Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) termasuk salah satu spesies dari
famili Carangidae. Jenis ikan ini merupakan ikan pelagis yang hidup di bagian
dekat permukaan maupun dasar perairan. Penyebarannya cukup luas, hampir bisa
ditemukan di daerah Indonesia Pasifik. Jenis Ikan Selar Kuning pada sebagian
masyarakat dianggap sebagai ikan rucah, sehingga harga jualnya relatif rendah.
Alat tangkap yang digunakan untuk menanngkap ikan ini adalah jaring insang,
bagan sero (Sudradjat, 2006).
Ikan Selar Kuning tergolong ikan pelagis yang suka bergerombol
(schooling) ikan iniberkerabat dengan ikan pelagis lainnya seperti golongan famili
scombridae danclupeidae. Ikan Selar Kuning memiliki ciri-ciri morfologi seperti:
memiliki panjang maksimum 22 cm dan rata-rata 15 cm. Bentuk badan
pipih,lonjong dan memanjang, sirip punggung dan sirip dubur tanpa sirip
tambahan, tidakterdapat gigi pada rahang bagian atas, sisik yang menebal relatif
besar, terdapatsebuah garis kuning lebar dari pinggiran bagian atas mata ke batang
ekor, padaoperkulum bagian atas terdapat bintik hitam terang. Ikan Selar Kuning
termasuk ikanlaut perenang cepat dan kuat (www.fishbase.org 2009). Ikann Selar
Kuning dapat dilihat pada Gambar 2.


Universitas Sumatera Utara

Gambar 2. Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis)
Klasifikasi Ikan Selar Kuning menurut Saanin (1984) dalam Damayanti
(2010) adalah sebagai berikut :
Kingdom

: Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Actinopterygii

Ordo

: Perciformes


Famili

: Carangidae

Genus

: Selaroides

Spesies

: Selaroides leptolepis

Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis) hidup bergerombol deperairan
pantai, panjang ikan ini dapat mencapai 20 cm dan umumnya 15 cm, dan
termasuk ikan buas pemakan ikan kecil dan udang-udang kecil ikan ini biasanya
ditangkap menggunakan paying, pursein seine, sero, jarring insang, dipasarkan
dalam bentuk segar, asin kering, asin rebus, dipasrkan dalam bentuk segar. Ikan
Selar Kuning menyebar diseluruh perairan Indonesia, Teluk Bengkala, Teluk
Siam, sepanjang laut Cina Selata, keselatan meliputi peraira (Genisa,1999).


Universitas Sumatera Utara

Habitat Ikan Selar Kuning
Ikan Selar Kuning termasuk ikan laut perenang cepat dan kuat.
Penyebaran ikan ini adalah semua laut di daerah tropis dan semua lautan
Indopasifik. Ikan ini banyak tertangkap di perairan pantai serta hidup
berkelompok

(Wijayanti,

2009).

Ikan

dari

genus

Caranx/selar


kuning

teridentifikasi di perairan Indonesia sebanyak 30 jenis, yang tersebar mulai dari
perairan Indonesia Barat sampai Indonesia Timur. Ikan Selar Kuning lebih banyak
jumlah dan jenisnya di peraira Indonesia Timur dibandingkan dengan perairan
Indonesia Barat. Daerah distribusi Ikan Selar Kuning meliputi Sumatera (Tarusan,
Padang, Tiku, Pariaman, dan Sibolga), Nias, Pulau Weh, Singapura, Jawa, Bali,
Lombok, Sumbawa, Sulawesi (Makasar, Bulukumba dan Manado), dan Laut
Banda (Weber dan Beaufort, 1913). Distribusi Ikan Selar Kuning dapat dilihat
pada Gambar 3.

Gambar
3.
leptolepis)

Distribusi
Ikan
Selar
(www.fishbase.org).


Kuning

Kuning

(Selaroides

Daerah penyebaran Ikan Selar Kuning dapat dilihat pada Gambar 3 yaitu
meliputi Pasifik bagian barat, tersebar hampir di seluruh Indonesia, Persian,

Universitas Sumatera Utara

Philippina, Jepang bagian utara, Arafuru bagian selatan dan Australia. Ikan Selar
Kuning hidupnya di berada di kedalaman 1-25 m (www.fishbase.org, 2015).
Alat Tangkap Ikan Selar Kuning
Purse Seine
Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis jaring yang di bagian
bawahnyadipasang sejumlah cincin atau gelang besi. Pukat cincin dioperasikan
dengan caramelingkarkan jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan
dengan cepat,kemudian secepatnya menarik purse line diantara cincin-cincin yang

ada, sehinggajaring akan membentuk seperti mangkuk. Pukat cincin dapat dilihat
pada Gambar 4.

Gambar 4. Pukat Cincin (Purse Seine) (Damayanti, 2010).
Kecepatan tinggi diperlukan dalam hal iniagar ikan tidak dapat meloloskan
diri. Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring,lalu dilakukan pengambilan
hasil tangkapan menggunakan serok

atau penciduk.Pukat cincin dapat

dioperasikan pada siang hari maupun malam hari.Pengoperasian pukat cincin pada
siang hari sering menggunakan rumpon ataupayaos sebagai alat bantu pengumpul
ikan (Damayanti, 2010).

Universitas Sumatera Utara

Pengoperasian alattangkap dipengaruhi beberapa variabelpenting, yaitu,
kecepatan kapal, dayatenggelam jaring, cepat menutup menjadimangkuk. Tingkah
laku ikankaitannya dalam merespon sumber cahayayang sering dimanfaatkan oleh
nelayanadalah kecenderungan ikan untukberkumpul di sekitar sumber cahaya.

Ikan

cenderung

tertarik

mendekaticahaya,

ikan-ikan

tersebut

kemudiandikumpulkan sampai pada jarak jangkauanalat tangkap (catchability
area) denganmenggunakan cahaya yang relatif rendahfrekuensinya, secara merah
digunakan pada tahap akhirpenangkapan ikan (Rosyidah, 2009).
Jaring Insang Lingkar
Jaring insang lingkar (semi-encircling gill net) dikenal dengan istilah lokal
sebagai soma darape, yang memanfaatkan tingkah laku migrasi ikan ke arah
pantai pada saat pasang naik, dan kembali ke arah laut pada saat air surut. Jaring
dipasang berbentuk setengah lingkaran ke arah pantai ketika puncak pasang

maksimum, dan ketika air surut ikan akan terperangkap pada bentangan jaring.
Jaring insang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jaring Insang Lingkar (Cumentas, 2016).

Universitas Sumatera Utara

Alat tangkap soma darape ini tergolong tradisional, tetapi masih
dioperasikan oleh nelayan di Teluk Amurang walaupun bersifat merusak
sumberdaya ikan; karena konstruksinya sederhana, relatif murah dan mudah
dioperasikan dengan perahu ukuran kecil (Cumentas, 2016).
Pendekatan yang dapat dilakukan adalah dengan memahami perilaku ikan
sebagai bagian dari komponen biologis. Dari berbagai perilaku ikan yang dapat
dikaji sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan sumberdaya, salah satunya
adalah distribusi tertangkapnya ikan pada alat tangkap jaring insang soma darape
rumpon. Nelayan jaring insang soma darape rumpon memanfaatkan ikan-ikan
yang lolos dari pukat cincin, di mana nelayan mengoperasikan jaring insang soma
darape tersebut pada jarak 1ā€“2 meter di belakang jaring pukat cincin
(Dimara, 2015).
Soma darape dapat menangkap ikan dengan berbagai macam ukuran dan

jenis. Dengan demikian tertangkapnya ikan-ikan muda (recruit-ment overfishing),
dan kerusakan habitat di daerah pasang surut seperti terumbu karang dan padang
lamun, karena terinjak-injak oleh nelayan ketika akan mengambil ikan hasil
tangkapan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mempelajari jenis dan
komposisi hasil tangkapan soma darape; serta menilai ukuran legal hasil
tangkapan (Cumentas, 2016).
Jaring Insang Hanyut dan Permukaan
Alat tangkap yang paling banyak digunakan selang 5 tahun terakhir adalah
jaring insang hanyut. Jaring insang hanyut tergolong pada alat tangkap yang
proses pengoperasiannya dengan cara dihanyutkan. Berdasarkan buku tahunan
statistik perikanan tangkap Sumatera Selatan (2008 - 2012) tercatat rumah tangga

Universitas Sumatera Utara

produksi (RTP) yang melakukan penangkapan dengan alat tangkap jaring insang
hanyut terus mengalami peningkatan tiap tahunnya, peningkatan paling drastis
terjadi di tahun 2011 dimana terjadi peningkatan sebesar 6,8 % yang sebelumnya
di tahun 2010 RTP jaring insang hanyut hanya berjumlah 176, di tahun 2011
meningkat menjadi 188 (Heron, 2015).
Konstruksi jaring insang permukaan yang digunakan adalah benang dari

bahan polyamide no. 25, mata jaring berukuran 1,5 dan 1,75 inci, nilai kerutan 45
%, dan tinggi jaring 280 mata. Hasil tangkapanya didominasi oleh dengan
komposisi ukuran (panjang standar) berkisar antara 17 cm sampai 26 cm. Dalam
satu trip dilakukan 2 kali penangkapan, yakni pada pukul 19:00 ā€“ 21:00 dan
menjelang pagi pada pukul 3:00/4:00 ā€“ 5:00/6:00).Ada dua asumsi yang
digunakan berkaitan dengan percobaan ini. Asumsi-asumsi tersebut adalah
sebagai berikut: pengaruh faktor lingkungan seperti arus, suhu, maupun faktor
lainnya dianggap konstan dan semua nelayan yang mengoperasikan jaring insang
permukaan yang dijadikan setiap satuan percobaan mempunyai ketrampilan yang
sama (Tawari, 2013).

Permukaan Air

Gambar 6. Pengoperasian Jaring Insang Permukaan di Rumpon (Tawari, 2013).

Universitas Sumatera Utara

Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu
waktu sedangkan pertumbuhan bagi populasi adalah sebagai pertambahan jumlah.

Sesudah masa larva berakhir bentuk ikan akan hampir serupa dengan bentuk
induknya. Pada umumnya, perubahan tersebut hanya perubahan kecil seperti
panjang sirip dan kemontokan tubuh. Pertumbuhan merupakan proses biologis
yang kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhinya. Faktor ini dapat
digolongkan menjadi dua macam yakni faktor dalam dan faktor luar. Faktorfaktor tersebut ada yang dapat dikontrol dan bahkan ada yang tidak dapat
dikontrol. Faktor dalam merupakan faktor yang sukar untuk dikontrol diantaranya
adalahketurunan, sex, umur, parasit, dan penyakit. Faktor luar utama yang
mempengaruhipertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan. Di daerah tropis,
makananmerupakan

faktor

yang lebih

penting daripada

suhu

perairan

(Effendie, 1979).
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang dan
berat dalam suatu waktu. Pertumbuhan secara individual dapat dikatakan sebagai
pertambahan jaringan akibat dari pembelahan sel secara mitosis. Tubuh ikan
terdiri dari dua bagian yaitu tulang dan otot (daging ikan) yang tersusun atas serat.
Serat-serat tersebut meningkat bersama meningkatnya umur, tingkat pemberian
nutrisi, serta oleh perkembangan bobot badan (Kusumaningrum, 2014).
Pertumbuhan ikan merupakan perubahan dimensi (panjang, berat, volume,
jumlah

dan

ukuran)

persatuan

waktu

baik

individu,

stok

maupun

komunitas,sehingga pertumbuhan ini banyak dipengaruhi faktor lingkungan
seperti makanan,

Universitas Sumatera Utara

jumlah ikan, jenis makanan, dan kondisi ikan. Pertumbuhan yang cepat
dapatmengindikasikan kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai
(Moyle dan Cech 2004 dalamTutupoho, 2008).
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah
jumlah

dan

ukuran

makanan

yang

tersedia,

jumlah

ikan

yang

menggunakansumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut, faktor
kualitas air, umur dan ukuran ikan serta kematangan gonad. Pertumbuhan dapat
dinyatakan dengan ekspresi matematika. Misalnya yang dimaksud dengan
pertumbuhan mutlak adalah ukuran rata-rata ikan pada umur tertentu, seperti
ukuran panjang rata-rata ikan berumur satu tahun atau bobot rata-rata ikan
berumur tiga tahun dan sebaginya (Effendie, 1979).
Faktor lingkungan yang memegang peranan sangat penting adalah zat hara
dan suhu lingkungan. Pertumbuhan dapat diartikan juga sebagai pertambahan
ukuran panjang atau bobot dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan bagi
populasi sebagai peningkatan biomassa suatu populasi yang dihasilkan oleh
akumulasi bahan-bahan dari lingkungan. Akan tetapi kalau dilihat lebih lanjut,
sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang kompleks dimana
banyak faktor yang mempengaruhinya (Fujaya, 2004).
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan digolongkan menjadi dua bagian
yaitu faktor dalam dan luar. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar
dikontrol, diantaranya adalah keturuanan, seks, umur, parasit, dan penyakit.
Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu
perairan. Di daerah tropik makanan merupakan faktor yang lebih penting dari

Universitas Sumatera Utara

pada suhu perairan. Ikan dengan makanan berlebih akan tumbuh lebih pesat
(Effendie, 2002).
Metode Ford Walford merupakan metode sederhana dalam menduga
parameter pertumbuhan Lāˆž dan K dari persamaan Von Bertalanffy dengan
interval waktu pengambilan contoh yang sama. Metode ini memerlukan masukan
panjang rata-rata ikan dari beberapa kelompok ukuran. Kelompok ukuran
dipisahkan dengan menggunakan program FISAT II (FAO-ICLARM Stok
Assesment Tool) yaitu dengan metode NORMSEP (Norma Separation). Indeks
separasi menggambarkan kualitas pemisahan dua kelompok umur yang
berdekatan. Apabila indeks separasi kurang dari dua (3, yang menunjukkan bahwa pertambahan
bobot lebih dominan dibandingkan dengan pertambahan panjang sedangkan pola
pertumbuhan allometrik negatif apabila nilai b
7 dan dikatakan asam apabil pH < 7. Secara alamiah pH perairan dipengaruhi oleh
konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Pada siang hari
fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi CO2 dalam proses fotosintesis yang
menghasilkan O2 dalam air, suasana ini menyebabkan pH air meningkat. Malam
hari fitoplankton dan tanaman air mengkonsumsi O2 dalam proses respirasi yang
menghasilkan CO2, suasana ini menyebabkan pH air menurun. pH air turut
mempengaruhi kehidupan dari ikan, pH air yang ideal bagi kehidupan ikan
berkisar antara 6,5 -7,5. Air yang masih segar dari pegunungan biasanya
mempunyai pH yang lebih tinggi. pH air kurang dari 6 atau lebih dari 8,5 perlu
diwaspadai karena mungkin ada pencemaran, hal ini juga dapat menyebabkan
terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi ikan (Barus, 2004).
Salinitas
Faktor-faktor yang mempengaruhidistribusi suhu dan salinitas di perairan
adalahpenyerapan panas (heat flux), curah hujan(presipitation), aliran sungai
(flux) dan pola sirkulasiarus. Perubahan pada suhu dan salinitas akan
menaikanatau mengurangi densitas air laut di lapisan permukaan sehingga
memicu terjadinya konveksi ke lapisan. Pola arus pada perairan muara pada

Universitas Sumatera Utara

umumnyadibangkitkan oleh tiga gaya dasar yang bekerjasekaligus yaitu pasang
surut, angin dan aliran sungai itusendiri. Kecepatan arus di perairan pantai
sangatbergantung kepada musim dan arus pasut serta arus sungai. Jika energi
pasutdan aliran sungai cukup kuat, maka di muara sungaiakan terjadi pola
stratifikasi massa air suhu dan salinitas karena aliran sungai dan pasut
(Hadikusumah, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

8 46 56

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 0 15

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 0 2

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar (Selaroides leptolepis) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Sumatera Utara

0 0 14

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 13

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 5

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara Chapter III V

0 0 34

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 5 5

Studi Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Selar Kuning (Selaroides leptolepis Cuvier, 1833) di Perairan Selat Malaka Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 16