Hubungan Gender Dan Etnis Dengan Outcome Pada Pasien Migren Dan Pada Pasien Chronic Tension Type Headache Chapter III V

47

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi Rumah Sakit Umum
Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan dan jejaring dari tanggal 01 Februari
s/d 30 Mei 2016 atau sampai jumlah subjek penelitian tercukupi.
III.2. SUBJEK PENELITIAN
III.2.1. Populasi sasaran
Semua penderita migren atau CTTH yang datang

ke poliklinik

neurologi RSUP Haji Adam Malik Medan dan jejaring.
III.2.2. Populasi terjangkau
Semua

penderita migren atau CTTH yang datang ke poliklinik


Departemen Ilmu Penyakit Saraf RSUP Haji Adam Malik Medan dan jejaring
yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan menurut metode sampling non
random secara konsekutif dari tanggal 01 Februari s/d 30 Mei 2016

atau

sampai jumlah subjek penelitian tercukupi.
III.2.3. Besar sampel
MIGREN
n1  n2

Z


(1 / 2 )

2 P (1  P )  Z (1  ) P1 (1  P1 )  P2 (1  P2 )

P1  P2 2




2

Universitas Sumatera Utara

Dimana :
Z (1 / 2) = deviat baku alpha. utk  = 0,05 maka nilai baku normalnya 1,96
Z (1  ) = deviat baku alpha. utk  = 0,10 maka nilai baku normalnya1,282

P1 = proporsi penderita migren= 0,12 (12,0 %) (Sjahrir, 2004)
P2 = perkiraan penderita migren pada penelitian, ditetapkan sebesar

=

0,47(47 %)
P1  P2 = beda proporsi yang bermakna ditetapkan sebesar= 0,35

Maka sampel minimal untukmasing-masing kelompok perlakuan sebanyak 30
orang.

III.2.4. Kriteria inklusi
1.

Pasien sadar dan kooperatif

2.

Bisa berbahasa Indonesia

3.

Bersedia ikut dalam penelitian.

III.2.5. Kriteria eksklusi
1.

Pasien dengan gangguan psikiatri

2.


Usia < 18 tahun

III.3. BATASAN OPERASIONAL
1. Migren adalah nyeri kepala berulang dengan manifestasi serangan
selama 4-72 jam. Karakteristik nyeri kepala unilateral, berdenyut,
intensitas sedang atau berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik yang
48

Universitas Sumatera Utara

rutin dan diikuti dengan nausea dan atau fotofobia dan fonofobia. (Sjahrir
dkk, 2013)
2. Chronic Tension type headache (CTTH) ialah nyeri kepala yang berasal
dari ETTH dengan serangan tiap hari atau serangan episodik nyeri kepala
yang lebih sering yang berlangsung beberapa menit sampai beberapa
hari. Nyeri kepala bersifat bilateral, menekan atau mengikat dalam
kualitas dan intensitas ringan atau sedang, dan nyeri tidak bertambah
memberat dengan aktivitas fisik yang rutin. Kemungkinan terdapat mual,
fotofobia atau fonofobia ringan. Dengan kriteria diagnostik :
1. Nyeri kepala timbul ≥ 15 hari/bulan, berlangsung >3 bulan (≥180

hari/tahun).
2. Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus.
3. Nyeri kepala memiliki paling tidak 2 karakteristik berikut:
- lokasi bilateral
- menekan/mengikat (tidak berdenyut)
- ringan atau sedang
- tidak memberat dengan aktivitas fisik yang rutin
4. tidak didapatkan :
- lebih dari satu : fotofobia , fonofobia atau mual yang ringan
- mual atau sedang atau berat, maupun muntah
5. tidak ada kaitan dengan penyakit lain. (Sjahrir dkk, 2013)
49

Universitas Sumatera Utara

3. Outcome adalah keadaan penderita pada akhir pengobatan atau akhir
dari proses penyakit, termasuk derajat perbaikan maupun kebutuhan akan
terapi berkelanjutan, pengobatan, dukungan dan edukasi (Mosby, 2009).
Komponen outcome pada penelitian ini diukur dengan menggunakan
kuesioner MIDAS dan HIT-6 serta nilai VAS yang dinilai pada hari

pertama dan hari ke 30.
4. Etnis adalah kelompok yang terdapat dalam masyarakat yang memiliki
kebudayaan yang khas yang membedakan dari etnis lainnya.Kekhasan ini
disebabkan oleh kesamaan atau kemiripan nenek moyang mereka dan
asal usulnya dan ditandai dengan tampilan fisik yang khas dan
pengalaman atau pengetahuan bersama terhadap masa lalu yang sama
(Sibarani, 2013).
5. Gender adalah perbedaan status dan peran antara laki-laki dan
perempuan yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan nilai budaya
yang berlaku dalam periode waktu tertentu (WHO, 2016).
6, Migraine Disability Assesment (MIDAS) adalah pertanyaan 5 pokok
dengan pola menaksir disabilitas yang hubungan dengan sakit kepala.
Skor dibagi dalam 5 kelas :
1. Kelompok 1 (skor 0-5) (minimal atau disabilitas tak sering) :
menunjukkan disabilitas sedikit selama 3 bulan lalu dan memerlukan
kebutuhan pengobatan rendah. Beberapa penderita dengan MIDAS
50

Universitas Sumatera Utara


grade 1, seperti serangan migren tak sering , akan tetapi hebat,
mendapat manfaat dari pengobatan garis pertama dengan terapi
migren spesifik (seperti triptan).
2. Kelompok 2 (skor 6-10) (disabilitas ringan atau disabilitas tak sering :
menunjukkan

disabilitas

ringan

dan

memerlukan

pengobatan

sedang.Penderita dapat memerlukan pemberian pengobatan akut.
3. Kelompok 3 (skor 11-20) (disabilitas sedang) dan 4 (skor ≥ 21)
(disabilitas hebat) sangat memerlukan pengobatan. (Sjahrir 2004)
7. Headache Impact Test-6 (HIT-6) meliputi 6 aspek, yaitu nyeri, fungsi

sosial, fungsi peran, vitalitas, fungsi sosial, dan gangguan psikologis.HIT6 memiliki reliabilitas dan internal consistency yang tinggi, aksesibilitas
yang sempurna serta mudah digunakan. Skor dibagi menjadi 4 kelompok :
1. Kelompok 1 ( skor < 49) : sedikit atau tidak ada dampak
2. Kelompok 2 ( skor 50-55) : sedikit dampak
3. Kelompok 3 ( skor 56-59) : dampak yang mulai berpengaruh
4. Kelompok 4 ( skor 60-78) : berdampak berat (Yang dkk, 2010).
8. Visual Analog Scale (VAS) : Skala berupa suatu garis lurus yang
biasanya memiliki panjang 10 cm (100 mm), dengan penggambaran
verbal pada masing-masing ujungnya seperti angka 0 (tanpa nyeri) sanpai
angka 10 (nyeri terberat). Dimana nilai VAS 0 - G, ESR 1 Pvu IIC>T, ESR-1 30T>C dan
Progesterone

Receptor

Gene

(PGR)

Progesterone


Receptor

Gene

Polymorphism (PROGINS) merupakan polymorphisms yang telah diteliti.
Pada penelitian meta analisis yang telah dilakukan, menemukan hubungan
antara polymorphisms ESR-1 594C>A dan 325 C>G dengan migren (Schurks
dkk, 2010).
Estrogen Receptor 1 Gene (ESR-1) 594 G>A terletak pada exon 8 dan
325C>G terletak pada exon 4 merupakan polymorphisms yang hampir sama.
Etnis dianggap merupakan sumber dari penyebab terjadinya heterogenisitas
pada hubungan antara polymorphisms pengkodean gen untuk protein pada
jalur reseptor sex hormon. ESR-1 594 G>A terletak pada exon 8 dan 325C>G
terletak pada exon 4 merupakan polymorphisms yang hampir sama.Selain itu
ESR-1 Pvu II C>T dan PGR PROGINS juga terdapat di dalam polymorphisms
tersebut. Pada penelitian yang telah dilakukan ditemukan perbedaan Alu
tersebut antara etnis Caucasia dan India dimana Alu tersebut meningkatkan
resiko terjadinya migren pada etnis Caucasia (Schurks dkk, 2010).

76


Universitas Sumatera Utara

IV.3. KETERBATASAN PENELITIAN
1. Meskipun pada penelitian ini sudah disesuaikan untuk beberapa hal
yang dapat mempengaruhi outcome namun mungkin masih ada faktor
lainnya yang tidak terhitung sebagai pembias.
2. Subyek penelitian kurang memiliki keberagaman jumlah etnis yang
cukup sehingga hasilnya belum representatif.
3. Sedikitnya subyek penelitian sehingga hasil penelitian kurang
representatif.

77

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data yang diperoleh pada penelitian ini, maka
disimpulkan bahwa :
1. Dari 30 pasien dengan migren didapatkan jenis kelamin perempuan
sebanyak 21 orang (70%) dengan rerata umur 51,27 tahun. Mayoritas
berpendidikan SMA (56,7%) dengan pekerjaan terbanyak adalah ibu
rumah tangga sebanyak 16 orang (53,3%). Suku Batak merupakan
mayoritas pada penelitian ini sebanyak 15 orang (50%) dengan
dominan etnis Melayu (86,7%).
2. Dari 34 pasien dengan CTTH didapatkan jenis kelamin perempuan
sebanyak 24 orang (70,6%) dengan rerata umur 47,97 tahun.
Mayoritas berpendidikan SMP dan SMA sebanyak 12 orang (35,3%)
dengan pekerjaan terbanyak adalah ibu rumah tangga sebanyak 20
orang (58,8%). Suku Jawa merupakan mayoritas pada penelitian ini
78

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 15 orang (44,1%) dengan dominan etnis Melayu 30 orang
(88,2%).
3. Ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
outcome (p=0,03) dengan menggunakan uji fisher’s exact dengan nilai
RR = 3,5, yang artinya bahwa subyek dengan jenis kelamin laki-laki
akan berisiko mengalami perbaikan outcome sebesar 3,5 kali
dibandingkan

subyek

dengan

jenis

kelamin

perempuan

pada

kelompok subyek dengan migren. Nilai korelasi yang diperoleh adalah
0,463 artinya terdapat korelasi yang sedang dan bernilai positif antara
jenis kelamin dan outcome.
4. Ditemukan hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
outcome (p=0,002) dengan menggunakan uji fisher’s exact dengan
nilai RR = 3,84, yang artinya bahwa subyek dengan jenis kelamin lakilaki akan berisiko mengalami perbaikan outcome sebesar 3,84 kali
dibandingkan

subyek

dengan

jenis

kelamin

perempuan

pada

kelompok subyek dengan CTTH. Nilai korelasi yang diperoleh adalah
0,555 artinya terdapat korelasi yang sedang dan bernilai positif antara
jenis kelamin dan outcome.
5. Dengan menggunakan uji chi square, menunjukkan bahwa tidak
ditemukan hubungan yang signifikan antara etnis dengan outcome
pada kelompok subyek dengan migren.
79

Universitas Sumatera Utara

6. Dengan menggunakan uji chi square, menunjukkan bahwa tidak
ditemukan hubungan yang signifikan antara etnis dengan outcome
pada kelompok subyek dengan CTTH.

V.2. SARAN
1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel minimal sehingga masih
diperlukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
besar sehingga hasil penelitian lebih representatif.
2. Perlu dipertimbangkan untuk menganalisa variabel berdasarkan faktor
resiko lainnya secara lebih terperinci untuk memperkecil bias
penelitian, sehingga hasil yang didapatkan menjadi lebih baik.
3. Pada penelitian yang lain sebaiknya dilakukan pemeriksaan genetik
polymorphismn sehingga diketahui penyebab hubungan etnis dengan
nyeri kepala terutama pada etnis Melayu.

80

Universitas Sumatera Utara