Pengaruh Pemberian EM-4 (Effective Microorganism-4) Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)
Ikan lele memiliki tubuh yang licin, berlendir dan tidak bersisik. Secara
morfologi, bentuk tubuh lele memanjang, agak bulat pada bagian tengahnya dan
bagian belakang berbentuk pipih. Kepala lele pipih dengan memiliki panjang yang
hampir mencapai seperempat panjang tubuhnya. Sekitar mulut terdapat empat
pasang sungut peraba (barbels) yang berfungsi sebagai alat peraba saat mencari
makan atau saat bergerak. Di dekat sungut terdapat juga alat olfaktori yang
berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang
berfungsi dengan baik (Mahyuddin, 2008).
Lele Sangkuriang merupakan spesies kerabat lele dumbo, keunggulan lele
sangkuriang dibanding lele dumbo adalah fekunditas telur yang lebih banyak.
Keunggulan paling penting adalah nilai konversi pakan atau FCR lele sangkuriang
yang berada pada kisaran 0,8 – 1 sedangkan untuk lele dumbo nilai konversi
pakannya lebih dari 1 (Khairuman dan Amri, 2008).
Spesies ikan lele sudah sangat banyak di budidayakan, ikan lele paling
diminati saaat ini adalah ikan lele sangkuriang sebagaimana halnya ikan lele, lele
sangkuriang (Clarias gariepinus) memiliki ciri-ciri identik dengan lele dumbo
sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan lele sangkuriang dikenal
sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele sangkuriang ini berlendir dan
tidak bersisik serta memiliki mulut yang relatif lebar yakni ¼ dari panjang total

tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya empat pasang sungut
yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut terdiri dari dua

Universitas Sumatera Utara

pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua pasang sungut mandibula/rahang
bawah (Lukito, 2002).
Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi, (2010)
Phylum

: Chordata

Kelas

: Pisces

Subkelas

: Teleostei


Ordo

: Ostariophysi

Famili

: Claridae

Genus

: Clarias

Spesies

: Clarias gariepinus

Habitat Ikan Lele
Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah air tawar. Air yang terbaik
untuk pemeliharaan ikan lele ialah air sungai, air dari saluran irigasi, air tanah,
mata air maupun air sumur. Lele juga relatif tahan terhadap kondisi air yang

menurut ukuran kehidupan ikan dinilai kurang baik. Sebagai contoh, lele dapat
hidup di kolam penampungan air comberan maupun di sawah dengan kedalaman
5-10 cm saja (Hernowo dan Suyanto, 1999).

Probiotik dan Efective Microorganism-4 (EM4)
Menurut Irianto (2007) penggunaan organisme probiotik dalam akuakultur
dapat dilakukan melalui pakan, air maupun melalui perantaraan pakan hidup
seperti rotifera atau artemia. Pemberian probiotik dalam pakan berpengaruh dalam
saluran pencernaan, sehingga akan sangat membantu dalam proses penyerapan
makanan dalam pencernaan ikan.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Irianto (2013) probiotik dapat mengatur lingkungan mikrobia
pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen dalam usus dengan melepas
enzim-enzim yang membantu proses pencernaan makanan. Salah satu bakteri
yang diyakini mampu untuk meningkatkan daya cerna pada ikan yaitu Bacillus sp.
Menurut Fardiaz (1992) Bakteri Bacillus sp. Mempunyai kemampuan
mengsekresikan enzim protease, lipase dan amilase.
Mekanisme kerja probiotik diantaranya dapat sebagai penstimulasi sistem

imun non-spesifik pada ikan. Namun, pemberian probiotik yang dilakukan secara
terus menerus dapat menurunkan keefektifannya, sehingga pemberian probiotik
dengan waktu berselang diharapkan akan lebih efektif dan dapat menghasilkan
sistem imun yang lebih baik karena setiap probiotik yang masuk ke dalam tubuh
dapat langsung merangsang aktifnya sistem imun (Septiarini dkk., 2012).
Efective Microorganism (EM-4) diproduksi oleh Indonesia Kyusei Nature
Farming Societies dengan distributor PT Songolangit Persada Jakart. EM-4
mengandung bakteri fermentasi dari genus Lactobacillus, Actinomycetes, bakteri
fotosintetic dan ragi (Laksmawati, 2006).
Dalam EM-4 terdapat berbagai mikroorganisme yang bermanfaat, yaitu
Laktobacillus yang bermanfaat untuk memfermentasi bahan organik menjadi
senyawa asam laktat; bakteri photosyntetic yang berfungsi menyerap gas-gas
beracun dan panas dari prosesfermentasi; ragi yang mempunyai peran dalam
memfermentasi bahan organik menjadi senyawa alkohol, gula dan asam amino
dan Actinomycetes yang berfungsi untuk menghasilkan senyawa antibiotik yang
bersifat toksik terhadap bakteri pathogen dan mampu melarutkan ion-ion fosfat
dan ion-ion mikro lainnya (Wididana dan Higa, 1993).

Universitas Sumatera Utara


EM-4 mengandung 90% bakteri Lactobacillus sp. (bakteri penghasil asam
laktat), Streptomyces sp., jamur pengurai sellulosa dan ragi. EM-4 merupakan
suatu tambahan untuk mengoptimalkan pemanfaatan zat-zat makanan karena
bakteri yang terdapat dalam EM-4 dapat mencerna sellulose, pati, gula, protein,
lemak ( Surung, 2008).
Produk EM-4 merupakan kultur effective microorganism-4 dalam medium
cair berwarna coklat kekuning-kuningan yang menguntungkan untuk prtumbuhan
dan produksi ternak dengan ciri-ciri berbau asam manis. EM4 peternakan mampu
memperbaiki jasad renik didalam saluran pencernaan ternak sehingga kesehatan
ternak akan meningkat, tidak mudah stres dan bau kotoran akan berkurang.
Pemberian EM4 pada pakan dan air minun ternak akan meningkatkan nafsu
makan ternak karena aroma asam manis yang ditimbulkan. EM4 peternakan tidak
mengandung bahan kimiawi, sehingga aman bagi ternak (Kukuh, 2010).
Penggunaan

probiotik

pada

ternak


dan

ikan

ternyata

sangat

menguntungkan karena dapat menghasilkan berbagai enzim yang dapat membantu
pencernaan dan dapat menghasilkan zat anti bakteri yang dapat menekan
pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan, selain itu penggunaan probiotik
(EM-4) yang dicampurkan di dalam air minum dan pakan ikan akan memperbaiki
komposisi mikroorganisme yang berada dalam perut ternak maupun ikan sehingga
akan dapat meningkatkan pertumbuhan atau produksi ikan (Laksmiwati, 2006).
.

Hasil penelitian Wiyuga (2007) tentang pemberian probiotik EM4 dapat

meningkatkan laju pertumbuhan ikan mas pada masing-masing perlakuan yang

diberi probiotik sebanyak 2 ml/kg, 3ml/kg dan 4 ml/kg, menghasilkan laju
pertumbuhan ikan mas 9.8 %, 8.8 % dan 8.9 %. Hasil tertinggi pertumbuhan ikan

Universitas Sumatera Utara

mas terdapat pada perlakuan yang diberi probiotik 2ml/kg yaitu sebesar 9.8%
(Ahmadi dkk., 2012).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Beauty dkk., (2012) dengan
pemeliharaan lele yang diberikan EM4 dengan dosis 0.5 ml/l dengan kepadatan
ikan 2 ekor/l menghasilkan kelulusan hidup tertinggi sebesar 80.56 %, sedangkan
pertumbuhan panjang dan bobot tertinggi dengan dosis 1ml/l dengan kepadatan 1
ekor per liter sebesar 4.56 g dan 1,62 cm.

Pakan Ikan Lele
Ikan membutuhkan materi dan energi untuk pertumbuhan yang diperoleh
dari pakan. Kebutuhhan pakan untuk setiap ikan tentunya berbeda-beda.
Kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan dalam pakan untuk mencapai
pertumbuhan maksimal adalah protein, karbohidrat, vitamin dan mineral (Amri
dan Khairuman 2003).
Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang

menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada
kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar
60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan. Hal inilah yang menyebabkan
pentingnya pakan sehingga perlu dilakukan penelitian untuk memperbaiki nilai
nutrisi pakan yaitu dengan penambahan probiotik (Arief dkk., 2014).
Pakan alami ikan lele adalah binatang binatang renik yang hidup di lumpur
dasar maupun didalam air, antara lain cacing, jentik-jentik nyamuk, larva
serangga, anak-anak sifut, kutu air (Zooplankton). Selain itu lele dapat memakan
kotoran atau bahan apa saja yang ada di air. Lele juga dapat bersifat kanibal,
memakan sesama ikan yang ukurannya lebih kecil bahkan juga mau memakan

Universitas Sumatera Utara

anaknya sendiri jika kekurangan pakan.Selain itu pakan buatan pabrik dalam
bentuk pelet sangat digemari lele (Hernowo dan Suyanto, 1999).
Pelet merupakan pakan terbaik untuk lele. Karena pelet buatan pabrik
mengandung gizi dan proteinnya telah dipertimbangkan dengan cukup baik.
Ukuran pelet beragam dan diberikan berdasarkan umur dan bukaan mulut ikan
lele. Mungkin yang perlu dipertimbangkan ketika memberikan pellet adalah
harganya yang relative tinggi, namun pemberian pelet dapat dicampur dengan

bahan yang mengandung protein hewani seperti sifut air, bekicot, bekatul dan lain
sebagainya. Pemberian pelet harus dikontrol, Jika terlalu banyak, ikan akan
keracunan. Takaran perhari sekitar 5% dari bobot tubuhnya (Agus dkk., 2001).

Kualitas air
Lingkungan hidup merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
pembudidayaan lele sangkuriang. Salah satu faktor lingkungan hidup yang perlu
diperhatikan adalah oksigen (Dissolved oxygen/DO). Kandungan oksigen dalam
air akan sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi lele sangsuriang karena
berpengaruh terhadap proses metabolisme. Jika kekurangan oksogen maka
pertumbuhan ikan lele akan lambat. Kadar DO yang rendah menurunkan nafsu
makan ikan lele. Lele akan hidup normal jika konsentrasi DO-nya 5-7 mg/l
(Prihartono dkk, 2000).
Faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan hidup ikan senantiasa
harus dijaga dan diperhatikan. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah: suhu
berkisar antara 24 – 30C, pH 6,5 – 7,5, oksigen terlarut 5 – 6 mg/l. Dengan
kondisi perairan tersebut diatas ikan lele dapat hidup dengan baik mengenai

Universitas Sumatera Utara


kepesatan tubuhnya maupun kemampuan dalam menghasilkan benih ikan (Djoko,
2006). Adapun kualitas air media hidup ikan lele dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kualitas Air Media Hidup Lele
Parameter

Nilai yang dianjurkan

Suhu

25°C - 30°C

pH

6,5 – 8,6

Laju pergantian air

(10-15) % perhari

Ketinggian air


50 cm-70 cm

Kecerahan

25 cm – 35 cm

Sumber : (SNI : 01- 6484.4 – 2000)

Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting di ekosistem
perairan, terutama sekali dibutuhkan dalam proses respirasi bagi sebagian
organisme air. Umumnya kelarutan oksigen dalam air sangat terbatas.
Dibandingkan dengan kadar oksigen diudarayang mempunyai konsentrasi
sebanyak 21% volume., air hanya mampu menyerap oksigen sebanyak 1%
volume saja (Barus, 2004).
Kandungan oksigen dalam perairan bertindak sebagai limiting factor.
Oksigen sangat esensial bagi ikan untuk bernafas dan merupakan komponen
utama dalam metabolisme. Kandungan oksigen terlarut di perairan selayaknya
tidak boleh kurang dari 4 ppm. Apabila kandungan oksigen dalam air budidaya
ikan kurang dari 4 ppm dan suhu 20-23C dapat menyebabkan laju pertumbuhan,
efesiensi pakan dan jumlah pakan yang diberikan menurun (Arafat, 2000).
Pengaruh kelarutan oksigen terhadap ikan budidaya dapat di lihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Pengaruh kelarutan oksigen pada ikan budidaya
Konsentrasi oksigen terlarut
Kurang dari 1 mg/l

Pengaruh
Terjadi kematian apabila berlangsung
lebih dari beberapa jam

1-5 mg/l

Pertumbuhan akan terganggu apabila
berlangsung terus-menerus

5 mg/l –sampai jenuh

Sangat baik untuk pertumbuhan

Di atas jenuh

Dapat membahayakan apabila terjadi
pada seluruh bagian tambak

Sumber : Kordi dan Andi (2007)

pH (Derajat Keasaman)
Nilai pH menyatakan konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan,
didefenisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivis ion hidrogen dan secara
matematis dinyatakan sebagai pH= log 1/H, dimana H+ adalah banyaknya
hydrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau
melepaskan sejumlah ion hydrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut
bersifat asam atau basa (Barus, 2004).
pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat
membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah kandungan oksigen terlarut akan
berkurang, sebagai akibat konsumsi oksigen akan menurun, aktivitas dan
pernafasan naik dan selera makan akan berkurang (Kordi dan andi, 2007).
Adapun table hubungan pH dengan kehidupan ikan budidaya dapat dilihat pada
Tabel 3.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 3. Hubungan pH air dengan kehidupan ikan budidaya
pH air

Pengaruh Terhadap Ikan

9,0

Ikan mengalami pertumbuhan optimal
Pertumbuhan ikan terhambat

Sumber : Kordi (2004).

Suhu
Dalam setiap penelitian pada ekosistem air, pengukuran temperatur air
merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan
berbagai jenis gas di dalam air serta aktivitas biologis-fisiologis di dalam
ekosistem air sangat di pengaruhi oleh temperature. Menurut hokum Van’t Hoffs,
kenaikan temperature sebesar 10C (hanya pada kisaran temperature yang masih
di tolerir) akan meningkatkan laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi
oksigen meningkat, sementara itu di lain pihak dengan meningkatnya temperatur
akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam air akan berkurang. Hal ini dapat
menyebabkan organisme air akan mengalami kesulitan untuk melakukan respirasi
(Barus, 2004).
Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan kehidupan ikan secara
umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu sampai batas
tertentu yang dapat menekan kehidupan ikan dan bahkan menyebabkan kematian.
Hal ini disebabkan selai berpengaruh langsung suhu juga mempengaruhi kelarutan
gas-gas dalam air termasuk oksigen. Semakin tinggi suhu , semakin kecil

Universitas Sumatera Utara

kelarutan oksigen dalam air, padahal kebutuhan oksigen bagi ikan akan semakin
besar karena tingkat metabolism semakin tinggi. Toleransi ikan terhadap
temperature akan tergntung pada spesies ikan, tahap perkembangan, oksigen
terlarut, polutan dan musim ( Handajani dan Wahyu, 2010).

Amonia
 

Amonia yang ada di perairan berasal dari sisa metabolisme ikan yang

terlarut dalam air, feses ikan, serta dari makanan ikan yang tidak termakan dan
mengendap di dasar kolam budidaya (Pillay, 2004). Ada beberapa hal yang dapat
menyebabkan konsentrasi amonia meningkat antara lain membusuknya makanan
ikan yang tidak termakan, menurunnya kadar oksigen terlarut pada kolam yang
apabila oksigen terlarut berkisar antara 1-5 ppm mengakibatkan pertumbuhan ikan
menjadi lambat sedangkan oksigen terlarut yang kurang dari 1 ppm dapat bersifat
toksik bagi sebagian besar spesies ikan (Rully, 2011).

Probiotoik dan Kualitas Air
Kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya.
Penurunan kualitas air dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain
mengendapnya sisa pakan dan sisa metabolisme didasar perairan, jika dibiarkan
terlalu lama akan berubah menjadi amonia yang bersifat toksik bagi ikan yang ada
di perairan tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga
kualitas air tetap baik adalah penggunaan probiotik EM4 pada media
pemeliharaan ikan. Probiotik EM4 (Evective Microorganism-4) adalah bakteri
hidup yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi inang dengan
memodifikasi komunitas bakteri atau berasosiasi dengan inang, menjamin

Universitas Sumatera Utara

perbaikan dalam penggunaan pakan atau memperbaiki nutrisinya, memperbaiki
respon inang terhadap penyakit dan memperbaiki kualitas lingkungannya
(Verschuere dkk., 2000).
Di dalam perairan terdapat bakteri-bakteri probiotik antara lain, bakteri
Lactococcus sp., Carnobacterium sp., Staphylococcus sp., Lactobacillus sp.,
Bacillus sp., Eubacterium sp., Bifidobacterium sp., Micrococcus sp., dan
Pseudomonas sp. (Holt et al., 1994). Pada kondisi normal, kelimpahan bakteri
probiotik di perairan kolam rendah, sehingga penambahan bakteri probiotik
diperlukan untuk meningkatkan pengolahan polimer organik di kolam budidaya
(Efendi 2005)
EM-4 dalam media budidaya perikanan, berfungsi sebagai pengatur
kondisi mikrobiologi di air atau sedimen, membantu mengatur atau memperbaiki
kualitas air, meningkatkan keragaman mikroorganisme dalam air atau sedimen
serta meningkatkan kesehatan ikan dengan menghambat efek bakteri patogen.
Bakteri probiotik dapat meningkatkan kesehatan ikan dan memperbaiki kualitas
air serta digunakan sebagai pakan tambahan sehingga dapat memacu pertumbuhan
dan mencegah terjadinya serangan penyakit (Susanto dkk., 2005).
EM4 (Efective Microorganism-4) berguna untuk penetralisir air agar ikan
terlindung dari racun dan bakteri-bakteri penyebab penyakit. Sehingga parameter
kualitas air seperti suhu, pH, salinitas, Dissolved Oxygen (DO) dan amoniak dapat
terkontrol, sehingga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan lele dalam media
pemeliharaan dapat meningkat.
Hasil penelitian Dardiani (2012), menunjukkan bahwa probiotik EM-4
berpengaruh terhadap tingkat kelangsungan hidup, dan penurunan kandungan

Universitas Sumatera Utara

NH3 pada media pemeliharaan. Terdapat korelasi antara konsentrasi NH3 pada
media pemeliharaan dengan tingkat kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo.
Konsentrasi probiotik EM-4 yang paling baik yaitu 12 mg/L, dimana tingkat
kelangsungan hidupnya 52,67%, dan konsentrasi amonianya 0,007 mg/L.

Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam satu
ukuran waktu, sedangkan bagi populasi adalah pertambahan jumlah individu.
Pertumbuhan merupakan proses biologi yang kompleks, dimana banyak faktor
yang mempengaruhinya, seperti kualitas air, ukuran, umur, jenis kelamin,
ketersediaan

organisme-organisme

makanan,

serta

jumlah

ikan

yang

memanfaatkan sumber makanan yang sama. Faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar.
Faktor dalam meliputi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dari ikan, seperti
keturunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Sedangkan faktor luar yang
mempengaruhi pertumbuhan antara lain jumlah dan ukuran makanan yang
tersedia, suhu, oksigen terlarut, dan faktor kualitas air. Faktor ketersedian
makanan sangat berperan dalam proses pertumbuhan. Pertama ikan memanfaatkan
makanan untuk memelihara tubuh dan menggantikan sel-sel tubuh yang rusak,
kemudian kelebihan makanan yang tersisa baru dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Pola pertumbuhan terdiri atas dua macam, yaitu pola pertumbuhan isometrik dan
allometris. Pertumbuhan isometris adalah perubahan terus menerus secara
proporsional antara panjang dan berat dalam tubuh ikan. Pertumbuhan allometrik
adalah perubahan yang tidak seimbang antara panjang dan berat dan dapat bersifat
sementara (Effendie 1997).

Universitas Sumatera Utara

Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah
jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah ikan yang menggunakan
sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor kualitas air, umur,
dan ukuran ikan serta kematangan gonad (Efendie, 1979).
Jumlah energi yang digunakan untuk pertumbuhan tergantung pada jenis
ikan, umur, kondisi lingkungan, dan komposisi makanan. Semua faktor tersebut
akan berpengaruh dalam metabolisme dasar. Energi untuk pemeliharaan tubuh
merupakan gabungan antar metabolisme dasar dan dinamika kegiatan spesifik.
SDA adalah jumlah panas yang dihasilkan dan merupakan tambahan pada
metabolisme dasar sebagai hasil dari pencernaan protein lebih tinggi dibandingkan
untuk pencernaan makanan (Buwono, 2000).
Laju metabolisme dasar pada hewan-hewan berdarah dingin sangat
tergantung pada suhu lingkungan yang mengakibatkan kebutuhan energi pun
bervariasi. Secara alami semua energi yang dihasilkan ikan berasal dari protein.
Protein digunakan untuk pertumbuhan maupun pemeliharaan tubuh. Di samping
itu, untuk pemeliharaan tubuh dapat digunakan energi yang berasal dari lemak dan
karbohidrat. lemak yang dapat menyebabkan rendahnya rendemen daging karena
lemak akan terbuang saat penyiangan (Efendie, 1997).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Aplikasi effective microorganism 10 (em10) untuk pertumbuhan ikan lele sangkuriang (clarias gariepinus var. sangkuriang) di kolam budidaya lele Jombang, Tangerang

1 11 80

Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)

5 43 65

Pengaruh Pemberian EM-4 (Effective Microorganism-4) Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

0 0 15

Pengaruh Pemberian EM-4 (Effective Microorganism-4) Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

0 0 2

Pengaruh Pemberian EM-4 (Effective Microorganism-4) Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

0 0 5

Pengaruh Pemberian EM-4 (Effective Microorganism-4) Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

2 10 4

Pengaruh Pemberian EM-4 (Effective Microorganism-4) Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus)

0 0 14

Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)

1 5 15

Pengaruh Pemberian Enzim Papain Pada Pakan Terhadap Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus)

0 0 13

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN AMPAS KEPALA IKAN TERI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

1 40 13