Kolaborasi dan Produktivitas Pengarang Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Studi Kasus Pada Jurnal Online D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research Tahun 2006-2009

(1)

KOLABORASI DAN PRODUKTIVITAS PENGARANG BIDANG ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI:

Studi Kasus Pada Jurnal Online D-Lib Magazine Dan Jurnal Information Research Tahun 2006-2009

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) dalam bidang Studi Ilmu Perpustakaan & informasi

Oleh :

MUTIA FARIDA NIM : 060709003

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN & INFORMASI FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Farida, Mutia. 2010. Kolaborasi dan Produktivitas Pengarang Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Studi Kasus Pada Jurnal Online D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research Tahun 2006-2009. Medan: Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini termasuk kajian informetrika yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kolaborasi pengarang dan tingkat produktivitas peneliti pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research tahun 2006-2009, serta hubungan tingkat kolaborasi dengan produktivitas pengarang.

Penelitian ini bersifat kuantitatif yang berhubungan dengan hal yang dapat diukur dengan angka dan diungkapkan secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang subyek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi, dan yang menjadi unit analisisnya adalah seluruh artikel yang terbit mulai dari tahun 2006-2009 pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kolaborasi pada kedua jurnal tersebut yaitu artikel yang dihasilkan pada kedua jurnal tersebut adalah 0,60. Tingkat kolaborasi untuk Jurnal D-Lib Magazine sebesar 0,64 dan untuk Jurnal Information Research sebesar 0,56. Sedangkan tingkat produktivitas pada Jurnal D-Lib sebesar 4,26% dan Jurnal Information Research sebesar 1,36%. Pengarang yang paling produktif untuk jurnal D-Lib Magazine ada dua orang yaitu Arthur

Sale dan Karen Markey, sedangkan pengarang yang paling produktif pada jurnal

Information Research yaitu Reijo Savolainen. Masing-masing pengarang tersebut menghasilkan tiga artikel. Hubungan antara kolaborasi pengarang dengan produktivitas menunjukkan bahwa pengarang yang sering berkolaborasi tidak lebih produktif daripada pengarang individu.


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul skripsi ini adalah “Kolaborasi dan Produktivitas Pengarang Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Studi Kasus Pada Jurnal Online D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research Tahun 2006-2009”.

Ucapan terimakasih juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta, untuk ayahanda Suryadi dan ibunda Hj.Fauziah Parinduri yang telah memberikan perhatian dan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari pihak manapun untuk kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang.

Penulisan skripsi ini dapat selesai berkat bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara moral dan materi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, M.A. Phd selaku Dekan Fakultas Sastra USU.

2. Bapak Drs. Joner Hasugian,M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra.

3. Bapak Ishak, S.S. M.Hum selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bantuan berupa pengarahan dan bimbingan. 4. Ibu Himma Dewiyana, S.T.,M.Hum selaku pembimbing II yang juga

telah membimbing dan memberikan masukan kepada penulis.

5. Seluruh staff pengajar dan staff administrasi program studi Ilmu peprustakaan dan informasi Fakultas Sastra USU yang telah mendidik dan membantu saya selama ini.

6. Untuk sahabat-sahabatku Oni, Isna, Nita Mubi, yang sudah banyak memberi semangat kepada saya dan B’Mas yang udah banyak kasi masukan dan kritikan buat saya serta untuk Fazli yang selalu buat q t’senyum ^_^


(4)

7. Buat teman-teman angkatan ’06 inggit n the Gank, lina n the Gank, Siska n The Gank, dan teman-teman yang lain yang gk bs disebutkan satu persatu, makasih buat semuanya.

8. Untuk kakak-kakak Q tersayang K’Dika, K’Andre, K’anhar yang udah kasi semangat buatku waktu aku lagi gak semangat untuk kerjain skripsi, untuk org yang q sayang B’Mulid

9. Untuk kedua adikku yang udah mau bantuin saya ngetik dan udah mau nganterin saya kuliah (kalo lagi malas naek angkot…!!!).

10.Untuk semua orang-orang yang pernah sayang sama saya, makasih buat kasih sayangnya dan perhatiannya selama ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2010 Penulis

Mutia Farida 060709003


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………i

KATA PENGANTAR……….ii

DAFTAR ISI………...iv

DAFTAR TABEL………...vi

DAFTAR GAMBAR……….vii

DAFTAR LAMPIRAN……….viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………. 3

1.3 Tujuan Penelitian……….. 3

1.4 Manfaat Penelitian……… 3

1.5 Ruang Lingkup Penelitian………. 4

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Bibliometrika……….5

2.1.1 Konsep Bibliometrika………5

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Bibliometrika………6

2.2 Kolaborasi………..7

2.2.1 Pengertian Kolaborasi………7

2.2.2 Unsur-Unsur Kolaborasi………9

2.2.3 Manfaat Kolaborasi………...10

2.2.4 Jenis Kolaborasi………12

2.2.5 Faktor-Faktor Kolaborasi Pengarang………....13

2.2.6 Proses Penentuan Tingkat Kolaborasi………..15

2.2.7 Interpretasi Tingkat Kolaborasi………16

2.3 Produktivitas Pengarang………...16

2.3.1 Pengertian Produktivitas Pengarang……….16

2.3.2 Teknik Mengukur Produktivitas………...18

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………..23

3.2 Unit Analisis………..23

3.3 Instrumen Penelitian………..25

3.4 Metode Analisis Data……….... 25

3.4.1Kolaborasi Pengarang……….25

3.4.2 Produktivitas Pengarang……….27

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Jurnal……….28

4.1.1 Des kripsi Jurnal D-Lib Magazine………...28

4.1.2Deskripsi Jurnal Information Research………...28

4.2 Tingkat Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research………..29


(6)

4.2.1 Tabulasi Jumlah Penulis pada Jurnal D-Lib Magazine dan InformationResearch………29 4.2.2 Daftar Rincian Tingkat Kolaborasi Pengarang per Tahun

Pada Jurnal D-Lib Mgazine dan Information

Research………..30 4.2.3 Rekapitulasi Tingkat Kolaborasi Pengarang pada Jurnal

D-Lib Magazine Tahun 2006 2009………36 4.2.4 Tingkat Kolaborasi Pengarang Pada Kedua Jurnal D-Lib

Magazine dan jurnal Information Research………38 4.2.5 Tabulasi Jumlah Penulis Pada Jurnal D-Lib Magazine dan

jurnal Infromation Research………39 4.3 Rincian Tingkat Produktivitas Pengarang Pada Jurnal D-Lib

Magazine dan Jurnal Information Research Pada

Tahun 2006-2009………...40 4.3.1 Tingkat Produktivitas Pengarang Kolaborasi Pada Jurnal D- Lib Magazine dan Jurnal Information Research……….42 4.4 Hubungan dari Tingkat Kolaborasi dan Produktivitas Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine dan Information Research Tahun…...42 BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan………46

5.2 Saran………..47

DAFTAR PUSTAKA……….48 LAMPIRAN………....50


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Unit Analisis untuk Jurnal Online D-Lib Magazine dan

Jurnal Information Research………22 Tabel 2 Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2006

Vol. 12 No. 1-12………30 Tabel 3 Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2007

Vol. 13 No. 1-12………31 Tabel 4 Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2008

Vol. 14 No. 1-12………32 Tabel 5 Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2009

Vol. 15 No. 1-12………32 Tabel 6 Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal Information Research

Tahun 2006 Vol. 11 No.2-4 dan Vol.12 No.1………...33 Tabel 7 Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal Information Research

Tahun 2007 Vol. 12 No. 2-4……….34 Tabel 8 Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal Information Research

Tahun 2008 Vol. 13 No.1-4………..34 Tabel 9 Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal Information Research

Tahun 2009 Vol. 14 No.1-4………..35 Tabel 10 Rekapitulasi Tingkat Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal

Information Research Tahun 2006-2009………..36 Tabel 11 Rekapitulasi Tingkat Kolaborasi Pengarang Pada Jurnal

Information Research Tahun 2006-2009………..37 Tabel 12 Tingkat Kolaborasi Pengarang Pada Keduan Jurnal Ilmiah

D-Lib Magazine dan Information Research……….38 Tabel 13 Tingkat Produktivitas Pengarang Individu Pada Jurnal D-Lib

Magazine dan Information Research Tahun 2006-2009………..40 Tabel 14 Rincian Tingkat Produktivitas Pengarang Kolaborasi Pada Jurnal

D-Lib Magazine dan Information Research Tahun 2006-2009………41 Tabel 15 Rincian Tingkat Produktivitas Pengarang Pada Jurnal D-Lib

Magazine dan jurnal Information Research Tahun 2006-2009………42 Tabel 16 Hubungan Dari Tingkat Kolaborasi Dan Produktivitas Pengarang

Pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2006-2009...43 Tabel 17 Hubungan Dari Tingkat Kolaborasi Dan Produktivitas Pengarang


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Jumlah Pengarang Per Tahun Pada Jurnal D-Lib Magazine dan

Information Research………..………29 Gambar 2 Tabulasi Jumlah Penulis Pada Jurnal D-Lib Magazine dan


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tingkat Produktivitas Pengarang pada Jurnal D-Lib

Magazine Dan Jurnal Information Research………..50 Lampiran 2 Rincian Tingkat Produktivitas Pengarang Kolaborasi pada Jurnal D-Lib Magazine Dan Jurnal Information Research…………...54 Lampiran 3 Contoh Artikel yang Dihasilkan Secara Berkolaborasi pada

Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research...61 Lampiran 4 Contoh Artikel yang Dihasilkan Secara Individu pada Jurnal


(10)

ABSTRAK

Farida, Mutia. 2010. Kolaborasi dan Produktivitas Pengarang Bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi: Studi Kasus Pada Jurnal Online D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research Tahun 2006-2009. Medan: Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini termasuk kajian informetrika yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kolaborasi pengarang dan tingkat produktivitas peneliti pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research tahun 2006-2009, serta hubungan tingkat kolaborasi dengan produktivitas pengarang.

Penelitian ini bersifat kuantitatif yang berhubungan dengan hal yang dapat diukur dengan angka dan diungkapkan secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang subyek penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik dokumentasi, dan yang menjadi unit analisisnya adalah seluruh artikel yang terbit mulai dari tahun 2006-2009 pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kolaborasi pada kedua jurnal tersebut yaitu artikel yang dihasilkan pada kedua jurnal tersebut adalah 0,60. Tingkat kolaborasi untuk Jurnal D-Lib Magazine sebesar 0,64 dan untuk Jurnal Information Research sebesar 0,56. Sedangkan tingkat produktivitas pada Jurnal D-Lib sebesar 4,26% dan Jurnal Information Research sebesar 1,36%. Pengarang yang paling produktif untuk jurnal D-Lib Magazine ada dua orang yaitu Arthur

Sale dan Karen Markey, sedangkan pengarang yang paling produktif pada jurnal

Information Research yaitu Reijo Savolainen. Masing-masing pengarang tersebut menghasilkan tiga artikel. Hubungan antara kolaborasi pengarang dengan produktivitas menunjukkan bahwa pengarang yang sering berkolaborasi tidak lebih produktif daripada pengarang individu.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolaborasi dalam kegiatan penelitian menciptakan kesempatan berbagi atau transfer pengetahuan, keahlian dan teknik tertentu dalam suatu ilmu, pembagian kerja dan pemanfaatan keahlian secara efektif, serta peningkatan produktivitas. Ilmu pengetahuan pada saat ini semakin berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi. Ilmu pengetahuan terus meningkatkan produktivitas ilmuwan dalam melakukan penelitian, percobaan dan inovasi. Dengan meningkatnya hal tersebut akan mendorong terbitnya media komunikasi ilmiah yang mengkomunikasikan hasil kegiatan ilmiah, dari seorang ilmuan dengan ilmuan lain pada masanya dan masa sesudahnya.

Media komunikasi yang dimaksud dapat berupa buku, majalah ilmiah baik yang tercetak maupun elektronik. Peningkatan intensitas komunikasi ilmiah dan perkembangan ilmu pengetahuan, dapat meningkatkan kerjasama antar ilmuan dalam menghasilkan karya bersama. Dalam komunikasi ilmiah, karya bersama antar lebih dari satu orang atau lembaga untuk menghasilkan suatu karya disebut kolaborasi. Kajian kolaborasi merupakan salah satu dari metode bibliometrika. Kerja sama oleh beberapa penulis lebih dari satu orang sudah banyak dilakukan, terutama dalam bentuk pengembangan ilmu pengetahuan. Lazimnya ilmuwan tidak bekerja secara sendirian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan karena mereka saling membutuhkan.

Kajian kolaborasi digunakan untuk mengetahui produktivitas dalam jumlah penulis serta menghitung tingkat kolaborasi ditinjau dari organisasi asal dan kedudukan penulis. Pendekatan lain yang digunakan dalam kajian kolaborasi adalah membandingkan tingkat kolaborasi antar lembaga dan antar disiplin ilmu dalam suatu negara serta melihat kondisi yang melatar belakangi penulis melakukan kolaborasi. Melalui kerja sama penelitian permasalahan dapat dipecahkan dan sekaligus dapat menciptakan hasil penelitian yang baik.

Untuk mengkomunikasikan hasil penelitian, diperlukan media yang mudah untuk digunakan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja yaitu berupa media


(12)

diperlukan oleh peneliti karena informasi yang dimuat sangat mutakhir. Pada jurnal online kita dapat melihat berbagai hasil penelitian dari berbagai disiplin ilmu dan berbagai hasil penelitian yang ada diseluruh dunia. Sedangkan produktivitas mereka dapat dilihat dari seberapa sering mereka melakukan kolaborasi dengan penulis lain.

Diantara jurnal yang ada yaitu D-Lib Magazine dan Journal Information Research yang merupakan jurnal online yang menyediakan informasi mengenai penelitian bidang ilmu perpustakaan dan informasi (Library and Information Research). Jurnal Information Research adalah suatu jurnal ilmiah yang tersedia secara internasional, yang dibuat dalam cakupan yang luas tentang disiplin yang terkait dengan informasi. Jurnal ini diterbitkan oleh Profesor T.D. Wilson, yang berasal dari Universitas Sheffield, dan didukung oleh Perpustakaan Lund University, Swedia, dan dari Perpustakaan Sekolah Ilmu Informasi Swedia. Jurnal ini diindeks oleh Google Scholar, INSPEC: Enginering Village, Library, Information Science & Technology Abstracts, LISA: Library and Information Science Abstracts. Jumlah artikel yang telah diterbitkan oleh Information Research dari tahun 1995–2009 berjumlah 422 artikel.

Sedangkan D-Lib Magazine adalah terbitan elektronik yang berfokus pada penelitian perpustakaan digital dan pengembangan, yang berisi tentang teknologi terbaru, aplikasi, dan yang berhubungan dengan sosial dan ekonomi. D-Lib Magazine menarik untuk pengguna profesional dan teknikal secara luas. Tujuan utama dari majalah ini adalah pertukaran informasi tepat waktu dan efisien untuk komunitas perpustakaan digital untuk membantu perpustakaan digital menjadi lebih luas dalam berbagai disiplin bidang ilmu. Jumlah artikel yang telah diterbitkan oleh D-Lib Magazine dari tahun 1995-2009 berjumlah 699 artikel.

Alasan memilih jurnal tersebut karena menurut penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Hawkins (2001:1) dengan penelitiannya yang berjudul

Bibliometrics of Electronic Journals in Information Science yang hasil

penelitiannya adalah bahwa kedua jurnal tersebut termasuk jurnal elektronik yang menerbitkan banyak artikel dari banyaknya jurnal elektronik yang ada yang berisi tentang informasi elektronik, terbitan elektronik, perpustakaan digital, temu balik informasi, dan penggunaan internet.


(13)

Dari hal tersebut penulis mengangkat suatu masalah yaitu ingin melihat ”Bagaimana tingkat kolaborasi pengarang dan produktivitas pengarang dalam penulisan artikel ilmiah pada kedua jurnal tersebut?”

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana mengukur tingkat kolaborasi peneliti pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research ?

2. Bagaimanakah mengukur tingkat produktivitas peneliti pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research ?

3. Bagaimana hubungan tingkat kolaborasi dengan produktivitas pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengukur tingkat kolaborasi pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research.

2. Untuk mengukur tingkat produktivitas peneliti pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research.

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat kolaborasi dengan produktivitas pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi penulis dapat menambah kemampuan dalam menghitung kolaborasi yang ditulis oleh peneliti pada jurnal ilmiah.

2. Untuk bidang ilmu informasi dapat menambah pengetahuan bagi orang atau peneliti yang ingin mencari hasil penelitian dari jurnal ilmiah secara online.

3. Penelitian juga bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada bidang tersebut.


(14)

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan bidang kajian bibliometrika yang membahas mengenai kolaborasi pengarang dan produktivitas pengarang. Ruang lingkup penelitian ini yaitu membahas tingkat pengarang yang berkolaborasi dan pengarang individu serta produktivitas pengarang individu dan yang berkolaborasi dalam menulis artikel penelitian pada kedua jurnal tersebut serta hubungan antara kolaborasi pengarang dengan produktivitas pengarang.


(15)

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1Bibliometrika

2.1.1 Konsep Bibliometrika

Bibliometrika merupakan salah satu cabang paling tua dari ilmu perpustakaan. Kemudian cabang ilmu ini semakin berkembang karena banyaknya para ilmuwan yang tetarik dengan dinamika ilmu pengetahuan yang tercermin dalam produksi literatur ilmiahnya. Dalam bibliometrika untuk mengkuantifikasi data harus menggunakan statistik sehingga pada awalnya kajian ini disebut “statistical bibliography”.

Menurut Pitchard yang dikutip oleh Putubuku (2008:2) membatasi bibliometrika sebagai:

Application of mathematical and stasticical methods to books and other media of communication. Dengan definisi ini, dia sekaligus memperluas

cakupan bibliometrika ke berbagai bentuk media selain buku dan artikel di jurnal ilmiah. Dia juga memperluas wilayah kajian. Dari sejarah ringkas bibliometrika dapat dilihat bahwa pada awalnya kajian ini hanya memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan ilmuwan di bidang tertentu, sebelum akhirnya diperluas menjadi kajian interdisipliner. Kemudian istilah tersebut diganti oleh Pritchard karena dianggap terlalu kaku, kurang deskriptif, karena itu Pritchard mengganti istilah tersebut dengan bibliometrics (bibliometrika).

Jika Pritchard memperluas cakupan bibliometrika, maka Mattson (2007:1) juga menyatakan bahwa:

Bibliometrik digunakan sebagai metodologi dalam banyak bidang ilmu pengetahuan, pertama dan yang terpenting untuk pola publikasi dalam disiplin ilmu yang berbeda. Dalam beberapa dekade bibliometrik memberikan keuntungan dalam ilmu manajemen untuk mengambil suatu keputusan.

Bibliometrika merupakan studi mengenai produksi dan penyebaran informasi yang secara operasional dikaji melalui produksi dan penyebaran media yang merekam informasi untuk disimpan dan disebarluaskan (Boyce, Meadow, dan Kraft yang dikutip oleh Elita, 2008:1).

Pendapat lain seperti yang dinyatakan oleh Ming (2004:1) menyatakan bahwa “bibliometrics is the quantitative study of literature as it is reflected in


(16)

bibliographies”. Dapat diartikan bahwa bibliometrika merupakan kajian

kuantitatif terhadap literatur yang dinyatakan dalam bibliografi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bibliometrik adalah suatu kajian ilmu yang menerapkan metode matematika dan statistik untuk menganalisis informasi terekam dalam bentuk grafis khususnya untuk literatur ilmiah. Untuk menganalisis literatur secara kuantitatif dalam bibliometrika dikenal 3 hukum yaitu Hukum Lotka untuk menghitung distribusi produktivitas berbagai pengarang, Hukun Zipf untuk memberikan peringkat kata dan frekuensi dalam literatur, Hukum Bradford untuk menentukan jurnal inti (core journal) suatu objek tertentu.

2.1.2 Tujuan dan Manfaat Bibliometrika

Setiap kajian ilmiah pasti mempunyai tujuan dan manfaat, begitu juga dengan bibliometrika yang merupakan salah satu kajian ilmiah yang mempunyai tujuan dan manfaat yang berbeda dengan kajian ilmiah yang lain. Menurut Sulistyo-Basuki (2002:3), menyatakan bahwa “bibliometrika bertujuan untuk menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan sarana deskriptif penghitungan dan analisis berbagai faset komunikasi”.

Brookes yang dikutip oleh Sulistyo-Basuki (2002:7), menyatakan bahwa tujuan umum bibliometrika adalah :

1. Merancang bangun sistem dan jaringan informasi yang lebih ekonomis. 2. Penyempurnaan tingkat efisiensi proses pengolahan informasi.

3. Identifikasi dan pengukuran efisiensi pada jasa bibliografi yang ada dewasa ini.

4. Meramalkan kecenderungan penerbitan.

5. Penemuan dan elusidadi hukum empiris yang dapat menyediakan basis bagi pengembangan sebuah teori dalam Ilmu Informasi.

Sedangkan manfaat analisis bibliometrika bagi perpustakaan menurut Ishak (2005:18) adalah :

1. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu.

2. Identifikasi arah dan gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu.

3. Menduga keluasan literatur sekunder. 4. Mengenali pemakai berbagai subjek.

5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek.


(17)

6. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospektif.

7. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang dan mendatang.

8. Mengukur arus masuk informasi dan komunikasi. 9. Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah.

10.Meramalkan produktivitas, penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin ilmu.

Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari bibliometrika menurut Sulistyo-Basuki lebih menekankan ke komunikasi. Manfaat bibliometrik yaitu untuk dapat mengetahui pertumbuhan pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu. Sedangkan objek utama kajian analisis bibliometrik adalah jurnal ilmiah, karena merupakan hasil penelitian asli ataupun penjelasan teori sehingga merupakan informasi langsung dari suatu karya penelitian.

2.2 Kolaborasi

2.2.1 Pengertian Kolaborasi

Kajian kolaborasi digunakan untuk mengetahui produktivitas penulis dan untuk menghitung tingkat kolaborasi. Pendekatan lainnya digunakan untuk membandingkan tingkat kolaborasi antar lembaga dan antar disiplin ilmu dalam suatu negara serta kondisi yang melatarbelakangi penulis dalam melakukan kolaborasi. Istilah kolaborasi merupakan terjemahan dari kata collaboration yang artinya kerjasama antara lebih dari satu orang atau lebih dari satu lembaga dalam sebuah kegiatan, baik kegiatan penelitian maupun pendidikan (Sulistyo-Basuki yang dikutip oleh Prihantono, 2002:1).

Menurut Gupta yang dikutip oleh Purnomowati (2005:2), menyatakan bahwa kolaborasi adalah :

1. Derajad kolaborasi (degree of collaboration) yaitu proporsi artikel pengarang ganda dalam keseluruhan artikel contoh.

2. Index kolaborasi (collaboration index) yaitu rata-rata jumlah pengarang per artikel untuk keseluruhan artikel contoh.

3. Koefisien kolaborasi (collaboration coefficient) yaitu rata-rata proporsi jumlah artikel dengan tiap nomor pengarang.

Kolaborasi biasanya dilakukan jika dalam melakukan suatu hal tidak dapat dikerjakan seorang diri, sehingga dibutuhkan orang lain dalam melakukan kegiatan tersebut. Misalnya dalam menulis sebuah karya tulis, seorang penulis


(18)

membutuhkan orang lain untuk memberikan bantuan dapat berupa dana, ide atau gagasan dan lain sebagainya. Dengan berkolaborasi mungkin hasil yang didapatkan lebih baik daripada dikerjakan seorang diri.

Menurut Stack dalam Togatorop (2009:9) menyatakan bahwa “collaboration

is key in the research and development of information product and service that meet scientific researchers needs” yang diterjemahkan sebagai berikut yaitu

kolaborasi merupakan kunci dalam penelitian dan pengembangan produk dan layanan informasi yang mempersatukan kebutuhan para peneliti ilmiah.

Katz dan Martin yang dikutip oleh Sormin (2009:2)

Memberikan batasan bahwa seorang peneliti dapat dikatakan atau disebut berkolaborasi (kolaborator) apabila orang tersebut bekerja sama dalam suatu penelitian dan ikut memberikan kontribusi penting berkali-kali; namanya muncul dalam proposal penelitian asli; bertanggung jawab pada satu atau lebih elemen utama penelitian, pelaksanaan eksperimen, analisis dan interpretasi data, penulisan laporan hasil penelitian; bertanggung jawab pada tahap-tahap penting penelitian (pencetus ide, hipotesis asli, atau interpretasi teori); dan sebagai pemilik proposal proyek asli atau penyandang dana, meskipun kontribusi utamanya hanya pada manajemen penelitian (misalnya ketua tim) bukan pada penelitiannya.

Cuningham yang dikutip oleh Purnomowati, (2005:17) berpendapat: Bahwa proporsi tinggi pada karya pengarang bersama adalah ciri ilmu pengetahuan alam dan fisika karena mahalnya kerumitan dan mahalnya instrumen. Sebaliknya proporsi kepengarangan tunggal lebih tinggi pada ilmu-ilmu sosial atau kemanusiaan dan filsafat.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kolaborasi pengarang adalah kerjasama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan untuk menciptakan suatu karya yang bernilai tinggi. Kolaborasi pengarang dilakukan karena tidak selamanya suatu penelitian dapat dapat dikerjakan secara individu, melainkan membutuhkan beberapa pihak untuk bekerja sama yang dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian yang dilakukan sehingga menghasilkan penelitian yang baik.


(19)

2.2.2 Unsur-Unsur Kolaborasi

Unsur-unsur kolaborasi terdiri dari :

1. Adanya kerjasama antara dua orang atau lebih. 2. Mempunyai tujuan tertentu.

3. Adanya kerjasama.

Setiap unsur yang ada mempunyai keterkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Sehingga dalam berkolaborasi mempunyai tujuan yang sama dari awal hingga akhir.

Menurut Suaraatr yang dikutip oleh Togatorop (2009:10), unsur-unsur dalam kolaborasi terdiri dari :

1. Keyakinan orang, artinya bagaimana anda dapat mempengaruhi orang, kalau tidak ada keyakinan orang manfaat yang akan ditarik dari visi anda untuk mewujudkan kerjasama. Oleh karena itu harus ditumbuhkan prinsip kolaborasi kedalam sikap dan perilaku.

2. Lakukan assesmen, artinya setelah timbulnya keyakinan orang akan pentingnya kolaborasi, maka perlu diikuti adanya satu pengawasan secara berkesinambungan untuk mengadakan penilaian apakah penerimaannya karena keterpaksaan atau datang dari dalam diri yang bersangkutan untuk melakukan kolaborasi sebagai suatu kebutuhan.

3. Budaya organisasi, artinya semua anggota dalam organisasi memenuhi norma, nilai, wewenang dan ganjar yang telah disepakati bersama dalam bersikap dan berperilaku karena dengan budaya itulah dapat menuntun kita melaksanakan kolaborasi sebagai keyakinan dan kebutuhan.

4. Reaktif Adaptif, artinya setiap individu, kelompok dan organisasi harus mampu menggerakkan dalam tindakan pada saat yang mana dapat melaksanakan pikiran yang reaktif dan atau adaptif. Ukurannya dikaitkan dengan waktu dan tingkat masalah yang dihadapi, oleh karena itu dengan kolaborasi yang di topang oleh keyakinan, kebutuhan dan budaya akan dapat memusatkan bertindak kapan reaktif dan atau adaptif.

5. Sistem integrasi, artinya setiap individu, kelompok dan organisasi mampu bergerak dalam satu tindakan berdasarkan unsur keyakinan, kebutuhan, budaya, tindakan kedalam satu sistem yang dapat menyatukan penggabungan unsur yang ada agar pelaksanaan kolaborasi menjadi satu kesatuan yang bulat.

Berdasarkan keterangan yang ada di atas tersebut, setiap unsur mempunyai keterkaitan antara satu dengan yang lain. Kolaborasi dapat terjalin dengan baik jika setiap anggota yang berkolaborasi dapat bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaikan suatu kegiatan.


(20)

2.2.3 Manfaat Kolaborasi

Setiap orang yang bekerja baik itu bekerja sendiri atau bersama-sama pasti menginginkan manfaat dari apa yang mereka pekerjaan. Tentu saja manfaat itu harus berguna bagi semua pihak. Seperti halnya dengan berkolaborasi, kolaborasi dilakukan karena mempunyai manfaat dan keuntungan bagi yang melakukan kolaborasi. Seperti dijelaskan oleh Katz dan Martin yang dikutip oleh Sormin (2009:1), “manfaat kolaborasi antara lain terciptanya kesempatan untuk berbagi pengetahuan, keahlian dan teknik tertentu dalam sebuah ilmu”.

Togatorop menyatakan (2009:12) kolaborasi dilakukan dalam rangka memperoleh keuntungan sebagai berikut :

1. Meningkatkan ruang lingkup kegiatan. 2. Mengurangi biaya dan resiko.

3. Meningkatkan kemapuan secara kompleks. 4. Meningkatkan kapasitas belajar anggota. 5. Dampak kesejahteraan interval (pembiayaan).

6. Fleksibilitas dan efisiensi pada pembelian dan penggunaan peralatan.

7. Mengurangi keterlambatan waktu untuk menimbulkan kesempatan atau tantangan.

Menurut pendapat lain menyatakan keuntungan dari melakukan kolaborasi adalah :

1. Transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat memakan waktu dan terbentur beberapa masalah. Didokumentasikannya sebagian ilmu dan perkembangan terbarunya menyebabkan pengetahuan menjadi bersifat tacit, tidak menyebar dan tetap dalam kondisi seperti itu sampai ilmuwan yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskan dan mempublikasikan.

2. Pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan menambah wawasan dan perspektif baru seseorang, sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreatifitas. Efeknya akan lebih tinggi jika terjadi diantara orang- orang dari berbagai latar belakang ilmu yang berbeda.

3. Membuka kesempatan persahabatan intelektual. Peneliti akan membangun hubungan tidak hanya dengan kelompoknya yang terlibat dalam penelitian yang sedang dilakukan, tetapi juga akan berupaya memasuki jaringan yang lebih luas dalam komunikasi penelitian.


(21)

4. Peningkatan produktivitas: Kolaborasi menstimulasi peneliti untuk berkarya bersama secara produktif. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara produktivitas dan kolaborasi (Sormin, 2009:1).

Menurut Australian Goverment (2002:2), manfaat kolaborasi adalah :

1. The sharing and tranfer of knowledge, skills and tecniques, including social and team management skills.

2. The creation of critical mass in research skills, facilities and larger infrastructure.

3. Enhanced capability for creation of new knowledge.

4. Decreased lead time for research outputs and their practical application. 5. Cross-fertilisation of ideas which can generate new insights to provide

better outcomes.

6. Enhanced intellectual companionship and peer recognition.

7. The opportunity to increase the visibility of work including dissemination of information and knowledge through formal and informal networks, publication and route to end use activities.

8. The earlu integration of researchers and industry to ascertain the capacity of local industry to commercialise likely research out comes

9. Prestige and influence.

Manfaat kolaborasi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut :

1. Berbagi dan bertukar pengetahuan, keahlian dan teknik, termasuk sosial dan ahli manajemen.

2. Kreasi dari kritik massa dalam kemampuan penelitian, fasilitas dan infrastruktur yang lebih besar.

3. Mempertinggi kemampuan untuk berkreasi pada pengetahuan yang baru. 4. Mempersingkat waktu untuk hasil penelitian dan aplikasi praktis mereka. 5. Penggabungan ide yang dapat menghasilkan wawasan baru untuk

memberikan hasil yang lebih baik.

6. Meningkatkan kerjasama intelektual dan saling mengakui. 7. Penghargaan dan pengaruh.

8. Mempercepat integrasi penelitidan industri untuk mengetahui kapasitas dari industri lokal untuk mengkomersilkan seperti hasil penelitian.

9. Kesempatan untuk meningkatkan cara pandang dari informasi dan pengetahuan melalui jaringan kerja formal dan informal, publikasi dan petunjuk akhir untuk melakukan aktivitas.


(22)

Dengan adanya kolaborasi terdapat pembagian kerja dan pembagian kerja menurut keahlian masing-masing setiap anggota yang berkolaborasi. Dari beberapa manfaat kolaborasi diatas maka kolaborasi bermanfaat untuk meningkatkan adanya kerjasama antar peneliti dalam berbagai disiplin ilmu yang dapat memunculkan ide-ide baru, dengan kolaborasi tersebut suatu penelitian ataupun kegiatan dapat dilakukan dengan waktu yang singkat dan hasil yang lebih baik dibandingkan jika dikerjakan secara individu.

Sedangkan fungsi kolaborasi menurut Ginting (2004:11) yaitu :

1. Memberikan sumbangan dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tindakan yang sifatnya intelektual maupun material.

2. Dapat mengatasi permasalahan yang kompleks baik dalam lingkup kecil maupun dalam lingkup yang besar.

2.2.4 Jenis Kolaborasi

Jenis kolaborasi yang umum terjadi di kalangan peneliti dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang.. Menurut Subramanyam yang dikutip oleh Prihanto (2002:2) jenis kolaborasi terdiri dari :

1. Kolaborasi dosen dengan mahasiswa

Jenis kolaborasi ini paling sering muncul atau paling lazim dikalangan akademis. Dalam ha ini seorang dosen memberikan ide-ide, gagasan dan bimbingan serta biaya penelitian yang bisa dilakukan dalam bentuk proyek penelitian kepada mahasiswa yang melakukan proyek penelitian tersebut. Hasil atau laporan penelitiannya akan memuat atau mencantumkan nama dosen dengan mahasiswa. Hal ini dalam proses pembuatan karya tersebut telah terjadi kolaborasi diantar keduanya.

2. Kolaborasi sesama rekan

Jenis kolaborasi ini paling lazim dijumpai pada pusat-pusat penelitian (research centre). Dalam kolaborasi ini beberapa rekanan atau kolega bekerja sama dalam sebuah proyek penelitian atau lebih. Masing- masing ilmuwan memberikan sumbangan keahlian mereka dalam berbagai aspek proyek penelitian.

3. Kolaborasi penyelia (supervisor) dengan asistennya

Kolaborasi jenis ini biasa dilakukan antara peneliti senior dengan peneliti junior (asistennya). Kasus yang paling umum pada kolaborasi ini biasanya dilakukan oleh peneliti di laboratorium. Pada penelitian dilaboratorium biasanya seorang peneliti dibantu oleh laboran teknisi.

4. Kolaborasi peneliti dengan konsultan

Kolaborasi semacam ini biasa dilakukan dalam penelitian yang berskala besar. Untuk peneliti perorangan atau tim, dapat bekerjasama dengan konsultan atau lembaga konsultan khusus dalam hal pengumpulan data serta pengolahan dan analalisis data.


(23)

5. Kolaborasi antar lembaga

Ilmuan atau peneliti yang bekerja pada lembaga induk yang berbeda bekerjasama dalam melakukan proyek penelitian berguna untuk masing-masing lembaga tersebut. Kolaborasi antar lembaga ini terjadi mungkin dikarenakan rumitnya proyek penelitian yang dihadapai ataupun karena para peneliti dari sebuah lembaga memerlukan peralatan yang mahal atau memerlukan jasa khusus yang hanya dapat diperoleh dari lembaga lain. 6. Kolaborasi internasional

Kolaborasi internasional adalah kolaborasi yang paling tinggi nilainya. Kolaborasi internasional adalah kolaborasi yang dilakukan dan melibatkan hubungan internasional atau antar beberapa negara yang berkaitan dengan penelitian.

Melihat uraian tersebut setiap melakukan kolaborasi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut dapat memberikan kontribusi mereka baik berupa ide ataupun berupa dana dan dilakukan atas keinginan bersama dan keputusan bersama sehingga menguntungkan bagi semua pihak yang terlibat. Setiap pihak yang terlibat dalam kolaborasi pasti hanya ingin berkolaborasi dengan pihak yang dapat memberikan kontribusi yang menguntungkan dalam hal apapun. Karena ketika suatu pihak tidak dapat memberikan kontribusi dalam penelitian yang sedang dilakukan, maka tidak akan menguntungkan bagi pihak yang lainnya yang dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian yang dilakukan.

2.2.5 Faktor-Faktor Kolaborasi

Kolaborasi merupakan kerja sama antar peneliti dalam suatu bidang tertentu untuk menghasilkan suatu karya ilmiah. Mereka berkolaborasi dalam melakuka n kegiatan tersebut pasti mempunyai latar belakang atau faktor yang mendorong mereka untuk berkolaborasi. Misalnya saja penelitian tersebut tidak dapat dikerjakan sendiri karena alasan penelitian tersebut mempunyai masalah yang kompleks dan alasan lainnya. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan berkolaborasi diantaranya adanya pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan menambah wawasan baru bagi seseorang. Di samping karena keuntungan yang dapat diperoleh, seperti dijelaskan oleh Beaver yang dikutip oleh Sormin (2009:2) berbagai alasan lain yang mendorong peneliti berkolaborasi, yaitu:

1. Akses untuk keahlian.

2. Akses untuk peralatan, sumber daya atau bahan yang tidak dimiliki. 3. Akses keuangan.


(24)

5. Efisiensi dalam arti koordinasi diantara berbagai peneliti dari latar belakang ilmu yang berbeda (multidisiplin) dapat terlaksana secara efisien. 6. Mendapatkan kemajuan dengan cepat.

7. Mengatasi masalah yang besar, lebih penting, lebih sulit, lebih global dapat diatasi.

8. Menambah atau meningkatkan produktivitas. 9. Menciptakan jaringan informasi antarpeneliti. 10.Sebagai alat belajar kemampuan atau teknik baru.

11.Untuk memuaskan keingintahuan yang berhubungan dengan keahlian. 12.Berbagi pikiran dan perasaan dengan orang lain.

13.Untuk mengurangi kesalahan dan pendapat yang salah atau kekeliruan. 14.Target penelitian yang lebih terfokus, sehingga tidak terjadi penelitian

dengan subjek yang sama diteliti didua tempat. 15.Mengurangi kesendirian (isolasi).

16.Untuk mendidik (siswa, diri sendiri).

17.Meningkatkan pengetahuan dan terus belajar. 18.Untuk kesenangan dan hiburan.

Kesuksesan sebuah kolaborasi dapat ditentukan berdasarkan beberapa kriteria yang ada. Menurut Stack yang dikutip oleh Togatorop (2009:17) ada 3 kriteria yang menentukan suksesnya sebuah kolaborasi yaitu:

1. Goals/planning, collaboration goals and the plan for reaching them must be shared by all participating organizations. The collaboration must also be aligned with the missiosand visions of all participating organizations. Resources must be identified to accomplish the plan, and the plan must be frequently reviewed and updated as new infromation becomes available. 2. Trust, the professional relationship between collaborators must be based on

mutual respect and an interest in collaborating in a win-win manner. A collaboration may take years to develop to the point that all participants possess the trust needed to share organization-related information and maximize their core competencies.

3. Impact, the result of collaboration must be that all participating organization can be better serve their customer. However, collaborators must be flexible in realizing mutual benefit. Although a collaboration must provide tangible benefit to each organization, it must also focus on complementary core competencies and strength in order to generate a win for all customers.

Terjemahan dari 3 kriteria yang menentukan suksesnya sebuah kolaborasi yaitu : 1. Tujuan atau pencapaian, tujuan dan perencanaan kolaborasi dalam penelitian

harus ditukar oleh semua anggota partisipan organisasi. Kolaborasi harus disesuaikan dengan visi dan misi semua partisipan atau anggota organisasi. Sumber-sumber harus diidentifikasikan untuk melaksanakan rencana, dan rencana harus sering ditinjau dan diperbaharui sebagai informasi baru.


(25)

2. Kepercayaan, hubungan kerja yang potensial antara kolaborator harus didasarkan atas rasa saling menghormati dan ketertarikan dalam kegiatan kolaborasi sebagai pemenang. Sebuah kegiatan kolaborasi dapat berlangsung dalam beberapa tahun untuk mengembangkan poin yang dimiliki seluruh anggota dalam bertukar informasi yang berhubungan dengan organisasi dan memaksimalkan kompetensi utama mereka.

3. Akibat, hasil dari kolaborasi menjadikan semua anggota organisasi dapat melayani pelanggan mereka lebih baik. Kolaborator harus fleksibel dalam menyadari keuntungan-keuntungan. Meskipun kolaborasi menyediakan keuntungan yang terhitung untuk setiap organisasi, kolaborasi harus fokus dalam melengkapi kompetensi utama dan kekuatan untuk menghasilkan seorang pemenang untuk pelanggan.

Berkolaborasi dalam melakukan penelitian harus ada rasa tanggung jawab pada setiap anggotanya. Sehingga kolaborasi dapat saling menguntungkan tanpa ada pihak yang merasa dirugikan karena pada dasarnya kolaborasi terjadi karena adanya kesepakatan dari awal untuk menghasilkan sebuah penelitian yang baik.

2.2.6 Proses Penentuan Tingkat Kolaborasi

Untuk mengukur tingkat kolaborasi dalam bidang ilmu tertentu dapat digunakan rumus sebagai berikut :

C =

Ns Nm

Nm +

Keterangan :

C = tingkat kolaborasi peneliti dalam suatu disiplin ilmu, nilai C berada pada interval nol sampai dengan satu [0-1].

Nm = total hasil penelitian dari peneliti dalam suatu disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi.

Ns = total hasil penelitian dari peneliti dalam suatu disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara individual.


(26)

2.2.7 Interpretasi Tingkat Kolaborasi

Interpretasi tingkat kolaborasi dapat disimbolkan dengan C. Interpretasi nilai C yang merupakan tingkat kolaborasi peneliti tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Apabila nilai C sama dengan 0 (C = 0) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian seluruhnya dilakukan secara individual (peneliti tunggal),berarti tidak ada satupun hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Berarti pelaksanaan penelitian sama sekali tidak memerlukan bantuan atau pendekatan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain, dan memang masih dapat dilakukan secara individual.

2. Apabila nilai C lebih besar dari 0 dan kurang dari setengah (0 < C < 0,5) maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan secara individual lebih besar dibanding dengan hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian tidak semuanya memerlukan bantuan atau pendekatan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain.

4. Apabila nilai C sama dengan setengah (C = 0,5) maka dapat dikatakan bahwa banyaknya hasil penelitian dilakukan secara individu sama banyaknya dengan penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut sama-sama memerlukan bantuan dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain.

5. Apabila C lebih besar dari setengah dan kurang dari satu (0,5 < C < 1) maka dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut lebih banyak dilakukan secara berkolaborasi daripada yang dilakukan secara individu. Artinya penelitian pada bidang tersebut sangat memerlukan bantuan dari pihak lain atau ahli lain.

6. Apabila nilai C = 1, maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian seluruhnya dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian tersebut benar-benar membutuhkan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya, (Subramanyam yang dikutip oleh Sormin, 2009:3).

2.3 Produktivitas Pengarang

2.3.1 Pengertian Produktivitas Pengarang

Produktivitas sering diartikan keinginan untuk berbuat lebih baik dalam hal apapun untuk menciptakan suatu perubahan. Semakin produktif seseorang maka hasil yang didapatkan juga akan semakin baik. Begitu juga halnya dengan peneliti yang sering menghasilkan suatu karya ilmiah maka peneliti tersebut akan lebih dikenal dan perkembangan ilmu yang ditelitinya dapat semakin berkembang Semakin seringnya pengarang berkolaborasi dengan pengarang lain dalam melakukan suatu penelitian maka produktivitasnya bisa semakin tinggi dan


(27)

semakin bermutu. Hal ini dapat dilihat dari pendapat Sormin (2009:6) yang menyatakan:

Semakin sering peneliti berkolaborasi maka kualitas dan kuantitas karya tulis ilmiah yang dipublikasikan akan semakin bermutu. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya dorongan atau motivasi pertukaran ide dan interaksi antara peneliti bersangkutan dengan ilmuwan lain yang mampu menambah wawasan dan perspektif baru bagi peneliti yang melakukan kolaborasi. Di samping itu, kolaborasi juga mampu mendorong kreativitas dari peneliti untuk terus berkreasi dalam penelitian dan penulisan

Setyaningsih (2004:9) menyatakan:

Produktivitas penulis disebut juga produktivitas ilmiah. Maksudnya adalah seorang peneliti dikatakan memiliki produktivitas tinggi bila peneliti banyak menghasilkan karya ilmiah dan karya ilmiah tersebut diterbitkan pada suatu jurnal. Semakin banyak karya yang di terbitkan dalam jurnal maka banyak orang yang akan membaca hasil karyanya dan akan dimanfaatkan oleh orang lain sebagai referensi penelitian yang baru.

Hal yang hampir senada dengan pendapat diatas dinyatakan oleh Mustangimah yang dikutip oleh Sembiring (2006:16), bahwa produktivitas pengarang adalah “banyaknya karya tulis yang dihasilkan oleh seseorang secara individual dalam subjek tertentu dan diterbitkan pada jurnal-jurnal ilmiah dalam subjek yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu”.

Sedangkan pengertian produktivitas secara umum yaitu :

Suatu perbandingan antara kuantitas dan kualitas kinerja seseorang pada saat ini dengan upaya (amal perbuatan) yang sudah dilakukan seiring dengan berjalannya waktu. Konsep produktivitas ini lebih lengkap (komprehensif) daripada konteks ekonomi yang hanya dikaitkan dengan materi atau uang (Hernowo, 2006)

Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas bahwa produktivitas pengarang adalah banyaknya karya yang dihasilkan oleh seseorang dalam subjek bidang ilmu tertentu baik dalam bentuk tercetak maupun elektronik yang diterbitkan pada jurnal ilmiah.

Sikap yang produktif merupakan komitmen untuk maju dan lebih baik. Dengan hal demikian seseorang selalu melakukan perbaikan dan peningkatan dalam hal apapun. Sikap ini mendorong untuk menjadi dinamis, inovatif, dan terbuka pada hal-hal yang baru.


(28)

Begitu juga halnya dengan pengarang yang menghasilkan karya ilmiah, mereka akan terus memperbaiki atau memperbaharui penelitiannya pada bidang ilmu tertentu atau mereka akan lebih termotivasi lagi untuk lebih sering menulis baik itu dengan berkolaborasi atau melakukan penelitian secara individu. Semakin sering mereka menulis dan banyaknya karya mereka yang dipublikasikan dalam bentuk tercetak atau elektronik maka dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa pengarang tersebut cukup produktif dalam menghasilkan karya ilmiah.

2.3.2 Teknik Mengukur Produktivitas

Kolaborasi pengarang dapat digunakan untuk mengukur produktivitas seorang peneliti dalam menghasilkan suatu karya ilmiah. Untuk mengukur produktivitas tersebut dibutuhkan suatu teknik yang tepat. Pengarang yang dapat menghasilkan beberapa artikel ilmiah dalam subjek tertentu dalam bentuk tercetak dan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah atau media yang lain maka hal tersebut dapat menunjukkan bahwa pengarang tersebut cukup produktif dalam menulis.

Menurut Karisiddappa dalam Sembiring (2006:11) menyatakan, “the

scientific productivity of authors in the content of R&D is normally measured in terms of their published scientific output (research papers, reports, book and monographs) and technical output (patents, processes, innovation, etc)”. Pendapat

tersebut berarti bahwa produktivitas ilmiah seorang pengarang dalam konteks R&D biasanya diukur dalam bentuk hasil terbitan ilmiah mereka (karya ilmiah, laporan tahunan, buku dan monograf) dan hasil secara teknis (hak paten, proses, inovasi dan lain sebagainya).

Pendapat yang sesuai juga dinyatakan oleh Dewiyana (2009:35) yang menyatakan bahwa:

Produktivitas seorang pengarang dapat dilihat dari hasil karyanya yang telah diterbitkan. Nilai produktivitas pengarang dapat memberikan gambaran bagi kita tentang pengarang yang paling produktif dalam menghasilkan karya untuk kurun waktu tertentu. Jurnal ilmiah sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena memiliki informasi terbaru yang diperoleh dari hasil penelitian dari para peneliti. Pada suatu jurnal ilmiah, setiap artikel yang terkandung didalamnya ditulis oleh pengarang-pengarang yang berkompeten di masing-masing disiplin ilmu.


(29)

Mengukur produktivitas pengarang (Linsey yang di kutip oleh Gupta, Kumar dan Karisiddappa ,1997:293) dapat dilakukan melalui 3 cara, yaitu:

1. Normal count = Complete count adalah salah satu cara menetapkan berapa banyak artikel yang ditulis pengarang. Pada kepengarangan ganda, setiap pengarang dianggap menulis satu artikel.

2. Adjusted count = Fractional count adalah salah satu cara menetapkan berapa banyak artikel yang ditulis pengarang. Pada kepengarangan ganda, seorang pengarang dianggap menulis satu artikel dibagi dengan jumlah pengarang.

3. Straight count = Senior count = Primary count adalah salah satu cara menghitung berapa artikel yang ditulis pengarang. Pada kepengarangan ganda, yang diperhitungkan hanya pengarang utama saja, sedangkan penulis kedua dan seterusnya diabaikan.

Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam kajian bibliometrika dikenal tiga hukum dasar dan salah satunya Hukum Lotka. Hukum tersebut digunakan untuk menganalisis produktivitas pengarang yang dihasilkan pengarang dalam kurun waktu tertentu.

Alfred James Lotka (1880-1949), seorang ahli kimia, demografi, ekologi, dan matematika yang lahir di Lviv (Lemberg), Ukraina. Tahun 1902 ia menulis sejumlah artikel sepanjang awal dekade abad 20, dan tahun 1925 menulis sejumlah teori oscillasi kimia dan buku biologi. Lotka juga membuat sebuah program komputer yang sesuai untuk hukum distribusi. Pada dasarnya, program ini mengikuti metodologi Nicholl yaitu penggunaa secara maksimum emungkinan pendekatan estimasi parameter dan uji Kolmogrov-Sminorv ( Setyaningsih, 2004-16).

Rumus umum yang menyatakan hubungan antara frekuensi dari nama-nama pengarang (Y) yang membuat karya tertentu (X), yang kemudian disebut sebagai hukum kuadrat terbalik adalah : f (x) = n

X

C

(1)

Dimana f(x) adalah jumlah penulis dengan x artikel, x = 1,2,3,....C dan n merupakan parameter yang dihitung dengan persamaan berikut :


(30)

x1 n

x

C

= 1 (2)

Persamaan 1 umumnya ditulis sebagai berikut :

y

x =

2

x

C

(3)

Dimana x adalah banyaknya artikel yang disumbangkan oleh penulis secara individual. yx adalah banyaknya penulis yang memberikan kontribusi sebanyak x

artikel. C adalah penulis yang memberikan kontribusi 1 artikel yang merupakan konstanta pada model tertentu.

Bunyi hukum Lotka yaitu bahwa banyaknya penulis yang memberikan kontribusi x artikel (yx) berbanding terbalik dengan x yang dapat ditulis dengan

persamaan :

C = x

n

.y

x (4)

C adalah konstanta, x adalah banyaknya artikel yang disumbangkan oleh penulis secara individual, n adalah eksponen, dan yx adalah banyaknya penulis

yang memberikan kontribusi sebanyak x artikel

Dengan menggunakan kuadrat terkecil (least square) diperoleh pendugaan n sebagai berikut :

N =

∑ ∑

− −

2 2

)

( X

X N

Y X XY

N

(5)

Dimana N adalah banyaknya data yang diambil, X sama dengan log x dan Y sma dengan log y.

Dari persamaan 4 kemudian dicari konstanta C dengan persamaan berikut :


(31)

Untuk mencari yx maka persamaan 4 dirubah posisi menjadi sebagai berikut:

y

x = n

x C

y

1 = C 

     n 2 1

: (6)

: :

y

x= C 

     n x 1

Dengan menjumlahkan semua nilai pada kedua ruas maka diperoleh :

x =

n

x C

y 1

(7)

Untuk mendapatkan unit y, kedua ruas dibagi dengan ∑ yx sehingga

menjadi:

x n x x

y

x

C

y

y

=

1

(8)

Dari persamaan 8 maka konstanta C dapat dirumuskan sebagai berikut :

C =

2

1

1

x

(9)

Untuk menyelesaikan persamaan 9 maka David Singer melakukan pendekatan sebagai berikut:

( )

( )

( )

+

+

+

=

− − + ∞ − 1 1 1 1 1

1

24

2

1

1

1

1

1

p x n n n n x n

p

n

p

p

n

x


(32)

Uji Statistik Kolmogorov-Sminorv

Uji statistik Kolmogorov-Sminorv digunakan untuk menguji apakah hukum Lotka dapat diterapkan pada himpunan data tertentu, maka diperlukan pengujian secara statistik.

Secara statistik maka uji Kolmogorov-Smirnov dibentuk dengan persamaan berikut

D = max

( )

N i Y F i

1 ≤ i ≤ N

Evaluasi produktivitas pengarang juga dapat dilakukan dengan cara menganalisa seluruh pengarang dalam menghasilkan karya ilmiah dalam beberapa kurun waktu tertentu. Dengan demikian dapat dilihat produktivitas seorang pengarang dalam menghasilkan suatu karya.


(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif yang berhubungan dengan hal yang dapat diukur dengan angka dan diungkapkan secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang subyek penelitian, yaitu mengenai tingkat kolaborasi pengarang dan produktivitas pada jurnal elektronik D-Lib Magazine dan Information Research tahun 2006-2009.

3.2 Unit Analisis

Obyek penelitian ini adalah semua artikel hasil penelitian pada jurnal elektronik D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research yang terbit pada tahun 2006-2009. Kedua jurnal tersebut dapat di akses dan di download dari internet dengan alamat situ

Tabel 1. Unit Analisis untuk Jurnal Online D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research

Tahun D-lib Magazine Jumlah artikel

Information Research Jumlah artikel 2006 Volume 12, Januari

Issue 1

5 Volume 11, Januari No 2

5 Volume 12, Februari

Issue 2

6 Volume 11, April No 3

10 Volume 12, Maret

Issue 3

6 Volume 11, Juli No 4

14 Volume 12, April

Issue 4

6 Volume 12, Oktober No 1

15 Volume 12, Mei

Issue 5

4 Volume 12, Juni

Issue 6

5 Volume 12,

Juli/Agustus Issue 7/8

4 Volume 12, September

Issue 9


(34)

Tahun D-lib Magazine Jumlah artikel

Information Research Jumlah artikel 2006 Volume 12, Oktober

Issue 10

4 Volume 12, November

Issue 11

4 Volume 12, Desember

Issue 12

4 2007 Volume 13, Januari/

Februari Issue 1/2

6 Volume 12, Januari No 2

18 Volume 13, Maret/

April Issue 3/4

5 Volume 12, April No 3

14 Volume 13, Mei/ Juni

Issue 5/6

8 Volume 12, Oktober No 4

10 Volume 13, Juli/

Agustus Issue 7/8

6 Volume 13, September/

Oktober Issue 9/10

7 Volume 13, November/

Desember Issue 11/12

7 2008 Volume 14, Januari/

Februari Issue 1/2

5 Volume 13, Maret No 1

9 Volume 14, Maret/

April Issue 3/4

6 Volume 13, Juni No 2

7 Volume 14, Mei/ Juni

Issue 5/6

4 Volume 13, September No 3

7

Volume 14, Juli/ Agustus Issue 7/8

4 Volume 13, Desember No 4

5 Volume 14, September/

Oktober Issue 9/10

6 Volume 14, November/

Desember Issue 11/12

5 2009 Volume 15, Januari/

Februari Issue 1/2

6 Volume 14, Maret No 1

8 Volume 15, Maret/

April Issue 3/4

6 Volume 14, Juni No 2

8 Volume 15, Mei/ Juni

Issue 5/6

7 Volume 14, September No 3

8 Volume 15, Juli/

Agustus Issue 7/8

3 Volume 14, Desember No 4

10 Volume 15, September/

Oktober Issue 9/10

5 Volume 15, November/

Desember Issue 11/12

6


(35)

Total keseluruhan untuk semua artikel pada kedua jurnal tersebut tahun 2006-2009 yaitu 303 artikel. Artikel pada Jurnal D-Lib Magazine dimulai dari tahun 2006 berjumlah 53 artikel, tahun 2007 berjumlah 39 artikel, tahun 2008 berjumlah 30 artikel dan untuk tahun 2009 berjumlah 33 artikel sehingga untuk total keseluruhan dari tahun 2006-2009 Jurnal D-Lib Magazine mempunyai 155 artikel. Sedangkan untuk Jurnal Information Research jumlah artikel dari tahun 2006 berjumlah 44 artikel, tahun 2007 berjumlah 42 artikel, tahun 2008 berjumlah 28 artikel dan untuk tahun 2009 berjumlah 34 artikel. Untuk total artikel keseluruhan pada Jurnal Information Research berjumlah 148 artikel.

3.3 Instrumen Penelitian

Dalam setiap melakukan penelitian diperlukan suatu alat untuk mengumpulkan data dan merupakan hal yang sangat penting, karena pada prinsipnya melakukan penelitian adalah melakukan suatu pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik dokumentasi yaitu dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan browsing melalui website http://www.dlib.org untuk Jurnal D-Lib Magazine sedangkan untuk Jurnal Information Research dapat diakses melalui alamat web http://www.InformationR.net.

b. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa media elektronik yaitu internet karena jurnal yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal dalam format elektronik.

c. Mengumpulkan seluruh judul-judul artikel yang diterbitkan kedua jurnal tersebut pada tahun 2006-2009.

3.4 Metode Analisis Data 3.4.1 Kolaborasi Pengarang

Setelah data yang diperlukan terkumpulkan maka data tersebut harus diolah kemudian melakukan analisis data dari data yang sudah dikumpulkan sebelumnya.


(36)

Langkah–langkah yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu sebagai berikut :

a. Mencatat semua artikel hasil penelitian yang ada pada kedua jurnal ilmiah tersebut.

b. Membuat tabel

Pada langkah ini membuat tabel untuk masing-masing jurnal tersebut berdasarkan volume dari setiap tahun yang ditentukan, dalam tabel tiap tahunnya akan dikelompokkan Nm dan Ns beserta jumlahnya.

c. Tabel rekapitulasi

Tabel ini memuat total keseluruhan tiap tahunnya pada tabel rekapitulasi akan ditotal jumlah Nm dan Ns tiap tahunnya dan dihitung pula C.

d. Penentuan tingkat kolaborasi

Untuk menentukan tingkat kolaborasi dalam satu bidang penelitian pada tahun tertentu, maka formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

C =

Ns Nm

Nm

+

Keterangan :

C = tingkat kolaborasi peneliti dalam suatu disiplin ilmu, nilai C berada pada interval nol sampai dengan satu [0-1].

Nm = total hasil penelitian dari peneliti dalam suatu disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi.

Ns = total hasil penelitian dari peneliti dalam suatu disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara individual.

e. Rekapitulasi nilai C serta keseluruhan per tahunnya, kemudian dihitung nilai C dan menginterpretasikan nilai C untuk seluruh tahun.


(37)

3.4.2 Produktivitas Pengarang

Dalam penelitian ini, penulis melakukan evaluasi produktivitas pengarang dengan melihat jumlah karya mereka. Analisis data untuk mengetahui produktivitas pengarang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Nama pengarang disusun berdasarkan tahun terbit dan jumlah artikel yang dihasilkan secara individu ataupun berkolaborasi.

2. Rekapitulasi total keseluruhan nama pengarang yang telah disusun berdasarkan tahun terbit dengan jumlah karya yang dihasilkannya baik secara individu ataupun berkolaborasi.

3. Identifikasi pengarang individu atau pengarang kolaborasi yang lebih produktif dalam menghasikan karya ilmiah.


(38)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Jurnal

4.1.1Deskripsi Jurnal D-Lib Magazine

D-Lib Magazine mulai diterbitkan pada tahun 1995 dan tersedia secara gratis diinternet. Majalah ini menyediakan artikel-artikel ilmiah yang intinya mengenai perpustakaan digital. D-Lib Magazine diproduksi oleh Corporation for National Research Initiatives (CNRI) yang sebelumnya pada april 2006 majalah ini disponsori oleh Defense Advanced Research Project Agency (DARPA) dan National Science Foundation (NSF). Sekarang jurnal ini juga didukung oleh D-Lib Alliance.

D-Lib Magazine merupakan terbitan elektronik yang berfokus pada penelitian pengembangan perpustakaan digital, yang berisi tentang teknologi terbaru, aplikasi, dan yang berhubungan dengan sosial dan ekonomi. Tujuan utama dari majalah ini adalah pertukaran informasi tepat waktu dan efisien untuk komunitas perpustakaan digital untuk membantu perpustakaan digital menjadi lebih luas dalam berbagai disiplin bidang ilmu. D-Lib Magazine menerbitkan artikel penuh, catatan laporan singkat, book-reviews, surat, kliping, dan bagian-bagian yang luas mengenai inovasi dan penelitian pada perpustakaan digital. Beberapa anggota D-Lib yang menyumbangkan kontribusinya sebesar $5000 atau lebih setiap tahunnya seperti Columbia University Libraries, University of Notredame, National Library of New Zealand, Harvard Libraries, Syracuse University Libraries, Ex Libris dan CrossRef.

4.1.2Deskripsi Jurnal Information Research

Jurnal Information Research adalah suatu jurnal ilmiah yang tersedia secara online dan dapat diakses dimana saja dan kapan saja, yang dibuat dalam cakupan yang luas tentang disiplin ilmu yang berhubungan dengan informasi. Jurnal ini diterbitkan oleh Profesor T.D. Wilson pada tahun 1995, yang berasal dari Universitas Sheffield, dan didukung oleh Perpustakaan Lund University, Swedia, dan dari Perpustakaan Sekolah Ilmu Informasi Swedia. Jurnal ini diindeks oleh


(39)

Google Scholar, INSPEC: Enginering Village, Library, Information Science & Technology Abstracts ,LISA: Library and Information Science Abstracts. Jurnal ini juga mendapatkan beberapa penghargaan seperti Med411.com, Emerald Abstracts-Computing Coolsite, Links2Go-Library and Information Science. Information Research menerbitkan artikel dalam bidang ilmu informasi, manajemen informasi, sistem informasi, kebijakan informasi, dan kepustakawanan. Hasil penelitian yang ada pada jurnal ini terdiri dari berbagai subjek diantaranya mengenai academic libraries, access to information, action learning, action research, bibliographic databases, bibliometrics, book history, dan lain sebagainya.

4.2 Tingkat Kolaborasi Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research

Pada bagian ini dapat dilihat tingkat kolaborasi pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research tahun 2006-2009. Untuk melihat besarnya tingkat kolaborasi (C), maka data yang ada dirinci untuk tiap tahun dan per volume dan kemudian diinterpretasikan berdasarkan uraian yang ada pada bab 2, halaman 16.

4.2.1Tabulasi Jumlah Penulis Per Tahun pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research

Pada Gambar 1 berikut ini akan menjelaskan perkembangan jumlah pengarang pada kedua jurnal tersebut untuk setiap tahunnya baik yang berkolaborasi maupun individu. Jumlah pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine untuk tahun 2006 berjumlah 126 pengarang yang terdiri dari 109 pengarang kolaborasi dan 17 pengarang individu, tahun 2007 berjumlah 89 pengarang yang terdiri dari 73 pengarang kolaborasi dan 16 pengarang individu, tahun 2008 berjumlah 77 pengarang yang terdiri dari 64 pengarang kolaborasi dan 13 pengarang individu, untuk tahun 2009 total pengarang berjumlah 81 pengarang yang terdiri dari 72 pengarang berkolaborasi dan 9 pengarang individu.

Sedangkan untuk Jurnal Information Research jumlah pengarang pada tahun 2006 berjumlah 98 pengarang yang terdiri dari 81 pengarang kolaborasi dan 17


(40)

pengarang individu, tahun 2007 berjumlah 89 pengarang terdiri dari 66 pengarang kolaborasi dan 23 pengarang individu, tahun 2008 berjumlah 60 pengarang terdiri dari 50 pengarang berkolaborasi dan 10 pengarang individu, untuk tahun 2009 jumlah pengarang berjumlah 81 pengarang yang terdiri dari 71 pengarang kolaborasi dan 9 pengarang individu.

Berdasarkan keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan jumlah pengarang pada kedua jurnal tersebut. Jumlah pengarang yang terbanyak untuk kedua jurnal tersebut berada pada tahun 2006. Dan untuk tahun 2007 kedua jurnal tersebut memiliki jumlah pengarang yang sama yaitu sama-sama berjumlah 89 pengarang walaupun terdiri dari pengarang kolaborasi dan jumlah pengarang individu yang berbeda.

Gambar 1 : Jumlah Pengarang Per Tahun pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research

4.2.2Daftar Rincian Tingkat Kolaborasi Pengarang Per Tahun pada Jurnal D-Lib Magazine dan Jurnal Information Research tahun 2006-2009

Daftar rincian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kolaborasi yang paling tinggi per tahun dan kolaborasi yang paling terendah per tahunnya.

1) Kolaborasi Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2006 Vol. 12 No. 1-12.

0 20 40 60 80 100 120 140

Jumlah Pengarang

2006 2007 2008 2008

Tahun

Jumlah Pengarang Per Tahun Pada Jurnal D-Lib Magazine dan Information Research

D-Lib Magazine


(41)

Pada Tabel 2 menunjukkan tingkat kolaborasi pengarang sebesar 0,67 (67 %) yang terdiri dari 36 artikel yang ditulis secara berkolaborasi dan 17 artikel yang ditulis secara individu sehingga total artikel yang ada pada Jurnal D-Lib Magazine tahun 2006 berjumlah 53 artikel.

Besarnya nilai C (0,67) tersebut yang diinterpretasikan bahwa nilai C lebih besar dari setengah dan lebih kecil dari satu (0,5 < C <1), maka dapat dikatakan bahwa artikel ilmiah yang dimuat pada Jurnal D-Lib Magazine tahun 2006 lebih banyak dilakukan secara berkolaborasi daripada yang dilakukan secara individu. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa artikel yang dimuat pada jurnal tersebut membutuhkan bantuan dari pihak lain atau tenaga ahli lainnya.

Tabel 2 : Kolaborasi Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2006 Vol. 12 No. 1-12.

Pengarang Berkolaborasi Nm

Pengarang Individu Ns

Tingkat Kolaborasi Pengarang C = Nm/(Nm + Ns)

36 17 0,67

2) Kolaborasi Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2007 Vol. 13 No. 1-12.

Tingkat kolaborasi pada Jurnal D-Lib Magazine volume 13, tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 13. Berdasarkan data yang ada pada Tabel 13 tersebut dapat diuraikan bahwa total jumlah artikel yang ada pada Jurnal D-Lib Magazine tahun 2007 sebanyak 39 artikel yang terdiri dari 23 artikel yang ditulis secara berkolaborasi dan 16 artikel yang ditulis secara individu.

Besarnya nilai C pada Jurnal D-Lib Magazine tahun 2007 sebesar 0,58 (58 %) yang dapat diinterpretasikan bahwa C lebih besar dari setengah tetapi lebih kecil dari satu (0,5 < C < 1), maka dapat dikatakan bahwa artikel yang dimuat pada Jurnal D-Lib Magazine tahun 2007 lebih banyak dilakukan secara berkolaborasi daripada dilakukan secara individu. Berdasarkan keterangan tersebut dapat


(42)

diambil kesimpulan bahwa artikel yang dimuat pada jurnal tersebut membutuhkan bantuan dari pihak lain atau tenaga ahli lainnya.

Tabel 3 : Kolaborasi Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2007 Vol. 13 No. 1-12.

Pengarang Berkolaborasi Nm

Pengarang Individu Ns

Tingkat Kolaborasi Pengarang C = Nm/(Nm + Ns)

23 16 0,58

3) Kolaborasi Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2008 Vol. 14 No. 1-12.

Pada Tabel 4 menunjukkan tingkat kolaborasi pengarang sebesar 0,56 (56%) yang terdiri dari 17 artikel yang ditulis secara berkolaborasi dan 13 artikel yang ditulis secara individu sehingga total artikel yang ada pada Jurnal D-Lib Magazine tahun 2008 berjumlah 30 artikel.

Besarnya nilai C (0,56) tersebut yang diinterpretasikan bahwa nilai C lebih besar dari setengah dan lebih kecil dari satu (0,5 < C < 1), maka dapat dikatakan bahwa artikel ilmiah yang dimuat pada Jurnal D-Lib Magazine tahun 2008 lebih banyak dilakukan secara berkolaborasi daripada yang dilakukan secara individu. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa artikel yang dimuat pada jurnal tersebut membutuhkan bantuan dari pihak lain atau tenaga ahli lainnya.

Tabel 4 : Kolaborasi Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2008 Vol. 14 No. 1-12.

Pengarang Berkolaborasi Nm

Pengarang Individu Ns

Tingkat Kolaborasi Pengarang C = Nm/(Nm + Ns)


(43)

4) Kolaborasi Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2009 Vol. 15 No. 1-12.

Pada tabel 5 menunjukkan tingkat kolaborasi pengarang sebesar 0,72 (72 %) yang terdiri dari 24 artikel yang ditulis secara berkolaborasi dan 9 artikel yang ditulis secara individu sehingga total artikel yang ada pada Jurnal D-Lib Magazine tahun 2009 berjumlah 33 artikel.

Besarnya nilai C (0,72) tersebut yang diinterpretasikan bahwa nilai C lebih besar dari setengah dan lebih kecil dari satu (0,5 < C < 1), maka dapat dikatakan bahwa artikel ilmiah yang dimuat pada Jurnal D-Lib Magazine tahun 2009 lebih banyak dilakukan secara berkolaborasi daripada yang dilakukan secara individu. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa artikel yang dimuat pada jurnal tersebut membutuhkan bantuan dari pihak lain atau tenaga ahli lainnya.

Tabel 5 : Kolaborasi Pengarang pada Jurnal D-Lib Magazine Tahun 2009 Vol. 15 No. 1-12.

Pengarang Berkolaborasi Nm

Pengarang Individu Ns

Tingkat Kolaborasi Pengarang C = Nm/(Nm + Ns)

24 9 0,72

5) Kolaborasi Pengarang pada Jurnal Information Research Tahun 2006 Vol. 11 No. 2-4 dan Vol.12 No.1

Pada Tabel 6 menunjukkan tingkat kolaborasi pengarang sebesar 0,61 (61 %) yang terdiri dari 27 artikel yang ditulis secara berkolaborasi dan 17 artikel yang ditulis secara individu sehingga total artikel yang ada pada Jurnal Information Research tahun 2006 berjumlah 44 artikel.

Besarnya nilai C (0,61) tersebut yang diinterpretasikan bahwa nilai C lebih besar dari setengah dan lebih kecil dari satu (0,5 < C < 1), maka dapat dikatakan bahwa artikel ilmiah yang dimuat pada Jurnal Information Research tahun 2006


(1)

Figure 13a shows a map that includes Fs, Fo, consecration, and information-technology-orientation, but not the variables relating to high regard for technological innovation in one's own or others' work (FTs or FTo). Except for one relative outlier from Group C, the respondents cluster close together, with strong intermixing of members from different groups. Figure 13b shows the same map, but with the scale on the x axis adjusted to eliminate the outlier from Group C. This has the effect of zooming in to better see how members of the four groups are intermixed on this map. Thus, when the focus is on innovation in writing more generally, regardless of the technology used to produce the writing, the respondents are intermixed on the map. There are no clear distinctions to be made between the groups in that context. The more- and less-consecrated, and more- and less-information-technology-oriented authors, show the same basic distribution across the map. This reflects a relative homogeneity in their aesthetic positions with regard to general innovation in writing. Bourdieu (1996) and others have argued that valuation of innovative writing is a core value of the literary community, and the evidence in the current study reinforces that idea. Respondents across all four groups expressed high valuation of innovation in writing.

Figure 13a: Multiple correspondence analysis map with non-

technological innovation.Figure 13b: Multiple correspondence analysis map with non-technological innovation, without outlier.

Figures 14a and 14b are similar to 13a and 13b, except that they incorporate data for the variables relating to high regard for technological innovation in one's own or others' work (FTs, FTo), Fs, Fo, consecration, and information-technology-orientation. One author, from Group C, remains an outlier in Figure 14a. Figure 14b is the same map as 14a, but again with the scale on the x axis adjusted to eliminate the outlier. There is some intermingling of the groups, e.g., in the upper left quadrant where a member of Group D is clustered with members of Groups A and B. The overall pattern, however, shows separation between the more- and less-information-technology-oriented groups. The respondents in Groups A and B, the more information-technology-oriented groups, cluster in the upper left quadrant. The respondents in Groups C and D scatter more widely than do the respondents in Groups A and B, but the C and D respondents lie intermixed with each other more than with the respondents from Groups A and B.


(2)

Figure 14a: Multiple correspondence analysis map with technological and non-technological innovation. Figure 14b: Multiple correspondence analysis map with technological and non-technological innovation, without outlier.

These maps help to illustrate one of the key findings in the current study: support for intensifying use of technology, a conceptual construct posited in the first study in this series (Paling and Nilan 2006). As mentioned earlier, this concept has three elements: recognition of new forms of support for a key value; incomplete rejection of traditional forms of support for the key value; and placement of greater emphasis on the newer forms of support.

In Figure 12, which is based on data that includes the variables FTs and FTo, the technology-related variables, shows greater dispersion of the respondents. Their opinions diverge with regard to technological innovation in writing. In contrast, Figures 13a and 13b, which include the variables Fs and Fo, the variables that address the valuation of innovative writing regardless of the technology used to produce it, show all but one outlier respondent clustered relatively close together, with the groups intermixed.

Figures 14a and 14b include FTs, FTo, Fs, Fo, as well as consecration and information-technology-orientation (the last two variables are incorporated in the earlier maps, as well). The members of each group cluster close together in most cases, and there is less intermixing between the groups. Members of Groups A and B, the more information-technology-oriented groups, recognize newer forms of support for avant-garde-ism. This helps create the spread seen in Figure 12. But their incomplete rejection of traditional forms of support helps create the closer clustering seen in Figure 13b. It emerged clearly in the qualitative data (Paling 2008) that the authors in Groups A and B supported the general valuation of avant-garde literature, but preferred the newer forms of support. The maps provide graphic illustration of those differences and similarities between the groups.


(3)

Figure 15: Comparative multiple correspondence analysis maps with uniform axes.

Figure 15 shows one final comparison. The three maps in Figure 15 reproduce, respectively, Figures 12, 13a, and 14a. The x and y axes, though, have been altered so that they are the same in all three maps. This allows more effective side-by-side comparison since the axes were not uniform in the earlier figures. Figure 15a, which includes the variables FTs and FTo,but not Fs or Fo, shows the greatest dispersion overall, and relatively strong separation between the groups. This reflects the variation in the valuation of technological innovation in writing. Figure 15b, which includes the variables Fs and Fo, but not FTs and FTo, shows a lower level of dispersion, and strong intermixing between the groups. This reflects the consensus valuation within the literary community of innovation in writing without regard to the technology used to produce the writing. Finally, Figure 15c, which includes the variables FTs, FTo, Fs, and Fo, shows relatively low dispersion, but retains the overall separation between the groups. This reflects the consensus about general innovation in writing, but the mixed opinions about technological innovation in writing. Along with those similarities and differences of opinion, measures of consecration and information-technology-orientation also help establish groups of authors who have taken similar positions within the literary field. Juxtaposing the identically scaled maps side by side makes the comparisons easier.

Summary and conclusions

Multiple correspondence analysis offers strong interpretative utility for studies in which we want to reduce multidimensional data to a smaller number of dimensions for graphical display. It had particular interpretative utility for the current study in which the authors' aesthetic positions were part of the primary focus. It allowed the construction of spaces that not only took into account Bourdieu's concept of consecration, but also allowed the incorporation of additional evidence related to information-technology-orientation. This additional measurement could be done without the maps, but these allow us to see not only where the respondent's lie with respect to each other, but also where they lie with respect to categorical positions such as extreme valuation of technological innovation in writing. The technique thus serves as a complement to tabular or qualitative data which can be difficult to interpret for trends, once the number of questions or data dimensions grows past a small number.


(4)

The current study accomplished several methodological goals. It allowed us to go beyond feature interviews with individual authors and into structured empirical inquiry. Bourdieu (1984, 1996) had already done that. However, his work differed from the current study in several ways: it did not take into account the role of information technology in the working lives of literary authors and his work covered a wide swath of the arts in less depth than the current series of studies. By focusing exclusively on literary authors the current study allowed us to begin assembling a detailed picture of how their use of information technology affects their work.

Multiple correspondence analysis also aided the substantive goals of the study, which found supporting evidence for Positive Regard for Avant-garde-ism, and for Intensifying Use of Technology. The quantitative results with respect to Positive Regard for Avant-garde-ism were interesting in themselves, but the maps added a useful interpretative dimension to the discussion; they made it possible to visualize what the techno-literary space occupied by the respondents looked like. We could see which authors ended up grouped together and how closely different groups clustered. It became apparent, for example, that the more information-technology-oriented authors who valued technological innovation in writing had a smaller range of opinions than did the less information-technology-oriented authors. That kind of trend is more difficult to spot in tabular data. The maps made the trends much more apparent and interpretable.

The current study is part of a series of developmental studies; consequently, the scales and categories being used are also developmental. The use of maps aided the adjustment of those scales. This was particularly important with respect to the consecration scale. The basic items on the scale, minor awards, major awards, etc., were relatively easy to define. However, the quantitative values applied to the items were more difficult to specify. The maps allowed us to see what effect various versions of the scaling had on the respondents' positions in techno-literary space. For example, increasing the numeric spread on the consecration scale had two benefits. First, the increased spread opened up tight clusters of positions, making the map more readable. More importantly, the maps that incorporated the data with the increased spread also matched the qualitative data more closely, making for a better conceptual fit. Thus, in addition to aiding interpretation of the current study, the maps also pointed toward productive questions for future studies. Those studies could provide evidence to aid refinement of scales for phenomena such as consecration. For example, the studies might explore how much emphasis members of the literary field give to particular types of awards. That opens the possibility of valid scales for measuring perceptions of consecration on the part of literary authors. The current scales for consecration and information-technology-orientation, however, have proved adequate for data exploration.

The idea of mapping techno-literary spaces has clear usefulness. Previous efforts by Bourdieu (1984, 1996) have been successful in establishing the utility of multiple correspondence analysis maps for describing the aesthetic positions of members of artistic communities such as American literary writing.


(5)

Understanding those positions helps us to understand the values that typify social structures such as genres, and how actors within artistic communities can support, subvert, or alter those values. The previous work has not clearly established how information technology use by members of artistic communities can be used in those processes of valuation. The current series of studies has begun to establish the role of the technology in supporting and altering the values that have typified American literary publishing. Literary authors can use the technology to establish new and innovative forms of literature and those new forms of literature, if accepted by the literary community, can expand the range of artistic possibilities. As the practitioners of those new technological possibilities age into more consecrated positions, the new forms of literature become part of the palette of the consecrated avant-garde. The maps played a productive role in demonstrating that by aiding interpretation of the data and by aiding exploration of possible alternatives in scale development. These are important steps in establishing Literature and Art Informatics as a thoroughgoing approach to studying the effect of information technology use on the activities of authors and other artists.

Note

An earlier version of this paper was presented at the Social Informatics Symposium at the Annual Meeting of the American Society for Information Science and Technology in Milwaukee, WI, on October 19th, 2007.

References

Blasius, J., & Thiessen, V. (2006). Assessing data quality and construct comparability in cross-national surveys. European Sociological Review, 22(3), 229-246.

Bourdieu, P. (1984). Distinction: a social critique of the judgment of taste. Cambridge, MA: Harvard University.

Bourdieu, P. (1996). The rules of art: genesis and structure of the literary field. Stanford, CA: Stanford University.

Clausen, S. (1998). Applied correspondence analysis: an introduction. Thousand Oaks, CA: Sage.

Doré, S., & Ojasso, T. (2001). How to analyse publication trends by correspondence factor analysis: analysis of publications by 48 countries in 18 disciplines over 12 years. Journal of the American Society for Information Science and Technology, 52(9), 763-769.

Gauch, H.G. (1982). Multivariate analysis in community ecology. Cambridge: Cambridge University Press.

Greenacre, M.J. (1984). Theory and applications of correspondence analysis. Orlando, FL: Academic Press.

Greenacre, M.J. and Hastie, T. (1987). The geometric interpretation of correspondence analysis. Journal of the American Statistical Association, 82(398), 337-447.

Kling, R. (1999). What is Social Informatics and why does it matter? D-Lib Magazine, 5, 1. Retrieved 12 September, 2006, from http://www.dlib.org/dlib/january99/kling/01kling.html. (Archived by WebCite® at http://www.webcitation.org/5guns9Ayt)

Paling, S. (2006). Artistic use of information technology: toward a definition of Literature and Art Informatics. Paper presented at the Annual Meeting of the


(6)

American Society for Information Science and Technology Social Informatics Symposium, Austin, TX.

Paling, S. (2008). Technology, genres, and value change: literary authors and artistic use of information technology . Journal of the American Society for Information Science and Technology, 59(8), 1-14.

Paling, S., & Nilan, M. (2006). Technology, values, and genre change: the case of little magazines. Journal of the American Society for Information Science and Technology, 57(7), 862-872.

Rawlings, C.M., & Bourgeois, M.D. (2004). The complexity of institutional niches: credentials and organizational differentiation in a field of U.S. higher education. Poetics, 32(6), 411-437.

Sanz-Casado, E., Martín-Moreno, C., Garcia-Zoríta, C., & Luscurain-Sánchez, M.L. (2004). Study of interdisciplinarity in chemistry research based on the production of Puerto Rican scientists 1992-2001. Information Research, 9(4). Retrieved 12 August, 2008, from http://informationr.net/ir/9-4/paper182.html. (Archived by WebCite® at http://www.webcitation.org/5gund4oxl)

Shen, X., Li, D., & Shen, C. (2006). Evaluating China's university library Web sites using correspondence analysis. Journal of the American Society for Information Science and Technology, 57(4), 493-500.

Sintas, J.L., & Álvarez, E.G. (2004). Omnivore versus univore consumption and its symbolic properties: evidence from Spaniards' performing arts attendance. Poetics, 32(6), 463-483.

How to cite this paper

Paling, S. (2009). "Mapping techno-literary spaces: adapting multiple correspondence analysis for literature and art informatics" Information Research, 14(2) paper 401. [Available from 22 May, 2009 at http://InformationR.net/ir/14-2/paper401.html]

Find other papers on this subject