Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Posyandu

2.1.1

Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam

penyelenggaraan

pembangunan

kesehatan


guna

memberdayakan

masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu
dan Angka Kematian Bayi (Kemenkes, 2011).
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas
dasar kebutuhan masyarakat, dikelola dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat,
dengan bimbingan dari petugas puskesmas, serta lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya (Kemenkes, 2011).
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat
dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari
petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini (Sembiring, 2004).
Posyandu merupakan salah satu wujud peran serta masyarakat dalam
pembangunan khususnya kesehatan, dengan menciptakan kemampuan untuk
hidup sehat dalam mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal (Syafrudin,
dkk 2009).


9
Universitas Sumatera Utara

10

2.1.2

Tujuan Posyandu
Menurut Kemenkes (2011), tujuan Posyandu sebagai berikut :
Tujuan Umum : Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu

(AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita
(AKABA) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Tujuan Khusus :
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB
dan AKABA.
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,
terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2.1.3

Sasaran Posyandu
Menurut Kemenkes (2011), sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat,

utamanya:
1. Bayi
2. Anak balita
3.

Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

4. Pasangan Usia Subur (PUS)

Universitas Sumatera Utara

11


2.1.4

Fungsi Posyandu
Menurut Kemenkes (2011), adapun fungsi posyandu adalah sebagai

berikut :
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
2.1.5

Manfaat Posyandu
Manfaat posyandu menurut Kemenkes (2011) adalah :
1. Bagi Masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan
pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan
AKI, AKB dan AKABA.

b. Memperoleh layanan secara profesional dalam pemecahan masalah
kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar terpadu
dan pelayanan sosial dasar sektor lain terkait
2. Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan Tokoh Masyarakat
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan
yang terkait dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA

Universitas Sumatera Utara

12

b. Dapat

mewujudkan

aktualisasi

dirinya


dalam

membantu

masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan
penurunan AKI, AKB dan AKABA
3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi
pembangunan

fungsi

Puskesmas

berwawasan

sebagai

kesehatan,


pusat

pusat

penggerak

pemberdayaan

masyarakat, pusat pelayanan kesehatan perorangan primer dan
pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan dasar pada masyarakat.
4. Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait
dengan upaya penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi
setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara
terpadu sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi (tupoksi) masingmasing sektor.

2.1.6 Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu menurut Kemenkes (2011), terdiri dari kegiatan utama
dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

13

A. Kegiatan Utama
1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
b. Ibu Nifas dan Menyusui
c. Bayi dan Anak balita
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara
menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang
pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita
sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama balita
dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu
disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.

Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita
mencakup:
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan dan konseling
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2) Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.

Universitas Sumatera Utara

14

Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang
terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.
3) Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program
terhadap bayi dan ibu hamil.
4) Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang
diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan
(PMT), suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil
Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali
berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera
melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.
5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan
melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan
diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
B. Kegiatan Pengembangan/Tambahan
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu
dengan kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah ditetapkan.
Kegiatan baru tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian


Universitas Sumatera Utara

15

penyakit menular, dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
Posyandu yang seperti ini disebut dengan nama Posyandu Terintegrasi.
Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama
telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia
sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat
dukungan dari seluruh masyarakat yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri
(SMD) dan disepakati bersama melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa
(MMD).
Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah
diselenggarakan antara lain:
1.

Bina Keluarga Balita (BKB).

2.

Kelas Ibu Hamil dan Balita.

3.

Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam Berdarah
Dengue (DBD), gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus
Neonatorum.

4.

Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

5.

Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

6.

Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman

7.

Program

diversifikasi

pertanian

tanaman

pangan

dan

pemanfaatan

pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).
8.

Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.

Universitas Sumatera Utara

16

9.

Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).

10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).
11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial.
2.1.7 Penyelenggaraan Posyandu
A. Waktu Penyelenggaraan
Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu yang dipilih,
sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka Posyandu dapat
lebih dari satu kali dalam sebulan.
B. Tempat Penyelenggaraan
Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu sebaiknya berada pada lokasi
yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat penyelenggaraan tersebut dapat
di salah satu rumah warga, halaman rumah, balai desa/kelurahan, balai
RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau
tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.
C. Penyelenggaraan Kegiatan
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh Kader
Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait. Pada saat
penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah kader adalah 5 (lima) orang. Jumlah
ini sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh Posyandu, yakni yang
mengacu pada sistem 5 meja.

Universitas Sumatera Utara

17

D. Tugas dan Tanggung jawab Para Pelaksana
Terselenggaranya pelayanan Posyandu melibatkan banyak pihak. Adapun
tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan
Posyandu adalah sebagai berikut :
1.

Kader
Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:
a. Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga
setempat.
b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.
c. Mempersiapkan sarana Posyandu.
d. Melakukan pembagian tugas antar kader.
e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
f. Mempersiapkan

bahan

Pemberi

Makanan

Tambahan

(PMT)

penyuluhan.
Pada hari buka Posyandu, antara lain:
a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.
b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
Posyandu.
c. Mencatat hasil penimbangan di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
atau Kartu Menuju Sehat (KMS) dan mengisi buku register Posyandu.
d. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) pada ibu hamil dan WUS.
e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi
sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.

Universitas Sumatera Utara

18

f. Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan
KB sesuai kewenangannya.
g. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan
melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak
lanjut.
Di luar hari buka Posyandu, antara lain:
a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas
dan ibu menyusui serta bayi dan anak balita.
b. Membuat diagram batang (balok) tentang jumlah semua balita yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang
mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita
yang datang pada hari buka Posyandu dan jumlah balita yang
timbangan berat badannya naik.
c. Melakukan tindak lanjut terhadap
1. Sasaran yang tidak datang.
2. Sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.
d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke
Posyandu saat hari buka .
e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan
menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi
keagamaan.

Universitas Sumatera Utara

19

2.

Petugas Puskesmas
Kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas yang diwajibkan di Posyandu satu

kali dalam sebulan. Dengan perkataan lain kehadiran tenaga kesehatan Puskesmas
tidak pada setiap hari buka Posyandu (untuk Posyandu yang buka lebih dari 1 kali
dalam sebulan). Peran petugas Puskesmas pada hari buka Posyandu antara lain
sebagai berikut:
a. Membimbing kader dalam penyelenggaraan Posyandu.
b. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dan Keluarga Berencana di
langkah 5 (lima). Sesuai dengan kehadiran wajib petugas Puskesmas,
pelayanan kesehatan dan KB oleh petugas Puskesmas hanya
diselenggarakan satu kali sebulan. Dengan perkataan lain jika hari buka
Posyandu lebih dari satu kali dalam sebulan, pelayanan tersebut
diselenggarakan

hanya

oleh

kader

Posyandu

sesuai

dengan

kewenangannya.
c. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling kesehatan, KB dan gizi
kepada pengunjung Posyandu dan masyarakat luas.
d. Menganalisa hasil kegiatan Posyandu, melaporkan hasilnya kepada
Puskesmas serta menyusun rencana kerja dan melaksanakan upaya
perbaikan sesuai dengan kebutuhan Posyandu.
e. Melakukan deteksi dini tanda bahaya umum terhadap Ibu Hamil, bayi
dan anak balita serta melakukan rujukan ke Puskesmas apabila
dibutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

20

3.

Stakeholder (Unsur Pembina dan Penggerak Terkait)

a. Camat, selaku penanggung jawab Kelompok Kerja Operasional
(Pokjanal) Posyandu kecamatan:
1) Mengkoordinasikan hasil kegiatan dan tindak lanjut kegiatan
Posyandu.
2) Memberikan

dukungan

dalam

upaya

meningkatkan

kinerja

Posyandu.
3) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu
secara teratur.
b. Lurah/Kepala Desa atau sebutan lain, selaku penanggung jawab Pokja
Posyandu desa/kelurahan:
1) Memberikan

dukungan

kebijakan,

sarana

dan

dana

untuk

penyelenggaraan Posyandu.
2) Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada
hari buka Posyandu
3) Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan
tokoh masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan
Posyandu.
4) Menindaklanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Lembaga Kemasyarakatan atau
sebutan lainnya.
5) Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu
secara teratur.

Universitas Sumatera Utara

21

c. Instansi/Lembaga Terkait:
1) Badan / Kantor / Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan
Desa (BPMPD) berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan
pembinaan, penggerakan peran serta masyarakat, pengembangan
jaringan

kemitraan,

pengembangan

metode

pendampingan

masyarakat, teknis advokasi, fasilitasi, pemantauan dan sebagainya.
2) Dinas Kesehatan, berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan
sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan,
distribusi Buku KIA atau KMS, obat-obatan dan vitamin) serta
dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan.
2.1.8

Langkah Kegiatan Posyandu

Langkah

Kegiatan

Pelaksana

Pertama

Pendaftaran

Kader

Kedua

Penimbangan

Kader

Ketiga

Pengisian KMS

Kader

Keempat

Penyuluhan

Kader

Kelima

Pelayanan

Kader atau kader

Kesehatan

bersama
petugas kesehatan

Sumber : Kemenkes 2011 Tentang Pedoman Pengelolaan posyandu

2.1.9

Tingkatan Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan demikian,

pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga berbeda. Untuk
mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, telah dikembangkan metode dan

Universitas Sumatera Utara

22

alat telaahan perkembangan Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah
Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan adalah untuk mengetahui tingkat
perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai
berikut :

1) Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai
oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta
jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang.
Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di
samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum
siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan
peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.
2) Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan
utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan
dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta
lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu. Contoh
intervensi yang dapat dilakukan antara lain:
a) Pelatihan

tokoh

masyarakat,

menggunakan

Modul

Posyandu dengan metode simulasi.

Universitas Sumatera Utara

23

b) Menerapkan Survey Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) di Posyandu, dengan tujuan
untuk

merumuskan

masalah

dan

menetapkan

cara

penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan cakupan
Posyandu.
3) Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50%
Kepala Keluarga (KK) di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang
dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain:
a) Sosialisasi program dana sehat yang bertujuan untuk
memantapkan pemahaman masyarakat tentang dana sehat.
b) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh
dana sehat yang kuat, dengan cakupan anggota lebih dari
50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat,
terutama pengurus dana sehat desa/kelurahan, serta untuk
kepentingan Posyandu mengikutsertakan pula pengurus
Posyandu.

Universitas Sumatera Utara

24

4) Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader
sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya
lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan, serta
telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola
oleh masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% Kepala Keluarga (KK)
yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu. Intervensi yang
dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan program dana sehat,
sehingga terjamin kesinambungannya. Selain itu dapat dilakukan
intervensi memperbanyak macam program tambahan sesuai dengan
masalah dan kemampuan masing-masing.
2.2

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

2.2.1

Pengertian Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan pelayanan kesehatan merupakan proses pendayafungsian

layanan kesehatan oleh masyarakat. Menurut Levey dan Loomba (1973), yang
dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang dilaksanakan
secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah, mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan seseorang, keluarga, kelompok, dan masyarakat (Ilyas, 2003).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah hasil dari proses pencarian
pelayanan kesehatan oleh seseorang atau kelompok. Menurut Notoatmojo (2012)

Universitas Sumatera Utara

25

perilaku pencarian pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau
penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan.
2.2.2

Teori Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

2.2.2.1 Teori Dever
Menurut Dever (1984), Dever mengidentifikasi faktor-faktor yang
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor-faktor tersebut,
yaitu :
A. Faktor sosio budaya mencakup teknologi dan norma-norma yang berlaku.
B. Faktor organisasi meliputi ada tidaknya fasilitas pelayanan kesehatan,
kemudahan

secara

geografis,

acceptability,

affordability,

struktur

organisasi, dan proses pelayanan kesehatan.
C. Faktor yang berhubungan dengan konsumen, meliputi derajat sakit,
mobilitas penderita, cacat yang dialami, sosio demografi (umur, jenis
kelamin, status perkawinan), sosio psikologi (persepsi sakit, kepercayaan
dsb), sosio ekonomi (pendidikan, pendapatan, pekerjaan, jarak tempat
tinggal dengan pusat pelayanan kesehatan).
D. Faktor yang berhubungan dengan provider, meliputi kemampuan petugas
dalam menciptakan kebutuhan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan, karakteristik provider (perilaku dokter, paramedis, jumlah dan
jenis dokter, peralatan yang tersedia, serta penggunaan teknologi canggih).

Universitas Sumatera Utara

26

2.2.2.2 Teori Pride
Menurut Pride dalam Santoso (2004), disebutkan ada beberapa faktor –
faktor yang dapat mempengaruhi individu dalam memanfaatkan suatu pelayanan
kesehatan. Faktor tersebut yaitu :
A. Faktor Pribadi
1. Demografi : usia, jenis kelamin, suku bangsa, siklus kehidupan
keluarga dan pekerjaan.
2. Situasional

: keadaan eksternal yang mempengaruhi kepuasan

individu.
3. Tingkat keterlibatan : banyak aspek dalam keputusan dipengaruhi oleh
tingkat keterlibatan individu tersebut termasuk besarnya minta
individu.
B. Faktor Psikologis
1. Persepsi merupakan proses pemilihan, pengorganisasian dan
penginterpretasian

informasi

yang

diperolehnya

untuk

menghasilkan makna.
2. Motif merupakan kekuatan internal yang mengarahkan kegiatan
seseorang kearah pemenuhan kebutuhannya.
3. Pengetahuan merupakan konsekuensi dari keputusan menggunakan
suatu

jasa

pelayanan

kesehatan

yang memuaskan

adalah

kecenderungan diulangi kembali.

Universitas Sumatera Utara

27

4. Sikap adalah ketika masyarakat memiliki sikap yang negatif
terhadap salah satu aspek pelayanan kesehatan, maka kemungkinan
masyarakat tersebut berhenti untuk datang kembali.
5. Kepribadian

umumnya

produk

yang

digunakan

seseorang

kemungkinan mencerminkan satu atau beberapa dari arti
kepribadian orang yang bersangkutan.
C. Faktor Sosial
1. Peran dan pengaruh keluarga : peran keluarga berkaitan langsung
dengan keputusan dalam penggunaan.
2. Kelempok referensi : dapat berfungsi sebagai titik perbandingan
dan sumber informasi bagi seorang individu.
3. Kelas sosial : berpengaruh terhadap keputusan termasuk dalam
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan, pola pemeriksaan dan
jenis tempat pelayanan kesehatan yang dipilihnya.
4. Budaya : mencakup nilai-nilai dan perilaku yang diterima di dalam
masyarakat tertentu dan umumnya diteruskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
2.3

Faktor Sosio Ekonomi

2.3.1 Pendidikan Ibu
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat sesuatu dan mengisi kehidupan dalam mencapai
kebahagian dan keselamatan, pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

Universitas Sumatera Utara

28

informasi, misalnya informasi tentang manfaat Posyandu. Seperti YB Mantra
yang dikutip Notoatmojo (2012), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang
termasuk juga perilaku seseorang.
2.3.2

Pekerjaan Ibu
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) pekerjaan adalah sesuatu

yang dilakukan untuk mencari nafkah. Menurut Hastono (2009) dalam
Suryaningsih (2012) bahwa suatu pekerjaan dari seseorang akan memberikan
pengalaman belajar terhadap yang bersangkutan baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan secara finansial ataupun psikologis.
2.3.3 Waktu Kerja Ibu
Waktu kerja adalah jadwal kegiatan bekerja seseorang.
2.4

Pengetahuan
Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan merupakan
hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu
objek tertentu (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan, yaitu :
1) Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan

Universitas Sumatera Utara

29

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara

benar

tentang

objek

yang

diketahui,

dan

dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam
konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam
satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

Universitas Sumatera Utara

30

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada.
6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang
ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
2.5

Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek (Notoadmodjo, 2012). Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional. Beberapa
batasan lain tentang sikap ini dapat dikutipkan sebagai berikut :
“An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency
with regard to social object ”(Campbell, 1950).

Universitas Sumatera Utara

31

“Attitude entails an existing predisposition to response to social objects
which in interaction with situational and other dispositional variable, guide and
direct the overt behavior of the individual”(Cardno, 1955).

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap
itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb,
salah seorang ahli psikologis sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap

belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan
reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka.
Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
a. Komponen pokok sikap
Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmojo (2012) menjelaskan
bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok.
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Universitas Sumatera Utara

32

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
b. Berbagai tingkatan sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
sebagai berikut :
1) Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan

jawaban

apabila

ditanya,

mengerjakan,

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu
benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide
tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Universitas Sumatera Utara

33

2.6

Kerangka Konsep

Variabel Independen
Sosio-Ekonomi
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Waktu Kerja V
Variabel Independen
Pemanfaatan Posyandu

Pengetahuan

Oleh Ibu Balita

Sikap

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
2.7

Hipotesis Penelitian
1. Ada pengaruh pendidikan ibu terhadap pemanfaatan Posyandu
2. Ada pengaruh pekerjaan ibu terhadap pemanfaatan Posyandu
3. Ada pengaruh waktu kerja ibu terhadap pemanfaatan Posyandu
4. Ada pengaruh pengetahuan ibu terhadap pemanfaatan Posyandu
5. Ada pengaruh sikap ibu terhadap pemanfaatan Posyandu

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

7 35 101

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

0 0 16

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

0 0 8

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Sosio-Ekonomi, Pengetahuan dan, Sikap Ibu Terhadap Pemanfaatan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Martubung Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Tahun 2016

0 0 24

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 18

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 2

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 8

Pengaruh Ketersediaan Sarana, Pengetahuan Dan Sikap Lanjut Usia (Lansia) Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan

0 0 26