Pengaruh Madu Terhadap Peningkatan Kewaspadaan, Ketelitian dan Fungsi Kognitif.

(1)

iv

ABSTRAK

PENGARUH MADU TERHADAP PENINGKATAN

KEWASPADAAN, KETELITIAN DAN FUNGSI KOGNITIF

Shannon Conversia Pdabo Matabei, 2013

Pembimbing I : Decky Gunawan, dr., M.Kes, AIFO.

Pembimbing II: Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS, AFK.

Tingkat kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi otak yang penting dalam kegiatan manusia sehari-hari. Hal-hal ini diperlukan untuk bereaksi secara cepat dan sesuai terhadap berbagai situasi yang dihadapi. Fungsi dan kerja otak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah kebutuhan energi yang berasal dari bahan makanan. Madu adalah salah satu jenis bahan makanan yang dapat meningkatkan kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai pengaruh madu terhadap peningkatan kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental kuasi bersifat komparatif dengan desain penelitian pre-test dan post-test. Subjek penelitian adalah 30 orang perempuan dewasa muda. Kewaspadaan dinilai berdasarkan waktu penyelesaian Jhonson Pascal test, ketelitian dinilai berdasarkan jumlah angka yang dapat dijumlahkan dalam waktu 1 menit pada Additional sheet test dan fungsi kognitif dinilai berdasarkan waktu penyelesaian Traffic Jam puzzle sebelum dan sesudah pemberian madu. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan dengan  = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan hasil Jhonson Pascal test sebelum pemberian madu (137,93 detik) lebih singkat dibanding setelah pemberian madu (112,43 detik), hasil penjumlahan Additional sheet test sebelum pemberian madu (44,64) meningkat setelah pemberian madu (55,14), dan hasil Traffic Jam puzzle sebelum pemberian madu (125,57 detik) lebih singkat dibanding setelah pemberian madu (90,3 detik), dengan nilai p < 0,01.

Kesimpulan penelitian ini adalah madu meningkatkan kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif.


(2)

v

ABSTRACT

THE EFFECT OF HONEY TO INCREASE ALERTNESS,

CAREFULNESS AND COGNITIVE FUNCTION

Shannon Conversia Pdabo Matabei, 2013 1st Tutor : Decky Gunawan, dr., M.Kes, AIFO.

2nd Tutor: Endang Evacuasiany, Dra., Apt., MS, AFK.

The level of alertness, carefulness, and cognitive function are parts of our brain functions that are important for daily activities of a human being. These things are required in order for someone to be able to respond quickly and appropriately to all kinds of situations they are facing. The works and functions of the brain are affected by various factors, including the energy consumed from food. Honey is a type of food that can be used to increase alertness, carefulness and cognitive function.

The study aims to determine the effect of honey on alertness, carefulness, and cognitive function.

The research uses the quasi-experimental method that have a comparative attribute of a pre-test and post-test system. The subjects of the research are 30 young adult women. The alertness was assessed based on the length of time required to finish the Johnson Pascal test, the carefulness was assessed based on the number of additions done in 1 minute on the Additional sheet test, and the cognitive function were assessed based on the length of time required to finish the Traffic Jam puzzle, before and after the consuming of honey. The data analysis was done using the paired t-test with = 0.05.

The experiment result shows that the time required to do Jhonson Pascal test before consuming honey (137.93 seconds) decreases after consuming honey (112,43 seconds), the number of additions done in 1 minute on the Additional sheet test before consuming honey (44.64) improves after consuming honey (55,14), and the time required to do the Traffic Jam puzzle before consuming honey (125,57 seconds) decreases after consuming honey (903 seconds), with the value of p < 0,01.

It was concluded that honey increases the alertness, carefulness and cognitive function.


(3)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Otak... 7

2.1.1 Cerebrum ... 7


(4)

ix

2.1.3 Batang Otak ... 11

2.1.3.1 Formatio Reticularis ... 11

2.1.3.2 Ascending Reticular Activating System (ARAS) ... 13

2.1.4 Sistem Limbik ... 14

2.2 Kewaspadaan, Ketelitian dan Fungsi Kognitif ... 16

2.2.1 Kewaspadaan dan Ketelitian ... 16

2.2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tes Kewaspadaan dan Ketelitian ... 16

2.2.1.2 Tes Kewaspadaan (Johnson Pascal test)... 17

2.2.1.3 Tes Ketelitian (Additional test) ... 17

2.2.2 Fungsi Kognitif ... 18

2.2.2.1 Problem Solving ... 19

2.2.2.2 Tes Fungsi Kognitif (Traffic Jam Puzzle) ... 21

2.3 Metabolisme Energi Otak ... 21

2.3.1 Transportasi Zat ... 21

2.3.2 Metabolisme Glukosa dan Fruktosa ... 22

2.3.2.1 Metabolisme Glukosa ... 22

2.3.2.2 Glikolisis dan Fosforilasi Oksidatif ... 24

2.3.2.3 Metabolisme Fruktosa ... 25

2.3.3 Mikronutrien sebagai Kebutuhan Dasar untuk Fungsi Kognitif... 26

2.4 Madu ... 27

2.4.1 Sejarah Madu ... 27

2.4.2 Produksi Madu ... 28

2.4.3 Jenis-jenis Madu ... 30

2.4.4 Komposisi Madu ... 32

2.4.5 Khasiat Madu ... 33

2.5 Madu sebagai Sumber Energi ... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 37


(5)

x

3.1.2 Bahan Penelitian ... 37

3.2 Subjek Penelitian ... 37

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian ... 38

3.4 Metode Penelitian... 38

3.4.1 Desain Penelitian ... 38

3.4.2 Variabel Penelitian ... 38

3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel Penelitian ... 38

3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38

3.4.2.3 Besar Sampel Penelitian ... 39

3.5. Prosedur Kerja ... 39

3.6 Analisis Data ... 41

3.6.1 Hipotesis Statistik ... 41

3.6.2 Kriteria Uji ... 42

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 43

4.2 Pembahasan ... 45

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 47

BAB V 5.1 Simpulan ... 50

5.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

LAMPIRAN ... 56


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Waktu dalam satuan detik yang diperlukan untuk menyelesaikan Jhonson Pascal test sebelum dan sesudah diberi madu ... 43 Tabel 4.2 Rata-rata banyaknya penjumlahan yang dapat diselesaikan dalam

waktu 1 menit pada Additional sheet test sebelum dan sesudah diberi madu ... 44 Tabel 4.3 Waktu dalam satuan detik yang diperlukan untuk menyelesaikan

Traffic Jam puzzle sebelum dan sesudah diberi madu ... 44 Tabel L 4.1 Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Jhonson Pascal test .. 62 Tabel L 4.2 Penjumlahan yang dapat dilakukan dalam waktu 1 menit pada

Additional sheet test ... 62 Tabel L 4.3 Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Traffic Jam puzzle .... 63


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 6

Gambar 2.1 Anatomi Otak ... 7

Gambar 2.2 Lobus-lobus Otak ... 10

Gambar 2.3 Ascending Reticular Activating System ... 13

Gambar 2.4 Sistem Limbik ... 15

Gambar 2.5 Proses Problem Solving ... 19

Gambar 2.6 Glikolisis ... 24

Gambar 2.7 Siklus Krebs ... 25

Gambar 2.8 Metabolisme Fruktosa ... 26

Gambar 2.9 Madu ... 28

Gambar 2.10 Sarang Lebah Madu ... 30

Gambar 2.11 Kandungan Madu ... 32

Gambar 2.12 Struktur Kimia Glukosa dan Fruktosa ... 34

Gambar 4.1 Grafik Hasil Jhonson Pascal test, Additional sheet test dan Traffic Jam puzzle ... 45


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta Dalam Penelitian

(Informed Consent) ... 56

Lampiran 2 Jhonson Pascal test ... 57

Lampiran 3 Additional sheet test ... 59

Lampiran 4 Pola Traffic Jam puzzle ... 61

Lampiran 5 Hasil Jhonson Pascal Test, Additional Sheet test, dan Traffic Jam puzzle ... 62

Lampiran 6 Hasil Uji t Berpasangan Johnson Pascal test, Additional sheet test, dan Traffic Jam puzzle Sebelum dan Sesudah Pemberian Madu ... 64

Lampiran 7 Hasil Validasi Kemurnian Madu ... 65

Lampiran 8 Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 66


(9)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesadaran dapat diartikan sebagai kesiagaan yang terus-menerus terhadap lingkungan atau rentetan pikiran kita. Kewaspadaan dan ketelitian merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, agar dapat melaksanakan kegiatannya sehari-hari dengan baik seperti berkomunikasi, belajar, bekerja, mengerjakan tugas sekolah, ujian, mengendarai mobil atau motor, dan lain-lain (Guyton & Hall, 2006).

Fungsi kognitif adalah suatu operasi oleh pikiran yang menyebabkan seseorang dapat menjadi sadar atau waspada terhadap objek di sekitarnya melalui pemikiran atau persepsi. Hal ini termasuk semua aspek dari menerima, berpikir, dan mengingat. Proses belajar dan mengingat adalah dua hal yang erat hubungannya satu sama lain. Belajar adalah proses menerima informasi, sedangkan mengingat adalah proses menyimpan informasi tersebut. Menurut sudut pandang fisiologi, memori dibagi menjadi dua bentuk, yaitu memori implisit dan memori eksplisit. Memori implisit disebut juga memori refleksif, sedangkan memori eksplisit adalah memori deklaratif atau mengenal yang diasosiasikan dengan kesadaran dan kewaspadaan (Guyton & Hall, 2006).

Seluruh proses belajar, memori, dan fungsi kognitif terjadi dalam sistem saraf pusat. Kinerja otak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain suplai oksigen, asupan makanan dan minuman, aliran darah, istirahat yang cukup, penyakit, dan zat-zat toksik. Otak merupakan salah satu organ tubuh yang membutuhkan energi dalam jumlah besar. Glukosa adalah sumber energi utama yang berasal dari aliran darah (Guyton & Hall, 2006).

Kebutuhan glukosa oleh tubuh manusia, terutama otak, berasal dari asupan gizi. Makanan yang dikonsumsi oleh seseorang setiap hari akan mempengaruhi kinerja otak dan aktivitasnya sepanjang hari. Namun, pada zaman modern yang semakin sibuk ini, semakin banyak individu terutama kaum eksekutif dan mahasiswa yang tidak menyadari atau mempedulikan pentingnya konsumsi


(10)

2

makanan bergizi sebelum memulai harinya dengan alasan tidak memiliki cukup waktu. Madu adalah salah satu bahan herbal yang sudah lama dikenal oleh masyarakat, bukan hanya di Indonesia secara turun-temurun melainkan juga di berbagai belahan dunia. Bahan produksi lebah tersebut sudah sering digunakan sebagai tambahan pada minuman penambah stamina, meningkatkan daya tahan tubuh, sebagai bahan masakan, obat atau penambah rasa manis (Needham, 2012).

Ron Fessenden, seorang dokter dan ketua Committee for Honey and Health di Amerika yang telah pensiun, menyatakan, “Madu bukan hanya sekedar pemanis, ia adalah bahan makanan yang hebat – suatu standar emas untuk bahan

bakar otak kita”. Madu mengandung glukosa yang tinggi namun indeks glikemik

yang sedang, serta kepraktisannya untuk lebih mudah dikonsumsi dibanding makanan lain, menjadikannya sebagai salah satu bahan makanan yang baik untuk otak (brain food) (Fessenden, 2007).

Sebuah penelitian yang dilakukan di Memory Improvement Central, University of Waikato di Hamilton, New Zealand, menyimpulkan bahwa madu bermanfaat dalam meningkatkan memori pada tikus yang telah dipengaruhi oleh proses penuaan (Chepulis, Starkey, & Molan, 2009).

Penelitian oleh San Diego State University menemukan bahwa bila dibandingkan dengan gula pasir yang memiliki kandungan sukrosa, tikus yang diberi makan madu menunjukkan berat badan yang lebih rendah, kegelisahan menurun, memori yang lebih baik, meingkatnya kadar HDL, kadar gula darah lebih terkendali, dan stres oksidatif yang lebih rendah (Nemoseck, et al., 2007).

Penelitian mengenai pengaruh madu terhadap terhadap kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif pada manusia belum pernah dilakukan sebelumnya.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah madu meningkatkan kewaspadaan. 2. Apakah madu meningkatkan ketelitian. 3. Apakah madu meningkatkan fungsi kognitif.


(11)

3

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang efek salah satu bahan herbal berupa madu yang dapat meningkatkan kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif.

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menilai pengaruh madu terhadap kewaspadaan. 2. Untuk menilai pengaruh madu terhadap ketelitian. 3. Untuk menilai pengaruh madu terhadap fungsi kognitif.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis penelitian Karya Tulis Ilmiah ini adalah mengungkapkan pengaruh madu terhadap kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif terutama di kalangan mahasiswa serta menambah pengetahuan bidang farmakologi tentang pengaruh madu terhadap kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif.

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untu memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat tentang khasiat madu terhadap kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Madu merupakan salah satu sumber karbohidrat alami yang dapat memberi energi yang tinggi bagi tubuh terutama otak dengan kandungan gula sederhana terutama glukosa dan fruktosa. Bila dibandingkan dengan sumber gula yang lain, madu lebih sehat karena memiliki indeks glikemik yang lebih baik yang disebabkan oleh keseimbangan kadar glukosa dan fruktosanya, yaitu dengan ratio


(12)

4

1:1. Saat dicerna, derivat fruktosa akan merangsang pengeluaran glukokinase dari mitokondria sel hepar yang berperan dalam konversi glukosa menjadi glikogen yang kemudian akan disimpan di hepar dan tersedia sebagai energi bagi otak, ginjal, jantung, dan sel darah merah. Oleh sebab itu, madu lebih baik dari sumber karbohidrat atau pemanis lain sebab sebagian besar glukosa dari makanan berkabohidrat lain akan disimpan dalam sel sebagai lemak (Bogdanov, Jurendic, Sieber, & Gallmann, 2008).

Kandungan karbohidrat dalam bentuk sederhana tersebut akan dicerna di dalam usus dan diserap dalam waktu cepat, lalu disebarkan oleh aliran darah ke berbagai organ tubuh yang memerlukan sumber tenaga, terutama otak. Di sel-sel neuron otak, zat-zat tersebut mengalami proses metabolisme glikolisis maupun siklus Krebs, dan dapat diubah menjadi berbagai jenis neurotransmiter yang penting dalam proses kerja otak, termasuk asetilkolin dan glutamat. Neurotransmiter tersebut akan mengaktivasi reseptor yang kemudian akan mengeksitasi neuron (Das, 2001).

Glutamat dapat disintesis melalui transaminasi dari 2-oxoglutarate, suatu intermediat dari siklus Krebs, yang berarti glukosa yang dimetabolisasi oleh neuron dapat digunakan untuk sintesis glutamat. Glutamat berada dalam vesikel di pre-sinaps, sedangkan ada post-sinaps terdapat reseptornya yaitu NMDA yang akan teraktivasi ketika berikatan dengan glutamat. Glutamat mempunyai peran synaptic plasticity, yaitu suatu potensiasi jangka panjang yang terjadi di sinaps glutaminergik di hippocampus, neocortex, dan bagian otak lainnya. Glutamat adalah suatu point-to-point transmitter (Purves, et al., 2001).

Asetilkolin disintesis di neuron-neuron tertentu oleh enzim choline acetyltransferase dari komponen choline dan asetil-KoA. Asetilkolin berperan dalam proses belajar dan pembentukan memori baru, baik melalui perangsangan reseptor asetilkolin nikotinik maupun muskarinik. nAChRs (nicotinic acetylcholine receptors) adalah suatu kanal kation non-selektif, yang berarti ia permeabel terhadap Na+, K+, bahkan Ca2+. Pergerakan kation-kation tersebut menyebabkan depolarisasi membran plasma, sehingga terjadi potensial aksi postsinaptik neuron yang bersifat eksitatori, serta aktivasi dari voltage-gated


(13)

5

calcium channels yang berperan dalam pelepasan neurotransmiter lainnya (Hasselmo, 2006).

Madu juga mengandung 0.3-25 mg/kg choline dan 0.06 to 5 mg/kg asetilkolin. Choline adalah kebutuhan esensial bagi fungsi kardiovaskular dan otak, sedangkan asetilkolin berperan sebagai neurotransmiter eksitatori di otak (Bogdanov, 2011).

Bagian otak yang dirangsang oleh neurotransmiter tersebut dalam hal ini terutama adalah formatio reticularis yang mengatur tingkat kewaspadaan dan ketelitian. Nuklei reticularis thalami yang terdapat permukaan lateral thalamus dan nuclei intralaminares thalami menerima rangsang dari formatio reticularis di batang otak. Rangsangan dari formatio reticularis ini akan diteruskan ke korteks serebri secara difus melalui hubungan thalamus. Hubungan ini disebut Ascending Reticular Activating System (ARAS) (Wibowo, 2008).

Selain itu, madu mengandung antioksidan yang bermanfaat untuk melawan radikal bebas mencegah kerusakan sel sehingga dapat membantu pertahanan sel-sel otak terhadap proses penuaan dan bahkan meningkatkan memori. Madu mengandung vitamin seperti B6, thiamin, niacin, riboflavin, dan pantothenic acid yang berperan penting dalam metabolisme glukosa di otak sebagai kofaktor enzim dalam proses oksidasi glukosa menjadi karbondioksida dan air. Kandungan mineral di dalam madu seperti mangan, magnesium dan zat besi juga ikut berperan dalam metabolisme glukosa. Kandungan berbagai jenis vitamin B dan asam amino tertentu di dalam madu dapat berperan dalam sintesis neurotransmiter pada otak. Selain itu, choline dan zat besi berguna dalam menjaga integrasi selubung mielin yang penting bagi penghantaran impuls neuron (Drake, 2011).

Dengan demikian, madu dapat meningkatkan fungsi otak termasuk kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif.


(14)

6

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah: 1. Madu meningkatkan kewaspadaan. 2. Madu meningkatkan ketelitian. 3. Madu meningkatkan fungsi kognitif.


(15)

50

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

 Madu meningkatkan kewaspadaan.  Madu meningkatkan ketelitian.  Madu meningkatkan fungsi kognitif.

5.2 Saran

 Disarankan mengonsumsi madu terutama untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan tingkat kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif yang baik.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek madu terhadap kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif dengan metode yang berbeda.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek madu terhadap kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif dengan bentuk sediaan serta jenis madu yang berbeda.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek madu terhadap kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif dengan dosis yang berbeda.

 Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek madu terhadap kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif dengan durasi waktu setelah mengonsumsi madu yang bervariasi.


(16)

68

RIWAYAT HIDUP

Nama : Shannon Conversia Pdabo Matabei

Nomor Pokok Mahasiswa : 1010104

Tempat, Tanggal Lahir : Kupang, 31 Juli 1992

Alamat Asal : Jl. Flamboyan no.10 Kalabahi, Alor, NTT

Alamat di Bandung : Jl. Sukakarya V no. 7, Bandung

Riwayat Pendidikan :

1998 : lulus TK Pertiwi Kalabahi

2004 : lulus SD GMIT 01 Kalabahi

2007 : lulus SMP Laboratorium Kristen Satya Wacana Salatiga 2010 : lulus SMA Laboratorium Kristen Satya Wacana Salatiga 2010-sekarang : mahasiswi Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen


(17)

PENGARUH MADU TERHADAP PENINGKATAN KEWASPADAAN,

KETELITIAN DAN FUNGSI KOGNITIF

Shannon Conversia Pdabo Matabei*, Decky Gunawan**, Endang Evacuasiany***

*Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung **Bagian Faal Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung ***

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Jl.Prof. Drg. Suria Sumantri No.65, Bandung

ABSTRAK

Tingkat kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif merupakan bagian dari fungsi otak yang penting dalam kegiatan manusia sehari-hari. Hal-hal tersebut diperlukan untuk dapat berespon secara cepat dan sesuai terhadap berbagai situasi yang dihadapi. Fungsi dan kerja otak dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor. Salah satunya adalah kebutuhan energi yang berasal dari bahan makanan. Madu adalah salah satu jenis bahan makanan yang dapat meningkatkan kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek madu terhadap peningkatan kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental kuasi bersifat komparatif dengan desain penelitian pre-test dan post-test. Subjek penelitian adalah 30 orang perempuan dewasa muda. Kewaspadaan dinilai berdasarkan waktu penyelesaian Jhonson Pascal test, ketelitian dinilai berdasarkan jumlah angka yang dapat dijumlahkan dalam waktu 1 menit pada Additional sheet test dan fungsi kognitif dinilai berdasarkan waktu penyelesaian Traffic Jam puzzle sebelum dan sesudah pemberian madu. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji t berpasangan dengan  = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan hasil Jhonson Pascal test sebelum pemberian madu (137,93 detik) lebih singkat dibanding setelah pemberian madu (112,43 detik), hasil penjumlahan Additional sheet test sebelum pemberian madu (44,64) meningkat setelah pemberian madu (55,14), dan hasil Traffic Jam puzzle sebelum pemberian madu (125,57 detik) lebih singkat dibanding setelah pemberian madu (90,3 detik) (p < 0,01).

Kesimpulan penelitian ini adalah madu meningkatkan kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif.

Kata kunci: madu, kewaspadaan, ketelitian, fungsi kognitif. ABSTRACT

The level of alertness, carefulness, and cognitive function are parts of our brain functions that are important for daily activities of a human being. These things are required in order for someone to be able to respond quickly and appropriately to all kinds of situations they are facing. The works and functions of the brain are affected by various factors, including the energy consumed from food. Honey is a type of food that can be used to increase alertness, carefulness and cognitive function.

The study aims to determine the effect of honey on alertness, carefulness, and cognitive function.

The research uses the quasi-experimental method that have a comparative attribute of a pre-test and post-test system. The subjects of the research are 30 young adult women. The alertness was assessed based on the length of time required to finish the Johnson Pascal test, the carefulness was assessed based on the number of additions done in 1 minute on the Additional sheet test, and the cognitive function were assessed based on the length of time required to finish the Traffic Jam puzzle, before and after the consuming of honey. The data analysis was done using the paired t-test with  = 0,05.

The experiment result shows that the time required to do Jhonson Pascal test before consuming honey (137,93 seconds) decreases after consuming honey (112,43 seconds), the


(18)

number of additions done in 1 minute on the Additional sheet test before consuming honey (44,64) improves after consuming honey (55,14), and the time required to do the Traffic Jam puzzle before consuming honey (125,57 seconds) decreases after consuming honey (90,3 seconds) (p < 0,01).

It was concluded that honey increases the alertness, carefulness and cognitive function. Keywords: honey, alertness, carefulness, cognitive function.


(19)

PENDAHULUAN

Kewaspadaan dan ketelitian merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, agar dapat melaksanakan kegiatannya sehari-hari dengan baik seperti berkomunikasi, belajar, bekerja, mengerjakan tugas sekolah, ujian, mengendarai mobil atau motor, dan lain-lain. Fungsi kognitif adalah suatu operasi oleh pikiran dimana seseorang dapat menjadi sadar atau waspada terhadap objek di sekitarnya melalui pemikiran atau persepsi. Hal ini termasuk semua aspek dari menerima, berpikir, dan mengingat (1).

Seluruh proses belajar, memori, dan fungsi kognitif terjadi dalam sistem saraf pusat. Kinerja otak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, termasuk suplai oksigen dan asupan makanan. Otak merupakan salah satu organ tubuh yang membutuhkan energi dalam jumlah besar. Glukosa adalah sumber energi utama yang berasal dari aliran darah (1).

Kebutuhan glukosa oleh tubuh manusia, terutama otak, berasal dari asupan gizi. Makanan yang dikonsumsi oleh seseorang setiap hari akan mempengaruhi kinerja otak dan aktivitasnya sepanjang hari. Madu adalah salah satu bahan herbal yang sudah lama dikenal oleh masyarakat, bukan hanya di Indonesia secara turun-temurun melainkan juga di berbagai belahan dunia (2).

Madu merupakan salah satu sumber karbohidrat alami yang dapat memberi energi yang tinggi bagi tubuh terutama otak dengan kandungan gula sederhana terutama glukosa dan fruktosa. Bila dibandingkan dengan sumber gula yang lain, madu lebih sehat karena memiliki indeks glikemik yang lebih baik yang disebabkan oleh keseimbangan kadar glukosa dan fruktosanya, yaitu dengan ratio 1:1 (3).

Selain kandungan karbohidratnya, madu juga mengandung berbagai jenis vitamin dan mineral yang bermanfaat membantu metabolisme glukosa. Hal ini

menjadikan madu suatu jenis brain food

yang baik (4).

Dengan demikian, madu dapat meningkatkan fungsi otak termasuk kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah madu meningkatkan kewaspadaan, keteitian dan fungsi kognitif.

ALAT, BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental kuasi dengan desain pre-test dan post-test.

Analisis data dilakukan dengan

metode uji t berpasangan dan dengan α

= 0.05. Tingkat kemaknaan dinilai berdasarkan nilai p < 0.05.

Data yang diukur adalah waktu dalam satuan detik yang diperlukan subjek penelitian untuk memyelesaikan

Johnson Pascal test dan Traffic Jam

puzzle serta rata-rata banyaknya

penjumlahan yang dapat dilakukan dalam waktu 1 menit pada Additional

sheet test, sebelum dan sesudah

mengkonsumsi madu. Bahan penelitian:

 3 sendok makan madu murni merk N berjenis madu bunga kapuk randu dari Solo, Indonesia

 Air minum 250 ml Alat penelitian:

 Gelas plastik

 Sendok makan

Stopwatch

 Lembar Jhonson Pascal test

 Lembar Additional sheet test

Traffic Jam puzzle

 Alat tulis Cara kerja:


(20)

 Subjek penelitian mengerjakan

Jhonson Pascal test, Additional sheet test dan Traffic Jam puzzle.

Johnson Pascal test dilakukan

dengan cara mengambil huruf dalam kotak sebelah kiri secara sistematis, lalu mencari huruf tersebut dalam barisan atas dari kunci jawaban yang tersusun menurut abjad. Kemudian huruf yang berada di bawahnya ditulis dalam kotak sebelah kanan, sesuai dengan letak huruf-huruf sebelah kiri tadi. Dicatat waktu lamanya OP mengerjakan Jhonson Pascal test. Dicatat pula kesalahan yang dibuat, lalu ditambah 3 detik pada jumlah waktu yang diperlukan untuk setiap kesalahan yang dibuat.

Additional sheet test dilakukan

dengan cara menjumlahkan angka pertama dengan angka di bawahnya, lalu hasilnya ditulis di sampingnya, di antara angka pertama dan kedua. Setelah itu dilanjutkan dengan menjumlahkan angka kedua dan angka di bawahnya, lalu hasilnya ditulis di sampingnya, di antara angka kedua dan ketiga. Demikian seterusnya. Penilaian dibuat sebagai berikut: (Banyaknya penjumlahan yang dibuat) – 5 x (banyaknya kesalahan). Dikerjakan 5 kali, lalu dihitung rata-ratanya.

Traffic Jam puzzle dilakukan

dengan cara menggeser semua mobil yang ada dengan jalan memajukan atau memundurkan sesuai dengan arah jalan mobil (vertikal dan horizontal) agar mobil

kuning bertanda ‘X’ dapat keluar

menuju pintu keluar (exit).

 Selanjutnya subjek penelitian diberikan 3 sendok makan madu (sesuai dengan anjuran takaran saji pada botol madu) untuk dikonsumsi secara oral.

 Setelah 15 menit, subjek penelitian kembali mengerjakan Jhonson

Pascal test, Additional sheet test

dan Traffic Jam puzzle dengan

prosedur yang sama seperti pre-test.

 Hasil yang didapatkan saat pre-test

dan post-test dihitung dan dicatat lalu dibandingkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang dilakukan, didapatkan data seperti yang tertera pada tabel sebagai berikut.

Tabel 1. Nilai Rerata Hasil

Jhonson Pascal test, Additional sheet

test dan Traffic Jam puzzle Sebelum dan Sesudah Mengonsumsi Madu

N Nilai Rerata

Std

Deviasi Uji t Jhonson Pascal test Sebelum Sesudah 30 30 137,93 112,43 25,464 19,413 p<0,01 Additional sheet test Sebelum Sesudah 30 30 44,64 55,14 14,158 14,998 p<0,01 Traffic Jam puzzle Sebelum Sesudah 30 30 125,57 90,30 54,140 43,335 p<0,01

Hasil penelitian yang tertera pada tabel 1 menunjukkan hasil Jhonson

Pascal test sebelum pemberian madu

(137,93 detik) lebih singkat dibanding setelah pemberian madu (112,43 detik), hasil penjumlahan Additional sheet test

sebelum pemberian madu (44,64) meningkat setelah pemberian madu (55,14), dan hasil Traffic Jam puzzle

sebelum pemberian madu (125,57 detik) lebih singkat dibanding setelah pemberian madu (90,3 detik). Berdasarkan uji t berpasangan, didapatkan nilai p < 0,01.


(21)

Gambar 1. Grafik Hasil Jhonson Pascal test, Additional sheet test dan Traffic Jam puzzle

Berdasarkan hasil penelitian, madu meningkatkan ketelitian, kewaspadaan, dan fungsi kognitif. Hal ini disebabkan kandungan glukosa dan fruktosa dengan ratio 1:1 pada madu. Bahan-bahan tersebut bekerja sebagai sumber energi utama tubuh manusia, terutama otak. Derivat fruktosa di hepar akan mengaktifkan pelepasan glukokinase dari mitokondria hepar. Glukokinase diperlukan untuk konversi glukosa menjadi glikogen di hepar. Glikogen tersebut akan digunakan sebagai energi tergantung pada jumlah kebutuhan energi itu sendiri (4).

Madu juga mengandung 0.3-25 mg/kg choline dan 0.06 to 5 mg/kg asetilkolin. Choline adalah kebutuhan esensial bagi fungsi kardiovaskular dan otak, sedangkan asetilkolin berperan sebagai neurotransmiter(5)

Selain berperan sebagai sumber energi utama otak, glukosa juga penting untuk produksi asetil-KoA yang merupakan salah satu prekursor utama sintesis asetilkolin, serta neurotransmitter lain seperti glutamat. Kedua neurotransmitter tersebut terutama penting dalam kerja otak untuk

fungsi kognitif, proses belajar dan pembentukan memori baru (5).

Selain itu, berbagai kandungan mikronutrien madu seperti asam amino, vitamin (B6, thiamin, niacin, riboflavin,

pantothenic acid), dan mineral (kalsium,

tembaga, zat besi, magnesium, mangan, fosfor, potassium, sodium, zinc) juga berperan dalam produksi neurotransmiter tertentu, pengikatan neurotransmiter ke reseptornya, dan penghantaran impuls saraf. Mikronutrien juga dapat secara tidak langsung mempengaruhi penghantaran impuls dengan cara mempengaruhi integritas dari selubung mielin pada saraf. Folat diperlukan untuk mempertahankan integritas selubung mielin. Zat besi juga dibutuhkan untuk perkembangan dari oligodendrosit yang memproduksi mielin di otak (6)

Sebuah penelitian oleh Kaplan, et al. pada tahun 2000 membuktikan bahwa glukosa meningkatkan fungsi kognitif. Penelitian ini didukung oleh bukti bahwa peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi meningkatkan pembentukan memori baru pada hewan pengerat dan manusia. Hal ini diakibatkan peran vital glukosa dalam produksi asetil-KoA yang merupakan prekursor dari asetilkolin (7).

Hal yang serupa juga ditemukan dalam sebuah penelitian yang dilakukan Ragozzino, Unick dan Gold. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan output asetilkolin pada tikus setelah diberi glukosa (8).

Sebuah penelitian oleh Riedel, Platt, dan Micheau membuktikan bahwa aktivasi reseptor glutamat berfungsi dalam proses belajar dan memori (9).

Lynch, et al. menemukan bahwa perangsangan reseptor glutamat tipe AMPA akan memperbaiki gangguan

recall memory pada manula (10).

Chepulis, Starkey dan Molan dari

Memory Improvement Central,

University of Waikato di Hamilton, New Zealand, melakukan penelitian pada

0 20 40 60 80 100 120 140 137,93 44,64 125,57 112,43 55,14 90,3 Sebelum Sesudah


(22)

tikus dengan pemberian madu. Penelitian tersebut membuktikan bahwa madu bermanfaat dalam meningkatkan memori pada tikus yang telah dipengaruhi oleh proses penuaan (11).

SIMPULAN

Madu meningkatkan kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif.

SARAN

Madu dapat dikonsumsi terutama untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan tingkat kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif yang baik.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek madu terhadap kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif dengan metode yang berbeda, menggunakan bentuk sediaan madu atau jenis madu lain, dosis madu yang berbeda, serta durasi waktu tes setelah mengonsumsi madu yang bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur C dan Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11. Jakarta : EGC, 2006. hal. 759-760. 2. Needham, Albert W. Health Benefits of Honey. Bees Online. [Online] 2012. [Dikutip: 30 Januari 2013.]

http://www.bees-online.com/HealthBenefitsOfHoney.htm .

3. Honey for Nutrition and Health: a Review. Bogdanov, Stefan, et al. 2008, American Journal of The College of Nutrition, hal. 677-689.

4. Fessenden, Ron. Honey, More than A Sweetener Naturally. American

Apitherapy Society. [Online] 23 Januari 2007. http://www.apitherapy.org/. 5. Bogdanov, Stefan. The Book of Honey. Swedia : Bee Product Science, 2011.

6. Hippocampal acetylcholine release during memory testing in rats: augmentation by glucose. Ragozzino, M E, Unick, K E dan Gold, P E. 1996, Proc Natl Acad Sci U S A.

7. Cognitive performance and glucose. Das, Undurti N. 2001, The American Journal of Clinical Nutrition.

8. Glutamate receptor function in learning and memory. Riedel, G, Platt, B dan Micheau, J. 2003, Behav Brain Res. 9. Evidence that a positive modulator of AMPA-type glutamate receptors improves delayed recall in aged humans. Lynch, G, et al. 1997, Exp Neurol. 10. The effects of long-term honey, sucrose, or sugar-free diets on memory and anxiety in rats. Chepulis, L M, Starkey, N J dan Molan, PC. 2009, Physiol Brhav.

11. Drake, Victoria J. Micronutrient and Cognitive Function. Linus Pauling Institute, Oregon State University. [Online] Juli 2011. [Dikutip: 1 Oktober 2013.]

http://lpi.oregonstate.edu/ss11/cognitive. html.


(23)

51

DAFTAR PUSTAKA

Ahern, K. 2012. Kevin Ahern's Biochemistry. Diunduh 7 Oktober 2013, dari Oregon State University: http://oregonstate.edu/instruct/bb450/spring13/ lecture/glycolysisoutline.html

Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Hilgard, E. R., & Smith, E. E. 1985. Learning and Conditioning. In: Introduction to Psychology (edisi 9). Orlando: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Bailey, R. 2013. Brainstem. Diunduh 30 September 2013, dari About.com: http://biology.about.com/od/anatomy/p/cerebrum.htm

Baxamusa, B. N. 2010. Cerebellum Function. Diunduh 30 September 2013, dari Buzzle.com: http://www.buzzle.com/articles/cerebellum-function.html Benefits of Honey. 2006. Honey Nutrition Facts. Diunduh 7 Oktober 2013, dari

Benefits of Honey: http://www.benefits-of-honey.com/honey-nutrition.html

Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Stryer, L. 2012. Biochemistry (edisi 7). New York: W.H. Freeman.

Bogdanov, S. 2011. The Book of Honey. Swedia: Bee Product Science.

Bogdanov, S., Haldimann, M., Luginbühl, W., & Gallmann, P. 2007. Minerals in honey: environmental, geographical, and botanical aspects. Journal of Apicultural Research and Bee World , hal. 269-275.

Bogdanov, S., Jurendic, T., Sieber, R., & Gallmann, P. 2008. Honey for Nutrition and Health: a Review. American Journal of The College of Nutrition , hal. 677-689.

Bower, G. H., & Hilgard, E. R. 1975. Freud’s Psychodinamics. In: Theories of Learning. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.

Campbell University. 2005. Summary of Glycolisis. Diunduh Oktober 2013, dari Campbell University: http://web.campbell.edu/faculty/nemecz/323_lect/ glycolysis/summary.html


(24)

52

Chepulis, L. M., Starkey, N. J., & Molan, P. 2009. The effects of long-term honey, sucrose, or sugar-free diets on memory and anxiety in rats. Physiol Brhav.

Cole, E. 2008. The Healing Power of Honey. Diunduh 23 Januari 2013, dari Herbal Legacy Articles: http://articles.herballegacy.com/the-healing-power-of-honey/

Das, U. N. 2001. Cognitive performance and glucose. The American Journal of Clinical Nutrition .

Dash, P. 2013. Chapter 11: Blood Brain Barrier and Cerebral Metabolism. Diunduh 1 Oktober 2013, dari Neuroscience Online The University of Texas: http://neuroscience.uth.tmc.edu/s4/chapter11.html

Davies, D. R., & Parasuraman, R. 1982. The Psychology of Vigilance. London: Academic Press.

Drake, V. J. 2011. Micronutrient and Cognitive Function. Diunduh 1 Oktober 2013, dari Linus Pauling Institute, Oregon State University: http://lpi.oregonstate.edu/ss11/cognitive.html

English, J. A. 1998. MOO-based Metacognition: Incorporating Online and Offline Reflection into the Writing Process. Diunduh 30 September 2013, dari Kairos: A Journal of Rhetoric, Technology, and Pedagogy: http://www.technorhetoric.net/3.1/features/english/metacog.html

Fessenden, R. 2012. Honey for Health. Diunduh 23 Januari 2013, dari World Class Emprise: http://www.worldclassemprise.com

Fessenden, R. 2007. Honey, More than A Sweetener Naturally. Diunduh 23 Januari 2013, dari American Apitherapy Society, Inc: http://www.apitherapy.org/

Ford, K. 2011. Honey vs Sugar Glycemic Index. Diunduh 30 Januari 2013, dari LIVESTRONG.COM: http://www.livestrong.com/article/270875-honey-vs-sugar-glycemic-index/#ixzz2I9XxD5HB

Ganong, W. F. 2005. Review of Medical Physiology (edisi 22). New York: McGraw Hill.

Gosyen. 2013. Jenis Madu. Diunduh 1 Oktober 2013, dari Gosyenland: http://www.gosyenland.com/front/index.php/artikel-dan-berita/madu-dan-lebah/17-jenis-madu


(25)

53

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (edisi 11). Jakarta: EGC.

Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Hasselmo, M. E. 2006. The Role of Acetylcholine in Learning and Memory. Curr Opin Neurobiol .

Hines, T. 2013. Anatomy of the Brain. Diunduh 30 September 2013, dari Mayfield Clinic for Brain and Spine: http://www.mayfieldclinic.com/PE-AnatBrain.htm#.UkmozNJmiSo

Huitt, W. G. 1992. Problem solving and decision making: Consideration of individual differences using the Myers-Briggs Type Indicator. Diunduh 30 September 2013, dari Journal of Psychological Type: http://www.edpsycinteractive.org/papers/prbsmbti.html

Idea Sandbox. 2007. Osborn: Creative Problem-Solving Process. Diunduh 7 Oktober, 2013, dari Idea Sandbox: http://www.idea-

sandbox.com/destination/2007/10/osborn-creative-problem-solving-process/

Jaganathan, S. K., & Mandal, M. 2009. Antiproliferative Effects of Honey and of Its Polyphenols: A Review. Journal of Biomedicine and Biotechnology . Janzen, H. 2005. Developing Problem Solvers in Mathematics. Diunduh 30

September 2013, dari Glencoe/McGraw-Hill: http://www.glencoe.com/ sec/teachingtoday/subject/dev_problem_solvers.phtml

Kaplan, S. 1991. Human Development Throughout the Life Cycle Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences, Clinical Psychiatry (edisi 6). Baltimore: Williams & Wilkins.

Lynch, G., Granger, R., Ambros-Ingerson, J., Davis, C. M., Kessler, M., & Schehr, R. 1997. Evidence that a positive modulator of AMPA-type glutamate receptors improves delayed recall in aged humans. Exp Neurol . Magistretti, P. J., Pellerin, L., & Martin, J.-L. 2000. Brain Energy Metabolism: An

Integrated Cellular Perspective. Neuropsychopharmacology .

Medical Art Library. 2011. Brain Anatomy. Diunduh 7 Oktober 2013, dari Medical Art Library: http://www.medicalartlibrary.com/brain-anatomy.html


(26)

54

Meldrum, B. S. 2000. Glutamate as a Neurotransmitter in the Brain: Review of Physiology and Pathology. The American Society for Nutritional Sciences . Miller, R. K., & Levine, J. 2002. Biology. Diunduh 7 Oktober 2013, dari Teacher's

Domain: http://www.teachersdomain.org/asset/tdc02_img_krebs

National Honey Board. 2013. Types of Honey. Diunduh 1 Oktober 2013, dari HoneyO.com: http://www.honeyo.com/types.shtml

Needham, A. W. 2012. Health Benefits of Honey. Diunduh 30 Januari 2013, dari Bees Online: http://www.bees-online.com/HealthBenefitsOfHoney.htm Nemoseck, T. M., Carmody, E. G., Furchner-Evanson, A., Gleason, M., Li, A.,

Potter, H., et al. 2007. Honey promotes lower weight gain, adiposity, and triglycerides than sucrose in rats. J Food Sci .

Osborn, A. F. 1963. Applied Imagination: Principles and Procedures of Creative Problem-Solving. New York: Scribner.

Preisseisen, B. 1985. Unlearning Lessons: Current and Past Reforms for School Improvement. Philadelphia: Falmer Press.

Purves, D., Augustine, G. J., Fitzpatrick, D., Katz, L. C., LaMantia, A.-S., McNamara, J. O., et al. 2001. Neuroscience (edisi 2). Sunderland: Sinauer Associates.

RAC. 2013. Reticular Activating System. Diunduh 1 Oktober 2013, dari Reticular Activating System: All About The Reticular Activating System: http://reticularactivatingsystem.org/

Ragozzino, M. E., Unick, K. E., & Gold, P. E. 1996. Hippocampal acetylcholine release during memory testing in rats: augmentation by glucose. Proc Natl Acad Sci U S A.

Riedel, G., Platt, B., & Micheau, J. 2003. Glutamate receptor function in learning and memory. Behav Brain Res .

Show Up Fitness. 2012. The Truth About Honey. Diunduh 13 Januari 2013, dari Show Up Fitness: http://showupfitness.com/wp-content/uploads/2012/08/ honey-kills-bacteria1.jpg

Slameto. 1990. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.


(27)

55

Snell, R. S. 2010. Cinical Neuroanatomy (edisi 7). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Taylor, S. 2012. Is Honey Vegan? Diunduh 13 januari 2013, dari The Vegan Woman: http://www.theveganwoman.com/is-honey-vegan/

The Brain Injury Association of New York State. 2006. About the Brain. Diunduh 7 Oktober 2013, dari Learnet: http://www.projectlearnet.org/ about_the_brain.html

The Science of Consciousness. 2011. Diunduh 7 Oktober, 2013, dari Bhavanajagat: http://bhavanajagat.com/2011/03/31/the-science-of-consciousness/

The University of Sidney. 2012. Glycemic Index. Diunduh 30 Januari 2013, dari Glycemic Index: http://www.glycemicindex.com/foodSearch.php?num= 106&ak=detail

Traffic Jam. 2008. Diunduh 30 September 2013, dari Puzzles411: http://www.puzzles411.com/puzzles/TrafficJam/Default.aspx

Wibowo, D. S. 2008. Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia.

Xamplified. 2010. Krebs Cycle. Diunduh 12 November 2013, dari Xamplified Free Online Education Resource: http://www.chemistrylearning.com/ krebs-cycle/


(1)

tikus dengan pemberian madu. Penelitian tersebut membuktikan bahwa madu bermanfaat dalam meningkatkan memori pada tikus yang telah dipengaruhi oleh proses penuaan (11). SIMPULAN

Madu meningkatkan kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif.

SARAN

Madu dapat dikonsumsi terutama untuk kegiatan-kegiatan yang membutuhkan tingkat kewaspadaan, ketelitian dan fungsi kognitif yang baik.

Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek madu terhadap kewaspadaan, ketelitian, dan fungsi kognitif dengan metode yang berbeda, menggunakan bentuk sediaan madu atau jenis madu lain, dosis madu yang berbeda, serta durasi waktu tes setelah mengonsumsi madu yang bervariasi. DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton, Arthur C dan Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 11. Jakarta : EGC, 2006. hal. 759-760. 2. Needham, Albert W. Health Benefits of Honey. Bees Online. [Online] 2012. [Dikutip: 30 Januari 2013.]

http://www.bees-online.com/HealthBenefitsOfHoney.htm .

3. Honey for Nutrition and Health: a Review. Bogdanov, Stefan, et al. 2008, American Journal of The College of Nutrition, hal. 677-689.

4. Fessenden, Ron. Honey, More than A Sweetener Naturally. American

Apitherapy Society. [Online] 23 Januari 2007. http://www.apitherapy.org/. 5. Bogdanov, Stefan. The Book of Honey. Swedia : Bee Product Science, 2011.

6. Hippocampal acetylcholine release during memory testing in rats: augmentation by glucose. Ragozzino, M E, Unick, K E dan Gold, P E. 1996, Proc Natl Acad Sci U S A.

7. Cognitive performance and glucose. Das, Undurti N. 2001, The American Journal of Clinical Nutrition.

8. Glutamate receptor function in learning and memory. Riedel, G, Platt, B dan Micheau, J. 2003, Behav Brain Res. 9. Evidence that a positive modulator of AMPA-type glutamate receptors improves delayed recall in aged humans. Lynch, G, et al. 1997, Exp Neurol. 10. The effects of long-term honey, sucrose, or sugar-free diets on memory and anxiety in rats. Chepulis, L M, Starkey, N J dan Molan, PC. 2009, Physiol Brhav.

11. Drake, Victoria J. Micronutrient and Cognitive Function. Linus Pauling Institute, Oregon State University. [Online] Juli 2011. [Dikutip: 1 Oktober 2013.]

http://lpi.oregonstate.edu/ss11/cognitive. html.


(2)

51

Oregon State University: http://oregonstate.edu/instruct/bb450/spring13/ lecture/glycolysisoutline.html

Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., Hilgard, E. R., & Smith, E. E. 1985. Learning

and Conditioning. In: Introduction to Psychology (edisi 9). Orlando:

Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Bailey, R. 2013. Brainstem. Diunduh 30 September 2013, dari About.com: http://biology.about.com/od/anatomy/p/cerebrum.htm

Baxamusa, B. N. 2010. Cerebellum Function. Diunduh 30 September 2013, dari Buzzle.com: http://www.buzzle.com/articles/cerebellum-function.html Benefits of Honey. 2006. Honey Nutrition Facts. Diunduh 7 Oktober 2013, dari

Benefits of Honey: http://www.benefits-of-honey.com/honey-nutrition.html

Berg, J. M., Tymoczko, J. L., & Stryer, L. 2012. Biochemistry (edisi 7). New York: W.H. Freeman.

Bogdanov, S. 2011. The Book of Honey. Swedia: Bee Product Science.

Bogdanov, S., Haldimann, M., Luginbühl, W., & Gallmann, P. 2007. Minerals in honey: environmental, geographical, and botanical aspects. Journal of

Apicultural Research and Bee World , hal. 269-275.

Bogdanov, S., Jurendic, T., Sieber, R., & Gallmann, P. 2008. Honey for Nutrition and Health: a Review. American Journal of The College of Nutrition , hal. 677-689.

Bower, G. H., & Hilgard, E. R. 1975. Freud’s Psychodinamics. In: Theories of

Learning. Englewood Cliffs: Prentice-Hall, Inc.

Campbell University. 2005. Summary of Glycolisis. Diunduh Oktober 2013, dari Campbell University: http://web.campbell.edu/faculty/nemecz/323_lect/ glycolysis/summary.html


(3)

52

Chepulis, L. M., Starkey, N. J., & Molan, P. 2009. The effects of long-term honey, sucrose, or sugar-free diets on memory and anxiety in rats. Physiol

Brhav.

Cole, E. 2008. The Healing Power of Honey. Diunduh 23 Januari 2013, dari Herbal Legacy Articles: http://articles.herballegacy.com/the-healing-power-of-honey/

Das, U. N. 2001. Cognitive performance and glucose. The American Journal of

Clinical Nutrition .

Dash, P. 2013. Chapter 11: Blood Brain Barrier and Cerebral Metabolism. Diunduh 1 Oktober 2013, dari Neuroscience Online The University of Texas: http://neuroscience.uth.tmc.edu/s4/chapter11.html

Davies, D. R., & Parasuraman, R. 1982. The Psychology of Vigilance. London: Academic Press.

Drake, V. J. 2011. Micronutrient and Cognitive Function. Diunduh 1 Oktober 2013, dari Linus Pauling Institute, Oregon State University: http://lpi.oregonstate.edu/ss11/cognitive.html

English, J. A. 1998. MOO-based Metacognition: Incorporating Online and

Offline Reflection into the Writing Process. Diunduh 30 September 2013,

dari Kairos: A Journal of Rhetoric, Technology, and Pedagogy: http://www.technorhetoric.net/3.1/features/english/metacog.html

Fessenden, R. 2012. Honey for Health. Diunduh 23 Januari 2013, dari World Class Emprise: http://www.worldclassemprise.com

Fessenden, R. 2007. Honey, More than A Sweetener Naturally. Diunduh 23 Januari 2013, dari American Apitherapy Society, Inc: http://www.apitherapy.org/

Ford, K. 2011. Honey vs Sugar Glycemic Index. Diunduh 30 Januari 2013, dari LIVESTRONG.COM: http://www.livestrong.com/article/270875-honey-vs-sugar-glycemic-index/#ixzz2I9XxD5HB

Ganong, W. F. 2005. Review of Medical Physiology (edisi 22). New York: McGraw Hill.

Gosyen. 2013. Jenis Madu. Diunduh 1 Oktober 2013, dari Gosyenland: http://www.gosyenland.com/front/index.php/artikel-dan-berita/madu-dan-lebah/17-jenis-madu


(4)

Guyton, A. C., & Hall, J. E. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (edisi 11). Jakarta: EGC.

Hamalik, O. (1994). Media Pendidikan. Bandung: Alumni.

Hasselmo, M. E. 2006. The Role of Acetylcholine in Learning and Memory. Curr

Opin Neurobiol .

Hines, T. 2013. Anatomy of the Brain. Diunduh 30 September 2013, dari Mayfield Clinic for Brain and Spine: http://www.mayfieldclinic.com/PE-AnatBrain.htm#.UkmozNJmiSo

Huitt, W. G. 1992. Problem solving and decision making: Consideration of

individual differences using the Myers-Briggs Type Indicator. Diunduh 30

September 2013, dari Journal of Psychological Type: http://www.edpsycinteractive.org/papers/prbsmbti.html

Idea Sandbox. 2007. Osborn: Creative Problem-Solving Process. Diunduh 7 Oktober, 2013, dari Idea Sandbox: http://www.idea-

sandbox.com/destination/2007/10/osborn-creative-problem-solving-process/

Jaganathan, S. K., & Mandal, M. 2009. Antiproliferative Effects of Honey and of Its Polyphenols: A Review. Journal of Biomedicine and Biotechnology . Janzen, H. 2005. Developing Problem Solvers in Mathematics. Diunduh 30

September 2013, dari Glencoe/McGraw-Hill: http://www.glencoe.com/ sec/teachingtoday/subject/dev_problem_solvers.phtml

Kaplan, S. 1991. Human Development Throughout the Life Cycle Synopsis of

Psychiatry: Behavioral Sciences, Clinical Psychiatry (edisi 6). Baltimore:

Williams & Wilkins.

Lynch, G., Granger, R., Ambros-Ingerson, J., Davis, C. M., Kessler, M., & Schehr, R. 1997. Evidence that a positive modulator of AMPA-type glutamate receptors improves delayed recall in aged humans. Exp Neurol . Magistretti, P. J., Pellerin, L., & Martin, J.-L. 2000. Brain Energy Metabolism: An

Integrated Cellular Perspective. Neuropsychopharmacology .

Medical Art Library. 2011. Brain Anatomy. Diunduh 7 Oktober 2013, dari Medical Art Library: http://www.medicalartlibrary.com/brain-anatomy.html


(5)

54

Meldrum, B. S. 2000. Glutamate as a Neurotransmitter in the Brain: Review of Physiology and Pathology. The American Society for Nutritional Sciences . Miller, R. K., & Levine, J. 2002. Biology. Diunduh 7 Oktober 2013, dari Teacher's

Domain: http://www.teachersdomain.org/asset/tdc02_img_krebs

National Honey Board. 2013. Types of Honey. Diunduh 1 Oktober 2013, dari HoneyO.com: http://www.honeyo.com/types.shtml

Needham, A. W. 2012. Health Benefits of Honey. Diunduh 30 Januari 2013, dari Bees Online: http://www.bees-online.com/HealthBenefitsOfHoney.htm Nemoseck, T. M., Carmody, E. G., Furchner-Evanson, A., Gleason, M., Li, A.,

Potter, H., et al. 2007. Honey promotes lower weight gain, adiposity, and triglycerides than sucrose in rats. J Food Sci .

Osborn, A. F. 1963. Applied Imagination: Principles and Procedures of Creative

Problem-Solving. New York: Scribner.

Preisseisen, B. 1985. Unlearning Lessons: Current and Past Reforms for School

Improvement. Philadelphia: Falmer Press.

Purves, D., Augustine, G. J., Fitzpatrick, D., Katz, L. C., LaMantia, A.-S., McNamara, J. O., et al. 2001. Neuroscience (edisi 2). Sunderland: Sinauer Associates.

RAC. 2013. Reticular Activating System. Diunduh 1 Oktober 2013, dari Reticular Activating System: All About The Reticular Activating System: http://reticularactivatingsystem.org/

Ragozzino, M. E., Unick, K. E., & Gold, P. E. 1996. Hippocampal acetylcholine release during memory testing in rats: augmentation by glucose. Proc Natl

Acad Sci U S A.

Riedel, G., Platt, B., & Micheau, J. 2003. Glutamate receptor function in learning and memory. Behav Brain Res .

Show Up Fitness. 2012. The Truth About Honey. Diunduh 13 Januari 2013, dari Show Up Fitness: http://showupfitness.com/wp-content/uploads/2012/08/ honey-kills-bacteria1.jpg

Slameto. 1990. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.


(6)

Snell, R. S. 2010. Cinical Neuroanatomy (edisi 7). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Taylor, S. 2012. Is Honey Vegan? Diunduh 13 januari 2013, dari The Vegan Woman: http://www.theveganwoman.com/is-honey-vegan/

The Brain Injury Association of New York State. 2006. About the Brain. Diunduh 7 Oktober 2013, dari Learnet: http://www.projectlearnet.org/ about_the_brain.html

The Science of Consciousness. 2011. Diunduh 7 Oktober, 2013, dari

Bhavanajagat: http://bhavanajagat.com/2011/03/31/the-science-of-consciousness/

The University of Sidney. 2012. Glycemic Index. Diunduh 30 Januari 2013, dari Glycemic Index: http://www.glycemicindex.com/foodSearch.php?num= 106&ak=detail

Traffic Jam. 2008. Diunduh 30 September 2013, dari Puzzles411:

http://www.puzzles411.com/puzzles/TrafficJam/Default.aspx

Wibowo, D. S. 2008. Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia.

Xamplified. 2010. Krebs Cycle. Diunduh 12 November 2013, dari Xamplified Free Online Education Resource: http://www.chemistrylearning.com/ krebs-cycle/