Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

(1)

DIFUSI INOVASI PENANGKAPAN IKAN DAN PENINGKATAN

PENDAPATAN NELAYAN

(Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten

Batubara)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

Oleh: Rizky Ananda

110904001

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika di kemudian hari saya terbukti

melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Rizky Ananda NIM : 110904001 Tanda Tangan :


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh,

Nama : Rizky Ananda

NIM : 110904001

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul Skripsi : Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan

(Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Tanggal :


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdullillah puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, serta tidak lupa pula Salawat dan Salam kepada Rasulullah SAW sebagai revolusioner sejati yang mana telah memberikan sinar kehidupan melalui Al-Quran dan Sunnah-Nya sebagai pedoman hidup bagi peneliti.

Penulisan skripsi ini berjudul tentang Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan, merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Sebagai umat manusia yang sesuai kodratnya, peneliti menyadari bahwa pengetahuan,kemampuan serta kesempatan yang ada pada peneliti, oleh karena itu peneliti menerima setiap kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Baddaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Fatma Wardi Lubis, MA, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

3. Ibu Dewi Kurniawati, M.Si, P.hD selaku dosen wali dan dosen pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing peneliti selama pengerjaan skripsi ini.

4. Semua dosen Ilmu Komunikasi, Pak Suwardi Lbs, Bu Nurbani, Bu Mazda, Bu Dayana, Kak Emil, Bang Hendra, Bang Haris maupun dosen-dosen lain yang pernah membimbing peneliti dalam setiap mata kuliah.

5. Untuk kedua orang tuaku, Danda Sasmita. SE, M.Si dan Maryani yang tak henti-hentinya memberi nasehat dan mendukung peneliti untuk selalu giat dalam mengejar cita-cita supaya kelak menjadi anak yang sukses dan berbakti kepada orang tua.

6. Untuk Saudariku, Dhea Indah Sari Sasmita yang sering bertengkar dirumah, tetap jadi adikku yang baik dan kusayang.


(5)

7. Khusus buat Tri Nanda Lestari selaku motivator dan penyemangat peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Buat mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu dalam penelitian ini.

9. Buat Kak maya, Pak Udin, Pak Tangkas, Bang Ardi atas bantuannya.

10. Buat kakak-kakak dan Abang-abang di Laboratorium Komunikasi, khususnya Kak Puan, Kak Anim, Bang Alvin.

11. Buat kawan-kawan Stambuk 2011 yang tidak lupa member dukungan kepada peneliti, Edi, Yudha, Nurul, Beni, Khaidir, Anda, Wulan, Ismi, Devi, Tetty, Nabilla, Tania, Noeg, Tomy, Bebeb, Yohan, Irend, dan yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu.

Akhir kata peneliti memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan dan peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi seluruh pembaca serta berguna bagi yang membutuhkannya. Amin yaa rabbal alamin.

Peneliti


(6)

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rizky Ananda

NIM : 110904001

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Royalti Non Ekslusif (Non- ekslusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan

(Studi Korelasional pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama sya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarmya.

Dibuat di : Medan

Pada Tanggal : Januari 2015 Yang Menyatakan


(7)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai korelasi Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.penelitian ini memfokuskan pada penelitian korelasional yang melihat hubungan antara dua variabel, yang mana merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk,(1) mengetahui difusi inovasi penangkapan ikan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, (2) memperoleh gambaran tentang kehidupan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara (3) untuk mengetahui besarnya pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. Penelitian ini menggunakan teori Difusi Inovasi sebagai pendekatan dalam penyelesaiannya. Sedangkan pisau analisis atau instrumen analisis data, peneliti menggunakan teknik analisis tabel tunggal menurut Singarimbun. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti adanya hubungan antara penyerapan inovasi-inovasi alat penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan di kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti subjek-subjek yang terkait dengan tujuan dari penelitian ini yaitu nelayan. Kategori nelayan di sini, diartikan sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan menangkap ikan di laut dengan menggunakan sarana seperti kapal, jaring dan sebagainya. Sesuai dengan pembatasan masalah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan selesai dan dibatasi kepada nelayan yang berada pada dua desa yaitu nelayan desa Bogak dan nelayan desa Bagan Dalam. Berdasarkan perumusan masalah yang diteliti yaitu “ Bagaimanakah pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara”, dimana diperoleh hasil dari pengolahan data menggunakan program SPSS bahwa adanya hubungan antara variabel difusi inovasi penangkapan ikan dengan variabel peningkatan pendapatan nelayan memiliki hubungan linier yang sangat kuat dan positif namun tidak signifikan. Hasil analisa data secara detail adalah thitung diperoleh sebesar 2,8175 dimana total responden adalah 112 orang dan diperoleh ttabel 1,65870. Sesuai dengan rumus hipotesis maka apabila t tabel lebih besar daripada t hitung, hasilnya tidak signifikan. Penyebab kuatnya hubungan antara difusi inovasi penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan tersebut disebabkan masih banyaknya nilai-nilai tradisonal yang dianut oleh para nelayan, sehingga efekstifitas dari penangkapan ikan, teknologi yang digunakan, sera pendapatan yang didapat juga masih minim. Antusias para nelayan akan teknologi baru tetapi harus tetap menjaga kelestarian alam demi tercipatanya keselarasan sumber hayati menjadi pendorong yang sangat kuat berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh.

Kata kunci :


(8)

ABSTRACT

This thesis contains is research of correlation Diffusion of Innovation and Improvement Revenue Fishing Fishermen Fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. This reasearch oysters this correlational study focuses on the relationship between two variables, which is a quantitative research. This study aims to, (1) determine the diffusion of innovations fishing in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, (2) obtain a picture of lives at fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara (3) to determine the influence of the diffusion of innovation fishing with fishing income generation sub-district oysters Tanjung Batu Bara district. This study uses the Diffusion of Innovations theory as an approach in solving. While the analysis knife or instrument data analysis, researchers used a single table analysis technique according Singarimbun. In this study, researchers sought to examine the relationship between the absorption of innovations in fishing gear to increase the income of fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. In this study, researchers examined subjects related to the objectives of this study are fishermen. Category fishermen here, is defined as someone who has a job to catch fish in the sea by means such as boats, nets and so on. In accordance with the restrictions on the research problem. The research was conducted in November 2014 through the completion and restricted to the fishermen who were in two villages, Bogak village dan Bagan Dalam village. Based on the formulation of the problem under study is "What is the impact of innovation diffusion fishing to increased fishing income subdistrict district of Tanjung Tiram Coal", which obtained the results of data processing using SPSS that the relationship between the variables of innovation diffusion fishing with variable increase in the income of fishermen have a relationship a very strong linear and positive but not significant. The results detailed analysis from data was obtained at 2.8175 tcount where the total respondents were 112 people and obtained ttable 1.65870. In accordance with the formula hypothesis that if ttable is greater than tcount, the result is not significant. The cause of a strong relationship between the diffusion of innovation fishing with fishing revenue increase was due to still many traditional values espoused by the fishermen, so the Effectiveness of fishing, the technology used, sera obtained income is still minimal. Enthusiastic about new technology but the fishermen will had to keep the preservation of nature for created a alignment of biological resources into a very strong driving force based on analysis of data obtained.

Keywords:

Diffusion of Innovation, Development Communication, Fishermen, correlations, Increased Revenue.


(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………. i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ……….... ii

LEMBAR PENGESAHAN ………...………... iii

KATA PENGANTAR ……….. iv

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……… vi

ABSTRAK ………. vii

DAFTAR ISI ………. viii

DAFTAR GAMBAR ……… xi

DAFTAR TABEL ……… xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 10

1.3 Pembatasan Masalah ………. 10

1.4 Tujuan Penelitian ……….. 10

1.5 Manfaat Penelitian ……… 11

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori ……… 12

2.1.1 Komunikasi ………... 12

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi ……… 12

2.1.1.2 Unsur-unsur Komunikasi ………. 13

2.2.1 Komunikasi Pembangunan ……….. 16

2.2.1.1 Pengertian Pembangunan dan Komunikasi Pembangunan … 16 2.3.1 Komunikasi Kelompok ……… 18

2.3.1.1 Defenisi Komunikasi Kelompok ………... 18

2.3.1.2 Kelompok primer dan Kelompok Sekunder …….………. 18

2.3.1.3 Kelompok Keanggotaan dan Kelompok Rujukan ………….. 19


(10)

2.3.1.4 Kelompok Deskriptif dan Kelompok Prespektif ……… 20

2.4.1 Peningkatan Pendapatan ………. 20

2.4.1.1 Indikator Peningkatan Pendapatan ………. 20

2.5.1 Teori Difusi Inovasi ……… 22

2.5.1.1 Pengertian dan Tahapan dalam Teori Difusi Inovasi ………. 23

2.2 Kerangka Konsep ……… 25

2.3 Model Teoritis ………. 26

2.4 Operasional Variabel ………... 26

2.5 Defenisi Operasional ………... 27

2.6 Hipotesis ……….. 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………. 29

3.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 29

3.1.2 Kabupaten Batu Bara ………... 29

3.1.2.1 Luas Wilayah dan Topografi ……… 29

3.1.2.2 Perkembangan Produksi Perikanan ……….. 31

3.2 Metode Penelitian ……… 32

3.3 Populasi dan Sampel ……… 39

3.3 Populasi ………... 39

3.2 Sampel ………. 40

3.4 Teknik Penarikan Sampel ……… 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ……….. 42

3.6 Teknik Analisis Data ………... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tabel Tunggal ………. 44

4.1.1 Karakteristik Responden ……… 44


(11)

4.1.3 Peningkatan Pendapatan Nelayan ………. 54

4.2 Analisis Tabel Silang ……… 60

4.3 Pengujian Hipotesis ……….. 61

4.3.1 Hasil Uji Korelasi Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan

Nelayan ……… 62

4.3.2 Hubungan Variabel Karakteristik dengan Variabel Peningkatan Pendapatan

Nelayan………. 62

4.3.3 Hubungan Variabel Difusi Inovasi dengan Variabel Peningkatan Pendapatan

Nelayan ……… 63

4.3.4 Independent Sample Test ………... 65

4.4 Pembahasan ……… 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ……… 69


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Peta Kabupaten Batu Bara Gambar 2 : Kapal Tradisional Perahu Gambar 3 : Kapal Tradisional Sampan Gambar 4 : Kapal Modern Pukat Temonong Gambar 5 : Kapal Modern Pukat Katrol Gembung Gambar 6 : Kapal Modern Pukat Teri

Gambar 7 : Pasar Kerang

Gambar 8 : Nelayan Ikan Asin

Gambar 9 : “BOM” atau TPI


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 ……….………..31

Tabel 2 ……….………..32

Tabel 3 ……….………..34

Tabel 4 ……….………..45

Tabel 5 ……….………..46

Tabel 6 ……… ………..47

Tabel 7 ……… ………..47

Tabel 8 ………….………..48

Tabel 9 ….………..48

Tabel 10 ………...………..49

Tabel 11 ...………..50

Tabel 12 ………...………..50

Tabel 13 ………...………..50

Tabel 14 ………...………..51

Tabel 15 ……….51

Tabel 16 ………...51

Tabel 17 ……….52

Tabel 18 ……….52

Tabel 19 ……….53

Tabel 20 ……….54

Tabel 21 ………...54

Tabel 22 ……….55

Tabel 23 ..………..……….55

Tabel 24 ..……….………..56

Tabel 25 ………...57


(14)

Tabel 27 ..………...58

Tabel 28 ..……….…..58

Tabel 29 …………..………..60

Tabel 30 ………..………..63

Tabel 31 …………..………..65

Tabel 32 …..………..68


(15)

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai korelasi Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.penelitian ini memfokuskan pada penelitian korelasional yang melihat hubungan antara dua variabel, yang mana merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk,(1) mengetahui difusi inovasi penangkapan ikan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, (2) memperoleh gambaran tentang kehidupan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara (3) untuk mengetahui besarnya pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. Penelitian ini menggunakan teori Difusi Inovasi sebagai pendekatan dalam penyelesaiannya. Sedangkan pisau analisis atau instrumen analisis data, peneliti menggunakan teknik analisis tabel tunggal menurut Singarimbun. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti adanya hubungan antara penyerapan inovasi-inovasi alat penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan di kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. Dalam penelitian ini, peneliti meneliti subjek-subjek yang terkait dengan tujuan dari penelitian ini yaitu nelayan. Kategori nelayan di sini, diartikan sebagai seseorang yang memiliki pekerjaan menangkap ikan di laut dengan menggunakan sarana seperti kapal, jaring dan sebagainya. Sesuai dengan pembatasan masalah penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai dengan selesai dan dibatasi kepada nelayan yang berada pada dua desa yaitu nelayan desa Bogak dan nelayan desa Bagan Dalam. Berdasarkan perumusan masalah yang diteliti yaitu “ Bagaimanakah pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara”, dimana diperoleh hasil dari pengolahan data menggunakan program SPSS bahwa adanya hubungan antara variabel difusi inovasi penangkapan ikan dengan variabel peningkatan pendapatan nelayan memiliki hubungan linier yang sangat kuat dan positif namun tidak signifikan. Hasil analisa data secara detail adalah thitung diperoleh sebesar 2,8175 dimana total responden adalah 112 orang dan diperoleh ttabel 1,65870. Sesuai dengan rumus hipotesis maka apabila t tabel lebih besar daripada t hitung, hasilnya tidak signifikan. Penyebab kuatnya hubungan antara difusi inovasi penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan tersebut disebabkan masih banyaknya nilai-nilai tradisonal yang dianut oleh para nelayan, sehingga efekstifitas dari penangkapan ikan, teknologi yang digunakan, sera pendapatan yang didapat juga masih minim. Antusias para nelayan akan teknologi baru tetapi harus tetap menjaga kelestarian alam demi tercipatanya keselarasan sumber hayati menjadi pendorong yang sangat kuat berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh.

Kata kunci :


(16)

ABSTRACT

This thesis contains is research of correlation Diffusion of Innovation and Improvement Revenue Fishing Fishermen Fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. This reasearch oysters this correlational study focuses on the relationship between two variables, which is a quantitative research. This study aims to, (1) determine the diffusion of innovations fishing in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara, (2) obtain a picture of lives at fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara (3) to determine the influence of the diffusion of innovation fishing with fishing income generation sub-district oysters Tanjung Batu Bara district. This study uses the Diffusion of Innovations theory as an approach in solving. While the analysis knife or instrument data analysis, researchers used a single table analysis technique according Singarimbun. In this study, researchers sought to examine the relationship between the absorption of innovations in fishing gear to increase the income of fishermen in kecamatan Tanjung Tiram kabupaten Batu Bara. In this study, researchers examined subjects related to the objectives of this study are fishermen. Category fishermen here, is defined as someone who has a job to catch fish in the sea by means such as boats, nets and so on. In accordance with the restrictions on the research problem. The research was conducted in November 2014 through the completion and restricted to the fishermen who were in two villages, Bogak village dan Bagan Dalam village. Based on the formulation of the problem under study is "What is the impact of innovation diffusion fishing to increased fishing income subdistrict district of Tanjung Tiram Coal", which obtained the results of data processing using SPSS that the relationship between the variables of innovation diffusion fishing with variable increase in the income of fishermen have a relationship a very strong linear and positive but not significant. The results detailed analysis from data was obtained at 2.8175 tcount where the total respondents were 112 people and obtained ttable 1.65870. In accordance with the formula hypothesis that if ttable is greater than tcount, the result is not significant. The cause of a strong relationship between the diffusion of innovation fishing with fishing revenue increase was due to still many traditional values espoused by the fishermen, so the Effectiveness of fishing, the technology used, sera obtained income is still minimal. Enthusiastic about new technology but the fishermen will had to keep the preservation of nature for created a alignment of biological resources into a very strong driving force based on analysis of data obtained.

Keywords:

Diffusion of Innovation, Development Communication, Fishermen, correlations, Increased Revenue.


(17)

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan akhir pembangunan adalah untuk meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat melalui peningkatan pendapatan. Tingkat pendapatan tersebut kerap digunakan sebagai indikator tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Bila dilihat lebih jauh peningkatan pendapatan tersebut belum menjamin perbaikan kesejahteraan anggota masyarakat luas karena tingkat pendapatan yang bervariasi antar rumah tangga sesuai dengan tingkat penguasaan sumberdaya dan kemampuan mengelolanya. Dengan perkataan lain bahwa peningkatan pendapatan suatu komunitas tidak selalu diikuti perbaikan distribusi di antara anggotanya. Pada tahun 1955, Kuznets memperkenalkan pemikiran perihal hubungan antara ketidakmerataan pendapatan dengan tingkat keberhasilan pembangunan.

Peneliti disini tidak hanya menyorot bagaimana pembangunan dapat berhasil, tetapi juga menghubungkan beberapa elemen lain yang terkait dalam pembangunan. Pembangunan, juga tak luput dari sitem komunikasi yang digunakan, dalam penjelasan ini pembangunan akan lebih condong kepada komunikasi penyuluhan sebagai saraana dalam menyampaikan maksud dan tujuan kepada masyarakat tentang pembangunan yang akan dilaksanakan. Saat ini model komunikasi yang digunakan tidak hanya bersifat linier (garis lurus) tetapi sudah bersifat memusat karena proses. Tetapi perlu diperhatikan bahwa dalam komunikasi penyuluhan pertanian khususnya bidang perikanan tujuan komunikasi jangan terlalu berat sebelah; artinya ketiga maksud komunikasi harus seimbang disesuaikan dengan tujuan penyuluhan. Tujuan Penyuluhan Pertanian/Perikanan menyangkut perubahan perilaku yang meliputi tiga unsur yaitu pengetahuan, keterampilan dan sikap mental (perasaan, emosi, minat, apresiasi).


(18)

Dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian ketiga unsur perilaku itu harus diperhatikan unsur mana yang harus diberi tekanan. Kualitas perilaku yang ingin dicapai hasilnya akan ditentukan oleh ketiga unsur perilaku tersebut. Tujuan penyuluhan pertanian yang khususnya bersifat persuasif (menyentuh perasaan) supaya orang yang kita suruh timbul minatnya. Iklan-iklan di TV banyak menyangkut segi persuasifnya, meskipun entertainmentnya kadang-kadang ada, segi persuasif ini lebih banyak menentukan perubahan perilaku dari pada pengetahuan dan keterampilan.

Keterkaitan antara pembangunan dan komunikasi tidak hanya berhenti sampai di sini, tetapi juga harus tetap melihat hubungan pendapatan dan distribusinya. Hubungan antara tingkat pendapatan dan ketidakmerataan distribusi pendapatan dihipotesakan berupa 2 bentuk hubungan dengan pola U-terbalik. Artinya, distribusi pendapatan cenderung semakin timpang pada tahap awal pembangunan dan kemudian cenderung lebih merata pada tahap selanjutnya sejalan dengan perbaikan tingkatpendapatan. Generalisasi demikian lebih dikenal sebagai hipotesa Kuznets (Robinson 1976).1

Hipotesa Kuznets tersebut didukung oleh banyak literatur dan penelitian empirik tentang hubungan antara derajat ketidakmerataan distribusi pendapatan dan keberhasilan pembangunan, antara lain (Lydall,1973), (Kanbur dan Haddad,1994), (Nafziger,1990), (Fogel,1989), (Ahluwalia,1974) dan (Rowley,1988). Kelompok peneliti ini lebih memfokuskan diskusinya dengan didasarkan pada estimasi kedua indikator tersebut antarnegara (cross-country estimation). Sementara (Nurmanaf,2001) yang menggunakan data desa sebagai unit analisis turut mendukung hipotesa tersebut. Dukungan yang sama juga dilakukan oleh Nurmanaf (2004) dengan menggunakan data kabupaten sebagai unit analisis.

1

Nurmanaf, A.R., A. Djulin, H. Supriadi, Sugiarto, Supadi, N.R. Agustin, J.F. Sinuraya .S. Budhi. 2004. Panel Petani Na siona l (Pa tana s): Ana lisis Struktur Sosia l Ekonomi Ma sya ra kat Pedesa an. Laporan Penelitian. Puslitbang Sosek Pertanian.Badan Litbang Pertanian.hal 143-148


(19)

Ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat pendapatan tergantung pada tipedan tingkat pembangunan ekonomi. Tingkat pendapatan yang meningkat dan distribusi yang membaik terjadi pada keadaan pembangunan ekonomi mampu meningkatkan pendapatan sektor tradisional (traditional sector enrichment) dan memperlebar sector modern (modern sector enlargement). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa distribusi pendapatan cenderung membaik pada kasus pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebagai akibat peningkatan pendapatan secara signifikan pada sektor tradisonal (traditonal sector enrichment). Sebaliknya distribusi pendapatan semakin memburuk karena peningkatan pendapatan sektormodern Field (1979).2 Sementara More (1990) berpendapat bahwa tingkat

ketidakmertaan pendapatan, pada kenyataannya mengikuti pola berbentuk U terbalik untuk kasus pertumbuhan dengan melebarnya sektor berpendapatan tinggi (highincomesector enlargement growth).

Islam dan Khan (1986) menunjukkan bahwa tingkat ketidakmerataan distribusi pendapatan berkorelasi dengan tingkat pendapatan propinsi-propinsi di Indonesia. Walaupun relasinya lemah dan terletak pada batas tidak signifikan secara statistik, pola hubungannya menunjukkan bahwa propinsi-propinsi dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki tingkat ketidakmerataan yang tinggi pula. Kecenderungan demikian kiranya mendukung tahap awal dari hipotesa dengan pola U terbalik untuk kasus pertumbuhan sektor berpendapatan tinggi yang melebar. Mirip dengan ini, data Bank Dunia dalam The 3 World Development Report 1985 menunjukkan adanya hubungan yang lemah antara distribusi pendapatan dan pembangunan ekonomi.3

2

Nurmanaf, A.R. 2004. Analisis bentuk Hubungan Antara Tingkat Pengeluaran dan Distribusinya Diantara Rumah Tangga: Kasus di Propinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Buletin Ristek Balitbangda Jawa Barat. Vol.3 No.1, Juni 2004. Halamam 12-20.

3


(20)

Sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang, teknologi baru di bidang pertanian dan inovasi/pembaharuan-pembaharuan dalam praktek-praktek pertanian adalah merupakan pra-kondisi bagi usaha-usaha perbaikan dalam tingkat luaran dan produktivitas.

Ada sumber pembaharuan teknologi yang bisa meningkatkan hasil-hasil pertanian maupun pendapatan. Sayang sekali, kedua sumber ini mempunyai implikasi-implikasi yang sangat berbeda bagi pembangunan negara-negara dunia ketiga. Yakni, adalah pengenalan terhadap pertanian ’mekanisasi’ sebagai ganti tenaga kerja manusia. Akan tetapi daerah -daerah pertanian dalam negara-negara sedang berkembang pada umumnya tanah dan sumber daya alam lainnya dibagi-bagi dalam petak-petak kecil, modalnya langka/kurang, dan tenaga kerja berlimpah, maka pengenalan atau pemakaian alat-alat teknik mekanisasi pertanian yang besar-besar bukan hanya seringkali tidak sesuai dengan keadaan lingkungan secara fisik, tetapi juga lebih penting lagi, seringkali mempunyai efek yang menimbulkan pengangguran yang lebih meningkat di daerah-daerah pedesaan.

Peneliti menyorot beberapa aspek dalam penelitian ini yaitu, pertumbuhan inovasi-inovasi di bidang pertanian dimana, mengarah pada kedua aspek yang sangat signifikan terutama keberlangsungan hidup masyarakat dan pembangunan itu sendiri. Ketidakmampuan pemerintah pusat dan daerah memberikan sumbangsih yang berarti dalam bidang pertanian, menjadi persoalan yang sampai sekarang ini belum bisa dituntaskan secara merata. Indikator keberhasilan pembangunan sebuah negara, dapat dilihat dari keberhasilannya dalam memanfaatkan sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang ada dengan tanggung jawab yang besar.

Teori komunikasi yang dipaparkan merupakan pandangan umum tentang komunikasi sebagai perantara tetapi ada komunikasi lain yang bisa digunakan, yaitu komunikasi kelompok baik primer maupun sekunder. Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang


(21)

anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota -anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita. Metode yang diterapkan harus mampu merangsang sasaran untuk selalu siap (dalam arti sikap dan pikiran) dan dengan suka hati melakukan perubahan-perubahandemi perbaikan mutu hidupnya sendiri, keluarganya dan masyarakatnya. Terjadinya perubahan ” context dan content” pembangunan pertanian dalam era reformasi, mengakibatkan terjadi pula perubahan sasaran dalam penyuluhan pertanian.4

Perhatian pemerintah terhadap masalah ini diaktualisasikan dengan dibentuknya Departemen Ekplorasi Kelautan dan Periklanan, dengan adanya departemen tersebut, diharapkan potensi kelautan Indonesia yang sangat besar dapat dimanfaatkan secara optimal. Kebijakan pemerintah ini adalah suatu hal yang wajar, mengingat potensi kelautan Indonesia sangat besar dan beragam, yakni memiliki 17.058 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.0000 km dan luas 5,8 juta km2 atau sebesar 70 persen dari luas total Indonesia, sedangkan

potensi lestari sumber daya perikanan adalah sebesar 6.167.940 ton per tahun (Budiharsono,2001). Hal tersebutlah yang secara sederhana dapat dikatakan bahwa sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak nelayan belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan tidak meningkat.

Dalam rangka mewujudkan Pembangunan Nasional yang dilakukan melalui Pembangunan Nasional terpadu dan menyeluruh, maka pembangunan sektor ekonomi mutlak diperlukan yaitu pembangunan ekonomi yang berimbang, dimana terdapat kemampuan dan

4


(22)

kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kekuatan dan kemajuan pertanian yang tangguh dengan sasaran untuk menaikkan tingkat kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Upaya peningkatan kehidupan untuk lebih sejahtera dilakukan dengan peningkatan setiap produk yang dihasilkan sektor kegiatan ekonomi. Keterangan ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Milton dan Raeman (1973) bahwa pembangunan ekonomi dalam kenyataannya cenderung untuk lebih menekankan kepada kenaikan kuantitatif produksi yang ditujukan untuk mempertinggi kesejahteraan penduduk.5

Upaya yang dilakukan dalam kaitannya dengan rencana kebijaksanaan pembangunan sektor pertanian, khususnya sub sektor perikanan bertujuan untuk:

a. Meningkatkan produksi dan mutu hasil perikanan baik untuk memenuhi pangan, gizi, dan bahan baku industri dalam negeri serta ekspor hasil perikanan.

b. Meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan nilai tambah serta meningkatkan pendapatan nelayan.

c. Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta menunjang pembangunan daerah.

d. Meningkatkan pembinaan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup.

e. Penyampaian gagasan berdasarkan komunikasi pembangunan terkait pemberdayaan tersebut serta bagaimana difusi inovasi diperkenalkan kepada sumber daya manusia yang ada (Milton dan Raeman, 1973).

Ketergantungan nelayan terhadap laut yang menjadi sumber mata pencaharian merupakan faktor yang mempengaruhi kegigihannya dalam meningkatkan produktivitasnya,

5


(23)

dengan meningkatkan jumlah produksi masyarakat disertai dengan lancarnya faktor pemasaran maka pendapatan masyarakat akan bertambah tinggi, bertambah tingginya pendapatan masyarakat berarti masyarakat tersebut dapat memenuhi kebutuhannya secara baik.

Dengan kenyataan tersebut maka sudah sewajarnyalah apabila potensi sumber daya perikanan yang ada dikembangkan penangkapannya untuk kemakmuran rakyat dengan tetap memelihara dan menjaga kelestarian sumber daya perikanan ini, disamping memperhatikan faktor-faktor yang menunjang perolehan produksi nelayan tersebut.

Upaya percepatan Industrialisasi Kelautan dan Perikanan yang telah dicanangkan sejak tahun 2012 membutuhkan berbagai inovasi dan teknologi, dengan pondasi penguasaan ilmu pengetahuan yang kuat. Di sisi lain, pemerintah juga dituntut untuk terus memperkuat daya saing bangsa menjelang diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015. Maka untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya untuk mengembangkan inovasi dan teknologi di bidang kelautan dan perikanan. Pasalnya, inovasi dan teknologi memiliki peranan yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan daya saing produk perikanan Indonesia di tingkat Global. Selain itu juga dapat berkontribusi bagi peningkatan daya saing bangsa Indonesia ke depan.

Pada tanggal 8 Desember 2006 DPR menyetujui RUU (Rancangan Undang-Undang) Kabupaten Batu Bara. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 15 Juni 2007 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan. Kabupaten Batu Bara memiliki 7 Kecamatan yang diantaranya 4 didominasi daerah pesisir dan 3 didominasi oleh daerah pertanian. Kabupaten ini didominasi oleh masyarakat yang bermata pencaharian sebagai nelayan dan turut serta dalam peningkatan pendapatan daerah.


(24)

Kabupaten Batubara menyimpan potensi yang sangat besar bagi pengembangan agribisnis dibidang pengusahaan perikanan dan kelautan. Kabupaten Batubara memiliki garis pantai sepanjang ± 119 km. Namun demikian sampai saat ini potensi yang sangat besar tersebut belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi sumber-sumber daya pesisir dan kelautan Kabupaten Batubara yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan bagi penanaman modal, adapun daerah sentra nelayan terdapat 7 ( tujuh ) kecamatan. Kabupaten Batubara merupakan salah satu Kabupaten yang baru masuk di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2006 dan mempunyai potensi dalam menghasilkan produksi perikanan laut yang terbesar diantara kabupaten lainnya.6

Sebagian besar wilayah kabupaten Batu Bara berada dipinggir laut, tak heran jika nelayan menjadi mata pencarian utama, disamping pertanian dan perkebunan. Kantor kecamatan ini terletak hanya beberapa ratus meter dari pinggiran laut yang langsung menghadap selat Malaka. Wilayah ini mempunyai Dermaga dan TPI (Tempat Penjualan Ikan) yang dikenal sebagai "BOM". Nama BOM ini mengacu pada sejarah ketika Jepang masuk ke Sumatera Timur melalui dermaga ini. Dan untuk memuluskan jalan masuk Jepang membom wilayah ini. Reruntuhan dan puing-puing bekas "pemboman" , berupa pancang-pancang bangunan terbuat dari beton yang dicor besi yang menjorok ke laut masih bisa dilihat sampai sekarang. Laut menjadi penghubung antara wilayah ini dengan negeri jiran, Malaysia.

Dimasa lalu dua penduduk dari dua wilayah perbatasan negara ini bebas saling berkunjung, namun sekarang ketika sistem manajemen yang lebih baik, aktivitas tersebut sudah tidak berjalan lagi. Wilayah ini awalnya mempunyai laguna yang indah, namun seiring dengan terjadingan penambangan pasir laguna dan pasir kuarsa putih itupun sekarang sudah rusak dan tinggal sisa-sisa saja.

6


(25)

Pendapatan nelayan yang tidak menentu yang menjadi sebab nelayan di kabupaten Batu Bara kurang sejahtera. Nelayan menghasilkan pendapatan ditentukan oleh musim ikan atau tidak, dan tidak adanya standar ketetapan harga yang menjadi patokan dalam pekerjaan mereka. Permasalahan yang sering dihadapi adalah, saat musim ikan banyak, maka harga yang dipatok cukup murah sebaliknya, musim ikan tidak banyak, harga yang dipatok sangat tinggi. Kebanyakan nelayan sampai saat ini lebih memilih mendistribusikannya ke TPI ( Tempat Pelelangan Ikan) yang ada di kota tanjung balai, dimana harga ikan disana cukup tinggi. Tetapi kendala yang sampai saat ini belum terpecahkan adalah, biaya yang dikeluarkan nelayan untuk mengangkut hasil tangkapan sangat mahal. Seorang nelayan harus mengeluarkan biaya kurang lebih setengah juta untuk bisa menyewa motor angkut.

Keadaan ini juga semakin parah, ketika seorang nelayan yang mendapatkan penghasilan dari hasil tangkapan. Kebanyakan pendapatan dari penjualan hasil tangkapan bukan dibelanjakan untuk kebutuhan primer atau sekunder oleh nelayan, tetapi dibelanjakan untuk kepentingan tersier. Inilah gambaran yang hampir keseluruhan terjadi di tengah nelayan-nelayan kabupaten Batu Bara.

Peran komunikasi pembangunan sangat dibutuhkan untuk menyuarakan bahwa di sektor perikanan dapat dijadikan penunjang dalam perwujudan pembangunan nasional. Komunikasi yang efektif diharapkan akan mampu memberi sumbangan yang positif dalam menitikberatkan sektor pertanian dan perikanan sebagai fokus utama dalam perwujudan pembangunan tadi. Dalam kancah komunikasi sendiri pemanfaatan teori difusi inovasi (Everett Rogers) yakni teori tentang bagaimana suatu ide- ide baru, teknologi ataupun gebrakan baru kepada masyarakat akan semakin digenjot kembali demi pemanfaatan sumber daya perikanan dan perwujudan pembangunan nasional seutuhnya.


(26)

Dari uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini:

“Bagaimanakah pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara?”

I.3 Pembatasan Masalah

 Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu menguji hubungan antara pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan terhadap peningkatan pendapatan nelayan.

 Objek penelitian ini dibatasi kepada nelayan di Desa Bagan Dalam dan Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

 Jadwal penelitian dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga selesai. I.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui difusi inovasi penangkapan ikan di Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu Bara.

2. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran pendapatan nelayan Kabupaten Batubara.

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh difusi inovasi penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu Bara.

I.5 Manfaat Penelitian


(27)

1. Sebagai masukan bagi akademisi untuk dapat menuangkan inovasi-inovasi khususnya dibidang kelautan dan perikanan yang berkaitan dengan perbaikan kualitas hidup masyarakat nelayan.

2. Sebagai masukan kepada Pemerintah daerah dan pihak lain, dalam upaya mencari pendekatan dan strategi terbaik dalam melakukan upaya dalam meningkatkan taraf hidup nelayan

3. Bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya untuk melihat keterkaitan penangkapan ikan dengan peningkatan pendapatan nelayan.


(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1. Kerangka Teori

II.1.1 Komunikasi

II.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Setiap orang selalu berusaha untuk mengadakan komunikasi yang efektif dengan lawan bicaranya. Di dalam kehidupan setiap orang selalu dihiasi dengan kegiatan berkomunikasi. Dimulai ketika bangun dari tidur hingga sampai pada saat tidur lagi. Bahkan tanpa disadari, ketika tidur pun komunikasi dapat terjadi. Dengan kata lain komunikasi ada dimana-mana, dan memenuhi hampir seluruh waktu seseorang.

Manusia merupakan mahkluk sosial yang selalu berusaha untuk menjalin hubungan dengan manusia lain. Berdasarkan paradigma Laswell, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.7

Komunikasi juga dapat diartikan sebagai bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi yang menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi.8

Komunikasi merupakan satu bentuk tingkah laku, apabila seseorang berkomunikasi yang bersangkutan bukan merespon informasi yang sampai kepadanya, tetapi apabila seseorang berkomunikasi ia berusaha untuk member informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi

7

Effendi, Onong Uchyana. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung;Remaja Rosdakarya,1994. Hal.10

8


(29)

permasalahan yang sedang dihadapinya agar ia mempunyai gambaran yang lebih tepat tentang situasi lingkungan yang perlu dihadapinya.

Dalam pengertian paradigmatic, komunkasi mengandung tujuan tertentu; ada yang dilakukan secara lisan, secara tatap muka, atau melalui media, baik media massa seperti surat kabar, radio, televise, film maupun media nonmassa, misalnya surat, telepon, papan pengumuman, poster, spanduk, dan sebagainya.9

II.1.1.2 Unsur-unsur Komunikasi

Dari pengertian yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima, dan efek. Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi. Untuk itu, kita perlu mengetahui unsure-unsur komunikasi.

Adapun unsur-unsur komunikasi adalah sebagai berikut10:

1. Sumber

Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai pembuat atau pengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia, sumber bisa terdiri dari satu orang, tetapi juga bisa dalam bentuk kelompok misalnya, partai, organisasi, atau lebaga. Sumber sering disebut pengirim, komunikator, atau dalam bahasa Inggrisnya disebut source atau sender.

2. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui

9

Effendi, Onong Uchyana. 2003. Dinamika Komunikasi. Bandung;Remaja Rosdakarya,1994. Hal.10

10


(30)

media komunikasi. Isinya bisa berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasehat, atau propaganda. Dalam bahasa Inggris pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content, atau information.

3. Media

Media yang dimaksud disini ialah yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti surat, telepon, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.

Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca dan mendengarnya. Media dalam komunikasi massa dapat dibedakan atas dua macam, yakni media cetak dan media elektronik. Media cetak seperti halnya surat kabar, majalah, buku, brosur, stiker, bulletin, poster, spanduk, dan sebagainya. Sedangkan media elektronik antara lain: radio, film, televise, video recording, audio cassette dan sebagainya.

4. Penerima

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran pesan yang dikirim oleh sumber. Penerima bisa terdiri dari satu orang atau lebih, bisa dalam bentuk kelompok, partai atau negara.

Penerima adalah elemen penting dalam komunikasi, karena dialah yang menjadi sasaran dari komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada sumber, pesan, atau media.


(31)

5. Pengaruh

Pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh ini terjadi pada pengetahuan, sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, pengaruh bisa juga diartikan perubahan atau penguatan keyakinan pada pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang sebagai penerimaan pesan.

6. Tangggapan Balik

Ada yang beranggapan bahwa umpan balik adalah salah satu bentuk daripada pengaruh yang berasal dari penerima. Akan tetapi, sebenarnya umpan balik juga bisa bersal dari unsur lain seperti pesan dan media, meski pesan belum sampai pada penerima. Misalnya sebuah konsep surat memerlukan perubahan sebelum dikirim, atau alat yang digunakan untuk menyampaikan pesan itu mengalami gangguan sebelum sampai kepada tujuan. Hal-hal seperti itu menjadi tanggapan balik yang diterima oleh sumber.

7. Lingkungan

Lingkungan atau situasi ialah faktor-faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jalannya komunikasi. Faktor ini dapat digolongkan atas empat macam, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya, lingkungan psikologis, dan dimensi waktu. Lingkungan fisik menunjukkan bahwa suatu proses komunikasi hanya bisa terjadi kalau tidak terdapat rintangan fisik misalnya geografis. Komunikasi sering sekali sulti dilakukan karena faktor jarak yang begitu jauh, dimana tidak tersedia fasilitas komunikasi seperti telepon, kantor pos atau jalan raya.

Lingkungan sosial menunjukkan faktor sosial budaya, ekonomi politik yang bisa menjadi kendala terjadinya komunikasi, misalnya kesamaan bahasa, kepercayaan, adat istiadat dan status sosial. Dimensi psikologis adalah pertimbangan kejiwaan yang digunakan dalam


(32)

berkomunikasi. Misalnya menghindari kritik yang menyinggung perasaan orang lain, menyajikan materi yang sesuai dengan usia khalayak. Sedangkan dimensi waktu menunjukkan situasi yang tepat untuk melakukan kegiatan komunikasi. Banyak proses komunikasi tertunda karena pertimbangan waktu, misalnya musim. Namun perlu diketahui karena dimensi waktu maka informasi memiliki nilai.

Jadi setiap unsur memiliki peranan yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi. Bahkan ketujuh unsur itu saling bergantung satu sama lainnya.

II.2.1 Komunikasi Pembangunan

II.2.1.1 Pengertian Pembangunan dan Komunikasi Pembangunan

Pembangunan menurut Rogers (1969, 1971) adalah proses-proses yang terjadi pada level atau tingkatan sistem sosial, sedangkan modernisasi menunjuk pada proses yang terjadi pada level individu. Rogers sendiri (1978) mengubah rumusan yang pernah dibuatnya tentang pembangunan dari apa yang pernah dikemukakannya sebelumnya (1971, 1973, 1976) dengan menyatakan pembangunan sebegai suatu proses perubahan sosial yang bersifat partisipatori secara luas untuk memajukan keadaan sosial dan kebendaan termasuk keadilan yang lebih besar, kebebasan dan kualitas yang dinilai tinggi yang lainnya, bagi mayoritas masyarakat melalui perolehan mereka akan kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya.

Sedangkan pembangunan menurut Tehranian (1979) adalah mengartikan istilah kemajuan(progres), pembangunan(development), dan modernisasi, sebagai suatu fenomena historis yang sama, yaitu suatu transisi dari masyarakat yang agraris ke masyarakat industrial.

Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan sangat erat. Kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah “as an integral part of development, and communication as a set of variables instrumental in bringing about


(33)

development“ (Roy dalam Jayaweera dan Anumagama, 1987). Siebert, Peterson dan Schramm (1956) menyatakan bahwa dalam mempelajari sistem komunikasi manusia, seseorang harus memperhatikan beberapa kepercayaan dan asumsi dasar yang dianut suatu masyarakat tentang asal usul manusia, masyarakat dan negara. Sehingga dapat kita artikan bahwa komunikasi pembangunan adalah proses penyebaran pesan oleh seseorang atau sekelompok orang kepada khalayak guna mengubah sikap, pendapat, dan perilakunya dalam rangka meningkatkan kemajuan lahiriah dan kepuasan batiniah, yang dalam keselarasannya dirasakan secara merata oleh seluruh rakyat. Komunikasi pembangunan sendiri memiliki dua pengertian, baik secara luas maupun secara sempit. Pengertian komunikasi pembangunan secara luas adalah peran dan fungsi komunikasi (sebagai aktivitas pertukaran pesan secara timbal balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama masyarakat dan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, pelaksanaan dan penilaian terhadap pembangunan. Sedangkan dalam arti sempit, komunikasi pembangunan merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan-keterampilan penbangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai pembangunan yang ditujukan pada masyarakat luas.11

II.3.1 Komunikasi Kelompok

II.3.1.1 Defenisi Komunikasi Kelompok

Menurut Anwar Arifin (1984) komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya. Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang

11

Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the socio-economic benefits ga p:,Media Asia ,(5).


(34)

atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.Dari dua definisi di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan kelompok.

Menurut Dedy Mulyana (2007) kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Pada komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi, karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

Klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya. Berikut beberapa klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya menurut para ahli :

II.3.1.2 Kelompok primer dan sekunder.

Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.

Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya : 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.

Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage(perilaku yang kita tampakkan dalam


(35)

suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.

2. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.

3. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.

4. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal.

5. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.

II.3.1.3 Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.

Theodore Newcomb (1930) melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap. Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi normatif, dan fungsi perspektif.

II.3.1.4 Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif

John F. Cragan dan David W. Wright (1980) membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif melihat proses pembentukan kelompok secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok deskriptif dibedakan menjadi tiga:


(36)

· kelompok pertemuan. · kelompok penyadar.

Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah, misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara pokok. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan. Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik yang baru.

Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh setiap anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.

II.4.1 Peningkatan Pendapatan

II.4.1.1 Indikator Peningkatan Pendapatan

Sesuai dengan variabel yang digunakan peneliti yaitu peningkatan pendapatan nelayan, maka disini juga dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan itu sendiri, khususnya dalam bidang pembangunan daerah. Indikator peningkatan pendapatan merupakan salah satu acuan dalam proses pembangunan, setelah dijelaskan dalam latar belakang masalah antara keterkaitan pembangunan, difusi inovasi, dan pertanian khususnya sub-sektor perikanan, Indonesia memiliki konsep dasar dan ilustrasi dari pertumbuhan ekonomi. Antara lain (Michael. P Todaro, 1983:140):

1. Akumulasi Modal

Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian/proporsi pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan/ditanam untuk memperbesar output/luaran dan


(37)

penghasilan di kemudian hari. Pabrik-pabrik baru, mesin-mesin, peralatan dan barang-barang itu akan menambah ‘persediaan modal’ fisik dari suatu negara yang memungkinkan untuk mencapai tingkat output yang lebih besar. Investasi-investasi ‘produktif secara langsung’ ini ditambah dengan investasi-investasi yang sering dikenal dengan ‘infrastruktur’ sosial dan ekonomi seperti jalan-jalan, listrik, air, dan sanitasi, komunikasi dan lain-lain yang mempermudah dan mengintergrasikan semua kegiatan dan lain-lain.

2. Perkembangan populasi (Angkatan Kerja)

Perkembangan populasi dan yang berhubungan dengan itu, walaupun terlambat, meningkatnya angkatan kerja secara tradisional sudah dianggap faktor yang positif dalam rangka merangsang pertumbuhan ekonomi. Banyaknya angkatan kerja berarti besar produktifitas tenaga kerja, sedangkan banyaknya populasi secara keseluruhan meningkat pula jumlah pasar-pasar yang potensial dalam negeri. Akan tetapi, yang perlu dipersoalkan adalah, apakah pertumbuhan persedian/penawaran tenaga kerja di negara -negara yang sedang berkembang akan memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap kemajuan ekonomi. Sudah tentu, hal ini tergantung pada kemampuan system ekonomi untuk bisa menyerap dan memperkerjakan secara produktif tambahan tenaga kerja ini untuk kemampuan yang pada umumnya berhubungan dengan itu, seperti keahlian dalam bidang teknologi-teknologi perikanan yang dirancang secara tradisional dan tepat sasaran.

3. Kemajuan Teknologi

Sekarang sudah waktunya kita membicarakan factor yang ketiga, yang paling penting bagi ahli ekonomi maupun ilmu sosial lainnya. Dalam bentuk yang sederhana, kemajuan teknologi adalah hasil dari cara-cara baru yang telah diperbaiki dalam melakukan


(38)

pekerjaan tradisionla, seperti cara menanam gandum, membuat pakaian jadi, dan membangun rumah.

Kemajuan teknologi yang seimbang terjadi, apabila telah dicapai tingkat output/luaran yang lebih tinggi dengan kuantitas dan kombinasi faktor masukan yang sma. Pembaharuan-pembaharuan yang sederhana seperti yang ditimbulkan dari ‘pembagian tenaga kerja’, bisa menghasilkan tingkat jumlah output yang lebih tinggi dan konsumsi yang lebih besar bagi semua individual. Dalam hubungannya dengan analisa kemungkinan produksi, perubahan teknologi seimbang, yang katakanlah dua kali jumlah output secara konseptual dengan menduakalikan semua masukan produktif.

Dengan pengenalan ini kita telah mengetahui pertumbuhan ekonomi yang sederhana, sekarang kita bisa melihat dengan lebih hati-hati lagi pada pengalaman-pengalaman sejarah pertumbuhan ekonomi dari negara-negara yang sekarang sudah maju untuk menganalisa secara terperinci keadaan/sifat kedua faktor ini, yaitu faktor non-ekonomis dan ekonomis yang mendasari pertumbuhan jangka panjang.12

II.5.1 Teori Difusi Inovasi

II.5.1.1 Pengertian dan Tahapan dalam Teori Difusi Inovasi

Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian difusi dari Rogers (1961), yaitu “as the process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system.” Lebih jauh dijelaskan

12


(39)

bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru, atau dalam istilah Rogers (1961) difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source of invention or creation to its ultimate users or adopters.”

Sesuai dengan pemikiran Rogers (1969, 1971), dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat) elemen pokok, yaitu:

1. Inovasi; gagasan, tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu. Konsep ’baru’ dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali.

2. Saluran komunikasi; ’alat’ untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi dari sumber kepada penerima. Dalam memilih saluran komunikasi, sumber paling tidakperlu memperhatikan (a) tujuan diadakannya komunikasi dan (b) karakteristik penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang paling tepat adalah saluran interpersonal. 3. Jangka waktu; proses keputusan inovasi, dari mulai seseorang mengetahui sampai

memutuskan untuk menerima atau menolaknya, dan pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam (a) proses pengambilan keputusan inovasi, (b) keinovatifan seseorang: relatif lebih awal atau lebih lambat dalam menerima inovasi, dan (c) kecepatan pengadopsian inovasi dalam sistem sosial.


(40)

4. Sistem sosial; kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam rangka mencapai tujuan bersama.13

Lebih lanjut teori yang dikemukakan Rogers (1995) memiliki relevansi dan argumen yang cukup signifikan dalam proses pengambilan keputusan inovasi. Teori tersebut antara lain menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi tersebut mencakup (1) atribut inovasi (perceived atrribute of innovasion), (2) jenis keputusan inovasi (type of innovation decisions), (3) saluran komunikasi (communication channels), (4) kondisi sistem sosial (nature of social system), dan (5) peran agen perubah (change agents).

Sementara itu tahapan dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:

1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.

2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.

3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.

4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

13

Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the socio-economic benefits ga p:,Media Asia ,(5).


(41)

5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya. (Rogers, 1995).14

II.2 Kerangka Konsep

Berdasarkan operasional penelitian, adapun variabel penelitian yang digunakan ada dua yaitu: 1) Variabel bebas atau independent variable (x)

Variable bebeas merupakan variable yang diduga sebagai penyebab atau pendahulu variable lain. Variable bebas dalam penelitian ini adalah Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

2) Variabel terikat atau dependent variable (y)

Variabel terikat adalah variabel yang diduga sebagai akibat atau yang dipengaruhi oleh variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara.

II.3 Model Teoritis

II.4 Operasional Variabel 14

Rogers,E.M., dan Shoemaker,F.F., (1969 dan 1971), Communication and inequitable development : narrowing the socio-economic benefits ga p:,Media Asia ,(5).

Variabel bebas (x) Penangkapan ikan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram

Kab. Batu Bara

Variabel terikat (y) Pendapatan Nelayan

Kec.Tj. Tiram Kab. Batu Bara

Variabel Z Karakteristik


(42)

Variabel Teoritis Variabel Operasional Karakteristik Responden (z) a. Jenis Kelamin

b. Pendidikan c. Usia

d. Posisi dalam satuan Kapal Variabel Bebas (x)

Difusi Inovasi Penangkapan ikan

a. Pengetahuan b. Persuasi c. Keputusan d. Implementasi e. Konfirmasi Variabel Terikat (y)

Peningkatan pendapatan Nelayan Kec.Tj. Tiram Kab. Batu Bara

a. Kemajuan teknologi

b. Perkembangan populasi (angkatan kerja)

c. Akumulasi modal II.5 Defenisi Operasional

Pada bagian ini, peneliti harus mampu menghubungkan atau membuat suatu hubungan antara konsep abstakdengan dunia empiris melalui observasi dengan menggunakan berbagai instrument. Dengan kata lain, defenisi operasional adalah menjelaskan prosedur yang memungkinkan seseorang mengalami atau mengukur suatu konsep

Berdasarkan penjelasan singkat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pada bagian ini variabel operasional diberikan suatudefenisi yang kemudian akan berguna dalam mengukur konsep.

Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang dapat didefenisiskan antara lain : Karakteristik Responden(z)


(43)

a. Jenis Kelamin, yakni jenis kelamin responden Nelayan Kec.Tj. Tiram Kab. Batu bara. Pada penelitian ini, peneliti mengkhususkan responden seluruhnya berjenis kelamin laki-laki saja.

b. Pendidikan, yakni pendidikan terakhir responden yakni, tidak tamat, tidak pernah sekolah, SD, SMP, SMA, Akademi, Perguruan Tinggi.

c. Usia, yakni usia responden yang mengisi kuesioner.

d. Posisi dalam satuan kapal, yaitu kemudi, mesin, ikat jaring, buang/tarik jaring, dan kernet.

Variabel bebas (x)

a. Pengetahuan, yakni memahami fungsi dari inovasi yang digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.

b. Persuasi, yakni bagaimana pembentukan sikap baik atau buruk akan inovasi yang digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.

c. Keputusan, yakni bagaimana pengambilan keputusan suatu adopsi inovasi terbaru yang mengarah pada diterima atau tidak oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara. d. Implementasi, yakni penetapan penggunaan suatu inovasi oleh Nelayan Kec. Tj.

Tiram Kab. Batu Bara.

e. Konfirmasi, yakni mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang telah dibuat sebelumnya oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara. Variabel Terikat (y)

a. Kemajuan teknologi, yakni alat-alat penangkapan ikan yang digunakan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.

b. Perkembangan populasi, yakni penyerapan tenaga kerja dalam penangkapan ikan oleh Nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara.


(44)

c. Akumulasi modal, yakni perhitungan pengeluaran dan pemasukan modal yang dikeluarkan/diterima oleh Nelayan Kec. Tanjung Tiram Kab. Batu Bara.

II.6 Hipotesis

Secara etimologis, Hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dan Thesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna sehingga disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis, yaitu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan (Bungin, 2001:90). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

Ho : Tidak ada pengaruh teknologi yang digunakan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara terhadap peningkatan pendapatan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara. Ha : Ada pengaruh teknologi yang digunakan nelayan Kec. Tj. Tiram Kab. Batu Bara


(45)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN III.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

III.1.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah dua desa dari seratus desa yang dipilih oleh peneliti yaitu Desa Bogak dan Desa Bagan Dalam Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara karena tingkat aktivitas melautnya lebih sering terjadi di kedua desa ini. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan November- Desember 2014.

III.1.2 Kabupaten Batu Bara

III.1.2.1 Luas Wilayah dan Topografi

Kabupaten Batu Bara adalah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. DPR menyetujui rancangan undang-undang pembentukanya pada tanggal 8 Desember 2006. Kabupaten ini diresmikan pada tanggal 15 Juni 2007. Kabupaten Batu Bara merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan dimana tujuh kecamatan di Kabupaten Asahan dikurangi dan dipindahkan wilayahnya menjadi wilayah Kabupaten Batu Bara dan ibu kotanya adalah Lima Puluh.

Kabupaten ini terletak di tepi pantai Selat Malaka, sekitar 175 km kearah selatan adalah ibu kota Medan, sebelah utara berbatasan dengan Bandar Khalipah (Kabupaten serdang Bedagai), sebelah selatan berbatasan dengan Meranti (kabupaten Asahan), sebelah barat berbatasan dengan Bosar Malinggar, Dolok Batunanggar (kabupaten Simalungun), dan sebelah timur berbatasan dengan Air Joman (kabupaten Asahan). Secara geografis kabupaten Batu Bara terletak antara 2°03’00”- 3°26’00” Lintang Utara, 99°01’ – 100000’ Bujur Timur.


(46)

Luas wilayahnya sebesar 1,26% dari total luas daratan Sumatera Utara. (Sumber : Pemkab Kab. Batu bara 2013).

Tabel.1

Jumlah Penduduk Kabupaten Batu Bara Menurut Kecamatan (2012) No Kecamatan RumahTangga Jumlah

(jiwa)

Persentase (%)

Luas (Km2)

Kepadatan (Jiwa/ Km2) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Medang Deras Sei Suka Air Putih Lima Puluh Talawi Tanjung Tiram Sei Balai 9.447 12.233 11.434 17.662 10.977 13.279 8.370 44.970 55.791 47.580 84.853 54.087 58.993 34.328 11,82 14,66 12,50 22,30 14,21 15,50 9,01 65.47 171.47 72.24 239.55 89.80 173.79 109.88 686,88 325,36 658,68 354,20 602,31 339,45 312,38 Jumlah 83.402 380.602 100,00 922.20 412,71 Sumber : BPS Kabupaten Batu Bara, 2012.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah Kabupaten Batu Baramenunjukkan bahwa penduduk yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan penduduk berjenis kelamin laki-laki, namun selisih jumlah ini tidaklah terlalu signifikan yaitu sebanyak 1.452 jiwa. Adapun jumlah penduduk jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 189.580 jiwa dan perempuan adalah 191.032 jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki terbanyak adalah Kecamatan Lima Puluh sebanyak 42.324 jiwa, dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Sei Balai sebanyak 17.029 jiwa.. Kemudian jumlah penduduk dengan jenis kelamin perempuan paling banyak adalah Kecamatan Lima Puluh sebanyak 42.529 jiwa dan yang paling sedikit adalah Kecamatan Sei Balai sebanyak 17.299 jiwa.


(47)

Tabel.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Menurut Kecamatan (2012)

No Rentang Umur (Tahun) Kecamatan Jumlah (Jiwa) Medang

Deras Sei Suka Air Putih

Lima

Puluh Talawi

Tanjung

Tiram Sei Balai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 + 4.332 4.474 4.860 4.802 4.358 3.798 3.529 3.407 2.913 2.082 1.638 1.382 1.223 2.172 3.340 4.200 4.380 4.005 4.040 4.050 4.540 4.290 4.212 3.927 3.806 3.655 3.323 4.203 2.714 3.016 3.329 4.143 4.619 4.607 4.124 4.113 4.063 3.108 3.185 1.936 2.055 2.568 7.826 8.260 8.332 7.404 6.760 6.735 6.146 6.248 5.666 4.825 3.928 3.521 3.222 5.980 6.532 7.974 6.710 6.000 4.558 3.748 3.529 3.507 2.913 2.082 1.517 1.182 1.123 2.712 5.114 5.018 4.805 5.144 5.118 5.089 4.673 4.680 4.027 3.288 3.086 2.708 2.117 4.196 2.403 2.390 2.421 2.449 2.232 2.744 3.053 3.155 3.087 2.125 2.044 2.008 1.626 2.591 32.261 35.332 34.837 33.947 31.685 30.771 29.594 29.400 26.881 21.437 19.204 16.392 14.689 24.422 Jumlah 44.970 55.791 47.580 84.853 54.087 58.993 34.328 380.602 Sumber : BPS Kabupaten Batu Bara, 2012.

III.1.2.2 Perkembangan Produksi Perikanan

Berdasarkan survey lapangan, peneliti mengamati data produksi diatas memang benar, tetapi keadaan yang sangat gambling terletak pada keadaan nelayan sekarang ini. Banyak permasalahan yang diahadapi oleh nelayan kabupaten Batu Bara yang berasal dari keadaan lingkungan dan pertikaian sesame nelayan. Di antara beberapa hasil peneliti, terdapat lubang pemisah antara nelayan tradisional dan nelayan modern khususnya dalam tata cara penangkapan ikan.

Disini nelayan tradisional masih menggunakan jarring dan tenaga manusia untuk mengangkat jarring ikan dilaut yang tidak merusak habitat laut, sehingga kondisi perairan tetap terjaga dan nelayan akan sering melaut, tetapi semejak beberapa teknologi yang baru masuk dan merubah pola pikir untuk menjadi nelayan tradisional ke nelayan modern yang


(48)

biasa disebut dengan transisi menjadi permasalahan yang cukup memprihatinkan dimana, kondisi perairan yang hancur akibat penggunaan alat yang menggunakan teknologi mesin dapat mengeruk dasar laut sehingga habitat ikan langsung punah, alat tersebut biasa dikenal sebagai pukat grandong. Saat ini pemerintah daerah belum memperhatikan keadaan nelayan tersebut, sehingga sikap apatis masyarakat mulai muncul dimulai dari apatis terhadap oknuim yang membawa nama pemerintah untuk membantu nelayan, tetapi itu semua tidak ada realisasinya. Tidak hanya sampai disini, HNSI sebagai wadah nelayan tidak bekerja sama sekali, alasannya adalah karena tidak ada bantuan materi dari pemerintah untuk membantu.

Semenjak lahirnya nelayan modern, maka lahir pula kontroversi yang cukup apik di masyarakat khususnya masyarakat nelayan yang menganggap penggunaan alat tangkap ikan dengan sisitem mesin dan jaring grandong adalah hal illegal.

Setelah dicermati, penggunaan jaring grandong ini tidak illegal apabila digunakan pada kedalaman laut sekitar 40-60 GPA. Tetapi akan disebut illegal apabila digunakan kurang dari 40 GPA. Permasalahan ini tentunya sudah juga diperjelas oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan yang mama menindaklanjuti kejelasan Kepres No. 39 Tahun 1980 tentang penghapusan jaring yang merusak habitat laut. Di kabupaten Batu Bara sempat terjadi perseteruan hebat dari dua desa yaitu desa Bogak dan Desa Bagan Dalam, yang mana nelayan tradisional didominasi oleh desa Bogak dan nelayan tradisional didominasi oleh desa Bagan Dalam. Pembakaran kapal jarring grandong dipelabuhan Tanjung Tiram pada tahun 2011 lalu menjadi kemarahan terbesar bagi masyarakat nelayan tradisional. Sampai saat ini harapan dari kedua belah pihak belum tercapai dan tidak adanya campur tangan pemerintah untuk menyelesaikan pertikaian tersebut.

Melihat kejadian tersebut, peneliti mencoba untuk mencari faktor penyebab dari kedua belah pihak. Di satu pihak dari nelayan tradisional mengatakan apabila laut masih didominasi oleh nelayan modern, maka kami enggan untuk melaut karena hanya menangkap


(49)

lumpur laut. Dan di pihak lain dari nelayan modern mengatakan apabila kami tidak melaut, maka kami tidak makan. Kedua hal tersebut sebenarnya bisa dipecahkan apabila ada benang merah yaitu pemerintah ikut campur tangan dalam permasalahan ini. Peneliti juga memprediksi dalam kurun waktu 8 bulan penerapan dan penggunaan alat tangkap diperketat dan didata sesuai izin melaut, maka keadaan laut akan menjadi lebih baik.

Setelah itu, pemerintah juga bisa mencanangkan pembuatan Cold Storage untuk menampung produksi ikan yang melimpah dan menjaga standar harga ikan agar nelayan tetap memiliki pendapatan yang tetap. Semua ini tidak bisa dipastikan oleh peneliti akan berlangsung, tetapi kepastian akan sejahteranya masyarakat nelayan khusunya di kecamatan Tanjung Tiram akan tercipta sesuai dengan pencanangan perencanaan pembangunan daerah pinggir pantai yang baik dan harmonis.

Tabel.3

Produksi Ikan Menurut Asal Tangkapan

No Kecamatan Laut

Darat

Jumlah Perairan

Umum

Budi Daya

1 Sei balai - 335,1 73,5 408,6

2 Tanjung Tiram 10.242,6 - 216,0 10.458,6

3 Talawi 3.414,2 - 279,2 3.693,4

4 Lima Puluh 3.939,5 156,2 4.095,7

5 Air Putih - 260,6 70,4 331,0

6 Sei Suka 1.838,4 148,9 36,2 2.023,5

7 Medang Deras 6.828,4 - 456,6 7.285,0

Batu Bara 26.263,1 744,6 1.288,1 28.295,8 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Batu Bara 2013

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa lebih besar produksi hasil tangkapan ikan di perairan umum(laut) dari pada produksi hasil tangkapan ikan budi daya.


(50)

III.2 Metode Penelitian

Metodologi adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan untuk mendekati suatu masalah dan mencari jawabannya. Metodologi dengan kata lain adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topi penelitian, metodologi di pengaruhi atau berdasarkan perspektif teoritis itu sendiri adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain. Sebagaimana perspektif yang merupakan suatu rentang juga dari yang sangat kuantitatif hingga yang sangat kualitatif (Mulyana,2001:145).

Metode Penelitian merupakan cara ilmiah yang bersifat rasional atau cara yang masuk akal, empiris ataupun orang lain selain peneliti dapat mengamati dan mengetahui cara yang digunakan dan sistematis ataupun menggunakan langkah yang bersifat logis yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2012:3), Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan studi korelasional, dimana peneliti mencari hubungan variabel penelitian.

Penelitian korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen,2008:328). Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut korelasi (McMilan dan Schumacer dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrument untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.


(51)

Menurut Gay dalam (Sukardi,2006:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian penelitian ex-postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam koefisien korelasi.15

Penelitian korelasional berusaha untuk menentukan apakah terdapat hubungan (asosiasi) antara dua variabel atau lebih, serta seberapa jauh korelasi yang ada si anatara variabel yang diteliti. Yang dimaksud dengan variabel adalah suatu konsep yang dapat diasumsikan sebagai suatu kisaran nilai. Contoh variabel adalah umur, tingkat pendidikan, motivasi, dan keberhasilan.

Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa penelitian korelasi tidak menjelaskan sebab akibat, melainkan hanya menjelaskan ada atau tidak adanya hubungan antara variabel yang diteliti. Untuk keperluan mengukur asosiasi ini, ada beberapa alternative teknik yaitu : korelasi bivariat, korelasi berganda, korelasi sekuensial, korelasi kenolikal dan analisis frekuensi multi arah (miltiway frecuency analysis) (Tabachnick & Fidell,1996 :20-21)16.

Mana teknik yang dipilih tergantung dari jumlah variabel yang diamati, macam data yang digunakan, dan apakah variabel independen dapat dikonseptualkan sebagai kovariat (bila dampak beberapa variabel independen diukur setelah dampak variabel independen dihilangkan).

Inti dari analisis korelasi adalah mengukur kekuatan hubungan antarvariabel, tanpa menunjukkan adanya hubungan sebab akibat. Korelasi bivariat merupakan jenis korelasi yang paling populer. Korelasi bivariat menjelaskan hubungan linier antara 2 variabel x dan y. korelasi antara x dan y secara numeric dapat dihitung dengan koefisien korelasi.

15

Usman, Husnaini & Purnomo Stiady Akbar. 2009. Metode Penelitian Sosia l. Jakarta : Bumi Aksara.

16


(52)

Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada penafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk dijadikan penelitian selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009: 38). Penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak menggunakannya, antara lain :17

1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.

2. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan. 3. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam lingkungan nyata.

Adapun ciri-ciri dari penelitian korelasi antara lain sebagai berikut (Sukardi,2004:166):

1. Penelitian seperti ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yanbg diteliti rumit/tidak dapat diteliti dengan penelitian eksperimental atau tidak dapat dimanipulasi.

2. Studi seperti ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya secara sistematik dalam keadaan realistiknya.

3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya hubungan dan bukan ada atau tidaknya hubungan tersebut.

4. Dapat digunakan untuk meramalkan variabel tertentu berdasarkan variabel bebas. Disamping itu, penelitian korelasi dilakukan untuk menjawab tiga pertanyaan penelitian tentang dua variabel atau lebih. Pertanyaan tersebut yaitu:

1. Adakah hubungan diantara dua variabel?

17


(53)

2. Bagaimanakah arah hubungan tersebut?

3. Berapa besar/ jauh hubungan tersebut dapat diterangkan?

Seorang peneliti tepat menggunakan penelitian korelasi ketika peneliti mempunyai beberapa alasan penting, di antaranya sebagai berikut (Sukardi,2004:169):

a. Ada kebutuhan informasi bahwa ada hubungan antarvariabel dimana koefisien korelasi

dapat mencapainya.

b. Penelitian korelasi perlu diperhitungkan kegunaannya apabila variabel yang muncul itu

kompleks, dan peneliti tidak mungkin dapat melakukan kontrol dan memanipulasi variabel-variabel tersebut.

c. Dalam penelitian memungkinkan dilakukan pengukuran beberapa variabel dan hubungan

yang ada dalam setting yang realistis. Alasan penting lain adalah bahwa penelitian korelasi tepat dilakukan, jika salah satu tujuan penelitian adalah mencapai formula prediksi, yaitu keadaan yang menunjukkan adanya asumsi hubungan antarvariabel.

Proses Dasar Penelitian Korelasional(Sukardi,2004:172): a. Pemilihan Masalah

Studi korelasional dapat dirancang untuk menentukan variabel mana dari suatu daftar yang mungkin berhubungan maupun untuk menguji hipotesis mengenai hubungan yang diharapkan. Variabel yang dilibatkan harus diseleksi. Dengan kata lain, hubungan yang akan diselidiki harus didukung oleh teori atau diturunkan dari pengalaman.

b. Sampel dan Pemilihan Instrumen

Sampel untuk studi korelasional dipilih dengan menggunakan metode sampling yang dapat diterima, dan 30 subjek dipandang sebagai ukuran sampel minimal yang dapat diterima. Sebagaimana suatu studi, adalah penting untuk memilih dan mengembangkan pengukuran


(54)

yang valid dan reliable terhadap variabel yang diteliti. Jika variabel yang tidak memadai dikumpulkan, koefisien korelasi yang dihasilkan akan mewakili prakiraan tingkat korelasi yang tidak akurat. Selanjutnya, jika pengukuran yang digunakan tidak secara nyata mengukur variabel yang diinginkan, koefisien yang dihasilkan tidak akan mengindikasikan hubungan yang diinginkan. Oleh karena itu kita harus berhati-hati dalam memilih dan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel.

c. Desain dan prosedur

Desain korelasional dasar tidaklah rumit; dua atau lebih skor yang diperoleh dari setiap jumlah sampel yang dipilih, satu skor untuk setiap variabel yang diteliti, dan skor berpasangan kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan atau derajat hubungan antara kedua variabel tersebut. Studi yang berbeda menyelidiki sejumlah variabel, dan beberapa penggunaan prosedur statistic yang kompleks, namun desain dasar tetap sama dalam semua studi korelasional.

d. Analisis Data dan Interpretasi

Bila dua variabel dikorelasikan hasilnya adalah koefisien korelasi, biasanya dinyatakan dalam harga r yang mempunyai nilai -1 sampai +1. Nilai negatif (-) menunjukkan arah dua variabel bertolak belakang. Nilai positif (+) menunjukkan dua variabel pada arah yang sama. Jika ada hubungan antara 2 variabel, berarti skor dalam 2 variabel mempunyai asosiasi dengan variabel tertentu yang terukur. Harga r =-1 atau +1 menunjukkan asosiasi sempurna diantara 2 variabel, sedangkan harga r = 0 mempunyai arti bahwa dua variabel tersebut tidak memiliki hubungan antara variabel satu dengan variabel yang lainnya.


(1)

(2)

(3)

Gambar 1 : Sampan Nelayan Muatan 2-3 Orang.


(4)

4

Gambar 4: Kapal Tradisional Pukat Teri Muatan 10-15 Orang.


(5)

Gambar 6: Kapal Modern Pukat Tarik Gembung Muatan 20-25 Orang.

Gambar 7 : Pasar Kerang, Nelayan sedang berjualan kerang di pinggir jalan Pasar Kerang.


(6)

6 BIODATA PENULIS

Nama : Rizky Ananda

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 06 Desember 1993

Golongan Darah : O

Anak Ke : 1 dari 2 Bersaudara

Nama Orang Tua

1. Ayah : Danda Sasmita, SE, M.Si

2. Ibu : Dra. Maryani

Riwayat Pendidikan

1998-1999 : TK. Dharma Wanita Persatuan USU

1999-2005 : SD Percobaan Negeri Medan

2005-2008 : SMP Dharma Pancasila Medan

2008-2011 : SMA Negeri 2 Medan

Angkatan 2011 : Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu


Dokumen yang terkait

Analisis Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Bilih Di Danau Toba Dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga Studi Kasus : Kecamatan Pangururan, Kabupaten Samosir

4 69 61

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 5 102

KARAKTERISTIK NELAYAN DI DESA BANDAR RAHMAT KECAMATAN TANJUNG TIRAM KABUPATEN BATU BARA.

2 13 24

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 14

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 2

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 11

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 17

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 2

Difusi Inovasi Penangkapan Ikan dan Peningkatan Pendapatan Nelayan (Studi Korelasional Pada Nelayan Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara)

0 0 11

Analisis Tingkat Kesejahteraan dan Pola Pendapatan Nelayan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batu Bara, Provinsi Sumatera Utara

0 3 13