Perlindungan Konsumen Terhadap Peredaran Makanan dan Minuman yang Tidak Berlabel Halal di Kota Medan (Studi Kasus : BPOM Kota Medan dan MUI Kota Medan)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang mengakui eksistensi Tuhan, hal ini dapat dilihat
dari Pancasila yang merupakan dasar negara Indonesia yakni bunyi sila pertama
Pancasila “Ketuhanan Yang Maha Esa”.Pancasila sebagai cita hukum (rechtsidee)
merupakan bintang pemandu, posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif
adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji
hukum positif.Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staatsfundamentalnorm 1maka
pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilainilai Pancasila.Senada dengan Pancasila, Pasal 29 UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menyebutkan “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa”.Adapun agama yang diakui Pemerintah, menurut Kementerian Agama adalah
Islam, Kristen, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghuchu 2.Dari berbagai agama yang
diakui di Indonesia Islam menjadi agama yang paling banyak dianut terbanyak yakni
mencapai 85%. 3Kewajiban untuk mengkonsumsi makanan dan minuman halal
merupakan perintah agama Islam. Hal itu dapat dilihat dari QS Al Baqarah: 168, QS
Al Baqarah: 172, QS Al Baqarah: 173 dan berbagai Hadits.
Dewasaini produk makanan, baik berupa bahan mentah maupun siap saji
(instant) dan minuman dengan berbagai rasa dan warna telah beredar luas di pasaran.
Banyaknya beredar produk makanan dan minuman ini memerlukan kontrol yang kuat
dari pemerintah maupun pihak terkait (stakeholder) untuk memastikan bahwa produk

makanan yang beredar di pasaran memenuhi standart layak dan berlabel halal untuk
1

Tata urutan yang dipakai oleh Attamimi adalah berdasarkan Ketetapan MPRS
No.XX/MPRS/1966.Ketetapan tersebut diganti dengan Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang
Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan. Pada Tahun 2003 telah ditetapkan
Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, kemudian
dirubah menjadi UU No. 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan.
2
http://www.kemendagri.go.id/news/2013/11/28/uu-hanya-akui-6-agama-kemenag-pemeluk-agamalain-tetap-bisa-jalankan-ibadahnya, diakses Tanggal 29 Juli 2017
3
https://www.bps.go.id/, diakses Tanggal 29 Juli 2017

1

Universitas Sumatera Utara

2

dikonsumsi. Pengendalian ini berfungsi untuk memberikan perlindungan kepada

konsumen terhadap produk yang dikonsumsi.Perlindungan ini juga mendorong para
produsen untuk mendistribusikan makanan dan minuman yang sesuai dengan standar
yang berlaku.Dalam konteks Indonesia, perlindungan konsumen terhadap makanan
dan minuman menjadi standar yang harus dipenuhi. Hal ini karena produk makanan
dan minuman yang terdistribusi akan diserap oleh pasar yang mayoritas konsumennya
adalah pemeluk agama atau keyakinan tertentu yang mewajibkan pemeluknya untuk
mengkonsumsi makanan dan minuman halal. Oleh karena itu, informasi tentang
kandungan produk makanan serta informasi kehalalan produk menjadi standar
makanan sebelum didistribusikan ke masyarakat.Standar jaminan dalam makanan
sepenuhnya ditanggung oleh produsen atau media perantara yang mendistribusikan
produk tersebut hal ini sesuai dengan UU pangan yaitu “badan usaha yang
memproduksi pangan olahan untuk diedarkan dan atau orang perorangan dalam badan
usaha diberi tanggung jawab terhadap jalannya usaha tersebut bertanggungjawab atas
keamanan pangan yang diproduksinya juga terhadap kesehatan orang lain yang
mengkonsumsi makanan tersebut”. 4Adanya standarisasi dalam produk makanan
dibuat untuk memberikan jaminan kepada konsumen dan memberikan kepastian
hukum kepada konsumen terhadap produk yang dikonsumsi.Dalam undang-undang
perlindungan konsumen dijelaskan bahwa “Perlindungan konsumen adalah segala
upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan jaminan kepada
konsumen”. 5 Oleh karena itu, konsumen berhak untuk mendapatkan informasi tentang

kandungan produk, bahan yang dibuat serta kehalalan produk yang akan dikonsumsi.
Disisi lain, meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk halal, tidak
diimbangi dengan tindakan para pelaku usaha dalam memeberikan informasi produk
yang tepat atau mensertifikatkan kehalalan produksinya dan memberi label halal pada
kemasannya. Kewajiban mencantumkan informasi makanan, seperti yang telah
dijelaskan dalam Undang-undang Perlindungan Konsumen bahwa perbuatan yang
dilarang bagi pelaku usaha dalam memproduksi dan atau memperdagangkan barang
dan atau jasa adalah “tidak memasang label atau membuat penjelasan barang yang
memuat nama barang, ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, aturan pakai,

4

Pasal 41 UU No.18 Tahun 2012 Tentang Pangan
Pasal 1UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

5

Universitas Sumatera Utara

3


tanggal pembuatan, akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan
lain untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat”. 6
Produsen yang memasarkan produknya tanpa penjelasan komposisi dapat
berakibat fatal terhadap konsumen tertentu.Seperti dalam contoh kasus biskuit impor
yangberasal dari Jepang yang disinyalir berbahan dasar babi dandinilai meresahkan
warga. Beberapa produk makanan seperti mie samyang asal Korea yang mengandung
babi dijual bebas di gerai minimarket Kota Medan 7, Biskuit impor bernamaBourbone
Cookie yang diduga mengandung babi dalamkomposisinyatersebar di Indomaretdi
wilayah Jakarta Selatan, seperti di Kemang, Ampera, Hang Lekir, Bulungan, dan
Tebet. 8Contoh kasus lainnya adalah merk dagang, Breadtalk dan Bir Bintang Zero‟
tidak memiliki sertifikat halal MUI.Khusus untuk Breadtalk, dulu pernah memiliki
sertifikat halal namun tidak diperpanjang karena tidak memenuhi Sistem Jaminan
Halal LPPOM MUI. 9
Lahirnya UU No. 33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal (JPH) yang
diundangkan tanggal 17 Oktober 2014 itu menjadi jawaban atas keresahan terhadap
makanan dan minuman berlabel halal yang beredar di Indonesia, hal itu dapat dilihat
dari Pasal 4 UU JPH yakni “Produk yang masuk, beredar dan diperdagangkan di
wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal”. Berbagai produk makanan dan minuman
yang beredar di Indonesia sangat penting sekali terdapatnama produk dan label halal

dari Badan Penyelengara Jaminan Produk Halal, sebab konsumenakan memahami
bagaimana memilih produk berlabel halal yang benar-benar terjamin kehalalannya.
Dan pada akhirnya konsumen lebih memilih produk yang sudah berlabel halal resmi
dibanding yang tidak ada labelnya dan produsen yang telah memiliki sertifikat halal
akansegera menempel logo halal pada produksinya, agar konsumen yakin bahwa
makanan tersebut telah terjamin kehalalannya.
Berdasarkan rentetan kasus seperti diatas nihilnya pelabelan halal yang
berawal dari produsen tidak mensertifikasi kehalalan produksinya, maka konsumen
yangmembeli produk tersebut akan merasa dirugikan. Konsumen yang dirugikan
6

Pasal 8 U No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
http://waspadamedan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=48509:mi-mengandungunsur-babi-beredar-di-medan&catid=51:medan&Itemid=206, diakses Tanggal 29 Juli 2017
8
Zuraya, Biskuit Berbahan Babi Masih Dijual di Indomaret, Jakarta: republika post, diterbitkan Nidia
27 Mei 2014.
9
http:/www.halalmui.org/mui14/index.php/main/detil_page/8/22601/30/1, diakses sabtu,
14 Februari 2015, pukul 02.13. yang sekarang diganti BPJPH yaitu Badan Penyelengara Jaminan
Produk Halal.


7

Universitas Sumatera Utara

4

keraptidak tahu apa yang harus dilakukan.Hal ini karena minimnya informasi terkait
hakkomplain konsumen terhadap produk makanan. Pada sisi lain, beredarnyaproduk
makanan yang tidak memenuhi standar konsumsi, baik tidak mencantumkanbahan
baku makanan, standart gizi atau label halal, merupakan kelalaian daripemerintah,
dinas dan lembaga terkait dan para stakeholder yang menangani sertifikasi halal dan
izin edar makanan.Penulis memfokuskan penelitianya di Kota Medan. Selain karena
pengaruh aksesibilitas, dinas dan lembaga terkait di Kota Medan juga menjadi sampel
untuk mengukur dinas yang sama di Indonesia.Berdasarkan hal tersebut di atasuntuk
mengkaji dan menelitinya lebih detail, maka penelitian ini diberi judul
PERLINDUNGAN

KONSUMEN


TERHADAP

PEREDARAN

MAKANAN/MINUMAN YANG TIDAK BERLEBEL HALAL DI KOTA
MEDAN sehingga dengan demikian, akan terjawab kesimpulan yang sesuai dengan
permasalahan yang terdapat didalam penelitian ini.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang akan
dibahas adalah :
1. Bagaimana bentuk perlindungan hukum terhadap konsumen di Indonesia
terhadap makanan dan minuman yang berlabel halal?
2. Bagaimana bentuk kepastian hukum pelindungan konsumen setelah lahirnya
UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal?
3. Bagaimana peranan Lembaga Pengkajian PanganObat-obatan dan Kosmetika
Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) Kota Medan dan berbagai instansi
terkait dalam memberikan kepastian hukum perlindungan konsumen terhadap
makanan/minuman halal di Kota Medan?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
A. Tujuan Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini memiliki tujuan yang menjadi sasaran pencapaian
dari yang akan dipaparkan oleh penulis. Adapun yang menjadi tujuan penulisan
skripsi ini adalah :
1) Untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum
Perdata, khususnyayang berkaitan dengan Hukum Perlindungan Konsumen

Universitas Sumatera Utara

5

yaitu menyangkutperlindungan hukum bagi konsumen muslim terhadap
makanan berlabel halal di Kota Medan
2) Memberikan

informasi

bagaimana

peraturan


perundang-undangan

mengenaikonsumen muslim, khususnya terhadap makanan berlabel halal di
rumah makan kota Medan
3) Untuk mengetahui kriteria apa saja yang ditetapkan oleh LPPOMMUI tentang
pengajuan sertifikasi halal terhadap makanan
4) Untuk mengetahui bagaimana proses memperoleh sertifikasi halal terhadap
makanan
B. Manfaat Penulisan
Di samping tujuan yang hendak dicapai sebagaimana yang dikemukakan di
atas, maka penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat baik secara teoritis maupun
secara praktis.
a) Manfaat Teoritis
Skripsi ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran pengembangan
bidang pengetahuan hukum umumnya maupun hukum perdata khususnya
sehingga dapat menambah bahan refrensi dan bahan masukan untuk penelitian
selanjutnya.
b) Manfaat Praktis
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran umum tentang bentuk
perlindungan konsumen muslim terhadap makanan berlabel halal serta menjadi

bahan masukan bagi masyarakat umum dan aparat penegak hukum untuk
memberikan pelindungan terhadap kosumen muslim atas makanan berlabel
halal.
1.4. Keaslian Penulisan
Mengenai

keaslian

penulisan,

ada

beberapa

pembahasan

mengenai

perlindungan konsumen, tetapi dalam hal ini penulis menitikberatkan pada
perlindungan konsumen muslim terhadap makanan berlabel halal. Skripsi ini dibuat

sendiri oleh penulis dengan melihat dasar-dasar yang telah ada baik melalui literatur
mupun pengumpulan data-data yang dihimpun dari berbagai sumber seperti bukubuku, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan judul skripsi ini serta

Universitas Sumatera Utara

6

melalui media elektronik seperti internet, sekaligus hasil dari pemikiran penulis
sendiri.
Sepanjang penulusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara yang dilakukan oleh penulis belum terdapat judul yang sama dengan judul yang
diangkat oleh penulis dalam skripsi ini. Dengan kata lain skripsi ini belum pernah ada
yang membuat, kalaupun ada penulis yakin substansi pembahasannya berbeda,
sehingga skripsi ini benar-benar merupakan tulisan yang berbeda dengan tulisan yang
lain. Dengan demikian, keaslian penulisan skiripsi ini dapat dipertanggungjawabkan.
1.5. Metode Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran yang sistematis,
metodologis, dan konsisten. 10 Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah
segala cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan.11
Metode penelitian pada dasarnya adalah suatu sarana pokok dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, sehingga dalam suatu penelitian yang
dilakukan, harus bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
metodologis, dan konsisten. 12 Metode penelitian hukum yang digunakan antara lain :
1) Jenis Penelitian
Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum. Penelitian
hukum menurut Morris L. Cohen yaitu: 13
Legal research, in a nutshells the process of finding the law that governs
activities in human society. It involves locating both the rules are enforced
by the state and commentaries which explain or anlyse these rules.
(Terjemahan: penelitian hukum, sebagai proses penemuan hukum dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini meliputi peraturan yang diterapkan negara danpenjelas
yang menjelaskan atau menganalisis undang-undang).
10

Kata ‘’penelitian” sebenarnya merupakan terjemahan dari istilah research yang di Negeri Belanda
baru digunakan secara umum sekitar tahun 1930-an. Semula pengertian researchhanya digunakan
untuk penelitian di bidang teknik dan ilmu alam. Kemudian istilah research juga mulai digunakan
dalam ilmu ekonomi, ilmu-ilmu sosial dan yang terakhir dalam ilmu hukum serta politik (Lihat
Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Alumni, Bandung,
hlm. 96),
11
Koentjaraningrat, 1974, Pengantar Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, hlm. 37.
12
Zainuddin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 17
13
Abdul Hakim, dalam disertasi Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Melalui Kontrak Baku dan Asas
Kepatutan Dalam Perlindungan Konsumen (studi hubungan hukum antara pelaku usaha dengan
konsumen perumaha), Universitas Sumatera Utara, 2013, hlm. 41.

Universitas Sumatera Utara

7

Peter Mahmud Marzuki menerangkan pengertian penelitian hukum adalah
suatu proses untuk menemukan aturan hukum maupun doktrin-donktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi. 14 F. Sugeng Santoso menyajikan penelitian
hukum adalah penelitian yang diterapkan atau diberlakukan khusus pada ilmu
hukum. 15
Adapun jenis Penelitian hukum dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian
hukum normatif. Menurut Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji penelitian hukum
normatif atau disebut juga penelitian hukum kepustakaan adalah penelitian hukum
yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. 16Mukti
Fajar ND dan Yulianto Ahmad menjelaskan pengertian penelitian hukum normatif
adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sistem norma, mengenai
asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan,
perjanjian serta doktrin (ajaran). 17Penelitian ini menggunakan metode pendekatan
yuridis sosiologis yaitu pendekatan terhadap masalah dengan melihat norma hukum
yang berlaku dihubungkan dengan fakta-fakta yang ada dari permasalahan yang
ditemui dalampenelitian.
2) Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian antara lain :
1. Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data yang belum diolah dandiperoleh
langsung dari lapangan (field research) dengan melakukan observasi dan wawancara
di lingkungan terkait yaitu pada LPPOM-MUI Kota Medan, Balai Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) Kota Medan, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)
Kota Medan.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang sudah diolah dan diperoleh dari penelitian
kepustakaan (library research) yang meliputi :
a) Bahan Hukum Primer

14

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 35.
F. Sugeng Susanto, 2007, Penelitian Hukum, CV Ganda, Yogjakarta, hlm. 29.
16
Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2010, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 13-14.
17
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, 2013, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 13.
15

Universitas Sumatera Utara

8

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya
mempunyai otoritas. 18 Bahan hukum primer terdiri dari berbagai peraturan perundangundangan yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini serta putusan pengadilan
yang merupakan konkretisasi dari perundang-undangan. 19Bahan hukum primer dalam
penelitian ini adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas.Bahan hukum primer ini
pada dasarnya berkaitan dengan bahan-bahan pokok penelitian yang sifatnya mengikat
dan biasanya berbentuk himpunan peraturan perundang-undangan seperti :
1. Al-Qur’an dan Hadits
2. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
3. Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPdt).
4. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
5. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
6. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
7. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal.
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.280/MenKes/Per/X1/1976, tentang
Ketentuan Peredaran dan Penandaan pada Makanan yang Mengandung Bahan
Berasal dari Babi.
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.329/MenKes/Per/XII/1976, tentang
Produksi dan Peredaran Makanan.
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No.79/MenKes/III/1978, tentang Label dan
Periklanan Makanan.
11. Peraturan

Menteri

Kesehatan

RINo.382/MenKes/Per/VII/1989,

tentang

Pendaftaran Makanan.
12. Keputusan Menteri Kesehatan No.82/MenKes/SK/I/1996 sebagaimana telah
diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.924/MenKes/SK/VIII/1996,
tentang Pencantuman Tulisan Halal Pada Label Makanan.
13. Keputusan Menteri Agama Nomor 518 Tahun 2001 tentang Pedoman dan Tata
Cara Pemeriksaan dan Penetapan Pangan Halal.
14. Keputusan Direktur Jenderal POM Nomor HK.00.06.3.02.345 tentang Tata
Cara Pencantuman Tulisan Halal Pada Label Makanan.

18

Peter Mahmud Marzuki, Op. Cit., hlm. 141.
Ibid., hlm. 142

19

Universitas Sumatera Utara

9

15. Piagam Kerjasama Departemen Kesehatan, Departemen Agama, Majelis
Ulama Indonesia tanggal 21 Juni 1996 tentang Pelaksanaan Pencantuman
Tulisan Halal pada Makanan.
16. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label danIklan Pangan
17. Peraturan-peraturan terkait lainnya.
b) Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer. Bahan hukum sekunder terdiri dari rancangan undang-undang, buku
teks, tulisan-tulisan tentang hukum baik dalam bentuk buku ataupun jurnal-jurnal serta
artikel yang berhubungan dengan skripsi ini.Bahan hukum sekunder dalam penelitian
ini adalah bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat
membantu menganalisa, memahami dan menjelaskan bahan hukum primer, seperti:
Berbagai literatur yang relevan, Teori-teori dan pendapat para ahli hukum, Berbagai
media yang dapat dijadikan data dan memberikan referensi terhadap penulisan ini
seperti : internet, perpustakaan dan lain-lain.
c) Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tertier yaitu bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum tertier seperti
kamus hukum, kamus besar bahasa indonesia, ensiklopedia.
Bahan hukum tersier dalam penelitian ini adalah bahan hukum yang memberikan
informasi dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder
seperti kamus hukum yang digunakan untuk menjelaskan istilah-istilah yang ada.
Sumber Data Sumber data berasal dari :
a) Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan, yakni
penelitian yang sumber datanya diperoleh melalui buku, dokumen, referensi
dan sebagainya. Penelitian kepustakaan dilakukan di Perpustakaan Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, Perpustakaan Pusat Universitas Sumatera
Utara, Buku koleksi sendiri, Bahan kuliah yang berhubungan dengan maasalah
yang dibahas.
b) Penelitian lapangan (Field Research) Penelitian lapangan merupakan sumber
data yang diperoleh melalui penelitian yang dilakukan dilapangan.
Berdasarkan topik yang diangkat maka penelitian dilakukan pada LPPOM

Universitas Sumatera Utara

10

MUI Kota Medan, Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) Kota
Medan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kota Medan.
3) Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian kepustakaan (library research). Dalam hal ini, penulis melakukan
penelitian terhadap berbagai pertauran perundang-undangan, literatur literatur,bukubuku, majalah, jurnal-jurnal, dan internet yang dinilai relevan dengan permasalahan
yang akan dibahas penulis dalam skripsi ini.
4) Analsis Data
Data sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif yaitu
penulisan semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada berdasarkan asasasas, pengertian serta sumber hukum yang ada dan menarik kesimpulan dari bahan
tersebut.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh tentang isi skripsi, maka
secara garis besar sistematikanya terdiri atas :
Bab I Pendahuluan
Diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian serta sistematika penulisan
skripsi.
Bab II Tinjauan Umum Pelindungan Konsumen Terhadap Peredaran
Makanan/Minuman Berlabel Halal
Diuraikan tentang tinjauan umum mengenai pengertian perlindungan
konsumen, makanan/minuman, peredaran, label halal, sertifikasi halal, serta berbagai
peraturan perundang-undangan yang terkait mengenai perlindungan konsumen di
Indonesia serta pengaturan produk makanan dan minuman halal di berbagai wilayah
di Indonesia.
BabIIIKepastian Hukum Perlindungan Konsemen Menurut UU No. 33 Tahun
2014 Tentang Jaminan Produk Halal (JPH)
Diuraikan segala bentuk ketentuan-ketentuan baik ketentuan administrasi,
kelembagaan dan pidana yang mengatur mengenai kepastian perlindungan konsumen
terhadap produk halal dalam UU JPH

Universitas Sumatera Utara

11

Bab IV Kepastian Hukum Produk Makanan dan Minuman Oleh Lembaga
Terkait Di Kota Medan
Diuraikan tentang profil MUI, Sejarah MUI, Kedudukan MUI, BPSK dan
instansi terkait mengenai perlindungan konsumen serta kreteria makanan/minuman
yang diberikan sertifikat halal, proses perolehan sertifikat halal terhadap
makanan/minuman oleh MUI
Bab V Kesimpulan dan Saran
Diuraikan mengenai kesimpulan dan saran dari penulisan skripsi.

Universitas Sumatera Utara