JAWABAN UJIAN KOMPREHENSIF SEMESTER GENA

JAWABAN UJIAN KOMPREHENSIF
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Mata Uji : Inovasi Pengelolaan Pendidikan
dan Manajemen SDM Pendidikan
JAWABAN SOAL BAGIAN A
1. Dari penjelasan nomor satu, perancangan desain inovasi pengelolaan pendidikan
yang akan dikembangkan menurut pendapat pribadi.
Jawab:
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik itu
berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu
atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu. Apabila saya diminta untuk melakukan
desain inovasi pengelolaan satuan pendidikan dalam konteks perancangan kebaikan atau
peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan bidang yang saya tekuni pada jenjang
tingkatan sekolah dasar maka yang saya lakukan adalah “Bagaimana upaya untuk
meningkatkan produktivitas sekolah dasar agar output yang dihasilkan sekolah bisa
memenuhi Sekolah Berstandar Internasional (SBI) melalui otonomi satuan pendidikan”.

Pada dasarnya kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran
yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia

tersebut. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka
pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya
mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan
yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan
kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan
pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Tetapi pada kenyataannya upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti
dalam meningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator kekurangberhasilan
ini ditunjukkan antara lain dengan Nilai Ujian Akhir siswa untuk pada jenjang
Sekolah Dasar yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh
dikatakan konstan dari tahun ke tahun, kecuali pada beberapa sekolah dengan
jumlah yang relatif sangat kecil.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu
pendidikan selama ini kurang atau tidak berhasil:
1) Strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented.
Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa
bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan bukubuku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan,
pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis

lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran)
yang bermutu sebagai mana yang diharapkan.

2) Pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh
jajaran birokrasi di tingkat pusat.
Pengelolaan ini berakibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di
tingkat makro-pusat tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana seharusnya
di tingkat mikro- sekolah. Dengan demikian, kompleksitas cakupan
permasalahan pendidikan, kerap kali tidak dapat dikaji secara utuh dan akurat
oleh birokrasi pusat.
Dua hal tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa
pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan
faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses
pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batasbatas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan
mutu pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to
improve student achievement).
Di samping itu mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan
formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan
layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan
lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya

untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan. Hal ini akan dapat
dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan
kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi
lingkungan dan kebutuhan anak didiknya.
Walaupun demikian, agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan
mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati secara
secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu
tersebut (adanyabenchmarking). Pemikiran ini telah mendorong munculnya
pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa
mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan
pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan
mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based Quality Management) atau
dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan (developmental) disebutSchool
Based Quality Improvement.
Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat
dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing-masing ini, berkembang
didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk
ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas
pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus
mampu mennerjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan

serta memahami kondisi lingkunganya (kelebihan dan kekurangannya) untuk
kemudian melaui proses perencanaan, sekolah harus memformulasikannya ke
dalam kebijakan mikro dalam bentuk program-program prioritas yang harus
dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi
dan misinya masing–masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun
berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mandiri tetapi masih dalam kerangka
acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang memadai,
memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yang dimilikinya
sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.

Kalangan pengelola sekolah perlu melakukan perubahan manajemen untuk
memenangi persaingan. Di antara perubahan yang dilakukan, rekonstruksi
manajemen hubungan guru-siswa. Relasi pendidik dan peserta didik hendaknya
ditujukan untuk membuat kedua pihak merasa bahagia, dihargai, dan dicintai.
Kepala sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan manajemen dan
kepemimpinan yang tangguh, agar mampu mengambil keputusan dan inisiatif
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pada saat yang bersamaan, guru harus
memiliki kompetensi sesuai disiplin ilmu yang diajarkannya dan kreatif dalam
membelajarkannya pada siswa.
JAWABAN SOAL BAGIAN B

1. Teori motivasi dan kepemimpinan sangat penting hubungannya dengan
pengintegrasian SDM pendidikan.
Jawab:
Pengintegrasian SDM pendidikan dalam teori motivasi dilakukan dengan
serangkaian sikap dan nilai-nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai
hal yang spesifik sesuai dengan tujuan pendidikan. Dorongan tersebut terdiri dari
dua komponen yaitu arah perilaku (kerja untuk mencapai tujuan) dan kekuatan
perilaku (seberapa kuat usaha individu dalam bekerja). Pada dasarnya motivasi
dapat memacu untuk bekerja keras sehingga dapat mencapai tujuan mereka.
Sumber motivasi ada 3 yaitu: 1) Kemungkinan untuk berkembang, 2) Jenis
pekerjaan,
3) Apakah mereka dapat merasa bangga menjadi bagian dari
tempat mereka bekerja.
Faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi motivasi adalah kebutuhan.
Setiap tindakan yang merupakan perwujudan dari motivasi adalah didasari pada
kebutuhan. Manusia tidak akan termotivasi untuk mencapai suatu tujuan atau
melakukan suatu tindakan, jika ia tidak membutuhkan sesuatu dari tindakan serta
pikirannya itu.
Pentingnya motivasi karena motivasi adalah hal yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan

antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer
pendidikan membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan
baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan sebagai proses
pengintegrasian SDM pendidikan yang baik.
Hubungan Pengintegrasian SDM pendidikan pada teori kepemimpinan
dalam manajemen sumberdaya manusia, pemimpin adalah seseorang yang
melaksanakan beberapa hal yang benar atau sering disebut “people who do the
right thing”. Sementara manajer adalah seseorang yang harus melaksanakan
sesuatu secara benar atau disebut “people who do things right”. Dalam konteks
Manajemen Sumber Daya Manusis (MSDM) maka seseorang yang bertanggung
jawab dalam hal mutu SDM membutuhkan ketrampilan kepemimpinan dan
manajemen. Dengan kata lain dibutuhkan adanya kepemimpinan dan manajer
sebagai suatu kesatuan dalam organisasi. Dalam hal ini komitmen manajemen
dalam melaksanakan MSDM adalah penting tetapi tidaklah cukup. Jadi
dibutuhkan suatu elemen manajemen SDM yang disebut dengan kepemimpinan
yang dibuktikan nyata dalam pelaksanaan program.

Beberapa peran pemimpin dalam pengintegrasian mutu SDM pendidikan
meliputi pembentukan suatu tim penjaminan mutu pendidikan, penyusun strategi
dan kebijakan mutu pendidikan, penerapan dan penyebarluasan tujuan dan

sasaran mutu pendidikan, pengadaan dan pengalokasian sumberdaya,
pengembangan pendidikan dan pelatihan, penetapan tim perbaikan mutu
pendidikan, pengkondisian perbaikan mutu pendidikan secara bersinambung dan
pemberian penghargaan atau pengakuan kepada setiap jenjang pendidikan yang
kinerjanya sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Dalam konteks tersebut kepemimpinan dan sumberdaya manusia
adalah fuel organisasi. Kedua hal tersebut mempunyai keterkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Kepemimpinan yang baik akan menitik beratkan pada
pengembangan sumber daya manusia dimulai dari proses rekruitmen yang bersih
karena Rekruitmen yang diwarnai dengan penyuapan menurunkan
kualitas sumberdaya manusia dan merusak organisasi secara keseluruhan.
2. Uraian indikator kedisiplin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Jawab:
a. Indikator kedisiplinan
1) Tujuan dan kemampuan
Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal
serta cukup menantang bagi kemampuan karyawan. Hal ini berarti bahwa
tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada seseorang karyawan harus
sesuai dengan kemampuan karyawan bersangkutan. Tetapi jika pekerjaan
itu di luar kemampuannya atau pekerjaannya itu jauh dibawah

kemampuannya, maka kesungguhan dan kedisiplinan karyawan akan
rendah. Di sini letak pentingnya asas the right man in the right place and
the right man in the right job.
2) Teladan pimpinan
Dalam menentukan disiplin kerja karyawan maka pimpinan
dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus
memberi contoh yang baik, berdisiplin baik, jujur, adil, serta sesuai kata
dengan perbuatan. Pimpinan jangan mengharapkan kedisiplinan
bawahannya baik, jika dia sendiri kurang berdisiplin. Pimpinan harus
menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani oleh para
bawahannya. Hal inilah yang mengharuskan agar pimpinan mempunyai
kedisiplinan yang baik, supaya para bawahan pun berdisiplin baik.
3) Daftar hadir
Sebagai konsekuensi ketentuan jam kantor, maka kehadiran pada
pegawai dapat diketahui dari daftar hadir, yang harus diisi secara tertib,
jujur dan terawasi serta terkelola dengan baik. Dengan demikian daftar
hadir merupakan piranti pembuktian sebagai pemenuhan kewajiban dalam
mentaati ketentuan jam kerja. Kemudian dari daftar hadir tersebut dapat
diketahui kehadiran pegawai setiap harinya, kertelambatan datang atau
pulang lebih awal, atau bahkan tidak termasuk kantor.

4) Balas jasa
Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut memengaruhi kedisplinan
karyawan, karena akan memberikan kepuasan dan kecintaan karyawan
terhadap perusahaan/pekerjaannya. Perusahaan harus memberikan balas

5)

6)

7)

8)

jasa yang sesuai. Kedisiplinan karyawan tidak mungkin baik apabila balas
jasa yang mereka terima kurang memuaskan untuk memenuhi kebutuhankebutuannya beserta keluarganya. Karyawan sulit untuk berdisiplin baik
jika selama kebutuhankebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik.
Keadilan
Keadilan mendorong terwujudnya kedisiplinan karyawan, karena
ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta
diperlakukan sama dengan manusia lainnya. Apabila keadilan yang

dijadikan dasar kebijaksanaan dalam pemberian balas jasa (pengakuan)
atau hukuman, akan merangsang terciptanya kedisiplinan karyawan yang
baik. Pimpinan atau manajer yang cakap dalam kepemimpinannya selalu
bersikap adil terhadap semua bawahannya, karena dia menyadari bahwa
dengan keadilan yang baik akan menciptakan kedisplinan yang baik pula
Pengawasan melekat
Pengawasan melekat harus dijadikan suatu tindakan yang nyata
dalam mewujudkan kedisplinan karyawan perusahaan, karena dengan
pengawasan ini, berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi
perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi bawahan. Hal ini berarti
atasan harus selalu ada/hadir di tempat kerjanya, supaya dia dapat
mengawasi dan memberikan petunjuk, jika ada bawahannya yang
mengalami kesulitan dalam mengerjakan pekerjaannya.
Sanksi hukuman
Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan
karyawan. Karena dengan adanya sanksi hukuman yang semakin berat,
karyawan akan semakin takut melanggar peraturan-peraturan perusahaan,
sikap dan perilaku yang indisipliner karyawan akan berkurang. Berat
ringannya sangsi hukuman yang akan diterapkan ikut mempengaruhi baik
buruknya kedisiplinan karyawan. Sangsi hukuman harus ditetapkan

berdasarkan pertimbangan logis, masuk akal dan diinformasikan secara
jelas kepada semua karyawan.
Ketegasan
Pemimpin harus berani tegas bertindak untuk menghukum setiap
karyawan yang indispliner sesuai dengan sanksi hukuman yang telah
ditetapkan. Pimpinan yang berani bertindak tegas menerapkan hukuman
bagi karyawan indisipliner akan disegani dan diakui kepemimpinanya.
Tetapi bila seorang pimpinan kurang tegas atau tidak menghukum
karyawan yang indisipliner, maka sulit baginya untuk memelihara
kedisiplinan bawahannya, bahkan sikap indispliner karyawan tersebut
akan semakin meningkat.

9) Hubungan kemanusiaan
Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesame karyawan
ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.
Hubungan-hubungan itu baik bersifat vertical maupun horizontal yang
hendaknya horizontal. Pimpinan atau manajer harus berusaha
menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat,
vertical maupun horizontal. Jika tercipta human relationship yang serasi,

maka terwujud lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan
memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi indikator kedisiplinan
1) Faktor internal
Faktor ini merupakan faktor yang terdapat dalam diri orang yang
bersangkutan, faktor-faktor tersebut meliputi:
a) Faktor pembawaan
Menurut aliran nativisme bahwa nasib anak itu sebagian besar
berpusat pada pembawaannya, sedangkan pengaruh dari
lingkungannya hanya sedikit. Baik buruknya perkembangan anak,
sepenuhnya tergantung pada pembawaannya. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan orang
bersikap disiplin adalah pembawaan yang merupakan warisan dari
keturunannya.
b) Faktor kesadaran
Kesadaran adalah hati yang telah terbuka atas pikiran yang
telah terbuka tentang apa yang telah dikerjakan. Disiplin akan lebih
mudah ditegakkan bilamana timbul dari kesadaran setiap individu,
untuk selalu mau bertindak taat, patuh, tertib, teratur, bukan karena
ada tekanan atau paksaan dari luar. Dengan demikian, seseorang akan
berperilaku disiplin jika dia memiliki kesadaran atau pikirannya telah
terbuka untuk melakukan kedisiplinan.
c) Faktor minat
Minat adalah suatu perangkat manfaat yang terdiri dari
kombinasi, perpaduan dan campuran dari perasaan-perasaan, harapan,
prasangka, cemas, takut, dan kecenderungan-kecenderungan lain yang
bisa mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu.40 Dalam
berdisiplin, minat sangat berpengaruh untuk meningkatkan keinginan
yang ada dalam diri seseorang. Jika minat seseorang dalam berdisiplin
sangat kuat maka dengan sendirinya dia akan berperilaku disiplin
tanpa menunggu dorongan dari luar.
d) Faktor pengaruh pola pikir
Tentang pengaruh pola pikir, para ahli ilmu jiwa berpendapat
bahwa pikiran itu tentu mendahului perbuatan, maka perbuatan
berkehendak itu dapat dilakukan setelah pikirannya.41 Pola pikir yang
telah ada terlebih dahulu sebelum tertuang dalam perbuatan sangat
berpengaruh dalam melakukan suatu kehendak atau keinginan.
2) Faktor eksternal
Faktor ini merupakan faktor yang berasal dari luar diri orang yang
bersangkutan. Faktor ini meliputi:
1) Contoh atau teladan
Teladan atau modeling adalah contoh perbuatan dan tindakan
sehari-hari dari seseorang yang berpengaruh. Keteladanan merupakan
salah satu teknik pendidikan yang efektif dan sukses, karena teladan
itu menyediakan isyarat-isyarat non verbal sebagai contoh yang jelas
untuk ditiru. Mengarang buku mengenai pendidikan adalah mudah,
begitu juga menyusun suatu metodologi pendidikan, namun hal itu

masih tetap hanya akan merupakan tulisan di atas kertas, selama tidak
bisa menjadi kenyataan yang hidup.
2) Nasihat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh
kata- kata yang didengar. Oleh karena itu teladan dirasa kurang cukup
untuk mempengaruhi seseorang agar berdisiplin. Menasehati berarti
memberi saran-saran percobaan untuk memecahkan suatu masalah
berdasarkan keahlian atau pandangan yang obyektif.
3) Faktor latihan
Melatih berarti memberi anak-anak pelajaran khusus atau
bimbingan untuk mempersiapkan mereka menghadapi kejadian atau
masalah-masalah yang akan datang.50 Latihan melakukan sesuatu
dengan disiplin yang baik dapat dilakukan sejak kecil, sehingga lama
kelamaan akan terbiasa melaksanakannya. Jadi, dalam hal ini sikap
disiplin yang ada pada seseorang selain berasal dari pembawaan bisa
dikembangkan melalui latihan.
4) Faktor lingkungan
Setiap masyarakat mempunyai budaya dan tata kehidupan
masing- masing, demikian juga tiap kebudayaan memiliki norma yang
mengatur kepentingan anggota masyarakat agar terpelihara
ketertibannya. Dari sinilah terlihat bahwa tingkah laku individu sangat
dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya. Demikianlah pengaruh
lingkungan masyarakat terhadap pembentukan pribadi seseorang,
termasuk di dalamnya pembentukan sikap disiplin. Jadi jelas bahwa
lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap disiplin pada diri seseorang,
khususnya santri.
3. Penjelasan mengapa ada mis adaptasi, persaingan, konflik, stress, dan dalam
mengembangkan karir di era otonomi daerah
Jawab:
Era otonomi daerah hal tersebut terjadi karena meningkatnya tuntutan dan
kebutuhan hidup akan sesuatu yang lebih baik, menyebabkan individu berlomba
untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkannya. Tapi pada kenyataannya sesuatu
yang diinginkan tersebut kadangkala tidak dapat tercapai sehingga dapat
menyebabkan individu pada masalah yang dihadapi dan kemampuan
menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan
baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak
dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu beradaptasi terhadap
penyelesaian masalah sehingga terkadang persaingan yang tidak sehat pun
dilakukan yang dapat membuat individu bisa stress.
Dalam perkembangannya, konsepsi mengenai otonomi daerah yang pada
dasarnya merupakan sistem pemerintahan desentralisasi atau tidak dari pusat
sering terjadi kesalahpahaman dalam menjalankannya. Undang-Undang Nomor
32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah hak, wewenang
dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
Pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Setelah berlakunya peraturan tersebut, daerah diberi

berbagai kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangganya, hal ini
menimbulkan berbagai masalah timbul akibat kewenangan tersebut.
Permasalahan yang timbul antara lain:
a. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya
pelaksanaan otonomi daerah.
b. Bergesernya korupsi dari pusat ke daerah
c. Eksploitasi pendapatan daerah.
d. Kurangnya pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi daerah.
e. Penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang belum memadai.
f. Potensi munculnya konflik antar daerah.
Berangkat dari kenyataan‐kenyataan tersebut hal-hal tentang mis adaptasi,
persaingan, konflik dan stress dapat terjadi dalam mengembangkan karier di era
reformasi.