Analisis Kandungan Formaldehid Pada Makanan Dan Minuman Yang Menggunakan Wadah Melamin Pada Suhu 80 °C Di Kota Medan Tahun 2011

(1)

ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID PADA MAKANAN DAN MINUMAN YANG MENGGUNAKAN WADAH MELAMIN PADA SUHU 80 °C DI KOTA MEDAN

TAHUN 2011

SKRIPSI Oleh :

NIM. 071000132 LUSIANA PURBA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID PADA MAKANAN DAN MINUMAN YANG MENGGUNAKAN WADAH MELAMIN PADA SUHU 80 °C DI KOTA MEDAN

TAHUN 2011

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 071000132 LUSIANA PURBA

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 01 Februari 2012

Dan Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr.dr.Wirsal Hasan,MPH

NIP. 19491119 198701 1 001 NIP. 19650109 199403 2 002

Prof.Dr.Dra.Irnawati Marsaulina,MS

Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP. 19680320 199303 2 001 NIP: 19780331 200312 1 001 dr. Taufik Ashar, MKM

Medan, Februari 2012 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr.Drs.Surya Utama,M.S


(3)

ABSTRAK

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman. Salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan makanan dan minuman adalah perkembangan kemasan yang digunakan untuk mengemas produk pangan tersebut.

Produk melamin merupakan salah satu jenis produk perlengkapan makan dan minum yang banyak digunakan untuk keperluan makan dan minum. Hal ini dikarenakan produk melamin mempunyai beberapa kelebihan antara lain ringan, dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan desain yang menarik serta tidak mudah pecah. Namun demikian melamin mengandung formalin yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Dari penelitian yang telah banyak dilakukan pada peralatan dari melamin, ternyata formalin pada peralatan dapat bermigrasi ke produk pangan, terutama bila produk pangannya berada pada suhu tinggi atau panas, misalnya untuk wadah minuman panas atau sup panas.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai dekskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan secara sistematis, yaitu untuk mengetahui kadar formaldehid pada makanan dan minuman yang diwadahi peralatan makan melamin yaitu mangkok dan cangkir yang sering dipakai sebagai wadah makanan dan minuman.Metode yang dilakukan adalah metode Asam Kromatropat untuk mengetahui ada atau tidaknya formaldehid dan metode titrasi untuk menghitung kadar formaldehid yang kemudian akan dibandingkan dengan standar kadar formaldehid yang diperbolehkan dalam tubuh yang diterbitkan oleh Intenational Programme on Chemical Safety (IPCS) yaitu pada 1,5 mg hingga 14 mg pada makanan dan 0,1 mg per liter pada minuman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel makanan yang dimasukkan ke dalam mangkok melamin tidak mengakibatkan formaldehid mengalami depolimerisasi, sementara pada sampel minuman diperoleh hasil bahwa dari 5 sampel minuman, sampel minuman yaitu Air Putih mengakibatkan formaldehid keluar dari cangkir. Kadar formaldehid yang terdapat pada Air Putih adalah sebesar 0,387 ppm.

Berdasarkan standar yang ditetapkan IPCS, kadar formaldehid pada minuman adalah 0,1 mg per liter dan 1,5 mg hingga 14 mg pada makanan. Peralatan makan cangkir berbahaya jika digunakan.


(4)

ABSTRACT

Food is anything that comes from biological sources and water, whether treated or untreated, which is applied as a food or beverage for human consumption, including food additives, food materials, and other materials used in the process of preparing, processing, and or manufacture of food and beverages. One of the things that can not be removed from the development is the development of food and beverage is packaging used to package the food product.

Melamine Products is one type of eating and drinking equipment products are widely used for the purpose of eating and drinking. This is because melamine products have several advantages such as lightweight, can be found in various shapes and designs are attractive and not easily broken. Nevertheless contain melamine formaldehyde which is very dangerous for health.Of the studies that have been carried out on equipment of melamine, formaldehyde turns the equipment can migrate into food products, especially when food products are at a high temperature or heat, for example for hot beverages or containers of hot soup.

This type of study is a survey research dekskriptif that aims to describe the nature of a situation systematically, to determine levels of formaldehyde in foods and beverages that contained melamine tableware bowls and cups are often used as food containers and beverages. The Methode taken is Kromatropat acid method to determine the presence or absence of formaldehyde and titration methods for calculating levels of formaldehyde which will then be compared with the standard permissible levels of formaldehyde in the body that issued by the Intenational Programme on Chemical Safety (IPCS) is at 1.5 mg to 14 mg in foods and 0.1 mg per liter in the drink.

Results showed that all samples of the food put in bowl melamine formaldehyde does not result in having depolimerisasi, while the samples obtained results that drinks from 5 samples drinks, example beverage samples resulted White Water formaldehyde out of the cup. Kadar formaldehid yang terdapat pada Air Putih adalah sebesar 0,387 ppm.

Based on the standards established by IPCS, formaldehyde levels in beverages is 0.1 mg per litre and 1,5 mg until 14 mg on foods. Tabelware cups are dangerous if used.

Formaldehyde levels found in the White Water amounted to 0.387 ppm.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Lusiana Purba

Tempat/tanggal lahir : Lumban Purba, 28 januari 1988

Agama : Kristen Protestan

Satus Perkawinan : Belum Menikah

Alamat Rumah : Jl. Enggang 14 no.209 P.Mandala Deli Serdang

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1994-2000 : SD Negeri 173430 Saitnihuta, Doloksanggul 2. Tahun 2000-2003 : SMP Negeri 4 Saitnihuta, Doloksanggul 3. Tahun 2003-2006 : SMA Methodist 8 Medan

4. Tahun2007-2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID PADA MAKANAN DAN MINUMAN YANG MENGGUNAKAN WADAH MELAMIN PADA SUHU 80 °C DI KOTA MEDAN TAHUN 2011” Guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Pada kesempatan ini secara khusus penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tidak terhingga kepada Dr.dr. Wirsal Hasan, MPH dan Prof.Dr.Dra. Irnawati Marsaulina, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan saran dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, Ms, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ir. Evi Naria, M.Kes, selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen penguji

3. dr. Taufik Ashar, MKM sebagai dosen penguji

4. Ibu Nurma Sinaga, selaku Dosen Pembimbing Lapangan Di Laboratorium Toksikologi Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan seluruh staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya Departemen kesehatan Lingkungan.


(7)

6. Siti Khadizah Nasution, SKM, selaku dosen pembimbing Akademik yang selalu memberikan petunjuk selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Teristimewa kepada Orang tuaku (J.Purba dan R.Silaban), abang dan kakakku (Bang Manat dan keluarga, bang Nasib dan keluarga, bang David, kak Netty dan keluarga, kak Lena dan keluarga, kak Tuty serta keluarga (Keluarga besar Silaban dan Purba) yang telah memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menyelesaikan skipsi ini.

8. KK ‘Hopeful’ (Kak Eka, kak Ria dan Fitri) dan Adek-adekku KK’B’ (Dahlia Romince, Delvina, Henny, Ira, dan Meity) serta Adekku Erika yang mendukung dan menguatkanku serta membantuku bertumbuh.

9. Teman-teman koordinasi 2011 (Grace, Arda, Fitri, Ika, May, Emma, Nursiani, Jojo, Evi, Edy, Mandroy, Kristna, Ira, Santi, Ria, Berman)

10. Sahabat-sahabatku yang kukasihi: Kristine, Fika,

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Februari 2012


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul ... i

Halaman Pengesahan... ii

Abstrak... iii

Abstrac ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pangan ... 8

2.1.1 Bahan Makanan ... 8

2.1.1.1 Sayur-sayuran ... 9


(9)

2.1.2 Minuman ... 11

2.1.3 Prinsip Penyajian Makanan ... 13

2.1.4 Sanitasi Makanan dan Minuman ... 15

2.2 Kemasan Pangan ... 16

2.2.1 Jenis Kemasan Pangan ... 16

2.3 Melamin ... 17

2.3.1 Pengertian Melamin ... 17

2.3.2 Sejarah Melamin ... 18

2.3.3 Sifat Fisik dan Kimia ... 18

2.3.4 Kegunaan Melamin ... 20

2.3.5 Melamin Palsu ... 21

2.3.6 Pengaruh Melamin Terhadap Kesehatan ... 21

2.3.7 Standar Kadar Melamin ... 22

2.4. Formaldehid ... 23

2.4.1 Pengertian Formaldehid ... 24

2.4.2 Karakteristik Formaldehid ... 24

2.4.3 Kegunaan Formaldehid ... 25

2.4.4 Bahaya Formaldehid bagi kesehatan ... 26

2.4.5 Pertololongan Pertama Bila Terjadi Keracunan ... 30

2.4.6 Standar kadar Formaldehid ... 31

2.4.7 Pemeriksaan Formaldehid ... 31

2.5 Faktor yang memengaruhi Pelepasan Formaldehid ... 34

2.6 Pengaruh Suhu Terhadap Pelepasan Formaldehid ... 34


(10)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 36

3.2.2 Waktu Penelitian ... 37

3.3 Objek Penelitian dan Sampel ... 37

3.3.1 Objek Penelitian ... 37

3.3.2 Sampel Penelitian ... 37

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1 Data Primer ... 39

3.4.2 Data Sekunder ... 39

3.5 Teknik Analisis Data ... 39

3.5.1 Alat dan Bahan ... 39

3.5.1.1 Alat-alat ... 39

3.5.1.2 Bahan-bahan ... 40

3.5.1.3 Cara Pembuatan Reaksi ... 40

3.5.2 Teknik Analisis Peralatan Makan Melamin ... 40

3.5.2.1 Pemeriksaan pada makanan ... 40

3.5.2.2 Pemeriksaan pada minuman ... 41

3.6 Definisi Operasional ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Formaldehid Pada Makanan ... 45 4.1.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid


(11)

Pada Makanan ... 45 4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Formaldehid

Pada Minuman ... 46 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid

Pada Minuman ... 46 4.2.2 Hasil Pemeriksaan Kuantitatif Formaldehid

Pada Minuman ... 46

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pemeriksaan Formaldehid pada Makanan yang Dimasukkan ke dalam Mangkok ... 48 5.2 Pemeriksaan Formaldehid pada Minuman yang Dimasukkan ke dalam Cangkir ... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 56 6.2 Saran ... 57


(12)

ABSTRAK

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman. Salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan makanan dan minuman adalah perkembangan kemasan yang digunakan untuk mengemas produk pangan tersebut.

Produk melamin merupakan salah satu jenis produk perlengkapan makan dan minum yang banyak digunakan untuk keperluan makan dan minum. Hal ini dikarenakan produk melamin mempunyai beberapa kelebihan antara lain ringan, dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan desain yang menarik serta tidak mudah pecah. Namun demikian melamin mengandung formalin yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Dari penelitian yang telah banyak dilakukan pada peralatan dari melamin, ternyata formalin pada peralatan dapat bermigrasi ke produk pangan, terutama bila produk pangannya berada pada suhu tinggi atau panas, misalnya untuk wadah minuman panas atau sup panas.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai dekskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan secara sistematis, yaitu untuk mengetahui kadar formaldehid pada makanan dan minuman yang diwadahi peralatan makan melamin yaitu mangkok dan cangkir yang sering dipakai sebagai wadah makanan dan minuman.Metode yang dilakukan adalah metode Asam Kromatropat untuk mengetahui ada atau tidaknya formaldehid dan metode titrasi untuk menghitung kadar formaldehid yang kemudian akan dibandingkan dengan standar kadar formaldehid yang diperbolehkan dalam tubuh yang diterbitkan oleh Intenational Programme on Chemical Safety (IPCS) yaitu pada 1,5 mg hingga 14 mg pada makanan dan 0,1 mg per liter pada minuman.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua sampel makanan yang dimasukkan ke dalam mangkok melamin tidak mengakibatkan formaldehid mengalami depolimerisasi, sementara pada sampel minuman diperoleh hasil bahwa dari 5 sampel minuman, sampel minuman yaitu Air Putih mengakibatkan formaldehid keluar dari cangkir. Kadar formaldehid yang terdapat pada Air Putih adalah sebesar 0,387 ppm.

Berdasarkan standar yang ditetapkan IPCS, kadar formaldehid pada minuman adalah 0,1 mg per liter dan 1,5 mg hingga 14 mg pada makanan. Peralatan makan cangkir berbahaya jika digunakan.


(13)

ABSTRACT

Food is anything that comes from biological sources and water, whether treated or untreated, which is applied as a food or beverage for human consumption, including food additives, food materials, and other materials used in the process of preparing, processing, and or manufacture of food and beverages. One of the things that can not be removed from the development is the development of food and beverage is packaging used to package the food product.

Melamine Products is one type of eating and drinking equipment products are widely used for the purpose of eating and drinking. This is because melamine products have several advantages such as lightweight, can be found in various shapes and designs are attractive and not easily broken. Nevertheless contain melamine formaldehyde which is very dangerous for health.Of the studies that have been carried out on equipment of melamine, formaldehyde turns the equipment can migrate into food products, especially when food products are at a high temperature or heat, for example for hot beverages or containers of hot soup.

This type of study is a survey research dekskriptif that aims to describe the nature of a situation systematically, to determine levels of formaldehyde in foods and beverages that contained melamine tableware bowls and cups are often used as food containers and beverages. The Methode taken is Kromatropat acid method to determine the presence or absence of formaldehyde and titration methods for calculating levels of formaldehyde which will then be compared with the standard permissible levels of formaldehyde in the body that issued by the Intenational Programme on Chemical Safety (IPCS) is at 1.5 mg to 14 mg in foods and 0.1 mg per liter in the drink.

Results showed that all samples of the food put in bowl melamine formaldehyde does not result in having depolimerisasi, while the samples obtained results that drinks from 5 samples drinks, example beverage samples resulted White Water formaldehyde out of the cup. Kadar formaldehid yang terdapat pada Air Putih adalah sebesar 0,387 ppm.

Based on the standards established by IPCS, formaldehyde levels in beverages is 0.1 mg per litre and 1,5 mg until 14 mg on foods. Tabelware cups are dangerous if used.

Formaldehyde levels found in the White Water amounted to 0.387 ppm.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, seluruh anggota masyarakat, tanpa kecuali merupakan konsumen pangan. Di Indonesia, sebagian besar dari masyarakatnya masih mempunyai pendapatan dan tingkat pendidikan yang relatif rendah. Oleh karena itu, kesadaran dan kemampuan mereka sebagai konsumen juga masih sangat kurang, dan dalam memilih pangan, masyarakat seringkali mengabaikan kualitasnya karena daya beli yang yang memang masih sangat rendah (Cahyadi, 2006).

Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman (Rahayu, 2008).

Salah satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan makanan dan minuman adalah perkembangan kemasan yang digunakan untuk mengemas produk pangan tersebut (Novianti, 2009).

Pada BAB I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 10 Undang- undang tentang Pangan tahun 1996 dan menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor.HK 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan Pangan tahun 2007 disebutkan bahwa kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.


(15)

Sifat dan kegunaan kemasan banyak tergantung dari bahan atau material yang digunakan untuk membuat alat itu (Yuliarti, 2007). Kemasan pangan berasal dari berbagai jenis bahan, yang sering digunakan adalah kertas, plastik, logam, kayu, kaca/gelas dan kombinasi dari kemasan yang ada. Kemasan yang harus diperhatikan dalam pemilihan kemasan berhubungan dengan keamanan pangan adalah kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung berhubungan atau kontak dengan produk pangan. Kemasan primer memiliki risiko terjadinya migrasi bahan kemasan yang paling besar. Salah satu contoh kemasan primer adalah kemasan melamin yang dewasa ini banyak diperjualbelikan di masyarakat (Novianti, 2009).

Menurut Standar Nasional Indonesia (2008), Produk melamin merupakan salah satu jenis produk perlengkapan makan dan minum yang banyak digunakan untuk keperluan makan dan minum. Hal ini dikarenakan produk melamin mempunyai beberapa kelebihan antara lain ringan, dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan desain yang menarik serta tidak mudah pecah.

Tak heran jika produk melamin itu makin mudah dijumpai dalam keseharian. Penjaja bakso, warung makan, sampai usaha jasa boga beranggaran rendah dengan senang hati mulai mengganti perangkat makan dari beling dan gelas dengan perlengkapan yang mengurangi risiko rugi karena pecah ini. Produsen makanan siap saji dari kacang kulit sampai biskuit bubur bayi pun menyertakan perlengkapan makan dari melamin murah itu dalam kemasan sebagai hadiah, pemikat calon pembeli (Juliati, 2008).

Namun demikian, penggunaan produk melamin dan sejenisnya harus diwaspadai terutama dengan semakin maraknya peredaran produk-produk tersebut di pasaran yang mutunya tidak bisa dipertanggungjawabkan karena beberapa produk tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan manusia apabila digunakan (SNI, 2008).


(16)

Badan Standar Nasional menetapkan syarat mutu produk melamin untuk perlengkapan makan dan minum yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi produsen serta membantu upaya perlindungan konsumen, dan syarat untuk kandungan formaldehid terekstrak adalah sebanyak 3 ppm (SNI, 2008).

Pada tahun 2009, Badan POM RI telah melakukan pengujian laboratorium terhadap 62 sampel peralatan makan melamin. Dari hasil pengujian tersebut ditemukan 30 positif melepaskan formalin. 30 jenis peralatan makan melamin yang melepaskan formalin berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bila digunakan untuk mewadahi makanan yang berair atau berasa asam, terlebih dalam keadaan panas. Dari 30 produk yang terbukti positif mengeluarkan formalin tersebut, ada beberapa yang merupakan produk dalam negeri namun sebagian besarnya adalah produk impor dari negara Cina, dilihat dari tulisan yang ada di bagian belakang produk tersebut seperti 'ZAK Designs China', 'Mei Shin Melamine', dan 'Melamine Ware Made In China'. Produk-produk yang dijadikan sampel ini ditemukan beredar di supermarket dan pasar-pasar tradisional (Badan POM, 2009).

Berdasarkan survei terhadap beberapa pasar yang ada di kota Medan yaitu: Pasar Sentral, Pasar Petisah, dan Pasar Sukaramai, banyak pedagang yang menjual peralatan rumah tangga yaitu peralatan makan yang terbuat dari melamin seperti mangkok, piring, sendok, cangkir, dan lain-lain. Beberapa merek yang banyak dijual di Pasar-pasar ini adalah:Golden Dragon,Golden Unicorn,Onyx,Meishing, dan Hoover. Hasil pengamatan peneliti terhadap pedagang-pedagang bakso dan rumah makan di sekitar Pasar Sentral, Pasar Petisah, dan Pasar Sukaramai, serta pedagang-pedagang yang ada di sekitar Padang Bulan, terdapat banyak pedagang yang menggunakan peralatan makan melamin khususnya mangkok sebagai wadah untuk menyajikan makanan seperti bakso, sop, dan gulai.


(17)

Dari hasil pemeriksaan terhadap satu sampel merek mangkok, dan satu sampel merek cangkir melamin yaitu Golden Unicorn dan hoover, yang banyak dijual di pasar diperoleh hasil bahwa jumlah formaldehid yang terdapat dalam mangkok tersebut jauh melebihi angka standar SNI (3ppm) yaitu 33,01 ppm dalam mangkok dan 19,48 ppm dalam cangkir.

Menurut Novianti (2009) Melamin mengandung formalin yang sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Dari penelitian yang telah banyak dilakukan pada peralatan dari melamin, ternyata formalin pada peralatan dapat bermigrasi ke produk pangan, terutama bila produk pangannya berada pada suhu tinggi atau panas, misalnya untuk wadah minuman panas atau sup panas.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ika (2007) yaiu pemeriksaan kandungan formaldehid terhadap peralatan makan melamin berdasarkan perbedaan suhu air yang dimasukkan ke dalam peralatan makan berupa cangkir dan mangkok diperoleh hasil bahwa kandungan formaldehid yang paling tinggi yaitu pada suhu 80°C-100°C.

Menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) dalam Fahruddin (2007) yang dikutip oleh Hamdani (2010) dinyatakan bahwa batas toleransi formaldehid dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang diizinkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari.

Jika kandungan formaldehid dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel sehingga terjadi keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogeni (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang


(18)

mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin yang mengalami penguapan berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata (Cahyadi, 2009).

Oleh karena itu masyarakat dan industri perlu memerhatikan bahan tambahan pangan dalam hubungannya dengan kemungkinan pemalsuan terhadap komponen yang berkualitas rendah dan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan oleh komponen beracun dalam bahan pangan (Cahyadi, 2009).

Maka dengan uraian tersebut di atas, peneliti merasa perlu untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kandungan formaldehid pada makanan dan minuman yang menggunakan peralatan makan melamin sebagai wadah dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari khususnya di kota Medan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu banyaknya produk peralatan makan melamin yang beredar di pasaran dan digunakan oleh masyarakat sebagai peralatan makan yang tidak sesuai dengan persyaratan kesehatan dan yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan masyarakat di kota Medan tahun 2011.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kandungan formaldehid pada makanan dan minuman yang dimasukkan ke dalam wadah yang


(19)

menggunakan wadah melamin pada suhu makanan dan minuman yaitu 80ºC yang beredar di kota Medan tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis ada tidaknya formaldehid pada makanan pada suhu 80°C yang dimasukkan ke dalam wadah peralatan mangkok yang terbuat dari melamin yang beredar di pasar kota Medan tahun 2011.

2. Untuk menganalisis ada tidaknya formaldehid pada minuman pada suhu 80°C yang dimasukkan ke dalam wadah peralatan cangkir yang terbuat dari melamin yang beredar di pasar kota Medan tahun 2011.

3. Untuk mengetahui kandungan formaldehid pada makanan dan minuman pada suhu 80°C yang dimasukkan ke dalam wadah peralatan cangkir yang terbuat dari melamin yang beredar di pasar kota Medan tahun 2011.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai wawasan ilmiah bagi peneliti.

2. Sebagai informasi bagi masyarakat akan bahaya peralatan makan yang terbuat dari melamin.

3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam proses pengawasan terhadap peralatan makan melamin yang beredar di pasaran.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.2 Pangan

Menurut Undang-undang Republik Indonesia No.7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Undang- undang no. 28 tahun 2008 tentang keamanan, mutu, dan gizi pangan disebutkan bahwa Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan dan minuman (Rahayu, 2008).

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut Suhardjo dkk.(1986), makanan merupakan suatu makanan yang terdiri dari sejumlan makanan padat dan cair yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok penduduk. Sementara itu Menurut WHO yang dikutip oleh Prabu (2008), yang dimaksud makanan adalah : “Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, wich are part of human diet.”

2.1.1 Bahan Makanan

Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.

Bahan Makanan sering juga disebut bahan pangan, dan dalam perdagangan disebut komoditi pangan, yaitu apa yang kita produksi atau perdagangkan, misalnya daging, sayur, buah, dan sebagainya.

Menurut Prof. DR. Achmad Djaeni (2008) Pembagian jenis Bahan Makanan dapat dibedakan kedalam beberapa kelompok dalam suatu susunan hidangan Indonesia :


(21)

Bahan makanan pokok dianggap yang terpenting didalam suatu susunan hidangan Indonesia, dan biasanya dapat terlihat di atas piring, karena merupakan kuantum terbesar diantara bahan makanan yang sedang dikonsumsi. Bahan makanan pokok merupakan sumber utama kalori atau energi.

2. Bahan Makanan Lauk-Pauk

Pada umumnya kelompok bahan makanan ini merupakan sumber protein didalam hidangan. Berdasarkan sumbernya, protein dapat dikelompokkan menjadi protein hewani,yang berasal dari hewan seperti daging, ikan, telur, dan sebagainya serta protein nabati, yang berasal dari tumbuhan yaitu jenis kacang-kacangan, seperti kacang kedelai dan hasil olahnya, yaitu tempe dan tahu.

3. Bahan Makanan Sayur dan Bahan Makanan Buah

Kedua kelompok bahan makanan ini termasuk bahan nabati. Sayur merupakan bagian tumbuhan, seperti daun, akar, batang, dan bunga., bahkan buahnya yang masih muda. Yang digolongkan Bahan Makanan Buah biasanya yang sudah matang, atau setidak-tidaknya sudah tua. Buah-buahan sebagian besar dimakan mentah. Bahan Makanan Buah dan Sayur umumnya merupakan penghasil vitamin dan mineral.

2.1.1.1Sayur-sayuran

Sayur-sayuran merupakan bahan pangan yang mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh manusia, meskipun dalam jumlah relatif sedikit. Vitamin dan mineral berfungsi sebagai pengatur faali tubuh yang harus selalu ada. Di samping kedua zat tadi, sayur-sayuran juga kaya serat yang sangat dibutuhkan tubuh, meskipun tidak dapat dicernakan, tetapi dapat membantu peristaltik usus dan pencernaan makanan.


(22)

Sayuran merupakan bagian dari pola makan masyarakat Indonesia, yang dapat diolah menjadi hidangan yang lezat, di samping lauk pauk yang lain yang merupakan hidangan sumber zat protein hewani atau nabati. Sayuran dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :

a. Jenis sayuran daun, misalnya daun bayam, kangkung, daun singkong, lembayung, genjer, sawi, daun ubi, daun jambu mete.

b. Jenis sayuran buah, misalnya terong, labu siam, tomat, pare, labu air, dan pare welut. c. Jenis sayuran kacang muda, misalnya kacang panjang, buncis.

d. Jenis sayuran bunga, misalnya kembang kol, bunga pisang(jantung pisang), bunga pepaya, brokoli.

e. Jenis sayuran tunas, misalnya tauge dan rebung.

f. Jenis sayuran akar atau umbi, misalnya, wortel, lobak, bit, dan kentang. 2.1.1.2Pengolahan sayur

Sayur dapat dimasak dengan cara direbus, ditumis, digoreng, dibakar, dikukus, dan dipepes.

a. Direbus

Caranya dengan mendidihkan air secukupnya dalam panci tertutup. Masukkan sayuran, biarkan sekitar 3-5 manit untuk sayuran daun dan sayuran yang mudah empuk, seperti terong, gambas, dan kembang kol. Untuk sayuran yang agak keras, seperti labu siam, pepaya muda, nangka muda, lobak, dan sejenisnya, membutuhkan waktu yang lebih lama.

b. Ditumis

Sayuran yang dimasak dengan sedikit minyak, biasanya bumbunya dahulu yang ditumis, setelah bumbunya matang baru sayuran dimasukkan.


(23)

c. Digoreng

Misalnya rempeyek bayam, yaitu daun bayam yang lebar-lebar dicampur dengan tepung dan bumbunya, lalu digoreng. Selain bayam dapat juga dengan sayuran lain, seperti wortel, terong, dan daun bawang.

d. Dibakar

Misalnya jenis masakan skotel, yaitu sayuran yang dimasak dengan cara dipanggang atau dibakar dalam oven.

e. Dikukus dan dipepes

Misalnya masakan botok atau gadon, pepes yang dicampur denga sayuran, kemudian dikukus.

2.1.2 Minuman

Menyajikan suatu hidangan makanan, tak terlepas dari minuman baik minuman itu disajikan pada suatu jamuan lengkap, maupun bila makan atau jajan di suatu warung, ataupun rumah makan, selalu ada minumannya. Minuman merupakan salah satu kebutuhan hidup yang penting dan harus dipenuhi. Kegunaan minuman adalah untuk mencegah rasa haus, menambah nilai gizi, serta memenuhi kebutuhan tubuh akan air.

1. Air Putih

Air putih merupakan minuman yang netral. Siapa pun dapat meminumnya, kapan saja, dan di mana saja. Air putih yang baik tentu yang betul-betul bersih, jernih, bebas dari mikroorganisme, dan mineral-mineral yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. Selain itu, air minum yang baik dan memenuhi syarat untuk diminum, bila air itu tidak berwarna, tidak ada bau, dan tidak ada rasa


(24)

apa-apa (netral). Untuk mengetahui apa-apakah air layak diminum, perlu diteliti di laboratorim yang menangani hal ini. Untuk amannya, sebelum diminum air harus direbus dahulu. 2. Teh

Macam teh yang dijual di pasaran, antara lain teh hitam, agak hitam, dan teh hijau. Teh hitam kalau diseduh cepat memberikan warna merah tua kecokelatan, sedangkan teh hijau tetap bening agak hijau kekuningan. Air teh mempunyai rasa yang khas, yaitu pahit dan sepat. Kualitas daun teh banyak tergantung dari tempat (daerah), tanah di tempat pohon teh tumbuh, udara, dan proses pengolahan. Pohon teh tumbuh subur di daerah yang dingin atau pegunungan. Daun teh yang pucuk lebih baik daripada daun yang ada pada batang di bawahnya. Kualitas daun teh ditentukan pula oleh besar kecilnya daun teh. Teh mengandung zat tanin.

3. Kopi

Minuman kopi sering digunakan sebagai kriteria kualitas semua makanan yang disajikan pada suatu perjamuan. Kopi sebagai minuman sehari-hari disajikan sebagai kopi tubruk, yaitu minuman kopi yang diseduh langsung di dalam cangkir atau gelas. Jadi setelah air kopi diminum, akan tertinggal ampasnya di dasar cangkir. Selain kopi tubruk, ada pula kopi instan, yaitu kopi yang telah diolah menjadi kopi yang larut tanpa sisa atau endapan bila diseduh. Kopi ekstrak adalah kopi cair yang pekat, sehingga perlu diencerkan lebih dahulu dengan air atau susu cair sebelum diminum. Kopi mengandung kafein.

4. Cokelat

Biji cokelat mengandung zat teobromin dan zat lemak sebanyak 56%. Cokelat bubuk dengan kualitas baik, bila diseduh tidak banyak meninggalkan endapan. Cara menyeduh minuman cokelat:


(25)

Minuman cokelat panas sebaiknya dihidangkan dalam cangkir. Biasanya disajikan dengan menambah susu. Caranya adalah: Ambil cangkir (150 ml), masukkan 1-3 sendok teh bubuk cokelatdan gula menurut selera. Tuangi susu panas sedikit dulu, aduk-aduk sampai cokelat larut dan rata, baru dituangi air panas secukupnya.

5. Jahe

Minuman ini dibuat dari jahe yang dibakar, dikupas, dipukul, dan diberi gula pasir atau gula batu, kemudian dituangi air mendidih.

2.1.3 Prinsip Penyajian Makanan

Menurut Prabu (2008) Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari Penyajian makanan yang tidak baik dan etis bukan saja mengurangi selera makan seseorang, tetapi dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:

1. Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah:

• Makanan tidak terkontaminasi silang

• Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan

• Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan. 2. Prinsip kadar air artinya penempatan makanan yang mengandung kadar air tinggi (kuah

atau susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air (dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi).


(26)

3. Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang membahayakan kesehatan seperti tusuk gigi atau bunga plastik.

4. Prinsip pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannnya agar tidak terjadi kontaminasi silang.

5. Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih berada diatas 600

6. Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya: untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan penampilan yang estetis.

C. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian adalah bean merry (bak penyaji panas).

7. Prinsip handling artinya setiap penanganan makanan maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah:

• Mencegah pencemaran dari tubuh

• Memberi penampilan yang sopan, baik, dan rapi. 2.1.4 Sanitasi Makanan dan Minuman

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi,


(27)

selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan, mencegah masyarakat dari penyakit. Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya:

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki.

2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan dan penanganan selanjutnya.

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym, aktifitas mikroba,hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan, pemasakan dan pengeringan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh makanan (food borne illness

2.2 Kemasan Pangan

) (Prabu, 2008).

Pada BAB I Ketentuan Umum pasal 1 ayat 10 Undang- undang tentang Pangan dan menurut peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor.HK 00.05.55.6497 tentang Bahan Kemasan Pangan tahun 2007 disebutkan bahwa kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.

Bahan yang digunakan untuk makan dan minum yang bersentuhan langsung dengan makanan dan minuman yaitu perlengkapan makan dan minum (SNI, 2008).


(28)

2.2.1 Jenis Kemasan Pangan

Beberapa jenis kemasan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya ada plastik, kaleng, styrofoam, kertas (Yuliarti, 2007). Bahan- bahan tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan masing- masing.

Plastik banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia, mulai dari keperluan rumah tangga hingga industri. Sebagai kemasan pangan, plastik digunakan mulai dari proses pengolahan pangan hingga pangan siap disantap. Penggunaan plastik sebagai pengemas pangan terutama karena keunggulannya dalam hal bentuknya yang fleksibel sehingga mudah mengikuti bentuk pangan yang dikemas, berbobot ringan, tidak mudah pecah, bersifat transparan/tembus pandang, mudah diberi label dan dibuat dalam aneka warna, dapat diproduksi secara massal, harga relatif murah dan terdapat berbagai jenis pilihan bahan dasar plastik. Secara garis besar terdapat dua macam plastik, yaitu resin termoplastik dan resin termoset. Resin termoplastik mempunyai sifat dapat diubah bentuknya jika dipanaskan, beberapa nama plastik resin termoplastik yang umum digunakan adalah HDPE (High Density Polyethylene), LDPE (Low Density Polyethylene), PP (Polypropylene), PVC (Polyvinylchloride), PS (Polystryrene), dan PC (Polycarbonate). PE (Polyethylene) dan PP (Polypropylene), mempunyai banyak kesamaan dan sering disebut sebagai polyolefin. Sedangkan resin termoset hanya dapat dibentuk satu kali saja misalnya Melamin (BPOM, 2011).

2.3 Melamin

2.3.1 Pengertian melamin

Melamin adalah senyaw


(29)

merupaka yang mengkonsumsi siromazina. Dilaporkan juga siromazina diubah menjadi melamin pada tanaman (Surya, 2009). Melamin memiliki sifat sedikit larut dalam air, yang banyak dipakai dalam bahan pembuatan resin atau plastik (Bintoro.2009).

Melamin termasuk dalam golongan plastik termoset atau plastik yang tidak dapat didaur ulang. Bersifat keras, kuat, mudah diwarnai, bebas rasa dan bau, tahan terhadap pelarut dan noda, kurang tahan terhadap asam dan alkali. Terbuat dari resin (bahan pembuat plastik) dan formaldehid atau formalin. Kandungan formalin pada melamin dapat bermigrasi ke dalam pangan, terutama jika produk pangan dalam keadaan panas, asam dan mengandung minyak. Biasanya digunakan sebagai peralatan makan, misalnya piring, cangkir, sendok, garpu, sendok nasi, dll. (BPOM, 2011).

Melamin merupakan persenyawaan (polimerisasi) kimia antara monomer formaldehid dan fenol. Bila kedua senyawa ini bergabung, sifat racun formaldehid akan hilang karena terlebur menjadi satu yaitu melamin. Tetapi formaldehid dapat muncul dan bersifat racun bila melamin mengalami depolimerisasi, misalnya karena paparan panas, sinar ultraviolet, gesekan dan tergerusnya permukaan melamin hingga partikel formaldehid terlepas (Nisma,dkk 20). 2.3.2 Sejarah Melamin

Pada 1907 ahli kimia Belgia, Leo Hendrik Baekeland, menemukan plastik buatan (sintetis) pertama yang disebut bakelite. Inilah cikal bakal melamin yang awalnya digunakan sebagai bahan dasar pesawat telepon generasi pertama. Kemudian senyawa ini dikembangkan dan deterapkan untuk industri perlengkapan rumah tangga, termasuk perangkat makan (Yuliarti, 2007).


(30)

Pada 1930-1940-an, perusahaan-perusahaan di AS seperti Cyanamid, Ciba, dan Henkel mengembangkan senyawa ini untuk industri tekstil sebagai bahan pengisi dan bahan perekat. Keunggulannya berupa kejernihan, dan stabil terhadap panas, cahaya, bahan kimia, goresan, bahkan api. Faktor inilah yang membuat melamin formaldehid makin luas digunakan pada tahun-tahun awal pasca perang II, antara lain digunakan pada industri kayu lapis untuk memperkuat dan mempercantik produk-produknya (Yuliarti, 2007).

2.3.3 Sifat Fisik dan Kimia Melamin

1. Sifat Fisik Melamin (Ullman, 2003) dalam (Nadhori, 2009) :

 Rumus Molekul : C3N6H6

 Berat Molekul : 126,13 g/mol

 Titik Leleh : 350 ºC

 Panas Pembentukan (25 ºC) : 71,72 kJ/mol

 Panas Pembakaran (25 ºC) : -1976 kJ/mol

 Panas Sublimasi (25 ºC) : -121 kJ/mol

 Density : 1,573 g/cm3 : 1,573 g/cm3

 Kapasitas Panas (Cp)

• Pada 273 –353K : 1470 J kg-1 K-1 • Pada 300 – 450K : 1630 J kg-1 K-1 • Pada 300 – 550K : 1720 J kg-1 K-1

 Kelarutan dalam suhu 300 ºC dalam gr/100 ml pada : • Etanol : 0,06 g/100 cc

• Aceton : 0,03 g/100 cc


(31)

 Entropi (25 ºC) : 149 J K-1 mol-1

 Energi Gibs (25 ºC) : 177 kJ/mol

 Entropi Pembentukan (25ºC) : -835 J K-1mol-1

 Temperatur Kritis : 905,56 ºC

 Tekanan Kritis : 99,47 atm 2. Sifat Kimia Melamin :

o Hidrolisa dengan basa, jika direaksikan dengan NaOH akan membentuk ammeline/ ammelide.

o Pembentukan garam

Melamin adalah basa lemah yang akan membentuk garam jika bereaksi dengan asam organik maupun anorganik. Dimana kelarutan garam melamin tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan melamin bebas.

o Reaksi dengan aldehid

Melamin bereaksi dengan aldehid membentuk bermacam-macam produk, yang paling penting adalah reaksi dengan formaldehid membentuk resin.

Me(NH2)3 + 6 CH2O  Me(N(CH2OH)2)

Me adalah molekul melamin dimana semua atom hidrogen yang ada pada melamin diganti dengan gugus methylol dan menghasilkan produk dari Monomethylol sampai hexamethylol melamin. Methylolmelamin sedikit larut dalam sebagian besar solven dan sangat tidak stabil karena diikuti oleh reaksi resinifikasi/ kondensasi.


(32)

Kegunaan melamin diantaranya adalah digunakan sebagai bahan baku pembuatan melamin resin, bahan sintesa organik, penyamakan kulit, dan lain-lain. Berikut beberapa sektor industri yang menggunakan bahan baku melamin (Nadhori,2009).

• Industri adhesive

Merupakan industri yang memproduksi adhesive untuk keperluan industri woodworking seperti industri playwood, industri blackboard, industry particleboard.

• Industri moulding

Merupakan industri yang diantaranya menghasikan alat keperluan rumah tangga. • Industri surface coating

Adalah industri yang menghasilkan cat, tiner, dempul. • Industri laminasi

Industri yang menghasilkan furniture. 2.3.5 Melamin Palsu

Melamin palsu merupakan hasil polomerisasi antara senyawa urea dan formaldehid yang menghasilkan fenol. Susunan kimianya sangat berbeda, dimana melamin mempunyai struktur rantai lingkaran sehingga lebih stabil, sedangkan ikatan kimia urea formaldehid berupa rantai lurus sehingga pelepasan formaldehid lebih mudah (Yuliarti, 2007).

Urea formaldehid hanya tahan sampai pada suhu 62°C sehingga lebih mudah pecah atau berubah bentuk pada perlakuan suhu ekstrem. Urea yang dipanaskan akan menghasilkan formaldehid yang kadar pencemarnya tergantung pada seberapa kuat ikatan bahannya serta tingkat proses yang dijalankan produsen (Yuliarti, 2007).


(33)

2.3.6 Pengaruh Melamin Terhadap Kesehatan

Melamin menjadi boomerang bagi kesehatan tubuh yaitu ketika terjadinya migrasi monomer formaldehid ke dalam makanan yang dikonsumsi. Ketika formaldehid yang terdapat pada bahan melamin lepas akibat panas atau asam, dikhawatirkan terjadi migrasi monomer tersebut kebahan pangan. Apabila kontak tersebut terjadi dalam jangka waktu yang panjang periode 5-40 tahun akan menyebabkan zat kimia tersebut terakumulasi dan menjadi konsisten (stabil), sehingga sulit diekskresikan dan menjadi zat asing dalam tubuh yang berefek pada gangguan fungsi organ dan memicu penyakit kanker atau ginjal (OECD. 1998).

Menurut WHO (2008), belum ada data penelitian terhadap manusia secara langsung, tetapi baru terhadap hewan coba. Melamin menyebabkan batu kandung kemih hewan coba. Ketika bersama asam sianurat, yang kemungkinan ada bersama melamin, dapat membentuk kristal batu ginjal. Kristal-kristal kecil ini kemudian menutupi lubang-lubang kecil dalam ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal serta kematian. Melamin juga penyebab kanker hewan coba, sedang pada manusia belum ada bukti,sehingga efek karsinogeniknya masih samar. Potensial kronik lainnya adalah mutagenik untuk bakteri dan atau khamir (yeast). Potensial akut pada iritasi kulit, iritasi mata, dan iritasi paru-paru.

Menurut Albert Baner (2000) yang dikutip oleh Fatimah,dkk bahwa pada wadah peralatan melamin yang terbuat dari urea, formaldehid mempunyai ikatan kimia berupa rantai lurus dan kurang stabil, sehingga pelepasan formaldehidnya lebih mudah, dan hanya tahan sampai suhu 620ºC. Formalin yang dilepaskan oleh peralatan makan tersebut berpotensi membahayakan kesehatan karena bisa menyebabkan timbulnya kanker, batu ginjal, gagal ginjal, menyerang saluran kemih, serta rusaknya organ-organ tubuh dan menyebabkan kematian. Melamin berbahaya jika tertelan, terhirup, atau terserap kulit. Paparan secara kronik dapat


(34)

mencetuskan terjadinya kanker dan kerusakan sistem reproduksi dan dosis toksik dari melamin cukup tinggi dengan LD50 3,161 mg per kg berat badan (WHO.2008).

2.3.7 Standar Kadar Melamin

1. Standar Kadar Melamin pada Peralatan Makan Melamin

Badan Standar Nasional menetapkan syarat mutu produk melamin untuk perlengkapan makan dan minum yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi produsen serta membantu upaya perlindungan konsumen, dan syarat untuk kandungan formaldehid terekstrak adalah sebanyak 30 ppm (SNI, 2008).

2. Standar Kadar Melamin pada Tubuh Manusia

WHO menetapkan TDI (tolerable daily intake) untuk melamin sebesar 0,2 mg/kg berat badan dan asam sianurat sebesar 1,5 mg/kg berat badan per hari. Amerika Serikat melalui oleh badan pengawas obat dan makanan atau Food and Drug Administration (FDA)

2.4 Formaldehid

telah mempublikasikan kajian risiko melamin dan analognya dan menetapkan (TDI) sebesar 0,063 mg/kg berat badan perhari untuk pangan selain formula bayi sedangkan European Food Safety Authority (EFSA) menetapkan TDI 0,5 mg/kg berat badan perhari (Martoyo, 2008).

Senyawa ini di pasaran dikenal dengan nama formalin. Formaldehid merupakan bahan tambahan kimia yang efisien, tetapi dilarang ditambahkan pada bahan pangan (makanan). Formaldehid awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867 (Cahyadi, 2009).

Formaldehid atau metanal adalah anggota senyawa aldehida yang pertama. Pada kondisi ruangan, formaldehid murni berada dalam fasa gas. Karena itu formaldehid disimpan dalam


(35)

bentuk larutan yang mengandung 37% hingga 50% berat HCHO. Formaldehid diproduksi secara besar-besaran melalui reaksi oksidasi gas alam (metana) atau hidrokarbon alifatik ringan.

2.4.1 Pengertian Formaldehid

Menurut Reynolds (1982) dalam (Cahyadi, 2009), Formaldehid adalah gas dengan titik didih 21°C sehingga tidak dapat disimpan dalam keadaan cair ataupun gas. Dalam perdagangan dijumpai formalin, yaitu larutan formaldehid yang mengandung 34-38% b/b CH2O dengan metil alkohol sebagai stabilisator untuk memeperlambat polimerisasi formaldehid menjadi paraformaldehid yang padat.

Formaldehid merupakan senyawa kimia yang tersusun dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksida. Formaldehid sengaja diproduksi manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan antara lain sebagai bahan dasar perekat, bahan pengikat kayu, bahan campuran plastik, bahan pengawet dan anti kusut tekstil, bahan penyamak kulit, bahan pengencer larutan desinfektan, cairan pembalsam, bahan pengawet jaringan atau organ anatomi.

2.4.2

Keberadaan formaldehid di lingkungan manusia juga sebagai akibat pembakaran berbagai bahan seperti solar, bensin, plastik, ban, kayu, sampah (Nolodewo,dkk. 2007).

a. Sifat Fisik :

Karakteristik Formaldehid

• Formula : CH

2

• Berat Molekul : 30,03 g/mol O

• Titik Didih : -19°C • Titik Leleh : -118ºC • Temperatur Kritis : 137 ,2°C


(36)

• Kelarutan : Mudah larut dalam air b. Sifat Kimia

• Dekomposisi

Pada suhu 300ºC formaldehid akan mengalami dekomposisi secara heterogen membentuk karbon monoksida dan hydrogen. Terbentuknya methanol, methyl formiat, karbondioksida dan metana didorong dengan adanya logam – logam seperti platinum, copper, kromium, dan aluminium.

• Reaksi polimerisasi

Monomer formaldehid anhidrat tidak bisa didapatkan secara komersial. Formaldehid gas terpolimerisasi secara perlahan-lahan pada suhu dibawah 100ºC, yang dipercepat dengan adanya impuritas senyawa polar seperti asam, alkali, dan air (Wardani, 2009).

Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugus –NH2 dari protein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2006). 2.4.3

Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar Kegunaan Formaldehid

digunakan sebagai Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian. Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamin formaldehida menghasilkan resin yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai unt


(37)

Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida (Prijono, 2007).

Selain itu

2.4.4 Bahaya Formaldehid Bagi Kesehatan

dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil.

Karakteristik risiko yang membahayakan bagi kesehatan manusia yang berhubungan dengan formaldehid adalah berdasarkan konsentrasi dari substansi formaldehid yang terdapat di udara dan juga dalam produk-produk pangan (WHO, 2002) dalam Cahyadi (2009).

Formalin merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan manusia. Jika kandungan formaldehid dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel sehingga terjadi keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin yang mengalami penguapan berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata (Cahyadi, 2009).

Kalau terpapar formaldehid dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal (Hamdani, 2010).


(38)

Selain itu, zat ini dilaporkan dapat menyebabkan kanker hidung pada hewan pengerat (Albert dkk.1982) dalam Frank C. Lu (1994). Berdasarkan Komite mengenai Aldehid (1981) yang didaptasi oleh Frank C. Lu (1994) bahwa formaldehid dapat mengakibatkan efek akut bagi manusia yang dapat dilihat melalui tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Efek Akut Formaldehid pada Kesehatan Manusia pada Berbagai Konsentrasi

Pengaruh Bagi Kesehatan Konsentrasi formaldehid (ppm)

Tidak ada laporan 0,0-0,5

Efek neurofisiologi* 0,05-1,5

Iritasi mata** 0,01-2,0

Iritasi saluran napas bagian atas 0.10 – 25 Efek saluran napas bagian bawah dan

paru-paru

5 – 30 Edema paru-paru, radang, peneumonia 50– 100

Kematian >100

Sumber : Frank C. Lu.1994

*Diukur oleh penentuan kronaksi optik, elektroensefalografi, dan kepekaan mata terhadap cahaya setelah sebelumnya diadaptasikan dengan gelap

**konsentrasi yang rendah (0,01ppm) dapat terlihat bila ada pencemar lain mungkin bekerja secara sinergis.

Larutan formaldehid bila mengenai kulit dapat menimbulkan warna keputihan disertai dengan pengerasan, serta memberikan efek arestetik. Dermatitis dan reaksi sensitivitas dapat terjadi setelah penggunaan pada konsentrasi yang lazim digunakan, dan setelah kontak dengan residu formaldehid dalam resin (Angka, 1992) dalam (Cahyadi, 2009).

Keracunan formaldehid melalui inhalasi menyebabkan iritasi pada saluran napas, selain itu juga merangsang mata. Beberapa orang mungkin sensitif terhadap formaldehid pada kadar 1 ppm. Gejala lain yang dapat timbul pada ppm rendah, antara lain edema laring, dan reaksi sensitivitas pada kulit seperti urtikaria (Sartono, 2001).

2.4.1

1. Bila terhirup


(39)

• Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk.

• Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru.

• Tanda-tanda lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah.

• Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian. 2. Bila terkena kulit

Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.

3. Bila terkena mata

• Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata.

• Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.

4. Bila tertelan

• Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. • Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem

susunan syaraf pusat dan ginjal. 2.4.2

1. Bila terhirup


(40)

• Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru.

• Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang.

• Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan.

• Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak. 2. Bila terkena kulit

Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung.

3. Bila terkena mata

Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata. 4. Bila tertelan

Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada.

2.4.3

1. Terhirup

Tindakan Pencegahan:

a. Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut.


(41)

b. Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan.

2. Terkena mata

a. Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan. b. Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila

terjadi keadaan darurat. 3. Terkena kulit

a. Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok. b. Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia. 4. Tertelan

Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja. Cuci tangan sebelum makan (Wicaksana,2009).

2.4.5

Pertolongan tergantung pada konsentrasi cairan dan gejala yang dialami korban. Sebelum ke rumah sakit, berikan arang aktif (norit) bila tersedia. Jangan melakukan rangsangan agar korban muntah, karena akan menimbulkan risiko trauma korosif pada saluran cerna atas.

Pertolongan Pertama Bila Terjadi Keracunan Akut

Di rumah sakit biasanya tim medis akan melakukan bilas lambung (gastric lavage), memberikan arang aktif (walaupun pemberian arang aktif akan mengganggu penglihatan pada saat endoskopi). Endoskopi adalah tindakan untuk mendiagnosis terjadinya trauma esofagus dan saluran cerna. Untuk meningkatkan eliminasi formalin dari tubuh dapat dilakukan hemodyalisis (cuci darah). Tindakan ini diperlukan bila korban menunjukkan tanda-tanda asidosis metabolik berat.


(42)

2.4.6 Standar Kadar Formaldehid

1. Standar Kadar Formaldehid pada Peralatan Makan Melamin

Badan Standar Nasional menetapkan syarat mutu produk melamin untuk perlengkapan makan dan minum yang diharapkan dapat menjadi acuan bagi produsen serta membantu upaya perlindungan konsumen, dan syarat untuk kandungan formaldehid terekstrak adalah sebanyak 3 ppm (SNI, 2008).

2. Standar Kadar Formaldehid pada Tubuh Manusia

Di Indonesia belum tersedia standar kadar Formaldehid yang diizinkan masuk ke dalam tubuh, namun menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) dalam Fahruddin (2007) yang dikutip oleh Hamdani (2010) dinyatakan bahwa batas toleransi formaldehid dalam bentuk air minum adalah 0,1 mg per liter atau dalam satu hari asupan yang diizinkan adalah 0,2 mg. Sementara formalin yang boleh masuk ke tubuh dalam bentuk makanan untuk orang dewasa adalah 1,5 mg hingga 14 mg per hari.

2.4.7 Pemeriksaan Formaldehid a. Uji Kualitatif

Untuk mengetahui ada atau tidaknya formaldehid dalam suatu Zat, terdapat beberapa cara (SNI, 1992-1994, AOAC, 1995) dalam (Cahyadi, 2009) :

1. Metode Asam Kromatropat Persiapan Analisis:

Mencampurkan 10 gram contoh dengan cara menggeruskannya dalam lumpang. Campuran dipindahkan ke dalam labu Kjedahl dan diasamkan denganH3PO4. Labu Kjedahl dihubungkan dengan pendingin. Hasil sulingan ditampung.


(43)

Larutan jenuh asam 1,8 dihidroksinaftalen 3,6 disulfonat dalam H2SO4 72% kira-kira 500 mg/10.

Cara kerja:

Larutan pereaksi sebanyak 5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan hasil sulingan sambil diaduk. Tabung reaksi dimasukkan ke dalam penangas air yang mendidih selama 15 menit dan amati perubahan yang terjadi. Adanya HCHO ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang sampai ungu tua.

2. Uji Hehner-Fulton

Larutan pereaksi yang dicampur air boron jenuh ( 1 bagian ) ditambahkan ke dalam larutan asam sulfat dengin dan susu segar bebas aldehid, maka adanya formaldehid ditunjukkan dengan adanya warna merah muda ungu.

3. Pengamatan dengan pereaksi Nash

Sampel dihaluskan, lalu diayak. Serbuk sampel kemudian ditimbang sebanyak 1 g. Kemudian di masukkan ke dalam beaker glass dan direndam dengan 50,0 ml air mendidih, diaduk, kemudian ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 1 jam, lalu disaring. Sebanyak 1,0 ml filtrate dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 5,0 ml pereaksi Nash. Larutan kemudian dipanaskan pada suhu 37°C selama 15 menit dan diamati selama pemanasan. Akan terbentuk warna kuning.

Mangkuk melamin utuh direndam dengan 100,0 ml air mendidih, kemudian ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 1 jam. Air rendamanya diambil sebanyak 1,0 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 5,0 ml pereaksi Nash. Larutan kemudian dipanaskan pada suhu 37°C selama 15 menit dan diamati selama pemanasan. Akan terbentuk warna kuning.


(44)

4. Pengamatan dengan pereaksi Schryver

 Sampel dihaluskan, lalu diayak. Serbuk sampel kemudian ditimbang sebanyak 1 g. Kemudian di masukkan ke dalam beaker glass dan direndam dengan 50,0 ml air mendidih, diaduk, kemudian ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 1 jam, lalu disaring. Sebanyak 1,0 ml filtrate dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 5,0 ml pereaksi Schryver. Larutan kemudian dipanaskan pada suhu 37°C selama 15 menit dan diamati selama pemanasan. Akan terbentuk warna merah yang akan berubah menjadi kuning jingga.

 Mangkuk melamin utuh direndam dengan 100,0 ml air mendidih, kemudian ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 1 jam. Air rendamanya diambil sebanyak 1,0 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 5,0 ml pereaksi Schryver. Larutan kemudian dipanaskan pada suhu 37°C selama 15 menit dan diamati selama pemanasan. Akan terbentuk warna merah yang akan berubah menjadi kuning jingga (Fatimah,dkk)

b. Uji Kuantitatif

Metode Spektrofotometri

Prinsip metode spektrofotometri didasarkan adanya interaksi dari energi radiasi elektromagnetik dengan zat kimia tempat cahaya putih diubah menjadi cahay monokromatis yang bisa dilewatkan ke dalam larutan berwarna, sebagian cahaya diserap dan sebagian diteruskan. Analisis kuantitatif dengan menggunakan Metode Spektrofotometri sebagai berikut: Hasil analisis formalin secara kualitatif positif (berwarna ungu), maka intensitas warna diukur dengan spektrofotometri pada panjang


(45)

560 nm. Semakin tinggi kandungan formaldehid dalam sampel nilai absorbannya makin besar. Nilai absorban kemudian dibandingkan dengan kurva standar (Cahyadi, 2009). 2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pelepasan Formaldehid dari Peralatan Melamin

Senyawa melamin sangat rentan terhadap panas dan sinar ultraviolet. Keduanya sangat berpotensi memicu terjadinya depolimerisasi. Selain itu, gesekan-gesekan dan abrasi terhadap permukaan melamin juga berpotensi mengakibatkan lepasnya partikel formaldehid (Riyani, 2010).

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI, 2009) terhadap peralatan makan melamin, maka BPOM telah mengeluarkan peringatan (Public Warning) bahwa peralatan makan melamin yang melepaskan formaldehid berpotensi menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan bila digunakan untuk mewadahi makanan yang berair atau berasa asam, terlebih dalam keadaan panas.

2.6 Pengaruh Suhu Terhadap Pelepasan Formaldehid

Berdasarkan teori Kalor (panas) kalor merupakan energi panas yang mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Secara alami kalor selalu mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi (panas) ke benda yang bersuhu lebih rendah (dingin penyusun zat.

Berdasarkan penelitian Ika (2007) bahwa terjadinya pelepasan Formaldehid dari peralatan makan melamin sangat dipengaruhi oleh suhu, dari hasil yang diperoleh bahwa suhu air yang mengakibatkan pelepasan formaldehid adalah pada suhu 80ºC.

Demikian juga dengan penelitian Nisma, dkk (2011) bahwa suhu dan lamanya perendaman memengaruhi pelepasan formaldehid dari sampel dimana semakin tinggi suhu air


(46)

yang ditambahkan ke dalam sampel dan semakin lamanya waktu perendaman sampel, maka akan semakin besar formaldehi yang terlepas dari sampel tersebut.

2.7Kerangka Konsep

IPCS( International Programme on Chemical Safety)

Mangkok Melamin

Cangkir Melamin

Uji kualitatif pada makanan dan

i

Tidak ada

Ada Uji kuantitatif

pada makanan dan minuman

Memenuhi syarat

Tidak Memenuhi syarat Makanan

dengan suhu 80ºC

Minuman dengan suhu 80ºC


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai dekskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan sifat dari suatu keadaan secara sistematis, yaitu untuk mengetahui kadar formaldehid pada makanan dan minuman yang diwadahi peralatan makan melamin yaitu mangkok dan cangkir yang sering dipakai sebagai wadah makanan dan minuman.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di beberapa Pasar yang ada di kota Medan yaitu: Pasar Sentral, Pasar Petisah, dan Pasar Sukaramai dengan mengambil 2 sampel merek peralatan makan melamin yang banyak dijual dan dibeli oleh masyarakat dan pedagang dengan pembagian 1 sampel untuk peralatan mangkok dan 1 sampel untuk peralatan cangkir. Alasan pemilihan lokasi adalah :

1. Pasar Sentral, Pasar Petisah, dan Pasar Sukaramai kota Medan merupakan tempat yang ramai dikunjungi pembeli untuk membeli berbagai perlengkapan rumah tangga.

2. Pusat Pasar kota Medan sebelumnya sudah pernah dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel dalam pemeriksaan kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin yang dijual di kota Medan.

3. Pasar Petisah, dan Pasar Sukaramai belum pernah dijadikan sebagai tempat pengambilan sampel dalam pemeriksaan kandungan formaldehid pada peralatan makan melamin yang dijual di kota Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian


(48)

3.3 Objek Penelitian dan Sampel Penelitian 3.3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah makanan dan minuman yang sering diwadahi peralatan makan yang terbuat dari melamin berupa mangkok dan cangkir yang dijual di Pasar yang ada di kota Medan, makanan dan minuman dipilih dalam penelitian ini karena umumnya makanan dan minuman dalam keadaan panas disimpan dan disajikan dalam mangkok dan cangkir.

3.3.2 Sampel Penelitian

Metode sampling yang digunakan adalah metode purposif dengan pertimbangan bahwa jenis peralatan makan tersebut banyak dijual di pasaran dan banyak digunakan oleh masyarakat dan pedagang serta peralatan makan tersebut telah diperiksa di Laboratorium Kesehatan Daerah terbukti mengandung formaldehid yang melebihi Standar Nasional Indonesia yaitu lebih besar dari 3 ppm. Peralatan makan yang sudah diperiksa dan yang digunakan pada penelitian ini adalah terdiri dari 1 merek mangkok yaitu Golden Unicorn dan 1 merek cangkir Hoover yang terbukti mengandung formaldehid pada pemeriksaan yang dilakukan terhadap peralatan makan Mangkok dan Cangkir.

Makanan yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah makanan yang sering diberi wadah melamin sebagai tempat dalam proses pengolahannya seperti penyimpanan maupun penyajiannya berupa mangkok yaitu makanan berkuah berupa:

1. Sayur Tumis, yaitu Kangkung Tumis 2. Sayur Santan, yaitu Daun Ubi Santan 3. Sayur Rebus, yaitu Bayam Rebus


(49)

4. Sayur Asam yang terdiri dari terung, labu siam, melinjo yang direbus dalam bumbu terasi.

Minuman yang dijadikan sampel dalam penelitian adalah minuman panas yang sering dikonsumsi masyarakat berupa:

1. Air Putih

2. Susu Cokelat Manis 3. Teh Manis

4. Kopi 5. Jahe

Pada pemeriksaan formaldehid pada makanan dan minuman, suhu makanan dan minuman yang digunakan adalah suhu 80 ºC dengan pertimbangan bahwa pada umumnya makanan dan minuman panas disajikan pada suhu tersebut, dan berdasarkan hasil penelitian terhadap peralatan makan melamin, formaldehid banyak terlepas dari peralatan makan melamin pada suhu 80°C. Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan uji laboratorium secara kualitatif untuk mengetahui apakah pada makanan dan minuman yang diwadahi peralatan makan melamin, yaitu mangkok pada makanan dan cangkir pada minuman terdapat formaldehid, selanjutnya jika hasil pemeriksaan pada sampel makanan dan minuman yang diwadahi peralatan makan melamin terbukti mengandung formaldehid, dilanjutkan dengan melakukan uji laboratorium secara kuantitatif untuk mengetahui banyaknya kandungan formaldehid pada makanan dan minuman tersebut.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1Data Primer


(50)

Data primer yang diperoleh dan yang digunakan adalah dari hasil survey merek peralatan makan melamin yang banyak dijual di beberapa pasar yang ada di kota Medan yaitu: Pasar Sentral, Pasar Petisah, dan Pasar Sukaramai dan beberapa pedagang yang menggunakan peralatan makan melamin yang terdapat di kota Medan dan hasil pemeriksaan pada sampel di Laboratorium Kesehatan Medan

3.4.2Data Sekunder

Data sekunder didapat dari tinjauan kepustakaan dan literatur yang berkaitan dengan penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data

Makanan dan minuman yang sudah dibuat dimasukkan ke dalam peralatan makan yang terbuat dari melamin yang dijual di pasar kota Medan yang terdiri dari mangkok dan cangkir, diperiksa di laboratorium kemudian dihitung kandungan formaldehid yang terdapat pada makanan dan minuman tersebut.

3.5.1Alat dan Bahan 3.5.1.1Alat-alat

1. Centrifuge 2. Gelas ukur 5 ml 3. Gelas ukur 10 ml 4. Labu Kjeldahl 5. Panci

6. Tabung reaksi 3.5.1.2Bahan-Bahan


(51)

2. Asam Pospat 10% 3. Asam Sulfat 60 % 4. Aguadest

3.5.1.3Cara Pembuatan Reaksi 1. Asam Pospat 10%

Ambil 12 ml Asam Pospat 85%, encerkan dengan Aguadest sampai 100 ml 2. Asam Sulfat 60%

Ambil 63 ml H2SO4 (p) encerkan dengan aguadest hingga 100 ml 3. Asam kromatropat 0,5 %

Ambil 500 mg kromatropat larutkan dalam H2SO4 60% higga 100 %. 3.5.2Teknik Analisis Peralatan Makan Melamin

3.5.2.1Pemeriksaan pada makanan a. Pemeriksaan kualitatif

1. Peralatan makan melamin dicuci dengan sabun dibilas hingga bersih dan kemudian dikeringkan.

2. Makanan yang sudah dimasak matang diukur suhunya yaitu 80 º C

3. Makanan yang memiliki suhu 80 º C dimasukkan ke dalam mangkok, diamkan selama 5 menit.

4. Diasamkan dengan 5 ml larutan Asam Pospat10%.

5. Destilasi perlahan-lahan hingga diperoleh hasil destilasi (destilat) 50-100 ml yang ditampung dalam gelas ukur yang telah berisi 10 ml air (ujung pendingin harus tercelup) sehingga formaldehid tidak menguap.


(52)

6. 1- 2 ml makanan dimasukkan ke dalam tabung reaksi tambah 5 ml asam kromatropat 0,5% dalam asam sulfat 60% yang dibuat segar.

7. Masukkan ke dalam tangas air dan biarkan mendidih selama 15 menit. 8. Larutan akan berwarna ungu jika mengandung formaldehid.

b. Pemeriksaan Kuantitatif

1. Setelah diperiksa dengan pameriksaan kualitatif, dan ternyata makanan mengandung formaldehid, maka selanjutnya tambahkan indikator phenolptalen, titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna Pink.

2. Kandungan Formaldehid dapat dihitung dengan rumus %

100 ) 03 , 30 (

x l Beratsampe VxNxBM

3.5.2.2Pemeriksaan pada minuman a. Pemeriksaan kualitatif

1. Peralatan makan melamin dicuci dengan sabun dibilas hingga bersih dan kemudian dikeringkan.

2. Minuman yang sudah dibuat diukur suhunya yaitu 80 º C

3. Minuman yang memiliki suhu 80 º C dimasukkan ke dalam mangkok, diamkan selama 5 menit.

4. Diasamkan dengan 5 ml larutan Asam Pospat10%

5. Destilasi perlahan-lahan hingga diperoleh hasil destilasi (destilat) 50-100 ml yang ditampung dalam gelas ukur yang telah berisi 10 ml air (ujung pendingin harus tercelup) sehingga formaldehid tidak menguap.


(53)

7. Masukkan ke dalam tangas air dan biarkan mendidih selama 15 menit. 8. Larutan akan berwarna ungu jika mengandung formaldehid.

b. Pemeriksaan Kuantitatif

1. Setelah diperiksa dengan pameriksaan kualitatif, dan ternyata minuman mengandung formaldehid, maka selanjutnya tambahkan indikator phenolptalen, titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna Pink.

2. Kandungan Formaldehid dapat dihitung dengan rumus %

100 ) 03 , 30 (

x l Beratsampe VxNxBM

Dimana:

V = Volume titrasi Sampel

N = Normalitas NaOH yang digunakan 5.6Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka yang menjadi variabel independen (variabel bebas ) adalah peralatan makan melamin yaitu mangkok dan cangkir.

a. Makanan dengan suhu 80°C

Makanan yang dihidangkan dalam keadaan panas yang biasanya dikonsumsi dan disimpan dalam peralatan makan mangkok melamin yaitu makanan berkuah berupa sayur Tumis (Kangkung Tumis), sayur Santan (Daun Ubi Santan), sayur Rebus (Bayam Rebus), dan sayur Asam yang terdiri dari Terung, Labu Siam, Melinjo dan bumbu terasi. b. Minuman dengan suhu 80°C

Minuman yang dihidangkan dalam keadaan panas yaitu Air putih, Susu Cokelat Manis, Teh Manis, Kopi, dan Jahe


(54)

Peralatan makan yang terbuat dari persenyawaan (polimerisasi) kimia antara monomer formaldehid dan fenol yaitu sejenis plastik yang merupakan hasil kombinasi antara melamin dengan formaldehid yang menghasilkan melamin resin dan membentuk suatu plastik keras yang disebut Thermoset plastic. yang bermerek Golden Unicorn.

d. Cangkir Melamin

Peralatan makan yang terbuat dari persenyawaan (polimerisasi) kimia antara monomer formaldehid dan fenol sejenis plastik yang merupakan hasil kombinasi antara melamin dengan formaldehid yang menghasilkan melamin resin dan membentuk suatu plastik keras yang disebut Thermoset plastic.yang bermerek Hoover. .

e. Uji kualitatif

Uji yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak formaldehid pada makanan dan minuman yang diperiksa dengan menggunakan reaksi asam kromatropat yang diuji di Laboratorium Kesehatan Medan.

g. Tidak ada

Formaldehid tidak ada pada makanan dan minuman yang dijadikan sebagai sampel berdasarkan uji kualitatif .

h. Ada

Formaldehid ada pada makanan dan minuman yang dijadikan sebagai sampel berdasarkan uji kualitatif.

i. Uji kuantitatif

Uji yang dilakukan untuk mengetahui berapa banyak kandungan formaldehid yang terdapat pada makanan dan minuman yang terbukti ada formaldehid pada uji kualitatif dengan menggunakan titrimetri yang diuji di Laboratorium Kesehatan Medan.


(55)

j. Memenuhi syarat

Kandungan formaldehid pada makanan dan minuman yang bisa masuk ke dalam tubuh manusia dewasa tidak melebihi standar menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) yaitu 0,15-14 mg per hari pada makanan dan 0,1 mg per liter pada minuman.

k. Tidak Memenuhi Syarat

Kandungan formaldehid pada makanan dan minuman yang bisa masuk ke dalam tubuh manusia dewasa melebihi standar menurut International Programme on Chemical Safety (IPCS) yaitu 0,15-14 mg per hari pada makanan dan 0,1 mg per liter pada minuman.


(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Formaldehid Pada Makanan 4.1.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid pada Makanan

Hasil pemeriksaan kualitatif formaldehid pada 4 sampel makanan dengan suhu 80°C yang dimasukkan ke dalam peralatan makan melamin seperti yang tertera pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid pada Makanan (80°C) yang Menggunakan Wadah Mangkok Melamin di kota Medan tahun 2011

No Jenis Makanan Reaksi Asam

Kromatropat

Hasil 1 Sayur Tumis (Kangkung Tumis) Terbentuk Warna

Merah Bata

Negatif Formaldehid 2 Sayur Santan (Daun Ubi santan) Terbentuk Warna

Merah Bata

Negatif Formaldehid 3 Sayur Rebus (Bayam Rebus) Terbentuk Warna

Merah Bata

Negatif Formaldehid

4 Sayur Asam

(Terung,Melinjo,Labu Siam)

Terbentuk Warna Merah Bata

Negatif Formaldehid

Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat diketahui bahwa semua makanan yang dijadikan sampel pada penelitian yang dimasukkan ke dalam mangkok melamin dan kemudian diperiksa secara kualitatif dengan menggunakan pereaksi Asam Kromatropat tidak menunjukkan terjadinya perubahan warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa sampel makanan pada suhu 80°C yang dimasukkan ke dalam mangkok melamin selama 5 menit tidak membuat formaldehid terdegradasi dari mangkok.

4.2 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Formaldehid Pada Minuman 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Kualitatif Formaldehid Pada Minuman


(1)

ini lebih sulit mengalami depolimerisasi dibandingkan dengan melamin palsu yang terbuat dari gabungan antara Formaldehid dan urea (Yuliarti, 2007).

5.2 Pemeriksaan Formaldehid Pada Minuman yang dimasukkan ke dalam Cangkir Melamin

Berdasarkan sifat kimia formaldehid yaitu sifat kelarutan formaldehid dalam air, formaldehid memliki sifat larut sempurna dalam air (Wilbraham,1992).

Hasil penelitian terhadap peralatan makan melamin yang dijadikan sebagai wadah makanan dan minuman pada suhu 80ºC diketahui bahwa dari 5 sampel minuman yang dijadikan sampel pada penelitian, ternyata 1 diantaranya mengandung formaldehid yaitu air putih menyebabkan terjadinya depolimerisasi formaldehid dari peralatan makan melamin.

Hal itu dapat dilihat dari perubahan warna hasil reaksi yang terjadi yaitu apabila sampel yang sudah dimasukkan ke dalam cangkir direaksikan dengan Asam Kromatropat, maka akan terjadi perubahan warna, yaitu warna Ungu (Cahyadi,2009).

Hasil pemeriksaan secara kuantitatif diperoleh bahwa kandungan formaldehid pada minuman Air Putih adalah sebesar 0,387 gram dalam 100 gram air.

Dari 5 jenis minuman yang dijadikan sebagai sampel, hanya 1 sampel minuman yang terbukti mengandung formaldehid, yaitu air putih, hal ini kemungkinan disebabkan karena sifat kimia yang dimiliki oleh formaldehid yaitu formaldehid larut sempurna dalam air, sementara jenis minuman lain yang memiliki suhu yang sama yaitu 80°C yang dimasukkan ke dalam masing-masing cangkir melamin yang sama tidaka menyebabkan depolimerisasi formaldehid dari cangkir melamin, karena minuman tersebut memiliki kandungan zat lain selain air seperti gula, teh, kopi, dan jahe sehingga cangkir melamin tidak bisa mengalami depolimerisasi.


(2)

Jumlah Formaldehid yang diijinkan terdapat pada minuman Berdasarkan International Programme On Chemical Safety (IPCS) adalah 0,1 mg per liter air minum (Hamdani, 2010). Kandungan formaldehid yang terdapat pada sampel minuman yaitu air putih adalah sebesar 0,387 gram dalam 100 gram air minum, angka ini dapat juga menunjukkan bahwa dalam 1 kg Air Putih panas terdapat 3,87 gram formaldehid.

Dengan demikian jumlah formaldehid yang terdapat pada sampel minuman sudah melebihi jumlah yang ditetapkan oleh IPCS, hal ini dapat mengakibatkan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat jika menggunakan peralatan makan melamin.

Jika kandungan formaldehid dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia dengan hampir semua zat di dalam sel sehingga menekan fungsi sel dan menyebabkan kematian sel sehingga terjadi keracunan pada tubuh. Selain itu, kandungan formalin yang tinggi dalam tubuh juga menyebabkan iritasi lambung, alergi, bersifat karsinogeni (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan), serta orang yang mengonsumsinya akan muntah, diare bercampur darah, kencing bercampur darah, dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan peredaran darah. Formalin yang mengalami penguapan berupa gas yang tidak berwarna, dengan bau yang tajam menyesakkan sehingga merangsang hidung, tenggorokan, dan mata (Cahyadi, 2009).

Kalau terpapar formaldehid dalam jumlah banyak, misalnya terminum, bisa menyebabkan kematian. Dalam tubuh manusia, formaldehida dikonversi jadi asam format yang meningkatkan keasaman darah, tarikan nafas menjadi pendek dan sering hipotermia, juga koma, atau sampai kepada kematiannya. Di dalam tubuh, formaldehida bisa menimbulkan terikatnya DNA protein, sehingga mengganggu ekspresi genetik yang normal (Hamdani, 2010).


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap makanan dan minuman pada suhu 80°C yang dimasukkan ke dalam peralatan makan berupa mangkok pada makanan dan cangkir pada minuman, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada pemeriksaan kualitatif terhadap 4 jenis makanan pada suhu 80°C yang dimasukkan ke dalam peralatan makan yaitu mangkok melamin selama 5 menit, diketahui bahwa sampel makanan tersebut tidak mengandung Formaldehid.

2. Pada pemeriksaan kualitatif terhadap 5 jenis minuman pada suhu 80°C yang dimasukkan ke dalam peralatan makan yaitu cangkir melamin selama 5 menit, terbukti bahwa 1 jenis minuman mengandung formaldehid, yaitu air putih.

3. Pada pemeriksaan kuantitatif terhadap Sampel Minuman yang terbukti mengandung Formaldehid, diperoleh bahwa jumlah formadehid yang terdegradasi dari cangkir ke dalam minuman adalah sebesar:0,387 ppm.

6.2. Saran

Adapun saran penulis untuk penelitian ini adalah:

1. Peralatan makan berupa mangkok yang bermerek Golden Unicorn tidak berbahaya jika digunakan sebagai wadah makanan dalam keadaan panas pada suhu 80ºC.

2. Peralatan makan berupa cangkir yang bermerek Hoover sebaiknya tidak digunakan untuk wadah minuman Air Putih pada suhu 80ºC.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Artha, Elza.2007.Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Pada Berbagai Jenis Peralatan Makan Melamin Di Kota Medan tahun 2007.Skripsi FKM USU

Baskoro, Bimmo. D.2006. Formaldehi Diakses tanggal 26 Mei 2011

Bintoro, V Priyo.2009.Peranan Ilmu dan Teknologi Dalam Peningkatan Keamanan Pangan Asal Ternak.Semarang:Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Cahyadi, Wisnu.2006.Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:Bumi Aksara

____________.2009.Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.

Jakarta:Bumi Aksara

Nisma, Fatimah.dkk.201. Pengaruh Suhu dan Waktu Perendaman Terhadap Pengurangan Formaldehid dalam Wadah Peralatan Makan Melamin menggunakan

Spektrofotometer UV-VIS.Jurusan Farmasi.FMIPA.UHAMKA.Jakarta:diakses tanggal 26 Mei 2011

Gandjar, Ibnu Gholib dan Abdul Rohman.2008.Kimia Farmasi Analisis.Pustaka Pelajar.Yogyakarta


(5)

Hamdani, S.2010.Pengaruh Formalin Terhadap Tubuh.Farmasi UNISBA.

Harahap, I.Wulandari.2007.Pemeriksaan Kandungan Formaldehid Berdasarkan Perbedaan Suhu Air yang Dimasukkan Ke Dalam Peralatan Makan Melamin yang Beredar di Kota Medan tahun 2007.Skripsi FKM USU

Lestari, Fatma.2009.Bahaya Kimia:Sampling dan Pengukuran Kontaminasi Kimia di Udara.Jakarta:EGC

Lu, Frank C.1994.Toksikologi Dasar:Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko.Edisi Kedua.UIP

Martoyo, P.Yuniarti.2008.Cemaran Melamin Dalam Pangan.

2011.

Nolodewo, Adi.dkk.2007.Paparan Formaldehid Sebagai Faktor Risiko Kanker Nasofaring.Bagian ILmu Kesehatan THT-KL Fakultas KedokteranUniversitas Diponegoro/SMF Kesehatan THT-KL RS Dr.Kariadi, Semarang, Indonesia.

Novianti, Kurnia.2009.Bahaya Kemasan Produk Pangan.Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP Lembang).Bandung.Diakses tanggal 25 Agustus 2011

Diakses tanggal 28 Januari 2011


(6)

Prabu.2008.Higiene dan Sanitasi Makanan:Kesehatan Lingkungan

tanggal tanggal 25 Agustus 2011

Prijono, Eddy.2007.Masalah Pemakaian Formalin pada Pangan Ditinjau dari aspek Hukum Keamanan Pangan.Fakultas Kedoteran Gigi, Bandung.

Sartono.2001.Racun dan Keracunan.Jakarta:Widya Medika

Diakses tanggal 18 Januari 2012.

Sediaoetama, A.D.2008.Ilmu Gizi 1 untuk mahasiswa dan profesi.Jakarta:Penerbit Dian Rakyat

Suhardjo,dkk.1986.Pangan, Gizi, dan Pertanian.UI Press: Jakarta

SNI 7322:2008 Produk melamin - Perlengkapan makan dan minum

Tarwotjo, C. Soejoeti.1998.Dasar-dasar Gizi Kuliner. Jakarta : Gramedia

UU No. 7 tahun 1996 tentang Pangan

Wardani, Dyah R.2009.Pentaeritritol Dengan Natrium Hidroksida Sebagai Media Alkali kapasitas 31500 Ton per Tahun.Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik,Universitas Muhammadyah.Surakarta.

WHO.2008. Melamine and Cyanuric acid: Toxicity, Preliminary Risk assessment and guidance on Levels in Food.

diakses tanggal 18 Januari 2012.