MAKNA ULOS SAPUT, ULOS TUJUNG DAN ULOS SAMPETUA DALAM UPACARA KEMATIAN BAGI SUKU BATAK TOBA DI DESA PARDUGUL KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR.

(1)

MAKNA ULOS SAPUT ULOS TUJUNG DAN ULOS SAMPETUA DALAM UPACARA KEMATIAN BAGI SUKU BATAK TOBA DI DESA PARDUGUL KECAMATAN

PANGURURAN KABUPATEN SAMOSIR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: TUTUR SINURAT

Nim: 3101122058

JURUSAN PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2015


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Tutur Sinurat, NIM. 3103122058. Makna Ulos saput, Ulos tujung dan Ulos sampetua Dalam Upacara Kematian Bagi Suku Batak Toba di Desa Pardugul Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, Skiripsi. Fakultas Ilmu Sosial, Pendidikan Antropologi, Universitas Negeri Medan 2015

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: bagaimana upacara kematian suku batak Toba, apa pengertian ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua, dan bagaimana prosesi penyerahan ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua dan apa makna ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua dalam upacara kematian suku Batak Toba.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif mengenai makna ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua dalam upacara kematian suku Batak Toba di Desa Pardugul Kecamatan Pangururan kabupaten samosir. Adapun informan dalam penelitian ini adalah tokoh adat, masyarakat yang paham mengenai ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua khususnya bagi yang pernah menyerahkan ataupun menerima ulos tersebut.

Dalam upacara adat kematian bagi suku Batak Toba di Desa Pardugul, Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir penyerahan ulos saput, ulos tujung atau ulos sampetua menjadi suatu hal yang sangat penting, sebab upacara pemberian ulos saput, ulos tujung atau ulos sampetua merupakan awal pelaksanaan tahapan upacara kematian. Dengan kata lain, sebelum ulos saput,

ulos tujung atau ulos sampetua disampaikan maka tahapan-tahapan upacara

selanjutnya tidak dapat dilaksanakan dan apabila ulos ini tidak ada dalam suatu upacara kematian dirasakan kurang sah ataupun kurang berhikmat hal ini disebabkan karena ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua memiki makna tersendiri bagi siapa yang menerimanya

Kata Kunci : Ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua- upacara kematian Suku Batak Toba


(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih, karunia dan Penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skiripsi yang berjudul “ Makna ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua dalam upacara kematian Bagi Suku Batak Toba di Desa Pardugul kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir”.

Adapun Penulisan skiripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan bagi mahasiswa program S-1 jurusan Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik bahasa, penyampaian, tehnik penulisan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan penulis, oleh karena itu besar harapan penulis agar para pembaca memberikan kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan skiripsi ini.

Banyak tantangan yang dihadapi oleh penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian skiripsi ini, namun atas berkat dan Pertolongan Tuhan Yesus Kristus penulis diberi kekuatan dalam menjalani semua. Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu baik moral, materi dan tenaga dalam penyelesaian skripsi ini.

Teristimewa penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orangtua: Almarhum Ayah saya Terkasih K. Sinurat dan ibunda tersayang T. Br. Simbolon yang telah melahirkan dan membesarkan, merawat serta memenuhi kebutuhan hidup penulis selama ini. Pengorbanan dan jerih payah


(7)

ii

kedua orangtua tidak akan pernah terbalas dan doa yang penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus agar senantiasa memberikan kesehatan, panjang umur, rejeki dan selalu dalam naungan Tuhan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus atas dan perhatian dan peran serta kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Dr. H. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan segenap fungisionaris Fakultas Ilmu Sosial-Universitas Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Nurmala Berutu, MPd, selaku pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

4. Ibu Dra. Puspitawati, M.si selaku ketua program Studi Pendidikan Antropologi 5. Bapak Drs. Payerli Pasaribu M.si selaku dosen pembingbing skripsi yang telah

membantu penulis sampai akhir penulisan ini. Beliau senantiasa meluangkan waktu kapan saja untuk penulis meminta bimbingan dan arahan juga telah bersedia membantu memberi semangat, baik suka maupun duka.

6. Ibu Dra. Puspitawati, M.si selaku dosen pembingbing akademik dan sekaligus dosen penguji I yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis untuk bersemangat menyelesaikan tulisan ini

7. Bapak Eron Litno Damanik M.si selaku dosen penguji II yang telah memberi arahan dan bantuan kepada penulis yang selalu memberikan arahan, masukan kepada penulis untuk mampu menyelesaikan skiripsi ini dengan baik dan benar.


(8)

8. Bapak Drs. Waston Malau M.sp selaku dosen penguji III yang selalu memberikan arahan ilmu dan yang selalu memberi nasehat, petunjuk, dan dukungan dalam penyelesaian skiripsi ini

9. Seluruh dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Antropologi yang telah memberikan arahan ilmu dan yang selalu memberi nasehat, petunjuk, dan dukungan yang sangat luar biasa dan berharga.

10.Untuk abang dan kakak saya tercinta dan seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih banyak atas doa dan dukungannya. Secara terkhusus kepada abang saya Victory Sinurat, dan kepada kakak saya Adehenka Sinurat, Herna Lely Sinurat, Arni W. Sinurat, Erni W. Sinurat, Junivera Sinurat, dan Ririsma Sinurat yang selalu membantu saya terkhusus masalah materi dan buat semangat, motivasi, nasehat, terimakasih penulis ucapkan semoga Tuhan Yesus senantiasa memberikan kesehatan dan kesuksesan kepada semua keluarga tercinta.

11.Untuk yang terkasih Venson P. Naibaho terimakasih buat segala motivasi dukungan serta bantuannya selama proses ini yang setia menemani dan membantu penulis. Semoga semua harapan kita tercapai.

12.Sahabat saya, Lely Purba terimakasih buat kebersamaannya selama ini, terimakasih buat semua doa-doa dan dukungan semangatnya. Persahabatan kita tak akan pernah terlupakan dan semoga harapan dan cita-cita kita tercapai. Selamanya kamu ada di hati. Akhirnya kita selesai juga....!!! Wish U all the best..


(9)

iv

13.Teman-teman PPLT SMK Negeri 1 Lumbanjulu 2013 Tobasa :Sorta, Rismelia, Juwita, Tiwi, Astika, Sri, Leo, Arianto, Yusuf, Bernadi, Agus, Andre, Habibi, terimakasih buat dukungan doanya. Kebersamaan kurang lebih tiga bulan adalah kenangan terindah dan selamanya kalian ada dihati.

14.Teman-teman pendikan Antropologi 2010 terkhusus buat Mustika Agara, Ramadhaniaty, Jou Pandiangan, Immanuel Sidebang, Laila Tuhusna dan Junedi Hutasoit, terimakasih buat kebersamaan nya selama ini.

Penulis menyadari skiripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga Tuhan Selalu menyertai kita.

Medan, Maret 2015

Penulis


(10)

BAB I PENDAHULUAN

Suku Batak Toba memiliki berbagai benda budaya yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat. Salah satu dari benda budaya itu adalah ulos.

Ulos adalah sejenis kain adat hasil kerajinan tradisional suku Batak Toba. Ulos

merupakan hasil karya yang penuh dengan nilai-nilai estetika dan sekaligus sebagai bagian dari hakekat dan keberadaan suku Batak Toba itu sendiri dan sebuah hasil karya yang telah memiliki makna nilai kultur yang tinggi serta mengandung makna sosial dan makna ekonomi.

Kehidupan suku Batak Toba sangat kental dengan penggunaan kain ulos dalam kehidupan sehari-hari terutama pelaksanaan berbagai upacara adat seperti pernikahan, kelahiran, kematian, dan ritual lainnya di rasakan kurang sah tanpa

ulos. Pada mulanya fungsi ulos adalah untuk menghangatkan badan, tetapi dalam

perkembangan selanjutnya ulos dijadikan sebagai salah satu atribut dalam pelaksanaan adat. Pada pelaksanaan berbagai upacara adat, pemakaian atau penggunaan ulos bagi suku Batak Toba memiliki makna simbolik. Setiap ulos mempunyai raksa atau corakcorak tersendiri, tergantung sifat dan keadaan bagaimanaulos tersebut digunakan. Dari raksa atau motif ulos dapat diketahui pada waktu kapan ulos digunakan dan dalam acara apa.

Secara garis besar, dari cara pemakaiannya ulos dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: pertama, siabithononton (dipakai dengan melilitkan dibagian tubuh sekitar dada dan pinggang). Ulos yang termasuk siabithononton ini


(11)

2

diantaranya adalah ulos ragiidup dan ulos sibolang. Kedua sihadangtononton (dis andang diatas bahu), ulos yang termasuk sihadangtononton adalah ulos sirara

dan ulos sadum.Ketiga, sitalitalihononton(dililit di kepala), ulos yang termasuk sitalitalihononton diantaranyaulos mangiring. Ketiga aturan pemakaian ulos

tersebut membawa pesan bahwa pemakaian ulos pada posisi yang tepat merupakan hal yang sangat penting, tidak saja terkait dengan keserasian dalam berpakaian tetapi juga terkait dengan makna-makna filosofis yang di kandungnya. Dengan kata lain, ulos tidak hanya berfuingsi sebagai penghangat dan lambang kasih sayang, melainkan juga sebagai simbol status sosial, alat komunikasi, dan lambang solidaritas.

Terkait ulos sebagai ekspresi kasih sayang, maka dikenal ungkapan

mangulosi. Dalam adat suku Batak Toba mangulosi (memberikan ulos)

melambangkan pemberian kehangatan dan kasih sayang kepada penerima ulos. Dalam hal mangulosi, ada aturan umum yang harus dipatuhi, yaitu mangulosi hanya boleh dilakukan kepada orang yang mempunyai status kekerabatan atau sosial lebih rendah dari sipemberi ulos. Misalnya, orangtua boleh mangulosi anaknya tetapi sang anak tidak boleh mangulosi orangtuanya, hula-hula boleh

mangulosi borunya tetapi boru tidak boleh, mangulosi hula-hulanya atau abang

boleh mangulosi adiknya, tetapi adek tidak boleh mangulosi abangnya. Demikian juga dengan ulos yang hendak digunakan untuk mangulosi harus mempertimbangkan tujuan dari pemberian ulos tersebut. Misalnya hendak

mangulosi boru yang akan melahirkan anak sulungnya, maka ulos yang diberikan


(12)

3

tamu kehormatan yang dapat memberikan perlindungan (mangalinggomi), maka ulos yang digunakan adalah ulos ragiidup silingo. Ulos ragiidup silingome mpunyai motif seperti ukiran, serta “raginya” (coraknya) semuanya mengesank an, benar benar nampak hidup, itulah sebabnya ulos ini diberi nama ulos ragiidup

silingo dan dibuat menjadi symbol hidup (penghidupan).

Ulos suku Batak Toba mempunyai banyak macam dan coraknya, seperti: ulos sadum, ulos ragihotang, ulos sibolang, ulos bugis, ulos padang rusa dan ulos takkup,danulossimata. selain dari jenis ulos ini berdasarkan penuturan

orang-orang-orang tua ragam ulos suku Batak Toba mencapai kurang lebih 57 jenis. Menurut adat yang berkembang di dalam masyarakat Desa Pardugul Kecamatan Panguruan Kabupaten Samosir, penggunaan ulos berlangsung minimal dalam tiga peristiwa atau kejadian yaitu : pertama ketika anak baru lahir akan diberi ulos parompa atau ulos paralo-alo tondi, kedua pada saat perkawinan sepasang suami istri diberi ulos marjabu atau ulos hela. Pada saat peristiwa meninggal dunia di beri ulos saput, ulos tujung atau ulos sampetua.

Pada saat penyerahan ulos saput, ulos tujung atau ulos sampetua Dalihan

Natolu sangat berperan penting. Ulos saput adalah ulos yang diberikan Tulang

untuk membungkus jenazah keponakannya yang meninggal dunia. Ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada suami atau istri dari orang yang meninggal dunia, disebut ulos tujung karena pada saat pemberian atau penyampaiannya di tujung atau di letakkan diatas kepala dari istri atau suami yang meninggal tersebut. Dengan kata lain jika yang meninggal suami yang menerima ulos


(13)

4

menerimaulostujungadalahsuami. Ulos tujung diberikan kepada suami atau istri seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan masih ada anak nyang belum menikah. Ulos sampetua adalah ulos yang diberikan kepada suami atau istri seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan anaknya sudah seluruhnya berumah tanga. Ulos sampetua dalam proses pemberianya hampir sama dengan

ulos tujung hanya saja ulos sampetua tidak diletakkan diatas kepala sipenerima

melainkan di semakkan diatas bahunya.Ulos tujung dan ulos sampetua di Desa Pardugul pada umumnya diberikan oleh hula-hula dari orang yang meninggal dunia.

Dalam upacara adat kematian bagi suku Batak Toba di Desa Pardugul, Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir penyerahan ulos saput, ulos tujung atau ulos sampetua menjadi suatu hal yang sangat penting, sebab upacara pemberian ulos saput, ulos tujung atau ulos sampetua merupakan awal pelaksanaan tahapan upacara kematian. Dengan kata lain, sebelum ulos saput,

ulos tujung atau ulos sampetua disampaikan maka tahapan-tahapan upacara

selanjutnya tidak dapat dilaksanakan. Dari kenyataaan tersebut tampaknya pemberian ulos saput, ulos tujung atau ulossampetua di Desa Pardugul, Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir diperkirakan memiliki makna tersendiri dan sangat penting. Berdasarkan kenyataan tersebut penulis tertarik meneliti tentang “Makna ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua dalam upacara kematian bagi suku Batak Toba di Desa Pardugul, Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir”.


(14)

5

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah pada makna ulos saput, ulos tujungdanulos sampetua dalam upacara adat kematian bagi suku Batak Toba di Desa Pardugul Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:

1. Ulos di suku Batak Toba

2. Kedudukan pentingnyaulos bagi suku Batak Toba 3. Penggunaan ulos pada suku Batak Toba

4. Jenis ulos pada masyarakat Batak Toba

5. Yang berhak menerima ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua

6. Pengertianulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua

7. Proses pemberian ulos saput, ulos tujung atau dan sampetua 8. Penggunaan ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua 9. Makna ulos saput,ulos tujung dan ulos sampetua 1.4RumusanMasalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana upacara kematian suku Batak Toba?

2. Bagaimana prosesi atau tata cara penyerahan ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua?


(15)

6

1.5TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana upacara kematian suku Batak Toba

2. Untuk mengetahui bagaimana prosesi atau tata cara pemberian ulos tujung, ulos

saput dan ulos sampetua

3. Untuk mengetahui makna dari ulos saput,ulos tujung dan ulos sampetua 1.6 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat akan kekhasan budaya yang di miliki masyarakat Batak Toba khususnya mengenai makna ulos saput, ulos tujung atau

ulos sampetua di dalam upacara kematian bagi suku Batak Toba

2. Sebagai referensi dan masukan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNIMED dan pihak dalam Melakukan penelitian yang sejenis.

3. Bagi penulis bermanfaat sebagai wawasan untuk melakukan penelitian yang lebih baik kedepannya.


(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan sebelumya dapat ditarik beberapa kesimpulan yang sekaligus menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

Kesimpulan tersebut antara lain :

1. Dalam upacara adat kematian bagi suku Batak Toba di Desa Pardugul Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, penyerahan ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua menjadi hal yang sangat penting, sebab upacara ataupun prosesi pemberian ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua merupakan awal pelaksanaan tahap upacara kematian. Dengan kata lain, sebelum ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua diserahkan ataupun disampaikan maka tahapan-tahapan upacara selanjutnya tidak dapat dilaksanakan.

2. Ulos saput sebuah ulos yang di serahkan hula-hula kepada jenazah, sebagai ulos parsirangan dari hula-hula nya. Jika yang meninggal suami maka yang memberikan ulos saputnya adalah hula-hula dari suami. Dan sebaliknya jika yang meninggal istri maka yang memberikan ulos saputnya adalah hula-hula dari si istri. Ulos ini diserahkan pada satu atau dua hari menjelang jenazah dikuburkan. Ulos tujung adalah, ulos yang diberikan oleh hula-hula, kepada yang di tinggalkan janda/ duda. Misalnya jika yang meninggal suami maka yang menerima tujung adalah istri yang diberikan hula-hula istri. Dan sebaliknya jika yang meninggal suami yang menerima ulos tujung adalah istri yang diberikan oleh hula-hula dari si istri. Ulos sampetua adalah ulos yang berikan oleh hula hula kepada seorang


(17)

59

nya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai cucu ) Misalnya jika yang meninggal suami maka yang menerima ulos sampetua adalah istri, dan sebaliknya jika yang meninggal istri yang menerima ulos sampetua adalah suami

3. Ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua memiliki makna tersendiri. Ulos saput memiliki makna supaya mayat selamat dalam perjalanan dan supaya semua yang di tinggalkan yang meninggal tidak terpuruk dalam kesedihan. Makna pemberian ulos tujung adalah mengambarkan bahwa tidak ada lagi teman hidup, tidak ada lagi teman berkunjung ke acara adat, dan ini menggambarkan bahwa tanggung jawab semakin besar. Jika yang meninggal suami, maka tanggung istri semakin berat, karena dia sudah sekaligus menjadi kepala rumahtangga, dan tujuan pemberian ulos ini supaya tetap kuat menjalani apapun yang terjadi tanpa teman hidup.Ulos sampetua memiliki makna sampe (sampailah) tua ( Berumur panjang dan di Berkati Tuhan), artinya semoga yang di tinggalkan berumur yang panjang dan dalam keadaan sehat walafiat.

5.2. SARAN

Melihat begitu dalam nya makna ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua dalam upacara kematian suku Batak Toba maka penulis mengemukakan beberapa saran yaitu:

1. Upacara kematian bagi suku Batak Toba merupakan warisan religi suku Batak Toba. Upacara kematian ini selalu melibatkan ulos di dalamnya, yaitu ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua yang di anggap memiliki makna bagi siapa yang menerimanya. Pemberian ulos ini hendaknya tetap


(18)

60

di lestarikan. Hal ini bertujuan untuk menghomarti leluhur yang terlebih dahulu melaksankan upacara kematian sarimatua maupun saurmatua. Oleh karena itu suku Batak Toba harus memperhatikan nilai kesakralan dan mempertahankan kemurnian pemberian ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua dalam upacara kematian.

2. Diharapkan kepada tokoh-tokoh adat menagajak warganya untuk memahami dan memaknai upacara ini dengan baik seperti sebenarnya dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam melaksanakan upacara yang telah menjadi kekhasan masyarakat desa Pardugul sehingga tidak terkesan mengedapankan kebudayaan orang lain di banding kebudayaan nya sendiri.


(19)

58

DAFTAR PUSTAKA

Alwi dkk 2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia

C.B Tampubolon, O R Boksa, 1986. UlosBatak. Jakarta: BPK. GunungMulia Dakung, Sudiarto. 1984. Ulos. Proyek Media Kebudayaan Direktorat

Jenderal Kebudayaan Depdikbud.

Debora. 2007. Keragaman Motif dan Makna Ulos Batak Toba di Desa

Sigaol timur Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Medan:

Universitas Negeri Medan

Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. .1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Siahaan, Binsar Muller, 2009. Parrambuan Adat Batak Dalihan Natolu. Jakarta: BPK Gunung mulia

SoekantoS, Soerjono, 1982.Sosiologi SuatuPengantar. Jakarta. CV Rajawali. Spradley. 2008. Metode Etnografi. Yokyakarta: Tiara Wacana.

Sryana. 2007.Simbol Ulos sebagai Resprentasi Identitas Batak Toba. Medan: Universitas Sumatera Utara

T.M Sihombing. 1986. Filsafat Batak. Jakarta: Balai Pustaka T.M Sihombing.1989. Jambar Hata. Jakarta


(20)

59

Sumber Lain:

Pardede. 2005. Mengenal Ulos Batak dan Tata cara Penggunaannya. www.jurnalseni.com/news2.php?op=18b(Di akses 10 juni 2014) Silaban. 2010. Kesatuan Makna Simbolis Pada Ulos..

www.jurnalseni.com/news2.php?op=18(di akses 13 agustus 2014)

Shipley.2005. Makna. marienthahera.blogspot.com/2014/01/filologi.html,makna (Diakses 20 oktober)

Simanjuntak. 2012. Fungsi Ulos Batak Belum Tergantikan.

https://id.she.yahoo.com/budayawan-fungsi-ulos-batak-belum-tergantikan-063034061.html (diakses 10 juni 2014)


(1)

1.5TujuanPenelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini dilakukan adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana upacara kematian suku Batak Toba

2. Untuk mengetahui bagaimana prosesi atau tata cara pemberian ulos tujung, ulos saput dan ulos sampetua

3. Untuk mengetahui makna dari ulos saput,ulos tujung dan ulos sampetua 1.6 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan pengetahuan bagi masyarakat akan kekhasan budaya yang di miliki masyarakat Batak Toba khususnya mengenai makna ulos saput, ulos tujung atau ulos sampetua di dalam upacara kematian bagi suku Batak Toba

2. Sebagai referensi dan masukan bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial UNIMED dan pihak dalam Melakukan penelitian yang sejenis.

3. Bagi penulis bermanfaat sebagai wawasan untuk melakukan penelitian yang lebih baik kedepannya.


(2)

58 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang diuraikan sebelumya dapat ditarik beberapa kesimpulan yang sekaligus menjawab permasalahan dalam penelitian ini.

Kesimpulan tersebut antara lain :

1. Dalam upacara adat kematian bagi suku Batak Toba di Desa Pardugul Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, penyerahan ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua menjadi hal yang sangat penting, sebab upacara ataupun prosesi pemberian ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua merupakan awal pelaksanaan tahap upacara kematian. Dengan kata lain, sebelum ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua diserahkan ataupun disampaikan maka tahapan-tahapan upacara selanjutnya tidak dapat dilaksanakan.

2. Ulos saput sebuah ulos yang di serahkan hula-hula kepada jenazah, sebagai ulos parsirangan dari hula-hula nya. Jika yang meninggal suami maka yang memberikan ulos saputnya adalah hula-hula dari suami. Dan sebaliknya jika yang meninggal istri maka yang memberikan ulos saputnya adalah hula-hula dari si istri. Ulos ini diserahkan pada satu atau dua hari menjelang jenazah dikuburkan. Ulos tujung adalah, ulos yang diberikan oleh hula-hula, kepada yang di tinggalkan janda/ duda. Misalnya jika yang meninggal suami maka yang menerima tujung adalah istri yang diberikan hula-hula istri. Dan sebaliknya jika yang meninggal suami yang menerima ulos tujung adalah istri yang diberikan oleh hula-hula dari si istri. Ulos sampetua adalah ulos yang berikan oleh hula hula kepada seorang suami atau istri yang di tinggalkan atau disebut dengan saurmatua (semua anak


(3)

nya sudah berkeluarga dan sudah mempunyai cucu ) Misalnya jika yang meninggal suami maka yang menerima ulos sampetua adalah istri, dan sebaliknya jika yang meninggal istri yang menerima ulos sampetua adalah suami

3. Ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua memiliki makna tersendiri. Ulos saput memiliki makna supaya mayat selamat dalam perjalanan dan supaya semua yang di tinggalkan yang meninggal tidak terpuruk dalam kesedihan. Makna pemberian ulos tujung adalah mengambarkan bahwa tidak ada lagi teman hidup, tidak ada lagi teman berkunjung ke acara adat, dan ini menggambarkan bahwa tanggung jawab semakin besar. Jika yang meninggal suami, maka tanggung istri semakin berat, karena dia sudah sekaligus menjadi kepala rumahtangga, dan tujuan pemberian ulos ini supaya tetap kuat menjalani apapun yang terjadi tanpa teman hidup.Ulos sampetua memiliki makna sampe (sampailah) tua ( Berumur panjang dan di Berkati Tuhan), artinya semoga yang di tinggalkan berumur yang panjang dan dalam keadaan sehat walafiat.

5.2. SARAN

Melihat begitu dalam nya makna ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua dalam upacara kematian suku Batak Toba maka penulis mengemukakan beberapa saran yaitu:

1. Upacara kematian bagi suku Batak Toba merupakan warisan religi suku Batak Toba. Upacara kematian ini selalu melibatkan ulos di dalamnya, yaitu ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua yang di anggap memiliki makna bagi siapa yang menerimanya. Pemberian ulos ini hendaknya tetap


(4)

di lestarikan. Hal ini bertujuan untuk menghomarti leluhur yang terlebih dahulu melaksankan upacara kematian sarimatua maupun saurmatua. Oleh karena itu suku Batak Toba harus memperhatikan nilai kesakralan dan mempertahankan kemurnian pemberian ulos saput, ulos tujung dan ulos sampetua dalam upacara kematian.

2. Diharapkan kepada tokoh-tokoh adat menagajak warganya untuk memahami dan memaknai upacara ini dengan baik seperti sebenarnya dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam melaksanakan upacara yang telah menjadi kekhasan masyarakat desa Pardugul sehingga tidak terkesan mengedapankan kebudayaan orang lain di banding kebudayaan nya sendiri.


(5)

58

DAFTAR PUSTAKA

Alwi dkk 2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia

C.B Tampubolon, O R Boksa, 1986. UlosBatak. Jakarta: BPK. GunungMulia Dakung, Sudiarto. 1984. Ulos. Proyek Media Kebudayaan Direktorat

Jenderal Kebudayaan Depdikbud.

Debora. 2007. Keragaman Motif dan Makna Ulos Batak Toba di Desa

Sigaol timur Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir. Medan: Universitas Negeri Medan

Koentjaraningrat. 1981. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. .1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat.

Siahaan, Binsar Muller, 2009. Parrambuan Adat Batak Dalihan Natolu. Jakarta: BPK Gunung mulia

SoekantoS, Soerjono, 1982.Sosiologi SuatuPengantar. Jakarta. CV Rajawali. Spradley. 2008. Metode Etnografi. Yokyakarta: Tiara Wacana.

Sryana. 2007.Simbol Ulos sebagai Resprentasi Identitas Batak Toba. Medan: Universitas Sumatera Utara

T.M Sihombing. 1986. Filsafat Batak. Jakarta: Balai Pustaka T.M Sihombing.1989. Jambar Hata. Jakarta


(6)

Sumber Lain:

Pardede. 2005. Mengenal Ulos Batak dan Tata cara Penggunaannya. www.jurnalseni.com/news2.php?op=18b(Di akses 10 juni 2014) Silaban. 2010. Kesatuan Makna Simbolis Pada Ulos..

www.jurnalseni.com/news2.php?op=18(di akses 13 agustus 2014) Shipley.2005. Makna. marienthahera.blogspot.com/2014/01/filologi.html,makna

(Diakses 20 oktober)

Simanjuntak. 2012. Fungsi Ulos Batak Belum Tergantikan.

https://id.she.yahoo.com/budayawan-fungsi-ulos-batak-belum-tergantikan-063034061.html (diakses 10 juni 2014)