ANALISIS VISUAL MASJID BAITURRAHMAH (DERMAYU)DESA DERMAYU KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU.

(1)

ANALISIS VISUAL MASJID BAITURRAHMAH (DERMAYU) DESA DERMAYU KECAMATAN SINDANG

KABUPATEN INDRAMAYU

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh :

YOGI ADE TRIANA 0901276

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

ANALISIS VISUAL MASJID BAITURRAHMAH (DERMAYU)

DESA DERMAYU KECAMATAN SINDANG

KABUPATEN INDRAMAYU

Oleh Yogi Ade Triana

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Yogi Ade Triana 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

YOGI ADE TRIANA

ANALISIS VISUAL MASJID BAITURRAHMAH (DERMAYU) DESA DERMAYU KECAMATAN SINDANG

KABUPATEN INDRAMAYU

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Drs. Harry Sulastianto, M.Sn.

NIP. 196605251992021001

Pembimbing II

Drs. Untung Supriyanto, M.Pd.

NIP. 195210161986011001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Bandi Sobandi, M.Pd.


(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

YOGI ADE TRIANA

ANALISIS VISUAL MASJID BAITURRAHMAH (DERMAYU) DESA DERMAYU KECAMATAN SINDANG

KABUPATEN INDRAMAYU

disetujui dan disahkan oleh penguji: Penguji I

Drs. Mochamad Oscar Sastra, M.Pd.

NIP. 195810131987031001

Penguji II

Drs. Yaya Sukaya, M.Pd.

NIP. 195403031991031001

Penguji III

Drs. Hery Santosa, M.Sn.


(5)

ABSTRAK

Bentuk masjid kuno di Pulau Jawa (abad ke 15-16) merupakan abad transisi dari arsitektur Jawa-Hindu ke arsitektur Jawa-Islam sehingga diperoleh bentuk masjid yang beragam. Kabupaten Indramayu merupakan daerah pesisir Pulau Jawa yang memiliki keterkaitan dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Hal tersebut ditandai dengan adanya bangunan masjid kuno di daerah Indramayu yang memiliki umur lebih dari seratus tahun. Masjid ini diberi nama Masjid Baiturrahmah, dulunya sebelum diberi nama Masjid Baiturrahmah lebih dikenal dengan sebutan Masjid Dermayu yang diambil dari nama daerah masjid berada. Kini masjid tersebut masih tetap berdiri walau sudah mengalami pemugaran, bagian-bagian masjid seperti mustaka, soko guru, mahkota tiang segidelapan, dan lain-lain masih ada. Rumusan masalah: Bagaimana sejarah, bentuk, struktur, dan ragam hias pada Masjid Baiturrahmah Indramayu. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini, serta dengan teknik pengumpulan data seperti studi pustaka, dokumentasi, observasi, dan wawancara. Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Pijper (1984, hlm. 15) mengenai ciri-ciri masjid di Pulau Jawa, dan teori yang dikemukakan oleh Dasuki (1977, hlm. 41-42) mengenai masjid kuno di Jawa pada masa transisi Jawa-Hindu ke Jawa-Islam.

Berdasarkan hasil penelitian, ketika awal Islam masuk di Indonesia, Islam mengalami akulturasi dengan agama Hindu dalam hal seni bangunan. Hal tersebut juga terlihat pada tata kota di Indramayu yang menggunakan tata kota seperti umat Hindu pada waktu itu, dengan posisi istana berada di sebelah selatan alun-alun dan menghadap utara. Posisi masjid berada di sebelah barat, akan tetapi arah kiblatnya menghadap ke barat laut sesuai posisi Kabah dan Mekah. Bentuk masjid Baiturrahmah dulunya berbentuk denah persegi dengan penonjolan di salah satu sisi, beratap tumpang dua yang di atasnya terdapat mustaka sebagai pengganti lambang bulan bintang. Kini denah bentuk masjid menjadi persegi panjang, karena adanya peluasan ruangan, sedangkan bagian atap yang tadinya beratap tumpang dua menjadi tiga. Ragam hias pada Masjid Baiturrahmah terdapat pada mahkota tiang segidelapan, hiasan pada kayu blandar, mimbar, dan

candrasengkala, di mana sebagian besar terdapat ukiran seperti lung-lungan yang berupa hiasan berbentuk sulur atau ragam hias bentuk tumpal. Ukiran tersebut berupa jenis tumbuhan merambat di mana terdapat daun, batang, dan bunga. Dalam candrasengkala juga terdapat sebuah kaligrafi berisikan tentang riwayat pemugaran masjid yang ditulis dalam bahasa Arab dengan menggunakan kaligrafi aliran riq’ah.

Kata Kunci: Sejarah Perkembangan, Bentuk, Struktur, Ragam Hias, Arsitektur Masjid Baiturrahmah


(6)

Abstract

From the era of 15 to 16th c century, the construction of mosques in Java Island was in the transition of architecture design of Java-Hindu to Java-Islam. Therefore particular constructional design of mosques was found into the various design. Indramayu is one of coastal territorial districts in Java Island that has its relationship to the Islam movement in that era, in West Java. It can be identified from an ancient mosque in Indramayu. The mosque has its more than 100 year of ages. The name of mosque is Baiturrahmah. The name of the mosque was in some years ago, known as “Mesjid Dermayu or Indramayu Mosque”. The name of mosque was originally taken from the name of the city. Now, the mosque is still well settled even there has been its regularly reconstruction. Those re-constructional parts are in the mustaka, soko guru, ganjah mayangkara, etc. The research questions of this research were, how is the history, shape, structural, and the kind of Baiturrahmah Mosque in Indramayu. This research used the qualitative Methodology design, in an approach of literature, decomentation, observation, and interview. The research used Pijper theory (1984, Page 15) it is about the characteristics of mosque in Java Island and Dasuki’s theory (1977, pages 41-42) it is about ancient mosque in Java Island was in the transition of architecture design of Java-Hindu to Java-Islam.

Based on that research design, the result found that in the first time when Islam came to Indonesia, Islam conducted cultural acculturation with Hindu in building arts. It can be simply identified from the planological design of the city of Indramayu. The planology design of the city has followed Hindu tradition, with the position of place in the south facing the north. The position of the mosque is in the west with the position of qiblat to northwest following the Kabah and Mekah. The mosque of Baiturrhamah was firstly designed in the square form square with its bulge. The roof part of the mosque has been designed in a flat double form entails the mustaka as the subtle of moon and star icon. Now, the form of the mosque has become rectangular in shape, while the roof has additionally changed to be three in flats. The architectural design of Baiturrahmah mosque such as in kayu blandar, mimbar, and candrasengkala are mostly containing the objects as lung-lungan as the decoration of sulur and tumpal in shape. The objects of the decoration is in the style as creeped with the leaves, steak and flowers. There is also calligraphy in Candrasengkala with its contain of the history of the reconstruction of the mosque in an Arabic text constructed in the calligraphy with the trend of Riq’ah calligraphy.

The keys : The history of development, kind shapes, structures, architectural


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Sistematika Penulisan... 7

BAB II SEJARAH, BENTUK, GAYA, DAN RAGAM HIAS ARSITEKTUR MASJID... 8

A. Pengertian Arsitektur... 8

B. Arsitektur Islam ... 9

1. Sejarah Masjid ... 11

a. Sejarah Awal Masjid... 11

b. Sejarah Masjid di Indonesia ... 16

c. Sejarah Masjid di Pulau Jawa ... 20

1) Candrasengkala... 25

C. Fungsi Masjid. ... 26

D. Jenis-jenis Masjid ... 27

1. Masjid Monumen ... 27

2. Masjid Makam ... 29

3. Masjid Lapangan ... 29

4. Masjid Madrasah ... 30

5. Masjid Istana... 31


(8)

E. Arsitektur Umum Masjid ... 33

1. Struktur Ruang Masjid... 33

a. Bentuk Masjid ... 33

b. Kubah... 34

c. Mimbar... 37

d. Mihrab... 39

e. Lengkung Masjid... 40

f.Menara ... 44

g. Liwan ... 47

h. Sahn ... 47

i. Fawwarah... 48

j. Pintu masuk... 49

k. Serambi... 50

2. Ragam Hias pada Masjid... 51

a. Fungsi Ragam Hias... 53

1) Fungsi Murni Estetis ... 53

2) Fungsi Simbolis ... 53

3) Fungsi Konstruksi ... 54

b. Teknik Pembuatan Ragam Hias... 54

c. Ragam Hias Geometris... 54

d. Ragam Hias Arabesque ... 55

e. Kaligrafi... 57

f. Ragam Hias Nusantara... 62

1) Pola Ragam Hias Nusantara... 66

a) Pola Lajur Tepi... 66

b) Pola Pojok ... 67

c) Pola Memusat ... 67

d) Pola Memancar ... 67

e) Pola Bidang Beraturan... 67

f) Pola Komposisi ... 67


(9)

g. Ragam Hias Jawa Hindu ... 69

1) Ragam Hias Tumbuh-tumbuhan... 69

2) Ragam Hias Makhluk Hidup... 74

3) Ragam Hias pada Bangunan Tradisional Hindu ... 76

F. Cagar Budaya ... 93

BAB III METODE PENELITIAN ... 95

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 95

1. Waktu Penelitian ... 95

2. Tempat Penelitian... 95

B. Ruang Lingkup ... 95

C. Metode Penelitian... 95

1. Pendekatan Penelitian ... 95

2. Sumber Jenis Data ... 96

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 97

E. Metode dan Teknik Analisis Data ... 98

F. Instrumen Penelitian... 99

G. Metode dan Teknik Penyajian Hasil Data ... 100

BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN ... 101

A. Gambaran Umum Kabupaten Indramayu ... 101

1. Sejarah Perkembangan Kabupaten Indramayu ... 101

2. Letak Geografis Kabupaten Indramayu ... 102

3. Kependudukan Kabupaten Indramayu dan Sumber Mata Pencaharian ... 103

a. Jumlah Penduduk Indramayu ... 103

b. Mata Pencaharian ... 103

4. Agama ... 103

B. Sejarah Singkat Berdirinya Masjid Baiturrahmah ... 105

C. Tata Letak ... 107

D. Bangunan Luar Masjid Baiturrahmah (Dermayu) ... 108

1. Bangunan Luar Masjid Baiturrahmah ... 108


(10)

3. Lantai ... 120

4. Mihrab ... 120

5. Serambi ... 122

6. Lengkung Masjid ... 124

7. Jendela ... 125

8. Pintu ... 128

9. Menara ... 130

10.Halaman Masjid... 133

11.Gerbang... 134

12.Pagar ... 138

13.Fasilitas... 139

a. Sumber Air... 139

b. Tempat Wudu Dan Toilet... 141

c. Parkir Kendaraan ... 145

d. Gudang ... 147

E. Bagian Dalam Masjid Baiturrahmah (Dermayu) ... 149

1. Liwan... 149

2. Soko Guru ... 150

3. Mihrab ... 159

4. Mimbar... 160

5. Kaligrafi ... 166

6. Candrasengkala ... 167

7. Jam... 173

8. Lampu ... 173

9. Lemari ... 174

10.Beduk dan Kentungan ... 175

11.Pawestren... 177

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 182

A.Kesimpulan ... 182

B. Saran ... 183


(11)

LAMPIRAN ...


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaan-kebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari segi cerita maupun dalam bentuk peninggalan bersejarah lain. Negara kita juga memiliki letak strategis di persilangan jaringan lalulintas laut yang menghubungkan benua timur dan barat. Pengaruh asing yang datang ke negara kita berasal dari India, Cina, Arab, Persia, dan Eropa. Kelima kebudayaan tersebut telah membawa perubahan dalam segi agama, bahasa, maupun kesenian. Agama yang pertama kali masuk ke wilayah Nusantara adalah agama Hindu, setelah itu agama Buddha, Islam, dan yang terakhir adalah agama Kristen. Dari ke empat agama yang ada di Indonesia, keberadaan agama Islam adalah suatu hal yang menarik karena mudah diterima oleh masyarakat. Hal tersebut diungkapkan oleh Poesponegoro dan Notosusanto (2008, hlm. 20) bahwa:

Agama Islam dipandang oleh rakyat yang semua menganut agama Hindu lebih baik karena tidak mengenal kasta, Islam tidak mengenal perbedaan golongan dalam masyarakat. Daya penarik Islam bagi pedagang-pedagang yang hidup di bawah kekuasaan raja-raja Indonesia-Hindu agaknya ditemukan pada pemikiran orang kecil, Islam memberi suatu persamaan bagi pribadinya sebagai anggota masyarakat muslim. Menurut alam pemikiran agama Hindu ia hanyalah suatu makhluk yang lebih rendah derajatnya daripada kasta-kasta lain. Di dalam Islam ia merasa dirinya sama atau bahkan lebih tinggi daripada orang-orang yang bukan muslim, meskipun dalam struktur masyarakat ia masih menempati kedudukan bawahan.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam mudah dalam memasuki sendi-sendi kebudayaan di Indonesia. Agama Islam tidak mengajarkan untuk membeda-bedakan para penganutnya dari segi jabatan yang disandang. Di hadapan Tuhan jabatan tidaklah berarti, yang dinilai adalah ketaatan seseorang kepada pencipta-Nya. Masyarakat pada saat itu mudah menerima ajaran Islam, selain mudah dimengerti, mereka pun senang karena dalam Islam semua manusia itu sama derajatnya. masuknya Islam di Indonesia tidak datang secara bersamaan


(13)

2

melainkan berangsur-angsur. Seperti yang diungkapkan oleh Poesponegoro dan Notosusanto (2008, hlm. 1) bahwa:

Kedatangan Islam di berbagai daerah Indonesia tidaklah bersamaan. Kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah yang didatanginya mempunyai situasi politik dan sosial-budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya mengembangkan kekuasaannya pada sekitar abad ke-7 dan ke-8, Sejalan dengan kelemahan yang dialami kerajaan Sriwijaya, pedagang-pedagang muslim yang mungkin disertai pula oleh mubalig-mubalignya lebih berkesempatan untuk mendapatkan keuntungan dagang dan keuntungan politik. Mereka menjadi pendukung daerah-daerah yang muncul; dan yang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak Islam ialah Samudra Pasai di pesisir timur laut Aceh, Kabupaten Lhok Seumawe atau Aceh Utara kini. Munculnya daerah tersebut sebagai kerajaan Islam yang pertama-tama di Indonesia diperkirakan mulai abad ke-13.

Uraian di atas menjelaskan bahwa proses Islamisasi di Indonesia memang berjalan cukup lama. Dalam menyebarkan Islam para pedagang muslim menunggu waktu yang tepat untuk menjalankan politiknya, yaitu proses Islamisasi. Hasil dari proses Islamisasi tersebut memunculkan kerajaan bercorak Islam di Indonesia yang pertama pada abad ke-13, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Kerajaan tersebut terus berkembang dan berhasil mencapai puncak kekuasaannya hingga abad ke-16.

Islam diperkirakan masuk ke Pulau Jawa pada abad ke-14, tepatnya sejak berdirinya Kerajaan Demak pada tahun 1470-1475. Kerajaan tersebut terus memperluas kekuasaannya ke arah barat, di sepanjang pesisir utara Jawa. Menurut Tjandrasasmita (2009, hlm. 164) bahwa:

Penyebaran Islam ke arah barat, yaitu di sepanjang pesisir utara Jawa bagian barat, juga erat kaitannya dengan politik Kesultanan Demak. Anatara kedua kesultanan itu sejak semula sudah ada hubungan kekerabatan. Dari segi politik, penyebaran Islam di pesisir utara Jawa bagian barat itu lebih jelas pada waktu Kesultanan Banten sudah berdiri. Penyerangan ke pelabuhan utama Kerajaan Sunda Pajajaran terjadi tahun 1527 oleh tentara gabungan dari Demak, Cirebon, dan Banten. Penguasaan Islam tersebut jelas membendung pengaruh Portugis yang sudah menduduki Malaka sejak tahun 1511. Dengan demikian, perdagangan internasional dan regional dari daerah Maluku ke pelabuhan-pelabuhan sepanjang pesisir utara Jawa melalui Selat Sunda, menjadikan Kesultanan-kesultanan tersebut dapat leluasa untuk menyingkirkan lalu lintas perdagangan melalui Selat Malaka yang sudah berada di tangan kekuasaan Portugis.


(14)

3

Runtuhnya Kerajaan Pajajaran mengakibatkan munculnya kerajaan bercorak Islam di daerah Jawa Barat. Kerajaan Islam yang berkuasa seperti Demak, Banten, dan Cirebon berhasil menguasai pelabuhan-pelabuhan penting yang digunakan oleh Kerajaan Pajajaran dengan Portugis sebelumnya, dengan diambil alihnya pelabuhan tentu saja kerajaan Islam yang memegang kendali perdagangan di pesisir utara Jawa dan tidak menutup kemungkinan di daerah-daerah pesisir utara Jawa sudah menganut agama Islam. Seperti yang diungkapkan oleh Dasuki (1996, hlm. 112) bahwa:

Bagi daerah Indramayu khususnya yang selama ini merupakan bagian dari kerajaan Sunda-Hindu telah beralih menjadi bagian dari awal kerajaan Jawa-Islam yang mau tidak mau akan membawa perubahaan menyeluruh terutama yang menyangkut sosial-budaya.

Uraian di atas menjelaskan bahwa sebelum Kerajaan Demak menguasai pesisir utara Jawa Barat, khususnya pelabuhan Cimanuk-Indramayu, Indramayu merupakan bagian dari kerajaan Sunda yang saat itu berkuasa, yaitu kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu.

Sejak tahun 1525-1527 penduduk pelabuhan Cimanuk-Indramayu mengalami proses Islamisasi yang dilakukan oleh Wiralodra yang merupakan putra ketiga dari Kerajaan Bagelen di bawah kekuasaan kerajaan Demak. Beliau mendapat perintah dari kerajaan Demak untuk menguasai pelabuhan Cimanuk. Sejak saat itu penduduk pelabuhan Cimanuk beragama Islam. Untuk memenuhi kewajiban antara manusia dengan pencipta-Nya, maka dibangunlah sebuah tempat peribadatan yang arsitekturnya disesuaikan dengan daerah tersebut.

Situmorang (1993, hlm. 19) mengungkapkan bahwa:

Negara-negara yang mengalami pengaruh kesenian Islam, hampir dapat kita sebutkan bahwa bidang seni bangunan (arsitektur) adalah merupakan salah satu bidang seni yang mendapat perhatian utama, sehingga bidang seni bangunan ini menjadi tumpuan perhatian di antara bidang seni Islam lainnya, hal ini tidak lain disebabkan bahwa seni bangunan merupakan faktor yang utama dalam memenuhi kebutuhan sarana ibadah dalam agama Islam. Di mana agama Islam mendapat tempat berpijak untuk mengembangkan ajaran-ajaranya, maka sarana bangunan sebagai tempat pelaksanaan itu yang pertama-tama dibangun.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, masjid adalah sarana pertama yang dibangun oleh umat Islam karena selain merupakan tempat ibadah dan dakwah,


(15)

4

juga sebagai tempat mengajarkan ajaran-ajaran Islam. Setelah sarana bangunan utama didirikan, sarana bangunan lain pun dibangun, seperti tempat tinggal, rumah sakit, pasar, dan sebagainya. Bangunan-bangunan tersebut dibangun apabila masjid sudah didirikan.

Bentuk masjid kuno di Jawa (abad 15-16) sangat menarik karena pada abad tersebut merupakan abad transisi dari arsitektur Hindu ke arsitektur Jawa-Islam sehingga diperoleh bentuk masjid yang beragam. Masjid di Jawa menunjukkan keragaman dan kekhasan dalam bentuk arsitekturnya. Hal tersebut disebabkan akulturasi dari unsur-unsur kebudayaan Islam yang masuk ke Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh Handinoto (2010, hlm. 152) bahwa:

Masjid kuno Jawa sebagai tempat ibadah kaum Muslim, tentunya sangat erat hubungannya dengan awal masuk dan berkembangnya agama Islam di Nusantara. Ada tiga buah teori tentang awal masuknya Islam ke Nusantara. Pertama, adalah teori Arab. Teori ini menyatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara, dibawa oleh pedagang yang berasal dari Arab (tepatya Hadramaut) atau Timur Tengah. Kedua, adalah teori India. Teori ini menyatakan bahwa Islam yang datang ke Nusantara berasal dari India. Dan ketiga adalah teori Cina. Teori ini menyatakan bahwa Islam yang masuk ke Nusantara (terutama di pulau Jawa), dibawa oleh komunitas Cina-Muslim.

Namun, tidak semua masjid yang ada di Indonesia mengikuti gaya arsitektur luar. Masjid di Indonesia ada yang menggunakan arsitektur Jawa, Seperti Masjid Demak, Kasepuhan Cirebon, dan Baiturrahmah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Masjid Dermayu. Dari namanya sudah jelas bahwa masjid ini berasal dari Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. Berdasarkan sumber yang diperoleh dari Bapak Tjasmita (Wawancara, 2013) selaku ketua DKM Baiturrahmah, disebutkan bahwa masjid ini berdiri tahun 1527 M bertepatan dengan hari jadi Indramayu. Masjid Dermayu ini bergaya arsitektur Jawa-Islam dengan ciri khas mempunyai atap tumpang. Atap tumpang merupakan gaya arsitektur masyarakat Jawa seperti yang diungkapkan oleh Dasuki (1977, hlm. 41-42) bahwa:

Bentuk masjid di Jawa disesuaikan dengan bentuk bangunan ala Hindu, beratap susun tiga atau lima dengan serambi (pendapa) di depannya. Di bagian depan ada kolam air, tempat orang mencuci kaki. (di daerah Indramayu biasanya ada balong di samping tempat orang mengambil air wudlu dan sebagainya). Di puncak atap biasanya ada “memolo”. Memolo itu bentuknya


(16)

5

hampir menyerupai mahkota raja di zaman Hindu, atau memang sengaja dibuat demikian sebagai lambang kerajaan.

Berdasarkan observasi awal, Masjid Dermayu menggunakan atap tumpang susun tiga dengan mustaka menyerupai mahkota raja di zaman Hindu di atasnya. Atap tersebut memang sengaja dibuat sedemikian rupa sehingga masyarakat tidak begitu merasakan adanya perbedaan-perbedaan yang begitu mencolok antara agama yang dipeluk oleh masyarakat dengan agama baru yang menggantikannya.

Berdasarkan penelusuran terhadap jurnal ilmiah dan skripsi di lingkungan Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia, penulis belum menemukan penelitian yang mengupas tentang analisis visual dan makna ornamen hias pada masjid Baiturrahmah (masjid Dermayu). Oleh karena itu, penulis sangat tertarik untuk meneliti aspek visual yang terdapat di masjid tersebut terutama dari segi sejarah, arsitektur, dan ornamen. Hal-hal tersebut akan dikaji lebih mendalam dan dituangkan pada skripsi dengan judul “ANALISIS VISUAL MASJID

BAITURRAHMAH (DERMAYU) DESA DERMAYU KECAMATAN

SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana sejarah perkembangan arsitektur Masjid Baiturrahmah di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu?

2. Bagaimana bentuk dan struktur Masjid Baiturrahmah di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu?

3. Bagaimana ragam hias dan makna yang terdapat pada bangunan Masjid Baiturrahmah di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu?


(17)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengetahui sejarah pendirian dan perkembangan arsitektur Masjid Baiturrahmah di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu. 2. Memahami karakter bentuk dan struktur Masjid Baiturrahmah di Desa

Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu.

3. Memperoleh gambaran ragam hias dan makna yang terdapat pada bangunan Masjid Baiturrahmah di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1. Penulis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis. Manfaat yang diharapkan, yaitu (1) menambah wawasan tentang arsitektur masjid, khususnya arsitektur Masjid Baiturrahmah di Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, (2) memperdalam apresiasi dan rasa cinta terhadap karya seni arsitektur, khususnya arsitektur masjid, (3) terjalinnya kerjasama antara peneliti, lembaga pendidikan, lembaga pemerintahan, arsitek, seniman dan apresiator.

2. Jurusan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia, yaitu dapat dijadikan bahan perbendaharaan ilmu kesenirupaan khususnya sebagai bahan perbandingan bentuk bangunan masjid masa Jawa Hindu dengan Masjid Baiturrahmah.

3. Pembaca secara umum

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca secara umum, yaitu mampu memperdalam apresiasi dan rasa cinta terhadap karya arsitektur, khususnya arsitektur masjid dan dapat menjadi bahan rujukan atau dokumentasi bagi keperluan-keperluan yang relevan.


(18)

7

4. Pengembangan ilmu pengetahuan dan seni

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi ilmu pengetahuan dan seni, yaitu dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan seni bangunan (arsitektur), khususnya arsitektur masjid.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika dalam penulisan skripsi ini terjabar dalam uraian di bawah. Berikut adalah sistematika yang penulis gunakan.

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, lokasi penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini mengungkapkan landasan-landasan teori yang digunakan dan menjadi acuan bagi penulis dalam menyusun skripsi, dan diuraikan pula mengenai buku-buku yang relevan untuk masalah yang dikaji.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan kegiatan serta cara-cara yang penulis tempuh dalam melakukan penelitian dan mendapatkan sumber-sumber yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji.

4. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Bab ini menguraikan hal-hal yang berhubungan dengan seluruh hasil penelitian yang diperoleh penulis. Di dalamnya berisi tentang perkembangan sejarah Masjid Baiturrahmah, bentuk dan struktur Masjid Baiturrahmah, ragam hias pada Masjid Baiturrahmah, dan pemecahan masalah yang dikaji dalam skripsi.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini data merupakan bagian terpenting, agar data memperoleh kualitas dan validitas yang memadai, maka penulis pengumpulan data dlakukan dengan menggnakan metode, teknik, dan instrumen tertentu

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 6 bulan. Dimulai pembuatan proposal, pengumpulan data, serta perizinan yang berlaku dari bulan Januari hingga Mei 2014.

2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Kabupaten Indramayu, tepatnya di Kecamatan Sindang, Desa Dermayu di mana terdapat Masjid Baiturrahmah (Dermayu) sebagai objek penelitian. Untuk dapat mencapai Masjid tersebut bisa menggunakan alat transportasi darat, baik kendaraan pribadi atau umum, jarak tempuh dari Bandung sekitar 4 jam perjalanan menggunakan kendaraan bermotor.

B. Ruang Lingkup

Pada penelitian ini mencakup sejarah pendirian masjid dengan perubahan-perubahannya, arsitektur masjid, dan ornamen yang terdapat pada masjid ini.

C. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian skripsi tentang Masjid Baiturrahmah (Dermayu) Desa Dermayu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Indramayu, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini penulis menggunakan beberapa pendekatan yaitu bentuk, fungsi dan makna. Pendekatan secara historis dipakai dalam asal mula Masjid Baiturrahmah ini dibangun dan perubahan-perubahan di dalamnya, sedangkan pendekatan bentuk


(20)

96

estetik, dikomparasikan dengan daerah lain sehingga terlihat benang merah asal mengenai awal bentuk.

.

2. Sumber Jenis Data

Jenis data penelitian adalah kualitatif, data yang dinyatakan dalam kata-kata, kalimat, narasi, uraian dan berbagai bentuk pemahaman lainnya. Secara konkret data dikumpulkan terdiri atas rekaman hasil-hasil wawancara dengan para informan dan sketsa. Data juga dikumpulkan melalui observasi dan dokumen-dokumen lain yang dianggap perlu.

Untuk memperoleh data diatas, peneliti ini menggunakan dua sumber data, yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah para informan dan foto, sedangkan data sekundernya berupa buku-buku teks dan artikel di internet.

a. Data Primer

Dalam memperoleh data primer penulis langsung mengambil data tanpa pihak kedua yaitu dengan cara berinteraksi langsung dengan objek yang diteliti, yaitu: 1) Data visual berupa foto Masjid Baiturrahmah dan ragam hiasnya serta gambar

sketsa untuk membuktikan dari hipotesis yang ada.

2) Hasil data wawancara dari informan tokoh masyarakat yang mengetahui seluk beluk mengenai objek yang diteliti, yaitu bisa dilihat di tabel berikut.

Tabel 3.1

Daftar Informan yang Memberikan Data

No Nama Umur Alamat Pendidikan Pekerjaan No Hp

1 H. Tjaswita 64 Jl. Dharma Ayu Rt. 09/03 Ds.

Dermayu

SMA DKM

(Sekretaris) 2006-2012

08122306572

2 Sa’adun 47 Jl. Dharma Ayu Rt. 09/03 Ds.

Dermayu

- Juru Kunci Masjid

1989-Sekarang

-

3 Suwardi 59 Blok Pilang Rt. 03/01 Ds.

Baleraja

- Wiraswasta

(Tokoh Masyarakat)


(21)

97

4 Erti 38 BTN Griya

Abdikarya Blok D3 No.

8

D2 PNS 085224791155

(Sumber: Hasil Wawancara, 2013-2014)

b. Data Sekunder

Penulis mengambil berupa data dengan tidak secara langsung atau melalui pihak kedua di antaranya dokumen tertulis (buku). Selain buku sebagai sumber data, penulis juga mendapatkan sumber data tertulis lainnya yaitu berupa artikel dan tulisan dari internet mengenai Arsitektur Masjid Nusantara yang berhubungan dengan objek yang diteliti.

Data tersebut digunakan untuk mencari referensi yang menyangkut dengan penelitian yang dikaji dan sekaligus sebagai tambahan pustaka, baik dari segi sejarah arsitektur masjid secara global, sejarah arsitektur masjid Nusantara, pengaruh bangsa lain terhadap arsitektur masjid Indonesia, maupun ragam hiasnya.

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian diperlukan metode ilmiah untuk mencapai penelitian yang bisa dikatakan baik dan relevan, oleh sebab itu penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dikarenakan sesuai dengan pokok bahasan yang berupa kajian budaya seperti yang diungkapkan Moleong (Arikunto, 2010, hlm. 22) bahwa:

sumber data penelitian kualitatif adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat dalam dokumen atau bendanya.

1. Observasi

Metode ini diperlukan untuk mengamati secara langsung mengenai bangunan arsitektur Masjid Baiturrahmah di Kabupaten Indramayu, pengamatan dimaksudkan untuk mengumpulkan data secara objektif dan akurat mengenai bentuk konkret secara keseluruhan dari arsitektur Masjid Baiturrahmah di Kabupaten Indramayu. Data tersebut sebagai berikut:


(22)

98

a. Untuk memahami perkembangan sejarah Masjid Baiturrahmah (Dermayu) b. Untuk memahami karakter bangunan Masjid Baiturrahmah (Dermayu)

c. Untuk memperoleh gambaran ragam hias yang ada pada bangunan Masjid Baiturrahmah (Dermayu)

d. Untuk membuktikan adanya kesamaan atau perbedaan antara Masjid Baiturrahmah (Dermayu) dengan masjid lainnya.

2. Wawancara

Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan kepada sejumlah informan yang terdiri atas DKM Masjid Baiturrahmah, Dinas Budaya Kabupaten Indramayu, dengan cara berinteraksi secara langsung dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dianggap penting, agar memperoleh informasi mengenai Masjid Baiturrahmah (Dermayu) dari mulai sejarah, bentuk bangunan, dan ragam hias.

3. Studi Kepustakaan

Untuk melengkapi data primer yang diperoleh melalui kedua model di atas, dilakukan studi kepustakaan dengan cara membaca berbagai buku dan arikel yang berkaitan dengan materi, selain itu, studi kepustakaan menjadi metode ini karena akan mengindarkan kegiatan penduplikasian data.

4. Dokumentasi

Dokumentasi berperan sangat penting dalam suatu penelitian, karena dapat dijadikan bukti dan sumber data yang dapat dipertanggungjawabkan serta memperjelas kajian yang telah diteliti. Dokumen tersebut yaitu berupa foto-foto dan dari sumber data sekunder.

E. Metode dan Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode komparasi untuk mengetahui unsur bentuk yang terkandung di Masjid Baiturrahmah. Seperti yang diungkapkan Arikunto (2010, hlm. 6) bahwa:

Kata ‘komparasi’dalam bahasa Inggris comparation, yaitu perbandingan. Makna dari kata tersebut menunjukan bahwa dalam penelitian ini peneliti bermaksud mengadakan perbandingan kondisi yang ada di dua tempat, apakah


(23)

99

kedua kondisi tersebut sama, atau ada perbedaan, dan kalau ada perbedaan, kondisi di tempat mana yang lebih baik.

Untuk itu penulis membandingkan bentuk bagian-bagian Masjid Baiturrahmah dengan bentuk bangunan yang menyerupainya. Adapun langkah-langkah analisis bentuk yang penulis lakukan, dipaparkan sebagai berikut:

1. Menghimpun Data

Dalam pelaksanaan menghimpun data penulis menggambar ulang objek, foto-foto observasi. Hal ini dilakukan agar data diperoleh lebih lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan.

2. Menelaah Bentuk

Pada tahap ini penulis menelaah bentuk, bentuk dengan cara menggambar ulang. Kemudian dianalisis secara kualitatif berdasarkan kajian unsur rupa yang terdapat pada bentuk yang dianalisis sesuai dengan masalah penelitian yang sedang dipecahkan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian mrupakan alat yang digunakan dala penelitian untuk menghasilkan data yang diinginkan. Adapun instrumen penelitian yang penulis gunakan adalah:

1. Kerangka Pertanyaan Wawancara Dibuat dan Disertakan dalam Lampiran Kerangka ini dibuat agar dalam melaksanakan wawancara ada acuan, namun dalam prakteknya kadang tidak sesuai, dan melebar. Untuk itu penulis menyortir hasil dari wawancara tersebut.

2. Catatan, Kamera Foto, Rekaman Mp3

Dalam pengumpulan data penulis menggunakan catatan untuk memudahkan penulis dalam menghimpun data. Sedangkan foto untuk alat dokumentasi berupa gambar, serta menggunakan alat rekam berupa Mp3 dalam wawancara.


(24)

100

G. Metode dan Teknik Penyajian Hasil Data

Hasil analisis disajikan secara informal, secara deskriptif yaitu melauli kata-kata, kalimat dan bentuk narasi yang lain dan tak lupa dengan gambar, tabel, dan bagan. Secara keseluruhan hasil penelitian ini disajikan dalam lima bab.


(25)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Masjid Baiturrahmah merupakan masjid pertama yang ada di Desa Dermayu Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu. Masjid ini merupakan masjid tertua yang ada di Indramayu karena pendiriannya sama dengan berdirinya Kabupaten Indramayu, yaitu pada tahun 938 Hijriah atau tahun 1449 Saka bertepatan dengan 1527 Masehi. Dibangun oleh Raden Aria Wiralodra yang merupakan penduduk pertama di Indramayu. Beliau merupakan utusan dari Kerajaan Demak yang ditugaskan untuk menguasai pelabuhan-pelabuhan yang ada di daerah pesisir utara Jawa, guna memutus kerjasama yang dilakukan antara Kerajaan Pajajaran yang berada di pedalaman Jawa Barat dengan Bangsa Portugis, selain itu juga untuk proses Islamisasi pada daerah tersebut.

Ketika awal Islam masuk di Indonesia, Islam mengalami akulturasi dengan agama Hindu dalam hal seni bangunan. Perubahan transisi dari agama Hindu ke agama Islam tidak lantas merubah sepenuhnya, melainkan secara bertahap dan tidak meninggalkan tradisi sebelumnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat menerima dan menyesuaikan diri terhadap agama Islam yang baru masuk. Penggunaan denah tata kota yang sebelumnya digunakan oleh tradisi agama Hindu pun digunakan oleh agama Islam dengan posisi istana berada di sebelah selatan alun-alun dan menghadap utara. Posisi masjid berada di sebelah barat, akan tetapi arah kiblatnya menghadap ke barat laut sesuai posisi Kabah dan Mekah.

Bentuk dasar masjid pada awal perkembangannya di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, memiliki bentuk dasar berupa bujur sangkar dengan adanya penonjolan di satu sisi yang digunakan sebagai mihrab (penunjuk arah kiblat). Menggunakan atap tumpang dengan kelipatan ganjil. Ada juga atap yang bersusun dua pada saat itu, akan tetapi atap bersusun dua digolongkan menjadi atap bertumpang satu. Atap itu ditopang oleh empat tiang utama yang biasa disebut


(26)

183

dengan soko guru dan biasanya di bagian paling atas atap terdapat sebuah mustaka, untuk menggantikan lambang bulan bintang yang biasanya terdapat pada kubah aliran Arab. Mustaka yang pada masa Kerajaan Hindu merupakan Mahkota Raja.

Ragam hias yang terdapat pada masjid Baiturrahmah terletak pada mahkota tiang yang berbentuk segidelapan bisa disebut juga Ganjah Mayangsara. Bentuk mahkota segidelapan itu menjadi seperti piramida terbalik, mengecil di bagian bawah dan melebar di bagian atasnya. Kondisi bagian bawah yang kecil digunakan untuk menopang seluruh beban atap bangunan, pada umumnya tumpuan yang baik adalah jika bagian bawahnya yang lebar, sedangkan di masjid ini dibuat terbalik. Konstruksi ini merupakan ciri dari arsitektur Cirebon, karena Indramayu berdekatan dengan Cirebon sehingga dalam arsitekturnya mendapatkan pengaruh dari Cirebon.

Ragam hias juga terdapat juga pada candrasengkala, di mana terdapat ukiran seperti lung-lungan yang berupa hiasan berbentuk sulur menyerupai huruf S. Ukiran tersebut berupa jenis tumbuhan merambat di mana terdapat daun, batang, dan bunga, dalam candrasengkala juga terdapan sebuah kaligrafi berisikan tentang riwayat pemugaran masjid yang ditulis dalam bahasa Arab dengan menggunakan kaligrafi aliran riq’ah.

B. Saran

Pemugaran masjid secara besar-besaran yang terjadi pada tahun 1986 sebenarnya merusak, karena banyak bagian masjid yang diubah sehingga berubah total. Masjid bersejarah seharusnya dilestarikan dengan menjadikannya bangunan cagar budaya, akan tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan, disebabkan sudah berubahnya bangunan masjid. Pemugaran yang terjadi pada saat itu tidak mengikuti aturan-aturan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang tertera pada pasal 32 ayat (1) mengenai cagar budaya yang harus dilestarikan.

Pada tahun 2014 masjid ini sudah 28 tahun lamanya dari pemugaran terakhir tahun 1986 dan belum ada laginya pemugaran, tersisa 22 tahun lagi agar masjid


(27)

184

ini berusia 50 tahun dan bisa didaftarkan sebagai bangunan cagar budaya. Dilestarikannya Masjid Baiturrahmah maka akan menjadi jati diri tersendiri bagi Kabupaten Indramayu.

Memasukkan masjid tersebut sebagai bagunan cagar budaya tentu saja dapat melestarikan warisan bangunan yang sangat bersejarah di Indramayu ini, adapun jika ada kerusakan harus menggantinya dengan material yang sama dan pengerjaannya yang sama. Mengikuti UU RI tentang cagar budaya yang berlaku. Selain itu, penuis berharap adanya kepedulian dari Pemerintah Daerah untuk ikut andil dalam menjaga bangunan bersejarah ini dibantu oleh masyarakat Indramayu khusunya masyarakat di daerah lokasi masjid itu berada.

Sebagai mahasiswa Jurusan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mudah-mudahan karya tulis ini dapat dijadikan acuan teori mengenai sejarah, bentuk, dan ragam hias yang ditujukan bagi para pelaku seni rupa maupun mahasiswa lainnya yang akan meneliti mengenai arsitektur masjid sehingga dapat meningkatkan apresiasi bagi dunia pendidikan khususnya mengenai kesenirupaan.

Skripsi ini diharapkan sebagai sumber bacaan baru yang dapat bermanfaat dalam menambah khazanah atau ilmu pengetahuan kesenirupaan aristektur Masjid Baiturrahmah (Dermayu). Pada umumnya untuk seluruh Instansi Pendidikan, untuk akademisi Universitas Pendidikan Indonesia, dan khusunya bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Rupa.

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melengkapi kekuarangan pembahasan apa yang penulis tulis, sehingga keberadaan masjid bersejarah seperti Masjid Baiturrahmah tersebut baik secara historis maupun arsitektural lebih matang.


(28)

DAFTAR PUSTAKA Buku Sumber:

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indramayu (2013). Profil Daerah Indramayu 2013. Indramayu: Bappeda.

Bratakesawa, R dan Hadisoeprapta, T.K.W. (1980). Keterangan Candrasengkala.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Barliana, M. Syaom. (2010). Tradisionalitas dan Modernitas Tipologi Arsitektur Masjid. Bandung: Metatekstur.

Dasuki. (1977). Sejarah Indramayu. Indramayu: Percetakan dan Toko Buku Sudiam.

Fanani, Achmad. (2009). Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang. Faridl, Miftah. (1995). Masjid. Bandung: Penerbit Pustaka.

Gazalba, Sidi. (1994). Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Guritno, P. (1988). Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Handinoto. (2010). Arsitektur dan Kota-kota di Jawa pada Masa Kolonial. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Israr, C. (1978 a). Sejarah Kesenian Islam Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang. (1978 b). Sejarah Kesenian Islam Jilid 2. Jakarta: Bulan Bintang.

Lombard, D. (1996). Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian II: Jaringan Asia.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

PaEni, M. (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Rupa dan Desain. Jakarta: Rajawali Pers.

Pijper, G.F. (1984). Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Poesponegoro, M.J. dan Notosusanto, N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


(29)

186

Poesponegoro, M.J. dan Notosusanto, N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia

Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Rochym, Abdul. (1983). Mesjid Dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia. Bandung: Angkasa.

Situmorang, Oloan. (1993). Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan

Perkembangannya. Bandung: Angkasa.

Sugiyanti, S. dkk. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.

Sulistiono, S.S. (t.t.). Mengenal Masjid Agung Demak dan Penyebaran Islam di Jawa. Pelangi Publishing.

Tjandrasasmita, Uka. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia).

Toekio, M. Soegeng. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung: Angkasa.

Triyanto. (2001). Makna Ruang dan Penataannya dalam Arsitektur Rumah Kudus. Semarang: Kelompok Studi Mekar.

Sumber Skripsi:

Balebat, Ligar. (2011). Kajian Visual Masjid Panjunan Kota Cirebon. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Rahman, Faisal. (2010). Masjid Agung Majalaya. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sulistiyani, Sintha. (2013). Kajian Visual dan Makna Ornamen Hias pada Bangunan Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur Kabupaten Kuningan.

Skripsi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Website:

Iswanto, Danoe. (2008). Aplikasi Ragam Hias Jawa Tradisional pada Rumah Tinggal Baru [Online]. Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/ [16 Agustus 2014/13:46:26]

Supriyadi, Bambang. (2008). Kajian Ornamen pada Mesjid Bersejarah Kawasan Pantura Jawa Tengah. [Online]. Tersedia: http://www.google.com/ [11 Februari 2014/18:29:33]


(30)

187

Wardani, L.K. dan Gustinantari, A.P. (2008). Penerapan Elemen Hias Pada Interior Masjid Al Akbar Surabaya. [Online]. Tersedia:http://www.google.com/ [26 Maret 2014/09:13:42]

http://acehpedia.org/ http://api.ning.com/

http://disparbud.jabarprov.go.id/ http://infopediapk.weebly.com/ http://news.malaysia.msn.com/ http://www.beautifulmosque.com/ http://www.google.co.id/

http://www.hongkiat.com/ http://www.panoramio.com/ http://www.vam.ac.uk/ http://rumahkerajinan.com/ http://static.panoramio.com/ http://jadiberita.com/

http://www.fotografer.net/ http://static.panoramio.com/ http://stat.ks.kidsklik.com/


(1)

Yogi Ade Triana, 2014

Analisis Visual Masjid Baiturrahmah (D ermayu) D esa D ermayu Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Masjid Baiturrahmah merupakan masjid pertama yang ada di Desa Dermayu Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu. Masjid ini merupakan masjid tertua yang ada di Indramayu karena pendiriannya sama dengan berdirinya Kabupaten Indramayu, yaitu pada tahun 938 Hijriah atau tahun 1449 Saka bertepatan dengan 1527 Masehi. Dibangun oleh Raden Aria Wiralodra yang merupakan penduduk pertama di Indramayu. Beliau merupakan utusan dari Kerajaan Demak yang ditugaskan untuk menguasai pelabuhan-pelabuhan yang ada di daerah pesisir utara Jawa, guna memutus kerjasama yang dilakukan antara Kerajaan Pajajaran yang berada di pedalaman Jawa Barat dengan Bangsa Portugis, selain itu juga untuk proses Islamisasi pada daerah tersebut.

Ketika awal Islam masuk di Indonesia, Islam mengalami akulturasi dengan agama Hindu dalam hal seni bangunan. Perubahan transisi dari agama Hindu ke agama Islam tidak lantas merubah sepenuhnya, melainkan secara bertahap dan tidak meninggalkan tradisi sebelumnya. Hal ini bertujuan agar masyarakat dapat menerima dan menyesuaikan diri terhadap agama Islam yang baru masuk. Penggunaan denah tata kota yang sebelumnya digunakan oleh tradisi agama Hindu pun digunakan oleh agama Islam dengan posisi istana berada di sebelah selatan alun-alun dan menghadap utara. Posisi masjid berada di sebelah barat, akan tetapi arah kiblatnya menghadap ke barat laut sesuai posisi Kabah dan Mekah.

Bentuk dasar masjid pada awal perkembangannya di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, memiliki bentuk dasar berupa bujur sangkar dengan adanya penonjolan di satu sisi yang digunakan sebagai mihrab (penunjuk arah kiblat). Menggunakan atap tumpang dengan kelipatan ganjil. Ada juga atap yang bersusun dua pada saat itu, akan tetapi atap bersusun dua digolongkan menjadi atap bertumpang satu. Atap itu ditopang oleh empat tiang utama yang biasa disebut


(2)

Yogi Ade Triana, 2014

Analisis Visual Masjid Baiturrahmah (D ermayu) D esa D ermayu Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan soko guru dan biasanya di bagian paling atas atap terdapat sebuah mustaka, untuk menggantikan lambang bulan bintang yang biasanya terdapat pada kubah aliran Arab. Mustaka yang pada masa Kerajaan Hindu merupakan Mahkota Raja.

Ragam hias yang terdapat pada masjid Baiturrahmah terletak pada mahkota tiang yang berbentuk segidelapan bisa disebut juga Ganjah Mayangsara. Bentuk mahkota segidelapan itu menjadi seperti piramida terbalik, mengecil di bagian bawah dan melebar di bagian atasnya. Kondisi bagian bawah yang kecil digunakan untuk menopang seluruh beban atap bangunan, pada umumnya tumpuan yang baik adalah jika bagian bawahnya yang lebar, sedangkan di masjid ini dibuat terbalik. Konstruksi ini merupakan ciri dari arsitektur Cirebon, karena

Indramayu berdekatan dengan Cirebon sehingga dalam arsitekturnya

mendapatkan pengaruh dari Cirebon.

Ragam hias juga terdapat juga pada candrasengkala, di mana terdapat ukiran seperti lung-lungan yang berupa hiasan berbentuk sulur menyerupai huruf S. Ukiran tersebut berupa jenis tumbuhan merambat di mana terdapat daun, batang, dan bunga, dalam candrasengkala juga terdapan sebuah kaligrafi berisikan tentang riwayat pemugaran masjid yang ditulis dalam bahasa Arab dengan menggunakan kaligrafi aliran riq’ah.

B. Saran

Pemugaran masjid secara besar-besaran yang terjadi pada tahun 1986 sebenarnya merusak, karena banyak bagian masjid yang diubah sehingga berubah total. Masjid bersejarah seharusnya dilestarikan dengan menjadikannya bangunan cagar budaya, akan tetapi hal tersebut tidak dapat dilakukan, disebabkan sudah berubahnya bangunan masjid. Pemugaran yang terjadi pada saat itu tidak mengikuti aturan-aturan yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang tertera pada pasal 32 ayat (1) mengenai cagar budaya yang harus dilestarikan.

Pada tahun 2014 masjid ini sudah 28 tahun lamanya dari pemugaran terakhir tahun 1986 dan belum ada laginya pemugaran, tersisa 22 tahun lagi agar masjid


(3)

184

Yogi Ade Triana, 2014

Analisis Visual Masjid Baiturrahmah (D ermayu) D esa D ermayu Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini berusia 50 tahun dan bisa didaftarkan sebagai bangunan cagar budaya. Dilestarikannya Masjid Baiturrahmah maka akan menjadi jati diri tersendiri bagi Kabupaten Indramayu.

Memasukkan masjid tersebut sebagai bagunan cagar budaya tentu saja dapat melestarikan warisan bangunan yang sangat bersejarah di Indramayu ini, adapun jika ada kerusakan harus menggantinya dengan material yang sama dan pengerjaannya yang sama. Mengikuti UU RI tentang cagar budaya yang berlaku. Selain itu, penuis berharap adanya kepedulian dari Pemerintah Daerah untuk ikut andil dalam menjaga bangunan bersejarah ini dibantu oleh masyarakat Indramayu khusunya masyarakat di daerah lokasi masjid itu berada.

Sebagai mahasiswa Jurusan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), mudah-mudahan karya tulis ini dapat dijadikan acuan teori mengenai sejarah, bentuk, dan ragam hias yang ditujukan bagi para pelaku seni rupa maupun mahasiswa lainnya yang akan meneliti mengenai arsitektur masjid sehingga dapat meningkatkan apresiasi bagi dunia pendidikan khususnya mengenai kesenirupaan.

Skripsi ini diharapkan sebagai sumber bacaan baru yang dapat bermanfaat dalam menambah khazanah atau ilmu pengetahuan kesenirupaan aristektur Masjid Baiturrahmah (Dermayu). Pada umumnya untuk seluruh Instansi Pendidikan, untuk akademisi Universitas Pendidikan Indonesia, dan khusunya bagi mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Rupa.

Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan dapat melengkapi kekuarangan pembahasan apa yang penulis tulis, sehingga keberadaan masjid bersejarah seperti Masjid Baiturrahmah tersebut baik secara historis maupun arsitektural lebih matang.


(4)

Yogi Ade Triana, 2014

Analisis Visual Masjid Baiturrahmah (D ermayu) D esa D ermayu Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA Buku Sumber:

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Indramayu (2013). Profil

Daerah Indramayu 2013. Indramayu: Bappeda.

Bratakesawa, R dan Hadisoeprapta, T.K.W. (1980). Keterangan Candrasengkala.

Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Barliana, M. Syaom. (2010). Tradisionalitas dan Modernitas Tipologi Arsitektur Masjid. Bandung: Metatekstur.

Dasuki. (1977). Sejarah Indramayu. Indramayu: Percetakan dan Toko Buku

Sudiam.

Fanani, Achmad. (2009). Arsitektur Masjid. Yogyakarta: Bentang. Faridl, Miftah. (1995). Masjid. Bandung: Penerbit Pustaka.

Gazalba, Sidi. (1994). Mesjid Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Guritno, P. (1988). Wayang, Kebudayaan Indonesia dan Pancasila. Jakarta:

Penerbit Universitas Indonesia.

Handinoto. (2010). Arsitektur dan Kota-kota di Jawa pada Masa Kolonial. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Israr, C. (1978 a). Sejarah Kesenian Islam Jilid 1. Jakarta: Bulan Bintang. (1978 b). Sejarah Kesenian Islam Jilid 2. Jakarta: Bulan Bintang.

Lombard, D. (1996). Nusa Jawa: Silang Budaya Bagian II: Jaringan Asia.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

PaEni, M. (2009). Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Rupa dan Desain. Jakarta: Rajawali Pers.

Pijper, G.F. (1984). Beberapa Studi Tentang Sejarah Islam di Indonesia 1900-1950. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia

Poesponegoro, M.J. dan Notosusanto, N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia Zaman Prasejarah di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.


(5)

186

Yogi Ade Triana, 2014

Analisis Visual Masjid Baiturrahmah (D ermayu) D esa D ermayu Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Poesponegoro, M.J. dan Notosusanto, N. (2008). Sejarah Nasional Indonesia Zaman Pertumbuhan dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rochym, Abdul. (1983). Mesjid Dalam Karya Arsitektur Nasional Indonesia. Bandung: Angkasa.

Situmorang, Oloan. (1993). Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan

Perkembangannya. Bandung: Angkasa.

Sugiyanti, S. dkk. (1999). Masjid Kuno Indonesia. Jakarta: Direktorat

Perlindungan dan Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala.

Sulistiono, S.S. (t.t.). Mengenal Masjid Agung Demak dan Penyebaran Islam di Jawa. Pelangi Publishing.

Tjandrasasmita, Uka. (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: KPG

(Kepustakaan Populer Gramedia).

Toekio, M. Soegeng. (2000). Mengenal Ragam Hias Indonesia. Bandung:

Angkasa.

Triyanto. (2001). Makna Ruang dan Penataannya dalam Arsitektur Rumah

Kudus. Semarang: Kelompok Studi Mekar.

Sumber Skripsi:

Balebat, Ligar. (2011). Kajian Visual Masjid Panjunan Kota Cirebon. Skripsi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Rahman, Faisal. (2010). Masjid Agung Majalaya. Skripsi pada Jurusan

Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Sulistiyani, Sintha. (2013). Kajian Visual dan Makna Ornamen Hias pada

Bangunan Paseban Tri Panca Tunggal Cigugur Kabupaten Kuningan.

Skripsi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Website:

Iswanto, Danoe. (2008). Aplikasi Ragam Hias Jawa Tradisional pada Rumah Tinggal

Baru [Online]. Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/ [16 Agustus 2014/13:46:26] Supriyadi, Bambang. (2008). Kajian Ornamen pada Mesjid Bersejarah Kawasan

Pantura Jawa Tengah. [Online]. Tersedia: http://www.google.com/ [11 Februari 2014/18:29:33]


(6)

Yogi Ade Triana, 2014

Analisis Visual Masjid Baiturrahmah (D ermayu) D esa D ermayu Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Wardani, L.K. dan Gustinantari, A.P. (2008). Penerapan Elemen Hias Pada Interior

Masjid Al Akbar Surabaya. [Online]. Tersedia:http://www.google.com/ [26 Maret 2014/09:13:42]

http://acehpedia.org/ http://api.ning.com/

http://disparbud.jabarprov.go.id/ http://infopediapk.weebly.com/ http://news.malaysia.msn.com/ http://www.beautifulmosque.com/ http://www.google.co.id/

http://www.hongkiat.com/ http://www.panoramio.com/ http://www.vam.ac.uk/ http://rumahkerajinan.com/ http://static.panoramio.com/ http://jadiberita.com/

http://www.fotografer.net/ http://static.panoramio.com/ http://stat.ks.kidsklik.com/