Pengaruh Struktur Organisasi Terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan (Studi Pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal)

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Setiap organisasi memiliki tujuan yang tertuang dalam visi dan misi organisasi. Dalam mencapai tujuan tersebut dibutuhkan garis koordinasi yang jelas dan tegas dalam menjalankan segala aktivitas organisasi untuk menghindari adanya tumpang tindih pekerjaan, mempertegas wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi serta memaksimalkan fungsi organisasi.

Aktivitas organisasi bergerak dalam suatu sistem, sehingga organisasi terdiri dari beberapa komponen-komponen yang saling berhubungan. Komponen tersebut harus bersifat hierarkirs untuk membentuk roda organisasi untuk meningkatkan produktivitas kerja pegawai sebagai sumber daya manusia yang merupakan aset dari sebuah organisasi Peningkatan tersebut berdampak dalam mengefisiensi dan efektifkan dari sistem organisasi untuk menghadapai semakin kemajemukan tugas-tugas dan kebutuhan-kebutuhan operasional dari kinerja organisasi.Penyesuaian dengan kebutuhan, kekuatan dan sistem dalam pelayanan publik maka faktor utama yang terpenting dalam sebuah organisasi adalah sumber daya manusia. Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu fungsi yang sangat penting dalam organisasi. karena untuk melakukan pelaksanaan dari strategi dan teknologi memerlukan pengelolaan sumber daya manusia yang baik.

Sumber daya manusia sebagai penggerak operasional pada organisasi yang mana fungsi manusia yang bekerja secara individu atau kelompok dengan arahan pimpinan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Struktur organisasi merupakan rancangan dari pemimpin organisasi sehingga mampumenentukan harapan-harapan mengenai apa yang akan dilakukan individu-individu dan kelompok-kelompok tersebut dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi


(2)

(Ivancevich, 2008:235).Oleh karena itu, struktur organisasi didesain dengan baik untuk sebuah organisasi yang efektif yang mana dengan adanya sumber daya manusia dalam organisasi perusahaan struktur organisasi dapat diimplementasikan sesuai sistem kerja organisasi untuk tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

Dalam setiap organisasi, bahwa efektivitas merupakan unsur pokok dalam efektivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang ditetapkan dalam perencanaan dengan pencapaian sasaran atau tujuan yang akan dicapai. Secara sederhana efekfitivitas dapat diartikan sebagai suatu bentuk penyelesaian yang telah ditentukan sebelumnya.

Menurut Steers (1985 : 209) ada 4 faktor yang mempengaruhi efektivitas yaitu : 1. Ciri Organisasi

2. Ciri Lingkungan 3. Ciri Bekerja

4. Kebijakan dan Praktek Manajemen

Dari keempat faktor diatas, menurut Richard M. Steers salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas adalah ciri organisasi. Sedangkan salah satu karakteristik organisasi adalah struktur organisasi. Dengan demikian agar tercapainya tujuan yang telah di tetapkan secara efektif, maka bagi suatu organisasi hendaklah dapat menyusun suatu struktur atau hubungan pekerjaan tertentu diantara bermacam-macam komponen dari kesatuan secara keseluruhan. Dalam hal ini struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang mempolakan hubungan diantara orang-orang maupun bidang-bidang kerja dalam organisasi tersebut sehingga jelas kedudukannya, wewenang dan tanggung jawab masingmasing dalam suatu kebulatan yang teratur.


(3)

Seperti yang dikemukan oleh Pfiffner dkk (Dalam Sutarto, 1998 : 41) yaitu:“Organization structure is the relationship of workers and their activities to oeanother and the whole, the parts being the tasks, jobs, or functions and the respective of the personnel who perform them. ”Struktur organisasi adalah hubungan antara para pegawai dan aktivitas-aktivitas mereka satu sama lain serta terhadap keseluruhan, bagian-bagiannyaadalah tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan dan fungsi dan masing-masing anggota kelompok pegawai yang melaksanakannya.

Dengan demikian struktur organisasi dapat dianggap sebagai suatu kerangka yang merupakan titik pusat bagi manusia agar dapat mengabungkan usaha-usaha mereka dengan baik, sehingga efektivitas dapat tercapai.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebagai salah satu lembaga Pemerintah Dinas Kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak terlepas dari peraturan dan dari tuntutan masyarakat yang menerima pelayanan tersebut. Salah satu tujuan dari Puskesmas adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaikbaiknya sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Berdasarkan visi daripada pembangunan kesehatan adalah ingin mencapai penduduk dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah RI.

Pelayanan kesehatan yang bermutu dimaksudkan adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan pemakai jasa pelayanan serta diselenggarakan sesuai dengan standar dan etika pelayanan profesi. Wujud nyata visi tersebut harus berupa pemeliharaan dan peningkatan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau dengan mengikut sertakan sebesar-besarnya peran aktif segenap anggota masyarakat dan swasta.


(4)

Berdasarkan visi tersebut menurut William C. Hsiao (2000) merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam sistem kesehatan, yaitu: good health for all citizens, financial risk protection for all, equal access for everyone to quality health care, and satisfaction of the people. Di Indonesia salah satu strategi pelaksanaan cita-cita ini adalah dengan memantapkan kemandirian masyarakat yang seluas-luasnya dalam peran serta kesehatan bagi Semua.

Dalam konstitusi Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) tahun 1948 tertulis bahwa “Health is a fundamental human right”, yang mengandung suatu kewajiban untuk menyehatkan yang sakit dan mempertahankan yang sehat. Hal ini melandasi pemikiran bahwa sehat sebagai hak asasi manusia dan sehat sebagai investasi. Serta berdasarkan,dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang mengamanatkan bahwa kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana dalam pasal 28 H ayat (1) : “setiap orang berhak hidup sejahterah lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. (http://Majalah Kesehatan Inovasi Oline, 2007).

Pusat Kesehatan Masyarakat dirasakan mempunyai arti yang besar bagi masyarakat (khususnya masyarakat ekonomi lemah), sehingga Puskesmas haruslah dapat memberikan tingkat pelayanan seoptimal mungkin dalam usaha menjaga citra yang baik di mata masyarakat ditengah-tengah kebutuhan pelayanan kesehatan yang semakin meningkat. Dengan adanya pelayanan yang baik, diharapkan masyarakat dapat mencapai kepuasan yang pada akhirnya akan berdampak pada tujuan organisasi.

Agar kegiatan yang dijalankan oleh Puskesmas tersebut dapat mencapai hasil yang maksimal maka seluruh kegiatan harus terpadu dan terarah. Untuk mewujudkan hal itu maka sudah tentu diperlukan sebuah struktur organisasi yang baik. Di dalam struktur organisasi


(5)

tersebut harus terlingkup semua kegiatan yang ada dan juga kegiatan-kegiatan tersebut telah terkelompok secara baik.

Namun berbagai laporan dari masyarakat berdasarkan hasil pengamatan pra penelitian dilapangan bahwa frekuensi keluhan akan pelayanan kesehatan makin meningkat, meskipun dibarengi dengan pengadaan fasilitas dan pengawasan mekanisme pelayanan oleh pemerintah. Laporan dan berita semacam itu tentu merupakan control sosial yang konstruktif dan harus ditanggapi secara serius. Dengan adanya keluhan seperti petugas Puskesmas yang malas, kasar tidak ramah, jarang hadir, menunggu terlalu lama bila berobat dan sebagainya, ini menunjukan suatu kelemahan akan mekanisme pelayanan. Juga sering terdengar keluhan dari masyarakat bahwa bila berobat mereka tidak tahu harus kebagian mana. Mungkin pada Puskesmas tersebut tidak terdapat masing-masing bagian yang secara jelas mengatur kegiatan-kegiatannya. Sehingga masyarakat merasa tidak diperhatikan bila berobat dan menimbulkan rasa malas serta kebingungan bagi masyarakat itu sendiri .

Dengan adanya keluhan-keluhan dari masyarakat tersebut maka mereka enggan untuk berobat ke Puskesmas sebagai organisasi formal yang bergerak dibidang kesehatan dalam memberikan pelayanan harus berusaha mengikutsertakan peran serta dari masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik meneliti dengan judul : Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan ( Studi pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal )


(6)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka penulis dalam melakukan penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut : “Seberapa Besar PengaruhStruktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan ( Studi pada Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal )”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana struktur organisasi dari Puskesmas Kotanopan kabupaten Mandailing Natal

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan kondisi efektifitas pelayanan kesehatan di kantor Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

3. Seberapa besar pengaruh struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan kesehatan

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk menambah dan

meningkatkan cara berpikir positif serta mengembangkan kemampuan menganalisa permasalahan yang dihadapi di lapangan.

2. Bagi Fisip USU, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai referensi bagi mahasiswa yang tertarik dalam bidang ini.

3. Bagi pihak Pegawai di Puskesmas Kotanopan kabupaten Mandailing Natal, dapat memberikan masukan dan saran-saran dalam meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan melalui struktur organisasi.


(7)

1.5 Kerangka Teori

Dalam rangka menyusun penelitian ini dan untuk mempermudah penulis didalam menyelesaikan penelitian ini, maka dibutuhkan suatu landasan berfikir yang dijadikan pedoman untuk menjelaskan masalah yang sedang disorot. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Menurut Sugiono (2005 : 55) menyebutkan landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba. Dengan demikian yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah :

1.5.1 Struktur Organisasi

1.5.1.1. Pengertian Organisasi

Dalam memberikan pengertian atau defenisi tentang organisasi oleh para ahlimanajemen, terdapat berbagai pendekatan yang dilakukan serta pemikiran yangberlainan mengenai persoalaan organisasi.

Beberapa ahli manajemen memberikan defenisi organisasi sebagai berikut : Organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, dan terikat secara formal dalam satu ikatan hierarki dimana selalu terdapat hubungan antara seorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan. Siagian (Dalam Kartini Kartono, 2005 : 7)

Serta menurut Manullang (2002 : 59) adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu. Organisasi menurut D. Mooney(Dalam Hasibuan 2006 :120) adalah “Organization is the form of every human association for the attainment of common purpose”. Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai suatu tujuan bersama.


(8)

Dari defenisi ini organisasi diartikan sebagai badan atau lembaga yangmerupakan sekumpulan orang untuk mencapai tujuan bersama.

Berdasarkan defenisi ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang menjadi unsur daripada suatu organisasi, yaitu :

1. Adanya sekelompok orang,

2. Antar hubungan terjadi dalam suatu kerja sama yang harmonis dan

3. Kerja sama didasarkan atas hak, kewajiban dan tanggung jawab masingmasing orang untuk mencapai tujuan.

Dengan demikian defenisi organisasi yang telah disebutkan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa :

1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan tertentu.

2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara skematis tentang hubungan-hubungan, kerjasama dari orang-orang yang terdapat dalam rangka usaha mencapai suatu tujuan..

3. Dalam organisasi selalu terdapat atasan dan bawahan atau rangkaian hirarki yang bersifat dinamis dalam arti orang-orang yang menduduki suatu jabatan dapat digantikan setiap saat diperlukan.

Pada dasarnya bahwa organisasi tidak dapat berdiri sendiri, melainkan saling kait mengkait dan merupakan satu kesatuan. Disini organisasi merupakan suatu wadah setiap kegiatan kerjasama, tempat menjalin kerja diantara pelaksananya atau juga sebagai suatu sistem kerjasama, sistem hubungan dan sistem sosial. Dalam defenisi organisasi diatas terdapat kata sistem, yang berati kesatuan berbagai faktor manusia yang membentuk


(9)

organisasi tersebut maupun faktor pendukung seperti kemampuan untuk bekerja, kemampuan untuk mempengaruhi orang lain, dan kemampuan untuk melaksanakan asasasas organisasi.

Berbagai faktor yang terdapat dalam defenisi organisasi yang disebutkan diatas tidak dapat saling lepas (berdiri sendiri) melainkan saling kait mengkait dan merupakan suatu kebulatan.

1.5.1.2Pengertian Struktur Organisasi

Suatu struktur organisasi dapat diartikan sebagai serangkaian hubungan diantara bidang-bidang kerja maupun orang-orang yang menunjukan kedudukan, wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam suatu kelompok. Struktur ini apabila dilukiskan berupa sebuah gambar “bagan” atau diagram yang memperlihatkan garis-garis. Besar hubungan tersebut menurut fungsi-fungsi didalam usaha, dan arus tanggung jawab dan wewenang.

` Di dalam pengertian yang lebih luas, dapat dikatakan bahwa struktur organisasi itu tergantung kepada tugas yang dilaksanakan dan wewenang yang dipergunakan oleh individu-individu dan kelompok dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.

Dengan bagan organisasi dimaksudkan sebagai gambaran struktur yang berbentuk kota atau bentuk lainnya yang dihubungkan dengan garis satu sama lain, sesuai dengan arahdan tingkat hubungan antar unit yang satu dengan yang lain. Garis hubungan itu dapat merupakan hubungan perintah, koordinasi laporan, ataupun fungsi lainnya.

Menurut pendapat Richard dkk (Dalam Sutarto, 1998 : 43) tentang struktur organisasi adalah “Struktur is the relationship of the various fungtion or activities in a organization”. Struktur adalah hubungan antara macam-macam fungsi atau aktifitas didalam organisasi.


(10)

Sedangkan menurut Stonner (1989 : 316) adalah sebagai berikut : “Struktur organisasi dapat diartikan sebagai susunan dan hubungan antara bagian-bagian komponen dan Posisi dalam suatu perusahaan/organisasi”. Dan menurut Widjaja (1987 : 31) yaitu : “ Struktur organisasi adalah sebagai bentuk atau wadah organisasi dan merupakan pengaturan dari orang dan kegiatan fisik, serta hubungan antara mereka dalam pelaksanaan tugas secara efektif”.

Dengan demikian struktur organisasi dapat merupakan sebagai alat pembantu yang baik dalam melihat organisasi secara keseluruhan.

1.5.1.3 Bentuk Organisasi

Bentuk organisasi ada bermacam-macam yang didasarkan pada wewenang, tanggung jawab serta kedudukan masing-masing dalam organisasi sebagai satu kesatuan. Bentuk-bentuk organisasi yang dikemukakan oleh Sutarto (1998 : 18) sebagai berikut :

1. Organisasi Garis (Line Organization)

.Organisasi garis merupakan tipe organisasi yang sangat sederhana bila dibandingkan dengan tipe organisasi yang lain. Dalam tipe organisasi ini, kekuasan berjalansecara langsung dari atasan ke bawahan dan perintah berasal dari atasan kebawahan dalam garis lansung.

Dalam organisasi ini, bawahan hanya mengenal satu pimpinan / atasan sebagai sumber yang memberikan perintah. Dengan demikian dalam orgnisasi garis ini ketegasa dalam perintah serta kedisiplinan lebih terjamin. Organisasi ini sering juga disebut dengan organisasi militer. Karena meliterlah yang mempopulerkan oragnisasi ini.


(11)

1. Keasatuan pimpinan terjamin sepenuhnya dan koodinasi relatif mudah dilaksanakan.

2. Proses pengambilan keputusan dan instruksi-instruksi berjalan dengan cepat karena jumlah orang yang diajak berkonsultasi masih mutlak.

3. Garis pimpinan tegas, tidak mungkin terjadi kesimpang siuran karena atasan lansung berhubungan dnegan karyawan.

Disamping itu organisasi garis juga memiliki kelemahan/keburukan,antara lain : 1. Tujuan pribadi pucuk pimpinan seringkali tidak dapat dibedakan dengan tujuan oraganisasi.

2. Kecenderungan pimpinan untuk bertindak secara otokrasi cukup besar.

3. Organisai secara keseluruhan terlalu begantung pada satu orang, sehingga kalau pimpinan tidak mampu, maka seluruh organisasi akan terancam hancur.

4. Kesempatan para bawahan untuk berkembang terbatas.

Sedangkan ciri-ciri dari struktur organisasi garis adalah sebagai berikut : 1. Tujuan organisasi masih sederhana.

2. Organisasi kecil

3. Jumlah karyawan sedikit sehingga pimpinan dan karyawan bersifat langsung. 2. Organisasi Garis dan Staf (Line and Staff Organization)

Organisasi garis dan staf merupakan gabungan kedua bentuk organisasi, yaitu organisasi dan staff. ini mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi garis yang antara lain kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan-kelemahan organisasi garis yang antara lain kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan


(12)

organisasi fungsional yang antara lain kurang memanfaatkan tenaga-tenaga ahli dan mengurangi kelemahan organisasi fungsional yang antara lain kurangnya ketegasan dalam perintah dan kedisiplinan.

Staf dalam organisasi garis dan staf ini bertugas terutama memberi nasehat sesuai dengan keahliannya, baik diminta atau tidak. Dengan demikian dibentuklah staf untuk membantu pejabat garis sehingga ia dapat bekerja lebih efisien dan efektif. Sehingga tersedia lebih banyak waktu untuk memperhatikan hal-hal penting dan kebijakasanaan serta tugasnya menjadi lebih ringan.

Para pimpinan staf yang dipertukan pada organisasi garis bermaksud untuk meperlancar kegiatan organisasi garis agar lebih baik. Tipe oragnisasi garis dan staf ini pada umumnya digunakan untuk organisasi yang besar, daerah kerjanya luas dan mempunyai bidang-bidang tugas yang beraneka ragam serta rumit.

Kebaikan organisasi garis dan staf adalah :

1. Adanya pembagian tugas yang jelas antara pimpinan, staf dan pelaksana.

2. Dapat diterapkan pada organisasi garis besar/kecil, organisasi pemerintah/swasta, karena fleksible.

3. Azas kesatuan pimpinan tetap dipertahankan, sebab pimpinan berada dalam satu tangan.

4. Adanya kerja sama yang baik.

Sedangkan keburukan-keburukannya adalah : 1. Kekaburan antara tugas lini dan staf


(13)

2. Kurang baiknya koordinasi dan dapat pula merupakan hambatan dalam pelaksanaan tugas.

3. Hubungan antara atasan dan bawahan tidak lagi semuanya bersifat lansung. 4. Pimpinan, begitu pula sesama karyawan tidak lagi semuanya saling mengenal. 3. Organisasi Fungsional (Functional Organization)

Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus dilakukan sesuai dengan kepentingan organisasi. Tiap-tiap fungsi/kegiatan seolah olah terpisah berdasarkan bidang keahliannya. Tetapi meskipun terpisah-pisah,tiap-tiap fungsi tidak dapat berdiri sendiri, karena fungsi yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan. Tipe fungsional ini mencoba memanfaatkan tenaga ahli dalam bidang khusus semaksimal mungkin. Dengan demikian seorang pekerja dapat saja mempunyai lebih dari satu pimpinan yang masing-masing pimpinan tersebut dapat memerintah sesuai dengan keahliannya dan bertanggung jawab sepenuhnya pada bidang tugasnya.

Adapun kebaikan daripada organisasi fungsional ini adalah : 1. Adanya pembagian pekerjaan bagi pegawainya untuk berkembang. 2. Adanya kesempatan bagi pegawainaya untuk berkembang.

3. Ikut serta dalam pengambilan pengambilan keputusan dan adanya kerjasama yang baik diantara pegawai.

Sedangkan keburukan adalah sebagai berikut :


(14)

2. Sukar untuk menga tour of duty atau tour of area tampa melalui pendidikan yang intensif.

3. Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar dilaksanakan karena karyawan mementingkan bidangnya saja

Ciri-ciri dari organisasi ini adalah:

1. Membidangi tugas secara jelas dan tugas dapat dibedakan

2. Dalam melaksanakan tugas tidak banyak memerlukan koordinasi karena bidang tugasnya sudah jelas. Koordinasi di titik beratkan pada eselon atas.

3. Pembagian unit-unit-unit organisasi didasarkan pada spesialisasi tugas.

4. Organisasi Garis, Staf dan Fungsional (Line, Fungtional and Staff Organization) Organisasi ini merupakan kombinasi dari organisasi “garis, fungsional,dan staf, serta fungsional ini dilakukan dengan cara menggabungkan kebaikan dan menghilangkan keburukan daripada ketiga tipe organisasi tersebut. Dengan demikian cocok untuk dipakai pada suatu organisasi yang benar dan kompleks.

5. Organisasi Komite (Committee Organization)

Organisasi komite adalah arganisasi yang masing-masing anggota mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasai komite mengutamakan pimpinan artinya dalam organisasi terdapat pimpinan “kolektif/presidium/plural/executif” dan komite ini bersifat manajerial. Organisasi komite ini ada yang bersifat “sementara”.

Ciri-ciri organisasi komite adalah : 1. Pembagian tugasnya jelas dan tertentu


(15)

2. Wewenang semua anggota sama besanya

3. Tugas pimpinan dilaksanakan secara kolektif dan tanggung jawabnya pun secara kolektif .

4. Para pelaksana dikelompokan menurut bidang/komisis tugas tertentu yang harus dilaksanakan dalam bnentuk gugus-gugus.

5. Keputusan merupakan keputusan semua anggota. 1.5.2.Efektivitas Pelayanan Kesehatan

1.5.2.1.Pengertian Efektivitas

Dilihat dari segi keberhasilan bahwa organisasi yang berhasil mencapai tujuannya, namun belum tentu terlaksana dengan efektivitas kerja yang baik.

Efektivitas menurut Partanto (1994 :128 ) dalam Kamus Ilmiah Populer disebut dengan istilah “Efektivitas”, yang berasal dari kata dasar “efek”., yang mempunyai arti “akibat” atau “hasil”. Jadi kalau melakukan sesuatu usaha itu harus diharapkan akan ada atau menghasilkan suatu akibat tertentu, dan akibat yang diharapkan itu tercapai, berati usaha tersebut efektif.

Untuk lebih jelasnya pengertian mengenai efektivitas, akan dijelaskan berdasarkan rumusan dari para ahli. Adapun rumusan tersebut akan diuraikan dibawah ini.

Siagian, (1983 : 151) mengatakan :‘Efektivitas kerja berati penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya, apakah pelaksanaan itu diselesaikan dan tidak terutama menjawab pertanyaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu.”


(16)

Dari pendapat siagian diatas dapat disimpulkan bahwa efektifitas berkaitan dengan masalah waktu, satu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan tersebut berhasil sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan atau dengan kata lain tepat waktu. Suatu kegiatan tidak efektif apabila kegiatan tersebut tidak diselesaikan pada waktunya.

Kemudian Widjaja (1987 : 79) memberikan defenisi “efektif adalah : berhasil guna, atau tepat guna. “Efektivits adalah pencapaian sasaran menurut perhitungan terbaik mengenai suasana dagang dan kemungkinan membuat laba atau keuntungan.”

Sementara Handayaningrat (1983 : 16) mengatakan :“Efectiveness is a mensuring in term of stataining prescribebed goals or objectives”. (efetivitas adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya”.

Selanjutnya perlu pula diperhatikan pendapat dari Sarwoto (1987 : 95) tentang efektivitas yaitu :“Efektif atau berhasil guna adalah pelayanan yang baik, corak maupun mutunya, dan kegunaannya benar sesuai dengan kebutuhan lini dalam mencapai tujuan organisasi”.

Untuk melengkapi pengertian efektivitas secara mendasar Mochdarsyah Sinugan (1992 : 15) menjelaskan konsep efektivitas berdasarkan pendapat para ahli dalam empat kelompok yaitu :

1. Efektivitas berkaitan dengan hubungan antara teori-teori organisasi

2. Menganggap efektivitas sebagai perbandingan/tingkatannya dimana sasaran yang dikemukakan dapat dianggap tercapai.


(17)

3. Untuk memahami efektivitas adalah “efektivitas eksternal” output dan eveluasi satu unit input, konsep ini pada prinsipnya tidak berbeda dengan pendekatan yang disebutkan pertama.

4. Kemampuan sistem untuk tetap berlansung, teradapatasi dan berkembang Tanpa memperdulikan tujuan-tujuan khusus yang akan dicapai

Bedasarkan pendapat para sarjana diatas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa efektivitas berhubungan dengan hasil yang dicapai dalam suatu rencana yang telah ditentukan terlebih dahulu. Oleh karenanya, tindakan yang efektif dapat dikatakan sebagai suatu tindakan dalam usaha untuk mencapai tujuan dengan tidak memperhatikan bagaimana cara yang ditempuh.

Dengan demikian dalam melaksanakan kegiatan di dalam suatu organisasi hendaknya efektivitas harus benar-benar diperhatikan sebagai hasil dari suatu pekerjaan agar dapat diperoleh hasil pekerjaan secara maksimal.

Didalam hal ini kegiatan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dapat dilihat dari :

1. Pencapaian Tujuan 2. Ketepatan Waktu 3. Manfaat

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan efativitas pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan,. Adanya ketentuan waktu dalam memberikan pelayanan serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan padanya.


(18)

Secara umum pelayanan dapat diartikan dengan melakukan pembuatan yang hasilnya ditujukan untuk kepentingan orang lain, baik perorangan, kelompok atau masyarakat. Menurut Moenir (1992 : 16) pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain. Sedangkan pengertian pelayanan kesehatan merupakan salah satu bidang dalam pelayanan kesehatan sosial dalam arti luas. Dan menurut Azwar (1995 : 1) pelayanan dalam bidang kesehatan dapat diartikan sebagai setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama dalam satu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan,keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.

Dalam pengertian ini, pelayanan kesehatan disamping sebagai suatu usaha untuk memperbaiki kesejateraan masyarakat, sekaligus juga dalam rangka usaha pembinaan, pengembangan pemanfaatan sumber daya manusia.

Jenis Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan pendapat Azwar (1983 : 42) ada 3 (tiga) jenis pelayanan kesehatan yang ada dalam masyarakat yaitu :

1. Pelayanan kesehatan pada tingkat pertama (primary health care). Yang dimaksud dengan pelayanan ini adalah pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat dasar.

2. Pelayanan tingkat kedua (secondary health care) yaitu pelayanankesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis dan bahkan kadang-kadang sub spesialis tetapi masih terbatas.


(19)

3. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga (tertierry health care) yaitu pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis serta sub spesialis yang lebih luas.

Pelayanan kesehatan tingkat dasar dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat dan ditulang punggungi oleh tenaga medis. Tenaga medis, dalam hal ini sepertidokter umum atau para medis dengan sifat pelayanan berobat jalan (ambulatory service). Jangkauan pelayanan berobat jalan dipengaruhi oleh peningkatan upaya kesehatan dan kesadaran masyarakat untuk berobat.

Pelayanan tingkat dasar berhubungan erat dengan usaha masyarakat untuk mencari pengobatan sendiri. Dalam pengobatan tingkat dasar ini beberapa upaya pengobatan jalan dapat dilakukan seperti :

1. Pembinaan dan pengarahan yang baik tentang cara-cara berobat tradisonal, yang dilaksanakan terus menerus bagi masyarakat.

2. Upaya pelayanan akan lebih lancar jika kemampuan ekonomi masyarakat berkembang, pemanfaatan obat-obatan ditingkatkan, serta pengarahan dan motivasi untuk mengobati sendiri penyakit-penyakit ringan dengan penggunaan obat-obatan modern, sederhana maupun obat-obatan tradisional yang telah diuji coba.

Pelayanan sekunderi (secondary health care) dilaksanakan oleh dokter spesialis terbatas, serta sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat (impatient service). Sedangkan pelayanan tingkat tertier (tertiary health care) dilakukan oleh dokter spesialis dan sub spesialis dilaksanakan oleh dokter spesialis, yang sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau rawat.


(20)

Pada hakekatnya, tujuan pelayanan kesehatan tidak berbeda dari tujuan pelaksanaan pembangunan kesehatan secara luas. Dalam pemikiran dasar Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dinyatakan bahwa pembangunan kesehatan merupakan cita-cita bangsa, yaitu agar tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk yang berakibat kepadaterwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu untuk kesejateraan umum yang merupakan bagian dsri tujuan nasional.

Dalam usaha memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, tujuan pelayanan kesehatan itu dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu :

1. Pencegahan (Preventif)

Pelayanan kesehatan pada hakekatnya memberi penekanan pada upaya untuk mencegah terjadinya atau gangguan kesehatan lainnya. Bahkan pencegahan mendapat tempat yang utama karena dengan pencegahan akan diperoleh hasil yang lebih baik serta memerlukan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pengobatan maupun rehabilitasi.

Pencegahan sebagai strategi pemeliharahan dan peningkatan kesehatan masyarakat, ditempuh dengan usaha-usaha seperti :

1. Untuk orang yang sehat : yakni untuk memenuhi permintaan pemeriksan kesehatan ataupun dalam rangka mendeteksi kelainan sedini mungkin.

2. Untuk orang yang khawatir akan kesehatannya seperti melayani permintaan pemeriksaan kesehatan Azwar (1983 : 28)

Pelayanan kesehatan yang bersifat pencegahan terutama ditujukan untuk memperkuat keluarga dan kelompok serta kesatuan masyarakat. Maksudnya adalah


(21)

bahwa didalam masyarakat yang mengalami perubahan yang berlansung cepat, upaya pencegahan ditekankan pada tingkah laku dan kegiatan untuk membagun kesehatan yang optimal.

Sumber-sumber pelayanan kesehatan yang terbatas diperuntukan terutama dalam rangka pencegahan. Oleh sebab itu “upaya pengehan ini memperoleh perhatian besar dibanyak negara. Selain itu juga karena penerapannya memungkinkan penggunaan secaraefektif sumber-sumber yang terbatas, sedangkan lingkup intervensinya luas”. Soetarso (1982 : 13).

Pelayanan kesehatan dalam fungsi pencegahan ini disamping merupakan usaha untuk mempertinggi nilai kesehatan sekaligus juga untuk memberikan perlindungan khusus terhadap sesuatu penyakit (Specific Protection).

2. Pengobatan (Curative)

Mengobati Penderita yang sakit adalah salah satu usaha yang amat penting dalam setiap bentuk pelayanan kesehatan. Untuk tujuan pengobatan diberikan bila suatu masalah atau gangguan kesehatan terjadi diakibatkan oleh kegagalan seseorang,keluarga, kelompok dan kesatuan masyarakat untuk melaksanakan peranannya atau tugas-tugas secara memadai dan normal. Pengobatan dalam pelayanan kesehatan sebagai suatu bentuk dari pelayanan sosial bertujuan untuk meniadakan hambatan atau masalah-masalah sosial yang ada.

Pengobatan yang terlambat menyebabkan beberapa hal yang kurang menguntungkan seperti usaha menyembuhkan menjadi lebih sulit bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi atau memungkinkan akan terjadinya kecelakaan lebih besar. Disamping itu, pengobatan yang tidak secaepatnya, bisa menimbulkan penderitaan si


(22)

sakit sembuh lama dibandingkan dengan pengobatan yang diterimanya semenjak kenak sakit atau biaya perawatan akan menajadi semakin banyak /semakin besar.

Pengobatan dimaksudkan menegakkan diagnosa penyakit sedini mungkin untuk diberikan pengobatan yang tepat (ealy diagnosis and prompt treatment). Sumarnonugroho (1984 : 43)

Tujuan dari pengobatan dapat bersifat respresif, artinya menekan agar gangguan kesehatan yang timbul tidak makin parah dan tidak menjalar.

3. Pemulihan (Rehabilitation)

Pemberian pelayanan untuk tujuan rehabilitasi adalah usaha untuk mengembalikan bekas penderita sesuatu penyakit ketengah-tengah masyarakat. Rehabilitasi diamsumsikan agar orang itu dapat kembali menjalankan fungsinya sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pemulihan atau rehabilitasi terutama untuk menamkan dan menumbuhkan fungsionalitas kembali dalam diri orang maupun anggota masyarakat. Sumarnugroho, (1984 : 43)

Dengan rehabilitasi dapat diharapkan mengembangkan potensi dalam rangka lebih meningkatkan fungsionalitasnya sehingga dapat secara produktif.

Pelayanan kesehatan dengan tujuan rehabilitasi atau pemulihan dapat dibagi kedalam empat bidang, seperti yang dikemukan oleh Indan Entjang (1982 : 28-29) berikut :

1. Rehabilitasi fisik, yaitu agar bekas penedrita memperoleh perbaikan fisik semaksimalnya.


(23)

2. Rehabilitasi mental, yaitu agar bekas penderita dapat meneyesuaikan diri dalam hubungan perorangan dan social secara memuaskan. Seringkali bersman dengan terjadinya cacat badanaiah muncul pula kalaianan-kelainan atau ganagguan mental. Untuk itu bekas penderita perlu mendapatkan bimbingan kejiwaan sebelum kembali kemasyarakat.

3. Rehabilitasi social vokasional, yaitu agar bekas penederita menepati suatu pekerjaan atau jabatan dalam masyarakat dengan kapasitas kerja yang semaksimalnya. 4. Rehabilitasi aestheis, yaitu usaha untuk mengembalikan rasa keindahan, walaupun kadang-kadang fungsi dari alat tubuhnya itu sendiri tidak dapat dikembalikan.

Prinsip “lebih baik mencegah daripada mengobati apalagi merehabilitasi” dalam pelayanan sosial, termasuk bidang medis, oleh karena para ahli pekerjaan sosial lebih diperdengarkan.

Ketiga hal diatas, dimaksudkan agar setiap warga masyarakat dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik jasmani, rohani, maupun kesehatan sosial serta diharapkan berumur panjang.

1.5.2.3. Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Pelayanan Kesehatan

Setelah penulis menguraikan pengertian struktur organisasi dan efektivitas pelayanan kesehatan, maka senjutnya penulis menjelaskan pengaruh struktur organisasi terhadap efektivitas pelayanan kesehatan.

Menurut Steers (1985 : 71) ada enam faktor yang mempergaruhi beberapa segi dari efektivitas organisasi. Keenam factor tersebut serta uraiannya adalah :


(24)

Yang dimaksud dengan desentralisasi adalah batas perluasan bagi jenis kekuasaan dan wewenang dari atas kebawah dalam hierki organisasi. Dengan demikian pengertian desentralisasi berhubungan erat dengan konsep partisipasi dalam pengambilan keputusan. Makin luas desentralisasi oragnisasi sebuah oraganisasi makin luaslah ruang lingkup para pekerja. Bawahan dapat turut serta dalam memikul tanggung jawab atas keputusankeputusan mengenai. Pekerjaan meraka dan kegiatan mendatang dari organisasinya.

2. Spesialisasi Tugas

Spesialisasi mengakibatkan peningkatan efektivitas, karena spesialisasi memungkinkan setiap pekerja mencapai keahlian dibidang tertentu sehingga dapat memberikan sumbangan secara maksimal pada kegiatan kearah tujuan.

3. Formalisasi

Fomulasi biasanya menunjukan batas penentuan atau pengaturan kegiatan pekerja para pegawai melalui prosedur dan peraturan yang resmi. Jadi bila formalisasi telah diterapkan dalam kehidupan para pegawai, maka efektivitas akan tercapai

4. Rentang Kendali

Rentang kendali menyatakan jumlah rata-rata bawahan dari tiap penyelia. Dengan jumlah dari masing-masing bawahan dapat dilakukan rentang kendali sehingga memungkinkan untuk meningkatkan efektivitas.

5. Ukuran (Besarnya) Organisasi

Telah banyak perhatian dicurahkan pada masalah bagaimana besarnya ukuran organisai dapat mempengaruhi berbagai aspek dari keberhasilan organisasi. Bertambah besarnya ukuran organisasi tampaknya mempunyaihubungan positif


(25)

dengan peningkatan efesiensi. Factor-faktor seperti pengertian pempinan yang teratur, berkurangnya biaya tenaga kerja dan pengenalan llingkungan dianggap sebagai aspek yang mempengaruhi efetivitas pelaksanaan pekerjaan.

6. Ukuran (Besarnya) Unit Kerja

Berdasarkan unit kerja juga mempengaruhi efektivitas, karena diantara para pekerja saling mengenal lebih baik akan membina persahabatan dan membangun persatuan kelompok dengan erat.

Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa aspek struktur organisasi dapat mempenagaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas organisasi.

Struktur organisasi yang disusun untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal ini bidang kesehatan akan tercipta dengan baik bila disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi untuk menjalankan mekanisme pelayanan dengan efisien dan efektif.

Dengan demikian, struktur organisasi memegang peranan yang penting dalam hal pemberian kesehatan kepada masyarakat. Karena struktur oragnisasi yang jelas akan mempermudah setiap organisasi untuk memahami posisinya. Pihak /bagian mana yang akan membantu dalam melaksanakan tugas, dan kepada siapa harus memberikan pertanggung jawaban atas tugas yang jelas serta didukung dengan tenaga ahli dan trampil. Peraturan juga memegang peranan utama serta jumlah pegawai yang memadai akan menambah terciptanya efektivitas kerja yang diharapkan.

1.5.2.4.Pusat Kesehatan Masyarakat ( PUSKESMAS)

Konsepsi pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) secara histories dilahirkan pada tahun 1968 oleh rapat kerja kesehatan nasional (Rakernas I) di


(26)

Jakarta. Sebelum organisasi ada, sistem pelayanan di Indonesia masih bersifat kuratif belaka dan berjalansecara sendiri-sendiri. Pemberian bantuan kesehatanpun masih diselenggarakan secara terpisah-pisah, misalnya :

- Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) berfokus pada pelayanan ibu, bayi dan anak. - Balai Pengobatan (BP), yakni melayani pada bidang pengobatan penyakit.

Sistem pelayanan kesehatan yang terpisah ini membawa pengaruh yang menghambat tujuan pembangunan kesehatan, karena yang mendapat pelayanan masih terbatas pada orang yang mampu ekonominya. Untuk itu, usaha-usaha pemberian pelayanan yang terpadu dan menyeluruh kemudian disatukan dalam satu wadah pelayanan kesehatan masyarakat yang disebut dengan pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS).

Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang lasung memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam bentuk usaha-usaha kesehatan pokok.

Untuk merealisasikan tanggung jawab itu, puskesmas mempunyai tugas pokok antara lain :

1. Menjaga dan meningkatkan kesehatan anggota masyarakatnya. Dengan demikian akan miningkatkan status kesehatan masyarakat dan mengurangi penderita sakit. 2. Menggerakan/membimbing anggota msayarakat untuk secara aktif berpartisipasi di bidang kesehatan dan kegiatan-kegaiatan pembangunan, yang merupakan bagian integrasi dari pembangunan social secara menyeluruh di wilayah kerjanya.


(27)

Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas sejak berdirinya semakin berkembang, mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha pokok kesehatan, namun yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan kemampuan yang ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas dan biaya atau anggaran yang tersedia.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan Puskesmas menjalankan beberapa usaha, kegiatan pokok yang meliputi 12 program kesehatan dikutif dari Nasrul Effendy (1995 : 38) sebagai berikut :

1. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) 2. Upaya Keluarga Berencana (KB) 3. Upaya Perbaikan Gizi

4. Upaya Kesehatan Lingkungan

5. Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Upaya Kesehatan Masyarakat

7. Upaya Kesehatan Sekolah

8. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat 9. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut 10. Upaya Kesehatan Sekolah

11. Upaya Laboratorium Serhana


(28)

Untuk melaksanakan fungsi, kegiatan, pelayanan, dan pembinaan serta pengembangan peran serta/swadaya masyarakat maka peranan petugas puskesmas dikemukan seperti berikut:

1. Membina dan memelihara hubungan baik 2. Bertindak sebagai katalisator

3. Berperan sebagai penasehat teknis

4. Membentu masyarakat menggali sumber daya 5. Memberikan dorongan

(http :// www.warta puskesmas 2007)

Dalam menjalankan pelayanan kepada masyarakat puskesmas mempunyai fungsi utama dalam sistem pelayanan yang disebut dengan sistem rujukan (relasi sitem). Sistem rujukan ini merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang setingkat kemampuannya. Tujuan sistem ini adalah untuk mendekatkan pelayanan dengan penderita atau masyarakat. I.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara tentang suatu rumusan masalah penelitian yang kebenarannya perlu diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Suatu hipotesis dapat dianggap benar apabila disertai dengan fakta – fakta atau bukti- bukti yang nyata.

Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah: 1. Hipotesis kerja (Ha)

Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis kerja dari penelitian ini


(29)

adalah “Terdapat pengaruh antara struktur organisasi dengan efektivitas pelayanan kesehatan”

2. Hipotesis nol (H0)

Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis nol dari penelitian ini adalah “Tidak terdapat pengaruh antara struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi”

I.7 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (2006: 33), konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. Untuk menghindari kesalahan dari pemaknaan terhadap konsep maka perlu ada batasan-batasan dalam memahami suatu konsep dengan cara mendefinisikan kosep secara jelas.

Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari penelitian ini adalah:

1. Struktur organisasi adalah ranka yang menunjukan keseluruhan tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antar fungsi-fungsi serta wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi yang mengemban tiap-tiap pekerjaan itu. 2. Efektivitas pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan waktu serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan kepadanya.


(30)

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 2006: 46). Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisis dari variabel-variabel tersebut.

Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan dalam operasional dari sudut penelitian. Adapun yang menjadi definisi operasinal dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel bebas (X), Struktur Organisasi diukur/diteliti melalui indikator-indikator, sebagai berikut:

1. Pembagian Tugas

• Perincian tugas yang jelas, misalnya bagian administrasi melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari (rutin)

• Beban kerja yang merata, minsalnya dibidang KIA dimana kepala puskesmas dibantu oleh bidan dan perawat sesuai dengan tanggung jawab.

2. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab

• Mempercayai pegawai yang diserahi wewenang, misalnya kepala puskesmas memberikan delegasi kepada bawahannya.

• Menerima saran-saran dari bawahannya demi terciptanya efektivitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

• Melakukan evaluasi terhadap wewenang yang dilimpahkan dimana dalam hal ini bawahan harus mempertaggung jawabkan pekerjaan kepada atasan.


(31)

3. Koordinasi, adanya kesatuan sikap dan kerjasama diantara pegawai dan kesatuan untuk saling membantu serta memberikan saran bila diperlukan. 4. Hubungan Antar Bagian Yaitu, bentuk hubungan antar bagian yang satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan.

2. Variabel terikat (Y), Efektivitas Pelayanan Kesehatan diukur/diteliti dengan indikator – indikator sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

Yaitu Pelayanan kesehatan dikatakan efektif apabila telah tercapai tujuan dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya.

• Meningkatkan pelayanan kesehatan

• Memberikan penyuluhan kepada masyarakat. 2. Ketepatan Waktu

Yaitu, kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan.

• Jadwal pelayanan yang teratur

• Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit

• Respon petugas terhadap pelayanan yang bersifat cepat dan tepat waktu

3. Manfaat

Yaitu masyarakat benar-benar merasakan adanya manfaat kesehatan dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada.

• Meningkatkan derajat kesehatan pasien

• Berkurangnya keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan adanya fasilitas pelayanan kesehatan misalnya ruang tunggu.


(32)

I.9 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur organisasi. BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab-bab sebelumnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkannya.

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian.


(1)

Kegiatan-kegiatan pokok puskesmas yang diselenggarakan oleh puskesmas sejak berdirinya semakin berkembang, mulai dari 7 usaha pokok kesehatan, 12 usaha pokok kesehatan, namun yang dapat dilaksanakan oleh puskesmas sesuai dengan kemampuan yang ada dari tiap-tiap puskesmas baik dari segi tenaga, fasilitas dan biaya atau anggaran yang tersedia.

Untuk memberikan pelayanan kesehatan Puskesmas menjalankan beberapa usaha, kegiatan pokok yang meliputi 12 program kesehatan dikutif dari Nasrul Effendy (1995 : 38) sebagai berikut :

1. Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) 2. Upaya Keluarga Berencana (KB) 3. Upaya Perbaikan Gizi

4. Upaya Kesehatan Lingkungan

5. Upaya Pencegahan Dan Pemberantasan Penyakit Menular 6. Upaya Kesehatan Masyarakat

7. Upaya Kesehatan Sekolah

8. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat 9. Upaya Kesehatan Gigi Dan Mulut 10. Upaya Kesehatan Sekolah

11. Upaya Laboratorium Serhana


(2)

Untuk melaksanakan fungsi, kegiatan, pelayanan, dan pembinaan serta pengembangan peran serta/swadaya masyarakat maka peranan petugas puskesmas dikemukan seperti berikut:

1. Membina dan memelihara hubungan baik 2. Bertindak sebagai katalisator

3. Berperan sebagai penasehat teknis

4. Membentu masyarakat menggali sumber daya 5. Memberikan dorongan

(http :// www.warta puskesmas 2007)

Dalam menjalankan pelayanan kepada masyarakat puskesmas mempunyai fungsi utama dalam sistem pelayanan yang disebut dengan sistem rujukan (relasi sitem). Sistem rujukan ini merupakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang setingkat kemampuannya. Tujuan sistem ini adalah untuk mendekatkan pelayanan dengan penderita atau masyarakat. I.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban atau dugaan sementara tentang suatu rumusan masalah penelitian yang kebenarannya perlu diuji dan dibuktikan melalui penelitian. Suatu hipotesis dapat dianggap benar apabila disertai dengan fakta – fakta atau bukti- bukti yang nyata.

Adapun hipotesis yang penulis kemukakan adalah: 1. Hipotesis kerja (Ha)

Hipotesis kerja adalah hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok. Hipotesis kerja dari penelitian ini


(3)

adalah “Terdapat pengaruh antara struktur organisasi dengan efektivitas pelayanan kesehatan”

2. Hipotesis nol (H0)

Hipotesis nol (H0) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Hipotesis nol dari penelitian ini adalah “Tidak terdapat pengaruh antara struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi”

I.7 Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (2006: 33), konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. Untuk menghindari kesalahan dari pemaknaan terhadap konsep maka perlu ada batasan-batasan dalam memahami suatu konsep dengan cara mendefinisikan kosep secara jelas.

Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari penelitian ini adalah:

1. Struktur organisasi adalah ranka yang menunjukan keseluruhan tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antar fungsi-fungsi serta wewenang dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi yang mengemban tiap-tiap pekerjaan itu. 2. Efektivitas pelayanan kesehatan adalah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan waktu serta adanya manfaat yang dirasakan oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan kepadanya.


(4)

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Singarimbun, 2006: 46). Melalui pengukuran ini dapat diketahui indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisis dari variabel-variabel tersebut.

Definisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan dalam operasional dari sudut penelitian. Adapun yang menjadi definisi operasinal dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel bebas (X), Struktur Organisasi diukur/diteliti melalui indikator-indikator, sebagai berikut:

1. Pembagian Tugas

• Perincian tugas yang jelas, misalnya bagian administrasi melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari (rutin)

• Beban kerja yang merata, minsalnya dibidang KIA dimana kepala puskesmas dibantu oleh bidan dan perawat sesuai dengan tanggung jawab.

2. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab

• Mempercayai pegawai yang diserahi wewenang, misalnya kepala puskesmas memberikan delegasi kepada bawahannya.

• Menerima saran-saran dari bawahannya demi terciptanya efektivitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

• Melakukan evaluasi terhadap wewenang yang dilimpahkan dimana dalam hal ini bawahan harus mempertaggung jawabkan pekerjaan kepada atasan.


(5)

3. Koordinasi, adanya kesatuan sikap dan kerjasama diantara pegawai dan kesatuan untuk saling membantu serta memberikan saran bila diperlukan. 4. Hubungan Antar Bagian Yaitu, bentuk hubungan antar bagian yang satu dengan yang lainnya sebagai satu kesatuan.

2. Variabel terikat (Y), Efektivitas Pelayanan Kesehatan diukur/diteliti dengan indikator – indikator sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

Yaitu Pelayanan kesehatan dikatakan efektif apabila telah tercapai tujuan dengan apa yang telah ditetapkan sebelumnya.

• Meningkatkan pelayanan kesehatan

• Memberikan penyuluhan kepada masyarakat. 2. Ketepatan Waktu

Yaitu, kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah di tetapkan.

• Jadwal pelayanan yang teratur

• Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit

• Respon petugas terhadap pelayanan yang bersifat cepat dan tepat waktu

3. Manfaat

Yaitu masyarakat benar-benar merasakan adanya manfaat kesehatan dengan menggunakan fasilitas-fasilitas yang ada.

• Meningkatkan derajat kesehatan pasien

• Berkurangnya keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dengan adanya fasilitas pelayanan kesehatan misalnya ruang tunggu.


(6)

I.9 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil penelitian ini secara singkat dapat diketahui sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi konsep, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi dan struktur organisasi. BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat penyajian data yang dilakukan dengan menguraikan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan menganalisanya berdasarkan metode yang digunakan.

BAB V ANALISA DATA

Bab ini berisi tentang pembahasan atau interpretasi dari data-data yang disajikan pada bab-bab sebelumnya.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkannya.

BAB II

METODE PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian.