ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI Drugs Traff

ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI
“Drugs Trafficking di Amerika Selatan: Analisis Kebijakan Luar Negeri Venezuela
dalam menghadapi Tuduhan AS mengenai Perdagangan Narkoba”

Disusun oleh:
1.

Chikita Hesa Nova Pratama

125120401111018

2.

Devy Putri Hertanti

125120401111008

3.

Fajria Hasta R


125120400111063

4.

Kharisma Tegar V

125120400111023

5.

Krisnina Hardiana N

125120407111049

6.

Muhammad Wahyu Diansyah

125120407111032


7.

Pradika Alif Shanaswara

125120407111005

8.

Laita Frionamta

125120407111040

9.

Mentari K. Putri

120120407111023

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini kami membahas mengenai “Drugs Trafficking di Amerika
Selatan: Analisis Kebijakan Luar Negeri Venezuela dalam menghadapi Tuduhan
AS mengenai Perdagangan Narkoba” dimana kami menganalisis sebuah kebijakan
luar negeri yang dikeluarkan oleh Venezuela dengan menggunakan pendekatan
Neoliberal Institusional. Makalah ini kami buat sebagai tugas pada matakuliah Analisis
Politik Luar Negeri.
Terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu penyusunan makalah
ini. Berkat bantuan dari pihak – pihak tersebut makalah ini dapat terselesaikan sesuai
jadwal dan rencana kami.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput
dari kesalahan yang menyebabkan ketidaksempurnaan. Maka dari itu, kami memohon
maaf dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun untuk
makalah yang kami susun.

Malang, 18 Desember 2013
Tim Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Pada era globalisasi, batas-batas antar negara menjadi sesuatu yang tidak lagi
diperhatikan. Peredaran informasi, perkembangan teknologi, serta perdagangan telah
menjadi sektor yang terbuka bagi masyarakat internasional. Namun hal ini juga
berdampak buruk bagi sektor keamanan, contohnya peredaran narkoba yang semakin
luas dan dipermudah.
Amerika Latin sebagai salah satu kawasan yang memiliki predikat buruk
mengenai narkoba, sudah sejak lama menjadi sorotan dunia internasional. Peredaran
Coccaine dan Mariyuana di kawasan Eropa dan USA sebagian besar berasal dari
Amerika Latin. Meskipun demikian, perjuangan untuk memberantas peredaran narkoba
sudah sejak lama dilakukan oleh negara-negara dunia internasional. Terutama dengan
dibuatnya kebijakan-kebijakan dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Pada analisis kebijakan luar negeri yang akan kami lakukan, negara yang
digunakan sebagai acuan adalah Venezuela dari kawasan Amerika Latin. Sebagai contoh

kasus, Venezuela dikabarkan telah menjadi jalur peredaran narkoba sebelum tersebar ke
kawasan lainnya. Karena hal tersebut, USA memberi ultimatum kepada Venezuela
mengenai kegagalannya dalam menjaga keamanan.
Lalu pertanyaannya adalah, mengapa USA melontarkan berbagai intervensi
seperti tuduhan dan pernyataan yang buruk kepada Venezuela? Dari informasi yang
kami peroleh, sebelum masa kepemerintahan Hugo Chavez dan Nicolas Maduro, USA
memiliki berbagai kepentingan di Venezuela, terutama dalam hal minyak.
Venezuela adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya minyak terbesar
di dunia dan sebelum Hugo Chavez terpilih, pemerintah sangat patuh kepada
kepentingan USA. Faktanya, Venezuela kemudian melakukan privatisasi industri
minyak, dan seluruh industri lainnya setelah Chavez terpilih. 1 Selain itu, Chavez tidak

1 Mike Whitney. “Why Did Washington Hate Hugo Chavez? An Interview with
Author and Revolutionary Eva Golinger”. http://venezuelanalysis.com/analysis/9905
diakses pada 13 Desember 2013

hanya mengklaim dan mengubah industri minyak untuk redistribusi kekayaan dan
memastikan perusahaan luar negeri mentaati hukum (seperti membayar pajak dan
royalti), tetapi dia juga menasionalisasikan sumberdaya strategis milik USA yang
berada di negaranya, seperti emas, listrik, dan telekomunikasi. 2 Semenjak itulah

kemudian USA mulai membenci Venezuela, karena tindakan Chavez tersebut
mengakibatkan seluruh agenda kepentingan di USA menjadi kacau dan tidak sesuai
dengan target. Apalagi pemerintahan setelah Hugo Chavez yang dipegang oleh Nicolas
Maduro juga menunjukan perilaku yang anti terhadap USA. Tidak heran jika kedua
negara ini seringkali terdapat suatu permasalahan dalam proses interaksi dan
kerjasamanya.
Menanggapi hal tersebut, Venezuela kemudian membuat berbagai tindakan dan
kebijakan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Karenanya, kelompok kami akan
menjelaskan dan menjabarkan bagaimana perilaku dan kebijakan negara Venezuela
dalam mengatasi permasalahan yang ada. Terutama mengenai isu narkoba dan
keamanan.

2 Mike Whitney. “Why Did Washington Hate Hugo Chavez? An Interview with Author
and Revolutionary Eva Golinger”. http://venezuelanalysis.com/analysis/9905 diakses
pada 13 Desember 2013

1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana analisis kebijakan luar negeri Venezuela pada masa
pemerintahan Nicolas Maduro dalam mengatasi tuduhan Amerika Serikat yang
menyatakan bahwa Venezuela tidak mampu menjaga kemanan di negaranya dalam

bidang obat-obatan terlarang?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah menganalisis kebijakan luar negeri
Venezuela atas tuduhan Amerika Serikat terkait perdagangan narkoba melalui
pendekatan neoliberal institusionalisme.
1.4 Manfaat
a.

Bagi Pembaca
Memahami analisis kebijakan luar negeri Venezuela pemerintahan
Nicolas Maduro dalam mengatasi tuduhan Amerika Serikat yang
menyatakan bahwa Venezuela tidak mampu menjaga kemanan di negaranya
dalam bidang obat-obatan terlarang yang dijelaskan melalui pendekatan
neoliberal institusionalisme.

b.

Bagi Penulis
Melatih kompetensi dalam menganalisa kebijakan luar negeri
Venezuela pemerintahan Nicolas Maduro dalam mengatasi tuduhan Amerika

Serikat yang menyatakan bahwa Venezuela tidak mampu menjaga kemanan
di negaranya dalam bidang obat-obatan terlarang melalui pendekatan
neoliberal institusionalisme.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Foreign Policy
Untuk menganalisa kebijakan luar negeri Venezuela dalam memberantas
perdagangan narkoba di benua Amerika, maka kami menggunakan dokumen dari
konvensi yang diadakan oleh badan resmi PBB yaitu UNODC ( United Nations Office
on Drugs and Crime ) pada tahun 1988 yang berjudul “United Nations Convention
Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic Substances.” Konvensi ini
dibentuk sebagai dasar untuk menetapkan langkah-langkah yang komprehensif terhadap
perdagangan narkoba, termasuk ketentuan melawan pencucian uang dan pengalihan
bahan kimia. Konvensi ini berfungsi untuk mengadakan kerjasama internasional
melalui, misalnya, ekstradisi pengedar narkoba, pengiriman terkendali dan proses
transfer.
Dari 106 delegasi negara yang menghadiri konferensi PBB untuk adopsi
konvensi tersebut, Venezuela merupakan salah satu dari 87 negara yang pada saat itu

juga menandatangani isi konvensi tersebut. Selain menandatangani, Venezuela juga
mengeluarkan deklarasi interpretatif sehubungan dengan pasal ekstradisi dimana ada
pemahaman dari pemerintah Venezuela bahwa konvensi tersebut tidak akan dianggap
sebagai dasar hukum untuk ekstradisi warga Venezuela; serta pasal pengiriman
terkendali dimana tindakan secara terbuka di wilayah nasional Venezuela harus
ditindaklanjuti oleh kepolisian nasional yang kompeten dan bahwa prosedur pengiriman
terkendali akan diterapkan hanya sejauh hal tersebut tidak bertentangan dengan undangundang nasional negara tersebut. Venezuela kemudian meratifikasi perjanjian tersebut
pada 16 Juli 1991.
http://treaties.un.org/Pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=VI19&chapter=6&lang=en (terlampir)

2.1.1 Supporting Evidence
http://venezuela-us.org/live/wp-content/uploads/2009/08/03-01-2011-FS-Fight-AgainstDrugs.pdf (terlampir)
http://venezuela-us.org/live/wp-content/uploads/2009/08/05-24-2013-Venezuelas-Antidrug-Efforts.pdf (terlampir)

2.2 Foreign Policy Behaviour
Berdasarkan berita dari press TV, Juli 2011 tentang Venezuela Berjuang Untuk
Memerangi Perdagangan Narkoba di Benua Amerika menyatakan bahwa Menteri
Kehakiman dan Urusan Dalam Negeri Venezuela, Tareck El Eissami, bereaksi terhadap
tuduhan AS bahwa Venezuela tidak melakukan cukup hal untuk menghentikan
perdagangan narkoba di benua Amerika. Ia mengatakan bahwa dukungan dari Drug

Enforcement Agency tidak lagi diperlukan dan Venezuela bersedia untuk membantu AS
atau negara lain untuk mengurangi laju perdagangan narkoba. Venezuela telah
menginvestasikan sebanyak 46 juta dolar pada tahun 2010 untuk memerangi
perdagangan narkoba di negaranya. Menteri Kehakiman dan Urusan Luar Negeri
Venezuela telah menyakinkan bahwa Venezuela telah menandatangi lebih dari 30
perjanjian kerjasama internasional dengan tanggung jawab bersama. Pemerintah
Venezuela menganggap bahwa AS memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam
merangsang operasi perdagangan narkoba karena Venezuela bukanlah negara produsen
obat-obatan terlarang itu, sementara sebagian besar obat yang diproduksi di dunia
berakhir di tangan warga negara Amerika.
Dalam kerjasama yang dilakukan oleh AS dengan Venezuela dalam
pemberantasan perdagangan narkoba terjadi kesalahpahaman sehingga MEnteri
Kehakiman dan Urusan dalam negeri, Tarek El Aissami, berbicara kepada Majelis
Nasional mengatakan bahwa AS terlalu “munafik” dan menekankan bahwa di AS lebih
dari 50 juta orang menggunakan obat-obatan terlarang dan negara tersebut
mengkonsumsi 31% mariyuana dan 41% dari kokain yang diproduksi secara global.
Dikutip dari sebuah artikel seorang sosiolog, James Petras, El Aissami menjelaskan
bahwa sistem ekonomi AS tergantung pada industri obat-obatan dan akan menderita
keruntuhan besar apabila perdagangan narkoba tidak ada lagi. Sehingga Tareck El
Eissami mengatakan bahwa sementara tingkat penyitaan narkoba di AS telah menurun

sejak tahun 1990. Sedangkan Venezuela telah meningkatkan tingkat atas penyitaan sejak
tahun 2006, hal tersebut menurut laporan yang diterbitkan oleh PBB pada tanggal 26
Juni. Selain itu, Venezuela telah berada di peringkat atas dalam penyitaan kokain, dan
laporan tahun tersebut mengakui pelaksanaan pemerintah Venezuela terhadap kebijakan

obat-obatan yang diterima dengan baik, menurut data terakhir pemerintah Venezuela
464 ton obat-obatan dalam satu decade terkahir termasuk 30 ton obat-obatan dan 19
laboratorium narkoba sepanjang tahun tersebut.

2.4 Foreign Policy Analysis
Pendekatan Teori: Neoliberalisme
Neoliberal Institutionalisme (NI) merupakan pemahaman yang muncul dengan
pertanyaan “Apabila sistem internasional yang di dunia ini anarki, mengapa negaranegara memutuskan untuk bekerjasama?”
Seperti yang kita tahu, bahwa USA merupakan kekuatan yang dominan pada
masa Perang Dunia, dan setiap kerjasama tentang keamanan yang akan dibuat, harus
memerlukan persetujuan USA sebagai kekuatan yang dominan (hegemoni)3. Setelah
tahun 60’an, dominan USA dalam ekonomi politik dunia tertantang dengan usaha
Jepang untuk memperbaiki keadaan ekonomi mereka, sera bangkitnya kesatuan Eropa.
Ketika inderpendensi ekonomi semakin tumbuh, keterkaitan USA dalam ekonomi dunia
mulai dipercepat karena tertantang dengan Eropa dan Jepang, sampai akhr tahun 70’an.
Pada poin ini, prediksi Realis dan institusionalis mulai berbenturan dengan keadaan
yang

ada.

Dalam

standpoint

institutionalis,

meningkatnya

kebutuhan

untuk

berkoordinasi dalam kebijakan, tercipta karena adanya interdependensi—akan
mengarah pada bentuk kerjasama yang lain. Dari perspektif Realisme, secara kontras,
difusi power seharusnya merusak kemampuan suatu negara untuk menciptakan order4.
Kehadiran NI dalam kajian Hubungan Internasional bukan untuk menggantikan
atau menyangkal posisi Realisme ataupun Neo-realisme5. NI mengembangkan
pemikiran Neo-realisme yang sebelumnya berorientasi pada power dan security.
Keohane, seorang pemikir NI melihat adanya perubahan dalam kondisi politik dunia
yang pada saat itu sedang gencar membentuk kondisi ekonomi, dan hal ini memerlukan
kerjasama. NI menyuguhkan institusi dalam kerjasama yang berperan penting dalam
memfasilitasi kerjasama.
Pada analisis ini, kami menggunakan 3 indikator NI untuk menjelaskan
serangkaian kasus yang terjadi:
3 Keohane. After Hegemony Cooperation and Discord In World Political Economy
(New Jersey: Princeton University Press, 1984) halaman 9
4 Ibid, halaman 10
5 Smit, Sindal. OXFORD Handbook of International Relation (New York: Oxford
University Press, 2008) halaman 201

1. Cooperation after hegemony
Cooperation after hegemony berarti kerjasama yang didalamnya tidak
ada kekuatan yang dominan. Pada kondisi ini tidak terdapat pihak yang memiliki
kekuatan hegemon dan terdapat berbagai institusi dan rezim di lingkungan
internasional. Hal ini merupakan kritik yang tajam dari NI atas Neo-realis. Neorealis menekankan pada hegemonic stability dimana apabila akan melakukan
kerjasama, harus ada power yang hegemoni untuk memperkuat norma yang
dibuat. NI menekankan pada kerjasama yang kemudian tidak memerlukan
kekuatan yang hegemoni dalam mengoordinasikan keinginan dan tujuan
dalam bekerjasama. Tidak adanya kekuatan hegemoni tersebut dikarenakan
adanya common interest antar negara-negara dalam bekerjasama dan itu
memudahkan mereka untuk saling berinteraksi.
Analisis:
Venezuela yang terang-terangan menyangkal bahwa tuduhan USA salah,
kemudian menyerukan kepada aliansinya dengan negara-negara di sekitarnya
yang tergabung dalam OAS untuk membantu Venezuela dalam konfliknya
dengan USA. Wujud kerjasama tersebut dapat dilihat dengan patroli yang
diadakan oleh member OAS, yakni Venezuela dengan Kolumbia. Patroli ini
telah diadakan selama beberapa tahun terkahir dan mendapatkan teknologi baru
seperti stasiun radar untuk mendeteksi pesawat dan tempat pembakaran narkoba
yang berhasil disita (Lampiran: Fact Sheet – Venezuela’s Fight Against Drugs).
Patroli ini digunakan sebagai pembuktikan bahwa Venezuela juga
berperan dalam mengatasi dan mengontrol peredaran obat-obatan dan narkoba di
Amerika Latin. Dalam kerjasama ini, tidak ada kekuatan yang hegemoni,
dikarenakan negara tetangga Venezuela mempunyai common interest untuk
menghindari tuduhan serupa dari USA, terutama Kolumbia sebagai negara
pengedar dan pengguna narkoba dan obat-obatan. Dalam hal ini, NI melihat
adanya interdependence antara Venezuela dengan negara lainnya, dimana untuk
memenuhi kebutuhannya Venezuela tidak bisa terlepas dari kerjasama dan
bergantung pada tindakan yang dilakukan oleh negara lain. Bisa diartikan bahwa

untuk menyanggah pernyataan USA mengenai Venezuela yang tak mampu
menjaga keamanannya, Venezuela bergantung pada tindakan dari negara lain
untuk mempertahanakan dan menyatakan kebenaran dari posisisnya saat ini.

2. Institusi
Dalam NI, peran institusi sangat penting dalam kerjasama. Institusi
dalam NI biasa disebut international regime yang timbul dikarenakan adanya
kerjasama yang ada. Dalam kerjasama, prosesnya bisa dilihat dari bagaimana
negara-negara

menyamakan

perilakunya

pada

isu

aktual

atau

mengantisipasi perbuatan pihak lain. Hal ini biasanya dilakukan melalui
koordinasi kebijakan.
Analisis:
Dalam kasus Venezuela, OAS merupakan intitusi yang terbentuk
dikarenakan common interest yang ada dari negara di Amerika Latin. Untuk
membuktikan bahwa pernyataan AS kepada Venezuela itu salah mereka telah
membentuk sebuah kerjasama dengan negara-negara di Amerika Latin yang
tergabung dalam OAS.
Sebelumnya apa itu OAS? Organisation of American States (OAS)
adalah sebuah organisasi yang terdiri dari negara-negara di Amerika (khususnya
Amerika Latin) yang memiliki visi dan misi dalam 4 pilar, yakni demokrasi,
HAM, keamanan, dan perkembangan. Organisasi ini didirikan untuk mencapai
tujuan negara-negara anggota, sebagaimana tercantum dalam OAS Charter
artikel 1 “sebuah perintah perdamaian dan keadilan, untuk mempromosikan
solidaritasnya, memperkuat kolaborasi, dan mempertahankan kedaulatannya,
integritas teritorialnya, dan kemandiriannya.”6
Venezuela yang tergabung dalam OAS telah melakukan berbagai
tindakan preventif dalam mengatasi isu narkoba yang terjadi di Amerika Latin.
Hal ini bisa dilihat dari adanya berbagai tindakan seperti yang sudah disebutkan
sebelumnya (patroli dengan negara anggota OAS). Kegiatan perlawanan
6 Anonim, “Who We Are”, http://www.oas.org/en/about/who_we_are.asp

narkoba ini juga telah diakui dan dipuji oleh OAS dan International Criminal
Police Organisation (interpol).
Pada kasus ini, terdapat tuduhan tanpa bukti yang ditujukan USA pada
Venezuela. Sebelumnya, Venezuela telah bekerjasama dengan sebuah institusi
USA Drugs Enforcement Administration (DEA) sampai tahun 2005 hingga
terdapat indikasi institusi tersebut terlibat dalam kegiatan spionase. Venezuela
telah terdaftar sebagai “Presidential Determination for Major Drug Producing
and Transit Countries” yang dipublikasiskan pada 15 September 2011 sebagai
“demonstrasi kegagalan” dalam melawan narkoba dan menghiraukan segala
bukti kuat yang ada. Hal ini yang yang kemudian disanggah oleh Tareck Al
Eissami pada tanggal 16 September 2011.
Dari hal ini, usaha Venezuela cukup terlihat sebagai upayanya begabung
dalam institusi, bergerak dan menyepakati ketetapannya untuk menjaga
kemanan yang ada. Hanya saja USA tetap bersikukuh untuk menjatuhkan
Venezuela. Bila dikatikan dengan teori regionalisme - neoliberalisme, maka
dapat disimpulkan bahwa biarpun mereka melakukan integrasi untuk tujuan
kepentingan, mereka masih percaya dengan long-term cooperation. Karena pada
dasarnya, tekanan eksternal-lah yang membuat mereka melakukan integrasi itu.
Jika mereka tidak melakukan integrasi, maka mereka akan tersingkir dari
lingkup internasional dan menambah rasa tidak aman mereka terhadap dunia
internasional. Seperti itulah mengapa negara-negara tersebut memiliki
kepentingan terhadap negara lainnya dan berujung pada ketergantungan.
3. Rational Choice
Bagi Keohane, Krasner dan Ruggie, mereka semua (negara) bertindak
sebagai rational-egoist logic, atau disebut juga rational choice institutionalism.
Rational choice institutionalist menerima bahwa aktor, dalam kasus ini negara,
akan mencari sesuatu yang menjadi pilihan terbaik bagi negaranya 7. Tidak
seperti kebanyakan konsep tentang logis dari rational choice, rational choice
institutionalist menyatakan bahwa pilihan aktor dalam mengambil keputusan
terbatas dalam beberapa faktor: informasi yang ada secara parsial, rasionalitas
7 Keohane. After Hegemony Cooperation and Discord In World Political Economy
(New Jersey: Princeton University Press, 1984) halaman 65

terbatas, ilmu pengetahuan, dan tekanan institusionalnya. (Slepse 1989: 138139)
Rational Choice dalam NI sebenarnya lebih mengarah kepada kenapa
international regime itu ada. Dan ada dua aspek dalam terbentuknya
international regime, yaitu tekanan yang ada, dan pembuatan kebijakan8.
Tekanan atau constraints mengarah kepada faktor lingkungan dan aktor yang
kekuatannya besar. Rezim bisa menjadi lebih atau kurang “terganggu” oleh aktor
yang kekuatannya lebih besar; yang itulah kemudian menjadi alasan negara
untuk bergabung dalam suatu rezim (Young, 1983). Kita dapat menggunakan
analisis rational choice untuk memahami keputusan yang dibuat guna
mengonstruk rezim internasional dan menekankan dalam pemikiran mereka
bahwa adanya power yang lebih besar tersebut mampu membahwa peluang
keuntungan atau kerugian bagi beberapa aktor, dan rational choice sangat harus
diperhatikan walaupun nantinya mereka akan medapatkan keuntungan yang
sedikit (daripada rugi). Disamping menekankan pada rezim, rational choice juga
sama

dengan

neorealist,

bahwa

egoism

juga

merupakan

hal

yang

dipertimbangkan. Egoism disini berarti bahwa manusia (dalam hal ini negara)
merupakan anomalic actor, diluar adanya human society. Mereka akan
cenderung mencari keuntungan bagi diri mereka sendiri, terlepas dari
pemahaman bahwa dirinya adalah satu kesatuan dari suatu rezim. Dalam NI,
rational choice digambarkan dalam permainan Prisoner Dillema, yang secara
singkat menggambarkan dua orang yang melakukan tindakan criminal, dipisah
dalam ruangan yang berbeda, dan diminta untuk berbicara atas kejahatan yang
mereka lakukan. Apabila mereka berdua mau berbicara, mereka berdua akan
dibebaskan. Apabila salah satu dari mereka tidak mau berbicara, maka yang
tidak berbicara akan dihukum berat. Dan disini lah letak rational choice,
mereka akan melakukan apa yang dirasa menguntungkan, dan melupakan
bahwa temannya merupakan partner dalam melakukan kejahatan.
Analisis:
Dalam isu ini, USA dan Venezuela merupakan satu kesatuan aktor
dimana NI merupakan kepanjangan tangan dari realism. Ketika negara bertindak
8 Keohane. After Hegemony Cooperation and Discord In World Political Economy
(New Jersey: Princeton University Press, 1984) halaman 45

sebagai unitary actor karena USA tidak mempersoalkan berapa persen penduduk
Venezuela yang menggunakan narkoba, USA hanya melihat Venezuela sebagai
negara yang bersalah atau lemah dalam mengontrol peredaran narkoba di dalam
negaranya.
Dalam isu ini pula, negara dipandang sebagai rational actor—dalam
pandangan NI dimana suatu negara bisa menghitung untung dan rugi. Hal ini
bisa dilihat dari tindakan Venezuela yang terus mengeluarkan argument atau
sanggahan bahwa mereka sudah melakukan usaha untuk melawan peredaran
narkoba dalam negaranya. Karena apabila Venezuela tidak menyangkal ataupun
menyanggah tuduhan yang dilontarkan USA, maka citra Venezuela dimata
internasional akan menjadi buruk, apabila citra Venezuela buruk, maka
kerjasama Venezuela dengan negara lain akan terhambat atau bahkan putus.
Contoh kerjasama yang dilakukan Venezuela dengan negara lain adalah
kerjasama energi dengan India dan aliansi strategis dengan Cina. Dalam NI,
kerjasama adalah sesuatu yang harus dipertahankan. Oleh karenanya Venezuela
harus berjuang untuk mempertahankannya agar bisa bertahan di dunia
internasional.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pembahasan makalah ini mengacu terhadap pembuatan kebijakan luar negeri
Venezuela pada masa pemerintahan Nicolas Maduro dalam mengatasi tuduhan Amerika
Serikat yang menyatakan bahwa Venezuela tidak mampu menjaga kemanan di
negaranya dalam bidang obat-obatan terlarang yang kemudian dianalisis menggunakan
Neoliberal Institutionalisme (NI)

yaitu suatu pemahaman yang muncul dengan

pertanyaan “Apabila sistem internasional yang di dunia ini anarki, mengapa negaranegara memutuskan untuk bekerjasama?”.
Makalah ini mengulas yang pada awalnya Venezuela memiliki hubungan baik
dalam bekerjasama dengan Amerika Serika pada masa kepemimpinan Hugo Chavez dan
Nicolas Maduro khususnya dalam hal minyak namun kemudian Venezuela melakukan
privatisasi industri minyak setelah Chavez terpilih. Dia juga menasionalisasikan sumber
daya strategis milik USA yang berada di negaranya, seperti emas, listrik, dan
telekomunikasi. Semenjak itulah kemudian USA mulai membenci Venezuela. Kemudian
Venezuela memulai dengan ikut meratifikasi sebuah konfensi diadakan oleh badan
resmi PBB yaitu UNODC ( United Nations Office on Drugs and Crime ) yang berjudul
“United Nations Convention Against Illicit Traffic in Narcotic Drugs and Psychotropic
Substances.” Kemudian sebagai perilaku Venezuela yang mana menolak atas tuduhan
AS dengan munculnya berita bahwa Venezuela telah menginvestasikan sebanyak 46 juta
dolar pada tahun 2010 untuk memerangi perdagangan narkoba di negaranya.
Dari hal tersebut dapat kami simpulkan melalui sebuah analisis dengan
menyebutkan 3 indikator dari NI, yaitu : Cooperation after hegemony, yang
membuktikan bahwa Venezuela bergabung dengan OAS dan bekerjasama dengan
member OAS yaitu kolombia untuk melakukan patroli atas kerjasama ini, tidak ada
kekuatan yang hegemoni, dikarenakan negara tetangga Venezuela mempunyai common
interest untuk menghindari tuduhan serupa dari USA, terutama Kolumbia sebagai
negara pengedar dan pengguna narkoba dan obat-obatan. Institusi, OAS merupakan
intitusi yang terbentuk dikarenakan common interest yang ada dari negara di Amerika
Latin untuk itu Venezuela bergabung untuk mengelak tuduhan AS. Rational Choice,
dilihat dari tindakan Venezuela yang terus menyangkal atas tuduhan dari AS yang mana

hal itu dapat menanamkan citra buruk Venezuela di ranah internasional yang berdampak
merugikan Venezuela itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Keohane. 1984. After Hegemony Cooperation and Discords In World Political
Economy. New Jersey: Princeton University Press.
Burchill. 1996. Theories of International Relations. New York: ST. Martin’s Press,
INC.
Smit, Sindal. 2008. OXFORD Handbook of International Relations. New York:
OXFORD University Press.

WEBSITE
Anonim. “Who We Are”, http://www.oas.org/en/about/who_we_are.asp (Online,
diakses 13 Desember 2013)
Mike Whitney. “Why Did Washington Hate Hugo Chavez? An Interview with
Author and Revolutionary Eva Golinger”. http://venezuelanalysis.com/analysis/9905
diakses pada 13 Desember 2013
http://treaties.un.org/Pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=VI19&chapter=6&lang=en (Online, diakses 13 Desember 2013)
http://venezuela-us.org/live/wp-content/uploads/2009/08/03-01-2011-FS-FightAgainst-Drugs.pdf (Online, diakses 13 Desember 2013)