Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif T
http://mipa.unm.ac.id/mipaopen/Insar_Damopolii__2017_08_05_09_00_17_618.pdf
ISBN: 978-602-99837-5-3
134
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media
Pembelajaran Komik IPA Terpadu Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa
1
Insar Damopolii
1
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Papua
E-mail: [email protected]
Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD berbantuan media pembelajaran komik IPA terpadu dan Model Pembelajaran
kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan komik. Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen. Tempat penelitian di SMP N 15
Manokwari. Teknik pengambilan sampel mengunakan purposive samping. Jumlah sampel Kelas eksperimen 1 (STAD dipadu
komik IPA terpadu) sebanyak 29 orang siswa dan kelas eksperimen 2 (STAD) sebanyak 29 orang. Analisis data menggunakan
uji t independent pada taraf signifikan 0,05 dengan bantuan program SPSS 22 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa (P = 0,000 < 0,05), dimana nilai N-gain kelas eksperimen 1 sebesar 0,6
dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,4. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar
siswa, dimana siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media
pembelajaran komik IPA terpadu lebih tinggi peningkatan hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan komik.
Kata kunci: STAD, media pembelajaran, komik IPA terpadu, hasil belajar
Abstract – This research aim to determine difference in improving student achievement that learned by using the cooperative
learning model type STAD with instructional media science comic integrated and cooperative learning model type STAD
without using comic. This type of research is quasi-experimental. The place of research at SMP N 15 Manokwari. Sampling
technique using purposive sampling technique. The number of sample 1st experiment class (STAD and Science comic
integrated) is 29 students and the 2nd experiment class (STAD) is 29 students. Data analysis using independent sample t-test at
the 0.05 significance level with SPSS 22 for Windows. The result showed a difference in improving student achievement (P =
0.000 < 0.05), where the value of N-Gain 1 st experiment class of 0.6 and 2 nd experiment class of 0.4. The conclusion of this
research is there a difference improving student achievement, where students that learned using cooperative learning model
type STAD with instructional media science comic integrated higher increase of student achievement compared by using
cooperative learning model type STAD without using comic.
Key words: STAD, Instructional media, science comic integrated, student achievement
I. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antar
empat komponen sistem pembelajaran yaitu guru, siswa,
materi belajar, dan lingkungan. Perkembangan pendidikan
semakin hari semakin pesat, seiring dengan perkembangan
pendidikan pada masyarakat perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Menurut Suprijono (2009) bahwa
pengajaran adalah proses penyampaian. Lebih lanjut lagi,
guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru
menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk
mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta
didik.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang mempunyai
tujuan, yaitu membelajarkan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diinginkan. Menurut Komalasari (2013)
bahwa pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut.
Pertama, pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem,
terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara
lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan
metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tidak
lanjut pembelajaran. Kedua, pembelajaran dipandang
sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan
rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar.
Pada pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah, guru
lebih cenderung menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Penggunaan model kooperatif tipe STAD yang secara terus
menerus membuat siswa menjadi jenuh, karena tidak adanya
variasi dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu
diperlukan bantuan seperti media pembelajaran. Salah satu
media pembelajaran yang dapat membuata siswa menjadi
lebih termotivasi dalam pembelajaran adalah komik. media
pembelajaran komik memperhatikan bentuk, warna, karakter
dari tokoh yang ada dalam komik narasi atau jalan cerita.
Karakter ditampilkan dalam bentuk kartun. Menurut Koasih
(2014) bahwa kartun merupakan suatu gambar interpretatif
yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan
suatu pesan secara cepat dan ringkas atau sikap terhadap
orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Dengan
menampilkan karakter dalam bentuk kartun maka materi
yang akan diajarkan akan mudah dipahami oleh siswa.
Djamarah dan Zain (2010) bahwa media adalah alat bantu
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
135
apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pembelajaran.
Damopolii dan Nunaki (2016) menyatakan bahwa
Kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran mempunyai
komponen-komponen yang saling berhubungan dan tidak
bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainya, salah
satunya adalah media pembelajaran. Komik merupakan
media pembelajaran yang membantu siswa memahami
konsep suatu materi. Penelitian Aleixo dan Sumner (2016)
menunjukkan bahwa skor memori secara signifikan lebih
tinggi dibandingkan dengan kondisi pembelajaran yang
hanya menggunakan teks dan pembelajaran tanpa
menggunakan komik.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai pengaruh
terhadap hasil belajar. Hasil penelitian Balfakih (2003)
menunjukkan bahwa STAD adalah metode pengajaran yang
lebih efektif daripada metode mengajar tradisional dalam
mengajar. Namun hasil penelitian Khan (2011)
menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara
hasil belajar siswa kelas eskperimen yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil
belajar siswa kelas kontrol.
Dengan adanya beberapa hasil penelitian tentang komik
dan STAD, maka penggunaan model pembelajaran koperatif
dipadu komik akan berpengaruh terhadap hasil belajar
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD tanpa menggunakan komik.
II.
METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 15 Manokwari.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII. Sampel
penelitian yaitu kelas eksperimen 1 (kelas VIII A) dengan
jumlah siswa 29 orang dan kelas kelas eksperimen 2 (kelas
VIII C) dengan jumlah siswa 29 orang. Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jenis
penelitian adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian adalah
sebagai berikut:
O1
O3
X1
X2
O2
O4
Keterangan:
1. O1 dan O3 adalah pretes
2. O2 dan O4 adalah postes
3. X1 adalah kelas eksperimen pertama menggunakan
STAD berbantuan komik
4. X2 adalah kelas eksperimen kedua menggunakan STAD
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes.
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Saphiro Wilk,
dengan dasar pengambilan keputusan: Jika probalilitasnya
(Sig) > 0,05 maka H0 di terima, yang berarti distribusi data
normal. Jika (Sig) < 0,05 maka H0 di tolak, yang berarti
distribusi data tidak normal. Uji homogenitas menggunakan
Levene's Test of Equality of Error Variances, d engan dasar
pengambilan keputusan, jika probalilitasnya (Sig) > 0,05
maka H0 diterima / data mempunyai varian yang sama, Jika
probalilitasnya (Sig) < 0,05 maka H0 di tolak / data
mempunyai varian yang tidak sama. Analisis data
menggunakan analisis parametrik dengan uji independent
sample t test pada taraf signifikan 0,05. Uji t digunakan
untuk melihat perbedaan data peningkatan hasil belajar
(gain) dengan menggunakan bantuan program SPSS 22 for
Windows. Untuk menghitung gain menggunakan rumus
sebagai berikut:
gain = skor postes – skor pretes
Tabel 1. Kriteria N – gain
Nilai N-gain
Tingkat
≥ 0,7
Tinggi
0,7 > N-gain ≥ 0,3
Sedang
< 0,3
Rendah
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil belajar belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Persentasi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen 1
Kategori
Skor
Jumlah
%
Sangat Baik
85 – 100
2
6,90
Baik
70 – 84
12
41,38
Cukup
55 – 69
12
41,38
Kurang
40 – 54
3
10,34
Sangat Kurang
< 40
0
0,00
Total
29
100
Tabel 3. Persentasi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen 2
Kategori
Skor
Jumlah
%
Sangat Baik
85 – 100
0
0,00
Baik
70 – 84
1
3,45
Cukup
55 – 69
13
44,83
Kurang
40 – 54
13
44,83
Sangat Kurang
< 40
2
6,90
Total
29
100
Berdasarkan data persentasi data hasil belajar pada Tabel
2 dan 3, diperoleh bahwa pencapaian kategori cukup –
sangat baik pada kelas eksperimen 1 (STAD dipadu komik)
lebih baik darpada kelas eksperimen 2 (STAD). Temuan
menunjukkan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media
pembelajaran komik IPA terpadu lebih baik dibandingkan
dengan kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan media
pembelajaran komik IPA terpadu.
Tabel 4. Pesentasi Pencapaian KKM Kelas Eksperimen 1
Kategori
Skor
Jumlah
%
Tuntas
≥ 60
23
79,31
Tidak Tuntas
< 60
6
20,69
Total
29
100
Tabel 5. Pesentasi Pencapaian KKM Kelas Eksperimen 2
Kategori
Skor
Jumlah
%
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
136
Tuntas
Tidak Tuntas
Total
≥ 60
< 60
9
20
29
31,03
68,97
100
Berdasarkan data persentasi pencapaian nilai KKM (nilai
KKM sekolah sebesar 65) pada Tabel 4 dan 5 diperoleh
bahwa bahwa kelas yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media
pembelajaran komik IPA terpadu lebih baik pencapaian
KKMnya yaitu sebesar 79,31 % dibandingkan dengan kelas
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD tanpa menggunakan media pembelajaran komik
IPA terpadu yang hanya mencapai 31,03 %.
Tabel 6. Data N-gain kelas eksperime 1 dan 2
Kelas
N-gain
Tingkat
Eksperimen 1
0,6
Sedang
Eksperimen 2
0,4
Sedang
Berdasarkan data pada Tabel 6, diperoleh bahwa nilai Ngain kelas eksperimen 1 dan 2 tingkat sedang, namun Ngain kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan nilai Ngain kelas eksperimen 2.
Tabel 7. Data Hasil Uji Normalitas
Kelas
Statistic
df
Sig.
Eksperimen 1
0,948
29
0,163
Eksperimen 2
0,964
29
0,417
Berdasarkan data pada Tabel 7, nilai sig. lebih besar dari α
= 0,05, maka dikatakan bahwa data gain kelas eksperimen 1
dan eksperimen 2 berdistribusi normal
Tabel 8. Data Hasil Uji Homogenitas
Levene
df1
df2
Statistic
Based on Mean
2,557
1
56
Sig.
0,115
Berdasarkan data pada Tabel 8, nilai sig pada based on
mean lebih besar dari α = 0,05, maka dikatakan bahwa data
gain kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 adalah
homogen.
Hasil uji prasyarat menunjukkan bahwa data gain
berdistribusi normal dan homogen, sehingga uji hipotesis
menggunakan analisis parametrik dengan uji independent
sample t test. Data hasil analisis dengan uji t disajikan pada
Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisi Uji Hipotesis
df Sig. (2Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Equal
variances
assumed
56
0,000
-16,75862
3,14901
Berdasarkan data pada Tabel 8, diperoleh bahwa nilai
sig. 0,000 < α = 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbantuan media pembelajaran
komik IPA terpadu dan siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa
menggunakan komik.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan
model pembelajaran yang sangat sederhana dari seluruh
moel pembelajaran kooperatif. Tetapi dalam pelaksanaannya
secara terus menerus akan membuat siswa menjadi jenuh.
Kejenuhan siswa membuat pemahaman mereka terhadap
materi menjadi berkurang, sehingga hasil belajar menjadi
tidak baik. Penggunaaan model pembelajaran STAD yang
dipadu dengan media pembelajaran komik IPA terpadu
membuat siswa termotivasi untuk belajar. Dalam komik
terdapat tokoh yang dibuat menjadi kartun. Dengan
menampilkan karakter dalam bentuk kartun maka materi
yang akan diajarkan akan mudah dipahami oleh siswa.
Menurut Arroio (2011) bahwa belajar IPA melalui science
comic siswa dapat memahami konsep IPA dan merupakan
media pengenalan IPA dengan tampilan yang
menyenangkan.
Menariknya siswa untuk belajar IPA disebabkan
penggunaan media pembelajaran komik IPA tepadu. Siswa
yang tertarik untuk belajar, maka pemahaman mereka
terhadap materi yang dibelajarkan oleh guru akan semakin
baik. Siswa mejadi terfokus kepada proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Damopolii dan Nunaki (2016) bahwa
media pembelajaran komik IPA terpadu materi sistem
pencernaan pada manusia efektif meningkatkan hasil belajar
siswa. Dalam penelitian ini bahwa terdapat perbedaan
peningkatan hasil belajar siswa, dimana Hasil belajar siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dipadu media pembelajaran komik IPA terpadu
menjadi lebih baik dibandingkann dengan pembelajaran
dengan model kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan
Komik.
Dilihat berdasarkan hasil pencapaian KKM, siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dipadu media pembelajaran komik IPA terpadu lebih
besar ketuntasan hasil belajarnya yaitu sebesar 79,31 %
dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan
media pembelajaran komik IPA terpadu yang hanya
mencapai 31,03 %. Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dilaporkan memiliki pengaruh terhadap hasil belajar,
namun dalam proses belajar jika pemilihan media tepat,
maka hasil belajar menjadi lebih baik. Menurut Djamarah
dan Zain (2010) dasar pemilihan dan penggunaan media
adalah objektivitas, program pengajaran, sasararan program,
situasi dan kondisi (sekolah dan siswa), kualitas teknik dan
keefektifan dan efisiensi penggunaan.
Pembelajaran tidak selamanya harus mengajak siswa ke
dalam situasi yang nyata, tetapi bisa mengajak siswa ke
dalam sesuatu yang abstrak. Untuk membantu siswa dalam
memahami materi yang abstrak maka dibutuhkan suatu
media pembelajaran. Menurut Iriantara (2014) bahwa media
memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan
menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Materi IPA SMP
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
137
topik sistem pencernaan pada manusia merupakan materi
yang membutuhkan kegiatan percobaan atau pengamatan
langsung. Tetapi dikondisikan dengan keadaan fasilitas
sekolah, maka perlu adanya kreativitas dari guru untuk
mengajarkan materi kepada siswanya dengan baik.
Menurut Iriantara (2014) bahwa fungsi media dalam
proses belajar mengajar untuk menarik perhatian siswa,
membantu untuk mempercepat pemahaman, membantu
penyaajian pesan agar tidak verbalis, mengatasi keterbatasan
ruang, penjelasan lebih komunikatif dan produktif, waktu
pembelajaran
dapat
dikondisikan,
menghilangkan
kebosanan, meningkatkan motivasi dan keatifan siswa.
Penelitian Kurniawati et, al. (2017) menyimpulkan bahwa
memanfaatkan komik dan kearifan lokal jember merupakan
alat yang efektif dalam mengajar ilmu IPA terpadu. Komik
adalah alat belajar meningkatkan kinerja siswa dan
memotivasi mereka untuk belajar. Hasil belajar yang baik
dalam penelitin ini merupakan kreativitas guru dalam
menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Pembelajaran yang kreatif dan inovatif adalah melaksanakan
proses belajar mengajar yang terbarukan, dimana dalam
penelitian ini penggunaan media pembelajaran komik IPA
terpadu adalah kreativitas dan inovatif guru dalam
memadukannya dengan model pembelajaran yang sering
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
[6]
I. Damopolii dan J. H. Nunaki, Pengembangan Media
Pembelajaran Komik IPA Terpadu Materi Sistem Pencernaan
Pada Manusia, Pancaran Pendidikan , vol 5, no 3, 2016, pp.
61-70
[7] K. Komalasari, Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama,
Bandung, 2013.
[8] N. M. A. Balfakih, The Effectiveness of Student Team
Achievement Division (STAD) for Teaching High School
Chemistry In The United Arab Emirates, International
Journal of Science Education, vol 25, no 5, pp. 605-624
[9] P. A. Aleixo dan K. Sumner, Memory for Biopsychology
Material Presented In Comic Book Format, Journal of
Graphic Novels and Comics, vol 8, issue 1, pp. 79-88
[10] S. B. Djamarah, dan A. Zain, Strategi Belajar Mengajar,
Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
[11] Y. Iriantara, Komunikasi Pembelajaran, Interaksi
Komunikasi dan Edukatif Di Dalam Kelas, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2014
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat
perbedaan peningkatan hasil belajar siswa, dimana siswa
yang
dibelajarkan
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media
pembelajaran komik IPA terpadu lebih tinggi peningkatan
hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe
STAD tanpa menggunakan komik
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada kepada DIKTI atas
pembiayaan penelitian dan Siis Werimon, Sari Rahayu
Rahman, dan Nona Wingty Psangi yang membantu dalam
penelitian sampai terciptanya artikel yang disampaikan
dalam simposium MIPA UNM.
PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
A. Arroio, 2011. Comics as a narrative in Natural Science
Education. Western Anatolia Journal of Educational
Sciences (WAJES), Special Issue: Selected papers presented
at WCNTSE, 2011, pp. 93-98
A. A. Kuriawati, S. Wahyuni, and P. D. A. Putra, Utilizing of
Comic and Jember’s Local Wisdom as Integrated Science
Learning Materials, International Journal of Social Science
and Humanity, vol 17, no 1, 2017. Pp. 47-50
A. Suprijono, Cooperative Learning . Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2009.
E. Koasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi
Kurikulum 2013, Penerbit Ydarma Widya, Bandung, 2014
G. N. Khan, Effect of Student’s Team Achievement Division
(STAD) on Academic Achievement of students. Asian Social
Science, vol 7, no 12, 2011, pp. 211-215
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
ISBN: 978-602-99837-5-3
134
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media
Pembelajaran Komik IPA Terpadu Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa
1
Insar Damopolii
1
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Papua
E-mail: [email protected]
Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan
menggunakan model kooperatif tipe STAD berbantuan media pembelajaran komik IPA terpadu dan Model Pembelajaran
kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan komik. Jenis penelitian adalah kuasi eksperimen. Tempat penelitian di SMP N 15
Manokwari. Teknik pengambilan sampel mengunakan purposive samping. Jumlah sampel Kelas eksperimen 1 (STAD dipadu
komik IPA terpadu) sebanyak 29 orang siswa dan kelas eksperimen 2 (STAD) sebanyak 29 orang. Analisis data menggunakan
uji t independent pada taraf signifikan 0,05 dengan bantuan program SPSS 22 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa (P = 0,000 < 0,05), dimana nilai N-gain kelas eksperimen 1 sebesar 0,6
dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,4. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar
siswa, dimana siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media
pembelajaran komik IPA terpadu lebih tinggi peningkatan hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan
dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan komik.
Kata kunci: STAD, media pembelajaran, komik IPA terpadu, hasil belajar
Abstract – This research aim to determine difference in improving student achievement that learned by using the cooperative
learning model type STAD with instructional media science comic integrated and cooperative learning model type STAD
without using comic. This type of research is quasi-experimental. The place of research at SMP N 15 Manokwari. Sampling
technique using purposive sampling technique. The number of sample 1st experiment class (STAD and Science comic
integrated) is 29 students and the 2nd experiment class (STAD) is 29 students. Data analysis using independent sample t-test at
the 0.05 significance level with SPSS 22 for Windows. The result showed a difference in improving student achievement (P =
0.000 < 0.05), where the value of N-Gain 1 st experiment class of 0.6 and 2 nd experiment class of 0.4. The conclusion of this
research is there a difference improving student achievement, where students that learned using cooperative learning model
type STAD with instructional media science comic integrated higher increase of student achievement compared by using
cooperative learning model type STAD without using comic.
Key words: STAD, Instructional media, science comic integrated, student achievement
I. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran merupakan proses interaksi antar
empat komponen sistem pembelajaran yaitu guru, siswa,
materi belajar, dan lingkungan. Perkembangan pendidikan
semakin hari semakin pesat, seiring dengan perkembangan
pendidikan pada masyarakat perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Menurut Suprijono (2009) bahwa
pengajaran adalah proses penyampaian. Lebih lanjut lagi,
guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru
menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk
mempelajarinya. Jadi, subjek pembelajaran adalah peserta
didik.
Pembelajaran merupakan kegiatan yang mempunyai
tujuan, yaitu membelajarkan siswa untuk mencapai
kompetensi yang diinginkan. Menurut Komalasari (2013)
bahwa pembelajaran dapat dipandang dari dua sudut.
Pertama, pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem,
terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisasi antara
lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan
metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga,
pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tidak
lanjut pembelajaran. Kedua, pembelajaran dipandang
sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan
rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa belajar.
Pada pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah, guru
lebih cenderung menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).
Penggunaan model kooperatif tipe STAD yang secara terus
menerus membuat siswa menjadi jenuh, karena tidak adanya
variasi dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk itu
diperlukan bantuan seperti media pembelajaran. Salah satu
media pembelajaran yang dapat membuata siswa menjadi
lebih termotivasi dalam pembelajaran adalah komik. media
pembelajaran komik memperhatikan bentuk, warna, karakter
dari tokoh yang ada dalam komik narasi atau jalan cerita.
Karakter ditampilkan dalam bentuk kartun. Menurut Koasih
(2014) bahwa kartun merupakan suatu gambar interpretatif
yang menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan
suatu pesan secara cepat dan ringkas atau sikap terhadap
orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu. Dengan
menampilkan karakter dalam bentuk kartun maka materi
yang akan diajarkan akan mudah dipahami oleh siswa.
Djamarah dan Zain (2010) bahwa media adalah alat bantu
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
135
apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna
mencapai tujuan pembelajaran.
Damopolii dan Nunaki (2016) menyatakan bahwa
Kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran mempunyai
komponen-komponen yang saling berhubungan dan tidak
bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lainya, salah
satunya adalah media pembelajaran. Komik merupakan
media pembelajaran yang membantu siswa memahami
konsep suatu materi. Penelitian Aleixo dan Sumner (2016)
menunjukkan bahwa skor memori secara signifikan lebih
tinggi dibandingkan dengan kondisi pembelajaran yang
hanya menggunakan teks dan pembelajaran tanpa
menggunakan komik.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai pengaruh
terhadap hasil belajar. Hasil penelitian Balfakih (2003)
menunjukkan bahwa STAD adalah metode pengajaran yang
lebih efektif daripada metode mengajar tradisional dalam
mengajar. Namun hasil penelitian Khan (2011)
menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara
hasil belajar siswa kelas eskperimen yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan hasil
belajar siswa kelas kontrol.
Dengan adanya beberapa hasil penelitian tentang komik
dan STAD, maka penggunaan model pembelajaran koperatif
dipadu komik akan berpengaruh terhadap hasil belajar
dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD tanpa menggunakan komik.
II.
METODE PENELITIAN/EKSPERIMEN
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 15 Manokwari.
Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII. Sampel
penelitian yaitu kelas eksperimen 1 (kelas VIII A) dengan
jumlah siswa 29 orang dan kelas kelas eksperimen 2 (kelas
VIII C) dengan jumlah siswa 29 orang. Pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling. Jenis
penelitian adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian adalah
sebagai berikut:
O1
O3
X1
X2
O2
O4
Keterangan:
1. O1 dan O3 adalah pretes
2. O2 dan O4 adalah postes
3. X1 adalah kelas eksperimen pertama menggunakan
STAD berbantuan komik
4. X2 adalah kelas eksperimen kedua menggunakan STAD
Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes.
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Saphiro Wilk,
dengan dasar pengambilan keputusan: Jika probalilitasnya
(Sig) > 0,05 maka H0 di terima, yang berarti distribusi data
normal. Jika (Sig) < 0,05 maka H0 di tolak, yang berarti
distribusi data tidak normal. Uji homogenitas menggunakan
Levene's Test of Equality of Error Variances, d engan dasar
pengambilan keputusan, jika probalilitasnya (Sig) > 0,05
maka H0 diterima / data mempunyai varian yang sama, Jika
probalilitasnya (Sig) < 0,05 maka H0 di tolak / data
mempunyai varian yang tidak sama. Analisis data
menggunakan analisis parametrik dengan uji independent
sample t test pada taraf signifikan 0,05. Uji t digunakan
untuk melihat perbedaan data peningkatan hasil belajar
(gain) dengan menggunakan bantuan program SPSS 22 for
Windows. Untuk menghitung gain menggunakan rumus
sebagai berikut:
gain = skor postes – skor pretes
Tabel 1. Kriteria N – gain
Nilai N-gain
Tingkat
≥ 0,7
Tinggi
0,7 > N-gain ≥ 0,3
Sedang
< 0,3
Rendah
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil belajar belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Persentasi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen 1
Kategori
Skor
Jumlah
%
Sangat Baik
85 – 100
2
6,90
Baik
70 – 84
12
41,38
Cukup
55 – 69
12
41,38
Kurang
40 – 54
3
10,34
Sangat Kurang
< 40
0
0,00
Total
29
100
Tabel 3. Persentasi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen 2
Kategori
Skor
Jumlah
%
Sangat Baik
85 – 100
0
0,00
Baik
70 – 84
1
3,45
Cukup
55 – 69
13
44,83
Kurang
40 – 54
13
44,83
Sangat Kurang
< 40
2
6,90
Total
29
100
Berdasarkan data persentasi data hasil belajar pada Tabel
2 dan 3, diperoleh bahwa pencapaian kategori cukup –
sangat baik pada kelas eksperimen 1 (STAD dipadu komik)
lebih baik darpada kelas eksperimen 2 (STAD). Temuan
menunjukkan bahwa kelas yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media
pembelajaran komik IPA terpadu lebih baik dibandingkan
dengan kelas yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan media
pembelajaran komik IPA terpadu.
Tabel 4. Pesentasi Pencapaian KKM Kelas Eksperimen 1
Kategori
Skor
Jumlah
%
Tuntas
≥ 60
23
79,31
Tidak Tuntas
< 60
6
20,69
Total
29
100
Tabel 5. Pesentasi Pencapaian KKM Kelas Eksperimen 2
Kategori
Skor
Jumlah
%
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
136
Tuntas
Tidak Tuntas
Total
≥ 60
< 60
9
20
29
31,03
68,97
100
Berdasarkan data persentasi pencapaian nilai KKM (nilai
KKM sekolah sebesar 65) pada Tabel 4 dan 5 diperoleh
bahwa bahwa kelas yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media
pembelajaran komik IPA terpadu lebih baik pencapaian
KKMnya yaitu sebesar 79,31 % dibandingkan dengan kelas
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD tanpa menggunakan media pembelajaran komik
IPA terpadu yang hanya mencapai 31,03 %.
Tabel 6. Data N-gain kelas eksperime 1 dan 2
Kelas
N-gain
Tingkat
Eksperimen 1
0,6
Sedang
Eksperimen 2
0,4
Sedang
Berdasarkan data pada Tabel 6, diperoleh bahwa nilai Ngain kelas eksperimen 1 dan 2 tingkat sedang, namun Ngain kelas eksperimen 1 lebih tinggi dibandingkan nilai Ngain kelas eksperimen 2.
Tabel 7. Data Hasil Uji Normalitas
Kelas
Statistic
df
Sig.
Eksperimen 1
0,948
29
0,163
Eksperimen 2
0,964
29
0,417
Berdasarkan data pada Tabel 7, nilai sig. lebih besar dari α
= 0,05, maka dikatakan bahwa data gain kelas eksperimen 1
dan eksperimen 2 berdistribusi normal
Tabel 8. Data Hasil Uji Homogenitas
Levene
df1
df2
Statistic
Based on Mean
2,557
1
56
Sig.
0,115
Berdasarkan data pada Tabel 8, nilai sig pada based on
mean lebih besar dari α = 0,05, maka dikatakan bahwa data
gain kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 adalah
homogen.
Hasil uji prasyarat menunjukkan bahwa data gain
berdistribusi normal dan homogen, sehingga uji hipotesis
menggunakan analisis parametrik dengan uji independent
sample t test. Data hasil analisis dengan uji t disajikan pada
Tabel 8.
Tabel 8. Hasil Analisi Uji Hipotesis
df Sig. (2Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Equal
variances
assumed
56
0,000
-16,75862
3,14901
Berdasarkan data pada Tabel 8, diperoleh bahwa nilai
sig. 0,000 < α = 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara peningkatan hasil belajar
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD berbantuan media pembelajaran
komik IPA terpadu dan siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa
menggunakan komik.
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan
model pembelajaran yang sangat sederhana dari seluruh
moel pembelajaran kooperatif. Tetapi dalam pelaksanaannya
secara terus menerus akan membuat siswa menjadi jenuh.
Kejenuhan siswa membuat pemahaman mereka terhadap
materi menjadi berkurang, sehingga hasil belajar menjadi
tidak baik. Penggunaaan model pembelajaran STAD yang
dipadu dengan media pembelajaran komik IPA terpadu
membuat siswa termotivasi untuk belajar. Dalam komik
terdapat tokoh yang dibuat menjadi kartun. Dengan
menampilkan karakter dalam bentuk kartun maka materi
yang akan diajarkan akan mudah dipahami oleh siswa.
Menurut Arroio (2011) bahwa belajar IPA melalui science
comic siswa dapat memahami konsep IPA dan merupakan
media pengenalan IPA dengan tampilan yang
menyenangkan.
Menariknya siswa untuk belajar IPA disebabkan
penggunaan media pembelajaran komik IPA tepadu. Siswa
yang tertarik untuk belajar, maka pemahaman mereka
terhadap materi yang dibelajarkan oleh guru akan semakin
baik. Siswa mejadi terfokus kepada proses pembelajaran
yang dilaksanakan oleh guru. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Damopolii dan Nunaki (2016) bahwa
media pembelajaran komik IPA terpadu materi sistem
pencernaan pada manusia efektif meningkatkan hasil belajar
siswa. Dalam penelitian ini bahwa terdapat perbedaan
peningkatan hasil belajar siswa, dimana Hasil belajar siswa
yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD dipadu media pembelajaran komik IPA terpadu
menjadi lebih baik dibandingkann dengan pembelajaran
dengan model kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan
Komik.
Dilihat berdasarkan hasil pencapaian KKM, siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dipadu media pembelajaran komik IPA terpadu lebih
besar ketuntasan hasil belajarnya yaitu sebesar 79,31 %
dibandingkan dengan kelas yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa menggunakan
media pembelajaran komik IPA terpadu yang hanya
mencapai 31,03 %. Model pembelajaran kooperatif tipe
STAD dilaporkan memiliki pengaruh terhadap hasil belajar,
namun dalam proses belajar jika pemilihan media tepat,
maka hasil belajar menjadi lebih baik. Menurut Djamarah
dan Zain (2010) dasar pemilihan dan penggunaan media
adalah objektivitas, program pengajaran, sasararan program,
situasi dan kondisi (sekolah dan siswa), kualitas teknik dan
keefektifan dan efisiensi penggunaan.
Pembelajaran tidak selamanya harus mengajak siswa ke
dalam situasi yang nyata, tetapi bisa mengajak siswa ke
dalam sesuatu yang abstrak. Untuk membantu siswa dalam
memahami materi yang abstrak maka dibutuhkan suatu
media pembelajaran. Menurut Iriantara (2014) bahwa media
memiliki andil untuk menjelaskan hal-hal yang abstrak dan
menunjukkan hal-hal yang tersembunyi. Materi IPA SMP
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017
137
topik sistem pencernaan pada manusia merupakan materi
yang membutuhkan kegiatan percobaan atau pengamatan
langsung. Tetapi dikondisikan dengan keadaan fasilitas
sekolah, maka perlu adanya kreativitas dari guru untuk
mengajarkan materi kepada siswanya dengan baik.
Menurut Iriantara (2014) bahwa fungsi media dalam
proses belajar mengajar untuk menarik perhatian siswa,
membantu untuk mempercepat pemahaman, membantu
penyaajian pesan agar tidak verbalis, mengatasi keterbatasan
ruang, penjelasan lebih komunikatif dan produktif, waktu
pembelajaran
dapat
dikondisikan,
menghilangkan
kebosanan, meningkatkan motivasi dan keatifan siswa.
Penelitian Kurniawati et, al. (2017) menyimpulkan bahwa
memanfaatkan komik dan kearifan lokal jember merupakan
alat yang efektif dalam mengajar ilmu IPA terpadu. Komik
adalah alat belajar meningkatkan kinerja siswa dan
memotivasi mereka untuk belajar. Hasil belajar yang baik
dalam penelitin ini merupakan kreativitas guru dalam
menciptakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif.
Pembelajaran yang kreatif dan inovatif adalah melaksanakan
proses belajar mengajar yang terbarukan, dimana dalam
penelitian ini penggunaan media pembelajaran komik IPA
terpadu adalah kreativitas dan inovatif guru dalam
memadukannya dengan model pembelajaran yang sering
dilaksanakan dalam proses belajar mengajar.
[6]
I. Damopolii dan J. H. Nunaki, Pengembangan Media
Pembelajaran Komik IPA Terpadu Materi Sistem Pencernaan
Pada Manusia, Pancaran Pendidikan , vol 5, no 3, 2016, pp.
61-70
[7] K. Komalasari, Pembelajaran Kontekstual. Refika Aditama,
Bandung, 2013.
[8] N. M. A. Balfakih, The Effectiveness of Student Team
Achievement Division (STAD) for Teaching High School
Chemistry In The United Arab Emirates, International
Journal of Science Education, vol 25, no 5, pp. 605-624
[9] P. A. Aleixo dan K. Sumner, Memory for Biopsychology
Material Presented In Comic Book Format, Journal of
Graphic Novels and Comics, vol 8, issue 1, pp. 79-88
[10] S. B. Djamarah, dan A. Zain, Strategi Belajar Mengajar,
Edisi Revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2010.
[11] Y. Iriantara, Komunikasi Pembelajaran, Interaksi
Komunikasi dan Edukatif Di Dalam Kelas, PT Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2014
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat
perbedaan peningkatan hasil belajar siswa, dimana siswa
yang
dibelajarkan
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe STAD berbantuan media
pembelajaran komik IPA terpadu lebih tinggi peningkatan
hasil belajarnya dibandingkan dengan siswa yang
dibelajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe
STAD tanpa menggunakan komik
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kepada kepada DIKTI atas
pembiayaan penelitian dan Siis Werimon, Sari Rahayu
Rahman, dan Nona Wingty Psangi yang membantu dalam
penelitian sampai terciptanya artikel yang disampaikan
dalam simposium MIPA UNM.
PUSTAKA
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
A. Arroio, 2011. Comics as a narrative in Natural Science
Education. Western Anatolia Journal of Educational
Sciences (WAJES), Special Issue: Selected papers presented
at WCNTSE, 2011, pp. 93-98
A. A. Kuriawati, S. Wahyuni, and P. D. A. Putra, Utilizing of
Comic and Jember’s Local Wisdom as Integrated Science
Learning Materials, International Journal of Social Science
and Humanity, vol 17, no 1, 2017. Pp. 47-50
A. Suprijono, Cooperative Learning . Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2009.
E. Koasih, Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi
Kurikulum 2013, Penerbit Ydarma Widya, Bandung, 2014
G. N. Khan, Effect of Student’s Team Achievement Division
(STAD) on Academic Achievement of students. Asian Social
Science, vol 7, no 12, 2011, pp. 211-215
Simposium Nasional MIPA Universitas Negeri Makassar, 25 Februari 2017
MIPA Open & Exposition 2017