Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara Chapter III V

38

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret - Mei 2017. Setiap satu bulan
sekali dilakukan satu kali pengukuran panjang bobot ikan. Sampel ikan diperoleh
dari hasil penangkapan Ikan Selar Kuning di perairan Selat Malaka. Peta lokasi
pengambilan sampel Ikan Selar Kuning dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta
(Selaroides
Medan

Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Selar Kuning
leptolepis) di Perairan Selat Malaka, Kecamatan
Belawan, Provinsi Sumatera Utara.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gill net dengan mesh size
2 inchi yang berfungsi untuk menangkap Ikan Selar Kuning, alat pengukur ikan

dengan ketelitian 1 mm untuk mengukur panjang ikan, timbangan digital untuk
menimbang bobot ikan, GPS untuk menentukan titik koordinat pada stasiun
sampling, refakto meter untuk mengukur salinitas air, termo meter untuk

Universitas Sumatera Utara

39

mengukur suhu air, Cool box untuk wadah sampel, DO meter untuk mengkukur
kadar oksigen terlarut (DO) dan kapal berukuran 5 GT.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ikan Selar Kuning
(Selaroides leptolepis) sebagai sampel penelitian sebanyak 360 ekor ikan, es
untuk penanganan ikan agar ikan tetap segar setelah ditangkap dan tisu.
Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel
Stasiun I :
Stasiun 1 berada pada titik koordinat 98º 47’ 27,5” BT - 3º 50’ 9,5”LU
lokasi ini berjarak ±13 km dari tempat pelayaran kapal. Kedalaman perairan
adalah 12 meter. Terdapat kegiatan penangkapan ikan di lokasi tersebut. Lokasi
stasiun 1 dapat dilihat pada Gambar 8.


Gambar 8. Stasiun 1
Stasiun II :
Stasiun 2 berada titik koordinat 98º 48’ 8,7” BT - 3º 47’ 11,6” LU.
Stasiun ini berjarak ±5 km dari stasiun I dan telah banyak aktivitas penangkapan
ikan di daerah tersebut. Lokasi stasiun 2 dapat dilihat pada Gambar 9.

Universitas Sumatera Utara

40

Gambar 9. Stasiun II
Stasiun III
Secara geografis stasiun ini berada titik koordinat 98 º 47’ 46,7” BT - 3º
56’ 20,5”

LU. Stasiun ini merupakan lokasi yang paling jauh dari daratan

berjarak ±3 km dari stasiun 2.

Pada stasiun ini tidak banyak aktivitas


penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan. Stasiun III dapat dilihat pada
Gambar 10.

Gambar 10. Stasiun III

Universitas Sumatera Utara

41

Tabel 1. Pengukuran Parameter Fisika-Kimia Perairan
Parameter
Fisika
Suhu
Salinitas
Kecerahan
Kimia
pH
DO


Satuan

Alat/Metode

Keterangan

0

C
Ppt
M

Termometer
Refraktometer
Secchi Disk

Insitu
Insitu
Insitu


mg/l

pH meter
DO meter

Insitu
Insitu

Prosedur Penangkapan Ikan
Sampel Ikan Selar Kuning diambil dari hasil tangkapan nelayan yang
beroperasi di perairan Selat Malaka yang diolah dengan software FISAT II.
Sampel ikan yang diambil adalah semua ukuran. Menurut Effendie (1979), teknik
pengambilan contoh yang lazim digunakan dalam penelitian Biologi Perikanan
adalah pengambilan contoh secara acak (random sampling) dengan metode ini
diharapkan dapat mewakili populasi yang sedang diteliti. Ikan Selar Kuning yang
diambil secara acak dari hasil tangkapan nelayan yang kapal 5 GT (Gross Tonage)
setiap satu bulan sekali selama tiga bulan.
Kegiatan operasi penangkapan ikan

Selar kuning dimulai pada pukul


06.30 WIB sampai dengan 18.00 di perairan Selat Malaka. Daerah Penangkapan
Ikan (DPI), unit penangkapan dan kegiatan pengamatan diamati secara langsung.
Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap Ikan Selar Kuning adalah gill net.
Dalam penangkapan ini digunakan tiga gill net. Pada stasiun I, stasiun II dan
stasiun III dipasang gill net kemudian ditunggu selama dua jam. Pengukuran
panjang dan bobot ikan dilakukan setelah ikan didaratkan.
Panjang Ikan Selar Kuning yang diukur adalah panjang total yang diukur
dari ujung kepala ikan yang paling depan sampai ujung sirip ekor Ikan Selar
Kuning dan panjang baku yang diukur dari ujung kepala ikan yang paling depan

Universitas Sumatera Utara

42

sampai pangkal sirip ekor ikan. Pengukuran panjang baku bertujuan untuk
mengantisipasi apabila terdapat ekor ikan yang rusak. Pengukuran ini dilakukan
dengan menggunakan alat pengukur ikan dengan ketelitian 1 mm. Berat Ikan
Selar Kuning yang ditimbang adalah berat basah total. Berat basah total adalah
berat total jaringan tubuh ikan dan air yang terdapat di dalamnya. Dalam hal ini

digunakan timbangan digital yang mempunyai skala 0.1 gram. Panjang total dan
panjang baku serta alat pengukur Ikan Selar Kuning dapat dilihat pada Gambar
11, 12 dan 13.

Gambar 11. Panjang Total Ikan Selar Kuning.

Gambar 12. Panjang Baku Ikan Selar Kuning.

Gambar 13. Alat Pengukur Panjang Ikan Selar Kuning.

Universitas Sumatera Utara

43

Analisis Data
Sebaran Frekuensi Panjang
Dalam metode sebaran frekuensi panjang data yang digunakan adalah data
panjang total dan panjang baku dari Ikan Selar Kuning. Dilakukan pengukuran
Ikan Selar Kuning dengan menggunakan milimeter blok yang memiliki ketelitian
1 mm. Tahap untuk menganalisis data frekuensi panjang ikan yaitu menentukan

jumlah selang kelas yang diperlukan,

menentukan lebar selang kelas dan

menentukan kelas frekuensi dan memasukkan frekuensi masing-masing kelas
dengan memasukkan panjang masing-masing ikan contoh pada selang kelas yang
telah ditentukan. Langkah-langkah untuk membuat banyaknya selang kelas
diperlukan rumus (Walpole, 1992) :
n= 1+3,32 Log N
Keterangan :
n
= Jumlah kelompok ukuran
N
= Jumlah ikan pengamatan
Distribusi frekuensi panjang yang telah ditentukan dalam selang kelas
yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah grafik. Dari grafik tersebut dapat
terlihat pergeseran distribusi kelas panjang setiap bulannya. Pergeseran distribusi
frekuensi panjang menggambarkan jumlah kelompok umur (kohort) yang ada.
Bila terjadi pergeseran modus distribusi frekuensi panjang berarti terdapat lebih
dari satu kohort.

Ukuran Ikan Pertama Kali Ditangkap (Lc)
Pendugaan ukuran pertama kali ikan tertangkap dilakukan dengan
membuat grafik hubungan antara panjang ikan (sumbu X) dengan jumlah ikan
(sumbu Y) sehingga diperoleh kurva berbentuk sigmoid. Nilai length at

Universitas Sumatera Utara

44

firstcapture yaitu panjang pada 50% pertama kali tertangkap dihitung dengan
persamaan sebagai berikut (Jones, 1976 dalam Sparre dan Venema, 1999):

[

]

1

– S2*L


Hubungan Panjang dan Bobot
Bobot dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan
panjang dan bobot dapat mengikuti hukum kubik dimana bobot ikan sebagai
pangkat tiga dari panjangnya. Namun hubungannya sebenarnya pada ikan tidak
demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda. Oleh karena itu,
hubungan panjang bobot Ikan Selar Kuning menggunakan rumus yang umum
yaitu (Effendie, 2002) :
W = Lb
Keterangan :
W = Berat (gram)
L = Panjang (cm)
a = Perpotongan kurva hubungan panjang-berat dengan sumbu y
b = Pendugaan pola pertumbuhan panjang-berat
Untuk mendapatkan persamaan linear atau persamaan garis lurus yaitu
dengan cara mentransformasikan persamaan di atas ke dalam bentuk logaritma
seperti di bawah ini :
Log W= Log a + b Log L
Untuk mendapatkan nilai konstanta a dan b maka dilakukan analisis
regresi dengan menggunakan nilai Ln W sebagai y dan Ln L sebagai x maka akan
didapatkan persamaan sebagai berikut :

y = a + bx

Universitas Sumatera Utara

45

Uji-t dilakukan untuk menguji b = 3 atau b ≠ 3 dengan hipotesis sebagai
berikut :
H0 : b = 3, isometrik (pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan bobot)
H1 : b ≠ 3, allometrik (pertambahan panjang tidak sama dengan pertambahan
bobot)
Apabila b>3 dikatakan allometrik positif (pertambahan bobot lebih
dominan daripada pertambahan panjang) dan dikatakan allometrik negatif jika
b Ttab : tolak H0
Thit< Ttab : gagal tolak H0
Apabila pola pertumbuhan allometrik, maka dilanjutkan dengan hipotesis
sebagai berikut :
Allometrik positif
H0 = b ≤ 3 (isometrik)
H1 = b < 3 (allometrik)

Universitas Sumatera Utara

46

Allometrik negatif
H0 = b ≥ 3 (isometrik)
H1 = b < 3 (allometrik)
Keeratan hubungan panjang berat ikan ditunjukkan oleh koefisien korelasi
(R) yang diperoleh dari rumus √

: dimana R adalah koefisien determinasi. Nilai

mendekati 1 (R > 0,7) menggambarkan hubungan yang erat antara keduanya dan
nilai menjauhi 1 (R < 0,7) menggambarkan hubungan yang tidak erat antara
keduanya (Walpole, 1992).
Faktor Kondisi
Faktor kondisi yaitu keadaan atau kemontokan ikan yang dinyatakan
dalam angka-angka. Perhitungan faktor kondisi didasarkan pada panjang dan
bobot. Perhitungan faktor kondisi ini untuk melihat pada panjang dan bobot
beberapa ikan mencapai kondisi maksimum atau minimum. Faktor kondisi dapat
dihitung dengan rumus (Effendie, 1997) :
Jika nilai b ≠ 3 (allometrik) maka kondisi ditentukan dengan rumus :
FK =

W
Lb
Jika nilai b = 3 (isometrik) maka faktor kondisi ditentukan dengan rumus :
FK =

W 105
L3

Keterangan :
FK
= Faktor kondisi
W
= Bobot ikan (gram)
L
= Panjang total ikan (mm)
a, b
= Konstanta
Parameter Pertumbuhan (L∞, K) dan Umur Teoritis
Plot Ford Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam
menduga parameter pertumbuhan L∞ dan K dari persamaan von Bertalanffy

Universitas Sumatera Utara

47

dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama (King, 1995). Berikut ini
adalah persamaan pertumbuhan von Bertalanffy :
Lt = L∞ (1-e(-k(t-t0)))
Keterangan :
Lt : Panjang ikan pada saat umur t (satuan waktu)
L∞ : Panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik)
K : Koefisien pertumbuhan (per satuan waktu)
t0 : Umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol
Penurunan plot Ford Walford didasarkan pada persamaan pertumbuhan
Von Bertalanffy dengan t0 sama dengan nol, maka persamaannya menjadi sebagai
berikut:
Lt = L∞[1-e(-k(t-t0))]

(1)

Lt = L∞ - L∞ e(-kt)
L∞ - Lt = L∞ e(-kt)

(2)

Setelah Lt+1 disubtitusikan pada persamaan (1) maka didapatkan
persamaan baru seperti berikut :
Lt+1 – Lt = L∞ [1 – e(-k(t+1))] - L∞ [1 – e(-kt)]
= - L∞ e (-k(t+1)) + L∞ e(-kt)
= L∞ e(-kt) (1-e(-k))

(3)

Persamaan (2) disubtitusikan ke dalam persamaan (3), sehingga diperoleh
persamaan sebagai berikut :
Lt+1 – Lt = (L∞ - Lt) (1 – e(-k))
= L∞ (1 – e(-k)) – Lt + Lt + Lt e(-k)
= L∞ (1 – e(-k)) + Lt e(-k)

(4)

Lt dan Lt+1 merupakan panjang ikan pada saat t dan panjang ikan yang
dipisahkan oleh interval waktu yang konstan (Pauly 1984). Persamaan (4)

Universitas Sumatera Utara

48

merupakan persamaan linear dimana jika Lt merupakan sumbu x dan Lt+1
merupakan sumbu y diplotkan satu sama lain, maka garis lurus yang terbentuk
akan memiliki garis kemiringan (slope) (b) = e (-k) dan titik potong dengan absis
sama dengan L∞[1- e-Kt].
Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol dapat diduga secara
terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly (Pauly 1984) sebagai berikut :
Log (-t0) = 0,3922 – 0,2752 (Log L∞) – 1,038 (Log K)
Keterangan :
L∞ = Panjang maksimum secara teoritis (panjang asimtotik)
K = Koefisien laju pertumbuhan (tahun)
t0 = Umur teoritis ikan pada saat panjang sama dengan nol (tahun)
Mortalitas dan Laju Eksploitasi
Laju mortalitas total (Z) diduga dengan persamaan kurva hasil tangkapan
kumulatif berdasarkan data komposisi panjang. Dimana Z adalah laju mortalitas
alami; K adalah koefisien pertumbuhan. Nilai Z di dapatkan dari hasil perhitungan
dengan metode Jones anda van Zalinge yang diperoleh melalui bantuan program
Mortality estimation yang terintegrasi dalam program software FISAT II (FAOICLARM Stok AssesmentTool). Untuk menduga mortalitas alami (M) digunakan
rumus hubungan linear empiris Pauly (1980) dalam Sparre & Venema (1999)
sebagai berikut :
Ln M = -0,0152 – 0,279 x ln L∞ + 0,6543 ln K + 0,463 ln T
M = 0,8 e (-0,0152 –n0,279 x ln L∞ + 0,6543 ln K + 0,463 ln T)
Keterangan :
M
: Mortalitas alami
L∞
: Panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy
K
: Koefisien pertumbuhan pada persamaan pertumbuhan von Bertalanffy
T
: Rata-rata suhu permukaan air (0C)

Universitas Sumatera Utara

49

Laju mortalitas penangkapan (F) dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
F =Z-M
Laju

eksploitasi

ditentukan

dengan

membandingkan

mortalitas

penangkapan (F) terhadap mortalitas total (Z) (Pauly dalam Sparre dan Venema,
1999) :

Laju mortalitas penangkapan (F) atau laju eksploitasi optimum menurut
Gulland dalam (Sparre dan Venema, 1999) adalah:
Foptimum = M dan Eoptimum = 0.5
Keterangan :
E = Laju eksploitasi
F = Koefisien kematian penangkapan
M = Koefisien kematian alami
Ketentuan :
1. Jika E > 0,5 menunjukkan tingkat eksploitasi tinggi (overfishing)
2. Jika E < 0,5 menunjukkan kurangnya pemanfaatan (underfishing)
3. Jika E = 0,5 menunjukkan pemanfaatan optimal

Universitas Sumatera Utara

50

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Klasifikasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
Ikan Selar Kuning merupakan ikan pelagis kecil perenang cepat dan kuat.
Klasifikasi Ikan Selar Kuning menurut Saanin (1984) adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Actinopterygii

Ordo

: Percomorphi

Famili

: Carangidae

Genus

: Selaroides

Spesies

: Selaroides leptolepis

Gambar 14. Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
Bentuk tubuh Ikan Selar Kuning lebih kecil daripada ikan selar yang
lain. Panjang tubuh ikan ini sampai dengan 16 cm. Jenis ikan ini ditandai dengan
garis lebar berwarna kuning dari mata sampai ekor. Sirip punggung Ikan Selar
Kuning terpisah dengan jelas, bagian depan disokong oleh jari- jari keras dan

Universitas Sumatera Utara

51

banyak jarijari lunak. Sirip ekor bercagak dua dengan lekukan yang dalam. Sirip
perut terletak di bawah sirip dada. Ikan selar termasuk ikan laut perenang cepat
dan kuat (Djuhanda 1981 dalam Wijayanti 2009).
Distribusi Sebaran Frekuensi Ikan Selar Kuning (S. leptolepis)
Sampel Ikan Selar Kuning yang digunakan pada penelitian ini berjumlah
360 ekor (3 bulan) dengan jumlah ikan betina sebaanyak 155 ekor dan jumlah
ikan jantan sebanyak 205 ekor. Jumlah Ikan Selar Kuning jantan lebih banyak
daripada Ikan Selar Kuning betina. Ukuran panjang minimum dan maksimum
Ikan Selar Kuning yang diamati adalah 110 – 173 mm. Berdasarkan Gambar 15
diketahui bahwa distribusi sebaran frekuensi Ikan Selar Kuning tertinggi pada
bulan Maret 140 - 145 mm, bulan April 134 – 139 dan bulan Mei 128 – 133 mm.

Maret, n = 54

14
12
10
8
6
4
2
0

Frekuensi

Frekuensi (ekor)

Maret, n = 44

Selang Kelas (mm)

16
14
12
10
8
6
4
2
0

Selang Kelas (mm)

Universitas Sumatera Utara

52

April, n = 69
20

20

15

Frekuensi

25

15
10

10

5

5

0

0

Selang Kelas (mm)

Selang Kelas (mm)

Mei, n = 53

Mei, n = 82

25
20

Frekuensi

Frekuensi

Frekuensi

April, n = 58

15
10
5
0

30
25
20
15
10
5
0

Selang Kelas (mm)

Selang Kelas (mm)

Gambar 15. Frekuensi Panjang Ikan Selar Kuning (a) Betina maupun (b) Jantan
Ikan selar kuning yang paling banyak tertangkap berada pada bulan Mei
yaitu sebanyak 135 ekor yang terdiri dari 82 ekor jantan dan 53 ekor betina
dengan frekuensi terbanyak berada pada selang kelas 128-133 mm pada ikan
betina dan 125-131 mm pada ikan jantan. Pada bulan April sebanyak 127 ekor
yang terdiri dari 58 ekor betina dengan frekuensi tertinggi berada pada selang
kelas 139-145 mm dan 69 ekor jantan dengan frekuensi tertinggi berada pada
selang kelas 134-139 mm. Pada bulan Maret jumlah ikan yang tertangkap adalah
98 ekor yang terdiri dari 44 ekor betina dan 54 ekor jantan.

Universitas Sumatera Utara

53

Selanjutnya dilihat pada Gambar 16 distribusi sebaran frekuensi
keseluruhan terletak pada kisaran 110 – 175 mm.

Frekuensi (ekor)

Maret - Mei, n = 360
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Betina
Jantan

Selang Kelas (mm)

Gambar 16. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Selar Kuning (a) Betina maupun
(b)
Jantan di perairan Belawaan, Selat Malaka, Sumatera Utara
pada
bulan Maret – Mei.
Ukuran Ikan Pertama Kali Ditangkap (Lc)
Ukuran pertama kali ikan tertangkap (Lc) ialah panjang ikan yang ke 50%
dari ikan tertangkap dihitung menggunakan data frekuensi dan selang kelas
panjang ikan. Analisis panjang ikan pertama kali tertangkap (Lc) disajikan pada
Gambar 17.

Gambar 17. Ukuran Ikan Pertama Kali Tertangkap

Universitas Sumatera Utara

54

Gambar 17 menunjukkan 50% Ikan Selar Kuning tertangkap pada ukuran
148 mm. Beberapa faktor yang membuat perbedaan panjang ikan pertama kali
tertangkap adalah suhu, jenis kelamin, dan kondisi perairan. Banyaknya ukuran
ikan yang tidak layak ditangkap menggambarkan bahwa nelayan belum
mengetahui bulan-bulan penangkapan yang berpengaruh terhadap keberlanjutan
sumberdaya perikanan .
Hubungan Panjang Bobot Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
Jumlah Ikan Selar Kuning yang diamati dari bulan Maret 2017 sampai
bulan Mei 2017 sebanyak 360 ekor yang terdiri dari 155 Ikan Selar Kuning betina
dan 205 Ikan Selar Kuning jantan. Panjang total dari contoh ikan yang tertangkap
antara 110-175 mm. Jumlah ikan yang diamati setiap bulan bervariasi tergantung
hasil tangkapan (Tabel. 2).
Tabel 2. Panjang Bobot Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis).

Bulan
Maret
April
Mei
Jumlah

N
(ekor)
44
58
53
155

Betina
Panjang
(mm)
123-125
125-175
118-158
123-175

Berat
(g)
22-44
23-63
20-38
20-63

N
(ekor)
54
69
82
205

Jantan
Panjang
(mm)
115-160
110-153
119-159
110-160

Berat
(g)
17-47
15-46
23-40
15-47

Nelayan di perairan Belawan, Selat Malaka menangkap ikan selar
menggunakan alat tangkap jaring insang dengan ukuran mata jaring sebesar 2
inchi. Ikan Selar Kuning yang tertangkap memiliki kisaran panjang total antara
110-175 mm dan bobot antara 15-63 gram. Hubungan panjang dan bobot ikan
dapat dilihat pada gambar 14.

Universitas Sumatera Utara

55

Maret, n=54

Maret, n=44
60

50
Bobot (gr)

50

40
30
20
10

y = 0.0014x2.0283
R² = 0.7098

40
30
20
10

0
0

50

100

150

0

200

0

Axis Title

70

100
150
Panjang (mm)

200

50

60

y = 7E-05x2.6362
R² = 0.8442

50

y = 6E-05x2.6605
R² = 0.7979

40
Bobot (gr)

Bobot (gr)

50

April, n=69

April, n=58

40

30
20

30
20
10

10

0

0
0

50

100
150
Panjang (mm)

0

200

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

0.0149x1.5507
Bobot (g)

y=
R² = 0.5765

0

50

100
150
Panjang (mm)

50

100
150
Panjang (mm)

200

Mei, n=82

Mei, n= 53

Bobot (gr)

Axis Title

60

y = 0.0011x2.1018
R² = 0.7999

200

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

y = 0.1029x1.1585
R² = 0.5607

0

50

100
150
Panjang (mm)

200

Universitas Sumatera Utara

56

Maret-Mei, n= 155

Maret-Mei, n= 205

y = 0,0001x2,225
R² = 0,740

y = 0.0054x1.7594
R² = 0.6241

50
Bobot (gr)

Bobot (gr)

60
70
60
50
40
30
20
10
0

40
30
20
10

0

50

100
150
Panjang (mm)

200

0
0

(a)

50

100
150
Panjang (mm)

200

(b)

Gambar 18. Hubungan Panjang Bobot Ikan Selar Kuning Betina (a) dan
Ikan
Selar Kuning Jantan (b)
Nilai “b” Ikan Selar Kuning betina antara 1,550 – 2,636 dan Ikan Selar
Kuning jantan berkisar 1,158 – 2,660. Ikan Selar Kuning di Perairan Belawan,
Selat Malaka memiliki nilai b < 3 setelah dilakukan perhitungan regresinya
Thitung > Ttabel (Lampiran 4) sehingga dapat disimpulkan bahwa pola
pertumbuhannya adalah alometrik negatif yaitu pertumbuhan panjang lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan bobot.
Tabel 3. Perbandingan Pola Pertumbuhan Ikan Selar Kuning
Peneliti

Lokasi

Spesies

b

Damayanti
(2010)
Febrianti (2013)

Perairan
Teluk Jakarta
Laut Natuna

Selaroides Leptolepis

2,858

Selaroides Leptolepis

2,19

Sharfina (2014)

Selat Sunda

Selaroides Leptolepis

2,534

Pola
Pertumbuhan
Allometrik
Negatif
Allometrik
Negatif
Allomerik
Negatif

Universitas Sumatera Utara

57

Faktor Kondisi Ikan Selar Kuning (S. leptolepis)
Hasil dari nilai faktor kondisi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
didapatkan untuk Ikan Selar Kuning betina dan Ikan Selar Kuning jantan. Untuk
Ikan Selar Kuning betina nilai faktor kondisi terendah dan tertinggi yaitu sebesar
0,865 dan 1,368 sedangkan untuk nilai faktor kondisi Ikan Selar Kuning jantan
yaitu sebesar 0,836 dan 1,818. Gambar 15 menunjukkan faktor kondisi (FK) Ikan
Selar Kuning setiap waktu pengamatan.

Faktor Kondisi

2
1.5

FK Jantan
0.5
0

Gambar
Waktu

15.

Nilai

FK Betina

1

Maret

April

Faktor Kondisi
Pengamatan

Mei

Ikan

Selar

Kuning

Berdasarkan

Nilai faktor kondisi Ikan Selar Kuning betina pada bulan Maret adalah
sebesar 0,865 – 1,276 sedangkan pada Ikan Selar Kuning jantan sebesar 1,120 –
1,818. Nilai faktor kondisi Ikan Selar Kuning betina pada bulan April adalah
0,865 – 1,153 sedangkan pada Ikan Selar Kuning jantan adalah 0,861 – 1,277.
Pada bulan Mei sebesar 0,877 – 1,368 sedangkan pada Ikan Selar Kuning jantan
sebesar 0,836 – 1,201.

Nilai faktor kondisi Ikan Selar Kuning di perairan

Belawan, Selat Malaka memiliki kisaran 0,836 – 1,818 (pipih) dengan pola
pertumbuhan allometrik negatif. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Effendie

Universitas Sumatera Utara

58

(1997) bahwa nilai faktor kondisi pada ikan yang badannya agak pipih berkisar
antara 2 – 4, sedangkan pada ikan yang kurang pipih antara 1 – 2.
Parameter Pertumbuhan Ikan Selar Kuning
Hasil analisis plot Ford-Walfrod didapatkan nilai parameter pertumbuhan
(K dan L∞) dan t0 Ikan Selar Kuning baik jantan maupun betina yang disajikan
pada tabel 4.
Tabel 4. Parameter pertumbuhan Ikan Selar Kuning hasil analisis dengan
metode
ELEFAN dalam program FISAT II.
Parameter Pertumbuhan
Ikan Selar Kuning
L∞
K
t0
Lt
(Selaroides leptolepis)
(mm)
(t-1)
(tahun)
(mm)
Betina
Jantan

182,7
165,9

0,98
1,1

182,7[1-e(-0,98(t+0,154)]
165,9[1-e(-1,1(t+0,0135)]

-0,154
-0,0135

Nilai-nilai parameter pertumbuhan tersebut digunakan sebagai dasar untuk
mendapatkan persamaan Von Bertalanffy Ikan Selar Kuning betina dan jantan
yaitu

Lt = 182,7[1-e(-0,98(t+0,154)] dan Lt= 165,9[1-e(-1,1(t+0,0135)]. Berdasarkan

persamaan – persamaan Von Bertalanffy tersebut, grafik pertumbuhan Ikan Selar
Kuning dapat dilihat pada Gambar 19 dan Gambar 20.

Betina
Panjang (mm)

200
150
100
50
0
0

5

10
Umur (tahun)

15

20

Gambar 19. Grafik Pertumbuhan (Lt) Ikan Selar Kuning

Universitas Sumatera Utara

59

Jantan
Panjang (mm)

200
150
100
50
0
0

5

10

15

20

Umur (tahun)

Gambar 20. Grafik Pertumbuhan (Lt) Ikan Selar Kuning Jantan
Selanjutnya didapatkan kurva pertumbuhan Ikan Selar Kuning (Gambar 21
dan Gambar 22).

Gambar 21. Kurva Pertumbuhan Ikan Selar Kuning Betina

Gambar 22. Kurva Pertumbuhan Ikan Selar Kuning Jantan

Universitas Sumatera Utara

60

Hasil analisis Von Bertalanfy Ikan Selar Kuning betina dan jantan selama
pengamattan dapat dilihat pada Gambar 21dan Gambar 22. Pendugaan umur data
terpanjang menyebutkan bahwa frekuensi terbesar yang mendominasi pada Ikan
Selar Kuning betina (S. leptolepis) berkisar antara 125 – 131 mm dengan
frekuensi sebesar 22 ekor pada bulan April. Sedangkan pada Ikan Selar Kuning
jantan berkisar antara 128 -133 mm dengan frekuensi 27 ekor pada bulan Mei.
Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning
Pendugaan laju mortalitas total (Z) dianalisis dengan menggunakan
metode Beverton dan Holt (Sparre dan Venema, 1998). Pendugaan konstanta laju
mortalitas total (Z) Ikan Selar Kuning dilakukan dengan kurva hasil tangkapan
yang dilinearkan berbasis data panjang.
Hasil analisis laju mortalitas total (Z) pada Ikan Selar Kuning diperoleh
4,34 pertahun terdiri atas mortalitas alami (M) Ikan Selar Kuning diperoleh 1,204
pertahun, dan moortalitas akibat penangkapan (F) adalah 3,136 per tahun sehingga
diperoleh laju eksploitasi (E) sebesar 0,722 per tahun.
Kualitas Air
Kondisi parameter perairan merupakan faktor pendukung yang dapat
mempengaruhi distribusi Ikan Selar Kuning di perairan Belawan, Selat Malaka
saat pengamatan pada bulan Maret – Mei 2017 dapat dilihat pada Tabel 4.

Universitas Sumatera Utara

61

Tabel 4. Hasil Pengukuran Kualitas Air di perairan Belawan, Selat Malaka
Maret – Mei 2017.

pada
No
1
2
3
4
5

Parameter
Fisika
Suhu
Salinitas
Kecerahan
Kimia
pH
DO

Baku Mutu

Rata - Rata Nilai
Pengukuran

C
Ppt
Cm

28-32
-

31
30
151

mg/l

7-8,5
>5

7,5
6,4

Satuan
0

Parameter fisika dan kimia perairan sangat mempengaruhi kehidupan
organisme di dalamnya. Berdasarkan tabel di atas parameter fisika dan kimia di
perairan Selat Malaka sesuai dengan baku mutu KEPMEN LH No. 51 tahun 2004
tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut.
Pembahasan
Distribusi Frekuensi Panjang Ikan Selar Kuning
Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi panjang kelas yang tertera pada
Gambar 16 diperoleh data panjang untuk betina dan jantan terdiri atas 9 kelas
panjang dengan interval kelas 7. Sebaran ukuran panjang Ikan Selar Kuning.
Ukuran minimum Ikan Selar Kuning di perairan Belawan, Selat Malaka yaitu 110
mm dan maksimumnya 175 mm. Hasil berbeda pada penelitian Putri (2013) yang
melaporkan bahwa panjang minimum dan maksimum Ikan Selar Kuning berkisar
86 – 175 mm di PPN Karangantu Banten. Sedangkan penelitian Firza (2015)
sebanyak 572 ekor Ikan Selar Kuning di Selat Malaka, Kecamatan Tanjung
Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai memiliki panjang berkisar antara 100 –
167 mm. Perbedaan ini diduga disebabkan oleh adanya perbedaan lokasi

Universitas Sumatera Utara

62

pengambilan sampel dan perbedaan kondisi lingkungan perairan. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Effendie (1997) spesies ikan yang sama tapi hidup di lokasi
perairan yang berbeda akan mengalami pertumbuhan yang berbeda pula.
Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi panjang kelas diperoleh data
panjang untuk betina dan jantan terdiri atas 9 kelas panjang dengan interval kelas
7.. Sebaran ukuran panjang Ikan Selar Kuning betina berkisar antara 118 – 175
mm yang terdiri dari 155 ekor ikan, sedangkan Ikan Selar Kuning jantan berkisar
antara 110 – 160 mm sebanyak 205 ekor. Hal ini menunjukkan jumlah frekuensi
Ikan Selar Kuning didominasi oleh Ikan Selar Kuning jantan. Menurut Lagler,
dkk. (1977) perbedaan ukuran antar jenis kelamin kemungkinan disebabkan oleh
faktor genetik. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan yang dilaporkan oleh Putri
(2013) yang menyatakan bahwa sebaran ukuran panjang Ikan Selar Kuning jantan
berkisar antara 113 – 166 mm, sedangkan Ikan Selar Kuning betina berkisar
antara 86 – 175 mm.
Panjang ikan pertama kali tertangkap (Lc) merupakan hal yang penting
untuk dipelajari. Jika dihubungkan dengan panjang panjang pertama kali matang
gonad maka dapat diketahui status populasinya. Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan panjang pertama kali Ikan Selar Kuning tertangkap (Lc) dengan Gill
net sebesar 148 mm. Panjang pertama kali Ikan Selar Kuning matang gonad (Lm)
sebesar 151 mm. Panjang pertama kali Ikan Selar Kuning tertangkap lebih kecil
daripada panjang pertama kali matang gonad (Lc

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

8 46 56

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 0 15

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 0 2

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 0 14

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 13

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 5

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 3 19

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 5 5

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 16