Modal Sosial Komunitas Petani Kemenyan Dalam Pelestarian Hutan Kemenyan Di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

  Skrip KE psi MODA PELES ECAMA AL SOSI STARIA ATAN PO E UN FAKUL

IAL KO AN HUT OLLUN ELISABE NIVER LTAS IL DEP OMUNI TAN KE NG, KAB Di ETH CH 0 RSITAS LMU SO PARTE ME   TAS PE EMENY BUPAT isusun ol HRISTI 09090102 SUMAT OSIAL EMEN S EDAN 2 ETANI K YAN DI D TEN HU leh: INA AM 24 TERA U DAN IL SOSIOL 2013 KEMEN DESA P UMBAN MBARIT UTARA LMU PO LOGI NYAN D PANDU G HASU TA OLITIK DALAM UMAAN UNDUT K M , TAN


(2)

   

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan oleh:

Nama : Elisabeth Christina Ambarita

Nim : 090901024

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Departemen : Sosiologi

Judul : Modal Sosial Komunitas Petani Kemenyan Dalam Pelestarian Hutan

Kemenyan Di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten

Humbang Hasundutan

Medan,

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs Henry Sitorus,M.Si Dra.LinaSudarwati,M.Si

196602281990031001 196603181989032001

Dekan

Prof. Dr. Baddaruddin M,Si 196805251992031002


(3)

   

ABSTRAK

Kedekatan hubungan manusia dengan sumber daya alam atau lingkungan membuat mereka memiliki pemahaman yang khusus terhadap lingkungan tempat tinggal mereka. Seharusnya lingkungan juga tidak hanya dijadikan objek untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia, tetapi juga harus ditata dan dipelihara agar terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, adanya ikatan antara manusia dan lingkungannya dapat melahirkan pikiran bagaimana manusia mempertahankan kelestarian lingkungannya guna kelangsungan hidup manusia. Setiap daerah memiliki potensi alamnya masing – masing. Seperti wilayah Kecamatan Pollung khususnya desa Pandumaan yang terkenal dengan kemenyannya. Desa ini memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan hutan kemenyan secara tradisional sebagai warisan nenek moyang yang tlah diregenerasikan selama 13 keturunan. Dalam usaha mempertahankan kelestarian hutan ini mendapatkan tantangan seperti kebijakan pemerintah berupa izin pengelolaan tanah adat masyarakat Pandumaan dan desa sekitarnya kepada PT.TPL sehingga lebih dari 300 ha lahan hutan kemenyan telah habis ditebang oleh perusahaan tersebut. Penelitian yang digunakan merupakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan modal sosial komunitas petani kemenyan dalam pelestarian hutan kemenyan di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan melalui wawancara dan observasi yang diinterpretasikan dalam bentuk narasi. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petani kemenyan sebanyak 3 orang ( satu orang pengurus kelompok petani kemenyan) dan satu orang Raja Huta atau ketua patih, satu orang staf BAKUMSU. Penelitian ini menemukan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh petani kemenyan di desa ini penting dalam usaha pelestarian hutan kemenyan. Sejak tahun 2009 hingga 2013 ini masyarakat masih tetap berjuang mempertahankan kelestarian hutan kemenyan bersama dengan beberapa lembaga sebagai pendamping seperti KSPPM, BAKUMSU, AMAN, WALHI, dan organisasi sosial lainnya.

Kata kunci: modal sosial, petani kemenyan, pelestarian hutan.


(4)

   

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas berkat dan kasihNya pada Penulis sehingga Penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Modal Sosial Komunitas Petani

Kemenyan Dalam Pelestarian Hutan Kemenyan Di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikkan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. BApak Dekan Prof. DR. Badaruddin, M,si, selaku Dekan FISIP USU

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Departemen

Sosiologi FISIP USU

3. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si selaku Dosen Pembimbing saya. Saya

mengucapkan terima kasih kepada beliau atas kesediaannya dalam memberikan pengarahan – pengarahan ataupun masukkan bagi skripsi saya.

4. Bapak, Ibu Dosen FISIP USU khususnya Dosen Departemen Sosiologi

atas ilmu yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

5. Kedua orang tua saya yaitu Bapak saya M Ambarita dan Ibu saya D br

Purba atas dukungan doa dan dananya selama ini sehingga saya bisa menyelesaikan kuliah saya.semoga saya bisa menjadi anak yang dapat membanggakan kedua orang tua saya.

6. Kepada Namboru (bibi) dan Amang boru (paman) saya yaitu R br

Ambarita dan M Siahaan, trima kasih untuk kasih sayang yang diberikan


(5)

   

kepada penulis sejak kecil hingga saat ini layaknya orang tua kepada anaknya. Trimakasih untuk doa – doa dan dukungan semangat kepada saya, semoga saya dapat menjadi berkat ditengah – tengah keluarga ini.

7. Kepada Kepala Desa Pandumaan, bapak B Lumban Batu trima kasih

untuk izin dan informasi yang telah diberikan, Opung Bachtiar doli dan

opung Bachtiar boru, trima kasih karena mau menerima penulis untuk

tinggal bersama selama sebulan lebih, semoga opung sehat selalu. Trima

kasih untuk Amang Boru Kersi Sihite, Amang boru Pendeta Haposan

Sinambela, Tulang Juspen Lumban Batu, Opung Jusup Lumban Gaol

selaku raja huta sekaligus ketua patik , Kelompok Tani Kemenyan Desa

Pandumaan dan Sipitu Huta, serta masyarakat pandumaan yang ramah dan penuh kasih, terima kasih buat keterbukaannya dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan penulis. Semangat untuk perjuangannya dalam menjaga keberadaan Hutan Kemenyan sebagai warisan nenek moyang bangso batak.

8. Terima Kasih kepada lembaga pendamping Masyarakat Pandumaan yaitu

KSPPM (Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat), AMAN ( Aliansi Masyarakat Adat), BAKUMSU (Bantuan Hukum Dan Advokasi Rakyat Sumatera Utara), khusu untuk kak Aricha yang mau memberikan waktu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

9. Terima Kasih kepada PT. ANGKASA PURA II yang turut mendukung

dana dalam proses penyusunan skripsi ini melalui beasiswa PEDULI PENDIDIKAN.

10.Kepada saudara-saudaraku berserta keluarga yaitu, kak Atik, Kak Adek,

kak Enita, Kak Erma, Bang Enra, Bang Ewin. Trima kasih untuk doa dan dukungannya.

11.Untuk adikku, Abdi, Sastra, Uli, Buyut atau Monang, trimakasih sudah

memberi warna dalam hidup kakak.


(6)

   

12.Buat kakak rohani saya, kak Hana Natalia, S,sos trima kasih karena sudah

sabar membimbing saya. Teman Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) saya YIZREEL yaitu Willer, Rani, Siska, Lely, Serdita, trima kasih buat kebersamaannya dan pergesekan karakter yang membuat kita semakin dewasa.

13.Trima kasih untuk teman – teman SOSIOLOGI 2009 buat kebersamaan

kita salama 4 tahun, banyak kenangan indah yang kita ukir bersama, semoga walaupun kita semua beda latar belakang, suku, agama, tapi tetap kompak. Khusus untuk Noni, Elisabeth Sitohang, Bertha, Cory, Bernita, Nela, Wisnu, Lidya, Ledy, trima kasih karena sudah mau menjadi teman berbagi.

14.Terima kasih buat TIM PENGURUS PELAYANAN (TPP) UKM KMK

USU UP PEMA FISIP 2012 yaitu Kak Meri, Damai, Kak Eva, Rina, Tika, Cardinal, Franky, Sarah, Beka. Tetap semangat menunaikan Tugas Pelayanan kita.

15.Terima kasih kepada adik – adik kelompok kecil saya El-Shadai yaitu

Maiusna, Elisabeth, Erawati, Angela. Walaupun sedikit memusingkan tapi kakak sayang kalian. Trima Kasih sudah berdoa untuk kakak dan menjadi tempat berbagi. Semoga kalian semakin bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan ALLAH, Semangat juga untuk pelayanannya.

16.Terima Kasih kepada teman - teman Panitia Retreat KMK UP PEMA

FISIP USU, senang bekerja sama dengan kalian, terima kasih juga kepada kak Mutiara Ginting, Windo, Bang Doni untuk doa dan dukungannya.

Medan , november 2013

( penulis )


(7)

   

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Lembar Pengesahan Abstrak

Kata Pengantar ... i

Dafar Isi ... ii

Daftar Tabel ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 8

1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 8

1.4Defenisi Konsep ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Sosial ... 11

2.2Teori Etika Lingkungan Ekosentrisme ... 18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian ... 21

3.2 Lokasi Penelitian ... 21

3.3 Unit Analisis Dan Informan ... 21

3.4 Tehnik Pengumpulan Data ... 22


(8)

   

3.5 Interpretasi Data ... 24

3.6 Jadwal Kegiatan ... 25

3.7 Kesulitan Penelitian ... 26

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

4.1.1 Sejarah Terbentuknya Kecamatan Pollung ... 27

4.1.2 Gambaran Umum Dari Kecamatan Pollung ... 28

4.2 Sejarah Desa Pandumaan ... 30

4.2.1 Letak Dan Keadaan Wilayah ... 30

4.2.2 Kondisi Topografi Desa ... 31

4.2.3 Kondisi Demografi Desa ... 32

4.2.4 Kondisi Sosial Budaya Dan Ekonomi Penduduk ... 33

4.2.5 Kondisi Pemerintahan Desa ... 35

4.3 Profil Informan... 35

4.3.1 Petani Kemenyan (Sekretaris Kelompok Tani Desa Pandumaan), Kersi Sihite ... 35

4.3.2 Nama : Pdt Haposan Sinambela ... 38

4.3.3 Nama : Juspen Lumban Batu ... 39

4.3.4 Nama : Opung Bachtiar Doli ... 40

4.3.5 Profil Informan Staff Bakumsu ... 41

4.3.6 Profil Kelompok Studi Dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (Ksppm) ... 42

4.3.7 AMAN ………. ... 44

4.3.8 BAKUMSU. ... 60

4.4 Temuan Data Dan Interpretasi Data ... 4.4.1 Sejarah Asal Muasal Pohon Hamijon Di Tombak Hamijon ... 62

4.4.1.1 Bertani Kemenyan Sebagai Mata Pencaharian Masyarakat Adat Desa Pandumaan ... 62


(9)

   

4.4.1.2 Pentingnya Tanah Adat Bagi Masyarakat Adat

Desa Pandumaan ... 63

4.4.2 Nilai Dan Norma Sebagai Modal Sosial Dalam Pelestarian Hutan ... 66

4.4.2.1 Mitos ... 70

4.4.2.2 Upacara Adat ( Marottas) ... 74

4.4.2.3 Gotong Royong ( Marsirippa) ... 75

4.4.2.4 Hukum Adat ( Patik ) ... 78

4.4.2.5 Alih Kepemilikan Tombak Hamijon ... 79

4.4.3 Tantangan Dalam Melestarikan Hutan Kemenyan ... 81

4.4.3.1 Tantangan Yang Muncul Dari Luar ... 81

4.4.3.2 Jaringan Sosial Sebagai Sarana Pendukung Dalam Mempertahankan Kelestarian Hutan ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 100

5.2 Saran ... 101


(10)

   

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, sebab atas berkat dan kasihNya pada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “MODAL SOSIAL KOMUNITAS PETANI KEMENYAN DALAM PELESTARIAN HUTAN KEMENYAN DI DESA PANDUMAAN, KECAMATAN POLLUNG, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN”

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikkan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya.

Dengan selesainya penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu proses penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dekan Prof. DR. Badaruddin, M,si, selaku Dekan FISIP USU

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Departemen Sosiologi

FISIP USU

3. Bapak Drs. Henry Sitorus, M.Si selaku Dosen Pembimbing saya. Saya

mengucapkan terima kasih kepada beliau atas kesediaannya dalam memberikan pengarahan – pengarahan ataupun masukkan bagi skripsi saya.


(11)

   

4. Bapak, Ibu Dosen FISIP USU khususnya Dosen Departemen Sosiologi atas ilmu

yang selama ini telah diberikan kepada penulis.

5. Kedua orang tua saya yaitu Bapak saya M Ambarita dan Ibu saya D br Purba

atas dukungan doa dan dananya selama ini sehingga saya bisa menyelesaikan kuliah saya.semoga saya bisa menjadi anak yang dapat membanggakan kedua orang tua saya.

6. Kepada Namboru (bibi) dan Amang boru (paman) saya yaitu R br Ambarita dan

M Siahaan, trima kasih untuk kasih sayang yang diberikan kepada penulis sejak kecil hingga saat ini layaknya orang tua kepada anaknya. Trimakasih untuk doa – doa dan dukungan semangat kepada saya, semoga saya dapat menjadi berkat ditengah – tengah keluarga ini.

7. Kepada Kepala Desa Pandumaan, bapak B Lumban Batu trima kasih untuk izin

dan informasi yang telah diberikan, Opung Bachtiar doli dan opung Bachtiar

boru, trima kasih karena mau menerima penulis untuk tinggal bersama selama

sebulan lebih, semoga opung sehat selalu. Trima kasih untuk Amang Boru Kersi

Sihite, Amang boru Pendeta Haposan Sinambela, Tulang Juspen Lumban Batu,

Opung Jusup Lumban Gaol selaku raja huta sekaligus ketua patik , Kelompok Tani Kemenyan Desa Pandumaan dan Sipitu Huta, serta masyarakat pandumaan yang ramah dan penuh kasih, terima kasih buat keterbukaannya dalam menyampaikan informasi yang dibutuhkan penulis. Semangat untuk perjuangannya dalam menjaga keberadaan Hutan Kemenyan sebagai warisan

nenek moyang bangso batak.Terima Kasih kepada lembaga pendamping


(12)

   

Masyarakat Pandumaan yaitu KSPPM (Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat), AMAN ( Aliansi Masyarakat Adat), BAKUMSU (Bantuan Hukum Dan Advokasi Rakyat Sumatera Utara), khusus untuk kak Aricha yang mau memberikan waktu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.

8. Terima Kasih kepada PT. ANGKASA PURA II yang turut mendukung dana

dalam proses penyusunan skripsi ini melalui beasiswa PEDULI PENDIDIKAN.

9. Kepada saudara-saudaraku berserta keluarga yaitu, kak Atik, Kak Adek, kak

Enita, Kak Erma, Bang Enra, Bang Ewin. Trima kasih untuk doa dan dukungannya.

10.Untuk adikku, Abdi, Sastra, Uli, Buyut atau Monang, trimakasih sudah memberi

warna dalam hidup kakak.

11.Buat kakak rohani saya, kak Hana Natalia, S,sos trima kasih karena sudah sabar

membimbing saya. Teman Kelompok Tumbuh Bersama (KTB) saya YIZREEL yaitu Willer, Rani, Siska, Lely, Serdita, trima kasih buat kebersamaannya dan pergesekan karakter yang membuat kita semakin dewasa.

12.Trima kasih untuk teman – teman SOSIOLOGI 2009 buat kebersamaan kita

salama 4 tahun, banyak kenangan indah yang kita ukir bersama, semoga walaupun kita semua beda latar belakang, suku, agama, tapi tetap kompak. Khusus untuk Noni, Elisabeth Sitohang, Bertha, Cory, Bernita, Nela, Wisnu, Lidya, Ledy, trima kasih karena sudah mau menjadi teman berbagi.


(13)

   

13.Terima kasih buat TIM PENGURUS PELAYANAN (TPP) UKM KMK USU

UP PEMA FISIP 2012 yaitu Kak Meri, Damai, Kak Eva, Rina, Tika, Cardinal, Franky, Sarah, Beka. Tetap semangat menunaikan Tugas Pelayanan kita.

14.Terima kasih kepada adik – adik kelompok kecil saya El-Shadai yaitu Maiusna,

Elisabeth, Erawati, Angela. Walaupun sedikit memusingkan tapi kakak sayang kalian. Trima Kasih sudah berdoa untuk kakak dan menjadi tempat berbagi. Semoga kalian semakin bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan ALLAH, Semangat juga untuk pelayanannya.

15.Terima Kasih kepada teman - teman Panitia Retreat KMK UP PEMA FISIP

USU, senang bekerja sama dengan kalian, terima kasih juga kepada kak Mutiara Ginting, Windo, Felina, Devi, Liberty, Bang Doni untuk doa dan dukungannya.

Medan , november 2013

( penulis )

       


(14)

   

ABSTRAK

Kedekatan hubungan manusia dengan sumber daya alam atau lingkungan membuat mereka memiliki pemahaman yang khusus terhadap lingkungan tempat tinggal mereka. Seharusnya lingkungan juga tidak hanya dijadikan objek untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia, tetapi juga harus ditata dan dipelihara agar terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, adanya ikatan antara manusia dan lingkungannya dapat melahirkan pikiran bagaimana manusia mempertahankan kelestarian lingkungannya guna kelangsungan hidup manusia. Setiap daerah memiliki potensi alamnya masing – masing. Seperti wilayah Kecamatan Pollung khususnya desa Pandumaan yang terkenal dengan kemenyannya. Desa ini memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan hutan kemenyan secara tradisional sebagai warisan nenek moyang yang tlah diregenerasikan selama 13 keturunan. Dalam usaha mempertahankan kelestarian hutan ini mendapatkan tantangan seperti kebijakan pemerintah berupa izin pengelolaan tanah adat masyarakat Pandumaan dan desa sekitarnya kepada PT.TPL sehingga lebih dari 300 ha lahan hutan kemenyan telah habis ditebang oleh perusahaan tersebut. Penelitian yang digunakan merupakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan modal sosial komunitas petani kemenyan dalam pelestarian hutan kemenyan di Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan melalui wawancara dan observasi yang diinterpretasikan dalam bentuk narasi. Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah petani kemenyan sebanyak 3 orang ( satu orang pengurus kelompok petani kemenyan) dan satu orang Raja Huta atau ketua patih, satu orang staf BAKUMSU. Penelitian ini menemukan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh petani kemenyan di desa ini penting dalam usaha pelestarian hutan kemenyan. Sejak tahun 2009 hingga 2013 ini masyarakat masih tetap berjuang mempertahankan kelestarian hutan kemenyan bersama dengan beberapa lembaga sebagai pendamping seperti KSPPM, BAKUMSU, AMAN, WALHI, dan organisasi sosial lainnya.

Kata kunci: modal sosial, petani kemenyan, pelestarian hutan.


(15)

   

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini persoalan lingkungan menjadi isu global dan mendapat perhatian yang serius oleh dunia seperti kerusakan ekosistem dunia, degenerasi habitat hutan, kebakaran hutan dan kerusakan – kerusakan hutan lainnya. Salah satu faktor yang mendukung kerusakan lingkungan ialah aktivitas ekonomi manusia baik secara pribadi ataupun kolektif, contoh aktivitas penebangan hutan pohon secara illegal dan berlebihan yang dilakukan oleh perusahaan dan pribadi, alih fungsi hutan adat menjadi lahan perkebunan. Oleh karena itu aktivitas tersebut terus berlangsung maka berbagai masalah lingkungan pun muncul.

Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan (Menteri Kehutanan sebelumnya menyebutkan angka 135 juta hektar) sebanyak 21 persen atau setara dengan 26 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakan pohon lagi. Artinya, 26 juta hektar hutan di Indonesia telah musnah. Selain itu, 25 persen lainnya atau setara dengan 48 juta hektar juga mengalami deforestasi dan dalam kondisi rusak akibat bekas area HPH (hak penguasaan hutan). Dari total luas hutan di Indonesia hanya sekitar 23 persen atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deforestasi (kerusakan hutan) sehingga masih terjaga dan berupa hutan primer. (http://blh.grobogan.go.id/artikel/129-luas-hutan-indonesia-di-tiap-provinsi.html10 november 2012 pukul 20.22 WIB).


(16)

   

Kerusakan hutan (deforestasi) masih tetap menjadi ancaman di Indonesia. Menurut data laju deforestasi (kerusakan hutan) periode 2003-2006 yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, laju deforestasi di Indonesia mencapai 1,17 juta hektar

pertahun. Bahkan jika menilik data yang dikeluarkan oleh State of the World’s

Forests 2007 yang dikeluarkan The UN Food & Agriculture Organization (FAO), angka deforestasi Indonesia pada periode 2000-2005 1,8 juta hektar/tahun. Laju

deforestasi hutan di Indonesia ini membuat Guiness Book of The Record memberikan

‘gelar kehormatan’ bagi Indonesia sebagai negara dengan daya rusak hutan tercepat

di dunia. (

http://blh.grobogan.go.id/artikel/129-luas-hutan-indonesia-di-tiap-provinsi.html, diakses 10 november 2012 pukul 20.22 WIB ). 

Pemanfaatan alam terus – menerus yang tanpa memperhatikan dampak jangka panjang merupakan ancaman terbesar yang dihadapi oleh hutan yang ada diIndonesia. HPH (hak penguasaan tanah) yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan menyumbang kerusakan hutan karena setelah menghabiskan potensi lahan yang dimanfaatkan perusahaan akan meninggalkan lahan yang telah dipakainya.

Sumatera utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki kawasan hutan yang luas. Selain bermanfaat untuk menjaga kelestarian lingkungan dan keberlangsungan ekosistem didalamnya, hutan juga memiliki manfaat di sektor ekonomis. Ada hasil hutan dari beberapa Kabupaten Sumatera Utara yang diekspor dengan nilai ekonomis yang tinggi misalnya kemenyan. Dari beberapa kabupaten di Sumatera Utara ada tujuh kabupaten penghasil kemenyan seperti, Humbang


(17)

   

Hasundutan, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Pakpak Barat, Tapanuli Tengah, Dairi, Tapanuli Selatan. Dan yang menjadi penghasil kemenyan dengan kualitas terbaik ialah kawasan Humbang Hasundutan yang salah satu desa penghasilnya ialah Desa Pandumaan, Kecamatan Pollung.

Berdasarkan data KSPPM (Kelompok Studi Pengembangan Prakarsa Masyarakat) luas Kawasan Hutan Sumatera Utara pada 2005 mencapai 2.386.960 ha, Hasil Hutan Bukan Kayu seperti getah kemenyan yang disadap dari pohon kemenyan. Daerah yang memiliki potensi kemenyan di Sumatera Utara seperti Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan. Kabupaten ini kaya dengan kemenyan dengan luas lahan 5.235 Ha menghasilkan 1.278 ton per tahun. Luas lahan kemenyan mencapai 23,16% dari luas dataran. Kemenyan-kemenyan yang dihasilkan masyarakat di daerah ini kemudian dipasarkan di sentra perdagangan kemenyan. Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki hutan kemenyan kurang lebih seluas 5.593 ha. (http://www.ksppm.org/prakselamatkan diakses 25 maret 2012 10, pukul18:18 WIB).

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki keterikatan dengan manusia yang lain. Oleh sebab itu, hubungan yang dinamis dan berkelanjutan memunculkan kekuatan yang disebut dengan modal sosial. Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga merupakan makhluk yang hidupnya bergantung pada alam sebagai penyedia kebutuhan hidupnya. Manusia yang merupakan sosial memiliki peran yang besar untuk menjaga alam karena alam memiliki daya tahan yang disesuaikan dengan sikap manusia dalam memanfaatkan hasil alam itu sendiri.


(18)

   

Kedekatan hubungan manusia dengan sumber daya alam atau lingkungan membuat mereka memiliki pemahaman yang khusus terhadap lingkungan tempat tinggal mereka. Seharusnya lingkungan juga tidak hanya dijadikan objek untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia, tetapi juga harus ditata dan dipelihara agar terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, adanya ikatan antara manusia dan lingkungannya dapat melahirkan pikiran bagaimana manusia mempertahankan kelestarian lingkungannya guna kelangsungan hidup manusia.

Di daerah penghasil kemenyan di Tanah Batak, Humbang Hasundutan, ada cerita rakyat yang terus diwariskan secara turun temurun. Dipercayai bahwa kemenyan berasal dari seorang putri cantik dari keluarga miskin. Dia nekat lari ke hutan karena dipaksa harus dinikahkan sebab orang tuanya terjerat utang kepada raja. Selama di hutan dia terus menangis memikirkan nasibnya dan juga keluarganya. Hingga kemudian dari tubuh si gadis tersebut pun perlahan-lahan tumbuh daun dan tetap mengeluarkan cairan dan akhirnya menyerupai pohon. Oleh kepercayaan masyarakat di sana pun mengatakan bahwa dari cairan berupa getah yang keluar dari si gadis tersebutlah asal mula getah kemenyan. Dan kemudian orang tua si gadis tersebut pun dapat melunasi utangnya dari getah kemenyan. Bagi orang Batak getah kemenyan tersebut pun akhirnya mampu memberikan kesejahteraan. Karena banyak orang dapat merasakan manfaat dari kemenyan hingga akhirnya tergolong produk m

ahal karena digunakan oleh masyarakat di seluruh penjuru dunia. (http://www.ksppm.org/prakselamatkan diakses 25 maret 2012 10.18:18 WIB).


(19)

   

Pengetahuan akan sejarah ini dan sejarah pembukaan Desa Pandumaan dan tombak haminjon (hutan kemenyan), sudah ada yang hingga 13 generasi tinggal dan

mengelola Tombak Haminjon, merupakan bukti kepemilikan yang paling kuat.

Marga-marga yang sejak awal membuka perkampungan dan Tombak Haminjon di

Desa Pandumaan dan hingga sekarang masih tinggal di sana terdiri dari komunitas marga yakni: Turunan dari marga Marbun yakni Lumban Batu yang hingga sekarang

sudah 13 generasi; Lumban Gaol (13 generasi); Borubus atau sebagai marga boru

(anak perempuan) yakni Nainggolan dan Pandiangan (13 generasi); Turunan Siraja Oloan yakni marga Sinambela, Sihite, Simanullang (masing-masing 13 generasi); dan marga-marga yang datang kemudian yakni: Munthe dan Situmorang selama 3 generasi (www.ksppm.org/prakselamatkan diakses 25 maret 2013 pukul 18:30).

Cerita mengenai asal – muasal kemenyan ini menjadi salah satu kearifan lokal masyarakat petani kemenyan yang bermanfaat dalam menjaga kelestarian hutan. Selain bermanfaat ekonomi, hutan adat juga menjaga keseimbangan alam karena dikelola secara tradisional. dengan menggunakan peralatan sederhana dan nilai – nilai dan norma – norma yang berlaku di masyarakat Pandumaan.

Masyarakat yang hidup di wilayah sekitar kawasan tombak hamijon di

Humbang Hasundutan, Kecamatan Pollung, Desa Pandumaan memiliki mata pencaharian sebagai petani kemenyan, kopi, padi, jagung. Selain sebagai petani, beberapa dari mereka juga beternak lembu, babi, ayam, bebek, ikan.


(20)

   

Kepemilikan tanah adat di Desa Pandumaan sesungguhnya tidak memiliki bukti kepemilikan yang legal dari pemerintah seperti sertifikat. Namun kepemilikan hak atas tanah adat diatur oleh hukum adat yang berlangsung secara turun temurun. Hutan adat ini juga merupakan salah satu jenis hutan rakyat, yaitu hutan yang berada diatas tanah masyarakat adat atau komunal yang dikelola untuk tujuan – tujuan komunitas dan kepentingan bersama.

Kegiatan masyarakat adat yang ada di Desa Pandumaan dalam

mempertahankan Tombak Haminjon di samping sebagai sumber penghasilan utama,

juga dalam rangka mempertahankan identitas orang Batak sekaligus sebagai upaya pelestarian. Tanpa disadari Masyarakat Pandumaan juga mempertahankan kelestarian hutan kemenyan dengan menggunakan modal manusia dan modal alam yang dioptimalkan di dalam modal sosial.

Masyarakat Pandumaan memiliki jaringan marga sebagai kekuatan yang digunakan untuk mempertahankan kelestarian hutan, nilai dan norma yang diwariskan secara turun-temurun, kepercayaan antara satu sama lain didalam masyarakat petani kemenyan. Modal sosial yang dimiliki petani kemenyan ini dapat digunakan sebagai cara untuk melestarikan hutan kemenyan dari tantangan yang datang dari dalam masyarakat itu sendiri atau dari luar dari selama 13 generasi ini.

Bagi masyarakat batak, tanah asal-muasal merupakan harta yang berharga. Oleh karena itu, masyarakat yang bersuku batak selalu berjuang melindungi kampung halamannya walaupun mereka merantau tetapi tetap mengingat dan

melindungi tanah kelahirannya hal ini dikenal dengan istilah “arga do bona ni


(21)

   

pinasa”. Begitu juga bagi masyarakat Desa Pandumaan, tanah adat yang juga

merupakan kawasan tombak hamijon merupakan tanah warisan nenek moyang yang

harus dijaga kelestariannya.

Salah satu masalah atau tantangan yang dihadapi petani kemenyan dalam mengusahakan tanah adat sebagai lahan pertanian kemenyan ialah hadirnya pihak swasta ( PT. TPL) dalam pengelolaan hutan produksi di daerah Humbang Hasundutan. Hal ini telah menimbulkan keresahan bagi petani kemenyan khususnya pada petani yang lokasi kemenyannya masuk dan/atau berbatasan langsung dengan areal konsesi perusahaan. Dengan izin yang diberikan oleh pemerintah pusat (Kementerian Kehutanan), pihak perusahaan melakukan perluasan areal penanaman hutan tanaman insdustri. Demi kepentingan perusahaan, hutan kemenyan yang

masuk dalam areal konsesi perusahaan ditebangi dan diganti dengan eucalyptus

sebagai bahan baku industri pulp. Situasi seperti ini sudah terjadi dibeberapa lokasi

dan berpeluang terjadi di lokasi-lokasi lain di Humbang Hasundutan. Ancaman ini tentunya sangat merugikan petani selain karena akan hilangnya sumber mata pencaharian ditandai dengan menurunnya jumlah populasi kemenyan dan menurunnya kualitas kemenyan yang dihasilkan, mereka juga harus terpinggirkan dalam hal pengelolaan lahan.

Melihat ketersediaan sumber daya yang ada, hutan kemenyan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai sarana meningkatkan pendapatan petani kemenyan secara langsung dan meningkatkan perekonomian pedesaan secara tidak langsung. Selain sebagai sumber pendapatan, melalui


(22)

   

pengelolaan hutan kemenyan dapat dijadikan sebagai sarana dalam melestarikan hutan melalui pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan manfaat dari hutan kemenyan di Kabupaten Humbang Hasundutan ini perlu diadakan penelitian mengenai peran modal sosial dalam pelestarian hutan kemenyan.

1.2. Rumusan Masalah

Masyarakat petani kemenyan memiliki potensi yang baik dalam pemeliharaan kelestarian hutan kemenyan dan secara rinci yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagaiberikut : Bagaimana peran modal sosial komunitas petani kemenyan dalam pelestarian hutan kemenyan di Desa Pandumaan ?

1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan peneliti ialah untuk mendeskripsikan peran modal sosial

komunitas petani kemenyan dalam pelestarian hutan kemenyan di Desa Pandumaan.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Selanjutnya manfaat yang diharapkan dari kajian dan penelitian ini sebagai berikut :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu refrensi dan sumber

informasi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya sosiologi ekonomi dan sosiologi lingkungan.


(23)

   

2. Hasil penelitian ini dan kajian ini dapat menjadi sumber informasi dan

masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan baik perencanaan khususnya dalam menumbuhkan keberdayaan dan kesejahteraan petani kemenyan.

3. Hasil penelitian dan pengkajian ini diharapkan dapat menjadi salah satu karya

ilmiah yang memberikan manfaat kepada para pembaca dan menjadi salah satu refrensi untuk meneliti yang berkenaan dengan masalah modal sosial dan pelestarian hutan.

1.4. Defenisi Konsep

1.4.1. Komunitas petani kemenyan adalah sekumpulan petani kemenyan yang mengerjakan lahan kemenyannya dengan alat – alat tradisional dan pengetahuan yang didapat dari nenek moyang secara turun – temurun

1.4.2 Modal Sosial ( social capital )

Modal sosial merupakan modal yang dimiliki masyarakat .Modal sosial ini dicirikan dalam bentuk kesukarelaan untuk mengutamakan kepentingan komunitas, modal ini

dapat berwujud nilai dan norma, kepercayaan, jaringan. 1.4.3 Tanah adat

Hutan adat ini juga merupakan salah satu jenis hutan rakyat, yaitu hutan yang berada diatas tanah masyarakat adat atau komunal yang dikelola untuk tujuan – tujuan komunitas dan kepentingan bersama.


(24)

   

1.4.4 Hutan kemenyan ( tombak hamijon )

Kawasan hutan adat yang ditanami tumbuhan kemenyan ( hamijon ). Tombak

hamijon Ini dikerjakan dengan memanfaatkan peralatan tradisional dan teknik pengelolaan yang diwariskan secara turun – temurun selama 13 keturunan.

1.4.5 Jaringan Marga

Jaringan marga merupakan salah satu modal sosial yang digunakan untuk menjaga kelestarian hutan kemenyan. Suku batak sering menggunakan jaringan marga sebagai pengikat atau pemersatu dalam suatu komunitas. Jaringan marga juga bermanfaat untuk mempertahankan kepemilikan tanah adat.

1.4.6 Nilai dan Norma

Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma ini biasanya terinstusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dan kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota rnasyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial. Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun temurun dianggap benar dan penting oleh anggota kelompok masyarakat.


(25)

   

1.4.7 Kearifan Lokal

Perlindungan hutan yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan dimana mereka bertempat tinggal umumnya dilakukan melalui seperangkat nilai budaya, pengetahuan aturan, kepercayaan, tabu, sanksi, upacara dan sejumlah perilaku budaya yang arif dalam pengolahan hutan. Dengan kata lain, Bentuk kreatif hubungan antara manusia dengan alam yang melekat dalam prilaku sehari – hari karena adanya kebiasaan – kebiasaan yang bersifat lokal. (Rudito, 2008: 34).


(26)

   

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Modal Sosial

Kemampuan komunitas untuk mengatur individunya merupakan modal sosial (social capital) yang mampu membuat individu – individu yang ada didalam

komunitas tersebut berbagi (sharing) nilai dan norma. Kemudian menjadikannya

pedoman dalam berhubungan satu sama lainnya, sehingga masing – masing anggota yang terikat dalam komunitas bersangkutan merasa percaya dan membangun

kepercayaan (trust). Menurut Emile Durkheim, bentuk – bentuk modal sosial pada

dasarnya terbentuk dari dua jenis yakni, solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas mekanik dapat dipahami sebagai bentuk solidaritas yang mengikat individunya dalam sebuah kelompok sosial. Karena adanya rasa kebersamaan dan adanya aturan untuk berkelompok tanpa memperdulikan status sosial dari individu – individu yang ada dalam komunitas yang bersangkutan. Biasanya solidaritas mekanik berada di daerah pedesaan, Sedangkan solidaritas organik lebih mengacu pada perbedaan individu – individu dengan keahliannya yang terkait sebagai satu kelompok sosial. Karena masing – masing individu – individu memerlukan kemampuan individu lainnya, biasanya terdapat pembagian kerja dan umumnya sebagai ciri masyarakat perkotaan. (Rudito, 2008: 57)

Brehm dan Rahn (Bahtiar,1997) memberikan definisi atau pengertian modal sosial sebagai jaringan kerja sama diantara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian solusi dari permasalahan yang dihadapi (Damsar, 2009: 210).


(27)

   

Emile Durkheim membayangkan bahwa modal sosial akan muncul dalam

sebuah tatanan masyarakat yang harmonis, manakala antarwarga masyarakat itu saling berhubungan dengan baik melalui jaringan dan kesamaan nilai yang tumbuh di masyarakat itu dengan lebih mengedepankan persamaan daripada perbedaaan yang ada. Nilai-nilai itu terus dijaga sebagai kekuatan yang mengikat, sehingga menjadi kekuatan tersendiri yang bermanfaat tidak saja untuk mencapai tujuan bersama yang dicita-citakan, tetapi juga untuk menangkis berbagai upaya yang mengancam kohesivitas mereka (Rahardjo: 2010).

Unsur-unsur Modal Sosial :

1. Partisipasi Dalam Suatu Jaringan

Salah satu kunci keberhasilan membangun Modal Sosial terletak pula pada kemampuan sekelompok orang dalam suatu asosiasi atau perkumpulan dalam melibatkan diri dalam suatu jaringan hubungan sosial. Masyarakat selalu berhubungan sosial dengan masyarakat yang lain melalui berbagai variasi hubungan

yang saling berdampingan dan dilakukan atas prinsip kesukarelaan (voluntary),

kesamaan (equality), kebebasan (freedom) dan keadaban (civility). Kemampuan

anggota - anggota kelompok/masyarakat untuk selalu menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergetis akan sangat besar pengaruhnya dalam menentukan kuat tidaknya modal sosial suatu kelompok.

Jaringan yang dibangun didalam komunitas petani kemenyan adalah modal

yang penting dalam mempertahankan kelestarian hutan kemenyan (tombak hamijon),

dengan setiap tantangan yang muncul dari luar seperti, adanya izin yang diberikan


(28)

   

pemerintah kepada PT.TPL untuk mempergunakan tombak hamijon komunitas

petani kemenyan di desa Pandumaan. Secara umum, masyarakat memiliki keterbatasan di bidang pendidikan sehingga membuat komunitaas petani kemenyan ini lemah dalam strategi mempertahankan tanahnya. Namun hal – hal yang berlaku dalam masyarakat sejak lama dapat juga digunakan sebagai modal dalam memperjuangkan tanah adat selama 13 generasi. contoh,dalam hal alih kepemilikan tanah masyarakat petani kemenyan memiliki kebiasaan yang kuat yakni tidak mengenal istilah menjual dan membeli, lebih mengutamakan keluarga inti atau saudara dalam alih kepemilikan, tidak boleh mengalihkan kepemilikan secara tertutup dengan kata lain harus diadakan acara adat sebagai bentuk pentingnya nilai – nilai kekeluargaan. Dengan kata lain, jaringan marga ini sebagai modal untuk

mempertahankan kepemilikan tombak hamijon sebagai milik penduduk Desa

Pandumaan.

Jaringan lain dapat dilihat berupa hubungan antara komunitas petani kemenyan Pandumaan dengan lembaga lain diluar lembaga yang ada di Desa

Pandumaan yang turut membantu dalam memperjuangkan tombak hamijon.

Keberadaan lembaga tersebut memiliki peran yang sangat peting guna memberi pencerahan terhadap komunitas petani kemenyan yang cenderung kurang memniliki pemahaman yang baik mengenai kedudukan tanah adat dimata hukum serta strategi yang dapat digunakan untuk mengembalikan hak mereka terhadap tanah nenek moyang mereka.


(29)

   

2. Trust (Kepercayaan)

Dalam Suharto (2006) kepercayaan adalah harapan yang tumbuh dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya prilaku jujur, teratur, dan kerja – sama berdasarkan norma – norma yang dianut bersama. Kepercayaan sosial merupakan penerapan terhadap penerapan ini adanya modal sosial yang baik ditandai oleh adanya lembaga-lembaga sosial yang kokoh; modal sosial melahirkan kehidupan sosial yang harmonis.

Kepercayaan memiliki peran yang penting dalam membangun modal sosial sebuah masyarakat. Kehidupan mesyarakat yang harmonis dapat dilihat melalui adanya sikap sling percaya seperti adanya sikap mengutamakan kepentingan bersama. Hal ini dapat kita lihat ketika setiap individu memikirkan kepentingan pribadinya saja hal ini merupakan ancaman yang serius dalam masyarakat. Dengan mengatasnamakan kepentingan pribadi maka masyarakat tidak lagi memandang bahwa masalah yang terjadi disekitarnya merupakan beban bersama yang harus bersama – sama pula dicari solusinya. Dengan kata lain, hubungan dalam masyarakat yang dilandasi atas saling percaya dapat menimbulkan kewajiban sosial.

Kepercayaan sosial akan berkembang melaui hubungan yang timbal balik. Dengan adanya kepercayaan ini akan memudahkan jalinan kerja sama yang saling

menguntungkan (mutual benefit) sehingga mendorong timbulnya hubungan

reprosikal. Hubungan timbal balik menyebabkan modal sosial dapat melekat kuat dan tahan lama. Karena diantara orang – orang yang terlibat dalam hubungan timbal balik ini mendapatkan keuntunga dan tidak ada salah satu pihak yang dirugikan.


(30)

   

Disini hubunga telah memenuhi unsur keadilan (fairness) diantara pihak sesama

individu.

3. Nilai dan Norma Sosial.

Norma-norma sosial akan sangat berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk perilaku yang tumbuh dalam masyarakat. Pengertian norma itu sendiri adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu entitas sosial tertentu. Norma-norma ini biasanya terinstusionalisasi dan mengandung sangsi sosial yang dapat mencegah individu berbuat sesuatu yang menyimpang dan kebiasaan yang berlaku di masyarakatnya. Aturan-aturan kolektif tersebut biasanya tidak tertulis tapi dipahami oleh setiap anggota rnasyarakatnya dan menentukan pola tingkah laku yang diharapkan dalam konteks hubungan sosial. Nilai adalah sesuatu ide yang telah turun - temurun dianggap benar dan

penting oleh anggota kelompok masyarakat(Soeharto, 2006).

Berdasarkan pada parameter di atas, beberapa indikator kunci yang dapat dijadikan ukuran modal sosial antara lain (Soeharto, 2006)

1. Perasaan identitas

2. Perasaaan memiliki atau sebaliknya

3. Sistem kepercayaan dan ideologi

4. Nilai-nilai dan tujuan – tujuan

5. Ketakutan-ketakutan

6. Sikap-sikap terhadap anggota lain dalam masyarakat

7. Harapan – harapan yang ingin dicapai dimasa depan

8. Tingkat kepercayaan


(31)

   

Nilai dan norma dianggap penting dalam pelestarian hutan kerena nilai merupakan harapan bersama masyarakat Desa Pandumaan. Nilai akan menjadi patokan yang akan dicapai sehingga memunculkan beban yang sama dalam masyarakat tersebut. Norma merupakan seperangkat aturan yang berlaku dalam masyarakat tersebut yang berguna untuk mengatur tingkah laku masyarakat sehingga pencapaian tujuan bersama pun akan lebih efektif.

Nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat adat Desa Pandumaan ini juga mendukung dalam pelestarian hutan. Nilai dan norma yang mereka miliki merupakan warisan turun – temurun yang masih dijaga hingga saat ini. nilai dan norma ini

adalah modal yang kuat untuk menyamakan pemahaman akan pentinganya tombak

hamijon sebagai penunjuk identiatas mereka sebagai bangso batak yang memiliki

kampung halaman.

Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa modal sosial merupakan modal yang tumbuh karena adanya interaksi yang berkesinambungan atau dilahirkan dari

bawah (bottom-up), bukan hasil inisiatif atau kebijakan dari pemerintah.

Modal sosial digunakan untuk mengoptimalkan unsur - unsur modal yang ada di Desa Pandumaan. Pertama, jaringan digunakan untuk membantu masyarakat Desa Pandumaan menjalin kerjasama yang erat dan kokoh. Hubungan antar individu membentuk interaksi dan komunikasi, memungkinkan tumbuhnya kepercayaan antara satu sama lainnya. Kedua, norma dan nilai yang berlaku secara turun temurun berupa teknik penanaman atau pemanenan kemenyan merupakan warisan turun – temurun selama 13 keturunan ataupun nilai yang berlaku dalam masyarakat


(32)

   

membentuk batasan – batasan, peraturan – peraturan yang membatasi masyarakat dalam bertindak guna menjaga kelestarian hutan kemenyan. Ketiga, kepercayaan muncul sebagai bentuk dari prilaku jujur, teratur, dan kerja sama berdasarkan norma – norma yang dianut bersama – sama. Dalam Masyarakat Desa Pandumaan, tingkat kepercayaan tinggi, dapat dilihat melalui dibentuknya lembaga sosial yang kokoh seperti Kelompok Tani Kemenyan.

2.2.Teori Etika Lingkungan Ekosentrisme

Ekosentrisme merupakan paham lingkungan yang holistic. Makhluk hidup

dan benda – benda abiotik memiliki hubungan yang saling terikat. Tanggung jawab moral berlaku bagi semua realita ekologi. Ekosentrisme juga merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi keberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas keberlakuan etika untuk mencakup komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada

komunitas yang hidup (biosentrism), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada

ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk mencakup komunitas ekosistem seluruhnya atau ekosentrism (Susilo, 2009: 105).

Dalam Susilo (2008: 113) ekosentrisme memandang hubungan antara alam dan kehidupan sosial dengan pokok gagasan sebagai berikut :

1. Manusia dan kepentingannya bukan lagi ukuran bagi sesuatu yang lain. Ia

tidak hanya melihat spesies manusia saja, tetapi juga memandang spesies


(33)

   

lain. Pernyataan ini menunjukkan bahwa paham ekosentrisme ini merupakan kritik terhadap antroposentrisme.

2. Pandangan tentang lingkungan harus bersifat praktis. Artinya, etika ini

menuntut suatu pemahaman baru tentang relasi yang etis dalam alam semesta ( terutama antara manusia dengan makhluk lainnya).

Berbeda dengan pandangan antroposentrisme, dari sejarah dan kearifan lokal yang ada menunjukkan bahwa masyarakat Desa Pandumaan Pandumaan memiliki keterikatan terhadap lingkungan. Mereka menganggap bahwa alam dan manusia merupakan satu – kesatuan yang saling bergantungan. Alam bukanlah sesuatu yang keberadaannya memang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga alam memang seharusnya dieksploitasi tanpa memikirkan dampak lingkungan akibat pemanfaatan alam yang tidak seimbang dengan perawatannya. Adanya kesatuan tujuan bahkan nilai- nilai dan tujuan inilah yang membuat massyarakat Desa Pandumaan berusaha untuk menjaga kelestarian hutan kemenyan.


(34)

   

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti, maka diperlukan adanya suatu metode penelitian. Jenis penelitian ini adalah jenis pendekatan kualitatif yang hasilnya akan dihasilkan dalam bentuk deskriptif. Penelitian kualitatif yang akan menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku, sehingga dapat diamati dan dianalisis. Alasan penelitian dilakukan adalah karena; pertama menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda; metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan informan; ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan lebih banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola – pola nilai yang kita hadapi (Moleong: 2006). 3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Pollung, Desa Pandumaan. Adapun alasan peneliti untuk meneliti di tempat tersebut adalah karena desa Pandumaan merupakan desa yang mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani kmenyan yang mengusahakan lahan hutan adat selama 13 generasi. Di Desa Pandumaan ini pengelolahan hutan kemenyan masih dilakukan secara tradisional. Tanpa disadari pemanfaatan lahan yang bernilai ekonomis ini juga mendukung pelestarian hutan kemenyan tersebut, dengan menggunakan Modal sosial untuk menjawab tantangan yang berasal dari dalam maupun dari luar masyarakat itu sendiri. Alasan peneliti memilih Desa Pandumaan ialah, didesa ini terdapat tantangan


(35)

   

terhadap usaha pertanian kemenyan oleh pihak luar berupa alih fungsi hutan kemenyan menjadi perkebunan yang dilakukan oleh PT.TOBA PULP LESTARI dengan izin yang diberikan oleh pemerintah pusat (Kementerian Kehutanan), pihak perusahaan melakukan perluasan areal penanaman hutan tanaman insdustri. Demi kepentingan perusahaan, hutan kemenyan yang masuk dalam areal konsesi

perusahaan ditebangi dan diganti dengan eucalyptus sebagai bahan baku industri

pulp. Alih fungsi dipandang sebagai persoalan masyarakat petani kemenyan tidak hanya di desa pandumaan sipitu huta saja namun ke 13 desa di Kecamatan Pollung menganggap ini merupakan masalah bersama karena hal ini dianggap mengganggu gugat tanah leluhur (tanah adat) mereka. Hal ini menunjukkan bahwa jaringan marga dan suku menjadi modal sosial masyarakat pandumaan yang bermanfaat untuk pelestarian hutan kemenyan.

3.3. Unit Analisis Dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang di perhitungkan sebagai subjek

dari penelitian. Adapun yang menjadi unit analisis ataupun objek kajian dalam penelitian ini adalah komunitas petani kemenyan masyarakat Desa Pandumaan.

3.3.2. Informan

Informan penelitian adalah subyek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007: 76) Syarat untuk dijadikan informan kunci adalah mereka yang mempunyai pengetahuan luas tentang kondisi sosial budaya dan ekonomi di


(36)

   

lokasi. Dengan demikian yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Seorang Kepala Desa Pandumaan,Kecamatan Pollung.

2. Dua orang Tokoh Adat di Desa Pandumaan.

3. 1 orang pengurus kelompok tani

4. 2 orang petani kemenyan

5. 1 orang staff Lembaga yang Mendampingi

3.4. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan ataupun mengumpulkan data atau informasi yang dapat menjelaskan serta menjawab permasalahan penelitian yang bersangkutan secara obyektif. Data penelitian digolonglkan menjadi dua yaitu data primer dan data skunder.

3.4.1 Data Primer

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan

penelitian lapangan, yaitu: a. Observasi

Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap obyek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Dalam penelitian ini, tim peneliti langsung kelapangan dan mengamati kegiatan para petani kemenyan di hutan.


(37)

   

b. Wawancara Mendalam ( in-depth interview )

secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan yang diwawancarai , dengan atau tanpa menggunakan pedoman ( guide ) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relative lama. Dengan demikian kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Metode wawancara mendalam sama seperti metode wawancara lainnya , hanya peran pewawancara dan tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dilakukan berkali – kali dengan membutuhkan waktu yang lama bersama informan dilokasi penelitian (bungin,2007:108)

Wawancara mendalam yaitu mengadakan tanya jawab secara langsung pada informan secara mendalam atau mendetail mengenai dinamika modal sosial petani kemenyan desa pandumaan terhadap kelestarian lingkungan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi dari buku – buku referens, dokumen, majalah, jurnal, artikel dan internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti.


(38)

   

3.5. Interpretasi Data

Bogdan dan Biglen (moleong,2006:248) menjelaskan interpretasi data adalah upaya yang dilakukan dengan upaya bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah – milahnya menjadi kesatuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan memutuskan yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Pengumpulan data yang berasal dari buku – buku yang sesuai dengan objek kajian penelitian serta materi – materi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Data – data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan dan dikelompokkan kedalam katagori, pola atau uraian tertentu dan akhirnya data – data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan sebagainya akan dipelajari dan di telaah secara seksama agar diperoleh hasil atau kesimpulan yang baik.


(39)

   

3.6. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan Ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Pengajuan judul

proposal

2 ACC judul √

3 Penyusunan proposal √ √ √ √

4 ACC Seminar √

5 Persiapan seminar proposal

6 Seminar proposal √

7 Revisi Proposal

Penelitian

√ √

8 Penyusunan pedoman

wawancara

9 Izin ke lapangan √

10 Penelitian Lapangan Dan Interpretasi Data

√ √ √

11 Penulisan Laporan Akhir

12 Bimbingan √

13 Sidang Meja Hijau √


(40)

   

3.7. Kesulitan Penelitian

Adapun beberapa kesulitan yang dialami peneliti ketika berada di lapangan, diantaranya :

1. para petani kemeyan sulit ditemui karena mulai hari senin sampai hari kamis

petani kemenyan menginap di tombak sebab hari jumat mereka ke pekan menjual kemenyan yang baru dibawa dari tombak. Kalau berangkat hari selasa meraka pulang hari sabtu. Kalau tidak ketombak mereka pergi ke ladang untuk mengambil kopi, tomat, cabe dan lain –lain. Jika ingin ketemu sama petani kemenyan maka harus malam hari.

2. Karena bertemu dimalam hari maka hanya sedikit waktu untuk memberikan

informasi.

3. Keterbatasan peneliti juga derdapat pada biaya penelitian yang besar untuk

mencapai lokasi penelitian yang jauh.


(41)

   

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Pollung

Kecamatan Pollung adalah salah satu dari 10 kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Humbang Hasundutan, yang sebelumnya termasuk kecamatan Dolok Sanggul, terbentuknya Kecamatan pollung dibentuk menjadi kecamatan defenitif berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 1999, dan diresmikan oleh gubernur KDH Tk.I Sumatera Utara pada tanggal 30 september 1999 di Stabat kabupaten Langkat. Pada akhir tahun 2006 kecamatan terdiri dari 11 Desa, kemudian dengan berlakunya peraturan daerah kabupaten Humbang Hasundutan Nomor 2 Tahun 2007 tanggal 29 mei 2007, terbentuk dua desa baru sebagai pemekaran dari dua desa sehingga saat ini kecamatan Pollung terdiri dari 13 Desa.

Bupati Humabang Hasundutan menandatangani berita acara, dan prasasti peresmian dua desa baru di kecamatan Pollung yaitu desa Hutapaung utara dan desa Pardomuan yang disaksikan oleh wakil Bupati Humbang Hasundutan, Kapolres Humbang Hasundutan, anggota DPRD kabupaten Humbang Hasundutan, Sekretaris daerah kabupaten Humbang Hasundutan serta kabupaten pemerintahan desa, yang dilanjutak pelantikan dua orang pejabat kepala desa untuk kedua desa tersebut, yang dilaksanakan pada tanggal 30 juli 2007 bertempat dilapangan depan kantor camat Pollung.


(42)

   

4.1.2. Gambaran Umum dari Kecamatan Pollung

A. Letak Geografis Dan Luas Wilayah

Di daerah kecamatan Pollung di Desa Pandumaan memiliki luas 4.681.98 Ha.

B. Peta Kecamatan Pandumaan (Terlampir)

C. Iklim dan Curah Hujan

Iklim yang terdapat di kecamatan Pollung tergolong dalam daerah tropis yaitu tropis basah dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi bulan april sampai dengan bulan agustus dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan September sampai dengan bulan maret. Jumlah hari hujan rata-rata yang terjadi pada tahun 2005 selama 156 hari hujan sedangkan jumlah rata-rata curah hujan sebesar 2.309 mm. Kabupaten Humbang Hasundutan pada umumnya dan dikecamatan Pollung pada khususnya adalah iklim tipe B, dengan temperetur berkisar antara 17º C sampai 23º C dan rata-rata kelembapan udara (RH) sebesar 85.94.

D. Hidrologi

Sumber daya air yang dimiliki kecamatan Pollung berasal dari danau, sungai dan rawa-rawa. Kecamatan Pollung berada pada dataran tinngi yang memiliki beberapa hulu sungai (DAS) untuk beberapa kecamatan lain. Sungai yang mendominasi keadaan hidrologi daerah tersebut adalah daerah aliran sungai Sibundong, daerah aliran sungai Sirugi-rugi daerah aliran sungai silang.


(43)

   

E. Jenis hasil / Produk dari kecamatan Pollung

Hasil / produk utama yang ada dikecamatan pollung umumnya berasal dari sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Hasil dari sektor pertanian adalah :

a. Padi

b. Sayur mayor

c. Cabe

d. Tomat

e. Kentang

f. Ubi-ubian

Dari sektor perkebunan adalah :

a. Kopi

b. Kemenyan

c. Terong belanda (tiung)

Dari sektor peternakan adalah :

a. Babi

b. Ayam

c. Kerbau


(44)

   

4.2. Sejarah Desa Pandumaan

Desa pandumaan sudah terbentuk sejak zaman penjajahan Belanda, namun pada saat itu sebutan untuk Desa Pandumaan masih dalam istilah batak yaitu Happung ( kampong ) dan nagari.setelah zaman penjajahan dan beralih pada masa

kemerdekaan akhirnya beberapa Happung ( kampong ) digabung menjadi satu desa

yaitu Desa pandumaan.

Kata Pandumaan berasal dari bahasa batak yaitu maduma, artinya ialah

sejahtera, berbudi luhur dan baik hati. Sejak terbentuknya Kabupaten Humbang Hasundutan pada tahun 2003, kepala desa yang menjabat sudah tiga orang yaitu:

1. Rensus Nainggolan dari tahun 2000 s/d 2005

2. Suanto Nainggolan dari tahun 2005 s/d 2011

3. Budiman Lumban Batu dari tahun 2011 s/d 2016

4.2.1. Letak Dan Keadaan Wilayah

Desa Pandumaan terbentuk dari 3 dusun, memiliki luas wilayah 4.681,98 hektar, dengan Perincian sebagai berikut:

TABEL 1

No. NAMA DUSUN LUAS SATUAN

1. DUSUN I 1.506,90 HEKTAR

2. DUSUN II 1.678,01 HEKTAR

3. DUSUN III 1.497,07 HEKTAR

Desa Pandumaan 4.681,98 HEKTAR

Desa Pandumaan berada di sebelah barat daya kantor Camat Pollungdengan batas – batas sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatas dengan : Desa Pansur Batu


(45)

   

- Sebelah Selatan berbatas dengan : Desa Aek Nauli I

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa SipituHuta

- Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Simataniari Kecamatan Parlilitan

Desa Pandumaan berada pada ketinggian antara ±1.320 meter diatas permukaan laut, dengan iklim rata – rata tropis basah dan tropis kering dengan suhu dingin.

4.2.2. Kondisi Topografi Desa

Ketinggian atau topografi merupakan faktor yang penting dalam penyebaran

kegiatan pertanian (karena masyarakat Pandumaan mayoritas patani), sehingga ketinggian merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam pembangunan pertanian. Ketinggian tempat dari permukaan laut berpengaruh terhadap suhu udara, yaitu setiap naik 100 m suhu akan turun rata – rata 0.6º sehingga makin tinggi suatu tempat menyebabkan daerah tersebut memiliki suhu rendah.

Kondisi dan jenis tanah yang terdapat di Desa Pandumaan adalah jenis tanah

yang berasal dari tuf andesif yang menghasilkan tanah podsolik yang sifatnya sangat

erosif. Dilihat dari tingkat kesuburan di Desa Pandumaan adalah relatif subur dimana tanah yang terdapat di Desa Pandumaan adalah kebanyakan tanah yang banyak mengandung organik, akan tetapi perlu dioptimalkan khususnya tehnik pengelolaan tanah dan budi daya tanaman yang cocok di Desa Pandumaan.

Kemudian dari jenis kesesuaian lahan di Desa Pandumaan merupakan lahan yang cocok ditanami padi, tanaman pangan maupun tanaman tahunan ( seperti kopi ), akan tetapi terdapat kecenderungan masyarakat/penduduk Desa Pandumaan


(46)

   

mengelola dan membudidayakan tanaman sayur – sayuran seperti tomat dan cabe, yang sebagian besar tidak optimal hasilnya.

penanaman padi hanya ditanam di sawah yang sebagian besar sawah

mengharapkan air hujan, masyarakat belum beralih menanam padi gogo (di

perladangan) dalam bahasa daerah disebut eme darat, yang pada dasarnya mampu

menghasilkan padi/beras yang bermutu. Peluang yang dapat diraih Desa Pandumaan khususnya di bidang pertanian adalah pengembangan tanaman perkebunan seperti kopi dan buah – buahan (nenas, jeruk, semangka, tiung atau terong belanda, timun dsb, disamping penanaman sayur – sayuran yang pengelolaannya secara optimal dengan menyesuaikan kondisi tanah.

TABEL 2

PERUNTUKKAN LAHAN / TANAH No. Peruntukkan Lahan / Penggunaan

Tanah

Luas Satuan

1 Persawahan 187,00 Hektar

2 Tegalan / Perladangan 178,00 Hektar

3 Perkebunan 2.845,00 Hektar

4 Perumahan/ Pemukiman 45,10 Hektar

5 Kolam/ Perikanan 9,50 Hektar

6 Sarana Sosial (Rumah Ibadah) 5,00 Hektar

7 Sekolah 5,00 Hektar

8 Kantor Desa 0,01 Hektar

9 Jalan Umum 22,50 Hektar

10 Saluran Irigasi 5,60 Hektar

11 Hutan Rakyat 1.379,27 Hektar

Desa 4.681,98

4.2.3. Kondisi Demografi Desa

Data tahun 2010 -2011, tercatat jumlah penduduk Desa Pandumaan sebanyak 1.100 jiwa. Yang terdiri atas 500 jiwa laki – laki dan 600 jiwa perempuan. Dihitung berdasarkan jumlah kepala keluarga (KK), Desa Pandumaan dihuni oleh 294 KK.


(47)

   

TABEL 3

KOMPOSISI PENDUDUK DESA PANDUMAAN BERDASARKAN JENIS KELAMIN

Apabila di tinjau dari sudut pandang/ komposisi penduduk berdasarkan pekerjaan / profesi, penduduk Desa Pandumaan 90% adalah bertani demikian juga dari segi kepercayaan/ agama (99,99 persen) selainnya adalah agama lain.

Penduduk Desa Pandumaan 100% asli suku batak toba, dan tetap menjalankan kehidupan sehari – hari berdasarkan adat – istiadat dan kebiasaan penduduk.

4.2.4. Kondisi Sosial Budaya Dan Ekonomi Penduduk

Desa Pandumaan merupakan desa pertanian. Maka hasil ekonomi warga dan mata pencaharian warga sebagian besar adalah bertani, dari jumlah kepala keluarga (294 KK) yang ada ± 285 KK (98,00 %) adalah petani. Selebihnya PNS, TNI/ Polisi, pedagang, karyawan perkebunan dan lain – lain.

Masyarakat Desa Pandumaan sebagian besar dikategorikan miskin dan prasejahtera walaupun tersedia lahan perkebunan dan persawahan yang cukup luas. Jika dirata – ratakan, pengasilan perkapita penduduk per tahun ialah 1.200.000,00, hal ini tentunya tidak mencukupi lagi untuk memenuhi kebutuhsn sehari – hari. No NAMA

DUSUN

JUMLAH PENDUDUK

AGAMA

Lk Pr Total Isla

m

Protestan Katolik Hindu Budha

1 DUSUN I 203 300 503 - 503 - - -

2 DUSUN II 142 198 340 - 340 - - -

3 DUSUN III 155 102 257 - 257 - - -

Jumlah 500 600 1.100 - 1.100 - - -


(48)

   

Masyarakat Desa Pandumaan sebagian besar lebih mengandalkan hasil

perkebunan kemenyan (haminjon dalam bahasa batak), hasil persawahan trasisional

dan perkebunan tanaman kopi. Pengelolaan perkebunan kopi dan tanaman lainnya dapat diketegorikan kurang maksimal karena SDM, dan modal pertanian yangrelatif besar.

Kehidupan masyarakat Desa Pandumaan sangat kental dengan tradisi – tradisi peninggalan leluhur. Upacara – upacara adat yang berhubungan dengan siklus hidup manusia (lahir-dewasa / berumah tangga-mati), seperti upacara kelahiran, perkawinan dan upacara – upacara yang berhubungan dengan kematian, hampir

selalu dilakukan oleh warga masyarakat. Kegotongroyangan masyarakat masih

kuat kebiasaan membantu dan bergotong royong dalam perbaikan jalan, irigasi, pembangunan rumah ibadah, pembangunan rumah penduduk masih tetap dilakukan dan berjalan secara terus menerus.

Kondisi kesehatan masyarakat tergolong cukup baik, terutama setelah Pemerintah Humbang Hasundutan menyediakan sarana dan prasarana kesehehatan seperti POSKESDES dan peralatannya, penempatan petugas Kesehatan di desa dsb.

Sarana transportasi yang paling banyak dipergunakan warga masyarakat adalah sepeda motor, bahkan sepeda motor dopergunakan oleh masyarakat dalam pengangkutan hasil perkebunan/ pertanian, ataupun sebagai alat transportasi menuju perkebunan, sedangkan alat transportasi seperti bus sifatnya adalah musiman seperti hari jumat dan hari – hari tertentu.


(49)

   

4.2.5. Kondisi Pemerintahan Desa

Unsur penyelenggara Pemerintahan Desa Pandumaan terdiri dari Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. Pemerintah Desa terdiri dari Kepala Desa bersama perangkatnya (Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa, Pelaksana TeknisLapangan Urusan Pemerintahan, pelaksana Teknis Lapangan Urusan Pembangunan, Pelaksana Teknis Lapangan Urusan Kemasyarakatan, dan Kepala

Unsur Kewilayahan/ Kepala Dusun I, Dusun II, Dusun III. Sedangkan Badan

Permusyarawaratan Desa (BPD) terdiri dari Pimpinan BPD dan Anggota BPD. BPD Pandumaan ada sebanyak 7 orang, yang terdiri Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Wakil Ketua BPD merangkap anggota satu orang, Sekrataris BPD merangkap anggota satu orang dan anggota 4 orang.

Pada saat ini sarana dan prasarana Pemerintah Desa Pandumaan dapat dikategorikan sudah lengkap, prasarana tersebut meliputi Kantor Kepala Desa berikut sarana dan prasarana lainnya.

Lembaga kemasyarakatan desa sampai dengan saat ini yang sudah dibentuk didesa terdiri dari PKK ( Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), Karang Taruna, LPM Desa dan Organisasi kepemudaan lainnya

4.3. Profil informan

4.3.1. Petani Kemenyan (Sekretaris Kelompok Tani Desa Pandumaan)

Nama : kersi sihite

Umur : 54 tahun

Jenis kelamin : laki – laki

Agama : Kristen protestan

Alamat : Desa Pandumaan


(50)

   

Bapak Kersi sihite atau disebut juga ama Junjung sihite merupakan seorang petani kemenyan yang menggantungkan hidupnya pada tombak hamijon yang dikelolanya. Tombak hamijon yang ia usahakan ini merupakan warisan turun – temurun. Dalam pengerjaannya pun masih dilakukan secara tradisional sesuai dengan kebudayaan atau nilai – nilai yang diajarkan oleh orang tuanya. Meskipun terkesan kuno namun kebiasaan – kebiasaan ini masih dinilainya sebagai kekuatan yang menguntungkan demi kelangsungan keberadaan tombak haminjonnya.

Bapak Kersi Sihite merupakan salah seorang pejuang tanah adat yang sejak 2009 secara aktif mengikuti perkembangan persoalan perebutan tanah adat yang dilakukan perusahaan besar seperti TPL yang dihadapi masyarakat adat Pandumaan . Sebagai seorang sekretaris kelompok tani , beliau aktif mengikuti rapat yang didampingi oleh lembaga yang turut membantu masyarakat pandumaaa seperti KSPPM, BAKUMSU dan AMAN. selama 5 tahun beliau banyak telibat dalam berbagai aksi yang dilakukan bersama baik itu aksi demo dan sudah 7 kali beliau dipanggil ke Jakarta untuk berdialog bersama pemerintah Pusat mengenai persoalan yang masyarakat adat Pandumaan hadapi.

Untuk mempertahankan Hutan adat yang telah 13 generasi dikelola nenek moyang dan sekarang telah direbut oleh perusahaan besar seperti PT.TPL atas izin dari pemerintah, tentu banyak tantangan dan godaan yang harus belau alami. Dalam hal ini belaiu pernah ditawarkan uang hingga Rp 500.000.000,- dengan syarat , beliau tidak boleh vocal dalam menyuarakan penentangan terhadap perebutan tanah adat mereka, bukan berarti beliau tidak boleh ikut dalam setiap aksi namun hanya


(51)

   

sebatas simpatisan saja agar tidak mencurigakan masyarakat yang lain. Sesuai penuturan beliau, bukan hanya belau saja yang ditawarkan uang atau pun dalam bentuk mobil, ada sekitar 4 orang yang ditemui orang yang tidak dikenal tapi sudah dapai dipastikan bahwa orang tersebut merupakan pihak yang Pro terhadap TPL. Ke 4 orang tersebut menolak uang atau mobil yang ditawarkan tersebut karena menurut mereka tanah adat tidak dapat diperjual belikan, apalagi dijual pada pihak pengusahayang cenderung akan menhabiskan potensi alam yang dimiliki tanah adat, lalu sewaktu – waktu akan meninggalkannya.

Kalimat yang merupakan pegangan yang digunakan beliau dalam

memperjuangkan tanah adat, yakni “ saya tidak dapat dibeli dengan uang atau

apapun itu”. Ini merupakan janji yang menunjukkan bahwa meskipun ditawarkan harta kekayaan yang berlimpah, beliau tetap bertahan untuk tidak memberikan tanah adatnya kepada pihak perusahaan. Bukan hanya beliau yang memiliki kecintaan terhadap tanah adat sebagai warisan yang diterima dari nenek moyang, tetapi seluruh masyarakat pandumaan merasakan bahwa tanah adat harus dipertahankan. Oleh sebab itu mereka memiliki kesatuan visi untuk bersama – sama bersama berjuang, berkorban baik itu waktu, tenaga, materi. Apa yang dilakukan masyarakat pendumaan dan khususnya bapak kersi sihite merupakan modal yang dimiliki masyarakat untuk mempertahankan tanah adat milik desa Pandumaan.

4.3.2. Nama : Pdt Haposan Sinambela Umur :57 tahun


(52)

   

Jenis kelamin : laki – laki Agama : Kristen protestan Alamat : Desa Pandumaan

Suami dari ibu S. boru sihombing dan bapak dari 6 orang anak yakni 5 orang perempuan dan 1 orang laki – laki. Beliau adalah sosok yang ramah dan bersahaja. Sebagai seorang pendeta di gereja GPdi EBENEZER , beliau tidak hanya berbicara diatas mimbar gereja saja tetapi berani menjadi salah seorang yang aktif memperjuangkan tanah adat masyarakat adat Desa Pandumaan. Menurut beliau, tanah yang mereka terima dari Tuhan bukanlah sesuatu yang kebetulan. Tuhan memberikan tanah ini selama 13 generasi ini untuk dijaga dan dilestarikan. Tidak hanya sebagai sumber ekonomi masyarakat pandumaan tetapi juga sebagai identitas masyarakat adat, maka tanah ini harus dipertahankan.

Sebagai usaha beliau untuk mempertahankan tanah adai yang dikelola, beliau meregenerasikan kemampuannya dalam mengelola tombak hamijon dengan mengajarkan anaknya cara merawat pohon kemenyan tersebut. Hal ini dikerjakan sebagai bentuk penghargaan atas tanah leluhur, maka keberadaan tombak hamijon karus dilestarikan karena selain memiliki nilai ekonomis yang tinggi, pohon kemenyan ini juga merupakan identitas masyarakat adat desa pandumaan.

Selain berperan sebagai petani kemenyan dan pendeta, beliau juga memiliki peran yang penting bagi masyarakat desa Pandumaan. Seperti yang dituturkan beliau, Pada tanggal 27 maret 2013 beliau bersama 30 orang lainnya turut ditangkap oleh BRIMOB tanpa alasan yang jelas, namun hal itu tidak membuat beliau takut. Justru


(53)

   

hal itu menjadi suatu peristiwa yang disyukuri beliau karena ketikapun ia bersama 15 orang masyarakat pandumaan yang dibawa ke KAPOLDA hal itu tidak membawa aib seperti tindakan criminal yang dilakukan oleh tahanan pada umumnya. Konsekuensi yang harus dialami ini semakin meneguhkan beliau untuk tetap berjuang karena tidak hanya masyarakat pandumaan saja yang berjuang mempertahankan tanah adatnya tetapi juga ada banyak lembaga pendamping seperti KSPPM, BAKUMSU, AMAN TAno batak dan AMAN Pusat. Selain itu beliau juga menjabarkan, banyak simapatisan juga yang turun membantu seperti kelompok tani dari daerah lain, organisasi mahasiswa seperti GMNI, HMI, FMN, KDAS, BASDEM, GMKI dan partisipan yang bersifat individu yang mengetahui mengetahui informasi ini dari keluarga, media massa, media elektronik dan lainnya. Setiap dukungan yang didapat membuat beliau dam masyarakat adat pandumaan yakin bahwa masalah ini merupakan masalah bersama yang dalam perjuangannya pun harus dilakukan bersama – sama pula.

4.3.3 Nama : Juspen Lumban Batu

Umur : 48 tahun

Jenis kelamin : laki – laki Agama : Kristen protestan Alamat : Desa Pandumaan

Beliau adalah seorang bapak dari 4 orang anak,sejak usia 25 tahun sampai 46 tahun beliau tinggal di jambi bersama istri dan ke 3 anaknya,sebab anak yang pertama bersekolah di Sidikalang. Setelah lama merantau beliau pun kembali ke


(54)

   

kamoung halaman yakni Pandumaan dikarenakan alasan ekonomi. Sulitnya mendapatkan pekerjaan menjadi faktor pendorong kepulangan beliau. Di desa Pandumaan beliau tinggal di rumah dekat dengan rumah orang tuanya. Meski harus memulai kembali usaha yang sebelumnya dikerjakan orang tuanya, beliau pun

berusaha kembali mengerjakan tombak hamijon dengan menggunakan pengetahuan

yang telah lama ia dapat dari orang tuanya. Meskipun telah lebih dari 20 tahun tidak pernah lagi mengerjakan tombak hamijon tetapi beliau masih dapat mengelola tombak hamijon. Beliau adalah petani kemenyan yang baru merintis lagi usaha kemenyannnya tapi itu tidak menghalagi solidaritasnya terhadap petani – petani yang lainnya, dan beliau juga turut mendukung perjuangan meski terbatas pemahamannya.

Berhubung tidak setiap minggu mereka ke tombak, beliau mencari pekerjaan

tambahan seperti mengerjakan ladang kopi orang lain. Ketika ditanya mengenai

berapa penghasilan yang didapat, beliau menjawab “ hanya 40.000 rupiah sehari

bere setiap pendapatan dipake untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari – hari, itu cukup lah kalo dicukup – cukupkan”.

4.3.4 Nama : Opung Bachtiar Doli

Umur :75 Tahun

Jenis kelamin : laki – laki Agama : Kristen protestan Alamat : Desa Pandumaan

Beliau tinggal berdua dengan istrinya di sebuh rumah di pinggir jalan tempat mobil baik milik penduduk atau TPL melintas. Meskipun hanya berdua tinggal


(55)

   

dirunah namun beliau tidak merasa kesepian, hal ini dapat dirasa karena beliau

memiliki sebuah ladang kopi di kampung dekat dengan desa tetangga yakni aek

nauli. Kesibukkan ini banyak menyita waktu dan tenaga tetapi kedua opung ini mesih tetap bersemangat mengerjakannya. Ketika ditanya “ mengapa tidak lagi mengerjakan tombak hamijon?, beliau menjawab,: udah ga tolap lagi berjalan ke tombak, hampir sejam jalan mau masuk dari lapo ke tombak.

Meskipun diusia 75 tahun beliau masih tetap memantau perkembangan tombak hamijon. Beliau tetap meregenerasikan kemampuannya dalam mengelola tombak hamijon. Pada tahun 70an beliau mulai manombang mencari hamijon Jalangan, hamijon ini terdapat di tombak dan diduga bahwa hamijon jalangan ini

ada kaitannya dengan sejarah hamijon.

4.3.5. Profil informan Staff BAKUMSU Nama : Aricha Maria Tambunan Umur : 29 tahun

Pendidikan : D3 FIB USU Agama ; Kristen

Pekerjaan : Staff Study dan advokasi Rakyat Sumatera Utara (BAKUMSU) Sebelum bekerja di BAKUMSU, beliau pernah bekerja di sebuah NGO yang bergerak dibidang pengembangan masyarakat di Aceh sejak tahun 2007 sampai 2011. Anak dari bapak JH Tambunan ini dan Ibu S L boru Malau ini, sedang melanjutkan studynya di Fakultas Ilmu Budaya USU jurusan Bahasa ingris.


(56)

   

Beliau menuturkan bahwa Bakumsu baru bergabung bersama KSPPM pada tahun 2011. Dalam proses sosialisasi terhadap masyarakat adat pandumaan, pihak bakumsu tidak mengalami masalah yang sulit. Hal ini dikarenakan kondisi masyarakat Pandumaan setelah didampingi oleh KSPPM sudah lebih terorganisir dan terbuka terhadap organisasi yang secara garis besar memiliki visi yang sama dengan KSPPM terlebih lagi, kalau organisasi tersebut diperkenalkan oleh KSPPM.

Jaringan tentu sangat dibutuhkan guna membangun kekuatan dalam pencapaian visi. Oleh sebab itu bakumsu memiliki jaringan yang terdapat di berbagai kalangan seperti.

4.3.6. Profil Kelompok Studi Dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat (KSPPM). Terinspirasi dari kelompok diskusi atas persoalan-persoalan sosial dan perjuangan masyarakat di Sumatera Utara khususnya persoalan lingkungan dan kasus struktural lainnya pada awal 1980-an, oleh sekelompok warga gereja dari berbagai latar belakang pendidikan dan pekerjaan, mendirikan KSPH (Kelompok Studi Penyadaran Hukum) pada 4 Februari 1984, beralamat di Siborongborong, Tapanuli Utara.

Mempertajam visi dan melengkapi pendekatan dalam pelayanannya, sejak 23

Februari 1985, KSPH berganti nama menjadi KSPPM (Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat). Kemudian pada 9 September 2005, KSPPM merubah bentuk kelembagaannya dari “Yayasan” menjadi “Perhimpunan”. Keprihatinan KSPPM berangkat dari realitas kemiskinan, kondisi politik dan demokrasi, pelanggaran dan kekerasan terhadap hak asasi manusia, dan dampak


(57)

   

buruk yang ditimbulkan pembangunan terhadap lingkungan dan hak-hak rakyat atas SDA. Dalam kerangka itu, lembaga ini melakukan kerja-kerja studi dan riset, pengorganisasian, pendidikan populer, dan advokasi untuk mendampingi rakyat (petani) marginal di Tapanuli, Sumatera Utara. Keikutsertaan KSPPM bersama rakyat, khususnya di tengah-tengah petani miskin dan marginal di pedesaan, berlandaskan semangat Kristiani sebagaimana tertulis pada Injil Markus 1: 15 dan Lukas 4: 18-28 (S.R. DGI 1971, Pematang Siantar).

Sejak 1993 Sopo KSPPM pindah ke Parapat dekat Danau Toba. Sekarang

melayani di 3 wilayah: Humbang-Silindung, Toba, Samosir, sejak phasing out dari wilayah Dairi pada 2009.

Berdiri Sejak : 01 January 1970

Email : pksppm@yahoo.com; www.ksppm.or.id

Alamat : Girsang 1.Sipanganbolon, Kel. Girsang, Kec.

Girsang Sipanganbolon, Parapat 21174 Simalungun- Sumatera Utara.

Visi : Terwujdnya masyarakat sipil yang berdaulat, pemerintah yang bersih dan demokrasi serta terciptanya ekonomi dan politik yang adil dengan menghargai kemajemukan dan keuthan ciptaan.

Misi : 1. Memberdayakan rakyat dengan upaya penumbuhan dan

pengembangan prakarsa masyarakat

2. Memampukan rakyat merubah sistem yang menindas dengan

upaya pencerdasan kritis


(58)

   

3. Membangun organisasi rakyat yang kuat dan memiliki akses pada bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik.

Wilayah Pelayanan : Sumatera Bagian Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Tobasa dan Samosir

Filsafat Pelayanan :Mendahulukan yang terbelakang dan termiskin Bidang Pelayanan

1. Divisi Pengorganisasian

2. Divisi Studi dan Advokasi

3. Divisi Management

4. Kelompok Dampingan

5. Kelompok Tani

6. Serikat Tani

7. Kelompok Kasus Struktural

http://www.ksppm.org/profilksppm, diakses 18 september 2013, pukul 12 14) 4.3.7 Profil Organisasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)

Alamat : Jln. Tebet Timur Dalam Raya Nomor 11 A , Kel. Tebet Timur, Kec Tebet, Jakarta Selatan, Indonesia. Kode Pos 12820.

Email : rumahaman@cbn.net.id

Website : www.aman.or.id 

Sejarah Organisasi

Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) adalah organisasi kemasyarakatan (ORMAS) independen yang anggotanya terdiri dari komunitas-komunitas Masyarakat Adat dari berbagai pelosok Nusantara.


(59)

   

AMAN terdaftar secara resmi di Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia sebagai Organisasi Persekutuan melalui Akta Notaris No. 26, H. Abu Yusuf, SH dan Akta Pendirian tanggal 24 April 2001.

AMAN dibentuk berdasarkan Keputusan Kongres Masyarakat Adat Nusantara (KMAN) I, di Hotel Indonesia, Jakarta, 17 Maret 1999. Dalam Kongres

ini berbagai permasalahan yang mengancam eksistensi Masyarakat Adat dari

berbagai aspek seperti pelanggaran Hak Azasi Manusia, perampasan tanah adat, pelecehan budaya, berbagai kebijakan yang dengan sengaja meminggirkan

Masyarakat Adat didiskusikan dan dicarikan jalan keluarnya selama kongres

berlangsung. Salah satu dari jalan keluar tersebut adalah dengan membentuk Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) sebagai organisasi yang akan memperjuangkan keputusan-keputusan Kongres.

Kongres Masyarakat Adat Nusantara Pertama (KMAN I) yang berlangsung di Hotel Indonesia-Jakarta dari tanggal 17 sampai 22 Maret 1999, telah menjadi momentum konsolidasi bagi gerakan masyarakat adat di Indonesia, salah satunya dengan terbentuknya AMAN sebagai wadah organisasi bagi masyarakat adat untuk menegakkan hak-hak adatnya dan memposisikan dirinya sebagai komponen utama di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Lebih dari 400 pemimpin masyarakat adat dari seluruh nusantara berkumpul bersama dan menyepakati visi, misi, azas, garis-garis besar perjuangan dan program kerja masyarakat adat.

Pandangan Dasar Kongres Masyarakat Adat Nusantara 1999 tentang Posisi Masyarakat Adat terhadap Negara telah menegaskan bahwa masyarakat adat yang


(60)

   

menjadi anggota AMAN adalah komunitas - komunitas yang hidup berdasarkan asal-usul leluhur secara turun-temurun di atas suatu wilayah adat, yang memiliki kedaulatan atas tanah dan kekayaan alam, kehidupan sosial budaya yang diatur oleh hukum adat, dan lembaga adat yang mengelola keberlangsungan kehidupan masyarakatnya.

Keanggotaan dan struktur pengorganisasian AMAN yang secara geografis mencakup keseluruhan wilayah Indonesia telah juga memberikan posisi yang baik bagi AMAN sebagai salah satu organisasi masyarakat adat terbesar di dunia. Dengan posisi ini, AMAN juga secara proaktif melakukan intervensi terhadap berbagai kebijakan di tingkat internasional, baik melalui jalur Perserikatan Bangsa-Bangsa

hingga diadopsinya Deklarasi PBB tentang Hak-Hak Masyarakat Adat oleh

Pemerintah Indonesia, maupun secara langsung dengan lembaga-lembaga keuangan internasional. AMAN juga secara aktif membangun solidaritas global di antara sesama masyarakat adat dari berbagai negara.

Selama ini AMAN terlibat intensif dalam proses-proses perundingan internasional menyangkut keanekaragaman hayati, pembangunan berkelanjutan, perubahan iklim dan pengembangan standar HAM masyarakat adat. Bahkan untuk issu-issu pembangunan berkelanjutan dan perubahan iklim, AMAN mendapatkan kepercayaan untuk mengambil peran kepemimpinan, baik sebagai juru bicara maupun sebagai juru runding internasional mewakili masyarakat adat. Secara nasional maupun lokal, masyarakat adat melakukan berbagai langkah pembelaan, perlindungan dan pelayanan melalui aksi-aksi kolektif, program-program


(61)

   

Pendukung dan kegiatan-kegiatan untuk memperjuangkan hak-haknya. Masyarakat Adat lebih percaya diri dalam menghadapi berbagai konflik terkait sumberdaya alam, sosial maupun politik, melakukan lobby-lobby kebijakan kepada pemerintah, maupun melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap wilayah-wilayah adatnya.

Visi : Terwujudnya kehidupan masyarakat adat yang adil dan sejahtera.

Misi : Berdaulat secara Politik, Mandiri secara Ekonomi, Bermartabat Secara Budaya.

Tujuan : Sebagaimana digariskan dalam Anggaran Dasar organisasi maka Tujuan AMAN antara lain ,

1. Mengembalikan kepercayaan diri, harkat dan martabat Masyarakat Adat Nusantara, baik laki-laki maupun perempuan, sehingga mampu menikmati hak- haknya.

2. Mengembalikan kedaulatan Masyarakat Adat Nusantara untuk mempertahankan hak-hak ekonomi, sosial, budaya dan politik.

3. Mencerdaskan dan meningkatkan kemampuan Masyarakat Adat

mempertahankan dan mengembangkan kearifan adat untuk melindungi bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.

4. Mengembangkan proses pengambilan keputusan yang demokratis.

5. Membela dan memperjuangkan pengakuan, penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak Masyarakat Adat.

FOKUS ISU


(62)

   

Kongres menetapkan garis-garis perjuangan sebagai landasan organisasi untuk bertindak adalah:

1. Masyarakat Adat yang mendiami wilayah-wilayah pegunungan, dataran dan hutan, pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia, mewarisi hak untuk mengatur dan mengurus diri sendiri termasukhak untuk meneruskan agama dan kepercayaan

peninggalan para leluhur serta menyelenggarakan upacara-upacara adat sesuai

dengan identitas budaya, nilai-nilai luhur dan pengetahuan asli yang terkandung di dalam sistem adat kami masing-masing.

2. Masyarakat Adat mewarisi hak untuk menjaga keamanan, ketertiban dan keseimbangan hidup bersama, termasuk hak untuk bebas dari segala macam bentuk kekerasan dan penindasan, baik di antara sesama masyarakat adat dan antara masyarakat adat dengan alam sekitarnya maupun antara masyarakat adat dengan masyarakat lainnya, sesuai dengan sistem hukum dan dan kelembagaan adat kami masing-masing.

3. Masyarakat Adat mewarisi hak untuk mengendalikan, mengelola dan memanfaatkan tanah dan segala kekayaan alam lainnya di dalam wilayah adat sesuai dengan kearifan tradisional kami masing-masing. Wilayah adat, yang di dalam dan di atasnya mengandung sumber-sumber agraria berupa tanah dan beragam sumber daya alam, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Masyarakat Adat. Wilayah adat tidak hanya dipandang sebagai sumber ekonomi dan kelangsungan hidup komunitas, tetapi juga merupakan identitas; identitas suatu eksistensi yang terkandung dalam sistem nilai, baik sosial, budaya maupun spiritual, yang


(1)

   

- Apakah kemenyan dapat diambil sebanyak – banyaknya?

- Bagaimana usaha masyarakat dalam melestarikan hutan kemenyan? - Apa saja yang menjadi tantangan anda dalam penggunaan tanah adat?

- Apakah ada tantangan komunitas petani kemenyan dalam mempertahankan hutan kemenyan didesa ini? jika ya, jelaskan bentuk usaha yang dilakukan?

- Apakah harapan – harapan yang dimiliki petani kemenyan di desa ini, sehingga membuat komunitas ini berjuang untuk mempertahankan hutan adat?

- Apakah anda anggota kelompok tani desa Pandumaan? jika ya, apa yang melandasi keputusan saudara untuk bergabung dengan organisasi kelompok tani didesa Pandumaan?

- Apa keuntungan yang saudara dapatkan, jika setiap petani kemenyan memiliki komunitas yang disatukan dalam kelompok tani kemenyan? - Adakah peran dari jaringan marga dalam usaha pelestarian hutan ini? jika

ya, marga apa saja dan ceritakan!

- Bagaimana pendapat saudara mengenai tindakan pemerintah memberikan izin konsesi hutan kemenyan menjadi perkebunan eucalyptus kepada PT.TPL?

- Apa saja usaha yang dikerjaan dalam memperjuangkan keberadaan tombak hamijon sebagai milik komunitas petani kemenyan di Desa Pandumaan?

3. Tokoh adat

- Sejarah asal mulanya kemenyan di desa pandumaan? - Upacara khusus berkaitan kemenyan?

- Bagaimana pembagian tanah adat dalam pengelolaan kemenyan?

- Bagaimana penyelesaian sengketa dalam pengelolaan hutan kemenyan ? - Deskripsi mengenai adat budaya batak di humbahas?


(2)

   

- Bagaimana peran tokoh adat dalam menghadapi tantangan yang datang dari dalam dan dari luar ?

- Adakah peran komunitas marga dalam memperjuangkan tanah adat ini? - Bagaimana tokoh adat peran tokoh adat padam pelestariah hutan dan

bagaimana komunikasi tokoh adat tiap desa di pollung?

- Adakah nilai – nilai yang berubah dari dulu hingga sekarang , baik mengenai ritual yang jarang dikerjakan, teknologi pertanian yang semakin canggih, atau pola piker kaum muda sebagai penerus yang mulai berubah?

- Hal apa saja yang saudara khawatirkan sebagai tantangan yang akan muncul di masa depan, sehingga dibutuhkan kesatuan hati dari petani kemenyan ? jelaskan?

4. Perwakilan lembaga yang mendampingi

- Sudah berapa lama lembaga ini mendampingi masyarakat di desa Pandumaan ?

- Pendampingan yang seperti apa yang dikerjakan lembaga ini ?

- Adakah tokoh yang dipandang sebagai kpenggerak didesa ini?, jika ada jelaskan?

- Bagaimana peran marga dalam perdagangan kemenyan?


(3)

  Sosiali petani isasi pen kemeny ntingnya yan mani a PERDA Ga ige deng Ga A Perlind AMAN   ambar. 1 gan meng ambar. 2 dungan H , BAKU 1 ggunaka 2 Hak Ma UMSU

an tali po

asyarakat

ollang ga

t Adat ol assip

leh KSPPPM,


(4)

 

Petanni Kemen

Kem

nyan Ber

menyan Y

rkumpul

Ga Yang Di

Ga l Di Sim

M

  ambar.3 isimpan

ambar. 4 mpang Se Masing

Sebagai

4

ebelum M i Investa

Masuk K asi

Ke Tombbak Masiing-


(5)

 

Penddanping

Ga an KSPP

  ambar.5

PM, AMMAN, BAAKUMSSU


(6)