Tingkat Kolaborasi dan Alasan Pengarang Berkolaborasi Studi Kasus Pada Jurnal Reference Service Review Tahun 2012-2016

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Bibliometrika
2.1.1 Pengertian Bibliometrika
Bibliometrika merupakan salah satu cabang paling tua dari ilmu
perpustakaan. Bibliometrika pertama kali diperkenalkan oleh Alan Pitchard
sebagai pengganti istilah ―Statistical Bibliography”. Sebagai kajian ilmiah,
cabang ini berkembang karena adanya para ilmuwan pada awal abad 20 yang
tertarik tentang dinamika ilmu pengetahuan sebagaimana tercermin dalam
produksi literatur ilmiahnya. Bibliometrika ada pada awal abad ke-20 dengan
terbitnya karya Cole dan Eales tentang bibliografi statistik. Karena menggunakan
statistik untuk mengkuantifikasi dokumen, pada awalnya kajian ini disebut
―statistical bibilography―. Lama kelamaan, istilah ini berevolusi menjadi
bibliometrika, dan kemudian juga menjadi informetrika. Istilah ―Statistical
Bibliograpy‖ ini diganti Pritchard karena menganggap sebagai istilah yang kaku,
kurang deskriptif serta sering dirancukan dengan istilah ―statistic‖ ataupun
―bibliography of statistics‖. Karena itu Pritchard mengusulkan istilah baru yaitu
bibliometrics (bibliometrika) sebagai pengganti istilah ―Statistical bibliograpy‖
Rahmah (2011, 121).
Menurut Hussain (2011, 1) mengatakan bahwa:
―The term Bibliometrics is derived from two distinct words, biblio and

metrics. The word biblio is derived from the combination of the Latin and
Greek word biblion, meaning “book” or “paper” while the word metrics
indicates the science of meter, i.e., measurement and is also derived either
from the Latin word metrics or the Greek word metrikons, both meaning
“measurement”. Therefore, bibliometrics connotes the science of

9

Universitas Sumatera Utara

measurement pertaining to books or documents. In a sense, information
science is an extension of library science or an expansion of reference
services. In other words, bibliometrics is a branch of science, which studies
the behavior of information. Traditionally, it is associated with the
quantitative measurement of documentary materials‖.
Berdasarkan defenisi diatas dapat di terjemahan bahwa istilah bibliometrics
berasal dari dua kata yang berbeda ―biblio‖ dan‖ metrik‖. Biblio berasal dari
kombinasi kata bahasa Latin dan Yunani ―biblion‖ yang berarti "buku" atau
"kertas". Sementara kata metrik menunjukkan ilmu meter, yaitu pengukuran dan
juga berasal dari bahasa Latin ―metrik” atau kata Yunani ―metrikons” yang berarti

"pengukuran". Oleh karena itu, bibliometrika menjelaskan ilmu pengukuran yang
berkaitan dengan buku atau dokumen. Dalam arti, ilmu informasi adalah
perpanjangan dari ilmu perpustakaan atau perluasan layanan referensi. Dengan
kata lain, bibliometrics adalah cabang ilmu yang mempelajari perilaku informasi.
Secara tradisional, hal ini terkait dengan ukuran kuantitatif bahan dokumenter.
Menurut Rehnet al. (2014, 1) mengatakan bahwa
―bibliometrics is often used to assess scientific research through
quantitative studies on research publications. Bibliometric analyses are
based on the assumption that most scientific discoveries and research
results eventually are published in international scientific journals where
they can be read and cited by other researchers‖.
Artinya, bibliometrika digunakan untuk menilai suatu penelitian ilmiah
melalui kuantitatif studi pada penelitian publikasi. Analisis bibliometrika
diasumsikan bahwa hasil penelitian ilmiah tersebut

diterbitkan dalam jurnal

Internasional ilmiah yang dapat dibaca dan dikutip oleh peneliti lain. Dapat
dinyatakan bahwa bibliometrika menjelaskan ilmu pengukuran yang berkaitan


10

Universitas Sumatera Utara

dengan buku atau dokumen. bibliometrika adalah cabang ilmu yang mempelajari
perilaku informasi yang terkait dengan ukuran kuantitatif bahan dokumen.
Selanjutnya Natakusumah (2014, 17)menyatakan bahwa metodologi dalam
kajian bibliometrik digunakan untuk penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, khususnya untuk melihat kolaborasi penelitian, kontribusi pengarang,
tren penelitian dan untuk membuat kebijakan perencanaan penelitian bidang
teknologi, termasuk juga untuk melihat jumlah kontributor, pola kepengarangan,
jumlah sitasi, dan bahasa yang digunakan dalam sebuah jurnal
2.1.2 Tujuan Dan Manfaat Bibliometrika
Sebuah kajian ilmiah pada dasarnya mempunya tujuan dan manfaat yang
jelas. Tujuan bibliometrika adalah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan
sifat serta arah pengembangan sarana deskriptif penghitungan dan analisis
berbagai faset komunikasi (Sulistyo-Basuki, 2002).
Brookes sebagaimana dikutip oleh Sulistyo-Basuki (2002, 7) menyatakan
bahwa tujuan umum bibliometrika adalah:
1. Merancang bangun sistem dan jaringan informasi yang lebih ekonomis

2. Penyempurnaan tingkat efisiensi proses pengolahan informasi
3. Identifikasi dan pengukuran efisiensi pada jasa bibliografi yang ada
dewasa ini
4. Meramalkan kecenderungan penerbitan
5. Penemuan dan elusidadi (penjelasan atau penguraian) hukum empiris
yang dapat menyediakan basis bagi pengembangan sebuah teori dalam
Ilmu Informasi
Sedangkan manfaat analisis bibliometrika bagi perpustakaan menurut Ishak
(2005, 18) adalah:
1. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu
2. Identifikasi arah dan gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan
pada berbagai disiplin ilmu

11

Universitas Sumatera Utara

3. Menduga keluasan literature sekunder
4. Mengenali pemakai berbagai subjek
5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai

subjek
6. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospektif
7. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang dan
mendatang
8. Mengukur arus masuk informasi dan komunikasi
9. Mengkaji keusangan dan penyebaran literature ilmiah
10. Meramalkan produktifitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau
seluruh disiplin ilmu.
Selanjutnya Pattah (2013, 48) menyebutkan bahwa kajian bibliometrika juga
dianggap sangat bermanfaat untuk analisis kurikulum dan untuk menilai kualitas
hasil penelitian. Saat ini analisis bibliometrika populer di antara profesi dan
peneliti

bidang

kepustakawan.

Kajian

bibliometrika


dapat

membantu

mengevaluasi layanan-layanan perpustakaan, kebijakan pengembangan koleksi,
kebijakan perbaikan, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya dan juga
penyiangan. Data yang diperoleh melalui metode Bibliometrika menjadi dasar
ilmiah bagi staf perpustakaan dalam membuat keputusan.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa tujuan dari
bibliometrika lebih menekankan ke komunikasi, serta proses komunikasi tertulis
dari segi sifat dan perkembangannya dalam suatu disiplin ilmu. Sedangkan
manfaat bibliometrika yaitu untuk dapat mengetahui pertumbuhan pengetahuan
dalam berbagai disiplin ilmu. Sedangkan objek utama kajian analisis
bibliometrika adalah jurnal ilmiah yang mengkaji produksi dan penyebaran
informasi yang secara operasional dikaji melalui produksi dan penyebaran media
yang merekam informasi untuk disimpan dan disebarluaskan.

12


Universitas Sumatera Utara

2.2 Kolaborasi
2.2.1 Pengertian Kolaborasi
Kajian tentang kolaborasi (collaboration) merupakan salah satu kajian yang
termasuk dalam objek kajian bibliometrika. Kajian ini membahas tentang Kajian
kolaborasi yang digunakan untuk mengetahui produktivitas penulis dan untuk
menghitung

tingkat

kolaborasi.

Pendekatan

lainnya

digunakan

untuk


membandingkan tingkat kolaborasi antar lembaga dan antar disiplin ilmu dalam
suatu negara serta kondisi yang melatarbelakangi penulis dalam melakukan
kolaborasi.
Menurut Herdiani (2009, 13) menyebutkan bahwa kolaborasi merupakan
terjemahan dari bahasa Latin ‗collaborare‘ yang berarti ‗bekerja bersama‘ dan
dapat dilihat sebagai sebuah proses penciptaan bersama. Dengan demikian sebuah
proses dapat dilalui apabila sekelompok entitas meningkatkan kapabilitas satu
sama lain. Kolaborasi merupakan sebuah proses dimana sejumlah entitas berbagi
informasi, sumberdaya, dan tanggung jawab untuk bersama-sama merencanakan,
mengimplementasikan, dan mengevaluasi program, untuk mencapai tujuan
bersama. Hal tersebut termasuk berbagi resiko, sumberdaya, tanggung jawab, dan
penghargaan. Kolaborasi juga melibatkan perjanjian antar partisipan yang saling
menguntungkan untuk menyelesaikan suatu persoalan bersama-sama, termasuk
saling mempercayai kemudian meluangkan waktu, upaya, dan dedikasi.
Sedangkan menurut Poggenpohl, Sharon dan Keiichi Sato(2009, 18)
menjelaskan bahwa ―Collaboration is the situation in which designer‟s knowledge
limitations are transcended, and collaboration is a vital opportunity for design to

13


Universitas Sumatera Utara

learn from others and share its own knowledge in meaningful ways‖. Dari
pengertian tersebut dapat diterjemahkan bahwa kolaborasi adalah situasi dalam
mendesain pengetahuan yang melampaui keterbatasan, dan kolaborasi merupakan
kesempatan penting untuk mendesain cara belajar dari orang lain dan berbagi
pengetahuan dalam cara yang bermakna.
Ynalvez, Marcus Antonius dan Wesley M. Shrum(2011, 205) menjelaskan
bahwa:
“scientific collaboration is a form of interaction among producers of
knowledge, allowing effective communication and exchange; sharing of
skills, competencies and resources; working, generating and reporting
findings together. This complex characterization incorporates variable
functions that are not inevitable in any given instance of collaboration”.
Berdasaran defenisi di atas dapat diartikan bahwa kolaborasi ilmiah adalah
bentuk interaksi antara produsen pengetahuan atau para peneliti, dengan cara
komunikasi yang efektif, seperti pertukarandanberbagi keterampilan, kompetensi
dan sumber daya, bekerja yang menghasilkan penelitian bersama. Karakterisasi
yang kompleks ini menggabungkan fungsi variabel yang tidak dapat dihindari

dalam berkolaborasi. Kolaborasi sebagai interaksi antarpara ilmuwan dalam suatu
proyek riset dengan sebuah tujuan yang telah disepakati antara peneliti satu
dengan yang lainnya. Sehingga dapat diartikan bahwa kolaborasi melibatkan
kemitraan, aliansi atau jaringan yang bertujuan untuk memberikan hasil yang jelas
serta saling menguntungkan. Komponen penting untuk keberhasilan kolaborasi
adalah kepercayaan, kerjasama dan saling menguntungkan.
Menurut

Stack

dalam

Togatorop

(2009,

9)

menyatakan


bahwa

―collaboration is key in the research and development of information product and

14

Universitas Sumatera Utara

service that meet scientific researchers needs‖ yang diterjemahkan sebagai
berikut yaitu kolaborasi merupakan kunci dalam penelitian dan pengembangan
produk dan layanan informasi yang mempersatukan kebutuhan para peneliti
ilmiah.
Dari beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa kolaborasi
melibatkan kemitraan, aliansi atau jaringan, bertujuan untuk memberikan hasil
yang jelas serta saling menguntungkan. Komponen penting untuk keberhasilan
kolaborasi adalah kepercayaan, kerjasama dan saling menguntungkan,kolaborasi
dalam penelitian berlangsung bila dua orang atau lebih bekerja sama, masingmasing memberikan sumbangan sumber daya dan usaha baik secara intelektual
maupun secara fisik, dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tindakan yang sifatnya
intelektual maupun material.
Poggenpohl (2009, 141)menjelaskan bahwa dalam menganalisis kolaborasi
penelitian terdapat beberapa konsep yang harus di pahami, beliau menyebutkan
dengan istilah konsep 4W + 1H yaitu sebagai berikut:


"Siapa" yang berpartisipasi dalam kolaborasi termasuk desain profesional,
individu dengan kemampuan yang berbeda dan stakeholder (pemangku
kepentingan) lainnya.



"Apa" yang mereka lakukan yaitu bernegosiasi dalam beragam ruang
lingkup dan keterbatasan dari pekerjaan mereka, berbagi pengetahuan dan
keahlian, mengkombinaskan atau menggabungkan berbagai pengetahuan
mereka,

melakukan

kegiatan

yang

produktif,

bekerja

sama,

15

Universitas Sumatera Utara

mengembangkan

pengetahuan

mereka

sendiri,

dan

bekerja

dalam

memberikan yang terbaik kepada tim.


"Mengapa" mereka melakukan kolaborasi, hal ini juga beragam yaitu untuk
memaksimalkan hasil yang positif dari aktivitas yang mereka lakukan,
mencapai estetika bersama, bisnis, dan tujuan-tujuan sosial, memecahkan
masalah, mencapai kesuksesan, memproduksi sesuatu yang pasti, dan
menghasilkan sebuah karya yang lebih baik;



"Bagaimana" para peneliti melakukan kolaborasi,hal ini juga beragam yaitu
mereka menengahi, berpendapat, berpartisipasi, bertindak, bereaksi, dan
menilai dengan cara mendukung, tanpa pamrih, berbeda tetapi saling
melengkapi, menghormati, koperativ, puas diri, simbiosis, dan yang paling
penting yaitu semangat dalam kepercayaan.
Prinsip dari kolaborasi yaitu untuk saling melengkapi. Sebagai kolaborator,

mereka tidak hanya merencanakan, memutuskan, dan bertindak bersama-sama,
tetapi mereka juga berpikir bersama-sama, menggabungkan skema konseptual
untuk menciptakan sebuah karya. Dalam sebuah kolaborasi, ada komitmen atau
kesepakatan untuk berbagi dalam tugas dan bakat, tidak ada yang bersifat egois
atau mendominasi secara individu, serta dalam mengambil keputusan harus
bermusyawah dalam kelompok, dan hasil penelitian harus mencerminkan bahwa
semua peserta yang ikut kolaborasi harus berkontribusi.
Siamaki et al. (2014, 1) menjelaskan kolaborasi ilmiah termasuk subjek
yang paling penting dalam scientometrics, dan banyak studi telah meneliti
mengenai konsep ini sampai saat ini.Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan

16

Universitas Sumatera Utara

dan teknologi dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan sebagian besar
negara, universitas, dan lembaga-lembaga penelitian menghadapi kesulitan untuk
menemukan sumber daya manusia yang tepat serta anggaran yang cukup untuk
proyek-proyek penelitian. Salah satu hasil dari penyebab masalah tersebut bahwa
penelitian individu telah digantikan oleh upaya penelitian kolektif atau secara
berkelompok (kolaborasi) dalam berbagai disiplin ilmu. Kolaborasi ilmiah telah
menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam mekanisme pada proyek-proyek
penelitian terbaru. Hasil dari kerjasama ini adalah bahwa dalam membuat
penelitian, banyak ilmuwan berkolaborasi antar organisasi, universitas, dan
bahkan antar negara.
Istilah kolaborasi mempunyai pengertian yang mencakup semua kegiatan
yang ingin dicapai dan mempunyai tujuan serta manfaat bersama, sedangkan
pengertian istilah kerjasama mengacu pada cara mencapai tujuan masing-masing
dengan cara bekerja sama. Dalam hal ini, walaupun tujuan yang ingin dicapai
sama tetapi tidak selalu menguntungkan kedua belah pihak. Kerjasama atau
kolaborasi terjadi apabila lebih dari satu orang/lembaga bekerjasama dalam suatu
kegiatan penelitian dengan memberikan sumbangan dalam bentuk ilmu
pengetahuan dan tindakan yang sifatnya intelektual maupun material.
Prihanto dikutip oleh Maryono (2012, 119) menjelaskan bahwa:
―Penelitian dikatakan berkolaborasi jika kerjasama antara lebih dari satu
orang atau lebih dari satu lembaga dalam sebuah kegiatan, baik kegiatan
penelitian maupun kegiatan pendidikan. Kolaborasi dalam penelitian
tersebut berlangsung bila dua peneliti atau lebih bekerja sama, dalam sebuah
kegiatan, masing-masing memberikan sumbangan sumber daya dan usaha
baik intelektual maupun fisik‖.

17

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Saparso (2006, 114) kolaborasi adalah ―proses kerja
sama yang berdasarkan prinsip, yang memberi kepercayaan, dan integritas‖.
Prinsip ini memberikan dasar perubahan penting dan permanen bagi para
pengarang atau peneliti. Kerja sama dapat memberikan intisari kreasi dan
peningkatan hasil kerja yang dilakukan secara berkolaborasi.
Kedua pendapat di atas memiliki pendapat yang berbeda, dimana pendapat
yang pertama mengacu pada para peneliti yang memberikan sumbangan sumber
daya dan usahanya baik intelektual maupun fisik, baik kegiatan penelitian maupun
kegiatan pendidikan. Sedangkan pendapat yang kedua mengacu pada proses kerja
sama yang berdasarkan prinsip, yang memberi kepercayaan, dan integritas. Dari
kedua pendapat tersebut juga memiliki persamaan yang tujuannya memberikan
kontribusi atau sumbangan sumber daya dan usaha serta intisari kreasi, demi
terciptanya penelitian yang maksimal.
Para peneliti atau ilmuwan dalam melakukan penelitian jarang sekali
melakukannya secara individu melainkan mereka bekerja sama dengan ilmuwanilmuan lain maupun tenaga ahli lainnya dalam melakukan penelitiannya demi
kemajuan bidang ilmu pengetahuan. Hal ini dipengaruhi oleh kompleks dan
rumitnya masalah penelitian pada saat ini yang memerlukan adanya suatu
kerjasama (kolaborasi) dengan peneliti lainnya.
Dalam dunia akademisi, berbagai istilah digunakan untuk merujuk kepada
kolaborasi atau kerjasama penelitian (research collaboration), termasuk copenulis (co-authorship), Jaringan penelitian (research networking), riset bersama
(joint research) dan penelitian kemitraan (research partnership). Hal ini secara

18

Universitas Sumatera Utara

luas dapat dikatakan bahwa kolaborasi dalam penelitian dapat terjadi di seluruh
disiplin ilmu, baik itu antara peneliti muda dan yang lebih senior serta dengan
praktisi yang sangat penting untuk karier pemula peneliti (Shaikh2015, 2).
Karena dengan adanya kolaborasi, dapat terjadi pertukaran ilmu
pengetahuan dalam penelitian tersebut, dan sangat penting bagi peneliti pemula
yang belum ahli agar dapat menjadikan kolaborasi sebagi penambahan ilmu
pengetahuan peneliti pemula tersebut. Dengan adanya akses internet dan teknologi
saat ini proses kolaborasimenjadi sangat mudah, saat ini tingkat kolaborasi telah
mencapai antar institusi maupun lintas negara. Jelas bahwa kemajuanteknologi
informasi telah dibongkar batas-batasnya dan telah membawa komunitas
penelitian institusi akademikdan industri jauh lebih dekat satu sama lain. Faktor
lain adalah integrasi berkembang, globalisasi dan sifat lintas disiplinbanyak
bidang akademik dan disiplin yang mendorong para peneliti untuk berkolaborasi.
Akibatnya, kolaborasi terus meningkat tanpa ada batasan jarak, serta didorong
oleh teknologi media sosial. Para pelajar maupun sarjana saat ini

dapat

mengkomunikasikan atau menuangkan ide-ide riset dan temuan mereka melalui
blog, mikroblog, situs jejaring sosial dan alatplatform lainnya.
Menurut Langley, et aldikutip oleh Harrasi (2017, 27) menyatakan bahwa:
“Describe e-mail as the “ideal way for collaborators in different locations
and on different schedules to share information without direct contact”.
Social software can also assist libraries in fostering collaboration and
communication. Blogs, wikis, and social bookmarking can improve
knowledge sharing, market research and services, as well as providing
reference services and communicating with patrons”.
Artinya, e-mail digunakan sebagai "cara ideal untuk kolaborator di lokasi
yang berbeda dan berbeda jadwal untuk berbagi informasi tanpa bertemu secara

19

Universitas Sumatera Utara

langsung". Sosial software dapat juga membantu perpustakaan dalam membina
kolaborasi dan komunikasi. Seperti blog, wiki, dan bookmark sosial dapat
meningkatkan dalam berbagi pengetahuan (knowledge sharing) , riset pasar dan
layanan, serta menyediakan layanan referensi dan berkomunikasi dengan
pengunjung.
Berdasarkan defenisi di atas, konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan
bahwa ada kalanya karya penelitian tidak dapat dikerjakan seorang diri, sehingga
dibutuhkan bantuan peneliti lain. Jika dilihat dari sumbangannya, bantuan tersebut
dapat berupa sumbangan sumberdaya dan usaha secara intelektual maupun fisik.
Seperti penyediaan sumber data, korespondensi lewat surat, pertukaran gagasan,
kunjungan ke laboratorium di tempat lain, dan tukar menukar makalah, hal ini
dilakukan demi kemajuan bidang ilmu pengetahuan.
2.2.2 Unsur-Unsur Kolaborasi
Setiap unsur yang ada memiliki keterkaitan antara unsur yang satu dengan
unsur yang lainnya. Sehingga dalam berkolaborasi mempunyai tujuan yang sama
dari awal hingga akhir didasarkan pada prinsip bahwa semua pihak menyadari
pentingnya kolaborasi dan tujuan berkolaborasi.Menurut Suaraatr (2008, 2) unsurunsur yang ada pada kolaborasi adalah:
1. Keyakinan orang, artinya bagaimana anda dapat mempengaruhi orang,
kalau tidak ada keyakinan orang manfaat yang akan ditarik dari visi
anda untuk mewujudkan kerjasama. Oleh karena itu harus ditumbuhkan
prinsip kolaborasi kedalam sikap dan perilaku.
2. Lakukan Assesmen, artinya setelah timbulnya keyakinan orang akan
pentingnya kolaborasi, maka perlu diikuti adanya satu pengawasan
secara berkesinambungan untuk mengadakan penilaian apakah
penerimaannya karena keterpaksaan atau datang dari dalam diri yang
bersangkutan untuk melakukan kolaborasi sebagai suatu kebutuhan.

20

Universitas Sumatera Utara

3. Budaya organisasi, artinya semua anggota dalam organisasi memenuhi
norma, nilai, wewenang dan ganjar yang telah disepakati bersama
dalam bersikap dan berperilaku karena dengan budaya itulah dapat
menuntun kita melaksanakan kolaborasi sebagai keyakinan dan
kebutuhan.
4. Reaktif Adaptif, artinya setiap individu, kelompok dan organisasi harus
mampu menggerakkan dalam tindakan pada saat yang mana dapat
melaksanakan pikiran yang reaktif dan atau adaptif. Ukurannya
dikaitkan dengan waktu dan tingkat masalah yang dihadapi, oleh karena
itu dengan kolaborasi yang ditopang oleh keyakinan, kebutuhan dan
budaya akan dapat memusatkan bertindak kapan reaktif dan atau
adaptif.
5. Sistem intergrasi, artinya setiap individu, kelompok dan organisasi
mampu bergerak dalam satu tindakan berdasarkan unsur keyakinan,
kebutuhan, budaya, tindakan kedalam satu sistem yang dapat
menyatukan penggabungan unsur yang ada agar pelaksanaan kolaborasi
menjadi satu kesatuan yang bulat.
Sedangkan menurut Fizzanty, et al (2013, 112) terdapat tiga elemen atau
unsur

penting yang terkandung dalam kolaborasi yang efektif mencakup

―kompetensi, komitmen dan kepercayaan‖. Hubungan antara ketiga elemen
tersebut

adalah

kepercayaan

berbasis

kompetensi,

hubungan

berbasis

kepercayaan, dan posisi tawar yang dihasilkan dari komitmen dan kompetensi.
Berdasarkan unsur-unsur yang telah dijelaskan diatas, kolaborasi memiliki
keterkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lain. Dapat dikatakan
bahwa unsur-unsur kolaborasi meliputi adanya kerjasama antara dua orang atau
lebih, mempunyai tujuan tertentu, serta adanya kerjasama.

Kolaborasi akan

dilakukan antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, untuk menjalin proses
kerja sama yang berdasarkan prinsip, yang memberi kepercayaan, dan integritas.
Prinsip ini memberikan dasar perubahan penting dan permanen bagi penelitian.
Kerja sama dapat memberikan intisari kreasi dan peningkatan kerjasama yang
berkolaborasi keseimbangan perilaku individu, kelompok dan organisasi harus

21

Universitas Sumatera Utara

dapat diwujudkan agar saling membantu dalam menyelesaikan kegiatan
penelitian, demi perkembangan ilmu pengetahuan.

2.2.3 Manfaat Kolaborasi
Kolaborasi penelitian mempunyai beragam manfaat baik pada tingkat
individu maupun tingkat organisasi. Manfaat dari kolaborasi riset itu
beragam.Manfaat dari kolaborasi menurut Fizzanty, et al(2013, 103) adalah :
a. berbagi pengetahuan dan alih keterampilan
b. menciptakan cara pandang dan pengetahuan baru
c. mendukung jejaring dan menjadi lebih produktif
d. diseminasi pengetahuan akan mendorong dampak penting
e. pembangunan kapasitas
f. publikasi internasional
g. dukungan finansial, dan pelatihan
h. penghargaan internasional
Sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kapasitas sumber daya
manusia umumnya kolaborasi dilakukan antar negara. Agar memberikan
kontribusi atau sumbangan dari para peneliti yang telah ahli yang saling bertukar
fikiran, ide, kreasi yang dapat di implementasikan kedalam penelitian.
Jizhen Li, et al (2012, 13) menyebutkan bahwa “Scientific collaboration is
a possible way to create common interests and to build up collaborative
relationships between the two countries”. Dengan adanya kolaborasi ilmiah,

22

Universitas Sumatera Utara

bermanfaat

membangun hubungan kolaboratif antara kedua negara, dengan

berkolaborasi pemerintah bersedia untuk menjalin kerjasama antar universitas
atau lembaga-lembaga penelitian untuk mendukung serta membantu pendanaan
proyek-proyek kolaborasi.
Selain itu manfaat melalui kolaborasi, Harrasi (2014, 26)menyebutkkan
bahwa untuk memecahan masalah yang rumit menjadi lebih mudah serta lebih
efektif daripada menyelesaiannya secara individu atau pribadi. Kolaborasi
membawa nilai ekonomi, berbagi sumber daya, pelatihan, dan manfaat lainnya.
Dengan berkolaborasi akan terjadi pembagian kerja dan penggunaan secara
efektif setiap kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing peneliti. Adapun
keuntungan atau manfaat peneliti berkolaborasi menurut Sormin (2009, 1) adalah:
1. Transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui
pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat memakan waktu dan
terbentur beberapa masalah. Didokumentasikannya sebagian ilmu dan
perkembangan terbarunya menyebabkan pengetahuan menjadi bersifat
tacit, tidak menyebar dan tetap dalam kondisi seperti itu sampai
ilmuwan yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskan dan
mempublikasikan.
2. Pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan menambah wawasan dan
perspektif baru seseorang, sehingga dapat mendorong tumbuhnya
kreatifitas. Efeknya akan lebih tinggi jika terjadi diantara orang- orang
dari berbagai latar belakang ilmu yang berbeda.
3. Membuka kesempatan persahabatan intelektual. Peneliti akan
membangun hubungan tidak hanya dengan kelompoknya yang terlibat
dalam penelitian yang sedang dilakukan, tetapi juga akan berupaya
memasuki jaringan yang lebih luas dalam komunikasi penelitian.
4. Peningkatan produktivitas: Kolaborasi menstimulasi peneliti untuk
berkarya bersama secara produktif. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya hubungan antara produktivitas dan kolaborasi
Kolaborasi memberikan beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh
setiap individu yang berkolaborasi. Menurut Australian Goverment (2002, 2),
manfaat kolaborasi adalah:

23

Universitas Sumatera Utara

a. the sharing and transfer of knowledge, skills and techniques, including
social and team management skills
b. the creation of critical mass in research skills, facilities and larger
infrastructure
c. enhanced capability for creation of new knowledge
d. decreased lead time for research outputs and their practical application
e. cross-fertilisation of ideas which can generate new insights to provide
better outcomes
f. enhanced intellectual companionship and peer recognition
g. the opportunity to increase the visibility of work including dissemination
of information and knowledge through formal and informal networks,
publication and route to end use activities
h. the early integration of researchers and industry to ascertain the
capacity of local industry to commercialise likely research outcomes
i. prestige and influence.

Manfaat kolaborasi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut :
1. Berbagi dan bertukar pengetahuan, keahlian dan teknik, termasuk sosial
dan ahli manajemen.
2. Kreasi dari kritik massa dalam kemampuan penelitian, fasilitas dan
infrastruktur yang lebih besar.
3. Mempertinggi kemampuan untuk berkreasi pada pengetahuan yang baru.
4. Mempersingkat waktu untuk hasil penelitian dan aplikasi praktis mereka.
5. Penggabungan ide yang dapat menghasilkan wawasan baru untuk
memberikan hasil yang lebih baik.
6. Meningkatkan kerjasama intelektual dan saling mengakui.
7. Penghargaan dan pengaruh.
8. Mempercepat integrasi penelitidan industri untuk mengetahui kapasitas
dari industri lokal untuk mengkomersilkan seperti hasil penelitian.

24

Universitas Sumatera Utara

9. Kesempatan untuk meningkatkan cara pandang dari informasi dan
pengetahuan melalui jaringan kerja formal dan informal, publikasi dan
petunjuk akhir untuk melakukan aktivitas.
Dengan demikian, kolaborasi dapat menukar pikiranuntuk mendapatkan
berbagai ide dan solusi baru serta menghasilkan wawasan baru dan
mempersingkat waktu penelitian dan juga berbagi pengalaman. Dengan adanya
kolaborasi terdapat pembagian kerja menurut keahlian masing-masing pada setiap
anggota

yang

berkolaborasi.

Penelitian

yang

berkolaborasi

lebih

baik

dibandingkan jika dikerjakan secara individu karena dapat memunculkan ide-ide
baru suatu penelitian ataupun kegiatan dapat dilakukan dengan waktu yang
singkat, serta kolaborasi bermanfaat untuk menciptakan

kesempatan dalam

berbagi pengetahuan, keahlian dan teknik tertentu dalam sebuah ilmu demi
perkembangan ilmu pengetahuan tersebut.
2.2.4 Jenis Kolaborasi
Secara umum jenis-jenis kolaborasi yang terjadi di kalangan ilmuan atau
peneliti terdiri dari berbagai jenis.Jenis-jenis kolaborasi menurutut Bote (2013,
392) adalah sebagai berikut:
1. Domestic

in-house

collaboration

(all

authors

from

the

same

institution)kolaborasi rumah domestik (semua pengarang dari lembaga
yang sama)
2. Domestic institutional collaboration (all authors from the same country
but

from

more

than

one

institution)

domestik

kelembagaan

25

Universitas Sumatera Utara

kolaborasi(semua pengarang dari negara yang sama tetapi dari lebih dari
satu lembaga)
3. International collaboration (authors from more than one country).
kerjasama internasional (pengarang dari lebih dari satu negara.
Dalam kolaborasi suatu karya ilmiah, ada beberapa jenis kolaborasi
seperti yang dikemukakan oleh Subramanyam dalam Prasetyadi (2014, 8),
bahwa ada enam jenis kolaborasi yaitu:
1. Kolaborasi dosen dan mahasiswa
Kolaborasi semacam ini sering dijumpai di perguruan tinggi. Pada
kolaborasi semacam ini seorang dosen dapat memberikan arahan, gagasan
petunjuk

ataupun

biaya

penelitian

dan

mahasiswa

yang

melakukannya.Hasilnya dalam bentuk laporan atau pun makalah ataupun
tulisan dalam majalah biasanya memuat nama dosen dan mahasiswa.Oleh
karena itu, nama penulis yang tercantum dilaporan penelitian tersebut adalah
nama dosen yang bersangkutan.
2. Kolaborasi sesama rekan
Kolaborasi jenis ini biasa dilakukan di lembaga penelitian. Dalam hal ini
penelitian dilakukan oleh sekelompok peneliti, masing-masing anggota
memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang
dimiliki dalam berbagai aspek penelitian. Baik itu sumbangan sumber daya
dan usaha seperti intelektual maupun fisik
3. Kolaborasi penyelia (supervisor dan asisten)

26

Universitas Sumatera Utara

Kolaborasi jenis ini biasa dilakukan antara peneliti senior dengan peneliti
junior. Kasus yang paling umum pada kolaborasi ini biasanya dilakukan oleh
peneliti di laboratorium. Pada peneliti di laboratorium biasanya seorang
peneliti dibantu oleh laboran teknisi.
4. Kolaborasi peneliti dan konsultan
Kolaborasi jenis ini banyak dilakukan pada proyek penelitian berskala
besar. Tim peneliti pada proyek ini menggunakan jasa dari lembagaatau
perusahaan lain sebagai konsultan khusus dalam rangka pengumpulan,
pengolahan dan analisis data.
5. Kolaborasi antar lembaga
Kolaborasi ini dilakukan oleh peneliti dan teknisi dari berbagai lembaga
penelitian yang bekerja sama dalam proyek bersama, dengan menggunakan
peralatan khusus yang dimiliki lembaga lain.
6. Kolaborasi internasional
Kolaborasi jenis ini melibatkan beberapa negara atau antar peneliti/
ilmuwan dari beberapa negara yang berkaitan dalam suatu penelitian.
Menurut Gazni (2014, 255) jenis kolaborasi yang ada antara lain:
a) Pengarang publikasi tunggal (Single author publications )
b) Multi publikasi pengarang (Multi-author publications)
c) Kolaborasi intra kelembagaan (Intra-institutional collaboration)
d) Kolaborasi antar institusi (Inter-institutional collaboration)
e) Kolaborasi dalam negeri (Domestic collaboration)
f) Kolaborasi internasional (International collaboration)

27

Universitas Sumatera Utara

Sedangkan Menurut Aijaz A. Shaikh (2015, 4) jenis kolaborasi
penelitian antara lain sebagai berikut :
1. Collaboration between two research scholars or doctoral students from
the same field or department belonging to the same or two different
universities
2. Collaboration between a doctoral student and a senior research fellow
or supervisor from the same field or department belonging to the same or
two different universities.
3. Collaboration between two research scholars or between a research
scholar and a senior research fellow from two different fields, disciplines
or departments, preferably belonging to two different universities.
Jenis kolaborasi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:
a. Kolaborasi antara dua peneliti sarjana atau mahasiswa doktor dari bidang
yang sama atau departemen yang sama atau dua universitas yang
berbeda.
b. Kolaborasi antara mahasiswa doktoral dan rekan-rekan senior penelitian
atau pengawas dari bidang yang sama atau departemen sama atau dua
Universitas yang berbeda.
c. Kolaborasi antara dua peneliti sarjana atau antar peneliti sarjana dan
senior sesama peneliti

dari dua bidang yang berbeda, disiplin, atau

departemen atau sebaliknya milik dua universitas yang berbeda.
Dalam Australian Goverment (2002, 4) juga menjelaskan beberapa jenis
kolaborasi antara lain adalah:
1. Co-location, cluster formation, international and national networking,
sharing of infrastructure, co-investment in infrastructure and research
2. Rapid and fl exible access to new ideas and technology, increased
opportunity for funding, increased opportunity for higher quality
outcomes in shorter timeframes, enhanced market position
3. Intellectual synergy, shared strategic vision, shared collaborative ethos,
clear common objectives, distinctive skills and complementary
capabilities, training opportunities and co-supervision

28

Universitas Sumatera Utara

Jenis kolaborasi dapat diterjemahkan sebagai berikut:
1. Kerjasama lokasi (co-location), formasi berkelompok, jaringan kerjasama
nasional dan internasional, pertukaran infrastruktur, kerjasama investasi
dalam infrastruktur dan penelitian
2. Akses yang cepat dan fleksibel untuk ide-ide dan teknologi baru,
peningkatan penyediaan pembiayaan, peningkatan kualitas pendapatan
yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang singkat.
3. Sinergy intelektual, pertukaran visi yang strategis, pertukaran etos
kerjasama, memperjelas objek umum, keahlian khusus dan kemampuan
pelengkap, kesempatan pelatihan dan kerjasama supervisi.
Dari beberapa pendapat mengenai jenis-jenis kolaborasi di atas dapat
dinyatakan bahwa, apapun bentuk kolaborasi yang dilakukan oleh peneliti atau
pengarang, tujuannya adalah untuk memberikan hasil yang jelas serta saling
menguntungkan serta menghasilkan karya bersama yang sangat kompleks. Setiap
kolaborasi dilakukan karena adanya hasil yang saling menguntungkan diantara
pihak yang berkolaborasi, dan juga untuk menjalin proses kerja sama yang
berdasarkan prinsip, yang memberi kepercayaan, dan integritas. Prinsip ini
memberikan dasar perubahan penting dan permanen bagi penelitian. Setiap pihak
yang berkolaborasi pasti hanya ingin berkolaborasi dengan pihak yang dapat
memberikan kontribusi yang menguntungkan baik dalam hal intelektual maupun
fisik.

29

Universitas Sumatera Utara

2.2.5

Proses Penentuan Tingkat Kolaborasi
Subramanyam dalam Handoyo (2012) menyebutkan bahwa untuk

mengukur (menentukan) tingkat kolaborasi dalam satu bidang penelitian pada
tahun tertentu, maka formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:
Nm
C = ————
Nm + Ns
Keterangan :
C: Tingkat kolaborasi peneliti dalam sebuah disiplin ilmu, dimana nilai ―C‖
tersebut berada pada interval 0-1
Nm: Total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun
tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi (bekerja sama)
Ns: Total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun
tertentu yang dilakukan secara individual
Selanjutnya

nilai

tingkat

kolaborasi

(C)

yang

diperoleh

akan

diinterpretasikan untuk mendapatkan arti. Adapun interpretasi yang digunakan
terhadap tingkat kolaborasi (C) adalah sebagai berikut :
a. Apabila nilai C = 0
Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x seluruhnya
dilakukan secara individual (peneliti tunggal). Berarti, tidak ada satu hasil
penelitian pun yang dilakukan secara berkolaborasi di bidang tersebut pada tahun
tertentu. Interpretasi lain adalah pelaksanaan penelitian di bidang x sama sekali
tidak memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga

30

Universitas Sumatera Utara

penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. Artinya penelitian masih dapat
dilakukan secara individu.
b. Apabila nilai C > 0 dan C