Sidik Bibir Sebagai Sarana Dalam Identifikasi Forensik Pada Etnis Tionghoa Malaysia Di Medan

6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pertumbuhan dan Perkembangan Wajah

Perkembangan wajah manusia terjadi pada minggu ke-4 setelah fertilisasi
dengan penampakan 5 buah tonjolan atau swelling yang mengelilingi stomodeum.
Facial prominence adalah hasil dari akumulasi sel mesenkim yang berada di bawah
permukaan epitel. Mesenkim ini merupakan ektomesenkimal dan berkontribusi
terhadap perkembangan struktur orofasial seperti saraf, gigi, tulang serta mukosa
mulut. Penonjolan yang berada di hujung stomodeum disebut mandibular prominence,
memberikan kontribusi terhadap perkembangan rahang bawah serta bibir. Maxillary
prominence yang berada dibawah stomodeum dan diatas mandibular prominence,
berkontribusi dalam perkembangan rahang atas bibir (Gambar 1).15

Gambar 1.


Wajah dilihat dari aspek frontal. A. Embrio 5 minggu. B. Embrio 6
minggu. Tonjol nasal sedikit demi sedikit terpisah dari tonjol maksila
dengan alur yang dalam15

Universitas Sumatera Utara

7

Gambar 2.

Wajah dilihat dari aspek frontal. A. Embrio 7 minggu. B. Embrio 10
minggu. Tonjol maksila berangsur-angsur bergabung dengan lipatan nasal
dan alur terisi dengan mesenkim15

Perkembangan embriologi hidung, bibir dan palatum terjadi antara minggu ke5 hingga minggu ke-10. Gambar 1 dan Gambar 2 menunjukkan perkembangan wajah
embrio dari minggu ke-5 hingga ke-10 dilihat dari aspek frontal. Pada minggu ke-5,
dua penonjolan maxillary prominence akan meneruskan pertumbuhannya kearah
tengah dan menekan medial nasal prominence kearah midline. Dalam proses ini, celah
antara medial nasal prominence dan maxillary prominence akan hilang, dan kedua
penonjolan tersebut akan menyatu. Penyatuan kedua penonjolan ini akan membentuk

philtrum dan bibir atas. Lateral nasal prominence tidak terlibat dalam pembentukan
bibir atas. Bibir bawah dan rahang bawah terbentuk dari mandibular prominence yang
menyatu sepanjang midline. Pembentukan hidung dan palatal akan terjadi selepas
pembentukan bibir hingga minggu ke-10.15
2.1.1

Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Pertumbuhan

dan

Perkembangan Wajah
Menurut Mudiyah Mokhtar (cited in Rahtio 2013), pertumbuhan wajah dapat
dipengaruhi oleh:
i. Genetik: Faktor keturunan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

dapat dipelajari pada data-data anak kembar baik monozigotik maupun dizigotik. Gen

Universitas Sumatera Utara

8

dapat mempengaruhi sifat-sifat pertumbuhan, ukuran, kecepatan, kapan mulai
terjadinya perubahan erupsi gigi dan sebagainya. Penyelidikan pada anak kambar
bahwa ukuran gigi, lebar kepala dan lebar mandibula sangat dipengaruhi oleh faktor
keturunan dibandingkan dengan ukuran antero posterior.
b. Nutrisi: Malnutrisi yang terjadi pada anak-anak yang sedang tumbuh akan
memperlambat pertumbuhan. Malnutrisi dapat dipengaruhi ukuran bagian badan,
sehingga terjadi perbandingan ukuran badan yang berbeda-beda dan kualitas jaringan
yang berbeda seperti kualitas gigi dan tulang.
c. Penyakit: Penyakit sistemik yang berlangsung lama dan berat dapat mempengaruhi
pertumbuhan anak. Gangguan kelenjar endokrin yang ikut berperan pada pertumbuhan
seperti: hipofise, tiroidea, suprarenalis dan gonad dapat menyebabkan kemunduran
pertumbuhan.
d. Perbedaan ras dan Etnik Pada ras dan Etnik yang berbeda-beda terlihat adanya
perbedaan kongenital, kecepatan tinggi dan berat badan, pertumbuhan pada masingmasing ras dan etnik juga berbeda, begitu juga waktu maturasi, pembentukan tulang,

kalsifikasi gigi, dan waktu erupsi gigi.
e. Pengaruh hormon: Pertumbuhan badan manusia prinsipnya di pengaruhi oleh
hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh kelenjar hipofise. Pada masa pubertas
dimana hormon sex mulai aktif, maka hormon ini juga mempengaruhi perkembangan
wajah.
2.1.2

Anatomi Bibir

Bibir merupakan dua lipatan otot yang membentuk gerbang mulut, terdiri dari
bibir bagian atas dan bibir bagian bawah. Bibir luar ditutup oleh jaringan kulit,
sedangkan bagian dalam ditutupi oleh mukosa mulut. Menurut The American Join
Committee of Cancer, bibir merupakan bagian dari cavum oris, mulai dari perbatasan
vermilion-kulit dan meliputi seluruh vermilion saja (Gambar 3). Bibir terdiri dari tiga
bagian, yaitu kulit, vermilion dan mukosa. Bibir bagian atas disusun oleh tiga unit,

Universitas Sumatera Utara

9


yaitu 2 lateral dan 1 medial. Cuspid bow adalah proyeksi ke bawah dari unit philtrum
yang memberi bentuk bibir, batas bibir atas dan bawah secara melingkar pada batas
kutaneus dan vermilion disebut white roll. Bibir bagian bawah memiliki 1 unit yaitu
bagian labiomental groove yang memisahkan bibir dengan dagu.4

Gambar 3.

Vermilion Border4

Pesarafan sensoris bibir atas berasal dari cabang saraf kranialis V (Nervus
trigeminus) dan Nervus infraorbitalis. Bibir bawah mendapat inervasi sensoris dari
Nervus mentalis. Inervasi motorik bibir berasal dari saraf kranialis VII(Nervus
facialis). Ramus bukalis Nervus facialis mempersarafi Muscularis orbicularis dan
Musculus levator labii. Ramus mandibularis Nervus facialis menginervasi Musculus
orbicularis oris dan Musculus depressor labii.17
Otot bibir terdiri dari kelompok otot sfingter bibir (orbicularis oris) dan otot
dilator yang terdiri dari satu seri otot kecil yang menyebar keluar dari bibir (Gambar
5). Fungsi otot sfingter bibir adalah untuk merapatkan bibir, sedangkan fungsi otot
dilator bibir adalah untuk membuka bibir.17


Universitas Sumatera Utara

10

Gambar 4.

Otot Orbicularis Oris4

Bibir merupakan jaringan lunak yang melindungi mulut. Bibir memiliki variasi
dalam bentuk dan warna. Bibir dalam keseharian memiliki peran penting antara lain
berbicara, minum, menghisap, meniup dan sebagainya. Pada tubuh yang terbakar
sering dijumpai bibir tertutup rapat bila sudah meninggal sebelum api membakar tubuh
mereka, teapi akan ditemukan bibir terbuka lebar pada kasus terbakar hidup-hidup.
Dalam kekerasan pada bayi seing ditemukan luka robek pada frenulum bagian atas.18
2.1.3

Histologi Bibir

Permukaan luar bibir ditutupi kulit dengan folikel rambut, kelenjar sebasea dan
keringat. Kemudian pada tepi vermilion yang merupakan peralihan antara kulit dan

membran mukosa, bibir berubah menjadi kulit yang sangat tipis tanpa rambut, dengan
epidermis yang transparan.12
Bagian dalam bibir meliputi mukosa yang tersusun atas epitel berlapis gepeng
tanpa lapisan tanduk, terletak diatas jaringan ikat lamina propriadengan papilla yang
tinggi. Lapisan submukosa mengandung serat elastin yang melanjutkan diri di sekitar
otot rangka di tengah bibir dan di dalam lamina propria. Serat elastin ini mengikat erat
membran mukosa sehingga mencegah terbentuknya lipatan mukosa yang tergigit saat

Universitas Sumatera Utara

11

gigi geligi atas dan bawah berkontak. Bagian epidermis dari tepian vermilion bibir yang
transparan serta dermis yang memiliki banyak pleksus pembuluh datah membuat bibir
berwarna merah.19

Gambar 5.

2.2


Histologi Bibir4

Cheiloscopy / Sidik Bibir

Sidik bibir dapat dijadikan sebagai salah satu metode potensial untuk
identifikasi individu diungkap pertama kali oleh R. Fischer pada tahun 1902. Pada
tahun 1930, Diou de Lille mengembangkan beberapa jenis penelitian yang nanti
menyebabkan penggunaan sidik bibir dalam kasus kriminolog. Kriminolog terkenal
asal Perancis Edmond Locard mendukung dan membuktikan bahwa sidik bibir dapat
digunakan sebagai metode penunjang dalam proses identifikasi pada tahun 1932.20,21
Walau bagaimanapun, sebelum tahun 1950 antropolog jarang menyebut kewujudan
alur-alur dan fungsinya secara praktis. Ide menggunakan sidik bibir sebagai cara
identifikasi manusia pertama kali diperkenalkan oleh LeMoyne Snyder yang
memperkenalkan kegunaan sidik bibir dalam membantu ilmuwan forensik dengan cara
luar biasa.22 Seterusnya, Martin Santos, pada tahun 1960, mencadangkan bahwa alur-

Universitas Sumatera Utara

12


alur pada permukaan bibir bisa dibagikan ke dalam kelompok yang berbeda. Renaud
pada tahun 1972 mengamati 4000 sidik bibir untuk mengkonfirmasi keunikan sidik
bibir, tidak ada individu yang mempunyai sidik bibir yang sama.23
Menentukan identitas seseorang bisa menjadi suatu proses yang sangat sulit.
Cetakan gigi, sidik jari dan perbandingan DNA mungkin merupakan teknik yang paling
umum digunakan dalam hal ini, karena prosesnya berlangsung dengan cepat dan aman.
Namun dalam beberapa keadaan tertentu, biasanya terkait dengan investigasi kriminal,
teknik yang telah disebutkan diatas tidak selalu dapat digunakan. Oleh karena itu,
mungkin boleh diterapkan teknik lain yang berbeda dan mungkin kurang dikenal, yaitu
sidik bibir.24
Sidik bibir merupakan alur-alur yang terdapat pada vermilion atau bagian
merah bibir. Alur-alur tersebut diantaranya dapat berupa garis vertikal, bercabang,
perpotongan dan lain-lain.25 Sidik bibir sampai saat ini belum diketahui dengan pasti
kapan pembentukannya, namun ada yang berpendapat bahwa sidik bibir telah dapat
diamati saat bayi berusia empat bulan. Ilmu yang mempelajari sidik bibir dinamakan
Cheiloscopy.6 Cheiloscopy, yang berasal dari perkataan Yunani yaitu cheilos yang
bermaksud bibir, dan episkopi yang bermaksud melihat.24
Setiap manusia dilahirkan dengan ciri fisik yang berbeda-beda satu dengan
yang lainnya. Salah satu perbedaan yang khas yaitu alur atau pola yang terdapat pada
bibir masih banyak belum mengetahuinya. Salah satu peneliti dari Jepang yang

bernama Suzuki telah meneliti sidik bibir untuk mengidentifikasi forensik dan studi
pewarisan sifat.4
Sidik bibir didefinisikan sebagai gambaran alur pada mukosa bibir atas dan
bawah, dan oleh Suzuki dinamakan ‘figura linearum labiorum rubrorum’. Garis-garis
normal atau alur pada bibir memiliki karakteristik yang individual sama halnya seperti
yang terdapat pada sidik jari.26
Sidik bibir dapat digunakan sebagai salah satu metode penunjang dalam proses
identifikasi karena memiliki pola tekstur mukosa bibir yang stabil. Tsuchihashi
berpendapat bahwa sidik bibir bersifat tetap.22,27 Selain stabil, sidik bibir juga memiliki

Universitas Sumatera Utara

13

sifat yang unik. Adamu dan Taura (Kaduna State, 2015) berpendapat bahwa pola sidik
bibir antara individu tidak ada yang sama dan dapat dipengaruhi oleh variasi ras.27,28
Sifat unik dan stabil sidik bibir dapat menjadi suatu alat bukti dalam identifikasi
individu. Meskipun persentase kriminal menggunakan mulut atau bibir lebih rendah
dibandingkan dengan menggunakan tangan, namun tidak dapat mengabaikan
kemungkinan pada kasus-kasus tertentu seperti pemerkosaan dan perampokan, pelaku

bisa meninggalkan jejak berupa sidik bibir pada makanan, alat makan ataupun benda
lainnya.29
2.2.1

Jenis Sidik Bibir

Menurut kriminolog terkenal Perancis Edmond Locard, apabila dua benda
bersentuhan maka, masing-masing benda akan meninggalkan bekas atau jejas pada
benda lain yang disentuhnya. Prinsip ini merupakan prinsip yang dianut dalam
pemeriksaan barang bukti tindak pidana dalam hal persentuhan bibir dengan benda lain
yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja.28
Pada kasus kriminal, ditemukan sidik bibir pada suatu benda menunjukkan
bahwa bibir seseorang telah menyentuh benda lain yang dapat dikaitkan dengan
kemungkinan orang tersebut terkait dengan kasus kriminal tersebut. Bibir tanpa lipstik
yang menyentuh benda lain dapat meninggalkan bekas atau jejak pada benda yang
disentuhnya namun tidak dapat terlihat secara kasat mata, sidik bibir ini disebut sidik
bibir laten. Untuk membuktikan bahwa adanya sidik bibir tersebut maka harus
digunakan beberapa alat bantu supaya sidik bibir tersebut dapat terlihat dan nantinya
dapat dianalisis. Sidik bibir yang tertinggal pada suatu benda dan dapat terlihat disebut
sidik bibir tampak, sidik bibir ini sering tertinggal jika bibir orang yang memakai lipstik
menyentuh benda lain. Hal ini disebabkan lipstik mengandungi substansi kompleks
yang mengandung beberapa komponen, seperti minyak dan malam (wax), sehingga
dapat terlihat.28

Universitas Sumatera Utara

14

2.3

Metode Pengambilan Sidik Bibir

Penelitian tentang sidik bibir sampai sekarang belum banyak dilakukan. Salah
satu faktor penyebabnya kemungkinan adalah sidik bibir merupakan lapangan studi
yang baru dikembangkan. Hal lainnya yang belum adanya kesepakatan mengenai
metode pencetakan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya.20
Teknik pembuatan gambaran atau cetakan sidik bibir masih memerlukan
perbaikan melalui percobaan lebih lanjut, demikian pula dengan penyimpangannya
sehingga diperoleh cetakan yang akurat.20 Beberapa metode pengambilan sidik bibir
diantaranya yaitu menggunakan kertas karton tipis dan lipstik, lateks, scotch tape
(selotip bening), fotografi, bahan cetak gigi, kaca preparat dan fingerprint hinge lifter.
Berdasarkan hasil pengambilan sidik bibir, pengambilan sidik bibir yang paling mudah
dilakukan yaitu dengan menggunakan kertas karton dan hasil yang didapatkan cukup
jelas.19
Tersangka yang diduga sebagai orang yang meninggalkan sidik bibir, harus
diperiksa dan dianalisis sidik bibirnya. Pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir
dapat dilakukan secara langsung. Untuk mendapatkan hasil yang optimal pemilihan
metode pengambilan sidik bibir harus dilakukan dengan benar.28
2.3.1

Metode Lipstik

Metode pendokumentasian dan pengambilan sidik bibir menggunakan lipstik
dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu metode single motion dan
metode Prabhu. Dalam metode single motion dibutuhkan beberapa alat dan bahan
antara lain, lipstik berwarna merah, selotip bening lebar, gunting, kertas putiih polos
kaca pembesar dan kertas tisu.28 Sedangkan pada metode Prabhu diperlukan alat dan
bahan antara lain kertas putih, lipstik, glass plate, dan kaca pembesar.30

Universitas Sumatera Utara

15

Gambar 6: Alat dan bahan yang digunakan dalam metode lipstik28

Tahapan pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan menggunakan
metode lipstik yaitu, lipstik dioleskan pada bibir subjek secara merata, kemudian
selotip ditempelkan pada bibir yang telah diolesi lipstik, lalu ditekan secara perlahan
setelah itu selotip ditarik satu arah, dari kanan ke kiri atau sebaliknya.28

Gambar 7. Prosedur teknik pengambilan sidik bibir dengan
menggunakan metode lipstik.28

Perbedaan antara metode single motion dan metode Prabhu terletak pada cara
penempelan selotip ke bibir subjek, jika pada metode single motion selotip ditempelkan
searah dari arah kanan ke kiri atau sebaliknya kemudian selotip dilepas searah, akan
tetapi jika metode Prabhu, selotip ditempelkan pada bibir bagian tengah kemudian baru
selotip ditekankan pada bibir bagian kanan dan kiri.28,31

Universitas Sumatera Utara

16

2.3.2

Metode bahan cetak gigi

Pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan cetak kedokteran gigi seperti alginate, dan elastomer (polyvinyl
siloxane). Munakhir (1995, cited in Atmaji) melaporkan bahwa hasil cetakan sidik bibir
menggunakan alginat memberikan hasil yang cukup detail sehingga mudah dianalisis
dan dapat bertahan lama. Dalam metode ini dibutuhkan alat dan bahan antara lain,
rubber bowl, spatula, alginat dan sendok cetak perorangan (custom tray).28

Gambar 8. Alat dan bahan yang digunakan dalam
metode bahan cetak alginat.28
Tahapan pencetakan sidik bibir dengan menggunakan alginat dilakukan dengan
cara pertama-tama bibir subjek penelitian diolesi vaselin, kemudian adonan alginat
diaduk dan dituangkan ke seluruh permukaan bibir kemudian ditekan dengan
menggunakan sendok cetak perorangan yang telah disesuaikan dengan ukuran bibir
subjek, setelah alginat agak mengeras, sendok cetak diangkat dan akhirnya didapatkan
cetakan negatif dari sidik bibir. Setelah itu cetakan tersebut diisi dengan menggunakan
gips biru.28

Universitas Sumatera Utara

17

Gambar 9.

Prosedur pencetakan sidik bibir dengan
menggunakan alginat28

Pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dapat dilakukan dengan bahan
cetak lain yaitu polyvinyl siloxane. Verghese melaporkan bahwa dengan menggunakan
bahan cetak elastomer dapat dihasilkan hasil cetakan sidik bibir yang sangat detail.
Dalam metode ini dibutuhkan alat dan bahan antara lain rubber bowl, spatula, polyvinyl
siloxane, sendok cetak perorangan (custom tray), vaselin dan applicating gun.12,28

Gambar 10. Alat dan bahan yang digunakan dalam metode
pencetakan dengan menggunakan polyvinyl siloxane28
Tahapan pencetakan sidik bibir dengan menggunakan polyvinyl siloxane
dilakukan dengan pertama-tama bibir subjek diolesi vaselin, kemudian bahan light
body dioleskan ke seluruh permukaan bibir dengan menggunakan alat bantu
applicating gun, lalu sendok cetak perorangan yang telah isi dengan heavy body

Universitas Sumatera Utara

18

ditekankan ke bibir yang telah diolesi light body, kemudian ditunggu 15 sampai 20
menit, setelah agak mengeras sendok cetak diangkat dan akhirnya didapatkan cetakan
negatif sidik bibir dan cetakan tersebut diisi dengan dental plaster.28

Gambar 11. Prosedur pencetakan sidik bibir dengan
menggunakan polyvinyl siloxane28

2.3.3

Metode Fotografi

Sidik bibir dapat didokumentasikan secara langsung dengan menggunakan foto
konvensional maupun foto digital. Pemanfaatan foto digital lebih sering digunakan
sehingga pengambilan foto dapat diulang jika hasilnya kurang bagus. Selain itu hasil
foto dapat menggunakan beberapa bantuan software seperti Adobe Photoshop™.
Tsuchihashi (Tokyo, 1974) merupakan salah satu peneliti yang mengembangkan
metode fotografi untuk pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir dengan
menggunakan kamera medical Nikon F200.28
2.3.4

Metode Bahan Bubuk Sidik Jari

Sidik bibir dapat tertinggal pada sebuah benda seperti kain atau kemeja yang
tidak dapat terlihat kasat mata. Dalam kasus ini sidik bibir dapat divisualisasikan
dengan menggunakan bantuan bahan bubuk sidik jari serta bahan pewarna seperti

Universitas Sumatera Utara

19

lysochrome dye. Penggunaan bahan lysochrome dye akan sangat optimal jika
diaplikasikan pada bahan yang memiliki porositas, seperti kain, kertas tisu. Beberapa
alat dan bahan yang dibutuhkan dalam metode ini adalah kuas, bubuk sidik jari atau
bahan pewarna lysochrome dye.31
Tahapan pengambilan sidik bibir dengan menggunakan bubuk sidik jari yaitu
subjek diinstruksikan untuk menempelkan bibir ke sebuah kertas, kemudian kertas
yang telah terdapat sidik bibir laten tersebut, ditaburkan bubuk sidik jari, lalu diratakan
dengan menggunakan kuas sampai terlihat sidik bibir yang menempel pada kertas
tersebut.28
2.4

Keunggulan dan Kelemahan Beberapa Metode Pengambilan dan
Pendokumentasian Sidik Bibir

Untuk kepentingan identifikasi sidik bibir harus dapat ditampilkan dan
didokumentasikan dengan baik sehingga mudah dianalisis. Hasil dokumentasi dan
analisis sidik bibir yang baik, akan dapat menjadi alat bukti di persidangan. Dari
beberapa metode pengambilan dan pendokumentasian sidik bibir, masing-masing
terdapat keunggulan dan kelemahan.30
2.4.1

Keunggulan dan Kelemahan Metode Pengambilan Lipstik

Pengambilan sidik bibir tersangka atau korban yang terlibat dalam suatu kasus
kriminal dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu lipstik. Keunggulan dari
metode lipstik adalah alat dan bahan yang digunakan sederhana, tidak mahal, mudah
dan praktis dalam aplikasinya karena tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.
Kelemahan dari metode lipstik ini adalah belum terdapat standar warna baku dari
lipstik yang digunakan dan tidak semua subjek yang mau diaplikasikan lipstik,
terutamanya yang laki-laki.28
2.4.2

Keunggulan dan Kelemahan Metode Pengambilan dengan
menggunakan Bahan Cetak Alginat

Pengambilan sidik bibir dari korban atau tersangka dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan cetak hidrokoloid irreversible yaitu alginat. Keunggulan metode
dengan menggunakan alginat adalah dapat menghasilkan cetakan yang tiga dimensi,

Universitas Sumatera Utara

20

sehingga memudahkan proses analisis, hasil cetakan tahan lama, dan bahan alginat
mudah didapatkan. Kelemahan dari metode ini adalah kurang praktis dan waktu
pencetakan lama, kurang lebih 30 menit. Selain itu, alginat juga tidak sesuai untuk
dipakai pada jaringan lunak seperti bibir.28
2.4.3

Keunggulan dan Kelemahan Metode Pengambilan dengan
menggunakan Bahan Cetak Elastomer (polyvinyl siloxane)

Pengambilan sidik bibir dari korban atau tersangka dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan cetak gigi seperti elastomer. Keunggulan metode ini adalah dapat
menghasilkan cetakan tiga dimensi yang sangat akurat dan hasil cetakan yang tahan
lama. Kelemahan dari metode menggunakan bahan cetak elastomer adalah kurang
praktis, biaya mahal dan waktu pencetakan yang lama, kurang lebih 45 menit.28
2.4.4

Keunggulan dan Kelemahan Metode Pengambilan dan
Pendokumentasian Sidik Bibir menggunakan Fotografi

Dalam metode fotografi ini diperlukan keahlian dari fotografer, dan juga
beberapa aspek dalam fotografi seperti cahaya, fokus dan jarak. Metode ini
direkomendasikan pertama kali oleh Tsuchihashi.21 Keunggulan dari metode ini antara
lain hasil dokumentasi sidik bibir tahan lama sehingga dapat digunakan untuk second
opinion di kemudian hari, proses pengambilan praktis dan tidak membutuhkan waktu
yang lama. Beberapa kelemahan pada metode ini antara lain, belum adanya standar
baku Standard Operational Procedure dari teknik fotografi, jika hasil foto kurang
maksimal akan menyulitkan dalam proses analisa, alat dan bahan yang digunakan
relatif mahal.28
2.4.5

Keunggulan dan Kelemahan Metode Pengambilan Cetakan Sidik
Bibir dengan menggunakan Bubuk Sidik Jari dan Reagen
Pewarna

Pengambilan sidik bibir laten dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
bubuk, seperti bubuk sidik jari, bubuk aluminium, cobalt oxide, dan bubuk magnetik.
Penelitian mengenai efektifitas bubuk sidik jari dan lysochrome dye pernah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Neeti Kapoor (India, 2005) melaporkan bahwa reagen

Universitas Sumatera Utara

21

lysochrome dye lebih efektif daripada bubuk sidik jari dalam mevisualisasikan sidik
bibir laten.28,32
Pada penelitian yang dilakukan Castello (Sepanyol, 2005) pada sebuah kertas
tisu melaporkan bahwa perbedaan antara penggunaan bahan bubuk dan reagen pada
pengambilan sidik bibir laten pada suatu benda, dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain porositas dan ketahuan dari sidik bibir yang diambil dan hasil yang
didapatkan dengan menggunakan reagen lysochrome dye lebih efektif dan tahan lama
daripada penggunaan bubuk sidik jari.28,33
Keunggulan metode ini adalah dapat memvisualisasikan sidik bibir laten,
sehingga dapat didokumentasikan dan dianalisis, namun kekurangan metode ini, bahan
yang digunakan baik bubuk sidik jari maupun lysochrome dye relatif mahal dan kurang
praktis.28
2.5

Posisi Bibir

Sidik bibir sering kali ditemukan di TKP kasus kriminal pada permukaan
sendok, alat musik tiup, gelas dan juga pada buah-buahan yang dianalogkan dengan
sidik bibir pada posisi terbuka, tersenyum dan mengecup. Posisi yang berbeda mungkin
akan menyebabkan perbedaan pada sidik bibir karena terjadi kontraksi otot-otot di bibir
yang akan menyebabkan alur-alur yang horizontal (melintang) tidak dapat diamati
sehingga hanya alur-alur yang vertikal (tegak lurus) saja yang teramati.19
2.6

Klasifikasi Sidik Bibir

Beberapa peneliti melakukan identifikasi dan mengklasifikasikan pola sidik
bibir, namun belum ada kesepakatan mengenai pola sidik bibir yang digunakan sebagai
acuan internasional.
Bibir manusia memiliki sejumlah elevasi dan depresi pada permukaan luarnya
yang membentuk suatu pola karakteristik, yang disebut sebagai sidik bibir. Titik acuan
anatomis dari bibir meliputi chelion (titik paling lateral saat mulut dalam posisi
terbuka), stomion (titik pertemuan antara bibir bawah dan bibir atas pada bidang midsagittal), dan labrale superius serta labrale inferius (titik tertinggi dan terendah dari tepi
bibir atas dan bibir bawah pada bidang mid-sagital).24

Universitas Sumatera Utara

22

Berbagai faktor dapat memengaruhi perekaman sidik bibir. Sidik bibir harus
diperoleh dalam waktu 24 jam setelah waktu kematian untuk mencegah terjadinya
kekeliruan dalam pengambilan data akibat perubahan post-mortem pada bibir. Pola
sidik bibir yang diambil bergantung dari posisi mulut, terbuka atau tertutup. Bila mulut
berada dalam keadaan tertutup, alur–alur atau celah–celah pada bibir akan tampak lebih
jelas, sementara bila mulut berada dalam keadaan terbuka, alur–alur atau celah–celah
tersebut akan menjadi kurang jelas dan sulit untuk diinterpretasi.23 Adanya
ketidaknormalan pada bibir seperti mukokel atau perubahan pasca operatif pada bibir
dapat merubah pola sidik bibir. Demikian juga dengan adanya debris atau cairan pada
permukaan bibir, aplikasi pemulas bibir dalam lapisan yang tebal atau peregangan
berlebihan dari selotip dapat merubah rekaman sidik bibir.34
2.6.1

Klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi

Suzuki dan Tsuchihashi mempertimbangkan 6 jenis pola sidik bibir yang
berbeda:23,35
a. Tipe I

: Tampak alur vertikal pada seluruh bagian bibir.

b. Tipe I’ : Mirip dengan tipe I namun alur tidak pada seluruh
bagian bibir, vertikal parsial.
c. Tipe II : Menunjukkan alur yang bercabang seperti huruf Y.
d. Tipe III : Terlihat pola alur yang interseksi.
e. Tipe IV : Terlihat pola alur yang retikuler.
f. Tipe V : Merupakan pola-pola alur yang lainnya.

Universitas Sumatera Utara

23

Gambar 12. Klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi5
2.6.2

Klasifikasi Renaud

Merupakan klasifikasi paling lengkap yang membagi bibir menjadi kanan dan
kiri, dan setiap alur berdasarkan bentuknya memiliki penomoran. Kemudian dilakukan
formulasi dengan mendeskripsikan bagian bibir atas terlebih dahulu menggunakan
huruf capital untuk kanan (R), kiri (L), dan huruf kecil sesuai topologi alur, kemudian
bagian bibir bawah huruf kecil untuk kanan (r), kiri (l) dan huruf kapital untuk topologi
alurnya. Dalam hal ini dilihat dibawah:23,35
A: Vertikal penuh
B: Vertikal tidak penuh
C: Bifurkasi lengkap
D: Bifurkasi tidak lengkap
E: Percabangan lengkap
F: Percabangan tidak lengkap
G: Bentuk retikuler
H: Bentuk X atau koma
I: Horizontal
J: Bentuk lain (segitiga, elips)

Universitas Sumatera Utara

24

Gambar 13. Klasifikasi Renaud4

2.6.3

Klasifikasi Kasprzak

Kasprzak pada tahun 2000 telah mengumpulkan sampel sidik bibir dari 1500
individu dan memeriksa masing-masing sidik bibir secara mikroskopik. Kasprzak
mengklasifikasikan pola yang didapatinya kepada 23 jenis, yakni:35
Tabel 1. Klasifikasi Kasprzak22,35

Universitas Sumatera Utara

25

2.6.4

Klasifikasi José Maria Dominguez

Klasifikasi ini dibuat berdasarkan klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi. Alur
yang diklasifikasikan sebagai tipe II dalam klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi,
menurut José Maria Dominiguez dan para rekan penelitinya mendapati bahwa dalam
sampel mereka terdapat sedikit variasi, yaitu alur yang bercabang biasa bercabang ke
arah atas untuk bibir atas, dan bercabang ke arah bawah untuk bibir bawah. Pernyataan
ini didukung oleh Suzuki dan Tsuchihashi tetapi mereka juga menyadari bahwa ada
segelintir alur yang namanya tipe II’ yang bercabang sebaliknya.35

B

A

Gambar 14. Klasifikasi José Maria Dominguez. Dalam kurungan A dapat terlihat
alur bercabang ke bawah untuk bibir bawah merupakan alur tipe II dan
dalam kurungan B terlihat alur bercabang ke atas untuk bibir atas, alur
ini dinamakan sebagai alur tipe II’.18
2.6.5

Klasifikasi Martin Santos

Pembagian klasifikasi ini cukup sederhana dimana hanya 2 kelompok yakni:35
1. Sederhana apabila terdiri dari satu saja elemen topologis seperti garis,
kurva, sudut dan sinusoid.
2. Majemuk apabila terdiri daripada beberapa elemen topologis walaupun
terdapat berbagai klasifikasi lain yang merupakan variasi dari klasifikasi utama yang
ada, namun perbedaan yang ditunjukkan tidaklah signifikan.

Universitas Sumatera Utara

26

2.6.6

Klasifikasi Afchar-Bayat

Klasifikasi ini dibuat pada tahun 1979, berdasarkan 6 jenis alur sidik bibir,
yakni:23,35
A1: Alur vertikal dan lurus meluas sepanjang bibir.
A2: Seperti A1, tetapi tidak meluas sepanjang bibir.
B1: Alur bercabang yang lurus.
B2: Alur bercabang yang bersudut.
C:

Alur yang bertemu di suatu tempat.

D:

Alur pola retikuler.

E:

Alur bentuk lain.

2.7

Metode Pengamatan Sidik Bibir

2.7.1

Pengamatan Pola Sidik Bibir secara Keseluruhan

Metode ini pertama kali dilakukan oleh Tsuchihasi pada 22 laki-laki dan 42
perempuan yang tinggal di Yokohama, Jepang. Setelah dilakukan pengamatan yang
lebih mendetail, terlihat bahwa pola sidik bibir bukanlah sebuah pola tunggal, tetapi
gabungan dari beberapa pola. Untuk itu, Tsuchihasi menyarankan agar pola sidik bibir
dibagi ke dalam 4 kuadran terlebih dahulu sebelum diamati.36
2.7.2

Pengamatan Pola Sidik Bibir setelah Dibagi Menjadi 4 Kuadran

Pada metode ini dibuat garis horizontal untuk memisahkan bibir atas dan bibir
bawah, selanjutnya dibuat garis vertikal pada median bibir untuk memisahkan belahan
bibir sebelah kiri dan kanan, kedua garis ini tegak lurus satu sama lain. Dengan
demikian, sidik bibir terbagi menjadi 4 kuadran, Penamaan kuadran-kuadran tersebut
mulai dari kuadran 1 sampai kuadran 4 mulai dari kuadran kanan atas, kiri atas, kiri
bawah, dan kanan bawah (searah dengan jarum jam).36
Ada dua metode pencatatan pola sidik bibir yang muncul pada masing-masing
kuadran. Metode pertama mencatat semua pola yang muncul di tiap-tiap kuadran
sehingga dalam 1 kuadran didapatkan lebih dari 1 pola sidik bibir. Metode ini adalah
metode yang disarankan oleh Tsuchihashi untuk identifikasi individu yang spesifik.
Selain itu metode ini disarankan untuk pengamatan pola hereditas sidik bibir. Metode

Universitas Sumatera Utara

27

kedua mencatat pola dominan yang muncul di tiap-tiap kuadran. Jadi dalam 1 kuadran
terdapat 1 pola sidik bibir yang dominan. Metode ini digunakan oleh Saraswathi (India,
2016) dan Gupta (India, 2011) untuk meneliti hubungan antara sidik bibir dengan jenis
kelamin.6,26,36

I

II

IV

III

Gambar 15. Metode pengamatan sidik bibir pada 4 kuadran oleh
Tsuchihashi22

2.8

Ras, Suku dan Etnis

Menurut Hinton dkk., ras adalah segolongan manusia yang merupakan suatu
kesatuan karena memiliki kesamaan sifat jasmani dan rohani yang diturunkan,
sehingga berdasarkan itu dapat dibedakan dari kesatuan lain. Haldane menyatakan satu
kesatuan karakter fisik dan asal geografis dalam area tertentu.37
Dalam ensiklopedi Indonesia disebut istilah etnis berarti kelompok sosial dalam
sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena
keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok
etnis memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan
maupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.38
Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnis menunjukkan pada suatu
kelompok tertentu yang kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi
dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Kelompok etnis adalah
kelompok orang-orang sebagai suatu populasi yang:38

Universitas Sumatera Utara

28

i. Dalam populasi kelompok mereka mampu melestarikan kelangsungan
kelompok dengan berkembang biak.
ii. Mempunyai nilai-nilai budaya yang sama, dan sadar akan rasa
kebersamaannya dalam suatu bentuk budaya.
iii. Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.
iv. Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain
dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.
Suku merupakan golongan masyarakat yang masih memiliki hubungan
biologis. Pada akhir-akhir ini, istilah suku mulai ditinggalkan karena berasosiasi
dengan keprimitifan sedangkan istilah etnis dirasa lebih netral.39
Menurut perspektif teori situasional, etnis merupakan hasil dari adanya
pengaruh yang berasal dari luar kelompok. Salah satu faktor luar yang dapat
membentuk sebuah etnisitas adalah kolonialisme. Untuk kepentingan administratif
colonial membagi-bagi masyarakat kedalam kelompok-kelompok etnis dan ras yang
kemudian warisan kolonial tersebut terus diwariskan.40
2.8.1

Karakteristik Ras dan Etnis

Kelompok ras mayor di dunia diklasifikasikan menjadi Kaukasoid, Mongoloid,
Negroid dan Australoid. Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnis.
Jumlah penduduk di Malaysia mencapai 28,3 juta jiwa. Diantara 3 etnis terbesar di
Malaysia adalah etnis Melayu (67.4%), etnis Tionghoa (24,6%) dan etnis India
(7,3%).40
Etnis Melayu dan etnis Tionghoa tergolong dalam ras Mongoloid manakala
etnis India tergolong dalam ras Kaukasoid. Perbedaan antara etnis Melayu dan etnis
Tionghoa adalah sub-ras. Etnis Melayu tergolong dalam sub-ras Malayan Mongoloid,
yang mempunyai ciri-ciri fisik seperti berambut hitam lurus hingga bergelombang,
bermata besar dan berkulit kuning langsat hingga kecokelatan. Etnis Tionghoa
tergolong dalam sub-ras Asiatic Mongoloid yang mempunyai ciri-ciri fisik seperti
berambut hitam lurus, bermata sipit dan berkulit putih kekuningan.41

Universitas Sumatera Utara

29

Masyarakat Malaysia pada asalnya terbagi kepada dua fase yaitu prasejarah dan
modern. Terdapat dua model yang berguna dari fase prasejarah untuk menggambarkan
populasi yang bermigrasi dan populasi asal. Jacob memperkenalkan dual layer model
dimana pertama menyatakan perpindahan dan masuknya orang-orang Mongoloid ke
Asia Tenggara melalui Tiongkok Selatan. Sewaktu periode Neolitik telah
menyebabkan pencampuran genetik baru terhadap penduduk asal yang pada mulanya
memiliki profil seperti orang Australomelanesoid. Model kedua menyatakan bahwa
penduduk Asia Tenggara modern berasal dari orang-orang terdahulu yang tinggal di
Sundaland yang mengalami perubahan evolusi lokal tanpa pencampuran genetik.
Menurut Zainuddin sejarah modern populasi Malaysia termasuklah migrasi orangorang Tionghoa dari Tiongkok Selatan dan orang-orang India dari India Selatan ke
Malaysia sewaktu abad ke-19. Migrasi etnis Tionghoa dan etnis India ini membawa
kepada masyarakat modern Malaysia pada masa sekarang.42,43
2.8.2

Latar Belakang Etnis Tionghoa Malaysia

Kebanyakan pendatang Tionghoa di Tanah Melayu berasal dari Tiongkok
selatan, terutamanya wilayah Fujian dan Guangdong. Pada abad ke-19, kebanyakan
mereka datang untuk bekerja sebagai "buruh terikat" melalui perjanjian bertulis
(indentured labour), dikenali sebagai kuli ( 苦 力 , "kuasa susah-payah"). Yang
selainnya datang secara bebas untuk bekerja, dan didukung oleh Persatuan Etnis Kaum.
Populasi orang Tionghoa di Tanah Melayu mencapai 269,854 jiwa pada tahun 1911,
dan kira-kira sejuta sekitar tahun 1949.42
2.9

Faktor Usia

Sidik bibir setiap individu unik dan tidak berubah disebabkan faktor usia,
namun dikarenakan faktor lain seperti pasca kecelakaan atau tindakan bedah.

Universitas Sumatera Utara

30

2.10

Landasan Teori

Perkembangan wajah terjadi pada minggu keempat setelah fertilisasi dengan
penampakan 5 buah tonjolan atau swelling yang mengelilingi stomodeum. Penonjolan
frontonasal prominence dan maxillary prominence berkontribusi dalam perkembangan
rahang dan bibir. Pada minggu ke-5 janin, tumbuh dua penonjolan maxillary
prominence akan tumbuh kearah tengah dan menekan frontonasal prominence kearah
midline. Penyatuan kedua penonjolan frontonasal ini akan membentuk bibir.16
Bibir merupakan dua lipatan otot yang membentuk gerbang mulut, terdiri dati
bibir bagian atas dan bibir bagian bawah. Bibir luar ditutup oleh jaringan kulit,
sedangkan bagian dalam ditutupi oleh mukosa mulut.4
Sidik bibir merupakan kumpulan alur-alur yang terdapat pada vermilion atau
bagian merah bibir. Alur-alur tersebut diantaranya dapat berupa garis vertikal,
bercabang, perpotongan dan retikuler.25 Sidik bibir sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti kapan pembentukannya, namun ada yang berpendapat bahwa sidik bibir
telah dapat diamati saat bayi berusia empat tahun. Ilmu yang mempelajari sidik bibir
dinamakan Cheiloscopy.6
Bibir tanpa lipstik yang menyentuh benda lain dapat meninggalkan bekas atau
jejak pada benda yang disentuhnya namun tidak dapat terlihat secara kasat mata, sidik
bibir ini disebut sidik bibir laten. Sedangkan sidik bibir yang tertinggal pada suatu
benda dan dapat terlihat disebut sidik bibir tampak.28
Beberapa metode pengambilan sidik bibir seperti metode lipstik, metode bahan
cetak gigi, metode fotografi dan metode bahan bubuk sidik jari, metode yang dipilih
untuk penelitian ini adalah metode lipstik karena terdapat kelemahan daripada metodemetode lain dan metode lipstik merupakan metode yang paling sesuai karena hasil sidik
bibir yang didapati cukup baik, waktu yang diperlukan relatif singkat, lipstik mudah
diperoleh dan dari segi ekonomi lebih menjimatkan.
Klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi dijadikan klasifikasi sidik bibir penelitian
ini karena klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi memiliki rentang lebih luas dari segi pola
sidik bibir, memiliki gambaran yang jelas dan juga lebih umum dipakai oleh peneliti
dari seluruh dunia.

Universitas Sumatera Utara

31

2.11

Kerangka Teori

Pertumbuhan dan Perkembangan

Faktor yang

Identifikasi Forensik

Faktor Internal

Memengaruhi

· Usia
· Ras

Kraniofasial

· Jenis Kelamin
· Genetik

Wajah

Faktor Eksternal
Bibir

Primer

Sekunder

Odontologi
Sidik Jari
Pemeriksaan DNA

· Gaya Hidup
· Lingkungan

Vermilion
Border

Anatomi

Histologi

Sidik Bibir

Cheiloscopy
Metode Lipstik;

Sidik Bibir

Bahan Cetak Gigi; Fotografi;
Bahan Bubuk Sidik Jari
Laten

Tampak
Klasifikasi
Suzuki dan Tsuchihashi;

Fungsi

Renaud;
José Maria Dominiguez;
Forensik

Non-Forensik

Afchar-Bayat;
Martin Santos

Faktor yang Memengaruhi

Jenis Kelamin

Ras

Tipe Pola Sidik Bibir

Universitas Sumatera Utara

32

2.12

Kerangka Konsep
Etnis Tionghoa Malaysia usia 20-26 tahun laki-laki
atau perempuan di Universitas Sumatera Utara

Sidik bibir

Klasifikasi Suzuki dan Tsuchihashi

Tipe I
Lurus penuh

Tipe I’
Lurus Parsial
Tipe III
Interseksi

Tipe II
Bercabang

Tipe IV
Retikuler

Laki-laki

Tipe V
Lain-lain

Perempuan

Tipe pola sidik bibir

Tipe pola sidik bibir dominan

Universitas Sumatera Utara