Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum
2.1.1 Rifampisin
Menurut Ditjen BKAK (2014) dan Sweetman (2009), uraian tentang
rifampisin adalah sebagai berikut :
Rumus struktur

:

Gambar 2.1 Struktur Rifampisin
Nama Kimia

: 5, 6, 9, 17, 19, 21-Heksahidroksi-23-metoksi-2, 4, 12,
16, 18, 20, 22-heptametil-8 [N-(4-metil-1-piperazinil)
formimidoil]-2,

7-(epoksipentadeka

[1,


11,

13]

trienimino) nafto [2, 1-b] furan-1, 11-(2H)-dion-21asetat.
Rumus Molekul

: C43H58N4O12

Berat Molekul

: 822,95

Pemerian

: Serbuk hablur, cokelat merah.

Kelarutan

: Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam

kloroform; larut dalam etil asetat dan dalam methanol.

6
Universitas Sumatera Utara

Rifampisin adalah derivat semisintetik rifamisin B yang dihasilkan oleh
Streptomyces

mediterranei.

Antibiotikum ini

menghambat

pertumbuhan

berbagai kuman Gram-positif dan Gram-negatif (Istiantoro dan Setiabudy,
2012). Rifampisin adalah kelompok antimikobakterial dan digunakan untuk
pengobatan berbagai jenis infeksi. Sering digunakan dalam bentuk kombinasi
dengan antibakterial lainnya untuk menghindari resistensi dan untuk pengobatan

tuberkulosis (Sweetman, 2009).
Efek samping dari penggunaan rifampisin adalah gangguan saluran cerna
(anoreksia, diare, mual dan muntah), gangguan darah (trombositopenia,
eosinofilia, leukopenia dan anemia), gangguan saraf (sakit kepala), udema dan
perubahan warna pada urin, feses, keringat, air liur, dahak, air mata dan cairan
tubuh lainnya menjadi jingga hingga merah (Sweetman, 2009).
2.1.2 Isoniazid
Menurut Ditjen BKAK (2014) dan Sweetman (2009), uraian tentang
isoniazid adalah sebagai berikut :
Rumus Struktur

:

Gambar 2.2 Struktur Isoniazid
Nama Kimia

: Asam isonikotinat hidrazida.

Rumus Molekul


: C6H7N3O

7
Universitas Sumatera Utara

Berat Molekul

: 137,14

Pemerian

: Hablur atau serbuk hablur; putih atau tidak berwarna;
tidak berbau, perlahan-lahan dipengaruhi oleh udara
dan cahaya.

Kelarutan

: Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol;
sukar larut dalam kloroform dan eter.


Isoniazid adalah turunan hidrazida dan merupakan obat utama dalam
pengobatan penyakit tuberkulosis. Sering digunakan dalam bentuk kombinasi
(Sweetman, 2009). Efek utamanya adalah menghambat biosintesis asam mikolat
(mycolic acid) yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium
(Istiantoro dan Setiabudy, 2012).
Efek samping dari penggunaan isoniazid adalah gangguan hati (mual,
muntah dan lelah), gangguan darah (anemia, agranulositosis, trombositopenia dan
eosinofilia), hipersensesitivitas (eritema) dan efek samping lainnya (konstipasi
dan retensi urin) (Sweetman, 2009).
2.2. Spektrofotometri
Spektrofotometri adalah metode pengukuran yang didasarkan pada
interaksi cahaya dengan materi. Suatu alat yang mengukur panjang gelombang
dan intensitas sinar ultraviolet – visible yang diserap oleh sampel disebut
spektrofotometer ultraviolet – visible. Ultraviolet berada pada panjang gelombang
200 – 400 nm, sedangkan visible berada pada rentang panjang gelombang

400

– 800 nm ( Dachriyanus, 2004 ).
Spektrofotometer merupakan penggabungan dari dua fungsi alat yang

terdiri dari spektrofotometer yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan

8
Universitas Sumatera Utara

panjang gelombang tertentu dan fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya
yang diabsorpsi. Ketika cahaya (monokromatik atau heterogen) mengenai medium
homogen, suatu bagian dari cahaya yang ada akan dipantulkan, sebagian diserap
medium, dan sisanya ditransmisikan atau diteruskan (Dachriyanus, 2004 ).
Jika suatu molekul sederhana dikenakan radiasi elektromagnetik maka
molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik. Interaksi antara molekul
dengan radiasi elektromagnetik ini akan meningkatkan energi dari tingkat dasar ke
tingkat tereksitasi. Apabila pada molekul yang sederhana tadi hanya terjadi
transisi elektronik pada satu macam gugus yang terdapat pada molekul, maka
hanya akan terjadi satu absorpsi yang merupakan pita spektrum. Terjadinya dua
atau lebih pita spektrum diberikan oleh molekul dengan struktur yang lebih
kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga mempunyai lebih dari satu
panjang gelombang (Rohman, 2007).
Spektrum elektron suatu molekul adalah hasil transisi antara dua tingkat
energi elektron pada molekul tersebut. Radiasi ultraviolet diabsorpsi oleh molekul

organik aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi atau atom
yang mengandung elektron-n, menyebabkan transisi elektron di orbit terluarnya
dari tingkat energi elektron dasar ke tingkat energi tereksitasi lebih tinggi.
Besarnya absorbansi radiasi tersebut berbanding dengan banyaknya molekul analit
yang

mengabsorpsi

dan

dapat

digunakan

untuk

analisis

kuantitatif


(Satiadarma, dkk., 2004).
2.3. Komponen Spektrofotometer
Biasanya spektrofotometer dilengkapi dengan software yang berfungsi
untuk mengolah data yang dapat dioperasikan malalui komputer yang telah

9
Universitas Sumatera Utara

terhubung dengan spektrofotometer. Spektrofotometri panjang gelombang
berganda merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada spektrofotometri
UV-Visibel (Moffat, dkk., 2005).
Menurut Rohman (2007), unsur - unsur terpenting suatu spektrofotometer
adalah sebagai berikut:
1. Sumber-sumber lampu: lampu deutrium digunakan untuk daerah UV pada
panjang gelombang dari 190 - 350 nm, sementara lampu halogen kuarsa
atau lampu tungsten digunakan untuk daerah visibel pada panjang
gelombang antara 350 - 900 nm.
2. Monokromotor: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis. Alatnya berupa prisma untuk mengarahkan sinar
monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian.

3. Kuvet (sel): digunakan sebagai wadah sampel untuk menaruh cairan ke
dalam berkas cahaya spektrofotometer. Kuvet itu haruslah meneruskan
energi radiasi dalam daerah spektrum yang diinginkan. Pada pengukuran
di daerah sinar tampak, kuvet dapat digunakan, tetapi untuk pengukuran
pada daerah ultraviolet kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas
tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet tampak dan ultraviolet yang
khas mempunyai ketebalan 1 cm.
4. Detektor: Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap
cahaya pada berbagai panjang gelombang.
2.4. Hukum Lambert-Beer
Menurut Hukum Lambert, serapan berbanding lurus terhadap ketebalan sel
yang disinari. Sedangkan menurut Beer, serapan berbanding lurus dengan

10
Universitas Sumatera Utara

konsentrasi. Kedua pernyataan ini dapat dijadikan satu dalam Hukum LambertBeer, sehingga diperoleh bahwa serapan berbanding lurus terhadap konsentrasi
dan ketebalan sel, hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang
diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan
konsentrasi larutan (Rohman, 2007).

Menurut Rohman (2007), hukum Lambert-Beer umumnya dikenal dengan
persamaan sebagai berikut:
A = a.b.c
Dimana: A = absorbansi
a = absorptivitas
b = tebal kuvet (cm)
c = konsentrasi
Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada
konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel.
Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang
gelombang radiasi (Rohman, 2007).
2.5. Analisis Multikomponen dengan Spektrofotometri Ultraviolet
Analisis

kuantitatif

campuran

dua


komponen

merupakan

teknik

pengembangan analisis kuantitatif komponen tunggal. Prinsip pelaksanaanya
adalah mencari absorban atau beda absorban tiap-tiap komponen yang
memberikan korelasi yang linier terhadap konsentrasi, sehingga akan dapat
dihitung masing-masing kadar campuran zat tersebut secara serentak atau salah
satu

komponen

dalam

campurannya

dengan

komponen

yang

lainnya

(Mulja dan Suharman, 1995).

11
Universitas Sumatera Utara

Menurut Day dan Underwood (1998) ada beberapa kemungkinan yang
terjadi yaitu sebagai berikut :
1.Kemungkinan I
Spektra tidak tumpang tindih, atau sekurangnya dimungkinkan untuk
menemukan suatu panjang gelombang dimana X menyerap dan Y tidak, serta
panjang gelombang serupa untuk mengukur Y. Situasi kemungkinan I dapat
dilihat pada gambar 4. Konstituen X dan Y semata-mata diukur masing-masing
pada panjang gelombang λ1 dan λ2. X Y absorban λ1 λ2. Spektra absorpsi
senyawa X dan Y (tidak ada tumpang tindih pada dua panjang gelombang yang
digunakan)

2. Kemungkinan II
Tumpang tindih satu-cara darispektra: seperti ditunjukkan pada gambar 5,
Y tidak mengganggu pengukuran X pada λ1, tetapi X memang menyerap cukup
banyak bersama-sama Y pada λ2. Pendekatan soal ini pada prinsipnya sederhana.
Konsentrasi X ditetapkan langsung dari absorbansi larutan pada λ1. Kemudian

12
Universitas Sumatera Utara

absorbansi yang disumbangkan oleh larutan X pada λ2 dihitung dari absortivitas
molar X pada λ2, yang telah diketahui sebelu mnya. Sumbangan ini dikurangkan
dari absorbansi terukur larutan pada λ2 sehingga akan diperoleh absorbansi yang
disebabkan oleh Y; konsentrasi Y kemudian dapat diukur dengan cara yang
umum. Spektra kemungkinan dua dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

3. Kemungkinan III
Tumpang tindih dua cara dari spektra : bila tidak dapat ditemukan panjang
gelombang ini:
Spectra saling dimana X atau Y menyerap secara eksklusif. Seperti yang
ditunjukkan gambar dibawah tumpang tindih dari dua komponen X dan Y. pada
absorbansi maksimum dari komponen X pada λ1. Komponen Y juga mempunyai
absorbansi tersendiri. Demikian juga pada absorbansi maksimum senyawa Y pada
λ2. Komponen X juga mempunyai absorbansi tersendiri. Spectrum serapan dari
campuran X dan Y merupakan jumlah dari dua kurva individu.
Penggunaan teknik persamaan simultan memerlukan beberapa persyaratan
agar diperoleh hasil yang memuaskan, antara lain harga selisih panjang

13
Universitas Sumatera Utara

gelombang maksimum masing- masing komponen harus relative besar atau harga
rasio serapan antar komponen pada panjang gelombang maksimum cukup besar.
Pada campuran multikomponen yang ada, terutama pada sediaan farmasi syarat
tersebut akan sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, telah diperkenalkan
analisis multikomponen menggunakan prinsip persamaan regresi berganda
(multiple regression) melalui perhitungan matriks dengan metode pengamatan
beberapa panjang gelombang (multiple wavelength ) (Andrianto, 2009).
Pengukuran tersebut akan valid jika pengukuran serapan dilakukan pada
multi panjang gelombang dengan jumlah melebihi komponen dan dikenal dengan
istilah over-determained system (Andrianto, 2009).
2.6. Validasi Metode Analisis
Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap
parameter tertentu pada prosedur penetapan yang dipakai, untuk membuktikan
bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya
(Harmita, 2004).
Validasi metode analisis dilakukan dengan uji laboratorium, dengan
demikian dapat ditunjukkan bahwa karakteristik kinerjanya telah memenuhi
persyaratan untuk diterapkan dalam analisis senyawa atau sediaan yang
bersangkutan (Satiadarma, dkk., 2004). Parameter analisis yang ditentukan pada
validasi adalah akurasi, presisi, limit deteksi, limit kuantitasi, kelinieran, dan
rentang (Rohman, 2007).
2.6.1. Akurasi
Akurasi (kecermatan) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan
hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Rentang nilai % akurasi analit yang

14
Universitas Sumatera Utara

dapat diterima adalah 90,0% - 100,0%. Rentang ini bersifat fleksibel tergantung
dari

analit

yang diperiksa,

jumlah

sampel

dan

kondisi

laboratorium.

(Ditjen BKAK,2014)
2.6.2. Presisi
Presisi adalah derajat kesesuaian di antara masing-masing hasil uji, jika
prosedur analisis ditetapkan berulang kali pada sejumlah cuplikan yang diambil
dari satu sampel homogen. Presisi dinyatakan sebagai deviasi standar atau deviasi
standar relatif (Harmita, 2004; Satiadarma, dkk., 2004).
Parameter-parameter seperti simpangan baku (SB), simpangan baku
relatif, dan derajat kepercayaan haruslah dikalkulasi untuk mendapatkan tingkat
presisi tertentu. Nilai simpangan baku relatif dinyatakan memenuhi persyaratan
jika < 2% (Ermer dan McB. Miller, 2005). Dimana menurut Ermer dan McB.
Miller (2005) rumus simpangan baku relatif adalah:

Simpangan baku relatif =

SB
× 100%
X

2.6.3. Linearitas
Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk
memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan kisaran konsentrasi analit
tertentu. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari
beberapa set larutan baku yang telah diketahui konsentrasinya. Persamaan garis
yang digunakan pada kurva kalibrasi diperoleh dari persamaan Y = aX + b.
Persaman ini akan menghasilkan koefisien korelasi (r). Koefisien korelasi inilah
yang digunakan untuk mengetahui linieritas suatu metode analisis. Kelinieran
suatu metode analisis adalah kemampuan untuk menunjukkan bahwa nilai hasil

15
Universitas Sumatera Utara

uji langsung atau setelah diolah secara matematika, proporsional dengan
konsentrasi analit dalam sampel dalam batas rentang konsentrasi tertentu
(Satiadarma, dkk., 2004).
2.6.4. Rentang
Rentang adalah konsentrasi terendah dan tertinggi yang mana suatu
metode analitik menunjukkan akurasi, presisi dan linieritas yang cukup. Rentang
suatu prosedur dapat divalidasi lewat pembuktian bahwa prosedur analitik tersebut
mampu memberikan presisi, akurasi dan linieritas yang dapat diterima ketika
digunakan untuk menganalisi

16
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Multikomponen dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet

42 281 123

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

2 33 111

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

4 20 119

Penetapan Kadar Campuran Deksametason dan Deksklorfeniramin Maleat Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 5 106

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 18

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 2

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 1 5

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 3 2

Penetapan Kadar Campuran Rifampisin dan Isoniazid dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

0 0 58

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol Dan Ibuprofen Dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Ultraviolet Dengan Metode Panjang Gelombang Berganda

1 5 18