk dapat
memanfaatkan

titipan

pihak

pertama

dalam

transaksi

yang

diperbolehkan dalam Islam. Al-Mudharabah merupakan akad antara
pihak yang memiliki dana kemudian menginvestasikan dananya atau
disebut juga dengan shahibul maal dengan pihak kedua atau bank
26
Universitas Sumatera Utara

yang menerima dana yang disebut juga dengan mudharib, yang mana
pihak mudharib dapat memanfaatkan dana yang diinvestasikan oleh
shahibul maal untuk tujuan tertentu yang diperbolehkan dalam syariah

Islam.
Masyarakat mempercayai bank syariah sebagai tempat yang aman
untuk melakukan investasi, dan menyimpan dana (uang). Masyarakat
yang kelebihan dana membutuhkan keberadaan bank syariah untuk
menitipkan dananya atau menginvestasikan dananya dengan aman.
Keamanan atas dana(uang) yang dititipkan atau diinvestasikan di bank
oleh masyarakat merupakan faktor yang sangat penting yang menjadi
pertimbangan. Masyarakat akan merasa lebih aman apabila uangnya
diinvestasikan di bank syariah. Dengan menyimpan uangnya di bank,
nasabah juga akan mendapat keuntungan berupa return atas uang
diinvestasikan yang besarnya tergantung kebijakan masing-masing
bank syariah serta tergantung pada hasil yang diperoleh bank syariah.
Return merupakan imbalan yang diperoleh nasabah atas sejumlah

dana yang diinvestasikan di bank. Imbalan yang diberikan oleh bank
bisa dalam bentuk bonus dalam hal dananya dititipkan dengan
menggunakan akad al-Wadiah, dan bagi hasil dalam hal dana yang
diinvestasikan

menggunakan

akad

al-Mudharabah.

Dalam

menghimpun dana pihak ketiga; giro wadiah, tabungan wadiah,
tabungan mudharabah, dan deposito mudharabah, serta investasi

27
Universitas Sumatera Utara

syariah lainnya diperkenankan sesuai dengan sistem operasional bank
syariah.(Ismail, 2011 : 39-40)
2.2.4.2. Penyaluran Dana Kepada Masyarakat
Fungsi bank syariah yang kedua yaitu menyalurkan dana kepada
masyarakat yang membutuhkan (user of fund). Masyarakat dapat
memperoleh pembiayaan dari bank syariah asalkan dapat memenuhi
semua ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Menyalurkan dana
merupakan aktivitas yang sangat penting bagi bank syariah. Bank
syariah akan memperoleh return atas dana yang disalurkan. Return
atau pendapatan yang diperoleh bank atas penyaluran dana ini
tergantung pada akadnya.
Bank

menyalurkan

dana

kepada

masyarakat

dengan

menggunakan bermacam-macam akad, antara lain akad jual beli dan
akad kemitraan atau kerja sama usaha. Dalam akad jual beli, maka
return yang diperoleh bank atas penyaluran dananya adalah dalam

bentuk margin keuntungan. Margin keuntungan merupakan selisih
antara harga jual beli kepada nasabah dan harga beli bank.
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas penyaluran dana kepada
nasabah yang menggunakan akad kerja sama usaha adalah bagi hasil.
Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat, merupakan
aktivitas yang dapat menghasilkan keuntungan berupa pendapatan
margin keuntungan dan bagi hasil, juga untuk memanfaatkan dana
yang idle (idle fund). Bank telah membayar sejumlah tertentu atas

28
Universitas Sumatera Utara

dana yang telah dihimpunnya. Pada akhir bulan atau pada saat tertentu
bank akan mengeluarkan biaya atas dana yang telah dihimpun dari
masyarakat yang telah menginvestasikan dananya di bank. Bank tidak
boleh membiarkan dana masyarakat mengendap. Dana nasabah
investor harus segera disalurkannya kepada masyarakat yang
membutuhkan agar memperoleh pendapatan.
Pembiayaan bank syariah dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
1.

Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
Mudharabah merupakan kontrak antara dua pihak atau lebih yang

mana satu pihak sebagai shahibul maal dan pihak lain sebagai
mudharib. Musyarakah merupakan kontrak antara dua pihak atau

lebih

yang mana semua pihak merupakan partner dan

mengikutsertakan modal dalam usaha yang dijalankan.
2.

Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

3.

Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna .

4.

Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh.

5.

Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
(Ismail, 2011 : 41-42)

29
Universitas Sumatera Utara

2.2.4.3. Pelayanan Jasa Bank
Bank syariah, disamping menghimpun dana dan menyalurkan
dana kepada masyarakat, juga memberikan pelayanan jasa perbankan.
Pelayanan jasa bank syariah ini diberikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya. Pelayanan
jasa kepada nasabah merupakan fungsi bank syariah yang ketiga.
Berbagai jenis produk pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh bank
syariah antara lain jasa pengiriman uang (transfer), pemindahbukuan,
penagihan surat berharga, kliring, letter of credit, inkaso, garansi
bank, dan pelayanan jasa bank lainnya.
Aktivitas pelayanan jasa, merupakan aktivitas yang diharapkan
oleh bank syariah untuk dapat meningkatkan pendapatan bank yang
berasal dari fee atas pelayanan jasa bank. Beberapa bank berusaha
untuk meningkatkan teknologi informasi agar dapat memberikan
pelayanan jasa yang memuaskan nasabah.

Pelayanan yang dapat

memuaskan nasabah ialah pelayanan jasa yang cepat dan akurat.
Harapan nasabah dalam pelayanan jasa bank ialah kecepatan dan
keakuratannya. Bank syariah berlomba-lomba untuk berinovasi dalam
meningkatkan kualitas produk layanan jasanya. Dengan pelayanan
jasa, bank syariah mendapat imbalan berupa fee yang disebut fee
based income. (Ismail, 2011 : 42-43)

30
Universitas Sumatera Utara

2.2.5.Tujuan Bank Syariah
Bank syariah memiliki tujuan yang lebih luas dibandingkan dengan
bank konvensional, berkaitan dengan keberadaannya sebagai institusi
komersial dan kewajiban moral yang disandangnya. Selain bertujuan meraih
keuntungan sebagaimana layaknya bank konvensional pada umumnya, bank
syariah juga bertujuan sebagai berikut : (Wibowo dan Widodo, 2005 : 37)
1.

Menyediakan

lembaga

keuangan

meningkatkan

kualitas

kehidupan

perbankan
sosial

sebagai

ekonomi

sarana

masyarakat.

Pengumpulan modal dari masyarakat dan pemanfaatannya kepada
masyarakat diharapkan dapat mengurangi kesenjangan sosial guna
tercipta peningkatan pembangunan nasional yang semakin mantap.
Metode bagi hasil akan membantu orang yang lemah permodalannya
untuk bergabung dengan bank syariah untuk mengembangkan
usahanya. Metode bagi hasil ini akan memunculkan usaha-usaha baru
dan pengembangan usaha yang telah ada sehingga dapat mengurangi
pengangguran.
2.

Meningkatnya
pembangunan

partisipasi
karena

masyarakat

keengganan

benyak

sebagian

dalam

masyarakat

proses
untuk

berhubungan dengan bank yang disebabkan oleh sikap menghindari
bunga telah terjawab oleh bank syariah. Metode perbankan yang efisien
dan adil akan menggalakkan usaha ekonomi kerakyatan.
3.

Membentuk masyarakat agar berfikir secara ekonomis dan berperilaku
bisnis untuk meningkatkan kualitas hidupnya.

31
Universitas Sumatera Utara

4.

Berusaha bahwa metode bagi hasil pada bank syariah dapat beroperasi,
tumbuh, dan berkembang melebihi bank-bank dengan metode lain.

2.3. Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank syariah merupakan bank yang dalam sistem operasionalnya tidak
menggunakan sistem bunga, akan tetapi menggunakan prinsip dasar sesuai dengan
syariah Islam. Dalam menentukan imbalannya, baik imbalan yang diberikan
maupun diterima, bank syariah tidak menggunakan sistem bunga, akan tetapi
menggunakan konsep imbalan sesuai dengan akad yang diperjanjikan.(Ismail,
2011 : 34)

32
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1
Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah
Bank Konvensional

No
1

Investasi, hanya untuk proyek dan
produk
yang
halal
serta
menguntungkan.

Investasi, tidak mempertimbangkan
halal atau haram asalkan proyek yang
dibiayai menguntungkan.

2

Return yang dibayar atau diterima
berasal dari bagi hasil atau
pendapatan lainnya berdasarkan
prinsip syariah.

Return baik yang dibayar kepada
nasabah penyimpan dana dan Return
yang diterima dari nasabah pengguna
dana berupa bunga.

3

Perjanjian dibuat dalam bentuk
akad sesuai dengan syariah Islam.

Perjanjian
positif.

4

Orientasi pembiayaan, tidak hanya
untuk keuntungan akan tetapi juga
falah oriented, yaitu berorientasi
pada kesejahteraan masyarakat.

Orientasi
pembiayaan,
untuk
memperoleh keuntungan atas dana
yang dipinjamkan.

5

Hubungan antara bank
nasabah adalah mitra.

dan

Hubungan antara bank dan nasabah
adalah kreditor dan debitur.

6

Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam, Komisaris, dan Dewan
Pengawas Syariah(DPS).

Dewan pengawas terdiri dari BI,
Bapepam, dan Komisaris.

7

Penyelesaian
sengketa,
diupayakan diselesaikan secara
musyawarah antara bank dan
nasabah, melalui peradilan agama.

Penyelesaian
sengketa
pengadilan negeri setempat.

menggunakan

hukum

melalui

Sumber : Ismail (2011 : 38)
2.4.Produk Bank Syariah
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi
menjadi dua bagian, yaitu :
A. Produk Penyaluran Dana (financing)
B. Produk Penghimpunan Dana (funding)

33
Universitas Sumatera Utara

2.4.1 Produk Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk
pembiayaaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan
berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu: (karim, 2006:97)
1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli
2. Pembiayaan dengan prinsip sewa
3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil
Pembiayaan dengan prinsip jual-beli ditujukan untuk memiliki barang,
sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan
jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan
guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus.
1.

Prinsip jual-beli (Ba’i)
Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahaan
barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank
ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
Transaksi jual-beli dapat dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya
dan waktu penyerahaan barangnya, yakni sebagai berikut:
a.

Pembiayaan Murabahah
Murabahah, yang berasal dari kata ribhu (keuntungan), adalah

transaksi jual-beli dimana bank menyebut jumlah keuntungannya.
Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai
pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah
keuntungan (margin). (karim, 2006:98)

34
Universitas Sumatera Utara

Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan jangka
waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam akad jual beli
dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya
akad. Dalam perbankan, murabahah selalu dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan (bi tsaman ajil, atau muajjal). Dalam transaksi
ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran
dilakukan secara tangguh/cicilan. ( Ibid :98)
b.

Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli di mana barang yang

diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang diserahkan
secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai. Bank
bertindak sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual.
Dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu
penyerahan barang harus ditentukan secara pasti. (karim, 2006 : 99)
c.

Pembiayaan Istishna’
Produk Istishna’ menyerupai produk salam, tapi dalam
Istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam
beberapa kali pembayaran. Ketentuan umum pembiayaan Istishna’
adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis, macam
ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati
dicantumkan dalam akad istishna’ dan tidak boleh berubah selama
berlakunya akad. (karim, 2006 : 100)

35
Universitas Sumatera Utara

2.

Prinsip sewa (Ijarah)
Transaksi ini dilandasi adanya perpindahaan manfaat. Jadi pada
dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi
perbedaanya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek
transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa.
(Ibid : 101)

3.

Prinsip bagi hasil (syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil
adalah sebagai berikut.
a.

Pembiayaan Musyarakah
Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah musyarakah
(syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya
keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai
aset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk
usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka
secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya
baik yang berwujud maupun tidak berwujud.(Ibid : 102)

b.

Pembiayaan Mudharabah
Secara spesifik terdapat bentuk musyarakah yang populer
dalam produk perbankan syariah yaitu mudharabah. Mudharabah
adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana
pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal
kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian

36
Universitas Sumatera Utara

keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerja sama dalam paduan
kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian dari
mudharib.( Ibid : 103)

2.4.2 Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan dan
deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan
dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah.
1.

Prinsip Wadi’ah
Prinsip wadi’ah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Wadi’ah dhamanah
berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada
prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang
dititipi. Sementara itu, dalam wadi’ah dhamanah, pihak yang
dititipi (bank) bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan
sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.( karim,
2006 : 107)

2.

Prinsip Mudharabah
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpan atau
deposan bertindak sebagai shahibul maal (pemilik modal) dan
bank sebgai mudharib (pengelola). Dana tersebut digunakan bank
untuk melakukan murabahah atau ijarah seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk
melakukan mudharabah kedua.( Ibid : 108)

37
Universitas Sumatera Utara

2.5. Perbedaan Bagi Hasil dengan Riba
Tidak sedikit masyarakat yang menganggap bahwa bagi hasil tidak ada
bedanya dengan pemberian/pengambilan bunga sehingga mereka beranggapan
bahwa bank syariah dengan bank konvensional sama saja yang membedakan
hanya istilah saja. Tentunya pendapat itu tidak benar karena mereka yang
berpendapat seperti itu, tingkat pemahaman terhadap bank syariah termasuk
dalam operasionalnya masih relatif kurang.
Secara singkat perbedaan – perbedaan antara bunga dengan bagi hasil dapat
terlihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2.
Perbedaan Bagi Hasil dengan Bunga
Bagi Hasil

Bunga

Penentuan bagi hasil dibuat sewaktu Penentuan

bunga

dibuat

sewaktu

perjanjian dengan berdasarkan kepada perjanjian tanpa berdasarkan kepada
untung/rugi.

untung/rugi.

Jumlah nisbah bagi hasil berdasarkan Jumlah
jumlah keuntungan yang telah dicapai.

persen

pembayaran

meningkat sesuai dengan peningkatan meningkat

Penerimaan/pembagian

berdasarkan

jumlah uang (modal) yang ada.

Jumlah pemberian hasil keuntungan Jumlah

keuntungan yang didapat.

bunga

bunga

walaupun

tidak
jumlah

keuntungan berlipat ganda.
keuntungan Pengambilan/pembayaran bunga adalah

adalah halal

haram

Sumber : machmud (2010 : 10)

38
Universitas Sumatera Utara

2.6. Reputasi
Reputasi diartikan sebagai suatu bangunan sosial yang mengayomi suatu
hubungan, kepercayaan yang akhirnya akan menciptakan brand image bagi suatu
perusahaan. Reputasi yang baik dan terpercaya merupakan sumber keunggulan
bersaing suatu bank. Adanya reputasi yang baik dalam sebuah perusahaan bank
akan menimbulkan kepercayaan bagi nasabah nya. Suatu kepercayaan adalah
pikiran deskriptif oleh seorang mengenai suatu hal.
Reputasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah nama baik.
Pandangan paling dominan pada literatur menunjukkan bahwa sikap terhadap
merek yaitu reputasi atau penyedia jasa lebih merupakan evaluasi keseluruhan
jangka panjang dibanding elemen kepuasan.
2.7. Lokasi
Lokasi bank adalah tempat dimana diperjualbelikannya produk perbankan
dan pusat pengendalian perbankan. Bank yang terletak dalam lokasi yang strategis
sangat memudahkan nasabah dalam berurusan dengan bank.
Secara umum pertimbangan dalam menentukan letak suatu lokasi adalah sebagai
berikut :
1. Dekat dengan pasar / konsumen.
2. Tersedia sarana dan prasarana.
3. Dekat dengan pusat pemerintahan.
4. Kemudahan untuk melakukan ekspansi

39
Universitas Sumatera Utara

2.8. Promosi
Menurut Hasan (2010) Semua aktivitas promosi harus sejalan dengan posisi
bank pasar. Ini bukan hanya untuk tema iklan, tetapi juga pemilihan media harus
berdasar pada usaha membangun dan penguatan posisi bank. Kegiatan promosi
yang terus-menerus dan terencana dapat memecahkan tiga persoalan penting
dalam setiap bisnis, tidak terkecuali bank syariah.
1. Informasi produk. Promosi dapat memberikan informasi tentang bauran
pemasaran : produk, sistem distribusi, harga, dan manfaat utama yang
ditawarkan oleh produk bank syariah.
2. Persepsi masyarakat. Promosi dapat memecahkan persepsi konsumen yang
keliru terhadap produk perusahaan yang memasarkannya. Promosi dapat
digunakan untuk mengubah atau meluruskan persepsi atau meningkatkan
citra bank syariah menjadi nomor 1 di benak masyarakat Indonesia,
bahkan tidak mustahil ke seluruh penjuru dunia.
3. Promosi dapat mendorong terjadinya keinginan untuk membeli atau
menggunakan merk/produk (buying brand registed), baik secara langsung
maupun pada masa yang akan datang.
2.9. Penelitian Terdahulu
Yupitri dan Linda Sari (2012) dalam penelitian yang berjudul “Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi non muslim menjadi nasabah bank syariah
mandiri”. Dengan menggunakan metode analisis Rank sperman Test yaitu sebuah
ukuran hubungan antara dua variabel dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel fasilitas(X1) memiliki pengaruh yang sedang yaitu 0,469 terhadap

40
Universitas Sumatera Utara

nasabah non muslim untuk menjadi nasabah di bank syariah mandiri. Sedangkan,
variabel promosi (X2) dan variabel produk (X3) masing-masing memiliki
pengaruh yang kuat yaitu 0,730 dan 0,529 terhadap nasabah non muslim untuk
menjadi nasabah di bank syariah mandiri.
Hutabarat (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “faktor-faktor yang
mempengaruhi keputusan masyarakat menjadi nasabah bank syariah di
Pekanbaru”. Dengan menggunakan metode analisis yaitu analisis linier berganda,
hasil dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa secara parsial hanya faktor
fasilitas (X1), layanan (X2), produk (X3) memiliki pengaruh terhadap keputusan
masyarakat untuk menjadi nasabah bank syariah sementara faktor promosi (X4)
tidak berpengaruh secara signifikan. Implikasi hasil penelitian ini bahwa bank
syariah telah menjadi pilihan masyarakat karena faktor religius yaitu keinginan
untuk menjalankan syariat Islam.
Zia (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi minat menabung di bank syariah kota Lhokseumawe”.
Menggunakan metode analisis deskriptif dan deduktif yakni mengumpulkan data
secara sistematis dan menginterpretasikan dengan gambar-gambar, dengan hasil
penelitian menyimpulkan bahwa masing-masing variabel berpengaruh positif dan
signifikan. Hasil penelitian tersebut diantaranya perkembangan perkembangan
perbankan syariah yang mengalami peningkatan dari sisi aset, pembiayaan,
tabungan, deposito dan jumlah nasabah. Sedangkan variabel keyakinan dan bagi
hasil merupakan faktor yang dominan dalam mendorong keputusan menabung di
bank syariah kota lhokseumawe.

41
Universitas Sumatera Utara

Tarigan (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi masyarakat tionghoa Kota Tebing Tinggi menabung di Bank
Syariah”. Metode yang dipakai dalam penelitian ini yakni deskriptif eksploratif
yang bertujuan menggambarkan fenomena dimana data yang diperoleh dianalisis
dengan cara tabulasi, frekuensi, tabulasi silang (cross tab) dan gambar (grafik)
dan hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa masing-masing variabel
berpengaruh positif akan tetapi ada satu variabel yang sangat berpengaruh
dominan pada nasabah yakni variabel bagi hasil.
2.10. Kerangka Konseptual

Reputasi (X1)

Lokasi (X2)

Promosi (X3)

Masyarakat
Non
Muslim
menjadi nasabah pada bank
syariah(Y)

Gambar 2.2. Kerangka Konseptual
(dibuat oleh penulis)

42
Universitas Sumatera Utara

2.11. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek
penelitian dimana kebenarannya masih perlu untuk diuji. Maka penulis
mengemukakan hipotesis sebagai berikut :
1.

Pelayanan berhubungan kuat terhadap masyarakat non muslim menjadi
nasabah pada bank syariah.

2.

Lokasi berhubungan kuat terhadap masyarakat non muslim menjadi
nasabah pada bank syariah.

3.

Promosi berhubungan kuat terhadap masyarakat non muslim menjadi
nasabah pada bank syariah.

43
Universitas Sumatera Utara