Sidik Bibir Sebagai Sarana Dalam Identifikasi Forensik Pada Etnis Tionghoa Malaysia Di Medan

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Ilmu kedokteran gigi forensik merupakan cabang dari ilmu kedokteran forensik
yang sekarang telah menjadi ilmu yang berdiri sendiri. Ilmu kedokteran gigi forensik
atau odontologi forensik merupakan cabang dari ilmu kedokteran gigi mengenai cara
penanganan dan pemeriksaan bukti-bukti melalui gigi dan evaluasi serta pemaparan
hasil-hasil penemuan yang berhubungan dengan rongga mulut untuk kepentingan
pengadilan.1 Definisi odontologi forensik adalah cabang ilmu dari ilmu kedokteran gigi
kehakiman yang bertujuan untuk menerapkan pengetahuan kedokteran gigi dalam
memecahkan masalah hukum dan kejahatan.2 Sejarah odontologi forensik telah ada
sejak zaman prasejarah, akan tetapi baru mulai mendapat perhatian pada akhir abad ke19. Sejak saat itu banyak kasus penerapan odontologi forensik dilaporkan dalam
literatur sehingga nama odontologi forensik mulai banyak dikenal bukan hanya di
kalangan dokter gigi, tetapi juga di kalangan penegak hukum dan ahli forensik.2
Identifikasi adalah penentuan dan pemastian identitas orang yang hidup

maupun orang mati berdasarkan ciri-ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Ruang
lingkup identifikasi dalam kedokteran gigi forensik cukup luas, tidak hanya meliputi
masalah forensik namun juga masalah non forensik. Identitas yang mendukung
identifikasi dari suatu korban dapat berupa identitas biologis dan non biologis. Identitas
non biologis dapat berupa kartu tanda penduduk, surat izin mengemudi, pakaian dan
lain-lain. Identitas biologis dapat diketahui melalui tulang belulang, gigi, darah, sidik
jari, rambut, profil DNA dan identitas pada bibir.3
Pada setiap individu, pola sidik jari berbeda sama sekali dan juga permanen,
maka dijadikan alat identfikasi. Namun, kesadaran tentang teknik-teknik yang maju ini
dalam deteksi kejahatan menyebabkan seorang kriminal melakukan tindakan
pencegahan yang secukupnya seperti penggunaan sarung tangan.

Dalam situasi

Universitas Sumatera Utara

2

tersebut, pengidentifikasi susah dilakukan melalui teknik sidik jari, penyelidik cuma
bisa melakukan identifikasi dengan menggunakan cheiloscopy sebagai bukti suportif.4

Sidik bibir sebagai sarana identifikasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi
kasus-kasus forensik maupun non forensik. Pada kasus forensik sidik bibir digunakan
untuk memecahkan kasus pembunuhan, sedangkan pada kasus non forensik digunakan
untuk mengidentifikasi usia, jenis kelamin, ras dan sebagainya.3
Pola keriput pada bibir mempunyai karakteristik tersendiri pada setiap individu
sama halnya dengan sidik jari. Keriput dan alur pada mukosa labial (sulci labiorum)
membentukkan pola karakteristik yang bernama sidik bibir, studi yang berkaitan
dengan ilmu bidang ini dinamakan cheiloscopy.4,5,6 Cheiloscopy dapat didefinisikan
sebagai metode untuk mengidentifikasikan seseorang berdasarkan ciri-ciri susunan
garis yang muncul pada bagian merah bibir manusia atau ilmu alami yang berkaitan
dengan garis-garis yang muncul pada bagian merah bibir manusia.4
Sidik bibir tidak mengalami perubahan seumur hidup dan ciri-ciri bibir
seseorang bisa membantu untuk menentukan ada atau tidak individu tertentu pada
tempat kejadian perkara (TKP), asalkan pernah ada pengonsumsian minuman,
penggunaan serbet, tisu dan sebagainya pada lokasi tersebut.4,7,8 Walau bagaimanapun,
pelajaran yang lebih lanjut pasti akan memberikan manfaat untuk forensik kedokteran
gigi pada suatu hari nanti.4
Sharma dkk. (Meerut, 2009) menyatakan bahwa sidik bibir sangat berguna
dalam penyelidikan forensik serta identifikasi individu dan dianggap bentuk yang
paling penting dari bukti transfer, sebanding dengan sidik jari dikarenakan keunikan

sidik bibir seperti sidik jari, tidak ada dua individu yang mempunyai sidik bibir atau
jari yang sama. 9,10
Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai analisis sidik bibir dalam
identifikasi jenis kelamin namun masih banyak kontroversi. Dalam penelitian Bajpai
dkk. (Jaipur, 2011) laki-laki dan perempuan mempunyai pola sidik bibir dominan tipe
III; Saraswathi dkk. (Kanpur, 2009) menyatakan bahwa tipe III merupakan pola sidik
bibir dominan baik laki-laki atau perempuan; Verghese dkk. (Karnataka, 2010) tipe IV
merupakan pola sidik bibir dominan untuk laki-laki dan perempuan; Augustine dkk.

Universitas Sumatera Utara

3

(Maharashtra, 2008) mendapati bahwa pola sidik bibir dominan masyarakat
Maharashtra adalah tipe III; Jatti dkk. (Coimbatore, 2015) mengatakan bahwa pola
sidik bibir dominan laki-laki dan perempuan adalah sama yaitu tipe II.2,5,11,12,13
Namun dalam penelitian Saputri dkk., (Surakarta, 2011) didapati bahwa pola
sidik bibir dominan laki-laki dan perempuan berbeda, laki-laki tipe IV, perempuan tipe
I,I’; Kumar dkk. (Pondicherry, 2012) pola sidik bibir dominan laki-laki adalah tipe III,
perempuan adalah tipe II.6,7 Sharma dkk. (Mathura, 2014), mengatakan bahwa pola

sidik bibir dominan laki-laki adalah tipe III dan IV, perempuan tipe I dan I’.8 Sharma
dkk. (Meerut, 2009) mendapat hasil yang sama seperti penelitian Saputri dkk. yaitu
laki-laki tipe IV dan perempuan tipe I dan I’.9 Neo dkk. (Kuala Lumpur, 2012)
mendapati bahwa pola sidik bibir dominan laki-laki dan perempuan berbeda, yakni
laki-laki tipe III dan perempuan tipe I dan I’.10 Gondivkar dkk. (Maharashtra, 2009)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan dalam pola sidik bibir dominan antara laki-laki
dan perempuan, laki laki tipe III dan perempuan tipe II.14
Terdapat beberapa metode untuk mendapatkan sidik bibir daripada seseorang
individu, misalnya metode lipstik, bahan cetak gigi, fotografi dan menggunakan bahan
bubuk sidik jari. Metode lipstik dipilih sebagai metode pengambilan sampel karena
hasil sidik bibir memuaskan, proses pengambilan sampel singkat dan juga karena biaya
metode lipstik yang relatif murah.
Etnis Tionghoa Malaysia dipilih sebagai subjek penelitian karena etnis
Tionghoa merupakan salah satu daripada tiga etnis terbesar di Malaysia. Etnis India
Malaysia tidak dipilih sebagai subjek penelitian karena etnis India Malaysia
digolongkan ke ras Kaukasoid dimana berbeda daripada etnis Tionghoa Malaysia yang
merupakan ras Mongoloid. Etnis Melayu Malaysia yang juga merupakan turunan ras
Mongoloid tidak terpilih karena tergolong ke sub-ras yang berbeda.
Bertitik tolak dari uraian diatas dan mengingat belum adanya penelitian
terhadap perbedaan pola sidik bibir dominan pada laki-laki dan perempuan yang

dilakukan pada etnis Tionghoa Malaysia, maka penulis merasa tertarik melakukan
penelitian untuk melihat pola sidik bibir dominan pada laki-laki dan perempuan pada
etnis Tionghoa Malaysia.

Universitas Sumatera Utara

4

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pola sidik bibir berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi
pada etnis Tionghoa Malaysia di Universitas Sumatera Utara?

2. Apakah terdapat perbedaan pola sidik bibir dominan antara laki-laki dan
perempuan berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi pada etnis Tionghoa Malaysia
di Univeritas Sumatera Utara?
3. Apakah terdapat perbedaan pola sidik bibir dominan antara laki-laki dan
perempuan menurut tipe berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi pada etnis
Tionghoa Malaysia di Universitas Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pola sidik bibir berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi
menurut kuadran pada etnis Tionghoa Malaysia di Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui perbedaan pola sidik bibir dominan antara laki-laki dan
perempuan berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi pada etnis Tionghoa Malaysia
di Univeritas Sumatera Utara.
3. Mengetahui perbedaan pola sidik bibir dominan antara laki-laki dan
perempuan menurut tipe berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi pada etnis
Tionghoa Malaysia di Universias Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

5

1.4 Hipotesis
Ho: Tidak ada perbedaan pola sidik bibir dominan pada laki-laki dan perempuan
etnis Tionghoa Malaysia di Universitas Sumatera Utara.
Hα: Ada perbedaan pola sidik bibir dominan pada laki-laki dan perempuan etnis
Tionghoa Malaysia di Universitas Sumatera Utara.
1.5


Manfaat Penelitian

1.5.1

Manfaat Teoritis

1. Mendapatkan data dan informasi mengenai pola sidik bibir pada laki-laki dan
perempuan etnis Tionghoa Malaysia.
2. Sebagai preliminary study dalam membuka wawasan para peneliti lain untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang pola sidik bibir.

1.5.2

Manfaat Praktis

1. Menginformasikan kepada ahli forensik mengenai perbedaan pola sidik
bibir antara jenis kelamin.
2. Menjadi bahan rujukan bagi peneliti-peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian lainnya mengenai pola sidik bibir.

3. Memberikan informasi terhadap ilmu pengetahuan tentang sidik bibir
sebagai alternatif sidik jari untuk tim forensik.

Universitas Sumatera Utara