Pola Hubungan Sosial Ekonomi Petani Kemenyan dengan Toke di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbahas

ABSTRAK
Penulisan skripsi yang berjudul “Pola Hubungan Sosial Ekonomi Petani
Kemenyan dengan Toke si Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten
Humbahas”, berawal dari ketertarikan penulis terhadap berbagai model pola
hubungan sosial ekonomi yang terjadi antara toke dengan petani kemenyan hingga
bertahannya pola hubungan sosial ekonomi dalam produksi kemenyan tersebut
sampai saat ini. Pola hubungan yang terjalin antara petani dengan toke tidak
hanya sebatas pada hubungan jual-beli kemenyan tapi meluas pada hubungan
sosial yang berbeda antara toke, petani dan agen (toke kecil). Hubungan sosial ini
terjalin dan terbagi dalam beberapa bentuk yakni pola hubungan sosial antara toke
(besar dan kecil) dengan petani, dan pola hubungan sosial antara toke besar
dengan petani sekaligus agen (toke kecil). Hubungan petani dengan toke disini
seakan sudah terpola dan sudah menjadi suatu kebiasaan yang terjadi secara turun
temurun dan menjadi budaya. Secara umum terdapat beberapa pola hubungan
sosial ekonomi yang terjadi diantara pelaku ekonomi perdagangan hasil pertanian
atau perkebunan seperti patron klien, eksploitasi dan mutualisme.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
observasi, wawancara serta studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisis
dan informan dalam peneliti ini adalah petani kemenyan dan toke yang
merupakan masyarakat adat Pandumaan sebagai informan kunci dan masyarakat

lainnya yang dianggap mengetahui kondisi desa dan rumusan masalah pada
penelitian ini. Interpretasi data dilakukan dengan pengolahan dari catatan maupun
hasil wawancara setiap kali turun ke lapangan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan hutan kemenyan di Desa
Pandumaan masih sangat tradisonal dengan kearifan lokal yang membudaya pada
masyarakat adat. Dalam proses pemasaran, petani menjual kemenyannya kepada
toke yang ada di desa maupun keluar desa. Hubungan antara petani kemenyan
dengan toke berawal dari proses jual-beli kemenyan yang berubah menjadi lebih
intens dan saling menguntungkan. Hubungan antara petani kemenyan dengan toke
membentuk sebuah pola hubungan yang unik. Hubungan ini terlihat dari tindakan
petani yang menjual kemenyan bukan hanya pada satu toke saja tapi dengan
beberapa toke dan melihat untung rugi dalam menjual kemenyan. Tindakan petani
yang memikirkan keuntungan merupakan salah satu ciri dari pola mutualisme.
Namun di sisi lain terdapat pola patron-klien dari hubungan keduanya, yakni toke
sebagai penjamin subsistensi petani dengan memberikan pinjaman kepada petani
ketika petani membutuhkan uang, dan juga mereka saling mengundang dalam
merayakan pesta adat satu sama lain.
Alasan para petani memeinjam uang kepada toke adalah proses dan
syarat/prosedur yang diberlakukan pemerintah akan kredit tersebut sangat
menyulitkan petani dan memakan waktu yang lama ditaambah lagi dengan bunga

yang diberikan oleh pihak bank. Sedangkan jika mereka meminjam modal kepada
pemilik modal(toke), prosesnya bisa cepat tanpa syarat ataupun prosedur yang
sulit. Hal itulah yang menyebabkan pola hubungan sosial ekonomi diantara
keduanya masih tetap terjalin dan terus bertahan di desa tersebut

iii
Universitas Sumatera Utara