Laporan Praktikum Tataniaga Pertanian SISTEM TATANIAGA KOMODITI SAWI

LAPORAN PRAKTIKUM
TATANIAGA PERTANIAN
SISTEM TATANIAGA KOMODITI SAWI
DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU

Oleh :
Sandos Raimon

: E1D013003

Fandi Ahmad

: E1D013070

Graceby Limbong

: E1D013077

Juan Marthin Girsang

: E1D013095


Septika Dewi Debora S

: E1D013099

Dosen Pembimbing :
Ir. Bambang Sumantri, M.S

JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEM TATANIAGA KOMODITI SAWI
DI KELURAHAN TANAH PATAH KOTA BENGKULU

Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh

Dosen Pembimbing Praktikum
Pada tanggal

Juni 2015

Mengetahui ,
Dosen Pembimbing

Ir. Bambang Sumantri M.S
NIP.

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 2

1.3 Tujuan Praktikum .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat Praktikum ................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sawi Hijau ............................................................................................................. 3
2.2 Lembaga Pemasaran .............................................................................................. 3
2.3 Saluran Pemasaran ................................................................................................. 3
2.4 Margin Pemasaran ................................................................................................. 4
2.5 Efisiensi Tataniaga ................................................................................................. 5
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Lokasi Dan Waktu ................................................................................................. 6
3.2 Metode Pengambilan Sampel ................................................................................ 6
3.3 Metode Pengambilan Data ..................................................................................... 6
3.4 Analisis Data .......................................................................................................... 6
VI. GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIKUM
4.1 Letak dan Keadaan Wilayah .................................................................................. 9
4.2 Tataguna Lahan ...................................................................................................... 9
4.3 Gambaran Umum Kependudukan ......................................................................... 10
4.3.1 Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Umur .................... 10
4.3.2 Keadaan Penduduk Penduduk Berdasarkan Pendidikan .................................... 11
4.3.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .......................................... 11

4.4 Keadaan Sarana dan Prasaran ................................................................................ 12
4.5 Keadaan Umum Usahatani Sawi ........................................................................... 12
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Petani Sawi ...................................................................................... 13
5.2 Karakteristik Lembaga Pemasaran ........................................................................ 13
5.3 Saluran Pemasaran di Kelurahan Tanah Patah ...................................................... 14
5.4 Pola Distribusi Komoditi Sawi .............................................................................. 16
5.5 Biaya Pemasaran Komoditi Sawi di Kelurahan Tanah Patah ................................ 16
5.6 Margin Pemasaran Komoditi Sawi di Kelurahan Tanah Patah .............................. 17
5.7 Analisis Farmer Share, Cost Share, Provit Share dan Efisiensi Pemasaran .......... 19
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 20
6.2 Saran ...................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Sayuran merupakan komoditas penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Komoditas ini memiliki keragaman yang luas dan berperan sebagai sumber karbohidrat,
protein nabati, vitamin, dan mineral yang bernilai ekonomi tinggi.

Produksi sayuran

Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun. Laju
pertumbuhan produksi sayuran di Indonesia berkisar antara 7,7-24,2%/tahun. Beberapa jenis
sayuran, seperti sawi, kangkung, bayam, kubis, dan mentimun peningkatan produksinya
merupakan dampak dari penerapan teknologi budidaya.
Sawi merupakan jenis sayur yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Konsumennya
mulai dari golongan masyarakat kelas bawah hingga golongan masyarakat kelas atas.
Kelebihan lainnya sawi mampu tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Sawi
mempunyai nilai ekonomi tinggi setelah kubis krop, kubis bunga, dan brokoli.
Tanaman sawi bila ditinjau dari aspek ekonomis dan bisnisnya layak untuk
dikembangkan atau diusahakan untuk memenuhi permintaan konsumen serta adanya peluang
pasar. Kelayakan pengembangan budidaya sawi antara lain ditunjukkan oleh adanya
keunggulan komparatif kondisi wilayah tropis Indonesia yang sangat cocok untuk komoditas
tersebut, disamping itu, umur panen sawi relatif pendek yakni 40-50 hari setelah tanam dan
hasilnya memberikan keuntungan yang memadai.

Salah satu budidaya sawi juga telah berkembang di Kota Bengkulu daerah Tanah
Patah dimana, petani pada daerah tersebut juga sangat berkembang pesat untuk budidaya sawi
hijau dengan alasan bahwa sangat efisien dan efektif untuk menjadi salah satu mata
pencaharian petani yang ada disana. Selain umur tanam sawi hijau yang relatif pendek, juga
permintaan terhadap komoditi sawi di Kota Bengkulu relatif stabil serta pemasaran sawi yang
mudah untuk dijalankan karena daerah budidaya sawi tersebut dekat dengan berbagai pasar di
Kota Bengkulu.
Maka pada praktikum tataniaga ini, melihat lebih detail lagi bagaimana sistem
pemasaran komoditi sawi hijau yang ada di daerah Tanah Patah Kota bengkulu, serta melihat
apa saja lembaga terlibat, sehingga di akhir laporan ini dapat disimpulkan sistem tataniaga
sawi.

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana saluran pemasaran komoditi sawi di kelurahan Tanah Patah kota Bengkulu
2) Berapa biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran yang ikut
berperan dalam menyalurka komoditi sawi dari produsen sampai konsumen akhir di
kelurahan Tanah Patah kota Bengkulu
3) Berapa besar jumlah komoditi yang di distribusikan pada setiap lembaga yang ikut

berperan dalam menyalurkan komoditi sawi mulai dari produsen ke konsumen
4) Berapa margin pemasaran pada tataniaga komoditi sawi dari kelurahan Tanah Patah
kota Bengkulu
1.3 Tujuan Praktikum
1) Mengetahui saluran pemasaran komoditi sawi di kelurahan Tanah Patah kota
Bengkulu
2) Mengetahui biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh setiap lembaga pemasaran yang
ikut berperan dalam menyalurka komoditi sawi dari produsen sampai konsumen akhir
di kelurahan Tanah Patah kota Bengkulu
3) Menghitung jumlah komoditi yang di distribusikan pada setiap lembaga yang ikut
berperan dalam menyalurkan komoditi sawi mulai dari produsen ke konsumen
4) Menghitung margin pemasaran pada tataniaga komoditi sawi dari kelurahan Tanah
Patah kota Bengkulu

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sawi Hijau
Tanaman sawi (Brassica juncea L.) masih satu famili dengan kubis-krop, kubis
bunga, brokoli dan lobak atau rades, yakni famili cruciferae (brassicaceae) olek karena itu
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015


sifat morfologis tanamannya hampir sama, terutama pada sistem perakaran, struktur batang,
bunga, buah (polong) maupun bijinya.
Sawi termasuk ke dalam kelompok tanaman sayuran daun yang mengandung zat-zat
gizi lengkap yang memenuhi syarat untuk kebutuhan gizi masyarakat. Sawi hijau bisa
dikonsumsi dalam bentuk mentah sebagai lalapan maupun dalam bentuk olahan di berbagai
macam masakan. Selain itu berguna untuk pengobatan (terapi) berbagai macam penyakit
(Cahyono, 2003).
2.2 Lembaga Pemasaran
Hanafiah dan Saefudin (1983), menjelaskan bahwa lembaga tataniaga adalah badanbadan yang menyelenggarakan kegiatan atau fungsi tataniaga dimana barang bergerak dari
produsen sampai konsumen. Lembaga tataniaga ini bisa termasuk golongan produsen,
pedagang perantara dan lembaga pemberi jasa.
Limbong dan Sitorus (1987), menjelaskan lembaga pemasaran yang merupakan suatu
badan-badan yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan tataniaga atau pemasaran menurut
fungsinya dapat dibedakan atas :
a) Lembaga fisik tataniaga yaitu lembaga-lembaga yang menjalankan fungsi fisik . misalnya
badan pengangkut / transportasi.
b)

Lembaga perantara tataniaga ialah suatu lembaga yang khusus mengadakan fungsi

pertukaran.

c)

Lembaga fasilitas tataniaga ialah lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi-fungsi
fasilitas seperti bank desa, kredit, desa, KUD.

2.3 Saluran Pemasaran
Saluran tataniaga adalah usaha yang dilakukan untuk menyampaikan barang dan jasa
dari produsen ke tangan konsumen yang didalamnya terlibat beberapa lembaga tataniaga yang
menjalankan fungsi-fungsi tataniaga ( Limbong dan Sitorus, 1987).
Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih saluran tataniaga
(Limbong dan Sitorus, 1987) yaitu :
a) Pertimbangan pasar yang meliputi konsumen sasaran akhir mencakup pembeli
potensial,kosentrasi pasar secara geografis, volume pesanan dan kebiasaan pembeli.

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

b) Pertimbangan barang yang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat barang,
tingkat kerusakan, sifat teknis barang, dan apakah barang tersebut untuk memenuhi

pesanan atau pasar.
c) Pertimbangan internal perusahaan yang meliputi sumber permodalan, kemampuan
dan pengalaman penjualan.
d) Pertimbangan terhadap lembaga perantara, yang meliputi pelayanan lembaga
perantara, kesesuaian lembaga perantara dengan kebijaksanaan produsen dan
pertimbangan biaya.
Menurut Hanafiah dan Saefudin (1983) menjelaskan panjang pendeknya saluran
pemasaran tergantung pada :
a. Jarak antara produsen dan konsumen
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen makin panjang saluran pemasaran
yang terjadi.
b. Skala produksi
Semakin kecil skala produksi, saluran yang terjadi cenderung panjang karena
memerlukan pedagang perantara dalam penyalurannya.
c. Cepat tidaknya produk rusak
Produk yang mudah rusak menghendaki saluran pemasaran yang pendek, karena harus
segera diterima konsumen.
d. Posisi keuangan pengusaha
Pedagang yang posisi keuangannya kuat cenderung dapat melakukan lebih banyak
fungsi pemasaran dan memperpendek saluran pemasaran.

2.4 Margin Pemasaran
Margin tataniaga dapat juga didefinisikan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan
kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Semua kegiatan
tataniaga memerlukan biaya yang disebut biaya tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1987). Biaya
tataniaga meliputi semua jenis biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang
terlibat dalam sistem tataniaga komoditi sayuran bayam.
Menurut Dahl dan Hammond (1977) mendefinisikan margin tataniaga sebagai
perbedaan harga di tingkat petani (Pf) dengan harga pedagang pengecer (Pr). Nilai marjin
tataniaga (value or marketing margin) merupakan perkalian antara marjin tataniaga dengan
volume produk yang terjual (Pr-Pf) x Qrf yang mengandung pengertian marketing cost
(biaya-biaya pemasaran) dan marketing changes (lembaga pemasaran). Besar kecilnya marjin
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

pemasaran sering digunakan sebagai kriteria untuk penilaian apakah pasar tersebut sudah
efisien. Namun tinggi-rendahnya margin pemasaran tidak selamanya dapat digunakan sebagai
ukuran efisiensi kegiatan pemasaran.
Secara umum suatu sistem pemasaran dikatakan efisiensi, apabila dalam memasarkan
suatu komoditi yang sama terdapat penyebaran margin yang merata di semua pelaku
pemasaran. Dalam kondisi ini diharapkan terjadi suatu keadaan dimana masing-masing pihak
memiliki keuntungan, baik pada produsen, pelaku pemasaran dan konsumen.
2.5 Efisiensi Tataniaga
Sistem tataniaga yang efisien akan tercipta apabila seluruh lembaga tataniaga yang
terlibat dalam kegiatan memperoleh kepuasan dengan aktivitas tataniaga tersebut (Limbong
dan Sitorus, 1987). Penurunan biaya input dari pelaksanaan pekerjaan tertentu tanpa
mengurangi kepuasaan konsumen akan output barang dan jasa, menunjukkan efisiensi. Setiap
kegiatan fungsi tataniaga memerlukan biaya yang selanjutnya diperhitungkan ke dalam harga
produk. Lembaga tataniaga menaikkan harga per satuan kepada konsumen atau menekan
harga di tingkat produsen. Dengan demikian efisiensi tataniaga perlu dilakukan melalui
penurunan biaya tataniaga.
Efisiensi tataniaga dapat diukur melalui dua cara yaitu efisiensi operasional dan harga.
Menurut Dahl dan Hammond (1977) efisiensi operasional menunjukkan biaya minimum yang
dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar pemasaran yaitu pengumpulan, transportasi,
penyimpanan, pengolahan, distribusi dan aktivitas fisik dan fasilitas. Efisiensi harga
menunjukkan pada kemampuan harga dan tanda-tanda harga untuk penjual serta memberikan
tanda kepada konsumen sebagai panduan dari penggunaan sumber daya produksi dari sisi
produksi dan tataniaga. Dengan menggunakan konsep biaya tataniaga, suatu sistem tataniaga
dikatakan efisiensi bila dapat dilaksanakan dengan biaya yang rendah.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

3.1 Lokasi dan Waktu
Lokasi untuk pratikum ini di tentukan secara sengaja (purposive) di tiga lokasi yaitu
di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu, Pasar Panorama Kota Bengkulu, dan Pasar Minggu
Kota Bengkulu. Pratikum ini kami laksanakan pada tanggal 29-30 Mei 2015.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Responden diambil dari petani komoditi sawi di Kelurahan Tanah Patah, pedagang
pengumpul yang mengambil hasil panen sawi di Kelurahan Tanah Patah, dan pedagang
pengecera sayur sawi yang ada di pasar panorama dan pasar minggu dengan cara random
sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dengan menggunakan
pedoman kuisioner.
3.3 Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam praktikum ini adalah data primer dan data skunder. Data
primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui wawancara langsung berdasarkan
kuisioner yang telah dibuat. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansu kelurahan
tanah patah yang berhubungan dengan data petani sawi pada daerah tanah patah.
3.4 Data dan Analisis Data
Setelah data terkumpul, maka analisis data dilakukan dengan menghitung :
a. Analisis Marjin Pemasaran
Analisis ini dengan memperhitungkan perbandingan harga jual pada konsumen dengan
harga jual pada petani/produsen. dari marjin pemasaran tersebut sudah termasuk
penjumlahan dari biaya pemasaran dan laba yang diambil oleh setiap lembaga pemasaran.
Adapun perhitungan pada analisis marjin pemasaran adalah :
Marjin Pemasaran (MP) = Pc – Pf
Keterangan : Pc : Harga Beli di Tingkat Konsumen
Pf : Harga Jual di Tingkat Petani/Produsen

b. Analisis Farmer Share
Merupakan persentase/bagian harga yang diterima oleh petani. Adapun perhitungan
pada analisis farmer share adalah :
Price Farmer
Farmer share (Fs) =

X 100 %

Price Consumen
Keterangan : Pc : Harga Beli di Tingkat Konsumen
Pf : Harga Jual di Tingkat Petani/Produsen
c. Analisis Cost Share dan Profit Share

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

Merupakan hasil persentase perbandingan dari biaya pemasaran dengan hasil selisis
antara harga jual di tingkat pedagang dengan harga beli ditingkat pedagang dan juga
keuntungan yang dibagi juga dapat di dpatkan namun dengan membandingkan keuntungan
pemasarannya dengan hasil selisis antara harga jual di tingkat pedagang dengan harga beli
ditingkat pedagang. Adapun analisis untuk mencari cost share dan profit share adalah :
Cost Share (CS) = BP / (PPj – PPi) X 100%
dan
Profit Share (PS) = KP / (PPj – PPi) X 100%
Keterangan : BP : Biaya Pemasaran
KP : Keuntungan pemasaran
PPj : Harga Jual di Tingkat Pedagang
PPi : Harga Beli di Tingkat Pedagang
d. Analisis Efisiensi Pemasaran
Menurut Mubyarto dalam Sihombing (2011) sistem tataniaga disebut efisien apabila
memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen ke
konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian
yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang
terlibat dalam kegiatan produksi dan jalur tataniaga tersebut. Namun, untuk mengetahui
tingkat efisiensi dari pemasaran itu dapat dihitung dengan persamaan :
Efisiensi Pemasaran (EP) = MP / (BP + KP)

Keterangan : MP : Marjin Pemasaran
BP : Biaya Pemasaran
KP : Keuntungan Pemasaran

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIKUM
4.1 Letak dan Keadaan Wilayah
Wilayah Kelurahan Tanah Patah Jl. S. Parman RT 02, RW 01 Kecamatan Ratu Agung,
Kota Bengkulu. WialayahKelurahan Tanah Patah ini mempunyai jarak dengan Ibu Kota
sejauh 2 Km. Berdasarkan letak geografis Wilayah Kelurahan Tanah Patah, Kecamatan Ratu
Agung mempunyai batas wilayah, sebagai berikut:
1. Sebelah Utara dengan Kecamatan Ratu Samban dan Kecamatan Sungai Serut;
2. Sebelah Timur dengan Kecamatan Gading Cempaka;
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

3. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Rindang Papan;
4. Sebelah Barat dengan Samudra Hindia.
4.2 Tata Guna Lahan
Wilayah kelurahan Tanah Patah memiliki luas wilayah 852.3 Ha dengan tata guna lahan
seperti pada tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Tata Guna Lahan Kelurahan Tanah Patah
No.
1.

Jenis Lahan
Pemukiman

Luas Lahan (ha)
750

Persentase (%)
87.99

2.

Persawahan

9

1.05

3.

Perkebunan

8

0.93

4.

Kuburan

0.1

0.01

5.

Pekarangan

75

8.79

6.

Luas Taman

0.1

0.01

7.

Perkantoran

0.1

0.01

8.

Luas Prasaranan
10
Umum Lainnya
Sumber : Olahan Data Sekunder Kelurahan Tanah Patah 2015

1.21

Dari tabel diatas dapat digambarkan bahwa pada kelurahan Tanah Patah tata guna lahan
paling besar digunakan untuk Pemukiman yaitu sebesar 87.99 persen. Sedangkan untuk
perkebunan hanya sebesar 0.93 persen dimana didalamnya sudah termasuk budidaya tanaman
Sawi, Kangkung, Bayam serta tanaman holtikultura lainnya.

4.3 Gambaran Umum Kependudukan
Gambaran umum kependudukan kelurahan Tanah Patah memiliki kriteria yaitu
Kependudukan berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur, penduduk berdasarkan
pendidikan, penduduk berdasarkan mata pencaharian, keadaan sarana dan prasarana dan
keadaan umum usahatani sawi.
4.3.1 Kependudukan Berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

Keadaan penduduk di Kelurahan Tanah Patah memiliki jumlah penduduk 6280 jiwa,
dimana jumlah penduduk yang berjenis perempuan lebih banyak disbanding penduduk
berjenis kelamin laki-laki. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :
Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah (jiwa)
Laki-laki
3136
Perempuan
3144
Sumber : Olahan Data Sekunder Kelurahan Tanah Patah

Persentase (%)
49.93
50.07

Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa jumlah menurut jenis kelamin laki-laki dengan
persentase sebanyak 49.93% dan jenis kelamin perempuan berjumlah dengan persentase
sebanyak 50.07%.
Sedangkan pada gambaran umum kependudukan berdasarkan umur dapat dilihat pada
tabel 3 dibawah ini :
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur
Usia (tahun)
Jumlah ( jiwa )
0-6
1539
7-12
1157
13-18
1176
19-24
1118
25-55
866
56-79
326
≥80
98
Sumber : Olahan Data Sekunder Kelurahan Tanah Patah

Persentase (%)
24.50
18.42
18.72
17.80
13.78
5.19
1.59

Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa jumlah penduduk paling banyak terletak pada
kelompok umur 0-6 tahun dengan persentase sebesar 24.50%. Sedangkan jumlah penduduk
paling sedikit terdapat pada kelompok umur ≥80 tahun dengan persentase sebesar 1.59%.

4.3.2 Penduduk Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu unsur penting dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pendidikan merupakan salah satu parameter untuk menyatakan suatu daerah
tergolong maju atau tidak maju. Pada tabel 4 ini akan disajikan data yang memuat keadaan
pendidikan di kelurahan Tanah Patah sebagai berikut :
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Taman Kanak-kanak
729
Sekolah Dasar/Sederajat
1265
SMP/Sederajat
966
SMA/Sederajat
989
Perguruan Tinggi
734
Sumber : Olahan Data Sekunder Kelurahan Tanah Patah

Persentase (%)
15.6
27.01
20.62
21.12
18.65

Dari tabel 3 diatas diketahui Tingkat pendidikan formal tertinggi yang dicapai
kebanyakan pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) dengan persentase 27.01. sedangkan
pada pendidikan formal terendah yaitu pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak (TK)
dengan persentase 15.6%.
4.3.3 Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Mata pencaharian penduduk Kelurahan Tanah Patah bervariasi yang terdiri dari Pegawai
Negeri Sipil, TNI/Polri, Pedagang, Buruh Tani, Nelayan,Peternak dan lain-lain. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut :
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Mata Pencaharian
Jumlah ( jiwa)
Buruh/Petani
215
Pedagang
388
PNS
620
TNI/POLRI
28
Swasta
517
Sumber : Olahan Data Sekunder Kelurahan Tanah Patah

Persentase (%)
12.16
21.94
35.06
1.58
29.26

Berdasarkan tabel 4 memperlihatkan bahwa penduduk di Kelurahan Tanah Patah Paling
banyak bermata pencaharian sebagai yang berjumlah orang .Masyarakat Kelurahan Tanah
Patah dominan bermata pencarian nelayan karena kelurahan ini berada di daerah bekas lahan
rawah yang cocok untuk dijadikan usahatani.

4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu antara
lain Transportasi, Kesehatan, Pendidikan, Energi dan Penerangan, Irigasi, Pemerintah
Desa/Kelurahan, Administrasi Desa/Kelurahan, Badan Permusyawaratan Desa/Kelurahan.
Dalam perkembangan Kelurahan Tanah Patah faktor sarana dan prasarana di daerah
merupakan pendorong perkembangan Kelurahan Tanah Patah tersebut. Sarana adalah suatu
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

benda/objek yang digunakan untuk mendukung aktifitas masyarakat yang berupa bangunan
ataupun berupa benda mekanik ataupun elektronika. Prasarana adalah suatu benda yang
menghubungkan antara sarana dengan manusia untuk melakukan aktifitasnya, seperti petani
dengan cangkulnya. Untuk melakukan kegiatan pertanian sarana dan prasarana untuk
masyarakat Kelurahan Tanah Patah dapat dikatakan bisa membantu untuk kemudahan dalam
kegiatan usahatani. Data sekunder dari profil Kelurahan Tanah Patah yang kami peroleh di
lapangan ditemukan Kelurahan Tanah Patah memiliki sarana dan prasarana yang cukup baik.
4.5 Keadaan Umum Usahatani Sawi
Komoditi pertanian yang banyak di usahatanikan oleh petani di kelurahan Tanah Patah
Kota Bengkulu adalah komoditi Sawi, Kangkung dan Bayam. Adapun jumlah lahan pertanian
yang digunakan untuk ketiga jenis komoditi ini adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Keadaan Umum Usahatani Kelurahan Tanah Patah
No
Komoditi
Luas Lahan (ha)
.
1.
Sawi
3
2.
Kangkung
2
3.
Bayam
3
Sumber : Olahan Data Sekunder Kelurahan Tanah Patah

Persentase (%)
37.5
25
37.5

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa komoditi usahatani di kelurahan Tanah Patah yang
paling banyak di usahatanikan yaitu komoditi Sawi dan Bayam dengan persentase 37.5 persen
pada kedua komoditi tersebut, sedangkan komoditi usahatani yang paling sedikit di
usahatanikan yaitu komoditi kangkung dengan persentase 25%.

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Petani Sawi
Pada praktikum lapangan tataniaga pada tanggal 29 – 30 Mei 2015 di Kelurahan Tanah
Patah Kota Bengkulu, maka didapat hasil analisis data sebagai berikut :
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

Tabel 6. Karakteristik Petani Sawi
No
1
2

Uraian

Umur (Tahun)
Lama pendidikan (Tahun))
 Formal
 Non formal
3
Lama usaha (Tahun))
4
Jumlah tanggungan (orang)
Sumber: Olahan Data Primer Kelurahan Tanah Patah (2015)

Rata-rata
43.2
11.26
0
10.8
4

Dari tabel diatas maka dapat dilihat bahwa rata-rata umur petani sawi sudah tergolong
tua, dan untuk pendidikan rata-rata petani sawi adalah tamatan Sekolah Menengah Atas
(SMA) dan sederajat. Namun, pada petani sawi di Keluarahan Tanah Patah tidak ada petani
yang mendapatkan pendidikan non formal yang berkaitan dengan pertanian karena di lokasi
tempat tinggal mereka tidak pernah diadakan sosialisai oleh penyuluh-penyuluh pertanian.
5.2 Karakteristik Lembaga Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah sarana untuk penyampaian produk sawi dari Kelurahan
Tanah Patah hingga sampai kekonsumen akhir. Analisis data yang dihasilkan, maka untuk
karakteristik lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengencer adalah
sebagai berikut :
Tabel 7. Karakteristik Lembaga Pemasaran
No
1
2
3
4

Uraian
Umur (Tahun)
Lama Pendidikan (Tahun)
Pengalaman Berdagang (Tahun)
Jumlah Tanggungan (Orang)

Pedagang Pengumpul
31
12
9,5
2

Pedagang Pengecer
42
11,25
9,75
3

Sumber: Olahan Data Primer Kelurahan Tanah Patah (2015)
Dari tabel karakteristik lembaga terdiri dari dua lembaga, yaitu pedagang pengumpul
dan pedagang pengencer. Pada pedagang pengumpul hanya terdapat dua responden, karena
memang di lahan sawi Kelurahan Tanah Patah rata-rata menjual hasil panen kepada kedua
pedagang pengumpul ini. Untuk umur pedagang pengumpul, rata-rata umur yaitu 31 Tahun
yang sudah tergolong umur produktif. rata-rata pendidikan untuk pedagang pengumpul yaitu
tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA), serta jumlah tanggungan untuk setiap pedagang
pengumpul adalah sebanyak 2 orang.
Pada pedagang pengencer terdapat di Pasar Minggu dan Pasar Panorama Kota
Bengkulu. Jumlah responden pada pedagang pengumpul adalah 4 orang. Untuk rata-rata umur
pedagang pengencer yaitu 42 ahun yang sudah tergolong sudah tua (Kurang produktif).
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

Tingkat pendidikan pedagang pengencer rata-rata menempuh Sekolah Menengah Atas (SMA).
Pengalaman usaha berdagang rata-ratanya adalah 9,75 Tahun dan rata-rata jumlah tanggungan
pedagang pengencer adalah 3 orang.
5.3 Saluran Pemasaran Sawi di Kelurahan Tanah Patah
Saluran pemasaran untuk komoditi sawi di Kelurahan Tanah Patah sangat sederhana dan
hanya melalui dua lembaga pemasaran. Hal ini terjadi karena faktor luas lahan petani yang
sempit yang mebuat hasil pertanian komoditi swai hanya mencukupi kebutuhan konsumsi
sayur sawi di sekitar Kota Bengkulu. Hal tersebut membuat pedagang pengumpul hanya
sedikit jumlahnya, karena masih bisa ditampung oleh pedagang pengumpul tersebut hasil
panen sawi.
Setelah pedagang pengumpul sudah mengumpulkan hasil panen sawi di Kelurahan
Tanah Patah maka disalurkan kepedagang pengecer yang tersebar di dua pasar di Kota
Bengkulu yaitu Pasar Minggu dan Pasar Panorama. Adapun gambaran skema untuk saluran
pemasaran komoditi sawi di Kelurahan Tanah Patah Kota Bengkulu yaitu :

Gambar 1. Skema Saluran Pemasaran Sawi di Kelurahan Tanah Patah
Petani Sawi di
Kelurahan
Tanah Patah
1069 Kg
100%

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

Murti
(Pedagang
Pengumpul)
581 Kg
54.35%

Bandi
(Pedagang
Pengumpul)
488 Kg
45.65%

Ajeng
(Pedang
Pengecer)
288 Kg
26.94%

Maryono
(Pedagang
Pengecer)
200 Kg
18.71%

Ayu
(Pedagang
Pengecer)
281 Kg
26.29%

Anto
(Pedangang
Pengecer)
305 Kg
28.06%
Konsumen
Akhir di Pasar
Panorama
581 Kg
54.35%

Konsumen
Akhir di Pasar
Minggu
488 Kg
45.65%

Pada saluran pemasaran komoditi sawi di Kelurahan Tanah Patah terdapat lembagalembaga yang ikut peran didalam menyalurkan pemasaran usahatani sawi. Terdapat 2
pedagang pengumpul dan 4 pedagang pengecer.
Petani sawi memulai hasil panen yang akan disalurakan atau dijual kepada pedagang
pengumpul dengan cara menjemput ke lokasi usahatani sawi dan langsung mengadakan
transaksi, biasanya pedagang pengumpul sudah memesan berapa kg yang akan di belinya dan
akan dijual kepada pedagang pengecer, kemudian pedagang pengecer akan menjualnya
kepada konsumen akhir.
Persentase yang terlihat pada saluran pemasaran komoditi sawi di kelurahan Tanah
Patah Kota bengkulu mengalami keseimbangan, dimulai dari persentase petani sawi berkisar
100%, pada kedua pedagang pengumpul 45.65% dan 54.35%, pada pedagang pengecer
18.71%, 26.94%,28.06%,26.29%, dan pada konsumen akhir berjumlah 45.65% dan 54.35%.
Hasil persentase yang terlihat pada sistem pemasaran usahatani sawi di kelurahan Tanah
Patah Kota Bengkulu dapat dikatakan cukup baik, karena dari produsen ke konsumen akhir
tingkat persentase yang didapat terlihat seimbang.

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

5.4 Pola Distribusi Komoditi Sawi
Saluran pemasaran terdapat dua saluran dimana saluran pertama melalui lembaga
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, sedangkan pada saluran kedua tidak
menggunakan lembaga pemasaran dimana petani sebagai pelaku pemasaran di konsumen
akhir.
Pada pola distribusi sawi yang dipasarkan untuk setiap lembaga bebeda jumlah
produknya antara pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Adapun jumlah sawi yang
dipasarkan hingga ke konsumen akhir adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Jumlah Komoditi Kacang Panjang Yang Didistribusikan
No
Lembaga Pemasaran
Jumlah (Kg)
.
1. Pedagang Pengumpul
534.5
2. Pedagang Pengecer
267.25
Sumber: Olahan Data Primer Kelurahan Tanah Patah (2015)

Persentase (%)
66.67
33.33

Jumlah rata-rata komoditi sawi yang di distribusikan oleh pedagang pengumpul adalah
sebanyak 66.67% dan pedagang pengecer sebanyak 33.33%. Jumlah rata-rata komoditi sawi
yang di disribusikan pada pedagang pengumpul lebih besar dari pada pedagang pengecer
dikarenakan pedagang pengumpul di Kelurahan Tanah Patah masih seikit, sehingga semua
hasil panen sawi rata-rata petani menjualnya kepada kedua pedagan pengumpul tersebut,
sedangkan untuk pedagang pengencer sudah banyak yang tersebar di dua pasar yaitu Pasar
Minggu dan Pasar Panorama.
5.5 Biaya Pemasaran Komoditi Sawi di Kelurahan Tanah Patah
Jumlah biaya pemasaran sawi di Kelurahan Tanah Patah diperoleh dari penjumlahan
biaya-biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga yang berkaitan dengan penyaluran hasil
panen sawi dari petani sampai kepada konsumen akhir. Semua biaya tersebut terkait dengan
biaya transportasi, biaya pengkemasan, serta biaya tempat pemasaran. Adapun biaya rata-rata
yang dikeluarkan oleh kedua lembaga pemasaran adalah sebagai berikut :

Tabel 9. Biaya Pemasaran Komoditi Sawi di Kelurahan Tanah Patah
No
.
1.

Uraian

Rata-rata(Rp/Kg)

Pedagang Pengumpul
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

- Transportasi (Rp/Kg)
- Biaya Karung (Rp/Kg)
- Biaya Retribusi Jalan (Rp/Kg)
- Biaya Tali (Rp/Kg)
- Biaya Bongkar Muat (Rp/Kg)
Total Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul
2.
Pedagang Pengecer
- Transportasi (Rp/Kg)
- Biaya Karung (Rp/Kg)
- Biaya Retribusi Jalan (Rp/Kg)
- Biaya Tali (Rp/Kg)
- Biaya Bongkar Muat (Rp/Kg)
Total Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer
Sumber: Olahan Data Primer Kelurahan Tanah Patah (2015)

29.10
42.01
5.12
7.54
133.60
188.27
25.98
34.90
19.21
0
57.44
107.09

Biaya yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul lebih besar dari pada pedagang
pengecer karena jumlah kuantitas sawi yang dibawa lebih banyak di bawa oleh pedagang
pengumpul. Pada pengumpul biaya untuk bongkar muat juga lebih besar dari pada pedagang
pengecer dikarenakan juga karena jumlah kuantitas sawi yang lebih besar.
Pada

biaya transporasi pedagang pengumpul lebih

besar dibandingkan biaya

transportasi pedagang pengecer dikarenakan pada pedagang pengumpul menggunakan
transportasi sendiri sehingga lebih besar biayanya dibandingkan dengan pedagang pengecer
membawa komoditi sawi ke pasar dengan bantuan angkutan umur yang biaya transportasi
relative murah.
5.6 Margin Pemasaran Komoditi Sawi di Kelurahan Tanah Patah
Pada margin merupakan selisih harga sawi pada tingkat petani sawi di Kelurahan Tanah
Patah dengan harga di tingkat konsumen akhir. Didalam margin pemasaran sudah termasuk
didalamnya biaya pemasaran serta keuntungan (provit) yang diambil oleh setiap lembaga
pemasaran. Adapun rata-rata margin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran adalah
sebagai berikut :
Tabel 10. Margin Pemasaran Komoditi Sawi di Kelurahan Tanah Patah
No

Uraian

1
Margin Pemasaran Pemasaran Pedagang Pengumpul
2
Margin Pemasaran Pedagang Pengecer
Sumber: Olahan Data Primer Kelurahan Tanah Patah (2015)

Rata-rata (Rp/Kg)
500
500

Margin pemasaran pada tingkat pedagan pengumpul lebih sama dengan margin
pemasaran pada tingkat pedagang pengecer. Tidak ada selisih dari margin pemasaran antara
kedua lembaga tersebut. Untuk memperjelas besarnya margin dengan keterangan biaya

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

pemasaran dan keuntungan (provit) pada setiap lemabaga dapat dilihat pada gambar skema
dibawah ini.
Gambar 2. Skema Margin Pemasaran Komoditi Sawi di Kelurahan Tanah Patah
PETANI
Biaya : Rp. -/Kg
Harga Jual : Rp. 1500/Kg

PEDAGANG PENGUMPUL
Harga Beli : Rp. 1500/Kg
Biaya : Rp. 188,27/Kg
Keuntungan/provit : Rp. 311,73/Kg
Harga Jual : Rp. 2000/Kg

PEDAGANG PENGECER

Margin

Harga Beli : Rp. 2000/Kg

Pemasaran
Rp. 1000/Kg

Biaya : Rp. 107.09/Kg
Keuntungan/provit : Rp. 392,91/Kg
Harga Jual : Rp. 2500/Kg
KONSUMEN AKHIR
Harga Beli : Rp. 2500/Kg

Maka, dari skema diatas dapat disimpulkan adalah jumlah margin untuk keselurahan
saluran pemasaran adalah sebesar Rp. 1.000. Jumlah margin pemasaran tersebut ada pada
lembaga pemasaran yang terdiri dari biaya dan keuntungan yang mereka ambil sebagai imbal
jasa untuk memasarkan komoditas sawi tersebut.

5.7 Analisis Farmer share, Cost Share, dan Provit Share, dan Efisiensi Pemasaran
Istilah efisiensi tataniaga sering digunakan dalam menilai prestasi kerja proses
tataniaga. Hal ini mencerminkan konsensus bahwa pelaksanaan proses harus berlansung
secara efisien. Analisis efisien pemasaran adalah analisis membandingkan besarnya biaya
pemasaran, keuntungan pemasaran dengan biaya margin pemasaran.
LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015

Jika nilai BP+KP = MP artinya pemasaran tersebut efisien, jika nilai BP+MP > MP
artinya pemasaran tersebut tidak menguntungkan/tidak efisien, dan apabila nilai BP+MP <
MP, artinya pemasaran tersebut ada gejala struktur pasar yang terbentuk adalah pasar
oligopoli ( pasar didominasi oleh beberapa pedagang). Untuk lebih jelasnya analisis efisiensi
pemasaran ada pada tabel 11
Tabel 11. Analisis Efisiensi Usahatani Sawi Kelurahan Tanah Patah
No

Uraian

Nilai (Rp/Kg)

Produsen/Petani
-Harga Jual
1500
2
Pedagang Pengumpul
-Harga Beli
1500
Biaya Pemasaran (BP)
188,27
Margin (MP)
500
Keuntungan (KP)
311,73
Harga Jual
2000
3
Pedagang Pengecer
-Harga Beli
2000
Biaya Pemasaran (BP)
107.09
Margin (MP)
500
Keuntungan (KP)
392,91
Harga Jual (konsumen akhir)
2500
Total Biaya Pemasaran
295,36
Total Keuntungan
704,64
Total Margin
1000
Sumber: Olahan Data Primer Kelurahan Tanah Patah (2015)

Share (%)

1

37,65 (cost)
62,35 (profit)

21,42 (cost)
78,58 (profit)
60,00 (farmer)

Dari tabel diatas diketahui pada tingkat Pedagang pengumpul diperoleh bahwa BP +
KP sama dengan hasil margin maka dapat disimpulkan pemasaran di tingkat pengumpul
efisien. Begitu juga dengan ditigkat pedagang pengecer diperoleh BP+KP sama dengan hasil
margin dengan demikian bahwa pemasaran ditingkat pedagang pengecer efisien.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

LAPORAN TATANIAGA PERTANIAN AGB UNIB 2015