Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1. Kerangka Teori

II.1.1 Komunikasi

II.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Setiap orang selalu berusaha untuk mengadakan komunikasi yang efektif dengan lawan bicaranya. Di dalam kehidupan setiap orang selalu dihiasi dengan kegiatan berkomunikasi. Dimulai ketika bangun dari tidur hingga sampai pada saat tidur lagi. Bahkan tanpa disadari, ketika tidur pun komunikasi dapat terjadi. Dengan kata lain komunikasi ada dimana-mana, dan memenuhi hampir seluruh waktu seseorang.

Manusia merupakan mahkluk sosial yang selalu berusaha untuk menjalin hubungan dengan manusia lain. Berdasarkan paradigma Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.7

Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi yang menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.8

Komunikasi merupakan satu bentuk tingkah laku, apabila seseorang berkomunikasi yang bersangkutan bukan merespon informasi yang sampai kepadanya, tetapi apabila seseorang berkomunikasi ia berusaha untuk member informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi

7

Effendi, Onong Uchyana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung;Remaja Rosdakarya,1994. Hal.10 8


(2)

permasalahan yang sedang dihadapinya agar ia mempunyai gambaran yang lebih tepat tentang situasi lingkungan yang perlu dihadapinya.

Dalam pengertian paradigmatic, komunkasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televise, film maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dan sebagainya.9

II.1.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsure-unsur komunikasi.

Adapun unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut10: 1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi, atau lebaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source atau sender.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui

9

Effendi, Onong Uchyana. 2003. Dinamika Komunikasi. Bandung;Remaja Rosdakarya,1994. Hal.10 10


(3)

media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content, atau information.

3. Media

Media yang dimaksud disini ialah yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.

Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, bulletin, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televise, video recording, audio cassette dan sebagainya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media.


(4)

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai penerimaan pesan.

6. Tangggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik juga bisa bersal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik misalnya geografis. Komunikasi sering sekali sulti dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam


(5)

berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.

Jadi setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung satu sama lainnya.

II.2.1 Komunikasi Pembangunan

II.2.1.1 Pengertian Pembangunan dan Komunikasi Pembangunan

Pembangunan menurut Rogers (1969, 1971) adalah proses-proses yang terjadi pada level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan modernisasi menunjuk pada proses yang terjadi pada level individu. Rogers sendiri (1978) mengubah rumusan yang pernah dibuatnya tentang pembangunan dari apa yang pernah dikemukakannya sebelumnya (1971, 1973, 1976) dengan menyatakan pembangunan sebegai suatu proses perubahan sosial yang bersifat partisipatori secara luas untuk memajukan keadaan sosial dan kebendaan termasuk keadilan yang lebih besar, kebebasan dan kualitas yang dinilai tinggi yang lainnya, bagi mayoritas masyarakat melalui perolehan mereka akan kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya.

Sedangkan pembangunan menurut Tehranian (1979) adalah mengartikan istilah kemajuan(progres), pembangunan(development), dan modernisasi, sebagai suatu fenomena historis yang sama, yaitu suatu transisi dari masyarakat yang agraris ke masyarakat industrial.

Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah “as an integral part of development, and communication as a set of variables instrumental in bringing about


(6)

development“ (Roy dalam Jayaweera dan Anumagama, 1987). Siebert, Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan negara. Sehingga dapat kita artikan bahwa komunikasi pembangunan adalah proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat. Komunikasi pembangunan sendiri memiliki dua pengertian, baik secara luas maupun secara sempit. Pengertian komunikasi pembangunan secara luas adalah peran dan fungsi komunikasi (sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan penbangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan yang ditujukan pada masyarakat luas.11

II.3.1 Komunikasi Kelompok

II.3.1.1 Defenisi Komunikasi Kelompok

Menurut Anwar Arifin (1984) komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang

11

Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the socio-economic benefits ga p:,Media Asia ,(5).


(7)

atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.Dari dua definisi di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.

Menurut Dedy Mulyana (2007) kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya. Berikut beberapa klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya menurut para ahli :

II.3.1.2 Kelompok primer dan sekunder.

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya : 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.

Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage(perilaku yang kita tampakkan dalam


(8)

suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

2. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.

3. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

4. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

5. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.

II.3.1.3 Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif.

II.3.1.4 Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif melihat proses pembentukan kelompok secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga:


(9)

· kelompok pertemuan. · kelompok penyadar.

Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh setiap anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

II.4.1 Peningkatan Pendapatan

II.4.1.1 Indikator Peningkatan Pendapatan

Sesuai dengan variabel yang digunakan peneliti yaitu peningkatan pendapatan nelayan, maka disini juga dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan itu sendiri, khususnya dalam bidang pembangunan daerah. Indikator peningkatan pendapatan merupakan salah satu acuan dalam proses pembangunan, setelah dijelaskan dalam latar belakang masalah antara keterkaitan pembangunan, difusi inovasi, dan pertanian khususnya sub-sektor perikanan, Indonesia memiliki konsep dasar dan ilustrasi dari pertumbuhan ekonomi. Antara lain (Michael. P Todaro, 1983:140):

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian/proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan/ditanam untuk memperbesar output/luaran dan


(10)

penghasilan di kemudian hari. Pabrik-pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan barang-barang itu akan menambah ‘persediaan modal’ fisik dari suatu negara yang memungkinkan untuk mencapai tingkat output yang lebih besar. Investasi-investasi

‘produktif secara langsung’ ini ditambah dengan investasi-investasi yang sering dikenal

dengan ‘infrastruktur’ sosial dan ekonomi seperti jalan-jalan, listrik, air, dan sanitasi, komunikasi dan lain-lain yang mempermudah dan mengintergrasikan semua kegiatan dan lain-lain.

2. Perkembangan populasi (Angkatan Kerja)

Perkembangan populasi dan yang berhubungan dengan itu, walaupun terlambat, meningkatnya angkatan kerja secara tradisional sudah dianggap faktor yang positif dalam rangka merangsang pertumbuhan ekonomi. Banyaknya angkatan kerja berarti besar produktifitas tenaga kerja, sedangkan banyaknya populasi secara keseluruhan meningkat pula jumlah pasar-pasar yang potensial dalam negeri. Akan tetapi, yang perlu dipersoalkan adalah, apakah pertumbuhan persedian/penawaran tenaga kerja di negara -negara yang sedang berkembang akan memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap kemajuan ekonomi. Sudah tentu, hal ini tergantung pada kemampuan system ekonomi untuk bisa menyerap dan memperkerjakan secara produktif tambahan tenaga kerja ini untuk kemampuan yang pada umumnya berhubungan dengan itu, seperti keahlian dalam bidang teknologi-teknologi perikanan yang dirancang secara tradisional dan tepat sasaran.

3. Kemajuan Teknologi

Sekarang sudah waktunya kita membicarakan factor yang ketiga, yang paling penting bagi ahli ekonomi maupun ilmu sosial lainnya. Dalam bentuk yang sederhana, kemajuan teknologi adalah hasil dari cara-cara baru yang telah diperbaiki dalam melakukan


(11)

pekerjaan tradisionla, seperti cara menanam gandum, membuat pakaian jadi, dan membangun rumah.

Kemajuan teknologi yang seimbang terjadi, apabila telah dicapai tingkat output/luaran yang lebih tinggi dengan kuantitas dan kombinasi faktor masukan yang sma. Pembaharuan-pembaharuan yang sederhana seperti yang ditimbulkan dari ‘pembagian

tenaga kerja’, bisa menghasilkan tingkat jumlah output yang lebih tinggi dan konsumsi

yang lebih besar bagi semua individual. Dalam hubungannya dengan analisa kemungkinan produksi, perubahan teknologi seimbang, yang katakanlah dua kali jumlah output secara konseptual dengan menduakalikan semua masukan produktif.

Dengan pengenalan ini kita telah mengetahui pertumbuhan ekonomi yang sederhana, sekarang kita bisa melihat dengan lebih hati-hati lagi pada pengalaman-pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi dari negara-negara yang sekarang sudah maju untuk menganalisa secara terperinci keadaan/sifat kedua faktor ini, yaitu faktor non-ekonomis dan ekonomis yang mendasari pertumbuhan jangka panjang.12

II.5.1 Teori Difusi Inovasi

II.5.1.1 Pengertian dan Tahapan dalam Teori Difusi Inovasi

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through

certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan

12


(12)

bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”

Sesuai dengan pemikiran Rogers (1969, 1971), dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

1. Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

2. Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. 3. Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai

memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.


(13)

4. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.13

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents).

Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:

1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.

2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.

3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.

4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

13

Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the socio-economic benefits ga p:,Media Asia ,(5).


(14)

5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. (Rogers, 1995).14

II.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan operasional penelitian, adapun variabel penelitian yang digunakan ada dua yaitu: 1) Variabel bebas atau independent variable (x)

Variable bebeas merupakan variable yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu variable lain. Variable bebas dalam penelitian ini adalah Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

2) Variabel terikat atau dependent variable (y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

II.3 Model Teoritis

II.4 Operasional Variabel

14

Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the socio-economic benefits ga p:,Media Asia ,(5).

Variabel bebas (x) Penangkapan ikan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram

Kab. Batu Bara

Variabel terikat (y) Pendapatan Nelayan

Kec.Tj. Tiram Kab. Batu Bara

Variabel Z Karakteristik


(15)

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Karakteristik Responden (z) a. Jenis Kelamin b. Pendidikan c. Usia

d. Posisi dalam satuan Kapal Variabel Bebas (x)

Difusi Inovasi Penangkapan ikan

a. Pengetahuan b. Persuasi c. Keputusan d. Implementasi e. Konfirmasi Variabel Terikat (y)

Peningkatan pendapatan Nelayan Kec.Tj. Tiram Kab. Batu Bara

a. Kemajuan teknologi

b. Perkembangan populasi (angkatan kerja)

c. Akumulasi modal

II.5 Defenisi Operasional

Pada bagian ini, peneliti harus mampu menghubungkan atau membuat suatu hubungan antara konsep abstakdengan dunia empiris melalui observasi dengan menggunakan berbagai instrument. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah menjelaskan prosedur yang memungkinkan seseorang mengalami atau mengukur suatu konsep

Berdasarkan penjelasan singkat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pada bagian ini variabel operasional diberikan suatudefenisi yang kemudian akan berguna dalam mengukur konsep.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang dapat didefenisiskan antara lain : Karakteristik Responden(z)


(16)

a. Jenis Kelamin, yakni jenis kelamin responden Nelayan Kec.Tj. Tiram Kab. Batu bara. Pada penelitian ini, peneliti mengkhususkan responden seluruhnya berjenis kelamin laki-laki saja.

b. Pendidikan, yakni pendidikan terakhir responden yakni, tidak tamat, tidak pernah sekolah, SD, SMP, SMA, Akademi, Perguruan Tinggi.

c. Usia, yakni usia responden yang mengisi kuesioner.

d. Posisi dalam satuan kapal, yaitu kemudi, mesin, ikat jaring, buang/tarik jaring, dan kernet.

Variabel bebas (x)

a. Pengetahuan, yakni memahami fungsi dari inovasi yang digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.

b. Persuasi, yakni bagaimana pembentukan sikap baik atau buruk akan inovasi yang digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.

c. Keputusan, yakni bagaimana pengambilan keputusan suatu adopsi inovasi terbaru yang mengarah pada diterima atau tidak oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara. d. Implementasi, yakni penetapan penggunaan suatu inovasi oleh Nelayan Kec. Tj.

Tiram Kab. Batu Bara.

e. Konfirmasi, yakni mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang telah dibuat sebelumnya oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara. Variabel Terikat (y)

a. Kemajuan teknologi, yakni alat-alat penangkapan ikan yang digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.

b. Perkembangan populasi, yakni penyerapan tenaga kerja dalam penangkapan ikan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.


(17)

c. Akumulasi modal, yakni perhitungan pengeluaran dan pemasukan modal yang dikeluarkan/diterima oleh Nelayan Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu Bara.

II.6 Hipotesis

Secara etimologis, Hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dan Thesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna sehingga disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis, yaitu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2001:90). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh teknologi yang digunakan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara terhadap peningkatan pendapatan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara. Ha : Ada pengaruh teknologi yang digunakan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara


(1)

bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its

ultimate users or adopters.”

Sesuai dengan pemikiran Rogers (1969, 1971), dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

1. Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep

’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

2. Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. 3. Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai

memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.


(2)

4. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.13

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents).

Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:

1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit

pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan

keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.

2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.

3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.

4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

13

Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the socio-economic benefits ga p:,Media Asia ,(5).


(3)

5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. (Rogers, 1995).14

II.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan operasional penelitian, adapun variabel penelitian yang digunakan ada dua yaitu: 1) Variabel bebas atau independent variable (x)

Variable bebeas merupakan variable yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu variable lain. Variable bebas dalam penelitian ini adalah Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

2) Variabel terikat atau dependent variable (y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

II.3 Model Teoritis

II.4 Operasional Variabel 14

Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the socio-economic benefits ga p:,Media Asia ,(5).

Variabel bebas (x) Penangkapan ikan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram

Kab. Batu Bara

Variabel terikat (y) Pendapatan Nelayan

Kec.Tj. Tiram Kab. Batu Bara

Variabel Z Karakteristik


(4)

Variabel Teoritis Variabel Operasional

Karakteristik Responden (z) a. Jenis Kelamin

b. Pendidikan c. Usia

d. Posisi dalam satuan Kapal Variabel Bebas (x)

Difusi Inovasi Penangkapan ikan

a. Pengetahuan b. Persuasi c. Keputusan d. Implementasi e. Konfirmasi Variabel Terikat (y)

Peningkatan pendapatan Nelayan Kec.Tj. Tiram Kab. Batu Bara

a. Kemajuan teknologi

b. Perkembangan populasi (angkatan kerja)

c. Akumulasi modal

II.5 Defenisi Operasional

Pada bagian ini, peneliti harus mampu menghubungkan atau membuat suatu hubungan antara konsep abstakdengan dunia empiris melalui observasi dengan menggunakan berbagai instrument. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah menjelaskan prosedur yang memungkinkan seseorang mengalami atau mengukur suatu konsep

Berdasarkan penjelasan singkat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pada bagian ini variabel operasional diberikan suatudefenisi yang kemudian akan berguna dalam mengukur konsep.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang dapat didefenisiskan antara lain : Karakteristik Responden(z)


(5)

a. Jenis Kelamin, yakni jenis kelamin responden Nelayan Kec.Tj. Tiram Kab. Batu bara. Pada penelitian ini, peneliti mengkhususkan responden seluruhnya berjenis kelamin laki-laki saja.

b. Pendidikan, yakni pendidikan terakhir responden yakni, tidak tamat, tidak pernah sekolah, SD, SMP, SMA, Akademi, Perguruan Tinggi.

c. Usia, yakni usia responden yang mengisi kuesioner.

d. Posisi dalam satuan kapal, yaitu kemudi, mesin, ikat jaring, buang/tarik jaring, dan kernet.

Variabel bebas (x)

a. Pengetahuan, yakni memahami fungsi dari inovasi yang digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.

b. Persuasi, yakni bagaimana pembentukan sikap baik atau buruk akan inovasi yang digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.

c. Keputusan, yakni bagaimana pengambilan keputusan suatu adopsi inovasi terbaru yang mengarah pada diterima atau tidak oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara. d. Implementasi, yakni penetapan penggunaan suatu inovasi oleh Nelayan Kec. Tj.

Tiram Kab. Batu Bara.

e. Konfirmasi, yakni mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang telah dibuat sebelumnya oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara. Variabel Terikat (y)

a. Kemajuan teknologi, yakni alat-alat penangkapan ikan yang digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.

b. Perkembangan populasi, yakni penyerapan tenaga kerja dalam penangkapan ikan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.


(6)

c. Akumulasi modal, yakni perhitungan pengeluaran dan pemasukan modal yang dikeluarkan/diterima oleh Nelayan Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu Bara.

II.6 Hipotesis

Secara etimologis, Hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dan Thesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna sehingga disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis, yaitu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2001:90). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh teknologi yang digunakan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara terhadap peningkatan pendapatan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara. Ha : Ada pengaruh teknologi yang digunakan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara


Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Bilih Di Danau Toba Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir

4 69 61

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

1 38 102

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 5 102

KARAKTERISTIK NELAYAN DI DESA BANDAR RAHMAT KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA.

2 13 24

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 14

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 2

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 11

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 2

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 11

Analisis Tingkat Kesejahteraan dan Pola Pendapatan Nelayan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara

0 3 13