PENGEMBANGAN MODEL DIKTAT PRAKTIKUM KIMIA SMA BERBASIS GUIDED DISCOVERY INQUIRY BERVISI SETS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

(1)

i

KETERAMPILAN PROSES SAINS

skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

oleh Risqiatun Nikmah

4301410022

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

terbukti terdapat plagiat dalam skripsi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Semarang, 10 Juni 2014

Risqiatun Nikmah 4301410022


(3)

(4)

iv mendahulukan kepentingan kita juga.

Jika kita berbuat baik kepada siapapun maka suatu saat siapapun akan berbuat baik kepada kita.

Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesunggunya bersama kesulitan ada kemudahan. (Q.S Al-Insyirah : 5-6)


(5)

v

1. Bapak dan ibu tercinta. You are everything and I am nothing without your sacrifices. 2. Adik-adikku tersayang yang membuatku tersenyum dan sebagai motivasiku.

3. Segenap keluarga besarku yang selalu mendukungku.

4. Guru-guruku yang telah berjasa dalam mengajarkan ilmu pengethuan, keterampilan dan sikap yang baik.

5. Teman-teman PGSBI Pendidikan kimia, teman-teman sejurusan kimia, teman-teman PPL dan KKN. You make my life more colorful.

6. Teman-teman KOS BIRU DAN OMAH KOS . You are not only my friends but also my relatives here.

7. Dikti yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah di UNNES dengan program Bidikmisi.


(6)

vi

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengembangan Model Diktat Praktikum Berbasis Guided Discovery-Inquiry Bervisi SETS untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains.”

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Wiyanto, M.Si, sebagai dekan FMIPA UNNES yang telah memberikan izin penelitian.

2. Ibu Dra. Woro Sumarni, M.Si, sebagai ketua jurusan kimia yang telah memberikan izin penelitian.

3. Bapak Prof. Drs. Achmad Binadja, Apt., Ph.D, sebagai dosen pembimbing yang telah tulus dan sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Latifah, M.Si dan Ibu Dr. Sri Susilogati Sumarti, M.Si, sebagai dosen penguji.

5. Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

vii

8. Bapak Sumito, S.Pd. yang telah memberikan motivasi.

9. Ibu Linggar sebagai teknisi laboratorium yang telah membantu jalannya praktikum.

10. Siswa-siswa SMA N 1 Kajen, khususnya kelas XI IPA 1 yang telah membantu kesuksesan jalannya penelitian.

11. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini.

12. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca demi kebaikan di masa yang akan datang.

Semarang, 10 Juni 2014


(8)

viii

Berbasis Guided Discovery-Inquiry Bervisi SETS untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains.Skripsi, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Prof. Drs. Achmad Binadja, Apt., Ph.D.

Kata kunci: diktat praktikum;guided discovery-inquiry; keterampilan proses sains Kegiatan praktikum sangat diperlukan dalam pembelajaran kimia yang hakikatnya termasuk pembelajaran sains. Komponen yang penting untuk diperhatikan dalam kegiatan praktikum di antaranya adalah diktat praktikum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery–Inquiry bervisi SETS (Science, Environment, Technology and Society), mengetahui pengaruh terhadap peningkatan keterampilan proses sains dan tanggapan siswa terhadap model diktat praktikum tersebut pada materi penyangga dan hidrolisis. Penelitian ini menggunakan desain penelitian research and development yang diadopsi dari Sugiyono (2010). One-Group Pretest and Posttest Design digunakan pada saat uji coba skala luas dan pengambilan sampelnya menggunakan teknik Purposive Sampling. Berdasarkan hasil penelitian, validitas diktat praktikum mencapai skor 202 dengan kategori sangat valid. Penggunaan diktat praktikum berbasis Guided Discovery–Inquiry

bervisi SETS dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Adanya peningkatan tersebut dibuktikan dengan hasil thitung(10,34) lebih dari tkritis(2,04).

Hasil tanggapan siswa menunjukkan 7 dari 30 siswa memberi tanggapan dengan kriteria sangat layak dan sisanya memberikan tanggapan dengan kriteria layak. Selain itu, didapatkan juga data hasil belajar siswa pada ranah psikomotorik, afektif dan kognitif. Rata-rata hasil belajar pada ranah psikomotorik maupun afektif mencapai kategori baik dan 21 dari 30 siswa mampu mencapai KKM berdasarkan hasil belajar pada ranah kognitif. Jadi hasil penelitian ini menunjukkan model diktat praktikum berbasis Guided Discovery–Inquiry bervisi SETS sangat valid, dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan mendapat tanggapan positif dari siswa. Walaupun hasil penelitian ini sudah sesuai tujuan tetapi masih perlu dilakukan perbaikan dan uji coba yang tidak hanya sekali sehingga diharapkan dapat menghasilkan model diktat praktikum yang lebih baik lagi.


(9)

ix

HALAMAN JUDUL... i

PERNYATAAN... ii

PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Kimia di Laboratorium... 10

2.2 Guided Discovery-Inquiry... 12


(10)

x

2.7 Penelitian yang Mendukung ... 29

2.8 Diktat berbasisGuided Discovery-Inquirybervisi SETS ... 29

2.9 Kerangka Berpikir... 31

2.10 Hipotesis ... 33

3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Pengembangan ... 34

3.1.1 Potensi dan Masalah ... 34

3.1.2 Mengumpulkan Data... 35

3.1.3 Desain Produk... 35

3.1.4 Validasi Desain ... 39

3.1.5 Revisi Desain ... 39

3.1.6 Uji Coba Produk/Uji Skala Kecil... 39

3.1.7 Revisi Produk... 40

3.1.8 Uji Coba Pemakaian/Uji Skala Luas ... 40

3.1.8.1 Lokasi Penelitian... 41

3.1.8.2 Populasi... 41

3.1.8.3 Sampel ... 41

3.1.9 Revisi Produk... 41

3.1.10 Pembuatan Produk Masal ... 41


(11)

xi

3.3.3 Observasi ... 43

3.3.4 Angket atau Kuesioner ... 43

3.3.5 Portofolio (Penugasan) ... 44

3.4 Instrumen dan Teknik Analisisnya ... 44

3.4.1 Instrumen Tes ... 44

3.4.1.1 Tingkat Kesukaran Soal ... 44

3.4.1.2 Daya Beda Soal ... 45

3.4.1.3 Validitas Tes Objektif ... 46

3.4.1.4 Reliabilitas Tes Objektif... 47

3.4.2 Instrumen Silabus dan RPP ... 48

3.4.3 Instrumen Lembar Observasi ... 49

3.4.4 Instrumen Lembar Angket ... 49

3.4.5 Instrumen Portofolio ... 50

3.5 Metode Analisis Data ... 50

3.5.1 Data Validasi Ahli Terhadap Model Diktat ... 51

3.5.2 Data Hasil Belajar ... 52

3.5.2.1 Data Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik dan Afektif... 52

3.5.2.2 Data Hasil Belajar pada Aspek Kognitif ... 53

3.5.3 Uji Signifikansi Peningkatan KPS ... 54


(12)

xii

4.1.1 Hasil Studi Lapangan ... 57

4.1.2 Hasil Validitas Model Diktat... 58

4.1.3 Hasil Uji Coba Skala Kecil ... 60

4.1.4 Hasil Uji Coba Skala Luas ... 62

4.1.4.1 Hasil Belajar ... 62

4.1.4.1.1 Hasil Belajar Ranah Psikomotorik ... 62

4.1.4.1.2 Hasil Belajar Ranah Afektif ... 65

4.1.4.1.3 Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 67

4.1.4.2 Pengaruh Diktat Praktikum terhadap Peningkatan KPS ... 67

4.1.4.3 Hasil Tanggapan Siswa pada Uji Skala Luas ... 68

4.2 Pembahasan ... 69

5 PENUTUP 5.1 Simpulan... 87

5.2 Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(13)

xiii

Halaman

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya ... 25

Tabel 3.1 Kualifikasi Tingkat Kesukaran ... 45

Tabel 3.2 Kualifikasi Daya Beda ... 46

Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabilitas Soal ... 48

Tabel 3.4 Kriteria Kelayakan Silabus dan RPP ... 49

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Rata-rata Tiap Komponen Diktat... 51

Tabel 3.6 Kriteria Penilaian Total Tahap II terhadap Diktat ... 51

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Tiap Aspek Psikomotorik dan Afektif ... 52

Tabel 3.8 Kriteria Hasil Rata-rata Nilai Psikomotorik Praktikum ... 52

Tabel 3.9 Kriteria Hasil Rata-rata Nilai Psikomotorik Diskusi ... 53

Tabel 3.10 Kriteria Hasil Rata-rata Nilai Afektif... 53

Tabel 3.10 Kriteria Hasil Tanggapan Siswa ... 55

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Validitas Tahap I... 58

Tabel 4.2 Hasil Penilaian Rata-rata Tiap Komponen Diktat... 59

Tabel 4.3 Hasil Perolehan Skor Total Penilaian Tahap II... 59

Tabel 4.4 Hasil Perolehan Skor Tanggapan Siswa pada Uji Skala Kecil ... 60

Tabel 4.5 Hasil Analisis Tanggapan Siswa pada Uji Skala Kecil ... 61


(14)

xiv

Tabel 4.9 Hasil Rekapitulasi Penilaian Psikomotorik Diskusi ... 65

Tabel 4.10 Hasil Rata-rata Skor Tiap Aspek Afektif... 66

Tabel 4.11 Hasil Rekapitulasi Penilaian Afektif... 66

Tabel 4.12 Hasil Nilai Akhir Siswa ... 67

Tabel 4.13 Hasil Tanggapan Siswa pada Uji Skala Luas ... 68


(15)

xv

Halaman

Gambar 2.1 Skema Hubungan Unsur-Unsur dalam SETS ... 20

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 22

Gambar 3.1 Langkah-langkah dalam Metode R & D ... 24

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan ... 42

Gambar 3.3 Desain Eksperimen One-Group PretestdanPosttest... 54

Gambar 4.1 Hasil Peningkatan Tiap Aspek KPS... 68

Gambar 4.2 Hasil Revisi Penambahan Materi Hidrolisis ... 72

Gambar 4.3 Hasil Revisi Terkait Aspek Wawasan Kontekstual... 73

Gambar 4.4 Hasil Revisi Terkait Aspek Penyajian Gambar... 74


(16)

xvi

Lampiran 1 Lembar Validitas Model Diktat Praktikum ... 93

Lampiran 2 Deskripsi Butir Instrumen Validasi ... 100

Lampiran 3 Analisis Hasil Validitas Tahap I ... 105

Lampiran 4 Analisis Hasil Validitas Tahap II... 106

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal Tes Uji Coba ... 108

Lampiran 6 Kisi-kisi Spesifikasi KPS pada Tes Uji Coba ... 110

Lampiran 7 Soal Uji Coba... 111

Lampiran 8 Kunci Jawaban Soal Uji Coba ... 123

Lampiran 9 Analisis Validitas dan Reliabilitas Tes Uji Coba ... 124

Lampiran 10 Rubrik Penilaian Psikomotorik Praktikum ... 128

Lampiran 11 Analisis Reliabilitas Lembar Psikomotorik Praktikum ... 131

Lampiran 12 Rubrik Penilaian Psikomotorik Diskusi ... 133

Lampiran 13 Analisis Reliabilitas Lembar Psikomotorik Diskusi... 135

Lampiran 14 Rubrik Penilaian Afektif... 137

Lampiran 15 Analisis Reliabilitas Lembar Afektif ... 139

Lampiran 16 Rubrik Penilaian Laporan Praktikum ... 141

Lampiran 17 Rubrik Penilaian Laporan Diskusi ... 143

Lampiran 18 Angket Tanggapan Siswa ... 144


(17)

xvii

Lampiran 23 Angket Tanggapan Uji Coba Skala Kecil ... 181

Lampiran 24 Analisis Hasil Tanggapan Uji Coba Skala Kecil... 183

Lampiran 25 Daftar Nama Uji Coba Skala Luas ... 184

Lampiran 26 Kisi-kisi SoalPretestdanPosttest... 185

Lampiran 27 Kisi-kisi Spesifikasi KPS pada SoalPretestdanPosttest... 187

Lampiran 28 SoalPretestdanPosttest... 188

Lampiran 29 Kunci JawabanPretestdanPosttest... 195

Lampiran 30 Lembar JawabanPretestSiswa ... 196

Lampiran 31 Lembar JawabanPosttestSiswa... 197

Lampiran 32 Hasil Penilaian Psikomotorik Praktikum... 198

Lampiran 33 Analisis Hasil Penilaian Psikomotorik Praktikum... 202

Lampiran 34 Hasil Penilaian Psikomotorik Diskusi ... 204

Lampiran 35 Analisis Hasil Penilaian Psikomotorik Diskusi ... 206

Lampiran 36 Hasil Penilaian Afektif... 207

Lampiran 37 Analisis Hasil Penilaian Afektif ... 209

Lampiran 38 Analisis Skor Tiap Aspek Psikomotorik dan Afektif ... 210

Lampiran 39 Hasil Nilai Akhir Siswa... 211


(18)

xviii

Lampiran 43 Uji Normalitas Data Hasil Posttest ... 222

Lampiran 44 Uji Signifikansi Peningkatan KPS... 223

Lampiran 45 Analisis Aspek-Aspek KPS ... 225

Lampiran 46 Tanggapan Siswa pada Uji Coba Skala Luas ... 227

Lampiran 47 Analisis Hasil Tanggapan Siswa pada Uji Skala Luas ... 229

Lampiran 48 Foto-Foto Penelitian ... 230

Lampiran 49 Surat Ijin Penelitian ... 231


(19)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Ilmu kimia adalah ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Selain itu, Ilmu kimia merupakan produk ilmu pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip, hukum temuan saintis dan proses kerja ilmiah. Penilaian dan pembelajaran kimia pun harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai produk dan proses.

Penjelasan mengenai kimia sebagai produk dan proses kerja ilmiah di antaranya berkaitan dengan adanya kegiatan praktikum di laboratorium. Kegiatan praktikum sangat diperlukan dalam pembelajaran kimia yang hakekatnya termasuk pembelajaran sains. Di laboratorium tersedia berbagai macam bahan kimia yang di antaranya berbahaya bagi manusia dan alat–alat yang rentan pecah. Hal ini tidak berarti akan membuat siswa menjadi takut untuk mengerjakan praktikum tetapi siswa harus berhati-hati dan terampil dalam mengerjakannya. Keterampilan sangat dibutuhkan oleh siswa selama praktikum. Siswa yang melakukan pembelajaran di laboratorium harus memahami terlebih dahulu penggunaan alat dan bahan tersebut. Di samping itu, materi yang dipraktikumkan juga harus dikuasai agar siswa tidak hanya mengikuti prosedur dalam praktikum tetapi mereka mengerti maksud dan tujuannya.

Selama lebih dari satu abad, “Laboratory Experiences” telah diakui untuk mempromosikan tujuan utama pendidikan sains, termasuk peningkatan


(20)

pemahaman siswa tentang konsep-konsep dalam ilmu pengetahuan dan penerapannya; keterampilan ilmiah praktis dan kemampuan pemecahan masalah; kebiasaan berpikir ilmiah; pemahaman tentang bagaimana ilmu pengetahuan dan pekerjaan ilmuwan, minat dan motivasi (Hofstein & Naaman, 2007:105)

Aktamis dan Argin (2008) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan sains adalah membiasakan individu menggunakan keterampilan proses sains. Melalui keterampilan proses sains, siswa dapat menentukan masalah di sekitar mereka, mengamati, menganalisis, berhipotesis, bereksperimen, menyimpulkan, menggeneralisasi dan menerapkan informasi yang mereka miliki sesuai dengan kebutuhan. Menurut Duran et al (2011:467) keterampilan proses sains (KPS) termasuk keterampilan yang setiap individu dapat menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari dengan bersikap ilmiah dan meningkatkan kualitas dan standar hidup melalui pemahaman hakekat ilmu pengetahuan. Tanpa mengembangkan keterampilan ini, sulit bagi orang untuk membangun informasi baru. Dengan demikian, keterampilan proses sains meletakkan dasar penyelidikan sains (Inquiry) dan berpikir ilmiah.

Keberhasilan pembelajaran kimia di laboratorium, selain membutuhkan keterampilan proses sains juga membutuhkan komponen lain. Salah satu komponen yang penting untuk diperhatikan dalam pembelajaran di laboratorium yakni diktat praktikum. Menurut Rustaman sebagaimana yang dikutip oleh Trisnawati (2011:110), petunjuk praktikum atau diktat praktikum merupakan sebagian sarana yang diperlukan agar kegiatan di laboratorium berjalan dengan lancar, agar tujuan utama pembelajaran dapat tercapai, memperkecil resiko


(21)

kecelakaan yang mungkin terjadi dan lain–lain. Manfaat dari diktat praktikum antara lain; (1) dapat membantu mencapai ketuntasan belajar siswa, (2) menumbuhkan kebiasaan bekerja ilmiah, dan (3) untuk memberikan umpan balik pada guru dalam menyususun rancangan pembelajaran yang lebih bervariasi dan bermakna. Menurut Aka et al (2010) panduan belajar sains untuk siswa harus mencakup pengalaman yang meningkatkan keterampilan proses, seperti mengamati, mengukur, mengklasifikasi dan memprediksi. Oleh karena itu, diktat praktikum yang digunakan sebaiknya yang berbasis metode pembelajaran yang inovatif sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses sains.

Dewasa ini banyak model pembelajaran di kelas yang telah dikembangkan oleh para ahli, termasuk juga pembelajaran di laboratorium. Guru harus menggunakan strategi inovatif dalam pembelajaran di laboratorium agar tujuan pembelajaran tercapai. Saptorini (2008) mengatakan bahwa pembelajaran kimia dikelola oleh guru kimia, karena itu guru kimia perlu memiliki kemampuan merancang kegiatan laboratorium inkuiri dan menerapkannya pada proses pembelajaran. Hal ini diperjelas lagi dengan pendapat dari Sunyono, dkk (2009) yang menjelaskan bahwa kesempatan untuk melakukan penemuan (inkuiri) dan menyimpulkan sendiri hasil pengamatannya dapat diperoleh siswa antara lain melalui metode eksperimen. Selain itu, menurut Prasetyo (2011:24), pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sains harus berorientasi pada peserta didik. Peran pendidik bergeser dari menentukan “apa yang akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar peserta didik”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi


(22)

lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan narasumber lain. Ada 5 pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran sains, yaitu:

(1) Empat pilar pendidikan (belajar untuk mengetahui, belajar untuk berbuat, belajar untuk hidup dalam kebersamaan, dan belajar untuk menjadi dirinya sendiri),

(2) Inkuiri,

(3) Konstruktivisme,

(4) Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat atau SETS, dan (5) Penyelesaian Masalah.

Permendiknas nomor 41 tahun 2007 ini pada dasarnya mengamanatkan terjadinya pergeseran paradigma proses pendidikan, dari pengajaran ke pembelajaran. Pendekatan yang disarankan dalam pembelajaran adalah pendekatan yang berpusat pada siswa (Students Centre Oriented) dengan strategi

Discovery-Inquiry. Hal itu didukung oleh Bruner & Lee et al sebagaimana yang dikutip oleh Balim (2008:2). Kutipan tersebut sebagai berikut:

“The basis of science teaching is understanding that natural phenomena and the nature of science requires inquiring and discovering. Inquiry in science consists of experiments and inquiring natural phenomena by discovery learning. Bruner points out that any individual has the will to learn and this will should be used in such activities that it should raise curiosity and direct students to studying and discovering knowledge.”

Kegiatan praktikum siswa akan lebih bermakna apabila siswa diberi kesempatan untuk berperan lebih banyak dalam praktikum, tidak hanya melakukan praktikum saja tetapi juga mengemukakan hipotesis, merancang percobaan, menganalisis data yang diperoleh dari percobaan, dan menarik


(23)

kesimpulan (Mukaromah, 2008). Oleh karena itu, salah satu upaya agar siswa lebih mudah menerapkan metode ilmiah tersebut adalah menggunakan diktat praktikum. Diktat praktikum mempunyai peranan yang sangat penting karena sebagai acuan dalam melakukan kegiatan di laboratorium. Penggunaan diktat praktikum ini diharapkan memberikan dampak yang positif terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa. Jadi, secara tidak langsung diktat praktikum dapat memengaruhi keberhasilan pembelajaran di laboratorium. Akan tetapi, tidak semua sekolah memerhatikan keberadaan diktat praktikum tersebut.

Berdasarkan observasi di SMA 1 Kajen pada 24 April 2013, siswa tidak mempunyai buku khusus yang berisi panduan praktikum kimia atau diktat. Panduan praktikumnya tertera pada LKS yang hanya berisi penjelasan secara singkat dan bersisi prosedur-prosedur. Bahkan, terkadang diberi petunjuk praktikum langsung dari guru apabila kegiatan praktikumnya tidak tercantum dalam LKS. Sering kali siswa hanya menfokuskan pada prosedurnya saja selama proses praktikum, bukan pada ide atau konsep dasarnya. Selain itu, metode praktikum yang digunakan juga masih konvensional. Guru masih memberikan arahan-arahan yang harus dilaksanakan dalam praktikum tanpa memberi kesempatan terlebih dahulu kepada siswa untuk mencari informasinya sehingga aktivitas pembelajaran di laboratorium masih berpusat pada guru (Teacher–

Centered Learning). Selama ini kegiatan praktikum juga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir independen atau membangun pengetahuannya sendiri dan kurang memahami penerapannya dalam teknologi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan masyarakat.


(24)

Pentingnya kompetensi dalam memahami sains dan kaitannya dengan aspek lain seperti lingkungan, teknologi, dan masyarakat menuntut suatu pembelajaran yang mengarah ke hal tersebut. Di antara cara mencapai kompetensi itu, diperlukan suatu visi pembelajaran SETS atau salingtemas. Menurut Binadja (2005a) dianjurkannya visi dan pendekatan SETS karena sejumlah kelebihan berikut :

(1) Visi dan pendekatan SETS memberi peluang pada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan hasil analisis dan sintesis yang bersifat komprehensif dengan memperhitungkan aspek sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat sebagai satu kesatuan tidak terpisah.

(2) Visi dan pendekatan SETS memberi wadah secara mencukupi kepada para pendidik dan peserta didik untuk menuangkan kemampuan berkreasi dan berinovasi di bidang minatnya dengan landasan SETS secara kuat.

(3) Visi dan pendekatan SETS memberi kesempatan pendidik dan pesertadidik untuk mengaktualisasikan diri dengan keistimewaan atau kelebihan SETS.

Merujuk pada permasalahan di atas, penulis tertarik untuk mengembangkan diktat atau buku panduan praktikum dengan metode pembelajaran nonkonvensional supaya pembelajaran lebih inovatif dan bermakna sehingga keterampilan proses sains dapat ditingkatkan. Penelitian ini memfokuskan pengembangan diktat praktikum kimia melalui desain pembelajaran dengan berbasis Guided Diccovery –Inquiry dan bervisi SETS. Penggunaan


(25)

metodeGuided Diccovery–Inquirybertujuan supaya siswa terbiasa bekerja secara ilmiah dengan penyelidikan untuk menemukan konsep sendiri. Tujuan dari pendekatan SETS supaya siswa dapat mengkonstruksikan materi-materi dalam pelajaran kimia dengan kehidupan nyata. Jadi, konsekuensi dari pengembangan ini adalah dikembangkannya model diktat praktikum kimia SMA berbasisGuided Diccovery–Inquiry bervisi SETS. Penelitian ini terangkum dalam judul

“PENGEMBANGAN MODEL DIKTAT PRAKTIKUM KIMIA SMA

BERBASIS GUIDED DISCOVERY-INQUIRY BERVISI SETS UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS.

1.2

Rumusan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang masalah tersebut, dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut:

(1) Seberapa valid model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Diccovery-Inquirybervisi SETS ?

(2) Apakah model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Diccovery-Inquiry bervisi SETS efektif terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa?

(3) Bagimanakah tanggapan siswa terhadap model diktat praktikum kimia SMA berbasisGuided Diccover -Inquirybervisi SETS?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Diccovery-Inquiry bervisi SETS untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Dengan demikian, secara operasional tujuan penelitian ini adalah:


(26)

(1) Mengembangkan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Diccovery-Inquirybervisi SETS.

(2) Mengetahui efektivitas penggunaan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Diccovery-Inquiry bervisi SETS terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa.

(3) Mengetahui tanggapan siswa terhadap model diktat praktikum kimia SMA berbasisGuided Diccovery-Inquirybervisi SETS.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman dalam mengembangkan model diktat praktikum kimia SMA berbasisGuided Diccovery-Inquirybervisi SETS.

1.4.2 Bagi Guru

Memberikan alternatif kepada guru untuk menggunakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Diccovery–Inquiry bervisi SETS sehingga menciptakan pembelajaran praktikum yang inovatif.

1.4.3 Bagi Siswa

(1) Membantu meningkatkan motivasi siswa dalam melakukan kegiatan praktikum melalui penggunaan model diktat praktikum kimia SMA berbasis

Guided Diccovery–Inquiry bervisi SETS .

(2) Membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan proses sains mereka dalam pebelajaran di laboratorium sehingga kegiatan praktikum menjadi bermakna.


(27)

1.4.4 Bagi Sekolah

Menambah koleksi bahan ajar dan sebagai bahan referensi yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran praktikum yang inovatif sehingga dapat meningkatkan prestasi sekolah.


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Pembelajaran Kimia di Laboratorium

Belajar adalah suatu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan perubahan dari semula yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Menurut Anni (2009:82) belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku setiap orang dan belajar mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan seseorang. Banyak faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor – faktor yang memengaruhi belajar digolongkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berasal dalam diri siswa seperti faktor psikologis, emosi, motivasi dan bakat. Faktor eksternal meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar individu, kondisi siswa, tujuan pembelajaran dan pemberian umpan baik (Saptorini, 2011).

Dalam proses pembelajaran sains, siswa dituntut untuk aktif dari awal pembelajaran sampai dengan akhir pembelajaran. Siswa tidak hanya diam menerima materi secara teoritis, tetapi mereka melakukan penyelidikan dan menyimpulkan segala sesuatu yang diperoleh selama mengikuti pembelajaran sains.

Hakikat sains meliputi empat unsur utama yaitu:

(1) Sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, mahluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; sains bersifatopen ended.


(29)

(2) Proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.

(3) Produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

(4) Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat unsur itu merupakan ciri sains yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Oleh karena itu, untuk mencapai produk pembelajaran sains yang optimal peserta didik perlu melakukan kegiatan praktikum. Kegiatan praktikum dapat membawa siswa mengalami proses berpikir karena dari kegiatan praktikum siswa berhadapan langsung dengan suatu masalah yang berkaitan dengan materi dan diberi kesempatan untuk menemukan jawabannya dengan membuktikan secara langsung.

Menurut Surianto (2012:14) tujuan adanya praktikum di laboratorium adalah:

(1) Meningkatkan keterampilan kognitif seperti: a) Melatih agar teori dapat dimengerti.

b) Agar segi–segi teori yang berlainan dapat diintegrasikan. c) Agar teori dapat diterapkan kepada problem yang nyata. (2) Meningkatkan keterampilan afektif seperti:

a) Belajar merencanakan kegiatan secara mandiri. b) Belajar bekerjasama.


(30)

(3) Meningkatkan keterampilan psikomotorik seperti:

a) Belajar memasang peralatan sehingga benar- benar berjalan. b) Belajar mamakai peralatan dan instrumen tertentu.

Salah satu sasaran praktikum kimia adalah menuntun dan melatih siswa untuk berpikir dari abstrak ke konkret. Dalam hal ini, kegiatan dalam laboratorium merupakan mata rantai untuk menghubungkan beberapa aspek di antaranya ialah apresiasi aspek estetika dari ilmu kimia, membangkitkan keingintahuan terhadap kimia, mengenal baik zat- zat kimia yang umum dan bagaimana reaksinya, dan siswa dapat berpartisipasi aktif.

2.2

Guided Discovery- Inquiry

Menurut Ilahi (2012:213) pembelajaran Discovery adalah pembelajaran yang melibatkan anak didik yang aktif untuk mengikuti kegiatan belajar berdasarkan penemuan. Pembelajaran dengan Discovery menitik beratkan pada proses mental dan fisik dalam melaksanakan stategi tersebut, sehingga dituntut untuk mendayagunakan segenap potensi dalam bentuk karya nyata. Dalam

Discovery strategi, para anak didik harus mampu menggunakan proses mental dan fisik dalam menemukan sesuatu yang baru dan berkenaan dengan uji kompetensi bagi mereka yang menghadapi persoalan. Dalam prosesnya, mereka akan dihadapkan pada satu tahapan penting untuk mampu mencari dan menemukan sendiri sauatu konsep atau prinsip yang berkaitan dengan potensi. Ilmu kimia sebagai produk dan proses menuntut siswa untuk terbiasa dengan proses penemuan sehingga metodeDiscoverysangat cocok.


(31)

Balim (2009:1) menyatakan bahwa mengajar siswa dengan menemukan gagasan, berpikir kritis, bertanya, dan keterampilan memecahkan masalah adalah salah satu prinsip utama pengajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, kurikulum pengajaran ilmu pengetahuan dan teknologi harus dikembangkan sesuai terhadap pengajaran siswa melek sains yang mampu untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi. Saat ini diyakini bahwa metode yang sesuai dengan pendekatan konstruktivisme (siswa belajar lebih efektif dengan membangun pengetahuan mereka sendiri) adalah Discovery. Pendapat itu diperkuat oleh Oloyede (2010:1) yang mengatakan:

“Chemistry is a very important subject as its knowledge is required for the successful study in very many important professions.Therefore chemistry teacher should adopt methods that would enable the students to understand whatever concepts, topics or principles that are being taught. Guided discovery (GD) has been recommended for teaching the contents of senior secondary school chemistry

curriculum.”

Menurut Ilahi (2012:93) bentuk kegiatanDiscoveryadalah sebagai berikut: (1) Berdiskusi,

(2) Bertanya,

(3) Melakukan pengamatan, (4) Mengadakan percobaan, (5) Menstimulasi, dan

(6) Melakukan penelitian (Inquiry Approach).

Sund, sebagaimana yang dikutip oleh Trianto (2009:166) menyatakan bahwa Discovery merupakan bagian dari Inquiry, atau Inquiry merupakan perluasan proses Discovery yang digunakan lebih mendalam. Pengertian startegi


(32)

yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan dan secara umum langkah-langkah pembelajaran menggunakan strategi Inquiry

sebagai berikut: (1) Orientasi

Langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. (2) Merumuskan masalah

Langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

(3) Merumuskan hipotesis

Potensi berpikir itu dimulai dari kemampuan untuk mengira-ngira (berhipotesis) dari suatu permasalahan. Jika siswa mampu membuktikan hipotesisnya maka bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut.

(4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan.

(5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Dalam menguji hipotesis ini yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.


(33)

Inkuiri dimulai ketika siswa mengalami kebingunan tentang situasi atau fenomena, ketika merencanakan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis mereka. Proses tersebut melibatkan seluruh aktivitas saintis untuk memperoleh informasi seperti berhipotesis, meramalkan, membaca, merencanakan dan melaksanakan eksperimen serta bekerjasama dengan saintis lainnya. Informasi dipelajari melalui penyelidikan yang memungkinkan siswa mengkomunikasikan data dan memberikan alasannya. Pemberian alasan dimaksudkan untuk memperoleh umpan balik dari koleganya dan instruktur agar mengubah konklusi mereka. Inkuiri berlangsung ketika siswa menemukan jawaban terhadap pertanyaan mereka (Rustaman, 2005:11).

Adapun model pembelajaran yang menggabungkan proses penemuan dan penyelidikan atau model pembelajaran Diccovery-Inquiry. Sebagaimana yang telah dijelaskan Bruner dalam kutipan Ilahi (2012:30) pembelajaran Discovery-Inquiry adalah strategi pembelajaran menitik beratkan pada kemampuan siswa dalam menemukan sesuatu melalui prosesinquiry(penelitian/penyelidikan) secara terstruktur dan terorganisir dengan baik.

Menurut Utomo (2004), beberapa keuntungan mengajar dengan menggunakan metode “Discovery-Inquiry” antaralain:

(1) Siswa akan memahami konsep–konsep dasar dan ide–ide lebih baik.

(2) Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi –situasi proses belajar yang baru.

(3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.


(34)

(5) Memberikan kepuasan yang bersifat instrinsik. (6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. (7) Pengajaran menjadi“ Student-Centered”.

(8) Proses belajar melalui kegiatan “Inquiry” dapat membentuk dan mengembangkan konsep sendiri.

(9) Tingkat pengharapan bertambah.

(10) “Inquiry Learning” dapat mengembangkan bakat kemampuan individu. (11)“Inquiry Learning” dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar

tradisional.

(12)“Inquiry Learning” memberikan waktu bagi siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Proses pembelajaran pada siswa untuk menemukan dan menyelidiki suatu fenomena atau peristiwa–peristiwa kimia perlu dibimbing oleh guru agar tidak terjadi suatu kesalahan. Oleh karena itu, model pembelajaran yang tepat untuk proses penemuan dan penyelidikan dengan bimbingan atau arahan dari guru adalah model “Guided Discovery-Inquiry”. Menurut Makmun dalam Nufus (2009:13) pada pembelajaran Guided Discovery-Inquiry, guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk final, siswalah yang diberikan kesempatan untuk mencari serta menemukan konsep sendiri dengan bimbingan seluas-luasnya dari guru.

Menurut Makmun secara garis besar prosedur pembelajaran Guided Discovery-Inquiry sebagai berikut:


(35)

(1) Stimulasi

Pada kegiatan ini siswa disajikan permasalahan melalui beberapa pertanyaan–pertanyaan. Contoh:

“Pernahkah kalian mangamati petani yang sedang menggarap ladangnya? Mengapa petani perlu pupuk ZA? Apa yangterkandung dalam pupuk ZA?”. (2) Perumusan Masalah

Siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai permasalahan yang relevan sebanyak mungkin. Permasalahan yang dipilih selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis. Contohnya adalah sebagai berikut:

“Siswa diberikan suatu permasalahan tentang penurunan hasil panen yang disebabkan adanya kenaikan pH tanah sehingga tidak sesuai lagi untuk menanam tanaman kentang. Hal tersebut membuat petani harus berpikir bagaimana cara menyelesaikannya masalah yang dihadapi tersebut. Menurut tetangganya petani itu harus mencoba menggunakan pupuk ZA”.

Berdasarkan kasus di atas, siswa diarahkan untuk membuat rumusan masalah. Rumusan masalahnya adalah “Apakah pemberian pupuk ZA dapat mengubah pH tanah?”. Kemudian dari rumusan masalah dilanjutkan dengan perumusan hipotesis. Hipotesisnya adalah, “Ada pengaruh pemberian pupuk ZA terhadap perubahan pH tanah”.

(3) Pengumpulan Data

Siswa melakukan kegiatan investigasi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar-tidaknya hipotesis. Siswa diberi kesempatan untuk


(36)

menelaah literatur, mengamati objeknya, ataupun experimen serta dibimbing melatih kemampuan penemuan dan bersikap ilmiah. Contoh:

Dari rumusan masalah kemudian dibuat suatu rancangan percobaan oleh siswa dengan menyiapkan tanah, pupuk ZA, pH meter,dan air. Tanah dilarutkan dalam air kemudian diukur pH awalnya setelah itu diberi pupuk ZA dan diukur pH-nya lagi. Hasil pengukuran pH-nya dicatat oleh siswa. Ternyata pH akhir lebih kecil dari pada pH awal.

(4) Analisis Data

Pada tahap ini siswa mengolah dan menafsirkan semua informasi yang berupa hasil bacaan, data observasi, data eksperimen, dan sebagainya. Siswa dibimbing untuk mengungkap pengetahuan yang mereka miliki dan mensintesis pengetahuan baru melalui prosesDiscovery-Inquiry. Contoh:

Dari data pH yang diperoleh kemudian dianalisis mengapa terjadi penurunan pH tanah setelah diberi pupuk ZA. Dalam analisis data, siswa harus mencari informasi dari berbagai sumber yang mendukung tentang kandungan pupuk. Siswa mencoba mengkaitkan antara teori dan fakta yang terjadi. Informasi yang diperoleh dari studi pustaka ternyata pupuk ZA mengandung garam amonium sulfat yang dapat terhidrolisis sebagian dan bersifat asam.

(5) Verifikasi

Berdasarkan hasil pengolahan data dan tafsirannya atas informasi yang ada tersebut, pertanyaan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu


(37)

itu kemudian dicek apakah terbukti atau tidak. Verifikasi ini dapat dilakukan antarsiswa atau antarkelompok dalam pengawasan guru. Contoh :

Setelah menganalisis data kemudian kembali pada pokok permasalahan dan hipotesisnya apakah terbukti atau tidak. Berdasarkan analisis data di atas maka hipotesis terbukti yaitu ada pengaruh pemberian pupuk ZA terhadap perubahan pH tanah.

(6) Generalisasi

Siswa dibimbing menghubungkan setiap variabel yang ada sehingga dapat menarik generalisasi atau kesimpulan tertentu. Contoh :

Kesimpulan dari penyelidikan di atas, Pupuk ZA mengandung garam amonium sulfat yang bersifat asam sehingga dapat menurunkan pH tanah. Dari kesimpulan tersebut, siswa dapat mencari contoh garam-garam lainnya yang bersifat sama seperti sifat garam dari pupuk ZA.

2.3 SETS

Menurut Binadja (1999:1) akronim SETS (Science, Environment, Technology and Society) bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia akan memiliki kepanjangan Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat. SETS diturunkan dengan landasan filosofi yang mencerminkan kesatuan unsur SETS dengan mengingat urutan unsur-unsur SETS dalam susunan akronim tersebut. Fokus pengajaran SETS haruslah mengenai tentang cara membuat siswa agar dapat melakukan penyelidikan untuk mendapatkan pengetahuan yang berkaitan dengan sains, lingkungan, teknologi dan masayarakat yang saling berkaitan. Meminta siswa melakukan penyelidikan, berarti memberi kesempatan kepada


(38)

siswa untuk mengembangkan lebih jauh pengetahuan yang telah mereka peroleh agar mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang diperkirakan akan timbul di sekitar kehidupannya.

Skema hungungan di antara unsur-unsur dalam pendekatan SET ditunjukkan pada gambar 2.1.

Menurut Binadja (1999a:24) karakteristik daripada pendekatan SETS adalah sebagai berikut:

(1) Tetap memberikan pembelajaran sains

(2) Siswa dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat.

(3) Siswa diminta untuk berpikir tentang berbagai kemungkinan akibat yang terjadi dalam proses pentransferan sains tersebut ke bentuk teknologi.

(4) Siswa diminta untuk menjelaskan keterkaitan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur-unsur lain dalam SETS yang mempengaruhi berbagai keterkaitan antar unsur tersebut.

(5) Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau kerugian daripada menggunaan konsep sains tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi.


(39)

(6) Dalam konteks kontruktivisme, siswa dapat diajak berbincang tentang SETS dari berbagai macam cara dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki oleh siswa bersangkutan.

Dalam pembelajaran bervisi dan berpendekatan SETS, kecakupan bahan pembelajaran subjek tertentu juga harus dikaitkan dengan kecukupluasan serta dalamnya bahan pembelajaran subjek tertentu dibahas serta diperlakukan dalam konteks kesalingterkaitan unsur SETS. Kunci keberhasilan pembelajaran bervisi SETS dan berpendekatan SETS bukan sekedar pada keberadaan fasilitas ICT atau TIK yang canggih saja, akan tetapi sangat ditentukan oleh semangat, upaya, dan kesungguhan para pelaksana pendidikannya untuk melakukan dengan sebaik-baiknya proses perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi pembelajaran itu (Binadja, 2005b).

2.4 Keterampilan Proses Sains

Perkembangan ilmu kimia sejalan dengan perkembangan sains dan teknologi serta perubahan kondisi masyarakat yang sangat pesat ini menyaratkan guru harus mengembangkan keahliannya. Peranan guru kimia dalam perkembangan IPTEK sangat besar terutama dalam membina kemampuan awal siswa untuk menghadapi masa industrialisasi di masa sekarang dan masa depan. Kemampuan awal tersebut dapat berupa kemampuan dasar dan keterampilan proses sains (Widhy, 2010). Keterampilan proses sains sebagaimana yang dijelaskan oleh Sheeba (2013:109) proses yang dapat diterapkan pada hampir setiap sisi kehidupan yang harus dimiliki dan digunakan oleh setiap individu dalam masyarakat melek sains (Scientific Literate Societies) untuk meningkatkan


(40)

kualitas dan standar hidup. Keterampilan proses sains memungkinkan siswa untuk menerapkan konsep-konsep ilmiah, prosedur dan perilaku hidup mereka yang lebih luas. Hal ini meningkatkan nilai pembelajaran sains siswa karena siswa mendapatkan pemahaman yang luas dan konsep praktis bagaimana konsep-konsep ilmiah dan prinsip-prinsip berlaku untuk diri sendiri, kelompok, keluarga dan bangsa.

Salah satu tujuan diajarkan mata pelajaran kimia di sekolah adalah membekali siswa agar mampu mengembangkan kemampuan mengobservasi dan eksperimentasi serta berpikir taat asas. Siswa tidak hanya mengetahui fakta, konsep atau prinsip, tetapi juga terampil untuk menerapkan pengetahuannya dalam menghadapi masalah dalam kehidupan dan teknologi. Oleh karena itu, keterampilan-keterampilan proses sains harus ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya (Wardani dkk, 2009). Menumbuhkan keterampilan proses sains di lingkungan sekolah harus didukung oleh semua elemen terutama guru dan siswa. Sebuah lingkungan belajar dengan keterampilan proses sains membutuhkan partisipasi aktif dari siswa (Duran dkk, 2011:467).

Menurut Weztel (2008) sebagaimana yang dikutip oleh Maknun (2012:144) keterampilan proses terpadu meliputi:

(1) Merumuskan hipotesis, membuat prediksi (tebakan) berdasarkan bukti dari penelitian sebelumnya atau penyelidikan.

(2) Mengidentifikasi variabel, penamaan dan pengendalian terhadap variabel independen, dependen, dan variabel kontrol dalam penyelidikan.


(41)

(3) Membuat defenisi operasional, mengembangkan istilah spesifik untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam penyelidikan berdasarkan karakteristik yang diamati.

(4) Percobaan, melakukan penyelidikan dan mengumpulkan data (5) Interpretasi data, menganalisis hasil penyelidikan.

Menurut Sheeba (2013:109) keterampilan proses sains merupakan refleksi dari metode yang digunakan oleh para ilmuwan ketika menghasilkan informasi tentang ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains meliputi keterampilan intelektual, psikomotor dan afektif yang berkaitan dengan pembelajaran ilmu pengetahuan dalam segala aspeknya. Keterampilan kognitif mencakup membandingkan, berkomunikasi, menyimpulkan, meramalkan, menggunaan sejumlah hubungan-hubungan antar materi, menggunakan hubungan waktu/ruang/membuat definisi operasional, merumuskan hipotesis, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menggeneralisasikan, membuat pertanyaan, menerapkan, mengukur, mengevaluasi, merancang penyelidikan, menemukan hubungan dan pola. Keterampilan psikomotorik meliputi mengamati, mengklasifikasi, memanipulasi, bereksperimen dan mengukur. Sedangkan keterampilan afektif meliputi bertanya-tanya ‘mengapa’, menikmati proses penemuan, tekun atau pantang menyerah di tengah-tengah kesulitan dan kesiapan diri dalam menerima pembuktian hipotesis. Keterampilan proses ini sangat membantu dalam memajukan pengetahuan siswa dalam sains dan disiplin ilmu lainnya.


(42)

Banyak keterampilan proses sains yang harus ditingkatkan oleh siswa tetapi keterampilan proses sains minimal yang harus dimiliki siswa adalah keterampilan proses dasar.

Saptorini (2011:54) menyebutkan ada 9 keterampilan keterampilan proses sains yaitu:

(1) Mengobservasi, (2) Membuat hipotesis, (3) Merencanakan penelitian, (4) Mengendalikan variabel,

(5) Menginterpretasi atau menafsirkan data, (6) Menyusun kesimpulan sementara (inferensi), (7) Meramalkan,

(8) Menerapkan,


(43)

Berikut ini adalah indikator dari masing–masing keterampilan dasar sebagaimana disebutkan oleh Saptorini (2011:54).

Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikatornya

KPS Indikator

Melakukan Pengamatan (Observasi)

• Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda.

• Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa.

• Membaca alat ukur.

• Mencocokan gambar dengan uraian tulisan/benda.

• Menggunakan indera penglihatan, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba.

Membuat Hipotesis

• Menyatakan dugaan sementara tentang pengaruh variabel manipulasi terhadap variabel respon.

Merencanakan Penelitian/ Penyelidikan

• Menentukan alat dan bahan.

• Menentukan variabel atau perubah yang terlibat dalam suatu percobaan .

• Menentukan variabel terikat dan variabel bebas.

• Menentukan apa yang diamati, diukur/ditulis.

• Menentukan cara dan langkah kerja. Mengendalikan

Variabel

• Mengidentifikasi variabel bebas.

• Mengidentifikasi variabel terikat.

• Mengidentifikasi variabel kontrol. Menafsirkan Data

(Interpretasi)

• Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan.

• Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasan yang logis.

• Menemukan pola atau keteraturan dari suatu seri pengamatan .

Inferensi

• Menggunakan informasi dari pengamatan untuk membuat kesimpulan awal.

• Menggunakan berbagai sumber-sumber informasi dari pengamatan.

• Menggunakan kesimpulan awal untuk menentukan pengamatan berikutnya.

Meramalkan (Prediksi)

• Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/pola yang sudah ada.

Menerapkan Subkonsep/prinsip

• Menggunakan subkonsep yang telah dipelajari dalam situasi baru, menggunakan subkonsep pada pengalaman baru untuk menjalaskan apa yang sedang terjadi.

Mengkomunikasikan

• Mengutarakan suatu gagasan.

• Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan secara akurat suatu objek atau kejadian.

• Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara akurat.


(44)

2.5 Diktat Praktikum Kimia

Diktat praktikum adalah buku penunjang kegiatan praktikum yang berisi materi dan serangkaian prosedur yang akan dilakukan dalam praktikum dijadikan pegangan bagi siswa.

Menurut Sawitri, sebagaimana yang dikutip oleh Trisnawati (2011:12) penyusunan petunjuk praktikum atau diktat memeliki beberapa tujuan;

(1) Mengaktifkan siswa

Tujuan diberikan diktat praktikum, agar siswa tidak hanya menerima penjelasan–penjelasan yang diberikan guru, melainkan lebih aktif melakukan kegiatan belajar untuk menemukan atau mengelola sendiri perolehan belajar (pengetahuan dan keterampilan).

(2) Membantu siswa menemukan/mengelola perolehannya

Siswa yang mendapatkan petunjuk praktikum tidak hanya menerima pengetahuan dan keterampilan yang diberikan oleh guru, melainkan setelah melakukan kegiatan yang diuraikan dalam petunjuk praktikum dapat menemukan atau memperoleh sendiri tanpa bantuan guru.

(3) Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan proses

Siswa dapat melakukan dan mengembangkan keterampilan proses tertutama dengan disediakan rincian kegiatan dalam petunjuk praktikum. Siswa dapat bekerja secara mandiri maupun dalam kelompok.

Menurut Surianto (2012:15) pembelajaran menggunakan percobaan laboratorium, haruslah diikuti beberapa petunjuk untuk memeperoleh output


(45)

laboratorium harus jelas sehingga siswa melakukan percobaan dengan cara yang tepat dan sebagai hasilnya mereka bisa memperoleh pengetahuan, pemahaman, keahlian dan sikap kebenaran ilmiah. Selain itu, petunjuk – petunjuk keamanan harus diikuti oleh semua partisipan di laboratorium, termasuk penggunaan bahan kimia, peralatan dan limbah kimia.

Diktat praktikum yang akan dikembangkan dalam peneltian ini mencakup berbagai komponen diktat pada umumnya. Namun, ada komponen berbeda yang ingin ditonjolkan dalam pengembangan ini yakni pada pendekatan penulisannya yang berbasisGuided Discovery- Inquirybervisi SETS.

Selain itu, dalam pengembangan buku panduan atau diktat ini harus memenuhi beberapa aspek yaitu aspek didaktif, kontruksi dan teknik. Aspek didaktif yang berarti harus mengikuti asas-asas belajar mengajar yang efektif salah satunya menekankan pada proses menemukan konsep-konsep, sehingga dapat memotivasi siswa untuk mencari tahu. Aspek konstruksi yaitu aspek yang berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang hakekatnya harus dapat dimengerti oleh siswa. Aspek teknik yang berhubungan dengan tulisan seperti cetak tebal, cetak miring dan lain sebagainya.

2.6

Kompetensi Dasar pada Materi Penyangga dan Hidrolisis

Materi yang akan dimuat dalam pengembangan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS ini menyangkut beberapa kompetensi dasar yang mengacu pada kurikulum 2013. Kompetensi dasarnya (KD) adalah sebagai berikut:


(46)

KD: 3.12 Menganalisis garam-garam yang mengalami hidrolisis Indikator:

• Menentukan ciri-ciri berbagai jenis garam yang dapat terhidrolisis dalam air melalui percobaan.

• Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi.

KD: 4.12 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan jenis garam yang mengalami hidrolisis.

Indikator:

• Mengukur pH larutan garam yang mengalami hidrolisis.

• Menyimpulkan jenis–jenis garam yang dapat terhidrolisis berdasarkan percobaan.

• Menyimpulkan sifat garam (termasuk netral, asam atau basa) berdasarkan percobaan.

KD: 3.13 Menganalisis peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

Indikator :

• Menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup.

KD: 2.7 Merancang, melakukan, dan menyimpulkan serta menyajikan hasil percobaan untuk menentukan sifat larutan penyangga.

Indikator :

• Membandingkan pH larutan penyangga dan non-penyangga setelah penambahan sedikit asam kuat, sedikit basa kuat dan pengenceran. • Menganalisis larutan penyangga dan bukan penyangga melalui


(47)

Selain KD yang tertulis di atas, dikarenakan pengembangan diktat praktikum ini bervisi SETS maka harus mengikuti pedoman pengembangan bahan ajar yang bervisi SETS juga termasuk RPP dan silabusnya sehingga ada beberapa KD tambahan sebagai berikut :

(1) Memberi contoh penerapan larutan penyangga dalam kaitannya dengan SETS.

(2) Menjelaskan konsep hidrolisis garam pada kehidupan sehari- hari termasuk keterkaitannya dalam SETS.

2.7 Penelitian yang Mendukung

Penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu:

(1) Nazillatur Rohmiyati (2010) menyatakan bahwa pembelajaran dengan

Discovery- Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan presentase ketuntasan belajar siswa 86,84% .

(2) Urwatin (2009) dalam Nufus (2011:15) menyatakan hasil penelitiannya bahwa rata- rata hasil belajar kimia dengan pembelajaran Guided Discovery-Inquiry aspek kognitif sebesar 75,52%, aspek afektif sebesar 81,45% dan aspek psikomotorik sebesr 81,21%.

2.8 Diktat Praktikum Berbasis

Guided Discovery-Inquiry

Bervisi

SETS

Diktat praktikum berbasis Guided Diccovery-Inquiry bervisi SETS merupakan buku panduan praktikum yang dikembangkan berdasarkan model pembelajaran Guided Diccovery-Inquiry yang menekankan siswa


(48)

untuk menemukan konsep sendiri melalui proses penyelidikan dengan bimbingan guru. Selain berbasis Guided Diccovery-Inquiry, diktat praktikum ini juga bevisi SETS. Pengusungan visi SETS dalam model diktat ini dapat membantu siswa memahami perkembangan sains yang dapat memengaruhi lingkungan, teknologi, dan masyarakat secara timbal balik. Tujuan dari pembelajaran dengan menggunakan model diktat praktikum ini adalah membiasakan siswa untuk berpikir independen dan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman yang mereka peroleh. Jadi siswa tidak hanya mengfokuskan pada prosedurnya saja selama kegiatan praktikum tetapi juga pada ide atau konsep dasarnya.

Guru diposisikan sebagai pembimbing siswa dalam proses pembelajaran menggunakan model diktat praktikum berbasis Guided Diccovery-Inquiry. Siswalah yang berperan aktif saat proses pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang berpusat pada siswa. Isi dari model diktat praktikum ini mengarahkan siswa untuk terampil dalam merumuskan suatu permasalahan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menyimpulkan hasilnya. Selain itu, di dalam model diktat praktikum ini terdapat bagian yang dapat merangsang rasa ingin tahu siswa dan melatih siswa untuk terampil dalam berdiskusi. Penggunaan model diktat praktikum berbasisGuided Diccovery-Inquiry dalam pelajaran kimia diharapkan sejalan dengan karakteristik dari ilmu kimia sebagai produk ilmu pengetahuan dan proses kerja ilmiah sehingga siswa tidak


(49)

hanya paham akan materi kimia saja tetapi keterampilan-keterampilan proses sainsnya dapat dikembangkan.

2.9 Kerangka Berpikir

Keberadaan diktat praktikum kimia mempunyai peran yang penting sebagai acuan dalam kegiatan di laboratorium. Namun, tidak semua sekolah mempunyai diktat praktikum kimia, contohnya di SMA I Kajen yang hanya mengandalkan petunjuk praktikum dari LKS. Hal itu membuat kegiatan pembelajaran di laboratorium menjadi kurang inovatif.

Dalam penelitian ini, peneliti mengembangkan model diktat praktikum SMA berbasis Guided Diccovery-Inquiry bervisi SETS. Model diktat praktikum berbasis Guided Diccovery-Inquiry bervisi SETS disusun sedemikian rupa sehingga diharapkan dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dalam pembelajaran di laboratorium. Penyusunan diktat praktikum ini melalui beberapa tahap yaitu mengumpulkan referensi, merancang diktat sampai akhirnya tercipta produk yang diuji validitasnya oleh tim ahli. Setelah itu model diktat praktikum berbasis Guided Diccovery-Inquiry bervisi SETS diujikan pada skala kecil dan skala luas guna mengetahui efektivitas terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa dan tanggapan siswa terhadap model diktat praktikum tersebut.

Adanya pengembangan produk ini diharapkan dapat memberikan nuansa baru dalam pembelajaran kimia dan untuk kedepannya pembelajaran di laboratorium yang masih menggunakan metode konvensional dapat digantikan dengan metode yang lebih inovatif yaitu dengan menggunakan model diktat paraktikum kimia SMA berbasisGuided Diccovery-Inquirybervisi SETS.


(50)

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Hasil Observasi:

1. Tidak tersedia bahan ajar khusus untuk kegiatan praktikum, siswa hanya menggunakan LKS yang mempunyai banyak kekurangan apabila dijadikan sebagai acuan kegiatan praktikum. 2. Bahan ajar yang digunakan belum

dilengkapi dengan aspek keselamatna kerja di laboratorium dan penjelasan mengenai penggunakan alat. 3. Pembelajaran di laboratorium masih

konvensional.

4. Kegiatan pembelajaran belum sepenuhnya terpusat pada siswa.

Produk model diktat praktikum kimia SMA berbasisGuided Diccovery-Inquirybervisi SETS layak digunakan untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

Pengembangan model diktat praktikum kimia SMA berbasisGuided Diccovery-Inquirybervisi SETS

Perlu dikembangkan bahan ajar yang berupa:

Model diktat praktikum yang berbasis model pembelajaran yang inovatif dilengkapi dengan pengenalan teknik laboratorium kimia serta menekankan siswa untuk aktif dan terampil dalam menyelidiki dan menemukan sendiri konsep–konsep yang dipelajarinya.

Uji kelayakan model diktat praktikum kimia kelas SMA berbasisGuided Diccovery-Inquirybervisi SETS

Kelebihan :

1. Dilengkapi aspek keselamatan kerja dan cara menggunakan alat yang baik.

2. Terdapat peta konsep dengan subtansi yang dipelajari 3. Disusun berdasarkan metode

pembelajaranGuided Diccovery-Inquiry

berpendekatan SETS 4. Terdapat ilustrasi terkait

dengan materi. 5. Terdapat bagian yang

menugasi siswa untuk mengobservasi dan menganalisis masalah.

Studi Pustaka:

1. Aktamis dan Ergin (2008) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan sains adalah untuk membiasakan individu untuk menggunakan keterampilan proses sains

2. “The basis of science teaching is understanding that natural phenomena and the nature of science requires inquiring and discovering (Balim, 2008: 2).

3. Guided discovery (GD) has been recommended for teaching the contents of senior secondary school chemistry curriculum”(Oloyede,2010:1).

4. Di antara cara mencapai kompetensi yang diharapkan, untuk pembelajaran sains para pendidik dianjurkan juga menggunakan pendekatan SETS atau salingtemas sekaligus sebagai visi pembelajaran disamping pendekatan (Binadja: 2005a).

1. Rata- rata skor validasi pakar mencapai lebih dari

143dengan kategori sangat layak atau layak. 2. Model diktat praktikum kimia SMA berbasis

Guided Diccovery-Inquiry bervisi SETS afektif terhadap peningkatan keterampilan proses sains. 3. Rata- rata skor tanggapan siswa lebih dari 37


(51)

2.10

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

(1) Validitas model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Diccovery-Inquiry bervisi SETS mampu mencapai kategori layak atau sangat layak (skor lebih dari 143).

(2) Model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Diccovery-Inquiry

bervisi SETS efektif terhadap peningkatan keterampilan proses sains siswa.

(3) Model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Diccovery-Inquiry

bervisi SETS mendapat tanggapan siswa dengan kategori baik atau sangat baik (skor lebih dari 37).


(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Pengembangan

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Research and Development.

Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010:407). Penelitian dan pengembangan ini menggunakan model yang diadopsi dari Sugiyono. Langkah- langkah penelitian dan pengembangan seperti ditunjukkan oleh gambar 3.1

Gambar 3.1 Langkah–langkah dalam MetodeResearch and Development

(Sugiyono, 2010:409)

Berdasarkan gambar di atas dapat diberi penjelasan sebagai berikut:

3.1.1 Potensi dan Masalah

Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bisa didayagunakan akan memiliki nilai tambahan. Masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi.

Potensi dan masalah

Uji coba penggunaan

Pengumpulan data

Revisi produk

Revisi produk

Uji coba produk

Revisi desain Desain

produk

Validasi desain

Produksi masal


(53)

Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data emperik. Untuk mengetahui potensi dan mendapatkan masalah peneliti melakukan observasi ke SMA N I Kajen.

3.1.2 Mengumpulkan Data

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan update, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai macam informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

Informasi didapatkan dengan melakukan wawancara kepada guru kimia SMA I Kajen dan beberapa siswa serta mencatat segala masukan untuk dijadikan bahan kajian dalam pengembangan model diktat praktikum kimia SMA berbasis

Guided Diccovery-Inquirybervisi SETS.

3.1.3 Desain Produk

Hasil dari kegiatan penelitian dan pengembangan adalah berupa desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasinya. Setiap desain produk produk perlu ditunjukkan dalam gambar kerja, bagan, atau uraian ringkas, sehingga akan memudahkan fihak lain untuk memahaminya.

Secara umum komponen dari model diktat praktikum kimia SMA berbasis

Guided Discovery-Inquirybervisi SETS adalah sebagai berikut: (1) Pembuka

a) Halaman Sampul

Di halaman sampul tertulis judul “model diktat praktikum kimia berbasis


(54)

penyusun dan tulisan kurikulum 2013 dikarenakan pengembangan diktat disusun berdasarkan kurikulum 2013.

b) Kata Pengantar

Penulis menuliskan tujuan dan harapan disusunnya diktat praktikum kimia berbasisGuided Discovery-Inquirybervisi SETS.

c) Daftar Isi

Di dalam daftar isi dicantumkan isi-isi yang ada di dalam diktat praktikum. d) Tata-Tertib Praktikum

Di dalam tata tertib praktikum berisi aturan-aturan dan larangan yang harus dipatuhi siswa saat melakukan praktikum.

e) Label atau Simbol Bahaya

Di dalam diktat praktikum dituliskan beberapa simbol bahaya dan keterangnya. Hal ini dimaksudkan agar siswa berhati-hati saat menggunakan zat tertentu yang dipermukaan botolnya tercantum simbol bahaya.

f) Pengenalan Alat

Di dalam bagian pengenalan alat siswa ditunjukkan beberapa alat-alat laboratorium beserta kegunaannya yang sering digunakan oleh siswa. g) Metode Ilmiah

Pada bagian metode ilmiah siswa dijelaskan tentang merumuskan masalah, menentukan hipotesis, dan penentuan variabel.


(55)

Pada bagian ini siswa dikenalkan tentang SETS dan contoh menganalisis keterhubungkaitan antara suatu konsep materi dengan unsur-unsur SETS. (2) Isi Utama Diktat (Dikemas Berdasarkan MetodeGuided Discovery–Inquiry)

a) Penulisan Kompetensi Dasar dan Peta Konsep

Kompetensi dasar ditulis bertujuan untuk menjadi pedoman dalam KBM sedangkan peta konsep disusun untuk mempermudah siswa dalam menghubungkan setiap konsep dan memahaminya.

b) Serba-Serbi Kimia

Serba-serbi kimia ini merupakan bentuk pembelajaran yang dikemas dalam komik singkat sebagai upaya pemberian stimulus kepada siswa sebelum melakukan praktikum.

c) Judul Praktikum

Judul dituliskan secara singkat, padat dan jelas. d) Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum dituliskan berdasarkan kompetensi-kompetensi yang akan dicapai.

e) Dasar Teori

Penjabaran materi yang akan dilakukan oleh siswa dijabarkan pada bagian dasar teori. Penulisan ini bertujuan sebagai salah satu referensi dengan memberikan pengetahuan sebelum melakukan praktikum.

f) Studi Kasus

Studi kasus berisi permasalahan-permasalahan yang relevan dengan materi pembelajaran.


(56)

g) Alat dan Bahan

Pada bagian ini hanya disediakan kolom alat dan bahan karena siswa yang akan merancang percobaannya dengan menentukan alat dan bahan sendiri. h) Langkah Kerja

Pada bagian ini hanya disediakan diagram langkah kerja yang kosong karena siswa yang akan menyusun rancangan percobaannya dengan bimbingan guru.

i) Hasil Pengamatan

Pada bagaian ini disediakan tabel sebagai tempat penulisan hasil pengamatan siswa.

j) Evaluasi /Pertanyaan

Terdapat beberapa pertanyaan terkait dengan percobaan guna membantu siswa untuk menganalisis hasil percobaan serta sebagai tolak ukur pemahaman siswa setelah melakukan percobaan.

k) Lembar Diskusi

Lembar diskusi ini berisikan diagaram keterkaitan SETS dan tugas untuk menganalisisnya.

(3) Bagian Penutup a) Daftar pustaka, b) Tabel-tabel, c) Indeks, dan d) Format Laporan.


(57)

Pada bagian ini berisi contoh format laporan dan penjelasan cara menyusun setiap bagian-bagain laporan yang baik dan benar sebagai acuan siswa dalam membuat laporan setelah melakukan percobaan.

Hal yang berbeda dalam buku panduan praktikum ini adalah mengenai isi diktat praktikum yang menerapkan suatu metode nonkonvensional yaitu

Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS. Adanya metode tersebut diharapkan membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif.

3.1.4 Validasi Desain/Uji Ahli (Expert Judgement)

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai rancangan produk apakah sudah mencapai kriteria tertentu atau belum. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Model diktat praktikum kimia SMA berbasisGuided Discovery- Inquirybervisi SETS diujikan pada para ahli yaitu 2 dosen FMIPA UNNES dan 2 guru kimia SMA N 1 Kajen.

3.1.5 Revisi Desain

Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan pakar, maka akan dapat diketahui kekurangan-kekurangannya. Kekurangan tersebut selanjutnya diperbaiki.

3.1.6 Uji Coba Produk/Uji Skala Kecil

Setelah revisi produk, maka desain tersebut diuji cobakan pada lingkup terbatas (skala kecil), yaitu diterapkan pada 6 siswa di SMA N I Kajen kelas XI IPA. Siswa tersebut diminta untuk membaca dan melakukan praktikum sesuai dengan model diktat praktikum yang diberikan, yaitu diktat praktikum kimia


(58)

SMA berbasis Guided Discovery- Inquiry bervisi SETS. Setelah uji coba, siswa diminta untuk memberikan tanggapan dengan mengisi angket tanggapan. Hal ini bertujuan untuk menemukan kekurangan dan kelemahan desain petunjuk praktikum ini terutama dalam aspek keterbacaan.

3.1.7 Revisi Produk

Peneliti akan memperoleh infomasi setelah tahap pengujian efektivitas produk pada sampel yang terbatas. Kemudian dari informasi tersebut, jika produk ternyata belum memenuhi syarat maka produk itu harus direvisi agar lebih baik lagi dan memenuhi syarat.

3.1.8 Uji Coba Pemakaian/Uji Skala Luas

Setelah pengujian produk dalam skala kecil dan kemungkinan ada revisi yang perlu dilakukan oleh peneliti, maka selanjutnya produk tersebut diterapkan dalam skala luas. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui apakah implementasi produk yang berupa diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa atau tidak.

3.1.8.1. Lokasi Penelitian

Uji coba skala luas dalam penelitian ini akan dilakukan di SMA N 1 Kajen yang beralamat di Jl. Mandurorejo Kabupaten Pekalongan.

3.1.8.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini (Sugiyono, 2010:61) adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA N 1 Kajen tahun ajaran 2013/2014. Populasi ini tersebar dalam 5 kelas yaitu XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, XI IPA 4 dan XI IPA 5.


(59)

3.1.8.3 Sampel

Berdasarkan populasi diatas akan diambil sampel 1 kelas dan pengambilan sampelnya berdasarkan Purposive Sampling. Sampel dari penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 (Sugiyono, 2010:118).

Pada uji coba skala luas ini, siswa melakukan praktikum menggunakan diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS yang dikembangkan oleh peneliti. Pada kegiatan praktikum ini, aktivitas dan kinerja siswa diukur dengan lembar observasi, penugasan yang berupa laporan. Pada akhir pelaksanaan uji coba ini siswa diminta mengisi angket tanggapan terkait penggunaan diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquirybervisi SETS.

3.1.9 Revisi Produk

Revisi produk ini dilakukan apabila dalam pemakaian skala lebih luas terdapat kekurangan dan kelemahan.

3.1.10 Pembuatan Produk Masal

Bila produk dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka produk itu dapat diterapkan pada skala luas. Untuk dapat memproduksi masal, maka peneliti perlu bekerja sama dengan perusahaan atau pihak lainnya.

3.2 Prosedur Pengembangan

Berdasarkan model penelitian dan pengembangan sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, maka prosedur penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut:


(60)

Gambar 3.2 Prosedur Pengembangan

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1. Metode Tes

Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data hasil keterampilan proses sains. Tes yang digunakan adalah tes tertulis tipe objektif

Identifikasi masalah

Kajian pendahuluan dan kajian pustaka

Studi lapangan

Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan

Mendesain model diktat praktikum kimia SMA berbasis

Guided Discovery-Inquirybervisi SETS, RPP, alat

evaluasi pembelajaran dan instrumen penilaian.

Validasi produk tim ahli

Revisi desain

uji coba produk skala kecil Revisi produk

Mengumpulkan data

Uji coba skala luas

Revisi produk Produk akhir Draft I

Draft II


(61)

berjumlah 30 butir soal. Dalam 30 butir soal tersebut mencakup indikator keterampilan proses sains terdiri dari soal C2 (jenjang kemampuan pemahaman), soal C3 (jenjang kemampuan penerapan), dan soal C4 (jenjang kemampuan menganalisis). Pengerjaan tes selama 90 menit. Sebelum instrumen tes digunakan dalam penelitian, instrumen tes harus diujicobakan dahulu untuk mengukur validitas, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas. Uji coba dilakukan di kelas XII IPA 2 SMA N 1 Kajen dengan pertimbangan siswa di kelas tersebut telah mendapatkan materi kimia kelas XI.

3.3.2 Dokumentasi

Metode ini dilakukan denngan mengambil dokumen atau data–data yang mendukung penelitian yaitu daftar nama dan daftar nilai ulangan harian siswa kelas XI IPA SMA N 1 Kajen yang menjadi subjek penelitian.

3.3.3 Observasi

Observasi digunakan untuk merekam sikap siswa ketika pembelajaran berlangsung. Observasi di lakukan di SMA N 1 Kajen meliputi kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan di laboratorium. Hasil kegitan observasi ditulis pada lembar observasi yang sebelumnya telah dinyatakan valid dan reliabel. Lembar observasi dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi aspek psikomotorik dan aspek afektif.

3.3.4 Angket atau Kuesioner

Angket digunakan untuk mengukur tanggapan responden terhadap standar kelayakan model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry


(62)

dosen dan guru mata pelajaran kimia di tempat penelitian dilaksanakan. Selain itu, angket berupa sejumlah pertanyaan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model diktat praktikum kimia SMA berbasis Guided Discovery-Inquiry bervisi SETS. Dari lembar tersebut kemudian dijadikan acuan untuk memperbaiki kekurangan dalam diktat tersebut.

3.3.5 Portofolio (Penugasan)

Setelah melaksanakan praktikum, siswa ditugaskan mengkomunikasikan hasil percobaannya dalam bentuk laporan. Penugasan yang diberikan oleh guru kepada siswa adalah laporan hasil praktikum dan laporan hasil diskusi.

3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Analisisnya

3.4.1 Instrumen Tes

Teknik tes dalam penelitian ini berupa soal objektif. Tes dilakukan sebelum pembelajaran (Pretest) dan di akhir pembelajaran (Posttest). Uji coba instrumen tes digunakan untuk menentukan soal-soal yang memenuhi syarat untuk dijadikan instrumen penelitian yang baik. Instrumen dikatakan baik apabila memenuhi persyaratan antara lain validitas, reliabilitas, daya beda dan kesukaran yang telah ditetapkan. Analisisnya dijabarkan sebagai berikut:

3.4.1.1.Tingkat Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang memiliki tingkat kesukaran seimbang, artinya soal tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran soal dihitung dengan menggunakan rumus :

JS JB IK =


(63)

Keterangan :

IK

= Indeks kesukaran

JB = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa

Adapun kriteria yang digunakan untuk menunjukkan tingkat kesukaran seperti ditunjukkan Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Interval Kriteria

IK = 0,00 0,00 < IK≤ 0,30 0,30 < IK≤ 0,70 0,70 < IK < 1,00

IK = 1,00

Sangat Sukar Sukar

Sedang Mudah

Sangat Mudah

3.4.1.2 Daya Beda Soal

Langkah-langkah yang digunakan untuk menghitung daya beda soal yaitu mengurutkan skor hasil tes uji coba mulai dari skor tertinggi hingga skor terendah, mengelompokkan siswa menjadi kelompok atas (JA) dan kelompok terbawah (JB),

kemudian menghitung daya pembeda soal menggunakan rumus :

B B A A J B J B

D= −

Keterangan:

D = Daya pembeda

BA = Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab benar JA = Banyaknya siswa pada kelompok atas


(64)

Soal-soal yang akan dipakai soal-soal yang memiliki daya beda soal berkategori cukup, baik, dan sangat baik. Kategori daya beda soal disajikan dalam Tabel 3.2

Tabel 3.2 Klasifikasi Daya Pembeda

Interval Kriteria 0,00 0,00< 0,20 0,20< 0,40 0,40< 0,70 0,70< 1,00

Sangat jelek (very poor) Jelek (poor)

Cukup (satisfactory) Baik (good)

Sangat baik (excellent) 3.4.1.3 Validitas Tes Objective

Sedangkan untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus korelasi poin biserial yaitu sebagai berikut.

q p S X X r t t p pbis − = Keterangan :

: Koefisien korelasi biseral

p

X : Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal

t

X

: Rata-rata skor total

t

S : Standar deviasi skor total

p

: Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal

(p= Banyaknya siswa yang menjawab benar/ Jumlah seluruh siswa)

q

: Proporsi siswa yang menjawab salah pada setiap butir soal

q = 1–p

DP ≤ DP ≤ DP ≤ DP ≤ DP ≤


(65)

Hasil kemudian digunakan untuk mencari signifikasi ( ) dengan rumus : 2 1 2 pbis pbis r n r t − − = Keterangan:

t = t(hitung)atau nilai t yang diperoleh melalui perhitungan

pbi

γ = Koefisien korelasipoint biserial

n = Jumlah siswa

Menurut Sudjana (2005), kriteria : jika thitunglebih dari ttabel(1-α) dengan dk (n-2)

dan n jumlah siswa, maka butir soal tersebut valid. 3.4.1.4 Reliabilitas Tes Objective

Reliabilitas dalam penelitian ini dicari dengan rumus Kuder Richardson, yaitu KR-21.

=

11

r





kV

t

X

k

X

k

k

(

)

1

1

keterangan :

11

r

= Reliabilitas tes secara keseluruhan

k = Jumlah butir soal

t

V = Varians total

X = Rata-rata skor total

Setelah r11diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r tabel. Apabila r11

lebih dari rtabel maka instrumen tersebut reliabel.

pbis


(66)

Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas Soal

Interval Reliabilitas Kriteria

0,000≤ r ≤ 0,200 Sangat rendah

0,200≤ r ≤ 0,400 Rendah

0,400≤ r ≤ 0,600 Cukup

0,600≤ r ≤ 0,800 Tinggi

0,800≤ r ≤ 1,000 Sangat tinggi

3.4.2 Instrumen Silabus dan RPP

Instrumen dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah diktat praktikum kimia yang dikembangkan peneliti, silabus dan rancana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Validitas silabus dan RPP dilakukan oleh ahli (Expert Judgement).

Langkah–langkahnya adalah sebagai berikut:

(1) Menghitung skor penilaian dari masing–masing komponen

Data angket mengenai peniliaian validitas oleh pakar terkait kualitas petunjuk praktikum dianalisis dengan kriteria:

Skor 4 = Baik Skor 3 = Cukup baik Skor 2 = Kurang baik Skor 1 = Tidak baik

(2) Menghitung nilai keseluruhan dengan rumus;

NA =

Keterangan :

NA = Nilai persen yang dicari R = Skor mentah yang diperoleh


(67)

SM = Skor maksimum yang diharapkan

(3) Menghitung rata-rata nilai dari keseluruhan responden.

(4) Menentukan kriteria kelayakan silabus dan RPP berdasarkan Tabel. 3.4 Tabel 3.4 Kriterian Kelayakan Silabus dan RPP

Rata- rata skor Kritera

3< 4 Sangat layak

2< 3 layak

1< 2 Cukup layak

= 1 Kurang layak

3.4.3 Instrumen Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk menilai segala aktivitas siswa saat proses pembelajaran. Data yang diperoleh dari lembar observasi merupakan hasil belajar pada aspek psikomotorik dan afektif siswa. Kriteria instrumen lembar observasi adalah valid dan reliabel. Validitas lembar observasi adalah validitas isi, maka penentuanv alid tidaknya divalidasi oleh pembimbing atau ahlinya (Expert Judgement), tidak dihitung, dilakukan sebelum uji coba. Reliabilitas lembar observasi dilakukan sesudah uji coba, penentuan reliabilitas menggunakan reliabilitas antar penilai atau observer (Inter Raters Reliability).

3.4.4 Instrumen Lembar Angket

Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap diktat yang dikembangkan oleh peneliti yaitu diktat praktikum berbasis Guided Discovery–Inquirybervisi SETS.

Kriteria instrumen bentuk angket adalah valid dan reliabel. Validitas lembar angket adalah validitas isi, maka penentuan valid tidaknya divalidasi oleh


(68)

pembimbing atau ahlinya (Expert Judgement). Reliabilitas lembar angket ditentukan denganCronbach–alpha.

= 1

Rumus untuk mencari varian total adalah:

=

( ).

Rumus untuk mencari varians tiap butir adalah:

=

( ).

Keterangan:

= Reliabilitas instrumen = Banyaknya butir pertanyaan = Jumlah varians butir

= Varians total

= Jumlah keseluruhan nilai responden = Jumlah nilai suatu aspek

= Banyaknya responden

Hasil analisis diperoleh dibandingkan dengan nilai ( %: ). Butir angket

dinyatakan reliabel jika > ( %: ). 3.4.5 Instrumen Portofolio

Lembar portofolio berupa laporan praktikum secara individu setelah melaksanakan praktikum dan laporan hasil diskusi siswa secara kelompok.

Kriteria instrumen portofolio adalah valid dan reliabel. Validitas instrumen portofolio adalah validitas isi, maka penentuan valid tidaknya divalidasi oleh pembimbing atau ahlinya (Expert Judgement).


(69)

3.5

Metode Analisis Data

3.5.1 Data Validasi Ahli terhadap Diktat Praktikum SMA BerbasisGuided Diccovery -InquiryBervisi SETS

Data angket mengenai penilaian validitas oleh pakar terkait kualitas petunjuk praktikum dianalisis dengan kriteria:

Skor 4 = Sangat baik Skor 3 = Baik

Skor 2 = Cukup baik Skor 1 = Kurang baik

Kemudian data yang telah diberi skor kemudian dianalisis dengan menghitung rerata masing-masing komponennya. Kriteria penilaian setiap komponennya disajikan dalam tabel 3.5 berikuti ini.

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Setiap Komponen Diktat

Rata- rata skor Kritera

3< 4 Sangat baik

2< 3 Baik

1< 2 Cukup baik

= 1 Kurang baik

Sedangkan untuk menentukan seberapa valid model diktat praktikum maka digunakan kriteria penilaian skor total seperti pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kriteria Total Penilaian Tahap II terhadap Diktat

Rata- rata nilai kelas Kritera

186< 228 Sangat layak

143< 186 Layak

100< 143 Cukup layak


(70)

3.5.2 Data Hasil Belajar

3.5.2.1. Hasil Belajar pada Aspek Psikomotorik dan Afektif Kriteria penilaian aspek melakukan pengamatan/observasi adalah: Skor 4 = Sangat baik

Skor 3 = Baik Skor 2 = Cukup baik Skor 1= Kurang baik

Kemudian data yang telah diberi skor kemudian dianalisis dengan menghitung rerata masing-masing aspeknya. Kriteria penilaian setiap aspeknya disajikan dalam tabel 3.7 berikuti ini.

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Tiap Aspek Psikomotorik dan Afektif

Rata- rata skor Kritera

3< 4 Sangat Tinggi

2< 3 Tinggi

1< 2 Cukup Tinggi

= 1 Rendah

Sedangkan untuk mengetahui nilai psikomotorik dan afektif siswa setelah menggunakan model diktat praktikum maka digunakan kriteria penilaian skor total seperti pada tabel 3.8, 3.9 dan 3.10.

Tabel 3.8 Kriteria Hasil Rata-rata Nilai Psikomotorik Praktikum

Rata- rata nilai kelas Kritera

35< 44 Sangat baik

27< 35 Baik

19< 27 Cukup baik


(1)

(2)

ANALISIS HASIL TANGGAPAN SISWA PADA UJI COBA SKALA LUAS

No

. Kode

Skor Setiap Aspek

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 juml

ah Skor maksi -mal Ketera -gan

1 R-01 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 3 4 3 51 60

Sangat layak

2 R-02 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 42 60 Layak

3 R-03 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 44 60 Layak

4 R-04 3 2 3 3 4 3 2 2 4 3 3 3 3 4 2 44 60 Layak

5 R-05 3 3 3 2 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 48 60 Layak

6 R-06 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 45 60 Layak

7 R-07 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 49 60

Sangat layak

8 R-08 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 2 46 60 Layak

9 R-09 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 51 60

Sangat layak

10 R-10 3 2 4 3 4 2 2 3 3 4 3 2 3 4 2 44 60 Layak

11 R-11 2 2 4 3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 45 60 Layak

12 R-12 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 3 47 60 Layak

13 R-13 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 56 60

Sangat layak

14 R-14 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 50 60

Sangat layak

15 R-15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 45 60 Layak

16 R-16 3 2 3 2 2 2 3 2 4 3 3 3 2 3 2 39 60 Layak

17 R-17 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 41 60 Layak

18 R-18 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 55 60

Sangat layak

19 R-19 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 2 3 3 3 50 60

Sangat layak

20 R-20 3 2 3 2 2 2 3 2 4 3 3 3 2 3 2 39 60 Layak

21 R-21 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 38 60 Layak

22 R-22 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 45 60 Layak

23 R-23 3 3 4 3 4 4 3 4 3 3 2 2 3 2 3 46 60 Layak

24 R-24 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 42 60 Layak

25 R-25 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 43 60 Layak

26 R-26 4 3 4 3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 4 4 48 60 Layak

27 R-27 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 46 60 Layak

28 R-28 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 42 60 Layak

29 R-29 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 38 60 Layak

30 R-30 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 45 60 Layak

jumlah 92 83 99 89 104 88 88 87 99 96 88 82 86 99 84 1364 Rata-rata tiap

aspek 3,1 2,8 3,3 3 3,5 3 3 2,9 3,3 3,2 3 2,7 2,9 3,3 2,8

6 2 9 3 18 5 3 6 10 7 3 0 3 10 5

20 19 21 21 8 18 22 15 19 22 22 22 10 19 14

4 9 0 4 4 7 5 9 1 1 5 8 7 1 11

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jumlah siswa yang menyatakan sangat layak

7

Jumlah siswa yang menyatakan layak 23

Rata-rata penilaian secara klasikal 46

(Layak)

Kriteria penilaian

48

<

60

=

Sangat layak

37

<

48

=

Layak

26

<

37

=

Cukup layak


(3)

Lampiran 48

DOKUMENTASI

Gambar 1. Uji Keterbacaan Diktat Gambar 2. Uji Keterlaksanaan Diktat

Gambar 3. Diskusi di Kelas Gambar 4. Praktikum Penyangga


(4)

(5)

(6)