EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INTEGRASI TANAMAN DENGAN TERNAK RUMINANSIA (STUDI KASUS: KELOMPOK TANI PEMUDA SETIA, JORONG BALAI RUPIH, NAGARI SIMALANGGANG, KECAMATAN PAYAKUMBUH, KABUPATEN LIMA PULUH KOTA).

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INTEGRASI
TANAMAN DENGAN TERNAK RUMINANSIA (STUDI
KASUS: KELOMPOK TANI PEMUDA SETIA, JORONG
BALAI RUPIH, NAGARI SIMALANGGANG, KECAMATAN
PAYAKUMBUH, KABUPATEN LIMA PULUH KOTA)

SKRIPSI

Oleh

DYAH RAHMYDA
0910222025

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2014
1

BALAI RUPIH, NAGARI SIMALANGGANG, KECAMATAN
PAYAKUMBUH, KABUPATEN LIMA PULUH KOTA)


ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai September 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Program Integrasi
Tanaman–Ternak Ruminansia oleh instansi pemerintah, dan pelaksanaan program
di dalam kelompok. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan Program
Integrasi Tanaman-Ternak Ruminansia secara teknis manajemen telah merujuk
kepada petunjuk-petunjuk yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan. Dari dua
belas kategori pelaksanaan Program Integrasi Tanaman-Ternak Ruminansia,
delapan kategori telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dan
empat kategori lagi belum dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan.
Namun dalam substansi program pelaksanaan integrasi baru sebatas kandang
koloni yang berada pada lokasi sama, sedangkan untuk pengelolaan sapi, dan
pengelolaan tanaman yang diintegrasikan masih dilakukan secara sendiri-sendiri
oleh anggota kelompok tani. Hasil penelitian ini menyarankan evaluasi
pelaksanaan Program Integrasi Tanaman-Ternak Ruminansia perlu dilanjutkan
dengan meneliti bagaimana program integrasi yang seharusnya mulai dilakukan
mulai dari pengelolaan tanaman, pengelolaan hewan, dan pengintegrasian

keduanya secara berkelompok agar keuntungan dan risiko dapat ditanggung
bersama oleh anggota kelompok.
Kata kunci: integrasi tanaman-ternak, evaluasi, pelaksanaan program

EVALUATION OF THE IMPLEMENTATION OF CROP AND
RUMINANT LIVESTOCK INTEGRATION PROGRAM (CASE
STUDY: FARMER’S GROUP PEMUDA SETIA, JORONG
12

BALAI RUPIH, NAGARI SIMALANGGANG, PAYAKUMBUH
SUBDICTRICT, LIMA PULUH KOTA DISTRICT)

ABSTRAK

This reseach was conducted from August to September 2013. Study aimed
at evaluating the implementation of crop-ruminant livestock integration program
by government agencies, and the implementation of programs within the group.
The method used in this research is descriptive qualitative method. The results
showed that the implementation of crop-ruminant livestock integration program
management has technically refer to the guidances issued by the Department of

Animal Husbandry. Of the twelve categories in the implementation of cropruminant livestock integration program, eight categories have been implemented in
accordance with the procedures while other four categories have not been carried
out in accordance with the guidelines. However, the implementation of integration
programs in essence were limited to merely a colony cages at the same location,
whereas for cattle management and integrated crop management were done
individually by member of farmer groups. The results of this study suggest the
evaluation of the implementation of crop-ruminant livestock integration program
need to continue to examine how the integration program is supposed to be
implemented starting from crop management, animal management, and integration
of both in groups so that the benefits and risks can be shared by group members.
Keyword: crop and ruminant livestock integration, evaluation, implementation
program

13

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Sebagai salah satu bagian dari pembangunan ekonomi, pembangunan

pertanian berkelanjutan harus diperhatikan. Pembangunan berkelanjutan adalah
pembangunan pertanian yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sekarang,
tanpa menurunkan atau merusak kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya (Dahuri, 1998).
Pembangunan pertanian berkelanjutan memiliki tiga aspek yang saling
terintegrasi yaitu: ekonomi, sosial, dan ekologi. Aspek

ekonomi mencakup

pertumbuhan yang berkesinambungan, dan efisiensi modal. Aspek sosial
mencakup pemerataan, mobilitas sosial, partisipasi dan pemberdayaan. Aspek
ekologi mencakup integrasi ekosistem, sumberdaya alam, keanekaragaman hayati,
dan daya dukung lingkungan (Dahuri, 1998).
Sistem pertanian terpadu merupakan antitesis dari sistem pertanian masa
lalu yang menggunakan input luar tinggi, yang hanya mementingkan produktivitas
lahan. Pada akhirnya sistem ini akan menjadi eksploitasi sumber daya dan akan
mengakibatkan degradasi lingkungan. Kesadaran ini menjadi acuan bahwa untuk
keberlanjutan sistem usahatani yang menggunakan input luar rendah menjadi

pilihan yang harus dikembangkan, karena dengan input luar rendah,
keseimbangan alam akan terjaga (Reijntjes, dkk, 1999).
Salah satu sistem pertanian terpadu yang dapat mendukung pembangunan
pertanian di wilayah pedesaan adalah sistem integrasi tanaman dengan ternak
(ITT). Integrasi tanaman dengan ternak ini adalah keadaan dimana terdapatnya
keterkaitan yang saling menguntungkan antara tanaman dengan ternak, baik itu
secara langsung maupun tidak langsung. Saling keterkaitan inilah yang akan
menjadi tumpuan bagi masyarakat pedesaan untuk mengembangkan usahataninya
dan meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat desa (Pasandaran, dkk,
2005).
ITT merupakan pengelolaan tanaman dengan ternak secara bersamaan
untuk mendapatkan hasil yang maksimal, bagian yang terdapat di dalamnya
adalah budidaya tanaman dan ternak serta pengolahan limbah. Pengolahan
kotoran hewan menjadi pupuk kompos. ITT sangat cocok digunakan pada lahan
1

yang sempit, sistem integrasi ini merupakan penerapan sistem usahatani dengan
pendekatan terpadu dengan input luar rendah antara tanaman dengan ternak.
“Dengan mengintegrasikan tanaman dan ternak dalam suatu sistem
usahatani terpadu, petani dapat memperluas dan memperkuat sumber pendapatan

sekaligus menekan risiko kegagalan usaha” (Kusnadi, 2008). Pendapatan utama
tidak hanya dari usahatani saja namun juga dari sektor peternakan. Sektor
peternakan juga dapat dijadikan simpanan agar suatu saat jika terjadi risiko
kegagalan usahatani, ternak dapat menjadi salah satu alternatif penyelesaiannya.
Penggunaan ternak dalam usahatani di Indonesia sebenarnya telah lama di
terapkan. Peran ternak dalam usahatani tradisional di pedesaan dapat dilihat dari
penggunaan ternak dalam membajak lahan, mengangkut hasil pertanian, dan juga
sebagai sebagai pupuk tanaman semusim, Disamping itu, jika dilihat lebih jauh
ternak juga dapat berfungsi sebagai penyedia pangan hewani dan sebagai
tabungan hidup si pelaku usahatani tersebut. Oleh karena itu, ternak memberikan
andil yang sangat tinggi dalam suatu sistem usahatani. Namun masih banyak
petani yang enggan menerapkan sistem ini. Penerapan sistem ini belum dirasa
maksimal dalam usahatani di pedesaan. Padahal dengan sistem ini input dapat
diperkecil dan output dapat dimaksimalkan. Hal ini mungkin disebabkan karena
keterbatasan faktor pendidikan dan pengaruh sosial budaya (Dwiyanto, dkk,
2001).
Kesadaran

masyarakat


akan

pentingnya

pangan

yang

bergizi

mengakibatkan permintaan pangan hewani (daging, telur, dan susu) sebagai
salah satu sumber protein hewani meningkat. Disamping itu, pertumbuhan
penduduk yang tinggi, perubahan gaya hidup, dan tingkat pendidikan dan
perekonomian juga turut mempengaruhi peningkatan permintaan pangan hewani
ini.
Sampai saat ini kebutuhan masyarakat akan permintaan pangan hewani,
terutama daging sapi, belum dapat dicukupi oleh produksi dalam negeri. Untuk
mencukupinya dibutuhkan impor sapi dalam jumlah yang cukup besar.
Ketergantungan akan impor ini harus segera dicermati, terobosan penerapan
sistem inovasi dan teknologi harus segera dilakukan.

Upaya peneliti dan praktisi peternakan sejauh ini telah memberikan
beberapa solusi berupa integrasi ternak dan tanaman. Tanaman ini dapat berupa
tanaman perkebunan, tanaman pangan, dan tanaman hortikultura. Dengan
2

mengintegrasikan keduanya diharapkan bisa mendapatkan keuntungan yang
berlipat ganda. Interaksi antara tanaman dan ternak ini menguntungkan dilihat dari
sisi sisa usahatani dijadikan pakan ternak, dan sebaliknya ternak memberikan
pupuk kandang pada tanaman tersebut, sehingga hal ini mampu meningkatkan
produktivitas baik ternak maupun tanaman (Direktorat Jendral Peternakan dan
Kesehatan Hewan, 2012).
Melihat banyaknya keuntungan dari integrasi tanaman dan ternak, baik itu
dinilai dari segi tanaman maupun ternak, pemerintah melalui dinas peternakan
membuat program Pengembangan Integrasi Tanaman–Ruminansia. Konsep
integrasi tanaman ternak ini pada dasarnya adalah menempatkan atau
mengusahakan ternak ruminansia pada suatu tempat secara bersamaan tanpa
mengurangi produktivitas tanaman. Bahkan, dengan integrasi ini diharapkan
mampu menaikkan produktivitas keduanya baik itu tanaman maupun ternak itu
sendiri (Dinas Peternakan, 2012).
Program integrasi Tanaman–Ternak


Ruminansia merupakan program

nasional dalam rangka mengatasi persoalan semakin sempitnya lahan dan semakin
tingginya permintaan masyarakat akan produk ternak. Program ini diberikan
berupa dana bantuan sosial dari Kementerian Pertanian kepada kelompok tani.
Program ini harapan dapat meningkatkan produktifitas tanaman, dengan
memanfaatkan sisa hasil pertanian.
Tujuan Penyaluran Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun 2012
adalah (1) memberdayakan kelompok, melalui bantuan yang diberikan dan
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia yang ada, (2)
memberikan perlindungan dan rasa aman terhadap kelompok penerima bantuan
seperti risiko gagal panen yang tidak dapat diprediksi sebelumnya, (3)
menanggulangi kemiskinan dan (4) meringankan beban petani pasca bencana
sehingga proses produksi pertanian tetap dapat berlangsung (Direktorat Jendral
Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2012). Tujuan dari program integrasi Tanaman
– Ternak Ruminansia ini adalah mendukung tercapainya Program Swasembada
Daging Sapi Kerbau (PSDSK) (Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan
Hewan, 2012).
B.


Perumusan Masalah

3

Program Integrasi Tanaman–Ternak Ruminansia merupakan program
nasional dalam rangka mengatasi persoalan semakin sempitnya lahan dan semakin
tingginya permintaan masyarakat akan produk ternak. Program ini merupakan
dana bantuan sosial dari kementerian pertanian kepada kelompok tani. Hal ini
dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan produktifitas tanamandan ternak
secara terintegrasi. Di Sumatra Barat, program ini sudah dilaksanakan di
Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Di Kabupaten Lima
Puluh Kota, Kelompok Tani Pemuda Setia merupakan kelompok yang
melaksanakan Program Integrasi Tanaman–Ternak Ruminansia pada tahun 2012.
Efektifitas suatu program antara lain ditentukan oleh pelaksanaannya.
Pelaksanaan program yang tidak baik bisa menggagalkan pencapaian tujuan
program. Sejauh ini belum ada penelitian mengenai evaluasi pelaksanaan progran
ITT. Namun demikian penelitian pelaksanaan berbagai program pemerintah
mengindikasikan banyaknya masalah.
Menurut Hasanah (2009), pelaksanaan program penguatan modal usaha

kelompok (PMUK) secara umum pada penyaluran dan pengawasan dana sudah
sesuai dengan petunjuk teknis, namun dalam hal pembinaan dan pengendalian
dana masih belum sepenuhnya sesuai dengan petunjuk teknis. Pihak dinas hanya
mengawasi sampai pelaksanaan dana ke kelompok, sehingga pemanfaatan dana
tidak sesuai dengan perencanaan dan perguliran dana masih terjadi pada individu
yang berada dalam kelompok
Penelitian Frihana (2010), mendapatkan ketidaksesuaian pelaksanaan
program kredit mikro nagari (KMN) dengan juknis. Hal ini disebabkan karena
juknis yang telah dibuat oleh kabupaten tidak sesuai dengan kondisi nagari yang
berbeda beda, sehingga aturan-aturan yang ada dalam juknis memang tidak bisa
diimplementasikan di lapangan.
Menurut Azhari (2010), pelaksanaan program Pengembangan usaha
agribisnis pedesaan (PUAP) tidak berjalan dengan baik, karena tidak semua
petunjuk teknis dilaksanakan di lapangan. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh
masalah penyuluh pendamping tidak melakukan peranannya secara baik. Penyelia
Mitra Tani (PMT) yang hanya satu dengan wilayah kerja yang luas, sosialisasi
yang dilakukan belum dipahami secara baik, tidak semua pinjaman disalurkan

4

untuk kegiatan usaha, tim teknis yang tidak melakukan pertemuan secara reguler
dengan petani.
Bertitik tolak dari pemasalahan di atas diperlukan suatu penelitian evaluasi
yang mengkaji bagaimana Program Integrasi Tanaman–Ternak Ruminansia
dilaksanakan. Bagaimana program ini dilaksanakan oleh instansi teknis
pemerintah dan bagaimana program ini dilaksanakan pada tingkat kelompok, serta
apa hasil yang didapatkan sejauh ini?
Dengan demikian peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program
Ruminansia Pada

Integrasi Tanaman–Ternak

Kelompok Tani Pemuda Setia, Jorong Balai Rupih,

Nagari Simalanggang, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh
Kota”

C.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah

untuk

mengevaluasi pelaksanaan program Integrasi Tanaman–Ternak Ruminansia oleh
instansi pemerintah, dan pelaksanaan program di dalam kelompok.

D.

Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan bisa untuk pengembangan ilmu pengetahuan

mengenai implementasi program yang melibatkan kegiatan kelompok.
2. Bagi kelompok tani pemuda setia adalah agar menjadi pertimbangan untuk
melaksanakan program kedepannya.
3. Bagi pemerintah agar dapat sebagai bahan evaluasi program dalam

menjalankan program yang serupa dimasa yang akan datang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Evaluasi Program
1. Pengertian Evaluasi Menurut Ahli
Kata evaluasi berasal dari kata evaluation yang berarti penilaian atau
penaksiran. Evaluasi merupakan kegiatan terencana untuk mengetahui keadaan
suatu objek, dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan
5