PERUBAHAN SISTEM PERKAWINAN PADA MASYARAKAT PAKPAK KELASEN DI MANDUAMAS KABUPATEN TAPANULI TENGAH.

PERUBAHAN SISTEM PERKAWINAN PADA
MASYARAKAT PAKPAK KELASEN DI MANDUAMAS
KABUPATEN TAPANULI TENGAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Evi Berutu
3103321017

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIMED
2014

ABSTRAK
Evi Berutu. 3103321017. Perubahan Sistem Perkawinan Pada
Masyarakat Pakpak Kelasen di Manduamas Kabupaten Tapanuli
Tengah. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2014.


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam mengenai
Perubahan Sistem Perkawinan pada Masyarakat Pakpak Kelasen serta
menggambarkan perubahan-perubahan apa saja yang terjadi dalam sistem
perkawinan tersebut dan untuk mengetahui Faktor-faktor serta latar
belakang perubahan sistem perkawinan yang terjadi pada Masyarakat
Pakpak Kelasen di Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah.
Dengan mengumpulkan data-data, penulis melakuan penelitian
kepustakaan dengan mengumpulkan buku-buku, dokumen, dan sejenisnya.
Selain itu untuk mendukung data penulis juga melakukan penelitian
lapangan (Field Research) dengan observasi, wawancara dan data
dokumentasi untuk menegakkan fakta dan menarik kesimpulan yang kuat
data yang digunakan penulis diperoleh dari data primer dan sekunder.
Dalam menganalisis data penulis melakukan langkah-langkah dengan cara
mengumpulkan data, menganalisis data, interpretasi data, dan membuat
kesimpulan serta membandingkannya dengan buku-buku yang lain yang
diperoleh dari hasil observasi dilapangan dan wawancara. Kemudian
mengklasifikasikan atau mengelompokkan data berdasarkan analisis data
yang terkandung dalam masalah itu sendiri, terakhir menarik kesimpulan
dari berbagai data yang dibuat berdasarkan hipotesis yang dirumuskan.
Dari hasil penelitian tersebut maka dapat di simpulkan bahwa sistem

perkawinan suku Pakpak Kelasen sudah mengalami perubahan dengan
menggunakan adat baru yaitu adat Batak Toba. adapun penyebab dari
perubahan sistem perkawinan tersebut adalah bahwa adat Pakpak terlalu
rumit dan membutuhkan biaya yang banyak, masyarakat Pakpak Kelasen
lebih melestarikan budaya lain, generasi Pakpak kurang mendapat
dukungan dari para orangtua kurangnya dukungan dari pemerintah
setempat rendahnya tingkat ekonomi menyebabkan terjadinya perubahan
dan rendahnya tingkat pendidikan.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
berkat, rahmat taufik dan hidayah-Nya, penulis akhirnya dapat menyelesaikan
skripsi ini. Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat yang
harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa guna menyelesaikan perkuliahan sehingga
dapat menyandang gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Sejarah
Universitas Negeri Medan (UNIMED). Dan guna untuk memenuhi syarat
tersebut, penulis membuat sebuah skripsi yang berjudul “PERUBAHAN SISTEM
PERKAINAN

PADA


MASYARAKAT

PAKPAK

KELASEN

DI

MANDUAMAS KABUPATEN TAPANULI TENGAH.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini
banyak mengalami kendala, namun berkat bantuan dan bimbingan. Untuk itu
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Ibnu Hajar Damanik, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Bapak Dr. Restu M.S, selaku Dekan dan seluruh citivas akademik Fakultas
Ilmu Sosial UNIMED
3. Ibu Dra. Lukitaningsih,M.Hum, selaku ketua jurusan pendidikan sejarah
yang sangat baik yang selalu memberikan bimbingan dan arahan dengan
penuh kelemahlembutan. Penulis doakan semoga Ibu selalu dalam

lindungan Allah SWT.

4. Ibu Dra. Flores Tanjung, MA, selaku sebagai dosen Pembimbing Skripsi,
yang telah meluangkan waktu untuk memberi bimbingan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya serta
memberikan motivasi pada penulis untuk lebih baik lagi. Semoga Tuhan
membalas semua kebaikan Ibu kepada kami selaku mahasiswa bimbingan
Ibu.
5. Bapak Drs. Ponirin, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
telah banyak memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan di Jurusan Pendidikan Sejarah. Terimakasih atas
dukungan dan waktunya untuk membimbing penulis selama perkuliahan.
Semua ilmu yang Bapak beri pada saya akan saya ingat dan akan saya
teruskan kepada generasi selanjutnya.
6. Ibu Dra. Lukitaningsih,M.Hum, selaku Dosen Ahli Pembanding Utama
skripsi penulis yang telah banyak memberikan saran, kritik, dan masukan
yang membangun pengetahuan dan semangat bagi penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Pristi Suhendro,S.Hum,M.Si


selaku Dosen Pembanding Bebas

yang sudah banyak juga memberikan masukan dan saran bagi penulis agar
penulisan skripsi ini baik dan selesai dengan nilai yang baik. Dengan
kelembutan

Bapak

mengajarkan

menyelesaikan skripsi ini.

saya

sehingga

saya

mampu


8. Seluruh Dosen-dosen dan Staf administrasi di Jurusan Pendidikan Sejarah,
terima kasih yang sebesar-besarnya atas jasa-jasa yang telah kalian berikan
kepada penulis, selaku mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah.
9. Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda (Juhallim Berutu)
serata Abanganda Rihon Berutu dan Wati Br Bancin, Abanganda Eli
Berutu dan Santi Br Pasi, Abanganda Gabe Berutu, adik saya Nurlena
Berutu dan adisah Berutu yang selalu setia mendorong, mendidik,
menasehati dan membantu penulis dengan sabar dalam segala hal.
Membantu dalam doa maupun materi dalam penyelesaian skripsi dan
dalam banyak hal lainnya. Kalau ada ucapan diatas terimaksih itulah yang
akan saya ucapkan kepada ayah dan Abang saya. Tapi hanya ucapan
terimakasih

yang

sebesar-besarnya

dapat

saya


ucapkan.Semoga

Bapak/Abang sehat selalu dan panjang umur dan selalu dalam lindungan
Allah SWT.
10. Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis ucapkan kepada Abanganda
tercinta Elbri Berutu serta keluarga yang senantiasa memberi nasehat dan
dukungan. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
11. Terkhusus penulis ucapkan buat teman satu kos Ratna Sinamo,
Nurhalimah Pasi dan Jusika Afriani Sitepu. Yang luar biasa dengan sangat
tulus yang selalu setia membantu, memberi dukungan, motivasi, dan
semangat kepada penulis. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT dan
selalu diberi kesehatan.

12. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat seperjuangan
Emmy Alvionita, Ester Paramita Aritonang, Aryani Lubis, Devi Mariana
Siahaan, Novia Maslina, Deli Novia Manurung, Risky Niara, Novi Wulan
sari Yang sangat setia memberikan motivasi, nasehat, semangat kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada
waktunya. Semoga doa dan harapan dapat terwujud Amin.

13. Terima kasih banyak penulis ucapkan juga kepada sahabat-sahabat Tri
Astuti (Sau), Minta Ito Harahap, Rizka Putri Azura dan Indah Pratiwi
Harahap

yang luar biasa baik dan setia membantu penulis, memberi

dukungan dan motivasi. Semoga doa dan harapan Dikabulkan oleh Allah
SWT dan semoga Allah SWT memberi kemudahan dalam menyelesaikan
TA.
14. Terima kasih buat teman-teman seperjuangan kelas EKSTENSI Stambuk
2010 (ESJA), Asima, Emmy, Rizky, Aryani, Ester, Sahatma, Rades,
Reinhard, Treboy, Chandra, Ahrasani, Ary, Deli, Devi, Saulina, Putri,
Deva, Novi, Novia, Azlisa, Rut, Hartini, Fahrunisya, Valen, Nelita,
Debora, Nila, Rita, Yosi, Nurul, Sherli, Nani, Tuti, Cueno, Gea, Marihot,
Jonathan, Adam, Ardi,. Terima kasih atas segala pengalaman yang telah
kita alami bersama-sama selama kita menjalani perkuliahan dan semua
pengalaman yang kita alami takkan pernah terlupakan. Sukses buat kita
semua.
15. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Despi Erwanto,AP
selaku camat dikecamatan Manduamas dan para para informan yang telah


memberikan penulis banyak data dan masukan untuk menyelesaikan TA
ini. Selalu dalam lindungan Alah SWT dan diberi kesehatan oleh Allah
SWT.
16. Dan semuanya yang telah membantu penulis ucapkan terimakasih.
Skripsi ini bisa terselaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak. Dan
kepada teman-teman dan pihak yang tidak bisa sebutkan satu-persatu namanya.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi semua pembaca.

Medan, Maret 2014

EVI BERUTU
3103321017

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Desa/Kelurahan ... 27
TABEL 2. Jumlah penduduk Kecamatan Manduamas Berdasarkan Jenis Kelamin 27
TABEL 3. Jumlah penduduk Kecamatan Manduamas Berdasarkan agama ............. 28

TABEL 4. Agama dan Jumlah Rumah Ibadah di Kecamatan Manduamas .............. 29
TABEL 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ......................................... 30
TABEL 6. Sarana dan prasana Kesehatan ................................................................ 32
TABEL 7. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Desa/Kelurahan ... 34
TABEL 8. Hal-hal yang dirundingkan dalam Muat nakan peradupen ..................... 47
TABEL 9. Kewajiban Kerabat Pihak Suami ............................................................. 54
TABEL 10. Kewajiban Pihak Kerabat Istri .............................................................. 55
TABEL 11. Kewajiban Kerabat Pihak Suami ........................................................... 62
TABEL 12. Kewajiban Pihak Kerabat Istri .............................................................. 63

DAPTAR PUSTAKA
Berutu Lister, Nurbani Padang. 1998. Tradisi dan perubahan. Monora: Medan
Berutu Lister, Tandak Berutu. 2006. Adat dan Tata Cara Perkawinan Masyarakat
Pakpak. PT.Grasindo Monoratama: Medan
Makmur, Mariana. dkk. 2002. Aspek-Aspek Kultural Etnis Pakpak Suatu
Eksplorasi Tentang Potensi Lokal. Medan: Monora
Berutu Lister, Nurbani Padang. 2013. Mengenal Upacara Adat Pada Masyarakat
Pakpak di Sumatera Utara. PT. Grasindo Monoratama dan pengembangan
budaya pakpak: Medan
Undang-undung Perkawinan. 1974. Rona Publising. Surabaya

Wignjodipoero, Soerojo. 1988. Pengantar dan asas-asas hukum adat. CV Haji
Masagung. Jakarta
Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia: Jakartara
Sjamsuddin, Helius. 2007. Metodologi Sejarah. Ombak. Yogyakarta
M.Keesing, Roger. 1981. Antropologi Budaya. PT. Glora Aksara Pratama. Jakarta
Tanjung dkk 2011. Dairi Dalam Kilatan Sejarah. Medan: Perdana
Publishing
Soekanto,Soerjono. 2013. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta
BPS. 2013. Kecamatan Manduamas Dalam Angka.: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Tapanuli Tengah
Siahaan, E.K, dkk. 1978. Survai Monografi Kebudayaan Pakpak di
Kabupaten dairi. Sumut : Departemen P dan K

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia adalah bangsa yang majemuk, bangsa yang terdiri dari berbagai
macam suku, ras, agama dan adat istiadat. Wilayah negara kesatuan Republik
Indonesia yang berupa kepulauan dari sabang sampai merauke yang menjadi
sumber keanekaragaman budaya. Masing-masing suku bangsa tersebut memiliki
adat istiadat dan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
Asal Usul dan Persebaran Etnis Pakpak
Melalui aspek-aspek kultural etnis Pakpak, maka ada 3 pendapat sebagai
awal kedatangannya, yaitu Makmur dkk (2002:2):
“Pendapat yang pertama (1) orang Pakpak berasal dari India yakni
pedagang-pedagang India yang menetap di Barus dan selanjutnya masuk ke
pedalaman dan beranak pinak menjadi orang Pakpak. Pendapat yang kedua
(2) orang Pakpak berasal dari etnis batak Toba karena adanya kesamaan
struktur sosial dan kemiripan nama-nama marga. Pendapat yang ketiga (3)
orang Pakpak sudah ada sejak dahulu yaitu didasarkan pada folklore dimana
diceritakan adanya tiga zaman manusia di tanah Pakpak, yakni zaman Tuara
(manusia raksasa), zaman si Aji (manusia primitif), dan zaman Manusia
(homo sapiens)”.
Tanjung dkk (2011:18) mengatakan kata ‘pakpak’ dalam bahasa Pakpak
bermakna tinggi. Bisa jadi karena berdiam di dataran tinggi atau pengunungan
maka masyarakatnya dirujuk sebagai orang Pakpak.
Lebih lanjut Bangun (1998:3) mengatakan Orang Pakpak dapat
diklarifikasikan menjadi lima bagian berdasarkan wilayah komunitas marga dan
dialek bahasa yang dikenal, yakni:

Pakpak simsim adalah orang pakpak yang berasal dari daerah simsim yang
sejak tahun 2003 menjadi satu kabupaten yaitu kabupaten Pakpak Bharat. Marga
yang berasal dari suak simsim antara lain:marga Berutu, Banci, Padang, Solin,
Sinamo, Manik, Cibro, Banurea, Boangmanalu, Lembeng, Sitakar, Kebeaken,
Tinendung, Munte dan sebagainya.
Pakpak Keppas adalah orang Pakpak yang bersal dari wilayah Keppas
meliputi: Kecamatan Sidikalang, Kecamatan silima Pungga-pungga, Kecamatan
Siempat Nempu, Kecamatan Tigalingga, Kecamatan Parbuluan, Kecamatan
Tanah Pinem dan Kecamatan lainnya di Kabupaten Dairi. Marga-marga yang
berasal dari suak keppas meliputi: Marga Ujung, Bintang, Bako, Berampu, Pasi,
Maha, Angkat, Capah dan lain-lain.
Pegagan berarti warga pakpak yang berasal dari pegagan. Secara administrasi
pemerintahan meliputi wilayah Kecamatan Sumbul, Kecamatan Pegagan Hilir dan
Kecamatan Tigalingga. Marga yang berasal dari suak ini meliputi: Lingga,
Matanari, Kaloko, Manik, Sikettang, Maibang, Munte dan sebagainya.
Kelasen adalah orang Pakpak yang berasal dari wilayah Kelasen. Margamarga yang berasal dari wilayah ini antara lain: Tinambunan, Tumangger, Anak
Ampun, Gajah, Berasa, Kesogihen, Sikettang, Meka, Turuten, Pinayungen dan
Mungkur. Dalam administrasi berada di Tapanuli Utara (Kecamatan Parlilitan dan
Pakkat) dan Kabupaten Tapanuli Tengah Kecamatan Manduamas dan Barus.
Boang adalah orang Pakpak yang berasal dari wilayah Boang. Wilayah ini
secara administrasi berada di wilayah Aceh khususnya di Aceh Selatan dan Aceh

singkil. Marga-marga yang berasal darl suak ini seperti: Sambo, Saran, Penarik,
Manik dan sebagainya
Manusia adalah mahluk sosial yang berarti bahwa manusia saling membutuh
kan satu sama lain begitu juga pada setiap manusia yang berlainan jenis kelamin
saling membutuhkan untuk dijadikan pendamping hidupnya. Perkawinan dalam
arti membentuk rumah tangga pada kenyataannya membentuk perbedaan dan
persamaannya antara suku bangsa yang satu dengan suku bangsa yang lain.
Suku Pakpak menganut garis keturunan bapak (patrineal). Perkawinan yang
ideal atau yang diharapkan bagi suku pakpak adalah kawin dengan putri puhun
(paman) yang disebut dengan muat impalna atau istilah lain disebut dengan
menongkoti. Menongkoti artinya menyokong atau meneruskan kedudukan si ibu
dalam marga laki-laki. Jika seseorang diluar impalnya disebut mungkah uruk atau
kawin diluar marga ibunya (Berutu, 2006:3-6).
Saat ini kebudayaan Pakpak yang juga merupakan kebudayaan Pakpak
Kelasen telah mengalami perubahan. Kebudayaan yang berubah itu adalah dalam
hal upacara adat perkawinan. Adat Pakpak sudah mulai ditinggalkan oleh
sebagian besar Pakpak Kelasen dan beralih menggunakan upacara adat
perkawinan yang baru, yaitu adat Batak Toba. Penggunaan adat Pakpak dalam
masyarakat Kelasen mulai berkurang penggunaannya. Jika melaksanakan adat
pesta perkawinan yang dipakai adalah adat Batak Toba. Akan tetapi yang
mengalami perubahan hanya dalam adat perkawinan saja, sedangkan adat Pakpak
lainnya masih tetap dipakai oleh masyarakat Pakpak Kelasen. Hal ini disebabkan
oleh banyaknya orang Batak Toba yang tinggal dan bermukim di Tapanuli Tengah

khusnya di kecamaten Manduamas. Perubahan upacara sistem perkawinan Pakpak
ini disebabkan oleh terjadinya perkawinan antara Pakpak Kelasen dan Batak Toba
dengan menggunakan adat Batak Toba.
Perubahan yang terjadi tersebut dapat berarti positif maupun negatif.
Perubahan dalam arti positif berarti apabila perubahan membawa kemajuan dan
kebaikan. Sedangkan perubahan yang berarti negatif merupakan perubahan yang
membawa akibat buruk atau kemunduran yang dapat merusak kebiasaan (sifat
regresif).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Perubahan sistem perkawinan pada masyarakat Pakpak
Kelasen di Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi identifikasi
masalah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sejarah asal-usul Pakpak.
2. Upacara sistem perkawinan tradisional masyarakat Pakpak umumnya
3. pelaksanaan upacara sistem perkawinan modern yang dilakukan oleh
masyarakat Pakpak Kelasen
4. perubahan pelaksanaan upacara sistem perkawinan yang terjadi pada
masyarakat Pakpak Kelasen.

5. Sebab-sebab perubahan sistem perkawianan masyarakat Pakpak Kelasen
C. Pembatasan masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, maka peneliti melakukan pembatasan
masalah hanya pada Perubahan sistem perkawinan pada masyarakat Pakpak
Kelasen Di Manduamas.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana sistem perkawinan tradisional masyarakat Pakpak?
2. Bagaimana pelaksanaan upacara sistem perkawinan modern yang
dilakukan oleh masyarakat Pakpak Kelasen?
3. Bagaimana bentuk perubahan pelaksanaan upacara sistem perkawinan
yang terjadi pada masyarakat Pakpak Kelasen?
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sistem perkawinan tradisional pada masyarakat
Pakpak Kelasen.
2. Untuk mengetahui sistem perkawinan modern pada masyarakat Pakpak
Kelasen.

3. Untuk mengetahui perubahan sistem perkawinan yang terjadi pada
masyarakat Pakpak Kelasen.
4. Untuk mengetahui faktor pendorong perubahan sistem perkawinan
pada masyarakat Pakpak Kelasen.
5. Sebab-sebab perubahan sistem perkawinan yang terjadi pada
masyarakat Pakpak Kelasen.
F. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian ini, maka penelitian ini dilakukan
dengan harapan dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Dapat menambah wawasan tentang adat pakpak kelasen
2. Memberi informasi tentang kebudayaan pakpak kelasen yang ingin
mengetahui adat tersebut
3. Memberi bahan masukan bagi masyarakat khususnya masyarakat
pakpak kelasan dan bagi masyarakat pakpak umumnya.
Memberi wawasan bagi peneliti tentang penulisan sebuah karya ilmiah

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data dan uraian yang terdapat pada bab sebelumnya, maka
dalam bab ini dapat dilihat bahwa adat sistem perkawinan suku Pakpak Kelasen
sudah mengalami perubahan dengan menggunakan adat baru yaitu adat Batak
Toba. Kebudayaan dari setiap kelompok masyarakat selalu bersifat dinamis,
artinya selalu saja terjadi perubahan dengan adanya pergeseran, pengurangan dan
penambahan kebudayaan. Perubahan tersebut biasanya disesuaikan dengan
kondisi pola pikir pendukungnya. Kebudayaan juga dapat mengalami perubahan
yang tidak stabil, akan tetapi selalu berubah sesuai dengan kepentingan dan
kondisi yang sedang berlaku pada masyarakat tersebut.
Dari uraian yang terdapat pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Suku Pakpak Kelasen terbagi menjadi dua bagian, yang pertama nenek
moyang berasal dari India Selatan yang merupaka suku asli Pakpak Kelasen
atau keturunan dari Mpu Mada. Keturunan Mpu mada yaitu marga Tendan
(Tondang), Rea (Banurea), Manik, Gajah, Berasa, dan Beringin. Kedua
berasal dari berasal dari Batak Toba yaitu keturunan Tuan Nahoda Raja.
Keturunan Tuan Nahoda Raja dibagi menjadi 6 marga berdasarkan
berdasarkan keturunan yang disebut dengan keturunan si enam kodin (enam
priuk) yaitu marga Tinambunan, Tumangger, Maharaja, Turutan, Pinayungen,

dan Anak Ampun. Kemudaian marga yang beradaptasi yaitu marga
Kesogihan, Meka, Mungkur dan marga-marga Pakpak Kelasen lainya.
2. Arti pemberian oles (ulos) dari pihak laki-laki (berru) kepada pihak
perempuan kula-kula yang mempunyai arti sebagai berikut:
 Sebagai ungkapan rasa terimakasi kepada orangtua karena telah
mencukupi kebutuhan putrinya yang menjadi menantunya, mulai kecil
hingga dewasa.
 Setelah anak dewasa, maka wajib membalas jasa kedua orangtuanya
dengan cara memberikan oles.
3. Masyarakat Pakpak Kelasen di kecamatan Manduamas saat ini sudah
mengalami perubahan sistem perkawinan, pada saat melaksanakan pesta
perkawinan masyarakat Pakpak Kelasan sudah menggunakan adat Natak Toba
walaupun perkawianan tersebut sesama Pakpak Kelasen, sebab mereka
menganggap adat Pakpak itu terlalu rumit dan membutuhkan banyak biaya.
Sehingga adat Pakpak sudah jarang digunakan oleh masyarakat Pakpak
Kelasen dalam upacara pesta perkawinan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan adat perkawinan Pakpak yaitu
faktor letak geografis, migrasi Batak Toba dan terjadinya perkawinan
campuran.
5. Perubahan sistem perkawinan ini dilatar belakangi oleh anggapan masyarakat
yang menyatakan bahwa adat Pakpak terlalu rumit dan membutuhkan biaya
yang banyak, masyarakat lebih melestarikan budaya lain, generasi Pakpak
kurang mendapat dukungan, kurangnya dukungan dari pemerintah setempat,

rendahnya tingkat ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan. Hal ini
disebabkan oleh karena masyarakat mengikuti perkembangan zaman, sulit
mendapatkan bahan-bahan utuk adat tersebut seperti belagen, kembal, tikar
dan malas membuat pinahpah, nditak, lemang dan bahan-bahan lainnya.
Karena sudah jarang dijumpai pengrajin dan menjual bahan-bahan tersebut.
Para orangtua dan tokoh adat juga tidak mau mengajarkan dan mewariskan
budaya Pakpak kepada keturunan mereka, sehingga dengan demikian generasi
muda menganggap bahwa adat dan kebudayaan mereka sudah ketinggalan
zaman dan mereka mengikuti perkembangan zaman.
6. Wilayah kecamatan Manduamas berada dalam wilayah administrasi
Kabupaten Tapanuli Tengah, yang didominasi oleh batak Toba dan suku-suku
lainya. Peminpin pemerintah tidak pernah diduduki oleh marga Pakpak
Kelasen, karena masih kurang mampu bersaing dengan suku-suku lain untuk
menduduki jabatan di pemerintahan. Sehingga masyarakat Pakpak Kelasen di
Kecamatan Manduamas kurang mendapat dukungan dan perhatian dari
pemerintah setempat dalam pelestarian adat Pakpak Kelasen.
7. Masyarakat Pakpak Kelasen telah menggunakan adat batak Toba dalam pesta
perkawinan dan mulai meninggalkan adat Pakpak. Bentuk-bentuk adat Pakpak
yang berubah tersebut adalah:
a. Pemberian Ulos (oles)
Dalam adat Pakpak umumnya yang memberikan oles adalah pihak
pengantin laki-laki

(peranak) kela pihak pengantin perempuan (kula-

kula/perberru), artinya adalah sebagai balasan kepada orangtua pengantin

perempuan atas jasanya selama ini dalam merawat putri mereka, makna dari oles
tersebut dapat memberi kehangatan bagi orangtua pengantin perempuan.
Tetapi yang terjadi saat ini setelah menggunakan adat Batak Toba, yang
memberi oles adalah pihak pengantin perempuan (kula-kula) kepada pihak
pengantin laki-laki (peranak), artinya adalah dengan memberi oles kepada pihak
penganti laki-laki maka akan banyak keuntungan yang diterima oleh pihak
pengantin laki-laki tersebut. selain perubahan yang memberikan oles, maka makna
dari pemberian oles tersebut juga berubah. Kemudian dalam acara mengolosi
diiringi musik dan tari-tarian Batak Toba (tortor). Sebagai balasan oles yang
diberikan pihak pengantin perempuan, maka pihak pengantin laki-laki akan
memberikan uang dengan jumlahnya tergantung jenis oles yang diberikan oleh
pihak pengantin perempuan.
b. Bahasa yang digunakan dalam adat perkawinan
Bahasa yang digunakan dalam adat perkawinan adalah bahasa Batak Toba.
Seperti dalam penyambutan pihak pengantin perempuan setelah sampai di depan
rumah pengantin laki-laki, maka tokoh adat persinabuli akan mengucapkan kata
horas sebanyak tiga kali, yang mempunyai makna selamat datang semoga dalam
keadaan sehat. Kemudian dalam berpantun atau peribahasa juga menggunakan
bahasa Batak Toba.
c. Bentuk oles
Masyarakat Pakpak umumnya mempunyai oles khas Pakpak, seperti kitirkitir, cap padi dan oles marcimata. Tetapi pada saat ini bentuk dan ciri oles juga
berubah, masyarakat Pakpak Kelasen menggunakan oles Batak Toba, seperti

sandum, ragi idup dan ragi hotang. Kemudian pihak pengantin perempuan tidak
lagi membawa tikar, silampis putih, kembal, pinahpah, nditak, lemang, tebu dan
ayam, tetapi telah diganti dengan membawa oles Batak Toba. kemudian pihak
pengantin perempuan membawa beras, ikan mas, nasi dan daging ayam yang telah
dimasak sebelumnya dan pihak pengantin laki-laki akan memberikan daging atau
jagal kepada pihak perempuan, maka pihak perempuan juga akan nasi, ikan mas
dan ayam yang telah dimasak kepada pihak laki-laki untuk dimakan pada acara
pesta tersebut.
Kemudian pemberian Todoan, merupakan salah satu adat Pakpak yang
masih digunakan walaupun menggunakan adat Batak Toba. Todoan ini diberikan
kepada ibu pengantin perempuan berupa emas, sebagi tanda ungkapan terimakasih
karena ibu telah mengandung, melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya
yang kini telah menjadi menantu orang lain. Pemberian Tadoan ini tergantung
kesepakatan kedua belah pihak.

B. SARAN
1. Menurut hasil penelitian yang dilakukan dikecamatan Manduamas,
penyebab perubahan sistem perkawinan yang terjadi pada saat ini dilatar
belakangi oleh masyarakat Pakpak Kelasen itu sendiri, yang kurang
memperhatikan budanya dan terlalu cepat terpengaruh dengan lingkungan,
untuk itu diharapkan kepada tokoh adat, tokoh masyarakat dan orangtua
untuk mengajak warga dan anak-anaknya untuk tetap melestarikan budaya

Pakpak Kelasen untuk kemajuan budaya Pakpak itu sendiri dan tidak
beralih ke budaya lain.
2. Kepada setiap masyarakat pakpak Di kecamatan manduamas, diharapkan
untuk mempelajari lebih dalam tentang adat Pakpak agar adat pakpak
tersebut tetap terjaga dan tidak bisa digantikan dengan adat lain.
3. Kepada generasi muda agar tetep menggunakan bahasa dan adat Pakpak
dalam pelaksanaan adat perkawinan, sehingga budaya Pakpak semakin
maju dan dikenal banyak orang.
4. Di harapkan kepada para tokoh adat, orangtua dan para pemuda agar mau
mempelajari cara pembuatan anyaman tikar (belagen), sumpit (baka), dan
jenis bahan-bahan lainya yang digunakan dalam pesta adat perkawinan
Pakapak. Sehingga bahan-bahan tersebut tidak sulit lagi ditemukan dan
tidak mengeluarkan banyak biaya.
5. Bagi generasi putera putri Pakpak Kelasen Khususnya mahasiswa supaya
membuat organisasi yang membahat tenteng pelestarian adat Pakpak
supaya adat tersebut semakin kuat dan semakin maju dan dipelajari oleh
generasi-generasi muda.
6. Bagi pemerintah kecamatan Manduamas kiranya memberi perhatian
terhadap adat-adat yang ada di kecamatan tersebut khususnya adat Pakpak
Kelasen , sekalipun yang menjabat di pemerintahan tersebut bukan marga
Pakpak tetapi pemerintahan harus memperhatikan bagaiman pelestarian
adat dan budaya yang ada di kecamatan tersebut. Agar masyarakat tersebut

tidak meninggalkan adat dan kebudayaannya sendiri dan memakai budaya
yang mereka agap lebih baik dari adatnya sendiri.
7. Bagi kaum muda penerus bangsa, penerus adat, penerus budaya dan suku
agar selalu menjunjung tinggi dan selalu menjaga dan melestarikan adat
sendiri
8. Bagi seluruh Masyarakat Pakpak Kelasen yang ada di Kecamatan
Manduamas agar lebih Mempertahankan budaya khususnya adat
perkawinan Pakpak Kelasen
9. Bagi semua masyarakat Pakpak Kelasen untuk kemajuan adat Pakpak
jangan budayakan sifat malas karena hal tersebut dapat membuat budaya
Pakpak tersebut semakin ketinggalan dan lebih mudah mengalami
perbahan
10. Penulis menyarankan bagi para pemuda Pakpak Kelasen yang ingin
melakukan pesta perkawinan gunakanlah adat Pakpak Kelasen itu sendiri
jangan lebih melestarikan budaya lain sehingga suku lain tidak
mengganggap bahwa suku Pakpak Kelasen itu malas, terlalu mudah terlalu
mudah terpengaruh dengan budaya lain atau bodoh. karena hal tersebut
adalah salah satu sikap untuk mempertahankan budaya khususnya adat
perkawinan Pakpak Kelasen.