Analisis Peran Bpr Syariah Bagi Pengembangan Ukm Di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERAN BPR SYARIAH BAGI PENGEMBANGAN UKM DI KECAMATAN KOTANOPAN KABUPATEN MANDAILING NATAL

OLEH:

ROSNA PARINDURI 120523017

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesunggungnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Peran BPR Syariah Bagi Pengembangan UKM Di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailng Natal” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apakah kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, April 2015 Penulis

NIM 120523017 Rosna Parinduri


(3)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Peran BPR Syariah Bagi Pengembangan UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang diberikan BPRS Sindanglaya Kotanopan terhadap pengembangan usaha. Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif. Populasinya adalah seluruh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang menerima pembiayaan dari BPRS Sindanglaya Kotanopan. Penentuan sampel menggunakan metode random sampling yaitu sebanyak 45 pengusaha UKM. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada para responden. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan adanya pembiayaan dari BPRS Sindanglaya Kotanopan dapat meningkatkan penambahan jumlah tenaga kerja pengusaha UKM, dapat meningkatkan pendapatan pengusaha setiap bulannya walaupun sebagian pengusaha tidak mengalami peningkatan pendapatan dan dapat meningkatkan jenis produk yang dijual atau diproduksi oleh pengusaha walaupun sebagian pengusaha tidak menambah jenis produknya akan tetapi bisa meningkatkan pendapatanya. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang baik atau positif dari pemberian pembiayaan dari BPRS Sindanglaya Kotanopan bagi pengembangan UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.


(4)

ABSTRACK

The title of this study is "analyzes the role BPR Syariah toward UKM Development in Kotanopan District, Mandailing Natal Regency". The aim of this study is to examine the effect of defrayal from BPRS Sindanglaya Kotanopan toward business improvement. this study using survey method with descriptive and qualitative data. The population of this study is all the small and medium business (UKM) which accepted the defrayal from BPRS Sindanglaya Kotanopan. Random Sampling was used to determined 45 samples. Primary data collected by respondent who filled questionnaire. From these results it can be seen that the presence of BPRS Sindanglaya Kotanopan financing can increase the amount of labor business UKM, entrepreneurs can increase revenue per month although some employers do not experience an increase in revenue and can improve the types of products on sale or manufactured by business although some business do not add to the type of product but could increase its income. The result showed that the defrayal from BPRS Sindanglaya Kotanopan have positive effect for business development (UKM) in Kotanopan district Mandailing Natal regency.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah yang Insya Allah akan selalu diberikan pada setiap hamba-Nya. Shalawat beriring salam penulis hadiahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa alam kegelapan ke alam terang benderang.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini teristimewa dipersembahkan kepada kedua orang tua tersayang Papa dan Mama serta Adik penulis yang selalu memberikan curahan kasih sayang dan doa.

Proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Karena itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.EC, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekomoni Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen

Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc, Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Sekaligus Sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan bimbingan dan panduan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. 6. Ibu Dra. Raina Linda Sari, M.Si selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.

7. Ibu Ilyda Sudardjat, S.Si, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan untuk perbaikan skripsi ini.


(6)

8. Seluruh Dosen Pengajar di Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh Staf Administrasi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan.

10.Bapak Pimpinan dan Staf Pegawai PT BPRS Sindanglaya Kotanopan, yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan riset dan bersedia memberikan data-data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

11.Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak dituliskan pada lembaran ini, penulis mohon maaf dan kelalaian ini tidak mengurangi rasa terima kasih penulis.

Penulis telah berusaha dengan maksimal untuk menghasilkan skripsi yang terbaik. Namun untuk kebaikan pengembangan ilmu penulis tetap menerima kritik dan saran. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Medan, April 2015 Penulis,

Rosna Parinduri NIM 120523017


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank ... 9

2.1.1 Pengertian Bank ... 9

2.1.2 Jenis – Jenis Bank ... 9

2.2 Pengertian Bank Syariah ... 13

2.3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) ... 15

2.3.1 Pengertian BPR ... 15

2.3.2 Fungsi Bank Perkreditan Rakyat (BPR)... 16

2.4 Pembiayaan ... 17

2.4.1 Pengertian Pembiayaan ... 17

2.4.2 Jenis Pembiayaan ... 17

2.4.3 Tujuan Pembiayaan ... 18

2.4.4 Fungsi Pembiayaan ... 19

2.5 Pengembangan dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 22

2.5.1 Pengertian Pengembangan ... 22

2.5.2 Pengertian UKM ... 24

2.6 Penelitian Terdahulu ... 29

2.7 Kerangka Konseptual ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 32

3.2 Tempat Penelitian ... 32

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Populasi dan Sampel ... 33

3.4.1 Populasi ... 33

3.4.2 Sampel ... 34

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.6.1 Studi Kepustakaan ... 35

3.6.2 Kuesioner ... 35


(8)

3.7.1 Metode Analisis Deskriptif ... 36

3.7.1.1 Tabel Distribusi Frekuensi ... 36

3.7.1.2 Tabulasi Silang/Cross Tabulation ... 37

3.7.1.3 Gambar/Grafik ... 37

3.7.1.4 Tabel Komparasi ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum BPRS Sindanglaya Kotanopan ... 39

4.2 Struktur Organisasi BPRS Sindanglaya Kotanopan ... 40

4.3 Hasil Penelitian ... 42

4.3.1 Profail Pengusaha ... 42

4.3.2 Pembiayaan Yang Diberikan BPR Syariah Bagi Penambhan Jumlah Tenaga Kerja ... 47

4.3.3 Pembiayaan Yang Diberikan BPR Syariah Bagi Peningkatan Pendapatan ... 54

4.3.3 Pembiayaan Yang Diberikan BPR Syariah Bagi Penambahan Divessifikasi Produk ... 59

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

1.1 Jumlah Pembiayaan Rata-rata yang disalurkan oleh PT BPRS Sindanglaya Kotanopan ... 5 2.1 Penelitian Terdahulu ... 29 3.1 Populasi Penerima UKM di Kotanopan Kabupaten

Mandailing Natal ... 33 4.1 Crosstab Usia Responden-Jumlah Pembiayaan Dari BPR

Syariah ... 42 4.2 Crosstab Jumlah Pembiayaan-Pendidikan Pengusaha dan

Lama Usaha ... 43 4.3 Crosstab Lama Usaha, Jenis Kelamin-Jumlah Dana

Pengusaha/Modal Sendiri, Pembiayaan dari BPR Syariah .. 44 4.4 Jawaban Responden, Apakah Pembiayaan Yang Diberikan

BPRS Bermanfaat Bagi Pengembangan Usaha ... 46 4.5 Data Responden Tentang Pandangan Umum Mengenai

Pengembangan UKM ... 46 4.6 Data Responden Tentang Jenis Tenaga Kerja ... 47 4.7 Data Responden Tentang Kriteria Pemilihan Tenaga Kerja 48 4.8 Data Responden Tentang Mendapat Pembiayaan Lagi,

Apakah Akan Menambah Jumlah Tenaga Kerja ... 49 4.9 Crosstab Usia Responden-Jumlah Tenaga Kerja Setelah

Mendapat Pembiayaan Dari BPR Syariah ... 50 4.10 Jumlah Tenaga Kerja Sebelum Dan Sesudah Menerima

Pembiayaan Dari BPR Syariah ... 51 4.11 Data Responden Tentang Dampak Pengembangan Usaha

Terhadap Dunia Ketenaga Kerjaan ... 53 4.12 Data Responden Tentang Peningkatan Pendapatan Setelah


(10)

Adanya Pembiayaan DBPR Syariah ... 54 4.13 Data Responden Tentang Peningkatan Pendapatan Yang

Diterima ... 54 4.14 Data Responden Tentang Pendapatan Yang Diterima Telah

Sesuai Dengan Harapan ... 55 4.15 Crosstab Usia Responden- Jumlah Pendapatan Setelah

Menerima Pembiayaan Dari BPR Syariah ... 56 4.16 Crosstab Pendapatan Sebelum dan Sesudah Menerima

Pembiayaan-Lama Usaha ... 57 4.17 Data Responden Tentang Adanya Pembiayaan, Apakah

Jenis Produk Juga Akan Bertambah ... 59 4.18 Crosstab usia responden-jumlah produk setelah mendapat

Pembiayaan dari BPR Syariah ... 60 4.19 Diversifikasi produk sebelum dan sesudah menerima


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 31 4.1 Struktur Organisasi PT BPRS Sindanglaya Kotanopan ... 40 4.2 Grafik Modal Sendiri Dari Pengembangan UKM Dan

Sesudah Menerima Pembiayaan Dari BPR Syariah ... 45 4.3 Grafik Jumlah Tenaga Kerja Sebelum Mendapat

Pembiayaan Dan Sesudah Mendapat Pembiayaan

Dari BPR Syariah ... 52 4.4 Grafik Pendapatan Sebelum Menerima Pembiayaan Dan

Sesudah Menerima Pembiayaan Dari BPR Syariah ... 58 4.5 Grafik Diversifikasi Produk Sebelum dan Sesudah


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Peran BPR Syariah Bagi Pengembangan UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang diberikan BPRS Sindanglaya Kotanopan terhadap pengembangan usaha. Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif kualitatif. Populasinya adalah seluruh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang menerima pembiayaan dari BPRS Sindanglaya Kotanopan. Penentuan sampel menggunakan metode random sampling yaitu sebanyak 45 pengusaha UKM. Pengumpulan data primer dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan kepada para responden. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa dengan adanya pembiayaan dari BPRS Sindanglaya Kotanopan dapat meningkatkan penambahan jumlah tenaga kerja pengusaha UKM, dapat meningkatkan pendapatan pengusaha setiap bulannya walaupun sebagian pengusaha tidak mengalami peningkatan pendapatan dan dapat meningkatkan jenis produk yang dijual atau diproduksi oleh pengusaha walaupun sebagian pengusaha tidak menambah jenis produknya akan tetapi bisa meningkatkan pendapatanya. Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang baik atau positif dari pemberian pembiayaan dari BPRS Sindanglaya Kotanopan bagi pengembangan UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.


(13)

ABSTRACK

The title of this study is "analyzes the role BPR Syariah toward UKM Development in Kotanopan District, Mandailing Natal Regency". The aim of this study is to examine the effect of defrayal from BPRS Sindanglaya Kotanopan toward business improvement. this study using survey method with descriptive and qualitative data. The population of this study is all the small and medium business (UKM) which accepted the defrayal from BPRS Sindanglaya Kotanopan. Random Sampling was used to determined 45 samples. Primary data collected by respondent who filled questionnaire. From these results it can be seen that the presence of BPRS Sindanglaya Kotanopan financing can increase the amount of labor business UKM, entrepreneurs can increase revenue per month although some employers do not experience an increase in revenue and can improve the types of products on sale or manufactured by business although some business do not add to the type of product but could increase its income. The result showed that the defrayal from BPRS Sindanglaya Kotanopan have positive effect for business development (UKM) in Kotanopan district Mandailing Natal regency.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem perekonomian di Indonesia yang sesuai dengan prinsip syariah sebenarnya telah dipraktikkan dan melembaga sejak lama (Hamidi, 2003: 1). Bila melihat kebelakang, sesungguhnya masyarakat Indonesia telah mengenal ekonomi syariah bahkan jauh sebelum sistem kapitalis dikenal bangsa ini melalui para pedagang Eropa pada abad ke – 17. Jejaknya masih bisa dilihat di pedesaan, di mana praktik bagi hasil dalam pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap masih tetap berlangsung. Dalam perkembangannya, bahkan sempat memiliki peran secara nasional, terbukti dengan terbentuknya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1909 (Ibid). Dengan demikian, legalisasi perbankan syariah melalui UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dalam UU No. 10 Tahun 1998 serta UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia merupakan jawaban atas permintaan yang nyata dari masyarakat.

Lahirnya UU No.21 Tahun 2008 tentang Bank Syariah telah melengkapi landasan konstitusional dalam menjalankan dan mengembangkan perbankan syariah di Indonesia. Dengan diperkenalkannya perbankan berdasarkan prinsip syariah, maka sisitem perbankan Indonesia saat ini, sudah dapat dijalankan dengan berdasarkan prinsip syariah.

Sistem perbankan syariah yang ada dimasyarakat untuk melengkapi kebutuhan masyarakat, seperti produk dan jasa yang ditawarkan oleh bank tersebut. Produk dan jasa yang ditawarkan oleh perbankan syariah ini tidak semua


(15)

masyarakat memanfaatkannya karena masih ada bank konvensional yang menawarkan produk dan jasa juga kepada masyarakat. Masyarakat bisa memilih dengan prinsip kepercayaan masing-masing orang untuk memilih produk atau jasa yang ditawarkan oleh bank.

Kegiatan usaha perbankan syariah pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhkan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sisitem bunga, melainkan atas dasar prinsip syariah sebagaimana digariskan syariah (hukum) Islam. Dengan adanya kegiatan usaha perbankan syariah ini sangat membantu masyarakat untuk bertransaksi, seperti bisa melakukan pembayaran listrik, air dan telepon. Siamat (2005: 407) menyatakan bahwa “Prinsip operasi bank syariah berdasarkan pada syariah Islam yaitu hukum-hukum yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunnah Rasul”. Perbankan syariah menjalankan operasinya tidak menggunakan sistem bunga sebagai dasar penentuan imbalan yang akan diterima melainkan bagi hasil yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, misalnya kesepakatan antara sipenerima pembiayaan dengan pihak bank.

Bank Syariah di Indonesia berlaku sejak dirintis Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Undang-undang tersebut menggunakan istilah ‘bank bagi hasil’ untuk bank yang berprinsip Syariah. Salah satu bank yang mendasarkan kegiatannya pada prinsip syariah adalah BPR Syariah. Bank umum yang pertama kali menyatakan dirinya sebagai bank umum syariah adalah Bank Muamalat Indonesia dikemukakan Majelis Ulama Indonesia di awal tahun 1990 dalam Musyawarah Nasionak ke IV. PT Bank Muamalat Indonesia yang


(16)

beroperasi pada tanggal 1 Mei 1992 menjadi bank umum pertama yang beropersi berdasarkan prinsip – prinsip syariah.

Pada akhir tahun 1998, jumlah kantor bank syariah secara nasional di Indonesia adalah sebanyak 78 kantor, yang terdiri dari 1 kantor bank umum dan 77 kantor BPR (Triandaru, 2006: 154). Perkembangan bank berdasarkan prinsip syariah masih sangat kecil dibandingkan dengan bank konvensional. Hingga awal tahun 2005, terdapat 3 bank umum syariah dan 16 bank unit usaha syariah (Ibid).

Perkembangan syariah sangat diwarnai oleh perkembangan perbankan syariah yang diawali dengan berdirinya tiga BPRS di Bandung, yaitu PT BPRS Berkah Amal Sejahtera dan PT BPRS Dana Mardatilah pada tanggal 19 Agustus 1991, PT BPRS Amanah Rabbaniah pada tanggal 24 Oktober 1991. Selain itu, pada tanggal 10 November 1991, juga telah berdiri PT BPRS Hareukat di Nangroe Aceh Darussalam.

Keberadaan BPRS sangat membantu masyarakat kecil dan usaha kecil menengah (UKM). Selama ini ada tiga sumber dana yang selalu menjadi acuan BPRS untuk mendapatkan dana yang seterusnya disalurkan sebagai pembiayaan (Hamidi, 2003: 81). Pertama, dari modal BPRS sendiri. Kedua, dari dana masyarakat atau yang lebih dikenal dana pihak ketiga (DPK). Ketiga, pinjaman antarbank. Pemerintah telah lama menggulirkan kebijakan kredit usaha mikro dalam menanggulangi kemiskinan yang telah lama merugikan sebagian masyarakat Indonesia. Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan telah dikaitkan dengan pengembangan usaha mikro. Pengembangan usaha mikro akan meningkatkan kesempatan kerja bagi masyarakat yang belum mempunyai


(17)

pekerjaan. Pengembangan UKM menjadi hal penting untuk mengingat perannya yang cukup besar dalam perekonomian.

Para pedagang kecil yang tinggal di desa tergolong ekonomi lemah, seperti di kecamatan Kotanopan. Kehadiran BPRS sangat diharapkan oleh masyarakat setempat, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan pengembangan usahanya. Selain itu, sektor UKM akan berdampak langsung bagi tersedianya lapangan pekerjaan yaitu mengatasi pengangguran dan kemiskinan.

Berdasarkan kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa perbankan syariah bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang membutuhkan dana cepat. Salah satu produk yang ditawarkan oleh bank syariah kepada masyarakat adalah Pembiayaan UKM. BPRS Sindanglaya Kotanopan salah satu bank syariah yang pertama kali berdiri di Kab. Mandailing Natal Kecamatan Kotanopan dan beroperasinya sebagai bank yang berprinsip syariah pada tahun 2005. BPRS Sindanglaya Kotanopan ini dulunya beroperasi sebagai bank Konvensional semenjak tahun 1993. Semenjak saat itu, BPRS Sindanglaya Kotanopan mulai mengembangkan usaha syariah, dengan strategi pengembangan bertahap dan berkesinambungan yang sesuai dengan prinsip syariah.

Mulai berdirinya BPRS Sindanglaya ini, bertujuan untuk membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah untuk melayani kebutuhan pembiayaan bagi golongan ekonomi lemah yang tidak terjangkau oleh bank umum. BPRS ini akan menjadi lembaga yang akan memberikan layanan perbankan syariah kepada masyarakat dan memberi solusi permodalan bagi pengusaha kecil dan menengah.


(18)

Tabel 1.1

Jumlah Pembiayaan Rata-rata yang disalurkan oleh PT BPRS Sindanglaya Kotanopan

Tahun Jumlah Pembiayaan Rata-rata/tahun

2011 Rp. 1.321.916.000

2012 Rp. 3.609.117.000

2013 Rp. 5.996.950.000

Sumber: PT BPRS Sindanglaya Kotanopan

Berdasarkan tabel diatas penyaluran pembiayaan yang disalurkan oleh PT BPRS Sindanglaya Kotanopan semakin meningkat dari setiap tahunnya. Pada tahun 2011 pembiayaan mencapai Rp 1.321.916.000,- per tahun. Kemudian pada tahun 2012 rata-rata kenaikan 62% yaitu Rp 3.509.117.000,- dan kemudian pada tahun 2013 mengalami peningkatan mencapai 70% yaitu Rp 5.996.950.000,-. Hal tersebut bermakna bahwa BPRS Sindanglaya Kotanopan menunjukkan peningkatan untuk pembiayaan UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal dari tahun ke tahun. Nominal pinjaman dana yang diberikan oleh BPRS Sindanglaya Kotanopan untuk pembiayaan UKM dari Rp 1.000.000 – Rp 100.000.000 dilihat dari jenis usaha yang dimiliki oleh nasabahnya.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian yang membahas tentang “Analisis Peran BPR Syariah Bagi Pengembangan UKM Di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana pengaruh pembiayaan yang diberikan BPRS Sindanglaya Kotanopan terhadap jumlah tenaga kerja pengusaha UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal?


(19)

2. Bagaimana pengaruh pembiayaan yang diberikan BPRS Sindanglaya Kotanopan terhadap pendapatan pengusaha UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal?

3. Bagaimana pengaruh pembiayaan yang diberikan BPRS Sindanglaya Kotanopan terhadap diversifikasi produk UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai perumusan diatas, maka tujuan penelitiannya adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang diberikan BPRS Sindanglaya Kotanopan terhadap jumlah tenaga kerja pengusaha UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang diberikan BPRS Sindanglaya Kotanopan terhadap pendapatan pengusaha UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

3. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan yang diberikan BPRS Sindanglaya Kotanopan terhadap diversifikasi produk UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintahan

Dapat dijadikan sebagai masukan bagi pemerintah supaya memperhatikan daerah-daerah terpencil yang masih membutuhkan dana untuk bisa melakukan pembiayaaan.


(20)

2. Bagi Perusahaan

Dapat dijadikan masukan bagi PT BPR Syariah untuk terus menyalurkan pembiayaan untuk UKM, guna pengembangan Usaha Kecil dan Menengah.

3. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat untuk menanbah ilmu pengetahuan dan informasi khususnya mengenai pembiayaan BPR Syariah bagi pengembangan UKMdi Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

4. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi, dan sebagai bahan sumbangan pemikiran tentang peran BPR Syariah bagi pengembangan UKM.

5. Bagi Penulis

Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Sarjana di Universitas Sumatera Utara dan menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Universitas Sumatera Utara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Departemen Ekonomi Pembangunan.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bank

2.1.1 Pengertian Bank

Pengertian bank menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No.10 tahun 1998 dalam buku Dahlan Siamat (2004: 275), “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.

Menurut Kasmir (2010: 8) dalam bukunya Pemasaran Bank mengatakan bahwa secara sederhana bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa – jasa bank lainnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, bank adalah sebuah lembaga pemberian jasa dalam lalu lintas pembayaran, yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2.1.2 Jenis-jenis Bank

Adapun jenis – jenis perbankan (Kasmir, 2009: 34), yaitu: 1. Dilihat dari Segi Fungsinya


(22)

Menurut Undang – Undang Pokok Perbankan Nomor 14 tahun 1967 jenis perbankan menurut fungsinya terdiri dari:

a. Bank Umum

b. Bank Pembangunan c. Bank Tabungan d. Bank Pasar e. Bank Desa f. Lumbung Desa g. Bank Pegawai

Namun Setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang – Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 maka jenis perbankan terdiri dari:

a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Bank perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.


(23)

2. Dilihat dari Segi Kepemilikan

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan, kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank yang bersangkutan, yaitu:

a. Bank Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank yang baik akte pendirian maupun modalnya dimilki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik pemerintah adalah Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), dan Bank Pemerintah Daerah (BPD). b. Bank Milik Swasta

Bank milik swasta adalah bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh: Bank Muamalat, Danamon, Bank Niaga, BCA, dan bank lainnya.

c. Bank Milik Koperasi

Bank milik koperasi adalah bank yang kepemilikan saham – saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh: Bank Umum Koperasi Indonesi


(24)

d. Bank Milik Asing

Bank milik asing adalah bank yang merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing. Contoh: Mitsubishi Buana Bank, City Bank dan Hongkong Bank 3. Dilihat dari Segi Status

Dari segi status ini menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas produknya, yaitu:

a. Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing. Contoh: transfer keluar negeri, inkasso keluar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran letters of credit serta transaksi lainnya. b. Bank Non Devisa

Bank non devisa adalah bank yang mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

4. Dilihat dari Segi Cara Menetukan Harga

Dari segi cara menentukan harga dilihat dari cara menentukan harga jual maupun harga beli, terdiri dari:

a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional

Bank berdasarkan prinsip konvensional adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Kepada para nasabahnya bank


(25)

konvensional menerapkan dua metode yaitu menetapkan bunga sebagai harga dan untuk jasa – jasa bank lainnya bank konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya – biaya dalam nominal atau persentase tertentu atau dikenal dengan istilah fee based.

b. Bank Berdasarkan Prinsip Syariah

Bank berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.

2.2 Pengertian Bank Syariah

Menurut Undang – Undang No.21 Tahun 2008, Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Syariah. Definisi prinsip syariah yang dimaksud memiliki dua pesan penting yaitu prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dan penetapan pihak atau lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa yang menjadi dasar prinsip syariah.

“Perbankan Syariah adalah sistem perbankan yang dalam usahanya didasarkan pada prinsip-prinsip hukum atau syariah Islam dengan mengacu kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul” (Siamat, 2005: 407). “Bank Syariah adalah bank dalam aktifitasnya baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil” (Triandaru, 2008: 153). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah bank yang dalam kegiatan operasionalnya


(26)

berdasarkan prinsip syariah dan hukum Islam dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil.

2.2.1 Fungsi Bank Syariah

Fungsi bank syariah secara umum adalah (http:Ahyar Junaedi/Memahami Bank Syariah Menurut fungsinya diakses pada hari Rabu tanggal 17 September 2014):

1. Manajer Investasi

Sebagai manajer investasi, bank syariah berperan dalam pengelolaan dana yang dihimpun dari nasabah. Bank syariah berkewajiban mengelola dana yang terhimpun dengan hati-hati, profesional, serta transparan. Besar kecilnya pendapatan (bagi hasil) yang diterima oleh pemilik dana (nasabah/deposan) sangat bergantung pada keahlian, kehati-hatian dan profesionalisme dari bank syariah.

2. Fungsi Investor

Bank syariah yang berhasil menghimpun dana dalam bentuk wadiah yad dhamanah, mudharabah mutlaqah, atau dana lain (modal sendiri dan sebagainya) kemudian dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk pooling dana. Berbagai macam dana yang dihimpun dan dicampur dalam pooling dana inilah yang kemudian digunakan oleh bank syariah yang berfungsi sebagai investor untuk disalurkan kepada sektor-sektor yang tidak bertentangan dengan syariah. Umumnya penyaluran dana (investasi) oleh bank syariah dilakukan melalui tiga jenis penyaluran:


(27)

1. Prinsip bagi hasil, yaitu instrumen penyaluran dana kepada sektor-sektor produktif dengan menggunakan produk-produk pembiayaan mudharabah atau musyarakah.

2. Prinsip Ujroh, yaitu sarana penyaluran dana melalui produk-produk pembiayaan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik

3. Prinsip Jual-beli, yaitu penyaluran pendanaan melalui produk-produk pembiayaan murabahah, salam dan salam paralel, istishna dan istishna paralel.

2.3Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 2.3.1 Pengertian BPR

Pengertian Bank Perkreditan Rakyat dalam buku Triandaru (2008: 86), “Bank Perkreditan Rakyat didefenisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagai bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran”. Kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat secara lengkap adalah:

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.

c. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.


(28)

d. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, dan/atau tabungan pada bank lain.

Di samping kegiatan – kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh BPR di atas, terdapat juga kegiatan – kegiatan yang merupakan larangan bagi BPR sebagai berikut:

a. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran

b. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing c. Melakukan penyertaan modal

d. Melakukan usaha perasuransian

e.Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas. 2.3.2 Fungsi Bank perkreditan Rakyat (BPR)

Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat dari sisi kepentingan pemerintah (Siamat, 2005: 399) adalah untuk:

a. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak memiliki akses ke bank umum.

b. Membantu pemerintah mendidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar akselerasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih dipercepat.

c. Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan.


(29)

d. Mendidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan lembaga keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rintenir.

2.4 Pembiayaan

2.4.1 Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan menurut Antonio (2001: 160), “Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit unit”. Pembiayaan (Veithzal, 2010: 698) menyatakan bahwa

“Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I Trust, ‘saya percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul mal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan. Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua belaj pihak”.

2.4.2 Jenis Pembiayaan

Jenis pembiayaan menurut sifat penggunaanya (Antonio, 2001: 160) dapat dibagi menjadi dua hal yaitu:

1) Pembiayaan Produktif

Pembiayaan produktif yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.


(30)

2) Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif (Antonio, 2001: 160) dapat dibagi menjadi dua hal yaitu:

1) Pembiayaan Modal Kerja

Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil

produksi maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi.

b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang

2) Pembiayaan Investasi

Pembiayaan investasi untuk memenuhi kebutuhan barang – barang (capital goods) serta fasilitas – fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. 2.4.3 Tujuan Pembiayaan

Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup lingkup yang luas. Pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari pembiayaan (Veithzal, 2010: 711), yaitu sebagai berikut:

1) Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya menyalurkan


(31)

pembiayaan kepada usaha - usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya.

2) Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar – benar terjamin sehingga profitability dapat benar – benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang, atau jasa itu betul – betul terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan (profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.

2.4.4 Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi pembiayaan di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan (Veithzal, 2010: 712) dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Pembiayaan dapat Meningkatkan Utility (Daya Guna) dari Modal/Uang Para penabung menyimpan uangnya dilembaga keuangan. Uang tersebut dalam persentase tertentu ditingkatkan kegunaanya oleh lembaga keuangan. Para pengusaha menikmati pembiayaan dari bank untuk memperluas/ memperbesar usahanya, baik untuk meningkatkan produksi, perdagangan, untuk usaha – usaha rehabilitasi, ataupun usaha peningkatan produktivitas secara menyeluruh.

2) Pembiayaan Meningkatkan Utility (Daya Guna) suatu Barang

Produsen dengan bantuan pembiayaan dapat memproduksi bahan jadi sehingga utility dari bahan tersebut meningkat.


(32)

3) Pembiayaan Meningkatkan Peredaran dan Lalu Lintas Uang

Pembiayaan yang disalurkan melalui rekening – rekening koran, pengusaha menciptakan pertambahan peredaran uang giral dan sejenisnya seperti cheque, bilyet giro, wesel, promes dan sebagainya melalui pembiayaan. Peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang. Oleh karena pembiayaan menciptakan suatu kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah secara kualitatif, apalagi secara kuantitatif.

4) Pembiayaan Menimbulkan Gairah usaha Masyarakat

Manusia makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi, yaitu selalu berusaha memenuhi kebutuhannya. Kegiatan usaha sesuai dengan dinamikanya akan selalu meningkat. Akan tetapi, peningkatan usaha tidaklah selalu diimbangi dengan peningkatan kemampuan. Karenanya, manusia selalu berusaha dengan segala daya untuk memenuhi kekurangmampuannya yang berhubungan dengan manusia lain yang mempunyai kemampuan.

5) Pembiayaan Sebagai Alat Stabilitasi Ekonomi

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah – langkah stabilitasi pada dasarnya diarahkan pada usaha – usaha untuk antara lain:

a. Pengendalian inflasi b. Peningkatan ekspor c. Rehabilitasi sarana


(33)

Untuk menentukan arus inflasi dan terlebih – lebih lagi untuk usaha, pembangunan ekonomi, maka pembiayaan bank memegang peranan penting. Arah pembiayaan harus berpedoman pada segi – segi pembatasan kualitatif, yaitu pengarahan ke sektor – sektor produktif dan sektor – sektor prioritas yang secara langsung berpengaruh terhadap hajat hidup masyarakat.

6) Pembiayaan sebagai Jembatan untuk peningkatan Pendapatan Nasional Pengusaha yang memperoleh pembiayaan tentu saja berusaha untuk meningkatkan usahanya. Peningkatan usaha berarti peningkatan profit. Bila keuntungan ini secara kumulatif dikembangkan lagi dalam arti kata dikembalikan kedalam struktur permodalan, maka peningkatan akan berlangsung terus – menerus.

7) Pembiayaan sebagai Alat Hubungan Ekonomi Internasional

Lembaga pembiayaan tidak saja bergerak didalam negeri, tetapi juga diluar negeri. Beberapa negara kaya minyak yang telah sedemikian maju organisasi dan sistem perbankannya yang telah melebarkan sayap perbankannya keseluruh pelosok dunia. Demikian pula beberapa negara maju lainnya. Dari uraian diatas, terasalah bagi kita betapa besarnya fungsi didalam negeri tetapi juga menyangkut hubungan antara negara sehingga melalui pembiayaan hubungan ekonomi internasional dapat dilakukan dengan lebih terarah. Lalu lintas pembayaran internasional pada dasarnya berjalan lancar bila disertai kegiatan pembiayaan yang sifatnya internasional.


(34)

2.5 Pengembangan dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) 2.5.1 Pengertian Pengembangan

Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas bimbingan pendamping dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Tulus,2012: 16).

Pengembangan Usaha menurut Undang – Undang RI No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengan (Tulus, 2012: 23) adalah: Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang: Produksi dan pengolahan, Pemasaran, Sumber daya manusia dan Desain dan teknologi. Dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif dalam melakukan pengembangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembangan, prioritas, intensitas dan jangka waktu pengembangan diatur dengan peraturan pemerintah.

Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan untuk meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong dan kemasan bagi produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan


(35)

pengolahan dan meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan bagi Usaha Menengah.

Pengembangan dalam bidang pemasaran untuk melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran, menyebarluaskan informasi pasar, meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran, menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi Usaha Mikro dan Kecil, memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran dan distribusi dan menyediakan tenaga konsultan profesional dalam bidang penasaran.

Pengembangan dalam bidang sumber daya manusia sangat penting untuk pengguna UKM, sehingga masyarakatkan akan membudayakan kewirausahaan untuk meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial dalam membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis dan penciptaan wirausaha baru.

Pengembangan dalam bidang desain dan teknologi ini juga sangat penting untuk para pengusaha dalam meningkatkan kemampuan di bidang desain dan teknologi serta pengendalian mutu, kerjasama dan alih teknologi, kemampuan Usaha Kecil dan Menengah di bidang penelitian untuk mengembangkan desain dan teknologi baru serta memberikan insentif kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mengembangkan teknologi dan melestarikan lingkungan hidup dan mendorong Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk memperoleh sertifikat hak atas kekayaan intelektual.


(36)

2.5.2 Pengertian UKM

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha tanggal 12 September 2014)

Pengertian UKM menurut Undang – Undang RI No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengan (Tulus, 2012: 14) adalah Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan /atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang – Undang ini.

1) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsungdari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang ini.

2) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorang atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang – Undang ini.


(37)

3) Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

4) Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

5) Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

6) Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati atau Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah.

7) Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

8) Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang – undnagan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil


(38)

dan Menengah memperoleh pernikahan, kepastian, kesempatan, perlindungan dan dukungan yang seluas – luasnya.

9) Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah melalui pemberian fasilitas bimbingan pendamping dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

10)Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah daerah, Dunia Usaha dan masyarakat melalui bank, koperasi dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

11)Penjamin adalah pemberian jaminan pinjamin Usaha Mikro, Kecil dan Menengah oleh lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk memperbesar kesempatan memperoleh pinjaman dalam rangka memperkuat permodalannya.

12)Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan Usaha Besar.

13)Menteri adalah yang menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.


(39)

14)Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Sektor kegiatannya.

Asas dan Tujuan Usaha Mikro, kecil dan Menengah berdasarkan kekeluargaan, demokrasi ekonomi, kebersamaan, efisiensi berkeadilan dan berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional (Tulus, 2014:16). Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sangat dibutuhkan oleh para pengusaha UKM yaitu untuk menumbuhan kemandirian, kebersamaan dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri, perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel dan berkeadilan, pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, meningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian secara terpadu.

Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Tulus, 2012: 17) untuk:

a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan


(40)

b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri

c. Meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Kriteria dalam Usaha Mikro (Tulua, 2012: 18) adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.00.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).


(41)

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang – undangan dan kebijakan yang meliputi aspek (Tulus, 2012: 19): pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kesempatan berusaha, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan kelembagaan. Dunia Usaha dan masyarakat berperan secara aktif membantu menumbuhkan Iklim Usaha yang dikembangkan oleh masyarakat.

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapat ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang beragam. Penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Siti Zulaikah

(2011)

Peranan BPRS Ben Salamah Abadi Terhadap

Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah di Kecamatan Godong Kabupaten

Grobogan (Studi pada PT. BPRS Ben Salamah Abadi Purwodadi)

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan data kualitatif. Hasil penelitian nya adalah Peranan BPRS Ben Salamah Abadi yang sangat besar dalam upaya mendukung pemberdayaan UKM, dapat dilihat dari pratek pemberdayaan UKM yang dilakukan oleh BPRS Ben Salamah Abadi yang memberikan pembiayaan jasa layanan kepada masyarakat yaitu program Kredit Usaha Rakyat dengan nisbah bagi hasil yang disepakati 70:30

dengan marjin 18% pertahun.

Perkembangan ini dapat dilihat dari plafon pembiayaan UKM yang mengalami peningkatan sangat baik dari tahun ke tahun, dan diprioritaskan untuk sektor layanan jasa pertanian dan perdagangan.

2. Zednita Azriani

(2008)

Peranan Bank Perkreditan Rakyat Terhadap Kinerja Usaha Kecil di Sumatera Barat

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah model persamaan simultan dengan enam persamaan struktural dan satu persamaan identitas. Temuan yang ada dalam penelitian inia adalah tidak ada


(42)

perbedaan yang nyata dari karakteristik nasabah usaha kecil BPR binaan Bank Nagari dan nasabah usaha kecil BPR non- binaan Bank Nagari. Kredit yang diterima usaha kecil berpengaruh positif dan berbeda nyata terhadap nilai omset penjualan, tetapi tidak berpengaruh secara nyata terhadap penyerapan tenaga kerja usaha kecil. Kinerja usaha kecil nasabah BPR binaan Bank Nagari ternyata tidak berbeda nyata dengan kinerja usaha nasabah BPR non-binaan Bank Nagari.

3. Muhammad

Sholahuddin (2013) Tantangan Perbankan Syariah Dalam Peranannya Mengembangkan UMKM

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan data kualitatif. Hasil penelitian mengatakan bahwa secara kualitatif ternyata peran perbankan syariah terhadap UMKM masih belum memuaskan. Banyak pihak mempunyai ekspektasi terlalu besar terhadap peran perbankan syariah terhadap UMKM. Padahal sistem keuangan syariah nasional mempunyai permasalahan fundamental yang menyebabkan berbagai pihak terkait mengalami kesulitan dalam mengoptimalkan fungsi syariah sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Tantangan utama lembaga keuangan syariah adalah menyelesaikan permasalahan fundamental tersebut yang terdiri dari kerangka sistem yang berbasis pada bunga, ketidakstabilan standar mata uang dan pola pikir permissive akibat lingkungan kehidupan kapitalistik.


(43)

2.7 Kerangka Konseptual

Secara skematis gambaran kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambar seperti gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pendapatan pengembangan UKM

Pembiayaan BPR Syariah

Diversifikasi Produk UKM Penambahan tenaga kerja


(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Sanusi (2013: 13) “penelitian deskriptif adalah penelitian yang disusun dalam rangka memberikan gambaran secara sistematis tentang informasi ilmiah yang berasal dari subjek atau objek penelitian”. Penelitian deskriptif dalam penelitian ini dilakukan dengan secara kualitatif.

3.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara dengan memfokuskan pada sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Difokuskan penelitian ini di kecamatan Kotanopan karena dengan adanya pembiayaan yang diberikan oleh PT BPR Syariah Sindanglaya Kotanopan diyakini membantu pengusaha UKM untuk mengembangkan usahanya.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dalam penelitian ini adalah analisis peran BPR Syariah bagi pengembangan UKM di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal. Dalam tulisan ini yang akan dijadikan sebagai ukuran terhadap pembiayaan yang diberikan PT BPR Syariah Sindanglaya Kotanopan adalah pengembangan UKM yang dilihat dari sisi tenaga kerja, pendapatan dan disversifikasi produk.


(45)

Defenisi opersional

1. Pembiayaan yang diberikan oleh BPRS Sindanglaya Kotanopan adalah jumlah uang yang diterima pengusaha UKM dengan satuan rupiah.

2. Tenaga kerja pengembangan Usaha Kecil dan Menengah adalah tenaga kerja yang bekerja pada UKM-UKM yang ada di Kecamatan Kotanopan dan menerima gaji tetap maupun tidak tetap.

3. Pendapatan adalah pendapatan yang diterima oleh pengusaha tersebut dalam setiap bulannya setelah mendapatkan pembiayaan dari BPRS Sindanglaya Kotanopan daam satuan rupiah.

4. Disversifikasi produk adalah upaya yang dilakukan pengusaha /produsen /perusahaan untuk mengusahakan atau memasarkan beberapa produk yang sejenis dengan produk yang sudah dipasarkan sebelumnya.

3.4Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012: 90). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kabupaten Mandailing Natal yang menerima pembiayaan dari BPRS Sindanglaya Kotanopan, sebanyak 113 pengusaha.


(46)

Tabel 3.1

Populasi Penerima UKM di Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal

Desa Jumlah Penerima UKM

Sabadolok 5

Singengu 6

Pasar Kotanopan 57

Jambur Tarutung 13

Aek Kapesong 3

Hutabaringin 4

Muara Soro 5

Muara Siambak 4

Muara Pungkut 4

Tamiang 12

Jumlah 113

Sumber: PT BPR Syariah Sindanglaya Kotanopan 3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012: 91). Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang dilakukan adalah menggunakan metode random sampling. Menurut Sugiyono (2012: 93) menyatakan bahwa “random sampling adalah pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populsi itu”. Sampel dalam penelitian ini adalah Usaha kecil dan menengah yang menerima pembiayaan dari BPR syariah yang ada di Kotanopan. Gay dan Dichl (dalam Sanusi, 2011: 100) mengemukakan untuk penelitian deskriptif minimal diambil sampel 10% dari populasi. Adapun jumlah sampel yang akan diteliti adalah 40% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 45 pengusaha penerima UKM.


(47)

3.5 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang didapat dari subjek penelitian dengan cara melakukan pengamatan, percobaan atau interview/ wawancara (Sujarweni, 2012: 21). Cara untuk mendapatkan data primer biasanya melalui observasi / pengamatan langsung. Subjek diberi lembar yang berisi pertanyaan untuk diisi, pertanyaan yang ditujukan untuk reponden. Data sekunder atau data informasi yang diperoleh melalui jurnal, skripsi, majalah dan situs internet untuk mendukung penelitian ini. 3.6 Teknik Pengumpulan Data

Agar dapat mengumpulkan data yang dibutuhkan, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

3.6.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang terkait dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti (Sugiyono, 2008: 487). Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan referensi dan kajian teoritis terkait dengan perbankan syariah dan metode penelitian.

3.6.2 Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012: 162).

3.7 Teknik Pengolahan Data


(48)

3.7.1 Metode analisis Deskriptif

Metode deskriftif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian (Kuncoro, 2003: 8). Tujuan dari penelitian deskriftif sendiri adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antara fenomena yang sedang diselidiki. Analisis yang akan dilakukan dengan cara:

3.7.1.1 Tabel Distribusi Frekuensi

Data yang dikumpulkan oleh peneliti biasanya masih berupa data mentah dan bercerai berai sehingga sulit untuk dideskripsikan. Data yang dikumpulkan perlu dikelompokkan dengan cara menyusunnya ke dalam kelas-kelas tertentu. Daftar yang memuat data berkelompok disebut dengan distribusi frekuensi. Distribusi Frekuensi adalah susunan data menurut kelas-kelas interval tertentu atau dalam sebuah daftar (Sanusi, 2013: 116). Dengan kata lain distribusi frekuensi dibuat untuk menyederhanakan bentuk dan jumlah data sehingga ketika disajikan kepada para pembaca dapat mudah dipahami atau dinilai.

3.7.1.2 Tabulasi Silang/Cross Tabulation

Tabulasi silang hanya memerlukan sedikit pengetahuan kuantitatif, yang dibutuhkan hanya kemampuan menghitung persentase (Kuncoro, 2009: 219). Analisis tabulasi silang


(49)

meliputi dua jalur tabulasi frekuensi. Dalam tabel silang merupakan metode untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Agar mudah dibaca, variabel terikat (variabel dependen) biasanya disusun pada garis row, sedangkan variabel bebas (variabel independen) disusun pada garis kolom.

3.7.1.3 Gambar/Grafik

Grafik tidak lain adalah alat penyajian data statistik yang tertuang dalam bentuk lukisan, baik lukisan garis, gambar, maupun lambang. Jadi dalam penyajian data angka melalui grafik, angka itu dituliskan dalam bentuk lukisan garis, gambar atau lambang tertentu, dengan kata lain angka itu divisualisasikan.

3.7.1.4 Tabel Komparasi

Penelitian komparasi bahwa dalam penelitian ini bermaksud mengadakan perbandingan kondisi. Penelitian komparasi dijelaskan tampaknya ada nilai kemanfaatan hanya apabila yang dibandingkan menunjukkan variabel dinamis (Arikunto, 2010: 6). Dalam penelitian ini tabel komparsi menggambarkan perbandingan jumlah tenaga kerja sebelum dan sesudah menerima pembiayaan dari BPR Syariah, pendapatan UKM sebelum dan sesudah menerima pembiayaan dari BPR Syariah dan disversifikasi produk UKM sebelum dan sesudah menerima pembiayaan dari BPR Syariah.


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum BPR Syariah Sindanglaya Kotanopan

PT BPRS Sindanglaya Kotanopan berlokasi dijalan Perintis Kemerdekaan No.14-A Kelurahan Pasar Kotanopan, Kecamatan Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal. Mulai beroperasi pada tanggal 5 Agustus 2005 dengan surat izin operasional No. 002/SL/VIII/2005 tertanggal 5 Agustus 2005.

BPR Syariah ini bertujuan untuk membantu mengembangkan usaha kecil dan menengah untuk melayani kebutuhan pembiayaan bagi golongan ekonomi lemah yang tidak terjangkau oleh bank umum. BPR Syariah ini menjadi lembaga yang akan memberikan layanan perbankan syariah kepada masyarakat dan memberi solusi permodalan bagi pengusaha kecil dan menengah.

Sebagai langkah awal dalam mendirikan PT BPRS Sindanglaya Kotanopan menyediakan dana awal sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta Rupiah) untuk memberikan dan menyalurkan dana kepada masyarakat. Dengan tujuan untuk menyediakan pembiayaan kepada para petani dan pedagang kecil yang akan menjadi faktor penting dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat.

PT BPRS Sindanglaya Kotanopan berdudukan di Kecamatan Kotanopan. Pemegang sahamnya antara lain PT BPRS Sindanglaya Kotanopan, DR. H. Maslim Batubara, Drs. H. Ali Umar Lubis, Prof. Dr. H. M. Thamrin Tanjung.


(51)

4.2 Struktur Organisasi BPR Syariah Sindanglaya Kotanopan

Struktur Organisasi PT BPRS Sindanglaya Kotanopan dapat dilihat pada gambar berikut:

Sumber: PT BPRS Sindanglaya Kotanopan Gambar 4.1

Struktur Organisasi PT BPRS Sindanglaya Kotanopan

RUPS

Dewan Komisaris

1. H. Maslin Batubara 2. Dr. H. Thamrin Tanjung 3. H. Ali Umar Lubis

Direktur Utama M. Ikhsan Lubis, BSc

Dewan Syariah Syahbuddin Lubis

Direktur Operasional Anni Batubara

Internal Audit M. Syarif

Marketing Ahmad Johan

Umum/SDI/ Permbukuan M. Taslim

Keamanan M. Saleh Lubis

Adm. Pembiayaan M. Zulfi Syahrin Teller/Tabungan


(52)

Struktur organisasi BPRS Sindanglaya Kotanopan menunjukkan struktur organisasi garis yang mengenal suatu komando, sehingga tiap-tiap tugas dalam organisasi hanya mengenal satu pemimpin. Dengan demikian ketegasan dalam perintah dan disiplin lebih terjamin.

Kebaikan struktur organisasi garis yang dikenal sebagai komando adalah sebagai berikut:

1. Garis yang ditunjukkan dalan strukrur organisasi tersebut merupakan tanggung jawab langsung yang diberikan pimpinan kepada bawahannya dan bersifat sederhana serta mudah untuk dimengerti.

2. Disiplin dan pengawasan dipermudah karena jelasnya saluran perintah yang diberikan pimpinan kepada bawahannya dan keputusan dapat diberikan secara cepat.

3. Jika digunakan secara tepat, dapat memiliki fleksibilitas terhadap perubahan keadaan.

Keburukan dari struktur organisasi daris yang dikenal sebai komando ini adalah sebagai berikut:

1. Pertumbuhan fungsi garis tanpa perkembangan fungsi staf akan membebani tanggung jawab administratif secara berlebih.

2. Sulit untuk memperoleh dana dan melatih karyawan yang serbabisa.

3. Diperlukan pemimpin organisasi yang tegas dan memiliki pengetahuan yang luas.

4. Sering kali terjadi kesalahan karena kurang adanya koordinasi atau komunikasi langsung anter bagian secara horizontal.


(53)

4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Profail Pengusaha

Perkembangan pengusaha UKM di Kecamatan Kotanopan sangat memberi keuntungan bagi para pengusaha dengan adanya pemberian pembiayaan dari BPRS Sindanglaya. Salah satu faktor yang mendukung pengusaha UKM untuk menjalankan usahanya adalah dengan adanya pemberian pembiayaan kepada pengusaha UKM, dapat kita lihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Crosstab Usia Responden – Jumlah Pembiayaan dari BPR Syariah Umur

Jumlah Pembiayaan

15-31 32-47 48-64 >65 Total

< Rp10.000.000 0 0 0 0 0

Rp10.001.000 – Rp30.000.000 1 3 0 0 4

Rp30.001.000 – Rp50.000.000 2 13 5 0 20

Rp50.001.000 – Rp75.000.000 1 6 4 0 11

Rp75.001.000 – Rp100.000.000 0 3 5 2 10

Total 4 25 14 2 45

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada responden yang menerima jumlah pembiayaan dari BPRS <Rp10.000.000, untuk yang menerima jumlah pembiayaan dari BPRS Rp 10.001.000 - Rp 30.000.000 adalah 4 responden, yang menerima jumlah pembiayan dari BPRS Rp 30.001.000 – Rp 50.000.000 adalah 20 responden, untuk jumlah pembiayaan dari BPRS Rp 50.001.000 – Rp 75.000.000 adalah 11 responden dan yang menerima pembiayaan dari BPRS Rp 75.001.000 – Rp 100.000.000 adalah 10 responden. Hal ini juga menunjukkan dimana usia 32-47 tahun yang menerima pembiayaan dari Rp. 30.001.000 – Rp. 50.000.000 paling banyak menerima pembiayaan dari BPR Syariah yaitu sebanyak 13 responden.


(54)

Tabel 4.2

Crosstab Jumlah Pembiayaan – Pendidikan Pengusaha dan Lama Usaha Jumlah

Pembiayaan

Pendidikan Pengusaha

Total

Lama Usaha

Total

SD SMP SMA PT <5

Thn

6-10 Thn

11-15 Thn

>16 Thn

<Rp. 10.000.000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Rp.10.001..000-Rp.30.000.000

0 0 3 1 4 3 1 0 0 4

Rp.30.001.000-Rp.50.000.000

0 5 12 3 20 8 10 0 2 20

Rp.50.001.000-Rp.75.000.000

2 0 6 3 11 2 5 4 0 11

Rp.75.001.000-Rp.100.000.000

1 2 6 1 10 1 3 4 2 10

TOTAL 3 7 27 8 45 14 19 8 4 45

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa di Kecamatan Kotanopan para pengusaha memiliki pendidikan terakhir SMA (Sekolah Menengah Atas) ada sebanyak 12 responden dengan lama usaha yang telah dijalankan 6-10 tahun sebanyak 10 responden dengan penerimaan pembiayaan dari BPR Syariah sebesar Rp. 30.001.000 – Rp. 50.000.000, dari hal ini dapat diketahui bahwa pemberian pembiayaan dari BPRS juga memiliki pengaruh pada pendidikan pengusaha dan lama usaha tersebut


(55)

Tabel 4.3

Crosstab Lama Usaha, Jenis Kelamin – Jumlah Dana Pengusaha/Modal Sendiri dan Pembiayaan dari BPRS

Lama Usaha Jenis Kelamin Jumlah Dana Pengusaha/Modal Sendiri T OT AL

Jumlah Pembiayaan dari BPRS T OT AL < Rp 25. 00 0. 0 00 R p 25 .00 1 .00 0 -R o 50 .00 0 .00 0 R p 5 0 .0 0 1 .00 0 -R o 7 5 .0 0 0 .00 0 R p 7 5 .0 0 1 .00 0 -R o 1 00 .0 0 0 .0 0 0 < Rp 25. 00 0. 0 00 R p 25 .00 1 .00 0 -R o 50 .00 0 .00 0 R p 5 0 .0 0 1 .00 0 -R o 7 5 .0 0 0 .00 0 R p 7 5 .0 0 1 .00 0 -R o 1 00 .0 0 0 .0 0 0 < 5 Tahun L AKI -L A KI

5 3 0 1 9 1 6 1 1 9

6-10 Tahun

6 3 0 0 9 0 2 6 1 9

11-15

Tahun 2 3 1 0 6 0 1 1 4 6

> 16

Tahun 1 0 0 1 2 0 0 0 2 2

< 5 Tahun P E R E M P UAN

5 0 0 0 5 0 3 2 0 5

6-10 Tahun

7 3 0 0 10 0 7 1 2 10

11-15

Tahun 2 0 0 0 2 0 0 2 0 2

> 16

Tahun 2 0 0 0 2 0 2 0 0 2

TOTAL 30 12 1 2 45 1 21 13 10 45

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengusaha UKM yang memiliki modal sendiri < Rp. 25.000.000 ada sebanyak 30 responden, dan yang menerima pembiayaan dari BPRS Rp. 25.000.000 – Rp. 50.000.000 ada 21 responden. Pengusaha yang menerima pembiayaan dari BPRS Rp.25.001.000 – Rp. 50.000.000 ada sebanyak 7 responden dengan lama usaha 6-10 tahun dengan pengusaha yang berjenis kelamin perempuan. Begitu juga dengan pengusaha laki-laki yang menerima pembiayaan dari BPRS Rp. 50.001.000 – Rp. 75.000.000 ada sebanyak 6 responden dengan lama usaha 6-10 tahun.


(56)

Gambar 4.2

Grafik Modal Sendiri Dari Pengusaha UKM dan Sesudah Menerima Pembiayaan dari BPR Syariah

Dari gambar diatas bisa diketahui modal sendiri dari pengusaha lebih kecil dari pada pembiayaan yang diterima dari BPR Syariah Sindanglaya Kotanopan, dimana modal sendiri dari pengusaha bisa kita lihat pada gambar dengan garis yang di bawah (garis yang berwarna biru) dan pembiayaan yang diberikan dari BPR Syariah berada di atas garis modal sendiri dari pengusaha UKM (garis yang berwarna merah menandakan garis pembiyaaan yang diberikan oleh BPR Syariah), bisa diketahui bahwa pembiayaan yang diberikan BPR Syariah lebih besar dari pada modal sendiri dari pengusaha UKM tersebut.

Pembiayaan yang diberikan BPRS sangat membantu para pengusaha UKM untuk mengembangkan usahanya dan setelah adanya pembiayaan ini sangat bermanfaat bagi pengusaha UKM, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Rp-Rp50.000.000 Rp100.000.000 Rp150.000.000 Rp200.000.000 Rp250.000.000

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43

Ju

m

lah

P

e

m

b

iayaan

No. Responden

Grafik Modal Sendiri Dari Pengusaha UKM dan Sesudah Menerima Pembiayaan dari BPRS

Sesudah Menerima Pembiayaan

Modal Sendiri Dari Pengusaha UKM


(57)

Tabel 4.4

Jawaban responden, apakah pembiayaan yang diberikan BPRS bermanfaat bagi pengembangan usaha

Pemberian Pembiayaan BPRS Frekuensi Persentase

Sangat Setuju 12 27 %

Setuju 33 73 %

Ragu-ragu 0 0

Tidak Setuju 0 0

Total 45 100 %

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian pembiayaan BPRS yang merasa sangat setuju bagi pengembangan usaha sebanyak 12 responden penerima pembiayaan dengan tingkat persentase sebesar 27% dari total jumlah responden. Kemudian pemberian pembiayaan BPRS yang merasa setuju bagi pengembangan usaha sebanyak 33 responden penerima pembiayaan dengan tingkat persentase 73% dari total jumlah responden. Hal ini bisa menjadi nilai tambah bagi pihak perbankan syariah untuk mencari nasabah yang membutuhkan dana untuk menambah modal dalam usahanya ataupun untuk pengusaha-pengusaha yang akan memulai usaha baru di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

Tabel 4.5

Data responden tentang pandangan umum mengenai pengembangan UKM

Pandangan Umum mengenai pengembangan UKM

Frekuensi Persentase Akan membawa kemajuan bagi masyarakat 30 67 % Sedikit bermanfaat bagi masyarakat 15 33 %

Total 45 100 %

Sumber: Diolah dari data primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pandangan umum mengenai pengembangan UKM yang akan membawa kemajuan bagi


(58)

masyarakat adalah 30 responden dengan persentase 67% dari total jumlah responden. Kemudian yang merasa sedikit bermanfaat bagi masyarakat dengan pandangan umum mengenai pengembangan UKM adalah 15 responden dengan persentse 33% dari total jumlah responden. Dari tabel tersebut bisa diketahui bahwa pandangan mengenai adanya pengembangan UKM sangat direspon baik atau positif oleh masyarakat di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

4.3.2 Pembiayaan Yang Diberikan BPR Syariah Bagi Penambahan Jumlah Tenaga Kerja

Setelah ada pemberian pembiayaan yang diberikan oleh BPRS bagi pengusaha UKM sangat membantu para pengusaha untuk menambahkan jumlah tenaga kerja baik itu, penambahan jumlah tenaga kerja tetap ataupun tenaga kerja sambilan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6

Data responden tentang jenis tenaga kerja yang bertambah Jenis Tenaga Kerja Frekuensi Persentase

Tenaga Kerja Tetap 16 36 %

Tenaga Kerja Sambilan 29 64 %

Total 45 100 %

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa terdapat 16 responden UKM yang memiliki tenaga kerja tetap yang bertambah setelah menerima pembiayaan dari BPR Syariah dan 29 responden UKM yang memiliki tenaga kerja sambilan yang bertambah setelah menerima pembiayaan dari BPR Syariah. Hal tersebut bermakna bahwa pengusaha yang menerima


(59)

pembiayaan dari BPR Syariah lebih banyak menambah tenaga kerja sambilan dari pada tenaga kerja tetap.

Tabel 4.7

Data responden tentang kriteria pemilihan tenaga kerja Kriteria Pemilihan Tenaga Kerja Frekuensi Persentase

Ya, berdasarkan pendidikan 10 22 %

Ya, berdasarkan pendidikan,

tanggungjawab 19 42 %

Ya, berdasarkan pendidikan,

tanggungjawab dan kedisiplinan 14 31 %

Tidak 2 5 %

Total 45 100 %

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kriteria pemilihan tenaga kerja dapat dilihat berdasarkan pendidikan sebanyak 10 responden dengan tingakat persentase 22% dari total jumlah responden, yang berdasarkan pendidikan, tanggung jawab sebanyak 19 responden dengan persentase 42% dari total jumlah responden, yang berdasarkan pendidikan tanggungjawab dan kedisiplinan sebanyak 14 responden dengan tingkat persentase 31% dari total jumlah responden, dan yang tidak memiliki kriteria sama sekali adalah sebanyak 2 responden dengan tingkat persentase 5% dari total jumlah responden.


(60)

Tabel 4.8

Data responden tentang mendapat pembiayaan lagi, apakah akan menambah tenaga kerja lagi Jika mendapat pembiayaan lagi,

apakah menambah jumlah tenaga kerja

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Ya 20 45%

Minimal Pembiayaan yang diterima adalah:

• < Rp 5.000.000 2 5%

• Rp 5.001.000-Rp 15.000.000 8 17% • Rp 15.001.000-Rp 30.000.000 9 20% • Rp 30.001.000-Rp 50.000.000 9 20%

• >Rp 50.001.000 17 38%

Total 45 100%

Tidak 25 55%

Total 45 100%

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengusaha yang akan mendapat pembiayaan lagi akan menanbah tenaga kerja ada sebanyak 20 responden dengan persentase 45% dari total jumlah responden, sedangkan yang mendapat pembiayaan tapi tidak menanbah tenaga kerja adalah 25 responden dengan tingkat persentase 55% dari total jumlah responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa lebih sedikit pengusaha yang akan menambah tenaga kerja jika mendapat pembiayaan lagi. Dapat diketahui juga bahwa minimal pembiayaan yang didapat < 5.000.000 agar bisa menambah jumlah tenaga kerja adalah 2 responden, yang menerima pembiayaan lagi 5.001.000 – 15.000.000 agar bisa menambah tenaga kerja adalah 8 responden, yang menerima pembiayaan lagi 15.001.000 – 30.000.000 agar bisa menambah tenaga kerja adalah 9 responden, yang menerima pembiayaan lagi 30.001.000 – 50.000.000 agar bisa menambah tenaga kerja adalah 9 responden dan yang menerima pembiayaan >


(61)

50.000.000 agar bisa menambah tenaga kerja adalah 17 responden. Hal ini menunjukkan minimal pembiayaan yang didapat lagi lebih besar dari lima puluh juta rupiah (>50.000.000) agar bisa menambah tenaga kerja.

Tabel 4.9

Crosstab Usia Responden – Jumlah Tenaga Kerja Setelah Mendapat Pembiayaan dari BPR Syariah

Umur Jumlah Tenaga Kerja

15-31 32-47 48-64 >65 Total

<3 orang 0 1 0 0 1

4 orang 1 8 0 1 9

5 orang 2 4 6 0 12

6 orang 1 9 4 1 15

>7 orang 0 3 4 1 8

Total 4 25 14 2 45

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa 1 orang responden yang memiliki jumlah tenaga kerja < 3 orang, untuk jumlah tenaga kerja 4 orang adalah 9 responden, yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang adalah 12 responden, yang memiliki tenaga kerja 6 orang adalah 15 responden dan yang memiliki jumlah tenaga kerja > 7 orang adalah 8 responden.


(62)

Tabel 4.10

Jumlah Tenaga Kerja Sebelum dan Sesudah Menerima Pembiayaan dari BPR Syariah

No Sebelum Sesudah Selisih Keterangan No Sebelum Sesudah Selisih Keterangan

R1 3 5 2 Bertambah R24 3 4 1 Bertambah

R2 3 6 3 Bertambah R25 3 4 1 Bertambah

R3 3 5 2 Bertambah R26 3 4 1 Bertambah

R4 4 8 4 Bertambah R27 3 6 3 Bertambah

R5 4 6 2 Bertambah R28 3 5 2 Bertambah

R6 3 7 4 Bertambah R29 3 4 1 Bertambah

R7 3 6 3 Bertambah R30 3 4 1 Bertambah

R8 3 5 2 Bertambah R31 3 5 2 Bertambah

R9 3 7 4 Bertambah R32 3 6 3 Bertambah

R10 3 5 2 Bertambah R33 4 8 4 Bertambah

R11 3 6 3 Bertambah R34 3 6 3 Bertambah

R12 4 7 3 Bertambah R35 3 6 3 Bertambah

R13 3 5 2 Bertambah R36 3 4 1 Bertambah

R14 4 6 2 Bertambah R37 3 6 3 Bertambah

R15 3 4 1 Bertambah R38 3 4 1 Bertambah

R16 3 5 2 Bertambah R39 3 7 4 Bertambah

R17 5 7 2 Bertambah R40 3 6 3 Bertambah

R18 4 6 2 Bertambah R41 4 5 1 Bertambah

R19 3 5 2 Bertambah R42 3 5 2 Bertambah

R20 3 4 1 Bertambah R43 4 6 2 Bertambah

R21 3 5 2 Bertambah R44 3 6 3 Bertambah

R22 3 4 1 Bertambah R45 4 6 2 Bertambah

R23 5 8 3 Bertambah

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel 4.10 diketahui bahwa pengusaha yang menerima pembiayaan dari BPRS menambah jumlah tenaga kerjanya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pemberian pembiayaan ini membantu para pengusaha UKM dalam menambah jumlah tenaga kerjanya baik itu tenaga kerja tetap ataupun sambilan.


(63)

Gambar 4.3

Grafik Jumlah Tenaga Kerja Sebelum Mendapat Pembiayaan Dan Sesudah Mendapat Pembiayaan dari BPR Syariah

Dari gambar di atas diketahui terjadi penambahan jumlah tenaga kerja sesudah menerima pembiayaan dari BPR Syariah, dimana semua responden mengalami penambahan tenaga kerja dengan adanya pembiayaan ini, bisa dilihat pada gambar diatas dimana garis yang menunjukkan tenaga kerja sebelum mendapat pembiayaan dari BPRS (garis yang berwarna biru) berada di bawah garis sesudah mendapat pembiayaan dari BPRS (garis yang berwarna merah) tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya pemberian pembiayaan dari BPRS berdampak baik atau positif bagi pengembangan usaha kecil dan menengah di Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal.

0 2 4 6 8 10 12 14

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31 34 37 40 43

Ju m lah T e n aga K e r ja ( T K ) No. Responden

Grafik Jumlah Tenaga Kerja Sebelum Mendapat Pembiayaan Dan Sesudah Mendapat Pembiayaan Dari BPRS

Jmlh. TK Sesudah Mendapat Pembiayaan Jmlh. TK Sebelum Mendapat Pembiayaam


(64)

Tabel 4.11

Data responden tentang dampak pengembangan usaha terhadap dunia ketenagakerjaan

Dampak Pengembangan Usaha terhadap

Dunia Ketenaga Kerjaan Frekuensi Persentase Memperluas lapangan kerja, sehingga

masalah pengangguran dapat diatasi 23 51 % Menambah lapangan kerja, sehingga jumlah

pengangguran berkurang 19 42 %

Adanya pengembangan usaha UKM, tidak

akan mempengaruhi dunia ketenagakerjaan 2 5 % Adanya pengembangan usaha UKM,

berpengaruh buruk terhadap dunia ketenaga

kerjaan 1 2 %

Total 45 100

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel di atas diketahui bahwa dampak pengembangan usaha terhadap dunia ketenagakerjaan adalah yang berdampak memperluas lapangan kerja, sehingga masalah pengangguran dapat diatasi adalah 23 responden dengan tingkat persentase 51% dari total jumlah responden, yang berdampak menambah lapangan kerja, sehingga jumlah pengangguran berkurang adalah 19 responden dengan tingkat persentase 42% dari total jumlah responden, yang berdampak adanya pengembangan usaha UKM, tidak akan mempengaruhi dunia ketenagakerjaan adalah 2 responden dengan tingkat persentase 5% dari totsl jumlah responden dan yang berdampak adanya pengembangan usaha UKM, berpengaruh buruk terhadap dunia ketenagakerjaan adalah 1 responden dengan tingkat persentase 2% dari total jumlah responden.


(65)

4.3.3 Pembiayaan Yang Diberikan BPR Syariah Bagi Peningkatan Pendapatan

Pembiayaan yang diberikan oleh BPRS sangat membantu untuk meningkatkan pendapatan para pengusaha UKM. Peningkatan pendapatan pengusaha ada yang sesuai dengan harapa, ada juga yang cukup memadai dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.12

Data responden tentang peningkatan pendapatan setelah adanya pembiayaan dari BPR Syariah

Peningkatan Pendapatan Setelah

Adanya Pembiayaan dari BPRS Frekuensi Persentase

Sangat Meningkat 9 20 %

Meningkat 19 42 %

Biasa Saja 12 27 %

Tidak meningkat 5 11 %

Total 45 100

Sumber: Diolah dari data primer

Dilihat dari tabel di atas bahwa peningkatan pendapatan setelah adanya pembiayaan dari BPRS sebanyak 9 responden menyatakan sangat meningkat, yang menyatakan meningkat 19 responden, 12 responden menyatakan biasa saja dan yang menyatakan tidak meningkat 5 responden.

Tabel 4.13

Data responden tentang peningkatan pendapatan yang diterima Pendapatan Yang diterima Frekuensi Persentase

Tidak Memadai 3 7 %

Cukup Memadai 9 20 %

Memadai 29 64 %

Sangat Memadai 4 9 %

Total 45 100

Sumber: Diolah dari data primer

Dari tabel di atas diketahui bahwa pendapatan yang telah diterima oleh pengusaha yang menyatakan tidak memadai adalah 3 responden, yang


(1)

NO. 5 s/d 9 R es pon de n P5

P6 P7

(*) P8

P9 (**) Sebelum mendapat pembiayaan Sesudah mendapat pembiayaan

1 3 5 Tenaga Kerja Sambilan 4 Tidak 5

2 3 6 Tenaga Kerja Tetap 1 Tidak 2

3 3 5 Tenaga Kerja Sambilan 2 Tidak 4

4 4 8 Tenaga Kerja Sambilan 3 Tidak 1

5 4 6 Tenaga Kerja Sambilan 3 Ya 5

6 3 7 Tenaga Kerja Sambilan 2 Tidak 5

7 3 6 Tenaga Kerja Sambilan 2 Ya 1

8 3 5 Tenaga Kerja Sambilan 1 Tidak 5

9 3 7 Tenaga Kerja Tetap 1 Ya 5

10 3 5 Tenaga Kerja Tetap 2 Tidak 4

11 3 6 Tenaga Kerja Sambilan 2 Tidak 5

12 4 7 Tenaga Kerja Sambilan 1 Ya 2

13 3 5 Tenaga Kerja Sambilan 2 Tidak 5

14 4 6 Tenaga Kerja Tetap 1 Tidak 3

15 3 4 Tenaga Kerja Tetap 2 Ya 5

16 3 5 Tenaga Kerja Sambilan 1 Tidak 4

17 5 7 Tenaga Kerja Sambilan 3 Tidak 5

18 4 6 Tenaga Kerja Sambilan 1 Tidak 5

19 3 5 Tenaga Kerja Tetap 3 Ya 4

20 3 4 Tenaga Kerja Sambilan 2 Ya 3

21 3 5 Tenaga Kerja Tetap 3 Tidak 5

22 3 4 Tenaga Kerja Sambilan 2 Tidak 4

23 5 8 Tenaga Kerja Sambilan 3 Ya 2

24 3 4 Tenaga Kerja Sambilan 2 Tidak 5

25 3 4 Tenaga Kerja Tetap 2 Ya 3

26 3 4 Tenaga Kerja Sambilan 3 Ya 4

27 3 6 Tenaga Kerja Sambilan 2 Tidak 5

28 3 5 Tenaga Kerja Tetap 3 Ya 3

29 3 4 Tenaga Kerja Sambilan 2 Tidak 5

30 3 4 Tenaga Kerja Sambilan 3 Tidak 4

31 3 5 Tenaga Kerja Sambilan 2 Tidak 4

32 3 6 Tenaga Kerja Tetap 2 Ya 3

33 4 8 Tenaga Kerja Sambilan 2 Ya 4

34 3 6 Tenaga Kerja Tetap 3 Ya 5

35 3 6 Tenaga Kerja Sambilan 3 Ya 2

36 3 4 Tenaga Kerja Tetap 2 Tidak 2


(2)

42 3 6 Tenaga Kerja Tetap 2 Tidak 5

43 3 5 Tenaga Kerja Tetap 1 Ya 2

44 4 6 Tenaga Kerja Tetap 1 Ya 3

45 4 6 Tenaga Kerja Sambilan 3 Tidak 5

Sumber: Diolah dari data primer

*) : 1 = Ya, berdasarkan pendidikan

2 = Ya, berdasarkan pendidikan, tanggungjawab

3 = Ya, berdasarkan pendidikan, tanggungjawab dan kedisiplinan 4 = Tidak

**) : 1 = < 5.000.000

2 = 5.001.000 – 15.000.000 3 = 15.001.000 – 30.000.000 4 = 30.001.000 – 50.000.000 5 = > 50.001.000


(3)

NO. 11 s/d 14 R es pon de n P11 (*) P12

P13 (**) P14 (***) Pendapatan Sebelum Menerima Pembiayaan Pendapatan Sesudah Menerima Pembiayaan

1 3 Rp. 3.000.000 Rp. 4.800.000 3 2

2 2 Rp. 3.500.000 Rp. 5.000.000 3 3

3 4 Rp. 5.700.000 Rp. 5.700.000 3 1

4 2 Rp. 6.000.000 Rp. 8.000.000 3 3

5 3 Rp. 4.500.000 Rp. 5.700.000 3 1

6 4 Rp. 7.500.000 Rp. 7.500.000 1 1

7 4 Rp. 8.000.000 Rp. 8.000.000 3 1

8 2 Rp. 5.600.000 Rp. 6.900.000 3 3

9 2 Rp. 12.000.000 Rp. 18.000.000 4 4

10. 4 Rp. 4.000.000 Rp. 4.000.000 1 1

11 2 Rp. 2.700.000 Rp. 5.000.000 4 4

12 2 Rp. 6.500.000 Rp. 7.800.000 3 3

13 3 Rp. 3.200.000 Rp. 4.000.000 2 1

14 3 Rp. 4.000.000 Rp. 5.300.000 3 3

15 2 Rp. 3.000.000 Rp. 6.500.000 4 4

16 2 Rp. 6.700.000 Rp. 8.500.000 3 3

17 1 Rp. 9.000.000 Rp. 14.000.000 3 4

18 2 Rp. 10.000.000 Rp. 13.500.000 3 3

19 2 Rp. 6.000.000 Rp. 7.500.000 3 3

20 1 Rp. 4.200.000 Rp. 5.800.000 2 3

21 1 Rp. 3.500.000 Rp. 5.200.000 4 4

22 3 Rp. 4.000.000 Rp. 5.000.000 2 2

23 2 Rp. 5.000.000 Rp. 7.800.000 3 4

24 3 Rp. 2.600.000 Rp. 3.200.000 2 1

25 2 Rp. 2.700.000 Rp. 3.500.000 2 2

26 1 Rp. 2.000.000 Rp. 3.600.000 3 3

27 2 Rp. 2.500.000 Rp. 5.000.000 3 3

28 2 Rp. 5.000.000 Rp. 6.500.000 2 3

29 3 Rp. 3.500.000 Rp. 4.500.000 2 2

30 3 Rp. 5.000.000 Rp. 7.000.000 3 3

31 3 Rp. 7.000.000 Rp. 10.000.000 3 3

32 1 Rp. 9.000.000 Rp. 14.000.000 3 3

33 1 Rp. 12.000.000 Rp. 17.000.000 2 2

34 1 Rp. 7.000.000 Rp. 10.000.000 2 3

35 3 Rp. 2.500.000 Rp. 4.700.000 1 2

36 3 Rp. 3.000.000 Rp. 5.000.000 3 2


(4)

42 3 Rp. 5.000.000 Rp. 6.500.000 3 2

43 1 Rp. 1.500.000 Rp. 3.000.000 3 3

44 2 Rp. 2.000.000 Rp. 3.500.000 3 3

45 4 Rp. 5.000.000 Rp. 5.000.000 3 1

Sumber: Diolah dari data primer

*) : 1 = Sangat Meningkat

2 = Meningkat 3 = Biasa Saja 4 = Tidak Meningkat

**) : 1 = Tidak Memadai

2 = Cukup Memadai 3 = Memadai

4 = Sangat Memadai

***) : 1 = Tidak Sesuai Dengan Harapan

2 = Cukup Sesuai Dengan Harapan 3 = Sesuai Dengan Harapan


(5)

NO. 15 s/d 16

Responden P15

P16 Sebelum Mendapat

Pembiayaan

Sesudah Mendapat Pembiayaan

1 Ya 2 5

2 Ya 3 4

3 Tidak 5 5

4 Tidak 2 2

5 Tidak 4 4

6 Tidak 4 4

7 Ya 5 7

8 Tidak 3 3

9 Ya 5 9

10 Ya 2 4

11 Tidak 3 3

12 Tidak 2 2

13 Tidak 3 3

14 Tidak 4 4

15 Ya 4 8

16 Ya 3 6

17 Ya 5 10

18 Tidak 4 4

19 Ya 6 8

20 Tidak 3 3

21 Tidak 3 3

22 Ya 3 6

23 Tidak 6 6

24 Tidak 2 2

25 Tidak 3 3

26 Ya 2 4

27 Tidak 5 5

28 Tidak 4 4

29 Tidak 4 4

30 Tidak 3 3

31 Ya 2 6

32 Ya 5 10

33 Ya 10 15

34 Ya 4 7

35 Ya 4 9

36 Ya 2 4

37 Ya 6 8

38 Ya 2 4


(6)

44 Ya 2 4

45 Tidak 3 3