this PDF file Construct Strategic Model In Islamic Perspective | Fauzan | AtTaradhi: Jurnal Studi Ekonomi 2 PB
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
CONSTRUCT INDUSTRIALIZATION STRATEGIC MODEL IN ISLAMIC
PERSPECTIVE
Rahman Fauzan
Master Industrial Strategic Management, Dosen Politeknik Hansur
Email: onlymusafir@gmail.com
Abstract: Nowaday, there are two strategic perspective in the industialization, that are import
subtitution strategic with structural perpective (Sosialism) and eksport promotion strategic with liberal
perspective (Capitalism). Eventhough both of them have long been used by many countries, including
Indonesia, but they have not been able to make them as the developed countries which have independence
of industry and strong economic growth.
This research aimed to get industrialization strategy with different perspectives, that is industrialization
strategy model in Islamic perspective to create independently and strong economic growth.
There are two stages in this research; the first stage is literature study to formulate the main concepts of
the industrialization strategy in Islamic perspective. The second stage is to create a model of
industrialization strategy ini Islamic perspective based on the formulation from the first stage.
From this research showed that there are three goal of Islamic industrialization strategy they are
independence, fulfillment of basic needs and defense. This research also can modeled two systems of
industrialization strategy in Islamic perspective there are; the model of Industrial Funding Systems, and
the model of Interaction between Resources, Industrial Type and Basic Necessities. Both models can
describe the Islamic perspective of industrialization strategy in relation to independence, fulfillment of
basic needs, and defense of a nation.
Keywords: Construct, Model, Industrialization Strategy, Islamic Perspective, Independence, fulfillment
of basic needs, defense.
Abstrak: Saat ini terdapat dua perspektif strategi dalam industrialisasi, yaitu strategi
substitusi impor dengan perspektif strukturalis (Sosialisme) dan strategi promosi ekspor
dengan perspektif liberalis (Kapitalisme). Meskipun kedua strategi ini telah lama
digunakan oleh berbagai negara termasuk Indonesia, namun keduanya belum mampu
menjadikan negara-negara tersebut sebagai negara maju yang memiliki kemandirian
industri dan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh strategi dengan perspektif yang berbeda,
yaitu model industrialisasi perspektif Islam dalam menciptakan kemandirian dan
pertumbuhan ekonomi.
Terdapat dua tahapan dalam penelitian ini yaitu; tahap pertama adalah kajian literatur
untuk merumuskan konsep-konsep utama strategi industrialisasi dalam perspektif Islam.
Tahap kedua adalah membuat model industrialisasi perspektif Islam berdasarkan hasil
rumusan tahap pertama.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa tujuan dari strategi industrialisasi Islam ada tiga
yaitu kemandirian, pemenuhan kebutuhan pokok dan pertahanan. Juga dapat
dimodelkan dua sistem industrialisasi perspektif Islam yaitu; Model Pendanaan Industri
Dalam Islam, dan Model Interaksi antara Sumber Daya, Jenis Industri dan Kebutuhan
174
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Pokok Masyarakat. Kedua model tersebut dapat menggambarkan strategi industrialisasi
perspektif Islam dalam hubungannya dengan kemandirian, pemenuhan kebutuhan
pokok, dan pertahanan suatu bangsa.
Kata kunci: Rancang Bangun, Model, Strategi Industrialisasi, Perspektif Islam, Kemandirian,
Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Pertahanan.
Pendahuluan
bertolak belakang satu dengan yang
Industrialisasi merupakan tahapan
logis
dalam
perubahan
ekonomi,
yang
diwujudkan
kenaikan
kontribusi
sektor
struktur
melalui
industri
dalam permintaan konsumen, produksi,
ekspor,
dan
kesempatan
tombak
pembangunan
dalam
dan
proses
pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan1
Dalam
persoalan
Tabel 1.1 Perbandingan Aliran Ekonomi
Politik Internasional
(Poppy S. Winanti, 2007)
AKTOR UTAMA
TUJUAN
kerja.
Industrialisasi telah dijadikan sebagai
ujung
lain.2.
SIFAT SISTEM
INTERNATIONAL
KONSEP
KEBIJAKAN
TOKOH
industrialisasi,
LIBERALIS
Individu/Perusahaan
Bersaing secara
bebas,
menguntungkan
semua pihak
Sekunder,
mendukung
prasarana
pendukung pasar
Bangsa harus
membuka sistem
ekonomi terhadap
ekonomi dunia tanpa
intervensi
Adam Smith, David
Ricardo, Keynes,
John Stuart Mill
saat ini terdapat dua pendekatan strategi
yang
umumnya
Primer,
memperjuangkan
kepentingan kelas
Bangsa yang lemah
hrs menghindarkan
diri dari kaitan
sistem kapitalis
international.
Karl Marx,
Wallerstein,
Theotonio Dos
Santos, Andre
Gunder Frank,
Raul Frebisch
pertama,
Sampai saat ini kedua aliran strategi
strategi Substitusi Impor (SI) yang sering
tersebut (SI dan PE) terus menjadi
disebut dengan istilah inward-looking yang
perdebatan dan diskusi yang hangat
didukung
terkait banyaknya negara yang gagal
oleh
digunakan,
STRUKTURALIS
Kelas Sosial
Maksimalisasi
kepentingan kelas
aliran
kebijakan
Strukturalis. Kedua, strategi Promosi
menggunakannya3.
Ekspor (PE) yang sering disebut dengan
aliran strategi ini memiliki argumen
istilah outward-looking yang didukung oleh
masing-masing
aliran kebijakan Neoliberalis. Kedua
negara-negara yang menggunakan kedua
kebijakan strategi ini memiliki garis-garis
jenis strategi tersebut.
Kedua
tentang
penganut
kegagalan
besar strategi yang berlawanan atau
2
1
Tambunan, 2001; Al Maliki, 2001.
Rodrik, 2000; Tambunan, 2001; Lall, 2003;
Kuncoro, 2008
3 Rodrik, 2000; Tambunan, 2001; Lall, 2003, Lim,
2007; dan Kuncoro, 2008
175
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Menurut
Tambunan
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
(2001),
pandangan aliran neoliberalis, kepemilikan
Indonesia telah lama menerapkan kedua
pemerintah adalah sekunder, yakni harus
strategi SI dan PE untuk menjalankan
memiliki peran minimal dan swasta
industrialisasinya, namun tidak berhasil
harus
mengembangkan industri nasional. Hal
pemerintah hanya sebagai fasilitator dan
ini disebabkan karena Indonesia belum
regulator pencipta kondisi ekonomi yang
memiliki kemantapan dan kemandirian
kondusif
Industri,
dilihat
perdagangan.
dengan tingkat ketergantungan yang
infrastruktur
sangat tinggi terhadap impor barang
kemudahan lainnya bagi para pengusaha
modal, input perantara, bahan baku, dan
(swasta lokal maupun asing). Setelah itu,
juga terhadap utang luar negeri4. Fakta-
mekanisme pasar diberikan kebebasan
fakta yang terjadi berkaitan dengan
untuk
kejadian-kejadian yang menimpa sistem
Dalam pendirian pabrik-pabrik di suatu
industri Indonesia pada saat krisis
negara
moneter menunjukkan bahwa “sistem
industrialisasi, individu atau kelompok
industri Indonesia tidak mandiri”, sehingga
(swasta) dibebaskan untuk berinvestasi
mudah rontok.5
pada semua sektor industri yang ada dan
sebagaimana
dapat
maksimal
(kebebasan
untuk
investasi
Termasuk
dan
menjalankan
sebagai
pasar),
dan
penyediaan
kemudahan-
roda
proses
ekonomi.
awal
suatu
kemandirian
dibiarkan bersaing secara bebas sesuai
industri menurut Andang Widharta,
dengan mekanisme pasar. Sedang bagi
et.al., (2008), meliputi kemampuan untuk
aliran
menguasai,
adalah primer (harus dominan). Tidak
Ketahanan
dan
mengendalikan
dan
strukturalis,
hanya
aspek
Persoalan
mengambil peran aktif dalam proses
kemandirian sistem industri sangat erat
industrialisasi. Seperti intervensi sektor
hubungannya
persoalan
industri dengan insentif-insentif selektif
kepemilikan terhadap industri-industri
terhadap industri lokal, nasionalisasi
terutama
apakah
pada sektor-sektor industri strategis,
atau
proteksi terhadap hasil produk dalam
Dalam
negeri dan terlibat secara pasif terhadap
dimiliki
industri.
dengan
alat-alat
produksi,
pemerintah,
masyarakat
secara
individu,
umum.
fasilitator
pemerintah
menjamin keamanan pasokan aspekpenting
sebagai
peran
melainkan
perdagangan bebas bahkan melepaskan
4
Tambunan, 2001
5 Zulkieflimansyah, 2006
176
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
diri
dari
kaitan
sistem
kapitalis
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
strategi lain sebagai alternatif. Hanya saja
berbagai
internasional.6
penelitian
dalam
mencari
Konsep industrialisasi tidak dapat
alternatif strategi yang dilakukan saat ini
dilepaskan dari permasalahan kebijakan
masih berpijak kepada kedua pendekatan
ekonomi dan politik suatu negara7.
strategi yang selama ini telah ada10,
Sedang persoalan ekonomi dan politik
sehingga
suatu negara dilandasi oleh ideologi yang
persoalan mendasar yang selama ini
diterapkan oleh negara tersebut8. Dari
belum ditemukan solusinya oleh kedua
sini kita dapat memahami mengapa
konsep strategi yang ada tersebut.
belum
menyentuh
kepada
kedua pendekatan strategi yang ada
Berdasarkan paparan di depan,
selama ini memiliki perbedaan yang
maka tujuan penelitian ini adalah untuk
signifikan, sebab aliran strukturalis dan
menemukan
model
strategi SI berlatar belakang ideologi
industrialisasi
alternatif
sosialisme sedang aliran liberalis dan
berlandaskan ideologi Islam melalui
strategi PE berlatar belakang ideologi
penelaahan
kapitalisme.
Islam
Dari
buruk
pengalaman-pengalaman
penerapan
di
terhadap
bidang
strategi
yang
konsep-konsep
kebijakan
politik
industri.
strategi-strategi
industrialisasi yang ada ini, dan juga
semakin
tampak
jelasnya
ekonomi
kapitalisme
yang
Industrialisasi Perpsektif Islam
kegagalan
Konsep kebijakan industrialisasi
menjadi
dalam Islam masuk dalam kebijakan
sumber kebijakan industrialisasi yang
pertumbuhan
diterapkan dibanyak negara saat ini,
negara. Dalam Islam ada dua solusi
mengisyaratkan perlunya usaha mencari
terhadap obyek ekonomi, pertama, politik
suatu alternatif strategi industrialisasi
ekonomi. Kedua, pertumbuhan kekayaan
yang baru9. Hal ini membuat para
atau pertumbuhan ekonomi11. Politik
peneliti
ekonomi dalam Islam diarahkan untuk
6
kemudian
mencari
strategi-
Rodrik, 2000; Hasibuan, 2000; Tambunan 2001;
Lall, 2003; Kuncuro, 2008
7 Mudrajad Kuncoro, 2008
8 An Nabhani, 1999; Rodrik, 2000; Al Maliki, 2001;
Mudrajad Kuncoro, 2008
9 Tambunan, 2001; Andang Widharta, et.al., 2008
ekonomi
(kekayaan)
menjamin
terpenuhinya
kebutuhan
primer
(al-hajat
semua
al-
10
Tambunan, 2001; Lall, 2003; Mudrajad Kuncoro,
2008
11 Al Maliki, 2001; hal 39.
177
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
asasiyah/basic needs) tiap-tiap indvidu, dan
sebagai solusi bagi berbagai persoalan
memenuhi
global di dunia13.
sekunder
kebutuhan-kebutuhan
dan
tersier
al-
Konsep Industrialisasi menurut An
kamaliyah) sesuai kadar kemampuannya
Nabhani (1999) dan Al Maliki (2001),
sebagai individu yang hidup dalam
haruslah memperhatikan hukum-hukum
masyarakat tertentu yang memiliki gaya
Islam tentang industri terkait dengan
hidup
khas12.
lain
merupakan
(al-hajat
Kebijakan ekonomi tidak
barang
yang
diproduksinya.
bagi
setiap
Industri, dilihat dari realitas industri itu
mereka
dapat
sendiri merupakan hak milik pribadi.
berusaha meraih kemakmuran, dengan
Sebab, industri merupakan barang yang
selalu
yang
bisa dimiliki secara pribadi. Hanya saja,
ditetapkan oleh syariat sebagai faktor
jenis barang yang diproduksi oleh
utama dalam setiap interaksi yang terjadi
industri itulah yang merubah status
di antara individu.
industri
individu,
solusi
jenis
sehingga
menjadikan
nilai-nilai
tersebut
apakah
menjadi
Terdapat beberapa kajian yang
kepemilikan individu (private property) atau
telah dilakukan terhadap industrialisasi
kepemilikan umum (collective property) atau
perspektif Islam, diantaranya yang paling
kepemilikan
dominan adalah yang dikembangkan
Apabila industri itu dari barang yang
oleh pemikir-pemikir dan ‘ulama Hizbut
diproduksinya merupakan hak milik
Tahrir, seperti oleh An Nabhani (1953),
individu, seperti pakaian, sepatu, mobil,
Al Maliki (2001), Ismail Yusanto, (2003),
dan
Dwi Condro Triono, et.al., (2008) dan
dikembalikan kepada individu. Artinya
Andang Widharta, et.al., (2008). Hizbut
siapa saja boleh memilikinya. Sedangkan
Tahrir
yang
negara
(state
sejenisnya
property).
maka
ia
politik
Islam
jika, barang-barang yang diproduksi
didirikan
oleh
tersebut merupakan hak kepemilikan
Taqiyuddin An Nabhani pada tahun
umum, seperti barang tambang logam
1953. Tujuan berdirinya adalah berjuang
maupun minyak, atau yang menguasai
untuk mengembalikan ideologi Islam
hidup orang banyak, maka ia tidak boleh
adalah
internasional
partai
yang
dimiliki oleh industri individu, melainkan
berupa industri kempemilikan umum
12
Al Maliki, 2001: hal 37
13
Hizbut Tahrir, 2000
178
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
yang dikelola oleh negara yang hasilnya
menggunakan metode content analysis.
dikembalikan
Objek penelitian pada tahap pertama
sepenuhnya
kepada
masyarakat umum14.
adalah kajian literatur dari konsep
baik
pemikiran industrialisasi berbasis Islam
dengan menggunakan mesin ataupun
dari 5 buku utama, yaitu:, Nidzom al-
kerajinan tangan tidak akan terlepas dari
Iqtishody fi Al-Islam karya Taqyuddin An
hukum-hukum pendirian industri (jenis
Nabhani
perseroan),
Iqtishadiyatu
Hukum-hukum
industri
ijarah,
jual-beli
dan
(1999),
As-Siyasatu
al-Mutsla
karya
perdagangan luar negeri15. Selain itu,
Abdurrahman
menyangkut
kepemilikan
Amwal Fi Daulatil Khilafah karya Abdul
Islam
Qadim Zallum (2002), Nizhomul Hukmi
konsep
Fi Al-Islam karya Abdul Qadim Zallum
dengan
(2002) dan Ajhizah ad-Dawlah al-Khilafah
persoalan
sektor-sektor
industri
mengaturnya
kepemilikan
dengan
yang
berbeda
konsep kepemilikan kapitalisme yang
menganut
individu,
kebebasan
ataupun
kepemilikan
sosialisme
Al-Maliki
al-
(2001),
Al
karya Hizbut Tahrir (2006).
Dari
pemikiran-pemikiran
di
yang
dalam kitab-kitab tersebut kemudian
menganut kepemilikan umum melalui
diolah menggunakan tahapan formulasi
negara16.
model, sehingga diperoleh rumusan-
Metode
rumusan konsep kebijakan yang dapat
menjelaskan
Penelitian ini menggunakan dua
strategi
industrialisasi
perspektif Islam.
tahapan, yaitu pertama menemukan
konsep-konsep
kunci
industriliasasi
Tahapan kedua adalah rancang
kemudian
bangun model industrialisasi perspektif
merumuskannya dan kedua melakukan
Islam, metode rancang bangun yang
rancang bangun model industrialisasinya.
dilakukan dalam penelitian ini adalah
dalam
perspektif
Islam
sebagai berikut:
Pada tahap pertama digunakan
metode
analisa
kualitatif
dengan
1. Penentuan obyek sistem nyata;
Obyek sistem yang akan dimodelkan
14
Hizbut Tahrir, 2000; an-Nabhani, 1999; Al
Baghdadi, 1994 ; Al Maliki, 2001
15 An Nabhani, 1999: hal 152
16An Nabhani, 1999: hal 251-252 ; Al Maliki, 2001:
hal 73-74
adalah
rumusan-rumusan
dari
konsep kebijakan yang terkait dalam
179
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
penentuan
strategi
industrialisasi
perspektif Islam.
-
Tujuan sistem,
-
Batasan sistem,
-
Komponen-komponen sistem,
-
Interaksi antar komponen sistem.
model
Konsep
Strategi
Industrialisasi Perspektif Islam
Melalui
kajian
literatur
yang
dilakukan, diperoleh hasil penelitian
konseptual
(conceptual design) sistem industrialisasi
perspektif Islam.
Hasil Penelitian
a. Perumusan
2. Pendekatan sistem (system approach);
3. Pembuatan
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
berupa
rumusan
kebijakan-kebijakan
industrialisasi perspektif Islam. Rumusan
konsep
pemikirannya
digambarakan
secara skematik untuk mempermudah
pemahaman.
Gambar 4.1 Prinsip-Prinsip Utama Industrialisasi Dalam Islam
Rumusan konsep yang pertama (Gambar 4.1) menjelaskan tentang prinsip dasar
pembangunan industri dalam Islam, terdiri dari 4 prinsip utama yaitu; (1) prinsip halal
dan haram, (2) prinsip pemenuhan kebutuhan pokok, (3) prinsip kebolehan bukan
kebebasan, (4) prinsip pertahanan, dakwah dan jihad.
180
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Gambar 4.2 Kebijakan Terhadap Harta Kekayaan Dalam Islam
Rumusan konsep yang kedua (Gambar 4.2) menjelaskan tentang kebijakan
terhadap harta kekayaan dalam Islam, yang terdiri dari 2 bentuk kebijakan yaitu: (1)
Pengelompokkan Harta Kekayaan, (2) Pengaturan Pemanfaatan Harta Kekayaan Milik
Umum.
Gambar 4.3 Kebijakan Kemandirian Kepemilikan Industri Dalam Islam
181
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Rumusan konsep yang ketiga (Gambar 4.3) menjelaskan tentang kebijakan
kepemilikan industri dalam Islam, yang terdiri dari 3 jenis kepemilikan industri yaitu: (1)
Industri Milik Individu, (2) Industri Milik Negara, (3) Industri Milik Umum.
Gambar 4.4 Kebijakan Pengelolaan Industri dalam Islam
Rumusan konsep yang keempat (Gambar 4.4) menjelaskan tentang kebijakan
pengeloaan industri dalam Islam, yang terdiri dari 3 jenis pengelolaan industri yaitu: (1)
Industri Milik Individu dikelola individu, (2) Industri Milik Negara dikelola negara, (3)
Industri Milik Umum dikelola oleh negara.
Gambar 4.5 Kebijakan Pendanaan Industri Dalam Islam
Rumusan konsep yang kelima
industri yaitu: (1) Pendanaan Industri
tentang
Milik Individu, (2) Pendanaan Industri
kebijakan pendanaan industri dalam
Milik Negara, (3) Pendanaan Industri
Islam, yang terdiri dari 3 jenis pedanaan
Milik Umum.
(Gambar
4.5)
menjelaskan
182
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Pendanaan industri milik negara
masyarakat
secara
umum
dengan
dan milik umum dibiayai langsung oleh
pengelolaan negara sebagai wakilnya.
pos-pos yang ada di Baitul Mal sistem
Hasil dari BUMN Umum seluruhnya
pemerintahan Islam. Pos Baitul mal
harus dikembalikan kepada masyarakat.
terdiri dari tiga pos pengaturan keuangan
Sedangkan BUMN mengolah sumber
negara, yaitu: pos milik umum, pos milik
daya milik negara dan dimiliki oleh
negara, dan pos milik individu (zakat).
negara yang sekaligus mengelolanya.
Industri milik umum terdiri dari
Hasil dari BUMN adalah milik negara
dua jenis industri, yaitu: industri dengan
dan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
kebijakannya. Industri milik swasta yang
Umum dan BUMN. Perbedaan antara
dimaksud
adalah
BUMN Umum dan BUMN, terletak
perorangan
dan
pada kepemilikan, sumber daya yang
Islam. Sedangkan komponen pendanaan
diolahnya dan hasil
pengolahannya.
asing adalah semua komponen dari luar
BUMN Umum mengolah sumber daya
yang terdiri dari Pemerintahan, Industri
milik
maupun Individu.
umum
dan
dimiliki
oleh
digunakan
sesuai
industri
perseroan
dengan
milik
(syirkah)
Gambar 4.6 Kebijakan Pembangunan Kemandirian Industri
Rumusan konsep yang keenam (Gambar 4.6) menjelaskan tentang kebijakan
pembangunan industri dalam Islam, yang terdiri dari 4 jenis kebijakan yaitu: (1)
Kebijakan Atas Harta Kekayaan, (2) Kebijakan Kepemilikan Industri, (3) Kebijakan
Kepengelolaan Industri, (4) Kebijakan Pendanaan Industri.
183
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Gambar 4.7 Kebijakan Distribusi Hasil Industri
Rumusan konsep yang ketujuh (Gambar 4.7) menjelaskan tentang kebijakan
distribusi hasil industri dalam Islam, yang terdiri dari 2 jenis kebijakan yaitu: (1)
Mekanisme Pasar, (2) Tanpa Mekanisme Pasar.
Rumusan konsep yang kedelapan (Gambar 4.8) menjelaskan tentang kebijakan
menyeluruh terhadap strategi industrialisasi perspektif Islam, terdiri dari; (1) Kebijakan
umum industrialisasi, (2) Kebijakan kemandirian pembangunan industri, dan (3)
Kebijakan terhadap faktor pendukung industrialisasi.
184
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Perbandingan konsep strategi industrialisasi persepktif Islam dengan konsep
industrialisasi konvensional yang dilaksanakan Indonesia saat ini ditunjukkan pada tabel
5.1. Faktor-faktor utama yang dibandingkan adalah klasifikasi sumber daya (harta
kekayaan), klasifikasi jenis industri, kepemilikan, kepengelolaan, pendanaan, dan
pemanfaatan (distribusi) hasil industri.
Tabel 5.1 Perbandingan Konsep Industrialiasasi Konvensional (Indonesia) dan
Islam
No
1
Faktor Pembanding
Klasifikasi Harta
Kekayaan
Industrialisasi
Konvensional
1. Harta kekayan milik
Negara
2. Harta kekayaan milik
individu (swasta).
2.
3.
1.
2
Jenis Industri
1. BUMN
2. BUMD
3. Perseroan Kapitalis
1.
2.
3.
3
Pendanaan Industri
1. APBN
2. Investasi swasta dalam
Negeri
3. Investasi Asing
4. Pendanaan model
kapitalis
1. Kebebasan
kepemilikan individu
sesuai mekanisme
pasar
2. Semua jenis industri
bebas dimiliki oleh
siapa saja atas dasar
mekanisme pasar.
3. BUMN boleh
diprivatisasi
1. Pengelola
industri
adalah BUMN dan
non
BUMN
(perseroan kapitalis).
2. Semua jenis industri
1.
2.
4
Kepemilikan
5
Kepengelolaan
3.
Industrialisasi
Islam
Harta kekayaan milik
umum.
Harta kekayaan negara
Harta kekayaan individu
(swasta).
BUMN
BUMN Umum
Non BUMN
(Individu/Syirkah
Islam)
POS Baitul Mal
Investasi Swasta dalam
negeri
Pendanaan model Islam
1. Kepemilikan Industri
ditetapkan berdasarkan
jenis sumber daya yang
diolah.
2. Negara haram memiliki
sumber daya milik
umum.
3. BUMN haram
diprivatisasi
1. Pengelola industri milik
Umum dan Negara
wajib dikelola oleh
negara dalam bentuk
BUMN.
185
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
6
Pemanfaatan
(Distribusi) Hasil
Industri
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
boleh dikelola oleh
siapa saja dengan
mekanisme kerja sama
(hulu) dan ijin usaha
(hilir).
1. Hasil Industri BUMN
di dijual untuk
pendapatan negara
dengan kebijakan
harga pasar.
2. Hasil Industri yang
merupakan kerjasama
antara swasta dan
negara dijual sesuai
kesepakatan bersama
dengan harga pasar.
3. Hasil industri milik
individu dijual sesuai
mekanisme
harga
pasar.
2. Industri milik (swasta)
individu dikelola oleh
swasta dalam bentuk
syirkah
Islam
atau
perorangan.
1. Hasil Industri milik
Umum wajib
dikembalikan kepada
pemiliknya yaitu
masyarakat dengan cara
langsung maupun tidak
langsung (tarif dan
harga) sesuai syariat.
2. Hasil Industri milik
negara sesuai dengan
kebijakan khalifah
(kepala negara). Dijual
dengan harga pasar
sesuai syariat.
3. Hasil industri milik
individu dijual melalui
mekanisme pasar syariat
Islam.
b. Hasil Perancangan Model Strategi Industrialisasi Perspektif Islam
Berdasarkan rumusan-rumusan konsep strategi industrialisasi yang telah dibuat
pada penelitian tahap pertama, diperoleh data untuk pembuatan model, yaitu:
1) Sistem Nyata:
Skema konsep kebijakan strategi industrialisasi perspektif Islam
2) Tujuan Sistem:
Kemandirian,
pemenuhan
kebutuhan
pokok
dan
pertahanan
(tujuan
industrialisasi Islam)
3) Batasan Sistem:
Kebijakan pembangunan industri dan sistem distribusi hasil industri
4) Komponen-Komponen Sistem:
a) Jenis harta kekayaan
b) Jenis kepemilikan industri
186
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
c) Jenis badan pengelola industri
d) Jenis kebutuhan masyarakat
e) Jenis distribusi hasil industri
f) Jenis penyedia dana industri.
5) Interaksi Antar Komponen:
a) Interaksi sumber daya dengan jenis industri (berdasarkan skema pada
gambar 4.2, 4.3 dan 4.4)
b) Interaksi penyedia dana industri dengan jenis industri (berdasarkan skema
pada gambar 4.5 dan 4.6)
c) Interaksi hasil industri dengan kebutuhan masyarakat (berdasarkan skema
pada gambar 4.7).
6) Rancangan Sistem Industrialisasi Perspektif Islam
Rancangan konseptual (conceptual design) strategi industrialisasi perspektif Islam
dapat digambarkan dengan 2 model konseptual yang utama yaitu; (1) Model
Konseptual Pendanaan Industri-Industri (Gambar 4.8) dan (2) Model Konseptual
Pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui hasil industri (Gambar 4.9).
187
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Gambar 4.8 Model Konseptual Pendanaan Industri Dalam Islam
188
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Gambar 4.9 Model Konseptual Pemenuhan Kebutuhan Pokok Masyarakat
189
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
individu (swasta lokal maupun
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengolahan data yang
asing)
untuk
mengajukan
diri
dilakukan pada penelitian ini diperoleh
dalam pengelolaan harta negara
rumusan konseptual dan model simbolik
dengan ijin negara. Konsep ini
strategi industrialisasi Islam yaitu:
tidak dapat menjamin bahwa harta
1) Klasifikasi jenis sumber daya
(harta kekayaan) dalam Islam
kekayaan dapat dinikmati oleh
setiap masyarakat.
harus dibagi menjadi tiga yaitu,
2) Konsep kepemilikan industri di
harta kekayaan milik umum, harta
dalam Islam harus diatur sesuai
kekayaan
harta
dengan jenis harta kekayaan yang
kekayaan milik individu. Konsep
diolah. Sehingga jenis industri di
ini akan menjamin keberadaan
dalam konsep Industrialisasi Islam
sumber daya (berupa raw material
ada tiga yaitu, industri milik
dan energi) agar tidak dimonopoli
umum,
industri
oleh sebagian pihak baik oleh
industri
milik
negara ataupun segelintir individu
(rakyat). Industri milik umum dan
(swasta) saja dan menjamin agar
negara tidak boleh diprivatisasi
sumber daya tersebut benar-benar
(dijadikan milik individu/swasta).
dapat
keseluruh
Konsep ini menjamin agar industri
masyarakat. Dengan kebijakan ini,
yang mengolah harta kekayaan
negara
milik umum benar-benar dapat
milik
terdistribusi
dapat
menjamin
dan
pemanfaatan
kemandirian
yang
negara,
maksimal
terhadap
hasil
dikontrol
milik
individu/swasta
oleh
mewakili
negara,
negara
yang
masyarakat
untuk
industri sumber daya alamnya.
mengelolanya, sekaligus menjamin
Konsep
dengan
bahwa hasil industrinya dapat
kebijakan konvensional yang ada
dikembalikan untuk kesejahteraan
di dunia saat yang membagi
masyarakat
sumber daya atau harta kekayaan
mampu mewujudkan pertahanan
menjadi dua, yaitu harta kekayaan
negara.
milik negara dan harta kekayaan
Konsep
ini
milik individu. Dengan kebebasan
konsep
kepemilikan
ini
berbeda
secara
total
berbeda
dan
dengan
industri
190
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
yang
badan usaha sesuai syirkah dalam
membagi industri menjadi dua,
Islam atau secara perorangan.
yaitu industri milik negara/daerah,
BUMN Umum dan BUMN dalam
industri milik individu (swasta).
konsep
Dalam
dikelola oleh swasta.
konvensional
saat
konsep
konvensional,
milik
ini
industrialisasi
industri-industri
negara/daerah
Islam
dilarang
untuk
Konsep ini menjamin kemandirian
boleh
industri negara, karena seluruh
asas
kepengelolaan terhadap aset-aset
kebebasan kepemilikan individu.
industri dan sumber daya vital
Konsep
mampu
dalam
menjamin kemandirian industri,
Dalam
karena negara tidak sepenuhnya
konvensional pengelola jenis-jenis
dapat mengontrol industri-industri
industri adalah Badan Usaha Milik
yang
Negara
diprivatisasi,
ini
mengolah
dengan
tidak
sumber
daya-
kendali
penuh
konsep
negara.
industrialisasi
(BUMN)
atau
Badan
sumber daya vital milik umum
Usaha Milik Daerah (BUMD) dan
yang telah diprivatisasi tersebut.
badan usaha perseroan Kapitalis.
3) Konsep kepengelolaan industri
Ketiga badan usaha ini dapat
dalam Islam adalah berdasarkan
bekerjasama
jenis industri yang ada. Untuk
kepemilikannya atas suatu industri
industri milik umum maka wajib
melalui
dikelola oleh negara dalam bentuk
perusahaan. Industri BUMN atau
Badan
BUMD
Usaha
Milik
Negara
atau
membagi
kepemilikan
ini
dalam
konsep
(BUMN Umum). Negara hanya
konvensional
bertindak sebagai pengelola saja,
diprivatisasi oleh swasta nasional
sedangkan kepemilikan industrinya
maupun asing. Konsep ini tidak
adalah milik rakyat secara umum.
dapat
Untuk industri yang mengelola
industri karena kendali industri
harta milik negara maka negara
tidak sepenuhnya dapat dilakukan
memiliki sekaligus mengelolanya
oleh negara.
melalui BUMN. Industri milik
swasta dikelola oleh swasta dengan
4) Sumber
Indonesia
saham
menjamin
dapat
kemandirian
modal/pendanaan
(finansial) utama dalam industri191
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
industri perspektif Islam adalah
keuangan/bank nasional ataupun
melalui tiga pos dalam Baitul Mal
asing dengan bunga (riba), pasar
negara Islam (lihat gambar 4.8).
bursa
Pendanaan industri milik umum
secara
wajib didanai oleh negara melalui
pendanaan seperti ini menjadikan
Baitul Mal pos kepemilikan umum
industri-industri vital negara dapat
dan
negara.
jatuh ke tangan swasta asing atau
Kedua jenis industri ini tidak boleh
terjadinya ketergantungan dengan
didanai
oleh
asing
pihak asing sehingga tidak mampu
ataupun
hutang
negeri.
menciptakan kemandirian industri
pos
kepemilikan
Sedangkan
investasi
luar
industri
swasta/individu
milik
dan
pembiayaan
individual.
Model
negara.
oleh
5) Pemenuhan kebutuhan pokok
swasta sendiri dengan ketentuan
masyarakat secara umum dan
tidak boleh menerima hutang luar
peningkatan
negeri
dan
ekonomi (lihat gambar 4.9) akan
Konsep
dapat diwujudkan dengan konsep
pendanaan ini benar-benar akan
kebijakan terhadap distribusi dan
membuat industri negara menjadi
pemasaran hasil industrialisasinya.
mandiri karena semua industri
Hasil industri milik umum wajib
BUMN Umum maupun BUMN
dinikmati oleh seluruh masyarakat,
dibiayai
baik
jika
didanai
saham
berbahaya
mengandung
riba.
melalui
kas
negara
pertumbuhan
secara
langsung
(tanpa
sehingga tidak ada ketergantungan
mekanisme
dengan pihak lain (asing).
dibagikan
Dalam
melalui kebijakan subsidi dan tarif
konsep
industrialisasi
pasar)
dengan
kepada
masyarakat
konvensional, pendanaan industri-
atau
industri dilakukan dengan berbagai
(mekanisme
cara, yaitu pendanaan negara dan
industri dapat dijual dengan harga
daerah, kerja-sama dengan swasta
pasar
asing dan nasional (perseroan
keuntungannya secara keseluruhan
kapitalis), penanaman modal asing
harus
(PMA),
memenuhi
pinjaman
lembaga
secara
tidak
pasar)
langsung
yaitu
kemudian
dikembalikan
kebutuhan
hasil
hasil
untuk
pokok
192
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
masyarakat.
Sedangkan
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
perspektif Islam ini, sebab Islam
hasil
industrialisasi milik negara dan
mewajibkan
swasta/individu
strategis untuk pertahanan negara
dijual
dengan
konsep
ini,
pembiayaan yang berasal dari hasil
akan
setiap
industri
masyarakat akan dapat menikmati
umum.
menjamin
bahwa
hasil industri dan negara dapat
memenuhi
kebutuhan
pokok
dan
BUMN
diatas, maka industrialisasi perspektif
Islam
Umum.
kemandirian,
dapat
BUMN
Dengan enam aspek konsep utama
rakyat melalui industri BUMN
Masyarakat
industri
didirikan, dikembangkan dengan
mekanisme harga pasar.
Dengan
seluruh
akan
mampu
menciptakan
pertumbuhan
ekonomi
mengelola dan mengembangkan
sekaligus memenuhi kebutuhan pokok
industri komersial mereka karena
masyarakat
hal tersebut tidak dilarang. Dalam
kesejahteraannya.
untuk
mencapai
konsep konvensional, hasil-hasil
berbagai jenis industri yang ada di
jual dengan mengikuti harga pasar
(mekanisme pasar), baik industri
milik negara maupun swasta. Tidak
ada jaminan bahwa seluruh hasil
industri yang mengelola sumber
daya alam milik umum akan
dikembalikan kepada rakyat untuk
memenuhi
kebutuhan
pokok
umum mereka. Sehingga konsep
ini
tidak
mampu
menjamin
terpenuhi kebutuhan pokok rakyat
secara luas.
6) Kemampuan
pertahanan
negara
akan
dapat
melalui
strategi
terpenuhi
Kesimpulan
1) Kebijakan strategi industrialisasi
perspektif
perbedaan
terhadap
Islam
menunjukkan
yang
strategi
signifikan
industrialisasi
konvensional yang ada saat ini
pada
6
faktor
utama
yaitu
klasifikasi harta kekayaan, jenis
industri,
pendanaan,
pemilikan,
pengelolaan dan distribusi hasil
industri.
2) Model
konseptual
pertama
(gambar 4.8) yaitu mekanisme
pendanaan
industri
dapat
industrialisasi
193
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
mewujudkan kemandirian industri
suatu negara.
3) Model konseptual kedua (gambar
4.9) yaitu mekanisme pemenuhan
kebutuhan
pokok
masyarakat
dapat mewujudkan pemenuhan
kebutuhan
pokok
individu
(pangan, sandang, papan) dan
kebutuhan
pokok
masyarakat
(kesehatan,
keamanan,
pendidikan).
Untuk penyempurnaan penelitian,
diperlukan
penelitian
lanjutan
dengan menggunakan data-data kuantitatif
agar dapat menunjukkan kinerja dari
model strategi industrialisasi perspektif
Islam yang telah dirancang bangun,
terutama dalam hubungannya dengan
tujuan dari strategi industrialisasi Islam
dalam
memenuhi
Andang Widharta., et.al., (Tim Sosialisasi
Politik Industri dan Teknologi Hizbut
Tahrir Indonesia)., 2008, Solusi Islam
Atas Problem Sains Dan Teknologi
Membangun Teknologi Bagi Peradaban
Yang Adil. Makalah seminar Refleksi
Pergantian Tahun Hijriyah 1429 H, Hizbut
Tahrir DIY, Kamis 10 Januari 2008
Gedung Amongrogo. Yogyakarta).
Atha’ Abu Rasytah, (1990). As-Siyasat atTashni’ Wa Bina ad-Daulat Shina’iyan min
Wijhati Nazhri al-Islam. TT. Aman.
Daellenbach, Hans G., (1995), Systems and
decision making a management science approach.
John Wiley & Sons. England.
Rekomendasi
masih
perspektif islam. (terjemah Nizhom Iqtishodi fi
Al-Islam). Risalah Gusti. Surabaya.
kebutuhan
masyarakat dan kekuatan
pokok
pertahanan
negara.
Daftar Pustaka
Al Maliki, Abdurrahman., (2001). Politik
ekonomi islam. (terjemah as-Siyasatu alIqtishadiyatu al-Mutsla). Al Izzah. BangilJatim.
An Nabhani, Taqyuddin., (1999).
Membangun sistem ekonomi alternatif –
Dwi Condro Triono., (1999), Konsep
pertumbuhan dan pemerataan dalam sistem
ekonomi islam taqyuddin an-nabhani (dengan
perbandingan sistem ekonomi kapitalisme).
Tesis. Magister Studi Islam. Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta.
Heribertus Sutopo., (1988). Pengantar
penelitian kualitatif, dasar-dasar dan praktis.
Pusat Penelitian UNS. Surakarta.
Hizbut Tahrir., (2005). Ajhizah Daulah AlKhilafah fii Al-Hukm Wa Al-Idarah. Darul
Ummah. Beirut.
Hyun-Chin Lim., (2007). Globalizing asia:
towards a new development paradigm. Globality
Study Journal. Stony Brook University.
New York.
Ismail Yusanto., 2003, Industrialisasi
Dalam Islam. Makalah yang disampaikan
pada seminar “Strategi Pengelolaan Industri
dalam Islam”, Unhas Makassar, Ahad 26
Januari 2003.
Lall, Sanjay., (2003). Reinventing industrial
strategy: the role of government policy in building
industrial
competitiveness.
For
The
194
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Intergovernmental Group on Monetary
Affairs and Development (G-24)
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
http://zulkieflimansyah.com/detail.php?i
d=84
Mudrajad Kuncoro; (2008); Ekonomika
industri indonesia, menuju negara industri baru
2030?; Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Martin Manurung; 22 Maret 2006; Negara
dan Kebijakan Industri; Retrieved from
http://www.suarapembaruan.com/News
/2006/03/22/Editor/edit02.htm.
Poppy S. Winanti, 2007. Ekonomi Politik
International. HI UGM.; Retrieved from
http://www.poppysw.staff.ugm.ac.id/file
/02-Perspektif%20EPI.pdf
Rodrik, Dani., (2000). Development Strategies
For The Next Century. Harvard University.
(This paper was prepared for presentation
at the conference on "Developing Economies
in the 21st
Century", Institute for
Developing Economies, Japan External
Trade Organization, January 26-27, 2000,
in Chiba, Japan.)
THEE Kian Wie., 2006, Kemampuan
Teknologi Dan Peningkatan Daya Saing
Industri Indonesia. Naskah pidato ilmiah
yang dipresentasikan pada Malam
Penganugerahan Habibie Award pada 30
Nopember 2006 di Jakarta.
Togar M. Simatupang., (1994). Pemodelan
Sistem. Nindita. Klaten.
Tulus
Tambunan,
T.H.,
(2001).
Industrialisasi Di Negara Sedang Berkembang
Kasus Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Zallum, Abdul Qadim., (2002). Sistem
Pemerintahan Islam (terjemah Nizhom AlHukmi Fii Al-Islam). Al-Izzah. Bangil.
Zallum, Abdul Qadim., (2002). Sistem
keuangan di negara khilafah (terjemah AlAmwal Fii Ad-Daulah Al-Khilafah). Pustaka
Thariqul Izzah. Bogor.
Zulkieflimansyah; 5 Oktober 2006;
Sejarah panjang industri nasional;
Retrieved
from
195
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
CONSTRUCT INDUSTRIALIZATION STRATEGIC MODEL IN ISLAMIC
PERSPECTIVE
Rahman Fauzan
Master Industrial Strategic Management, Dosen Politeknik Hansur
Email: onlymusafir@gmail.com
Abstract: Nowaday, there are two strategic perspective in the industialization, that are import
subtitution strategic with structural perpective (Sosialism) and eksport promotion strategic with liberal
perspective (Capitalism). Eventhough both of them have long been used by many countries, including
Indonesia, but they have not been able to make them as the developed countries which have independence
of industry and strong economic growth.
This research aimed to get industrialization strategy with different perspectives, that is industrialization
strategy model in Islamic perspective to create independently and strong economic growth.
There are two stages in this research; the first stage is literature study to formulate the main concepts of
the industrialization strategy in Islamic perspective. The second stage is to create a model of
industrialization strategy ini Islamic perspective based on the formulation from the first stage.
From this research showed that there are three goal of Islamic industrialization strategy they are
independence, fulfillment of basic needs and defense. This research also can modeled two systems of
industrialization strategy in Islamic perspective there are; the model of Industrial Funding Systems, and
the model of Interaction between Resources, Industrial Type and Basic Necessities. Both models can
describe the Islamic perspective of industrialization strategy in relation to independence, fulfillment of
basic needs, and defense of a nation.
Keywords: Construct, Model, Industrialization Strategy, Islamic Perspective, Independence, fulfillment
of basic needs, defense.
Abstrak: Saat ini terdapat dua perspektif strategi dalam industrialisasi, yaitu strategi
substitusi impor dengan perspektif strukturalis (Sosialisme) dan strategi promosi ekspor
dengan perspektif liberalis (Kapitalisme). Meskipun kedua strategi ini telah lama
digunakan oleh berbagai negara termasuk Indonesia, namun keduanya belum mampu
menjadikan negara-negara tersebut sebagai negara maju yang memiliki kemandirian
industri dan pertumbuhan ekonomi yang kuat.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh strategi dengan perspektif yang berbeda,
yaitu model industrialisasi perspektif Islam dalam menciptakan kemandirian dan
pertumbuhan ekonomi.
Terdapat dua tahapan dalam penelitian ini yaitu; tahap pertama adalah kajian literatur
untuk merumuskan konsep-konsep utama strategi industrialisasi dalam perspektif Islam.
Tahap kedua adalah membuat model industrialisasi perspektif Islam berdasarkan hasil
rumusan tahap pertama.
Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa tujuan dari strategi industrialisasi Islam ada tiga
yaitu kemandirian, pemenuhan kebutuhan pokok dan pertahanan. Juga dapat
dimodelkan dua sistem industrialisasi perspektif Islam yaitu; Model Pendanaan Industri
Dalam Islam, dan Model Interaksi antara Sumber Daya, Jenis Industri dan Kebutuhan
174
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Pokok Masyarakat. Kedua model tersebut dapat menggambarkan strategi industrialisasi
perspektif Islam dalam hubungannya dengan kemandirian, pemenuhan kebutuhan
pokok, dan pertahanan suatu bangsa.
Kata kunci: Rancang Bangun, Model, Strategi Industrialisasi, Perspektif Islam, Kemandirian,
Pemenuhan Kebutuhan Pokok, Pertahanan.
Pendahuluan
bertolak belakang satu dengan yang
Industrialisasi merupakan tahapan
logis
dalam
perubahan
ekonomi,
yang
diwujudkan
kenaikan
kontribusi
sektor
struktur
melalui
industri
dalam permintaan konsumen, produksi,
ekspor,
dan
kesempatan
tombak
pembangunan
dalam
dan
proses
pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan1
Dalam
persoalan
Tabel 1.1 Perbandingan Aliran Ekonomi
Politik Internasional
(Poppy S. Winanti, 2007)
AKTOR UTAMA
TUJUAN
kerja.
Industrialisasi telah dijadikan sebagai
ujung
lain.2.
SIFAT SISTEM
INTERNATIONAL
KONSEP
KEBIJAKAN
TOKOH
industrialisasi,
LIBERALIS
Individu/Perusahaan
Bersaing secara
bebas,
menguntungkan
semua pihak
Sekunder,
mendukung
prasarana
pendukung pasar
Bangsa harus
membuka sistem
ekonomi terhadap
ekonomi dunia tanpa
intervensi
Adam Smith, David
Ricardo, Keynes,
John Stuart Mill
saat ini terdapat dua pendekatan strategi
yang
umumnya
Primer,
memperjuangkan
kepentingan kelas
Bangsa yang lemah
hrs menghindarkan
diri dari kaitan
sistem kapitalis
international.
Karl Marx,
Wallerstein,
Theotonio Dos
Santos, Andre
Gunder Frank,
Raul Frebisch
pertama,
Sampai saat ini kedua aliran strategi
strategi Substitusi Impor (SI) yang sering
tersebut (SI dan PE) terus menjadi
disebut dengan istilah inward-looking yang
perdebatan dan diskusi yang hangat
didukung
terkait banyaknya negara yang gagal
oleh
digunakan,
STRUKTURALIS
Kelas Sosial
Maksimalisasi
kepentingan kelas
aliran
kebijakan
Strukturalis. Kedua, strategi Promosi
menggunakannya3.
Ekspor (PE) yang sering disebut dengan
aliran strategi ini memiliki argumen
istilah outward-looking yang didukung oleh
masing-masing
aliran kebijakan Neoliberalis. Kedua
negara-negara yang menggunakan kedua
kebijakan strategi ini memiliki garis-garis
jenis strategi tersebut.
Kedua
tentang
penganut
kegagalan
besar strategi yang berlawanan atau
2
1
Tambunan, 2001; Al Maliki, 2001.
Rodrik, 2000; Tambunan, 2001; Lall, 2003;
Kuncoro, 2008
3 Rodrik, 2000; Tambunan, 2001; Lall, 2003, Lim,
2007; dan Kuncoro, 2008
175
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Menurut
Tambunan
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
(2001),
pandangan aliran neoliberalis, kepemilikan
Indonesia telah lama menerapkan kedua
pemerintah adalah sekunder, yakni harus
strategi SI dan PE untuk menjalankan
memiliki peran minimal dan swasta
industrialisasinya, namun tidak berhasil
harus
mengembangkan industri nasional. Hal
pemerintah hanya sebagai fasilitator dan
ini disebabkan karena Indonesia belum
regulator pencipta kondisi ekonomi yang
memiliki kemantapan dan kemandirian
kondusif
Industri,
dilihat
perdagangan.
dengan tingkat ketergantungan yang
infrastruktur
sangat tinggi terhadap impor barang
kemudahan lainnya bagi para pengusaha
modal, input perantara, bahan baku, dan
(swasta lokal maupun asing). Setelah itu,
juga terhadap utang luar negeri4. Fakta-
mekanisme pasar diberikan kebebasan
fakta yang terjadi berkaitan dengan
untuk
kejadian-kejadian yang menimpa sistem
Dalam pendirian pabrik-pabrik di suatu
industri Indonesia pada saat krisis
negara
moneter menunjukkan bahwa “sistem
industrialisasi, individu atau kelompok
industri Indonesia tidak mandiri”, sehingga
(swasta) dibebaskan untuk berinvestasi
mudah rontok.5
pada semua sektor industri yang ada dan
sebagaimana
dapat
maksimal
(kebebasan
untuk
investasi
Termasuk
dan
menjalankan
sebagai
pasar),
dan
penyediaan
kemudahan-
roda
proses
ekonomi.
awal
suatu
kemandirian
dibiarkan bersaing secara bebas sesuai
industri menurut Andang Widharta,
dengan mekanisme pasar. Sedang bagi
et.al., (2008), meliputi kemampuan untuk
aliran
menguasai,
adalah primer (harus dominan). Tidak
Ketahanan
dan
mengendalikan
dan
strukturalis,
hanya
aspek
Persoalan
mengambil peran aktif dalam proses
kemandirian sistem industri sangat erat
industrialisasi. Seperti intervensi sektor
hubungannya
persoalan
industri dengan insentif-insentif selektif
kepemilikan terhadap industri-industri
terhadap industri lokal, nasionalisasi
terutama
apakah
pada sektor-sektor industri strategis,
atau
proteksi terhadap hasil produk dalam
Dalam
negeri dan terlibat secara pasif terhadap
dimiliki
industri.
dengan
alat-alat
produksi,
pemerintah,
masyarakat
secara
individu,
umum.
fasilitator
pemerintah
menjamin keamanan pasokan aspekpenting
sebagai
peran
melainkan
perdagangan bebas bahkan melepaskan
4
Tambunan, 2001
5 Zulkieflimansyah, 2006
176
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
diri
dari
kaitan
sistem
kapitalis
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
strategi lain sebagai alternatif. Hanya saja
berbagai
internasional.6
penelitian
dalam
mencari
Konsep industrialisasi tidak dapat
alternatif strategi yang dilakukan saat ini
dilepaskan dari permasalahan kebijakan
masih berpijak kepada kedua pendekatan
ekonomi dan politik suatu negara7.
strategi yang selama ini telah ada10,
Sedang persoalan ekonomi dan politik
sehingga
suatu negara dilandasi oleh ideologi yang
persoalan mendasar yang selama ini
diterapkan oleh negara tersebut8. Dari
belum ditemukan solusinya oleh kedua
sini kita dapat memahami mengapa
konsep strategi yang ada tersebut.
belum
menyentuh
kepada
kedua pendekatan strategi yang ada
Berdasarkan paparan di depan,
selama ini memiliki perbedaan yang
maka tujuan penelitian ini adalah untuk
signifikan, sebab aliran strukturalis dan
menemukan
model
strategi SI berlatar belakang ideologi
industrialisasi
alternatif
sosialisme sedang aliran liberalis dan
berlandaskan ideologi Islam melalui
strategi PE berlatar belakang ideologi
penelaahan
kapitalisme.
Islam
Dari
buruk
pengalaman-pengalaman
penerapan
di
terhadap
bidang
strategi
yang
konsep-konsep
kebijakan
politik
industri.
strategi-strategi
industrialisasi yang ada ini, dan juga
semakin
tampak
jelasnya
ekonomi
kapitalisme
yang
Industrialisasi Perpsektif Islam
kegagalan
Konsep kebijakan industrialisasi
menjadi
dalam Islam masuk dalam kebijakan
sumber kebijakan industrialisasi yang
pertumbuhan
diterapkan dibanyak negara saat ini,
negara. Dalam Islam ada dua solusi
mengisyaratkan perlunya usaha mencari
terhadap obyek ekonomi, pertama, politik
suatu alternatif strategi industrialisasi
ekonomi. Kedua, pertumbuhan kekayaan
yang baru9. Hal ini membuat para
atau pertumbuhan ekonomi11. Politik
peneliti
ekonomi dalam Islam diarahkan untuk
6
kemudian
mencari
strategi-
Rodrik, 2000; Hasibuan, 2000; Tambunan 2001;
Lall, 2003; Kuncuro, 2008
7 Mudrajad Kuncoro, 2008
8 An Nabhani, 1999; Rodrik, 2000; Al Maliki, 2001;
Mudrajad Kuncoro, 2008
9 Tambunan, 2001; Andang Widharta, et.al., 2008
ekonomi
(kekayaan)
menjamin
terpenuhinya
kebutuhan
primer
(al-hajat
semua
al-
10
Tambunan, 2001; Lall, 2003; Mudrajad Kuncoro,
2008
11 Al Maliki, 2001; hal 39.
177
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
asasiyah/basic needs) tiap-tiap indvidu, dan
sebagai solusi bagi berbagai persoalan
memenuhi
global di dunia13.
sekunder
kebutuhan-kebutuhan
dan
tersier
al-
Konsep Industrialisasi menurut An
kamaliyah) sesuai kadar kemampuannya
Nabhani (1999) dan Al Maliki (2001),
sebagai individu yang hidup dalam
haruslah memperhatikan hukum-hukum
masyarakat tertentu yang memiliki gaya
Islam tentang industri terkait dengan
hidup
khas12.
lain
merupakan
(al-hajat
Kebijakan ekonomi tidak
barang
yang
diproduksinya.
bagi
setiap
Industri, dilihat dari realitas industri itu
mereka
dapat
sendiri merupakan hak milik pribadi.
berusaha meraih kemakmuran, dengan
Sebab, industri merupakan barang yang
selalu
yang
bisa dimiliki secara pribadi. Hanya saja,
ditetapkan oleh syariat sebagai faktor
jenis barang yang diproduksi oleh
utama dalam setiap interaksi yang terjadi
industri itulah yang merubah status
di antara individu.
industri
individu,
solusi
jenis
sehingga
menjadikan
nilai-nilai
tersebut
apakah
menjadi
Terdapat beberapa kajian yang
kepemilikan individu (private property) atau
telah dilakukan terhadap industrialisasi
kepemilikan umum (collective property) atau
perspektif Islam, diantaranya yang paling
kepemilikan
dominan adalah yang dikembangkan
Apabila industri itu dari barang yang
oleh pemikir-pemikir dan ‘ulama Hizbut
diproduksinya merupakan hak milik
Tahrir, seperti oleh An Nabhani (1953),
individu, seperti pakaian, sepatu, mobil,
Al Maliki (2001), Ismail Yusanto, (2003),
dan
Dwi Condro Triono, et.al., (2008) dan
dikembalikan kepada individu. Artinya
Andang Widharta, et.al., (2008). Hizbut
siapa saja boleh memilikinya. Sedangkan
Tahrir
yang
negara
(state
sejenisnya
property).
maka
ia
politik
Islam
jika, barang-barang yang diproduksi
didirikan
oleh
tersebut merupakan hak kepemilikan
Taqiyuddin An Nabhani pada tahun
umum, seperti barang tambang logam
1953. Tujuan berdirinya adalah berjuang
maupun minyak, atau yang menguasai
untuk mengembalikan ideologi Islam
hidup orang banyak, maka ia tidak boleh
adalah
internasional
partai
yang
dimiliki oleh industri individu, melainkan
berupa industri kempemilikan umum
12
Al Maliki, 2001: hal 37
13
Hizbut Tahrir, 2000
178
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
yang dikelola oleh negara yang hasilnya
menggunakan metode content analysis.
dikembalikan
Objek penelitian pada tahap pertama
sepenuhnya
kepada
masyarakat umum14.
adalah kajian literatur dari konsep
baik
pemikiran industrialisasi berbasis Islam
dengan menggunakan mesin ataupun
dari 5 buku utama, yaitu:, Nidzom al-
kerajinan tangan tidak akan terlepas dari
Iqtishody fi Al-Islam karya Taqyuddin An
hukum-hukum pendirian industri (jenis
Nabhani
perseroan),
Iqtishadiyatu
Hukum-hukum
industri
ijarah,
jual-beli
dan
(1999),
As-Siyasatu
al-Mutsla
karya
perdagangan luar negeri15. Selain itu,
Abdurrahman
menyangkut
kepemilikan
Amwal Fi Daulatil Khilafah karya Abdul
Islam
Qadim Zallum (2002), Nizhomul Hukmi
konsep
Fi Al-Islam karya Abdul Qadim Zallum
dengan
(2002) dan Ajhizah ad-Dawlah al-Khilafah
persoalan
sektor-sektor
industri
mengaturnya
kepemilikan
dengan
yang
berbeda
konsep kepemilikan kapitalisme yang
menganut
individu,
kebebasan
ataupun
kepemilikan
sosialisme
Al-Maliki
al-
(2001),
Al
karya Hizbut Tahrir (2006).
Dari
pemikiran-pemikiran
di
yang
dalam kitab-kitab tersebut kemudian
menganut kepemilikan umum melalui
diolah menggunakan tahapan formulasi
negara16.
model, sehingga diperoleh rumusan-
Metode
rumusan konsep kebijakan yang dapat
menjelaskan
Penelitian ini menggunakan dua
strategi
industrialisasi
perspektif Islam.
tahapan, yaitu pertama menemukan
konsep-konsep
kunci
industriliasasi
Tahapan kedua adalah rancang
kemudian
bangun model industrialisasi perspektif
merumuskannya dan kedua melakukan
Islam, metode rancang bangun yang
rancang bangun model industrialisasinya.
dilakukan dalam penelitian ini adalah
dalam
perspektif
Islam
sebagai berikut:
Pada tahap pertama digunakan
metode
analisa
kualitatif
dengan
1. Penentuan obyek sistem nyata;
Obyek sistem yang akan dimodelkan
14
Hizbut Tahrir, 2000; an-Nabhani, 1999; Al
Baghdadi, 1994 ; Al Maliki, 2001
15 An Nabhani, 1999: hal 152
16An Nabhani, 1999: hal 251-252 ; Al Maliki, 2001:
hal 73-74
adalah
rumusan-rumusan
dari
konsep kebijakan yang terkait dalam
179
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
penentuan
strategi
industrialisasi
perspektif Islam.
-
Tujuan sistem,
-
Batasan sistem,
-
Komponen-komponen sistem,
-
Interaksi antar komponen sistem.
model
Konsep
Strategi
Industrialisasi Perspektif Islam
Melalui
kajian
literatur
yang
dilakukan, diperoleh hasil penelitian
konseptual
(conceptual design) sistem industrialisasi
perspektif Islam.
Hasil Penelitian
a. Perumusan
2. Pendekatan sistem (system approach);
3. Pembuatan
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
berupa
rumusan
kebijakan-kebijakan
industrialisasi perspektif Islam. Rumusan
konsep
pemikirannya
digambarakan
secara skematik untuk mempermudah
pemahaman.
Gambar 4.1 Prinsip-Prinsip Utama Industrialisasi Dalam Islam
Rumusan konsep yang pertama (Gambar 4.1) menjelaskan tentang prinsip dasar
pembangunan industri dalam Islam, terdiri dari 4 prinsip utama yaitu; (1) prinsip halal
dan haram, (2) prinsip pemenuhan kebutuhan pokok, (3) prinsip kebolehan bukan
kebebasan, (4) prinsip pertahanan, dakwah dan jihad.
180
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Gambar 4.2 Kebijakan Terhadap Harta Kekayaan Dalam Islam
Rumusan konsep yang kedua (Gambar 4.2) menjelaskan tentang kebijakan
terhadap harta kekayaan dalam Islam, yang terdiri dari 2 bentuk kebijakan yaitu: (1)
Pengelompokkan Harta Kekayaan, (2) Pengaturan Pemanfaatan Harta Kekayaan Milik
Umum.
Gambar 4.3 Kebijakan Kemandirian Kepemilikan Industri Dalam Islam
181
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Rumusan konsep yang ketiga (Gambar 4.3) menjelaskan tentang kebijakan
kepemilikan industri dalam Islam, yang terdiri dari 3 jenis kepemilikan industri yaitu: (1)
Industri Milik Individu, (2) Industri Milik Negara, (3) Industri Milik Umum.
Gambar 4.4 Kebijakan Pengelolaan Industri dalam Islam
Rumusan konsep yang keempat (Gambar 4.4) menjelaskan tentang kebijakan
pengeloaan industri dalam Islam, yang terdiri dari 3 jenis pengelolaan industri yaitu: (1)
Industri Milik Individu dikelola individu, (2) Industri Milik Negara dikelola negara, (3)
Industri Milik Umum dikelola oleh negara.
Gambar 4.5 Kebijakan Pendanaan Industri Dalam Islam
Rumusan konsep yang kelima
industri yaitu: (1) Pendanaan Industri
tentang
Milik Individu, (2) Pendanaan Industri
kebijakan pendanaan industri dalam
Milik Negara, (3) Pendanaan Industri
Islam, yang terdiri dari 3 jenis pedanaan
Milik Umum.
(Gambar
4.5)
menjelaskan
182
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Pendanaan industri milik negara
masyarakat
secara
umum
dengan
dan milik umum dibiayai langsung oleh
pengelolaan negara sebagai wakilnya.
pos-pos yang ada di Baitul Mal sistem
Hasil dari BUMN Umum seluruhnya
pemerintahan Islam. Pos Baitul mal
harus dikembalikan kepada masyarakat.
terdiri dari tiga pos pengaturan keuangan
Sedangkan BUMN mengolah sumber
negara, yaitu: pos milik umum, pos milik
daya milik negara dan dimiliki oleh
negara, dan pos milik individu (zakat).
negara yang sekaligus mengelolanya.
Industri milik umum terdiri dari
Hasil dari BUMN adalah milik negara
dua jenis industri, yaitu: industri dengan
dan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
kebijakannya. Industri milik swasta yang
Umum dan BUMN. Perbedaan antara
dimaksud
adalah
BUMN Umum dan BUMN, terletak
perorangan
dan
pada kepemilikan, sumber daya yang
Islam. Sedangkan komponen pendanaan
diolahnya dan hasil
pengolahannya.
asing adalah semua komponen dari luar
BUMN Umum mengolah sumber daya
yang terdiri dari Pemerintahan, Industri
milik
maupun Individu.
umum
dan
dimiliki
oleh
digunakan
sesuai
industri
perseroan
dengan
milik
(syirkah)
Gambar 4.6 Kebijakan Pembangunan Kemandirian Industri
Rumusan konsep yang keenam (Gambar 4.6) menjelaskan tentang kebijakan
pembangunan industri dalam Islam, yang terdiri dari 4 jenis kebijakan yaitu: (1)
Kebijakan Atas Harta Kekayaan, (2) Kebijakan Kepemilikan Industri, (3) Kebijakan
Kepengelolaan Industri, (4) Kebijakan Pendanaan Industri.
183
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Gambar 4.7 Kebijakan Distribusi Hasil Industri
Rumusan konsep yang ketujuh (Gambar 4.7) menjelaskan tentang kebijakan
distribusi hasil industri dalam Islam, yang terdiri dari 2 jenis kebijakan yaitu: (1)
Mekanisme Pasar, (2) Tanpa Mekanisme Pasar.
Rumusan konsep yang kedelapan (Gambar 4.8) menjelaskan tentang kebijakan
menyeluruh terhadap strategi industrialisasi perspektif Islam, terdiri dari; (1) Kebijakan
umum industrialisasi, (2) Kebijakan kemandirian pembangunan industri, dan (3)
Kebijakan terhadap faktor pendukung industrialisasi.
184
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Perbandingan konsep strategi industrialisasi persepktif Islam dengan konsep
industrialisasi konvensional yang dilaksanakan Indonesia saat ini ditunjukkan pada tabel
5.1. Faktor-faktor utama yang dibandingkan adalah klasifikasi sumber daya (harta
kekayaan), klasifikasi jenis industri, kepemilikan, kepengelolaan, pendanaan, dan
pemanfaatan (distribusi) hasil industri.
Tabel 5.1 Perbandingan Konsep Industrialiasasi Konvensional (Indonesia) dan
Islam
No
1
Faktor Pembanding
Klasifikasi Harta
Kekayaan
Industrialisasi
Konvensional
1. Harta kekayan milik
Negara
2. Harta kekayaan milik
individu (swasta).
2.
3.
1.
2
Jenis Industri
1. BUMN
2. BUMD
3. Perseroan Kapitalis
1.
2.
3.
3
Pendanaan Industri
1. APBN
2. Investasi swasta dalam
Negeri
3. Investasi Asing
4. Pendanaan model
kapitalis
1. Kebebasan
kepemilikan individu
sesuai mekanisme
pasar
2. Semua jenis industri
bebas dimiliki oleh
siapa saja atas dasar
mekanisme pasar.
3. BUMN boleh
diprivatisasi
1. Pengelola
industri
adalah BUMN dan
non
BUMN
(perseroan kapitalis).
2. Semua jenis industri
1.
2.
4
Kepemilikan
5
Kepengelolaan
3.
Industrialisasi
Islam
Harta kekayaan milik
umum.
Harta kekayaan negara
Harta kekayaan individu
(swasta).
BUMN
BUMN Umum
Non BUMN
(Individu/Syirkah
Islam)
POS Baitul Mal
Investasi Swasta dalam
negeri
Pendanaan model Islam
1. Kepemilikan Industri
ditetapkan berdasarkan
jenis sumber daya yang
diolah.
2. Negara haram memiliki
sumber daya milik
umum.
3. BUMN haram
diprivatisasi
1. Pengelola industri milik
Umum dan Negara
wajib dikelola oleh
negara dalam bentuk
BUMN.
185
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
6
Pemanfaatan
(Distribusi) Hasil
Industri
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
boleh dikelola oleh
siapa saja dengan
mekanisme kerja sama
(hulu) dan ijin usaha
(hilir).
1. Hasil Industri BUMN
di dijual untuk
pendapatan negara
dengan kebijakan
harga pasar.
2. Hasil Industri yang
merupakan kerjasama
antara swasta dan
negara dijual sesuai
kesepakatan bersama
dengan harga pasar.
3. Hasil industri milik
individu dijual sesuai
mekanisme
harga
pasar.
2. Industri milik (swasta)
individu dikelola oleh
swasta dalam bentuk
syirkah
Islam
atau
perorangan.
1. Hasil Industri milik
Umum wajib
dikembalikan kepada
pemiliknya yaitu
masyarakat dengan cara
langsung maupun tidak
langsung (tarif dan
harga) sesuai syariat.
2. Hasil Industri milik
negara sesuai dengan
kebijakan khalifah
(kepala negara). Dijual
dengan harga pasar
sesuai syariat.
3. Hasil industri milik
individu dijual melalui
mekanisme pasar syariat
Islam.
b. Hasil Perancangan Model Strategi Industrialisasi Perspektif Islam
Berdasarkan rumusan-rumusan konsep strategi industrialisasi yang telah dibuat
pada penelitian tahap pertama, diperoleh data untuk pembuatan model, yaitu:
1) Sistem Nyata:
Skema konsep kebijakan strategi industrialisasi perspektif Islam
2) Tujuan Sistem:
Kemandirian,
pemenuhan
kebutuhan
pokok
dan
pertahanan
(tujuan
industrialisasi Islam)
3) Batasan Sistem:
Kebijakan pembangunan industri dan sistem distribusi hasil industri
4) Komponen-Komponen Sistem:
a) Jenis harta kekayaan
b) Jenis kepemilikan industri
186
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
c) Jenis badan pengelola industri
d) Jenis kebutuhan masyarakat
e) Jenis distribusi hasil industri
f) Jenis penyedia dana industri.
5) Interaksi Antar Komponen:
a) Interaksi sumber daya dengan jenis industri (berdasarkan skema pada
gambar 4.2, 4.3 dan 4.4)
b) Interaksi penyedia dana industri dengan jenis industri (berdasarkan skema
pada gambar 4.5 dan 4.6)
c) Interaksi hasil industri dengan kebutuhan masyarakat (berdasarkan skema
pada gambar 4.7).
6) Rancangan Sistem Industrialisasi Perspektif Islam
Rancangan konseptual (conceptual design) strategi industrialisasi perspektif Islam
dapat digambarkan dengan 2 model konseptual yang utama yaitu; (1) Model
Konseptual Pendanaan Industri-Industri (Gambar 4.8) dan (2) Model Konseptual
Pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui hasil industri (Gambar 4.9).
187
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Gambar 4.8 Model Konseptual Pendanaan Industri Dalam Islam
188
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
Gambar 4.9 Model Konseptual Pemenuhan Kebutuhan Pokok Masyarakat
189
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
individu (swasta lokal maupun
Pembahasan Hasil Penelitian
Dari hasil pengolahan data yang
asing)
untuk
mengajukan
diri
dilakukan pada penelitian ini diperoleh
dalam pengelolaan harta negara
rumusan konseptual dan model simbolik
dengan ijin negara. Konsep ini
strategi industrialisasi Islam yaitu:
tidak dapat menjamin bahwa harta
1) Klasifikasi jenis sumber daya
(harta kekayaan) dalam Islam
kekayaan dapat dinikmati oleh
setiap masyarakat.
harus dibagi menjadi tiga yaitu,
2) Konsep kepemilikan industri di
harta kekayaan milik umum, harta
dalam Islam harus diatur sesuai
kekayaan
harta
dengan jenis harta kekayaan yang
kekayaan milik individu. Konsep
diolah. Sehingga jenis industri di
ini akan menjamin keberadaan
dalam konsep Industrialisasi Islam
sumber daya (berupa raw material
ada tiga yaitu, industri milik
dan energi) agar tidak dimonopoli
umum,
industri
oleh sebagian pihak baik oleh
industri
milik
negara ataupun segelintir individu
(rakyat). Industri milik umum dan
(swasta) saja dan menjamin agar
negara tidak boleh diprivatisasi
sumber daya tersebut benar-benar
(dijadikan milik individu/swasta).
dapat
keseluruh
Konsep ini menjamin agar industri
masyarakat. Dengan kebijakan ini,
yang mengolah harta kekayaan
negara
milik umum benar-benar dapat
milik
terdistribusi
dapat
menjamin
dan
pemanfaatan
kemandirian
yang
negara,
maksimal
terhadap
hasil
dikontrol
milik
individu/swasta
oleh
mewakili
negara,
negara
yang
masyarakat
untuk
industri sumber daya alamnya.
mengelolanya, sekaligus menjamin
Konsep
dengan
bahwa hasil industrinya dapat
kebijakan konvensional yang ada
dikembalikan untuk kesejahteraan
di dunia saat yang membagi
masyarakat
sumber daya atau harta kekayaan
mampu mewujudkan pertahanan
menjadi dua, yaitu harta kekayaan
negara.
milik negara dan harta kekayaan
Konsep
ini
milik individu. Dengan kebebasan
konsep
kepemilikan
ini
berbeda
secara
total
berbeda
dan
dengan
industri
190
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
yang
badan usaha sesuai syirkah dalam
membagi industri menjadi dua,
Islam atau secara perorangan.
yaitu industri milik negara/daerah,
BUMN Umum dan BUMN dalam
industri milik individu (swasta).
konsep
Dalam
dikelola oleh swasta.
konvensional
saat
konsep
konvensional,
milik
ini
industrialisasi
industri-industri
negara/daerah
Islam
dilarang
untuk
Konsep ini menjamin kemandirian
boleh
industri negara, karena seluruh
asas
kepengelolaan terhadap aset-aset
kebebasan kepemilikan individu.
industri dan sumber daya vital
Konsep
mampu
dalam
menjamin kemandirian industri,
Dalam
karena negara tidak sepenuhnya
konvensional pengelola jenis-jenis
dapat mengontrol industri-industri
industri adalah Badan Usaha Milik
yang
Negara
diprivatisasi,
ini
mengolah
dengan
tidak
sumber
daya-
kendali
penuh
konsep
negara.
industrialisasi
(BUMN)
atau
Badan
sumber daya vital milik umum
Usaha Milik Daerah (BUMD) dan
yang telah diprivatisasi tersebut.
badan usaha perseroan Kapitalis.
3) Konsep kepengelolaan industri
Ketiga badan usaha ini dapat
dalam Islam adalah berdasarkan
bekerjasama
jenis industri yang ada. Untuk
kepemilikannya atas suatu industri
industri milik umum maka wajib
melalui
dikelola oleh negara dalam bentuk
perusahaan. Industri BUMN atau
Badan
BUMD
Usaha
Milik
Negara
atau
membagi
kepemilikan
ini
dalam
konsep
(BUMN Umum). Negara hanya
konvensional
bertindak sebagai pengelola saja,
diprivatisasi oleh swasta nasional
sedangkan kepemilikan industrinya
maupun asing. Konsep ini tidak
adalah milik rakyat secara umum.
dapat
Untuk industri yang mengelola
industri karena kendali industri
harta milik negara maka negara
tidak sepenuhnya dapat dilakukan
memiliki sekaligus mengelolanya
oleh negara.
melalui BUMN. Industri milik
swasta dikelola oleh swasta dengan
4) Sumber
Indonesia
saham
menjamin
dapat
kemandirian
modal/pendanaan
(finansial) utama dalam industri191
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
industri perspektif Islam adalah
keuangan/bank nasional ataupun
melalui tiga pos dalam Baitul Mal
asing dengan bunga (riba), pasar
negara Islam (lihat gambar 4.8).
bursa
Pendanaan industri milik umum
secara
wajib didanai oleh negara melalui
pendanaan seperti ini menjadikan
Baitul Mal pos kepemilikan umum
industri-industri vital negara dapat
dan
negara.
jatuh ke tangan swasta asing atau
Kedua jenis industri ini tidak boleh
terjadinya ketergantungan dengan
didanai
oleh
asing
pihak asing sehingga tidak mampu
ataupun
hutang
negeri.
menciptakan kemandirian industri
pos
kepemilikan
Sedangkan
investasi
luar
industri
swasta/individu
milik
dan
pembiayaan
individual.
Model
negara.
oleh
5) Pemenuhan kebutuhan pokok
swasta sendiri dengan ketentuan
masyarakat secara umum dan
tidak boleh menerima hutang luar
peningkatan
negeri
dan
ekonomi (lihat gambar 4.9) akan
Konsep
dapat diwujudkan dengan konsep
pendanaan ini benar-benar akan
kebijakan terhadap distribusi dan
membuat industri negara menjadi
pemasaran hasil industrialisasinya.
mandiri karena semua industri
Hasil industri milik umum wajib
BUMN Umum maupun BUMN
dinikmati oleh seluruh masyarakat,
dibiayai
baik
jika
didanai
saham
berbahaya
mengandung
riba.
melalui
kas
negara
pertumbuhan
secara
langsung
(tanpa
sehingga tidak ada ketergantungan
mekanisme
dengan pihak lain (asing).
dibagikan
Dalam
melalui kebijakan subsidi dan tarif
konsep
industrialisasi
pasar)
dengan
kepada
masyarakat
konvensional, pendanaan industri-
atau
industri dilakukan dengan berbagai
(mekanisme
cara, yaitu pendanaan negara dan
industri dapat dijual dengan harga
daerah, kerja-sama dengan swasta
pasar
asing dan nasional (perseroan
keuntungannya secara keseluruhan
kapitalis), penanaman modal asing
harus
(PMA),
memenuhi
pinjaman
lembaga
secara
tidak
pasar)
langsung
yaitu
kemudian
dikembalikan
kebutuhan
hasil
hasil
untuk
pokok
192
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
masyarakat.
Sedangkan
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
perspektif Islam ini, sebab Islam
hasil
industrialisasi milik negara dan
mewajibkan
swasta/individu
strategis untuk pertahanan negara
dijual
dengan
konsep
ini,
pembiayaan yang berasal dari hasil
akan
setiap
industri
masyarakat akan dapat menikmati
umum.
menjamin
bahwa
hasil industri dan negara dapat
memenuhi
kebutuhan
pokok
dan
BUMN
diatas, maka industrialisasi perspektif
Islam
Umum.
kemandirian,
dapat
BUMN
Dengan enam aspek konsep utama
rakyat melalui industri BUMN
Masyarakat
industri
didirikan, dikembangkan dengan
mekanisme harga pasar.
Dengan
seluruh
akan
mampu
menciptakan
pertumbuhan
ekonomi
mengelola dan mengembangkan
sekaligus memenuhi kebutuhan pokok
industri komersial mereka karena
masyarakat
hal tersebut tidak dilarang. Dalam
kesejahteraannya.
untuk
mencapai
konsep konvensional, hasil-hasil
berbagai jenis industri yang ada di
jual dengan mengikuti harga pasar
(mekanisme pasar), baik industri
milik negara maupun swasta. Tidak
ada jaminan bahwa seluruh hasil
industri yang mengelola sumber
daya alam milik umum akan
dikembalikan kepada rakyat untuk
memenuhi
kebutuhan
pokok
umum mereka. Sehingga konsep
ini
tidak
mampu
menjamin
terpenuhi kebutuhan pokok rakyat
secara luas.
6) Kemampuan
pertahanan
negara
akan
dapat
melalui
strategi
terpenuhi
Kesimpulan
1) Kebijakan strategi industrialisasi
perspektif
perbedaan
terhadap
Islam
menunjukkan
yang
strategi
signifikan
industrialisasi
konvensional yang ada saat ini
pada
6
faktor
utama
yaitu
klasifikasi harta kekayaan, jenis
industri,
pendanaan,
pemilikan,
pengelolaan dan distribusi hasil
industri.
2) Model
konseptual
pertama
(gambar 4.8) yaitu mekanisme
pendanaan
industri
dapat
industrialisasi
193
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
mewujudkan kemandirian industri
suatu negara.
3) Model konseptual kedua (gambar
4.9) yaitu mekanisme pemenuhan
kebutuhan
pokok
masyarakat
dapat mewujudkan pemenuhan
kebutuhan
pokok
individu
(pangan, sandang, papan) dan
kebutuhan
pokok
masyarakat
(kesehatan,
keamanan,
pendidikan).
Untuk penyempurnaan penelitian,
diperlukan
penelitian
lanjutan
dengan menggunakan data-data kuantitatif
agar dapat menunjukkan kinerja dari
model strategi industrialisasi perspektif
Islam yang telah dirancang bangun,
terutama dalam hubungannya dengan
tujuan dari strategi industrialisasi Islam
dalam
memenuhi
Andang Widharta., et.al., (Tim Sosialisasi
Politik Industri dan Teknologi Hizbut
Tahrir Indonesia)., 2008, Solusi Islam
Atas Problem Sains Dan Teknologi
Membangun Teknologi Bagi Peradaban
Yang Adil. Makalah seminar Refleksi
Pergantian Tahun Hijriyah 1429 H, Hizbut
Tahrir DIY, Kamis 10 Januari 2008
Gedung Amongrogo. Yogyakarta).
Atha’ Abu Rasytah, (1990). As-Siyasat atTashni’ Wa Bina ad-Daulat Shina’iyan min
Wijhati Nazhri al-Islam. TT. Aman.
Daellenbach, Hans G., (1995), Systems and
decision making a management science approach.
John Wiley & Sons. England.
Rekomendasi
masih
perspektif islam. (terjemah Nizhom Iqtishodi fi
Al-Islam). Risalah Gusti. Surabaya.
kebutuhan
masyarakat dan kekuatan
pokok
pertahanan
negara.
Daftar Pustaka
Al Maliki, Abdurrahman., (2001). Politik
ekonomi islam. (terjemah as-Siyasatu alIqtishadiyatu al-Mutsla). Al Izzah. BangilJatim.
An Nabhani, Taqyuddin., (1999).
Membangun sistem ekonomi alternatif –
Dwi Condro Triono., (1999), Konsep
pertumbuhan dan pemerataan dalam sistem
ekonomi islam taqyuddin an-nabhani (dengan
perbandingan sistem ekonomi kapitalisme).
Tesis. Magister Studi Islam. Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta.
Heribertus Sutopo., (1988). Pengantar
penelitian kualitatif, dasar-dasar dan praktis.
Pusat Penelitian UNS. Surakarta.
Hizbut Tahrir., (2005). Ajhizah Daulah AlKhilafah fii Al-Hukm Wa Al-Idarah. Darul
Ummah. Beirut.
Hyun-Chin Lim., (2007). Globalizing asia:
towards a new development paradigm. Globality
Study Journal. Stony Brook University.
New York.
Ismail Yusanto., 2003, Industrialisasi
Dalam Islam. Makalah yang disampaikan
pada seminar “Strategi Pengelolaan Industri
dalam Islam”, Unhas Makassar, Ahad 26
Januari 2003.
Lall, Sanjay., (2003). Reinventing industrial
strategy: the role of government policy in building
industrial
competitiveness.
For
The
194
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975
Jurnal At-Taradhi: Studi Ilmu Ekonomi
Volume 8, Nomor 2, Desember 2017
Intergovernmental Group on Monetary
Affairs and Development (G-24)
Construct Industrialization.. 174-195
Rahman Fauzan
http://zulkieflimansyah.com/detail.php?i
d=84
Mudrajad Kuncoro; (2008); Ekonomika
industri indonesia, menuju negara industri baru
2030?; Penerbit ANDI. Yogyakarta.
Martin Manurung; 22 Maret 2006; Negara
dan Kebijakan Industri; Retrieved from
http://www.suarapembaruan.com/News
/2006/03/22/Editor/edit02.htm.
Poppy S. Winanti, 2007. Ekonomi Politik
International. HI UGM.; Retrieved from
http://www.poppysw.staff.ugm.ac.id/file
/02-Perspektif%20EPI.pdf
Rodrik, Dani., (2000). Development Strategies
For The Next Century. Harvard University.
(This paper was prepared for presentation
at the conference on "Developing Economies
in the 21st
Century", Institute for
Developing Economies, Japan External
Trade Organization, January 26-27, 2000,
in Chiba, Japan.)
THEE Kian Wie., 2006, Kemampuan
Teknologi Dan Peningkatan Daya Saing
Industri Indonesia. Naskah pidato ilmiah
yang dipresentasikan pada Malam
Penganugerahan Habibie Award pada 30
Nopember 2006 di Jakarta.
Togar M. Simatupang., (1994). Pemodelan
Sistem. Nindita. Klaten.
Tulus
Tambunan,
T.H.,
(2001).
Industrialisasi Di Negara Sedang Berkembang
Kasus Indonesia. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Zallum, Abdul Qadim., (2002). Sistem
Pemerintahan Islam (terjemah Nizhom AlHukmi Fii Al-Islam). Al-Izzah. Bangil.
Zallum, Abdul Qadim., (2002). Sistem
keuangan di negara khilafah (terjemah AlAmwal Fii Ad-Daulah Al-Khilafah). Pustaka
Thariqul Izzah. Bogor.
Zulkieflimansyah; 5 Oktober 2006;
Sejarah panjang industri nasional;
Retrieved
from
195
DOI: http://dx.doi.org/10.18592/at-taradhi.v8i1.1975
http://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/taradhi/article/view/1975