KONTRIBUSI PRESTASI BELAJAR KOMPETENSI KEAHLIAN NAUTIKA DAN PRESTASI PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN BEKERJA DI KAPAL PENANGKAP IKAN: Penelitian Dilakukan Pada Siswa Kelas XII Program Keahlian NKPI SMK Negeri 2 Indramayu.

(1)

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Pembatasan Masalah ... 10

1.4. Perumusan Masalah ... 12

1.5. Tujuan Penelitian ... 12

1.6. Manfaat Penelitian ... 12

1.7. Asumsi Dasar ... 14

1.8. Definisi Operasional ... 15

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 19

2.1. Konsep Prestasi Belajar ... 19

2.1.1. Prestasi Belajar ... 19

2.1.2. Rumusan Prestasi Belajar ... 20

2.1.3. Indeks Prestasi Belajar ... 23

2.1.4. Kegunaan Prestasi Belajar ... 24

2.1.5. Teori Belajar ... 25

2.1.6. Konsep Mengajar ... 27

2.1.7. Pandangan Pragmatisme Terhadap Pendidikan ... 29

2.1.8. Pengertian Kompetensi Keahlian Nautika ... 31

2.1.9. Pengertian Standar Kompetensi ... 31

2.1.10.Standar Kompetensi Lulusan ... 32

2.1.11.Standar Kompetensi Kelompok Mata Pelajaran ... 33

2.1.12.Standar Kompetensi Keahlian Nautika ... 35

2.2. Konsep Praktek Kerja Industri ... 54

2.3. Kesiapan Bekerja Di Kapal Penangkap Ikan ... 60

2.3.1. Sikap Kerja ... 62

2.3.2. Disiplin Kerja ... 63

2.3.3. Produktivitas Kerja ... 70

2.3.4. Standar Kesiapan Bekerja Di Kapal Penangkap Ikan ... 71

2.3.5. Skema dan Format Kesiapan Bekerja Pada Standar Kompetensi Keahlian Nautika ... 73 2.3.6. Kompetensi Kunci Kesiapan Bekerja ... 74 vii


(2)

Penangkap Ikan ... 78

2.4. Paradigma Penelitian ... 80

2.5. Hipotesis Penelitian ... 81

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 82

3.1. Metode Penelitian ... 82

3.2. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 83

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 85

3.4. Teknik Pengolahan Data ... 97

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA ...104

4.1. Deskripsi Data ...104

4.2. Pengujian Persyaratan Analisis ...118

4.3. Pengujian Hipotesis ...119

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ...122

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ...129

5.1. Kesimpulan ...129

5.2. Implikasi ...130

5.3. Rekomendasi ...132

DAFTAR PUSTAKA ...135

LAMPIRAN A. Instrumen Uji Coba Penelitian ...137

LAMPIRAN B. Instrumen Penelitian ...161

LAMPIRAN C. Data Penelitian ...172

LAMPIRAN D. Struktur Kurikulum ...209


(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) pasal 3 menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang domokratis serta bertanggung jawab.

Keberhasilan suatu pendidikan, tidak terlepas dari peranan aktif dari tiga komponen utama yaitu: pemerintah, lembaga pendidikan dan masyarakat sebagai pengguna tenaga terdidik dan siap bekerja di kapal penangkap ikan. Apabila ketiga komponen tersebut bekerjasama dengan baik maka fungsi pendidikan nasional sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional akan segera tercapai, namun dalam pelaksanaannya masih banyak hal yang harus dibenahi terutama dari komponen pengelola pendidikan maupun dari kepedulian masyarakat, baik masyarakat pengguna tenaga kerja dalam hal ini dunia usaha dan industri maupun dari orang tua peserta didik.


(4)

Depdiknas (2003), menyatakan bahwa penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah:

Pertama, pengelolaan pendidikan yang bersifat sentralisitik, dimana pusat

sangat dominan dalam pengambilan kebijakan, sedangkan daerah dan sekolah lebih banyak berfungsi sebagai pelaksana kebijakan pusat. Dampak dari pola sentralistik tersebut ternyata sering terjadi kesenjangan antara kebutuhan riil di sekolah dengan kebijakan pusat. Misalnya: Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang berlaku secara nasional. Sejalan dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), keberhasilan implementasinya akan sangat ditentukan oleh konsistensi kita terhadap aturan dan standar yang telah dibuat. Dengan demikian, implementasi KTSP menuntut kemandirian guru dan kepala sekolah untuk mengkaji dan memahami standar nasional pendidikan, serta menerapkan dalam pembelajaran. Indramayu merupakan kabupaten di pantai utara Jawa Barat yang memiliki potensi sumber daya manusia dan sumber daya alam yang besar. Potensi sumber daya alam tersebut sampai sekarang belum dikelola secara optimal. Oleh karena itu harus dicarikan solusi yang tepat dengan menyusun strategi, kebijakan, program dan kegiatan yang dapat mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Strategi, kebijakan, program dan kegiatan tersebut harus terimplementasi dalam KTSP, terutama KTSP yang berkaitan dengan pengembangan program keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan, sebagai jawaban untuk mencetak sumber daya manusia di bidang perikanan tangkap yang dapat digunakan untuk memanfaatkan sumber daya alam secara optimal. Berdasarkan


(5)

Permendiknas tersebut, berarti pelaksanaan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan sangat bertolak belakang dengan hasil ujian nasional yang digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kelulusan peserta didik (Permendiknas No. 20 Tahun 2007 pasal 1).

Kedua, kebijakan penyelenggaraan pendidikan yang menggunakan

pendekatan input output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen, pendekatan ini menganggap bahwa, apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan buku, alat pelajaran, dan perbaikan sarana prasarana pendidikan lainnya dipenuhi, maka mutu pendidikan akan meningkat, namun kenyataannya di lapangan sangat kecil dampaknya terhadap hasil pembelajaran di kelas. Pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten dituntut untuk memenuhi apa-apa yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Jika tidak, maka perubahan itu tidak berdampak positif baik tentang MBS, KBK dan KTSP sehingga nasibnya akan sama seperti keterampilan proses dan CBSA, yang "layu sebelum berkembang". Misalnya: Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional (Permendiknas No. 16 Tahun 2007 pasal 1). Berkaitan program tersebut, peningkatan kompetensi guru yang dilaksanakan sangat dipaksakan sehingga hasilnya kurang optimal.

Ketiga, peran serta masyarakat pada khususnya orang tua siswa sangat

minim. Peran serta orang tua yang kurang tersebut merupakan akibat kurang adanya pemberdayaan potensi orang tua siswa dalam penyelenggaraan pendidikan. Masyarakat Indramayu yang secara ekonomi dalam kategori berpenghasilan menengah ke bawah, sehingga perhatian terhadap pendidikan masih sangat minim.


(6)

Adanya program keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan merupakan jawaban yang tepat, karena menerapkan pola disiplin dengan latihan dasar-dasar kepemimpinan.

Mutu produk pendidikan sangat erat kaitannya dengan prestasi siswa. Di antara faktor yang mempengaruhi adalah: kurikulum, proses pembelajaran, kompetensi keahlian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana prasarana, manajemen sekolah, pembiayaan, evaluasi dan kerjasama industri. Meskipun kurikulum hanya berperan sebagai pemberi arah, tujuan dan landasan filosofi pendidikan, namun kurikulum harus selalu dikembangkan sesuai dengan dinamika perkembangan IPTEK, tuntutan kebutuhan pasar kerja, serta dinamika perubahan sosial masyarakat.

Pengertian kurikulum (Oemar Hamalik, 2009: 4) dapat ditinjau dari berbagai sisi yang berbeda, yakni menurut pendapat yang baru, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Tafsiran kurikulum bersifat luas, karena kurikulum bukan hanya terdiri atas mata pelajaran, tetapi meliputi semua kegiatan dan pengalaman yang menjadi tanggung jawab sekolah.

2. Sesuai dengan pandangan ini, berbagai kegiatan di luar kelas (yang dikenal dengan ekstrakurikuler) sudah tercakup dalam pengertian kurikulum. Oleh karena itu, tidak ada pemisahan antara intra dan ekstrakurikulum.

3. Pelaksanaan kurikulum tidak hanya dibatasi pada keempat dinding kelas saja, melainkan dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas, sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.


(7)

4. Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru disesuaikan dengan kegiatan atau pengalaman yang akan disampaikan. Oleh karena itu, guru harus mengadakan berbagai kegiatan belajar mengajar yang bervariasi, sesuai dengan kondisi siswa.

5. Tujuan pendidikan bukanlah untuk menyampaikan mata pelajaran atau bidang pengetahuan yang tersusun, melainkan pembentukan pribadi anak dan belajar cara hidup di dalam masyarakat.

6. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama bekerja dalam bidang tertentu. Salah satu tujuan khususnya adalah menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia industri kapal penangkap ikan, sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi keahlian yang dipilihnya.

Pada era globalisasi dipastikan bahwa dunia industri kapal penangkap ikan membutuhkan sumber daya manusia yang sarat dengan tuntutan-tuntutan, bukan saja dasar kompetensi kejuruannya tetapi juga hal-hal yang bersifat wawasan kompetensi kejuruan yang lebih kompleks. Dengan demikian keberadaan sekolah menengah kejuruan (SMK) sebagai salah satu institusi yang menyiapkan SDM yang berkualitas dituntut untuk menyesuaikan kompetensi keahliannya dengan kondisi kebutuhan ketenagakerjaan yang ada.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum, perbaikan


(8)

sistem evaluasi, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, pelatihan guru dan pelatihan staf lainnya. Namun upaya tersebut belum menghasilkan peningkatan mutu pendidikan yang signifikan, sebagai indikator ketidakberhasilan itu adalah banyaknya lulusan SMK yang gagal memasuki lapangan kerja (tidak terserap di dunia industri).

Kompetensi keahlian sebagai substansi/materi pendidikan dan pelatihan (Diklat) diorganisasi dan dikelompokkan menjadi berbagai mata pelajaran. Jenis mata pelajaran yang telah dirumuskan, dalam pelaksanaannya dipilih menjadi program mata pelajaran normatif, mata pelajaran adaptif dan mata pelajaran produktif.

Akhir dari suatu proses pendidikan adalah dunia kerja, baik bidang akademik umum atau kejuruan. Lulusan sekolah ataupun pendidikan tinggi hendaknya mampu memasuki dunia kerja yang begitu luas, sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya (Sudradjat, 2004: 36).

Program produktif merupakan kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai pribadi yang memiliki kemampuan kompetensi keahlian di bidangnya. Program mata pelajaran produktif nautika kapal penangkap ikan diberikan agar peserta didik bisa hidup dan berkembang selaras sesuai dengan kebutuhan dunia industri kapal penangkap ikan.

Agar tamatan kompetensi keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan dapat memperoleh kemampuan yang profesional untuk melaksanakan pekerjaan dalam proses produksi perikanan tangkap, maka sekolah perlu mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain khususnya dunia industri kapal penangkap ikan.


(9)

Mengingat terdapat berbagai keterbatasan yang ada pada sekolah, maka kerja sama antara sekolah kejuruan (SMK) dengan dunia industri kapal penangkap ikan perlu dikembangkan, hal ini sejalan dengan Keputusan menteri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Nomor 232 Tahun 1997 tentang Pendidikan Sistem Ganda.

Pendidikan Sistem Ganda yaitu sistem pendidikan yang mewajibkan SMK untuk mencari industri pasangan yang bersedia bekerjasama dalam memberikan pengalaman praktek lapangan bagi siswa siswi SMK. Berkaitan dengan hal itu, dalam pengembangan kurikulum Pendidikan Sistem Ganda dengan proporsi kurikulum teori dan praktek diatur 40% untuk teori dan 60% untuk praktek (30% diselenggarakan di sekolah dan 30% pemagangan di industri). (Tedjo Narsoyo, 2010: 49).

Praktek Kerja Industri yaitu proses pembelajaran praktek yang dilaksanakan di industri atau proses pembelajaran praktek yang dilaksanakan di sekolah (unit produksi) dengan penciptaan suasana unit produksi seperti di industri.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah menyatakan bahwa kerjasama SMK dengan dunia usaha dan dunia industri dimaksudkan untuk mendayagunakan secara bersama sarana dan prasarana yang ada pada kedua belah pihak serta untuk lebih menjamin kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan lapangan kerja yang tersedia. Kerjasama tersebut dapat memberikan keunggulan kedua belah pihak. Pihak sekolah dapat menempatkan peserta didik untuk praktek lapangan, meminjam fasilitas perlengkapan dunia industri, mengadakan validitas kurikulum dan mengurangi ketertinggalan dengan kemajuan IPTEK di dunia usaha dan dunia industri. Bagi dunia usaha dan dunia


(10)

industri, mereka berpeluang untuk berkiprah didunia pendidikan sehingga kesuksesan yang mereka peroleh tidak menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat menyebabkan kesenjangan sosial (Akbar, 1992: 39).

Dari segi dimensi ekonomi, pembangunan ketenagakerjaan mencakup penyediaan kompetensi keahlian yang terampil sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Kompetensi keahlian sumber daya manusia Indonesia perlu ditingkatkan setara dengan standar kompetensi keahlian internasional, agar mampu bersaing dengan tenaga kerja dari luar negeri.

Kepala Badan Latihan dan Produktivitas Departemen Tenaga Kerja menyatakan bahwa pemberdayaan lembaga pendidikan dan pelatihan sangat mendesak dilakukan. Usaha peningkatan kualitas tenaga kerja yang produktif melalui jalur pendidikan, pelatihan, maupun pengembangan karier di tempat kerja dengan tujuan agar lembaga itu mampu mengacu pada standar kompetensi nasional (SKN). Pemberdayaan lembaga pendidikan dan pelatihan itu di antaranya meliputi penyesuaian dan pengembangan perangkat lunak, sumber daya manusia serta manajemennya.

Data yang diperoleh dari wakil kepala sekolah SMKN 2 Indramayu bidang hubungan dunia usaha dan industri, melalui ketua kompetensi keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan sebagai ketua penyelenggara Program Diklat Taruna Nelayan (program kerjasama antara Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Barat dengan Asosiasi Nelayan propinsi Ishonomaki Jepang) adalah sebagai berikut:


(11)

1. Program Diklat Taruna Nelayan I (2007/2008) Jumlah 12 orang yang dipulangkan 11 orang 2. Program Diklat Taruna Nelayan II (2008/2009) Jumlah 9 orang yang dipulangkan tidak ada 3. Program Diklat Taruna Nelayan III (2008/2009) Jumlah 12 orang yang dipulangkan tidak ada 4. Program Diklat Taruna Nelayan IV (2009/2010) Jumlah 13 orang yang dipulangkan 1 orang

Dari evaluasi data tersebut diperoleh persentase jumlah peserta Diklat Jawa Barat yang gagal sebesar 26,09 persen, sedangkan untuk peserta Diklat alumni SMK Negeri 2 Indramayu yang gagal sebesar 19,57 persen. Jumlah persentase ketidaksiapan siswa bekerja di industri kapal penangkap ikan tersebut berhubungan dengan kemampuan menguasai kompetensi keahlian dan praktek kerja industri yang tidak terfokus pada kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan oleh kapal penangkap ikan.

Demikian juga Imron Nasir, SE. MM, sebagai direktur PT. Mariana Pratama yang mengadakan kerjasama dengan SMKN 2 Indramayu dalam pengelolaan Praktek Kerja Industri (2010), bahwa kerjasama ini dimaksudkan untuk melakukan perekrutan calon alumni SMKN 2 Indramayu kompetensi keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan yang dimulai dari pelaksanaan Praktek Kerja Industri yang diharapkan berdampak positif pada kesiapan siswa bekerja di industri perikanan tangkap.


(12)

Dari permasalahan tersebut penulis tuangkan dalam judul proposal penelitian tesis sebagai berikut: "Kontribusi Prestasi Belajar Kompetensi Keahlian Nautika dan Prestasi Prakerin Terhadap Kesiapan Bekerja Di Kapal Penangkap Ikan (Penelitian Dilakukan Pada Siswa Kelas XII Program Keahlian NKPI SMK Negeri 2 Indramayu).

1.2. Identifikasi Masalah

Dilatarbelakangi masalah tersebut, bahwa ada beberapa faktor (prestasi mata pelajaran normatif, prestasi mata pelajaran adaptif, prestasi mata pelajaran produktif, pengembangan diri /kemampuan berbahasa Jepang, dan praktek kerja industri) yang mempengaruhi kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan, berkaitan dengan faktor-faktor yang menentukan prestasi belajar, maka penulis menekankan identifikasi masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Kecenderungan bahwa prestasi belajar kompetensi keahlian nautika mempunyai kontribusi terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

2. Kecenderungan bahwa prestasi Prakerin mempunyai kontribusi terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

1.3 Batasan Masalah

Ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa kelas XII program keahlian NKPI SMK Negeri 2 Indramayu


(13)

tahun pelajaran 2010/2011 terdiri atas mata pelajaran produktif (12 standar kompetensi dari dasar kompetensi kejuruan dan 22 standar kompetensi dari kompetensi kejuruan). Proses pembelajarannya 12 standar kompetensi dari dasar kompetensi kejuruan dilaksanakan pada semester 1 dan setelah menyelesaikan 12 standar kompetensi tersebut dilaksanakan sertifikasi BST (Basic Safety Training) Internasional. Pada semester 2 dilaksanakan proses pembelajaran 7 standar kompetensi kejuruan, semester 3 dilaksanakan proses pembelajaran 8 standar kompetensi kejuruan, pada semester 4 dilaksanakan sepenuhnya praktek kerja industri, pada semester 5 dilaksanakan proses pembelajaran 7 standar kompetensi kejuruan, dan pada semester 6 dilaksanakan pengayaan untuk persiapan menghadapi ujian praktek kompetensi produktif. Berdasarkan nilai dari setiap standar kompetensi pada masing-masing semester (nilai rata-rata standar kompetensi semester 1, 2, 3 dan 5) itu yang dimaksud prestasi belajar kompetensi keahlian nautika.

Prestasi Prakerin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kecenderungan perilaku kepatuhan kerja (disiplin), ketrampilan dalam melakukan pekerjaan, hubungan kerjasama, dan tanggung awab dalam melaksanakan pekerjaan yang biasa dilakukan pada saat siswa melakukan praktek kerja industri (Prakerin). Pelaksanaan praktek kerja industri yang dilaksanakan sepenuhnya di industri kapal penangkap ikan dengan alat tangkap longline, dan lokasi pelaksanaan praktek kerja industrinya di Benoa Bali dengan alokasi satu semester (semester 4). Berdasarkan pelaksanaan praktek kerja industri tersebut dilakukan penilaian yang terdiri dari nilai dari industri dengan bobot 40% dengan bukti fisik


(14)

surat keterangan berlayar dan buku pelaut, nilai laporan praktek kerja industri dengan bobot 40% yang diperoleh dari pembimbing guru produktif dan dibuktikan dengan hasil laporan praktek kerja industri, dan nilai dari presentasi laporan dengan bobot 20% yang diperoleh pada saat mempresentaskan laporannya. Kemudian menjumlahkan nilai tersebut sehingga menjadi prestasi Prakerin.

Kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan adalah siswa kelas XII program keahlian NKPI SMK Negeri 2 Indrmayu dalam mempersiapkan kerja di kapal penangkap ikan, yang meliputi kerjasama dalam pelaksanaan prakerin, perekrutan alumni melalui pendidikan dan latihan, pengembangan kompetensi dan kepuasan industri terhadap kinerja dan penawaran kerja.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Bagaimanakah kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi Prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

Secara opersional, masalah dalam penelitian yang akan dicari jawabannya adalah: 1. Apakah terdapat kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika

terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

2. Apakah terdapat kontribusi prestasi Prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

3. Apakah terdapat kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi Prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.


(15)

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika terhadap kesiapan

bekerja di kapal penangkap ikan.

2. Kontribusi prestasi prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan. 3. Kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi prakerin

secara bersama-sama terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

1.6. Manfaat Penelitian

Kegunaan atau manfaat penelitian ini dapat dikelompokan secara teoritis dan secara praktis. Kegunaan atau manfaat hasil penelitian secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan tentang peningkatan penguasaan kompetensi keahlian nautika dan prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

Kegunaan atau manfaat hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan secara teoritis dan praktis.

Manfaat secara teoritis yaitu:

1. Meningkatkan prestasi praktek kerja industri maka perlu didasari dengan peningkatan prestasi belajar kompetensi keahlian nautika.

2. Meningkatkan kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan maka perlu didasari dengan peningkatan prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi praktek kerja industri.


(16)

Manfaat secara praktis yaitu:

1. Siswa memperoleh gambaran tentang kompetensi keahlian nautika dan prakerin untuk kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

2. Guru-guru program keahlian dapat terus meningkatkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Program studi nautika kapal penangkap ikan dan SMK Negeri 2 Indramayu dapat terus mengembangkan program keahlian dan pola pembelajaran yang tepat yang berorientasi pada kebutuhan tenaga kerja di kapal penangkap ikan. 4. Industri kapal penangkap ikan dapat digunakan sebagai acuan untuk merekrut

sumber daya manusia yang memiliki kompetensi keahlian nautika kapal penangkap ikan.

5. Penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam bidang penelitian baik secara teoritis maupun praktis mengenai kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

1.7. Asumsi Dasar

Asumsi dasar merupakan titik tolak pemikiran dalam rangka pemecahan masalah yang sebenarnya tidak diragukan oleh peneliti dalam arti sebagai asumsi-asumsi yang diyakini kebenarannya oleh peneliti sehingga tidak perlu diuji kembali, Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2008:6) bahwa "Asumsi dasar merupakan suatu kebenaran yang tidak memerlukan pengujian lagi sekurang-kurangnya bagi peneliti pada saat itu".


(17)

Bertolak dari pemikiran itu, maka peneliti mengajukan asumsi dasar sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang guru produktif nautika kapal penangkap ikan perlu memiliki kemampuan, kecakapan dan ketrampilan dalam mempersiapkan siswa bekerja di kapal penangkap ikan.

2. Kompetensi keahlian nautika yang tinggi merupakan upaya untuk meningkat-kan mutu pribadi dan kesiapan bekerja di kapal penangkap imeningkat-kan.

3. Praktek kerja industri yang relevan merupakan salah satu media pembelajaran yang memiliki andil besar dalam mempersiapkan bekerja di kapal penangkap ikan.

1.8. Definisi Operasional

Definisi operasional perlu disusun untuk menghindari kesalahpahaman yang mungkin timbul dalam menafsirkan judul tesis ini, maka berikut ini penulis sampaikan definisi operasional yang terkait dengan variabel penelitian.

1. Nautika

Nautika berasal dari kata nautical yang berarti pelayaran (Sutiyar, 1994:80). Nautika kapal penangkap ikan berarti pelayaran kapal penangkap ikan atau pelayaran kapal dengan menggunakan teknologi perkapalan dan teknik penangkapan ikan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


(18)

2. Prestasi Belajar Kompetensi Keahlian Nautika.

Prestasi belajar kompetensi keahlian nautika adalah merupakan kemampuan kompetensi keahlian kejuruan yang dikembangkan oleh mata pelajaran produktif, lazimnya ditunjukan dengan angka nilai yang diberikan oleh guru. Nilai tersebut dikumpulkan dalam sebuah buku laporan atau disebut rapor (Depdikbud, 1989: 700).

Prestasi belajar kompetensi keahlian nautika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah angka nilai rata-rata dari tiga puluh empat standar kompetensi (dua belas standar kompetensi dasar-dasar kejuruan dan dua puluh dua standar kompetensi kejuruan), siswa kelas XII program keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan SMK Negeri 2 Indramayu tahun pelajaran 2010/2011.

3. Prestasi Praktek Kerja Industri

Praktek kerja industri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan praktek kerja industri yang terfokus pada kompetensi keahlian Nautika dan kebutuhan dunia industri kapal penangkap ikan berdasarkan asas saling menguntungkan.

Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Indramayu memilih pola penyelenggaraan pelaksanaan praktek kerja industri yang sepenuhnya dilaksanakan di dunia industri kapal penangkap ikan (kapal dengan teknologi penangkapan ikan yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri perikanan tangkap).

Pengalaman yang diperoleh seseorang dalam proses pelaksanaan pembelajaran dibagi dua jenis yakni:


(19)

a. Pengalaman langsung yaitu merupakan pengalaman yang dialami dan diperbuat secara langsung

b. Pengalaman tidak langsung yaitu merupakan pengalaman yang diperoleh dengan cara mengamati gejala atau situasi dengan menggunakan alat indra, melalui gambar, gambar atau verbal.

Seseorang dengan pengalaman yang lebih banyak, akan memiliki banyak pengetahuan dan keterampilan yang dapat mendukung aktifitasnya. Jika tenaga kerja memiliki pengalaman yang banyak, maka orang tersebut mampu bekerja dengan ketrampilan tinggi dan pada akhirnya akan meningkatkan produktifitas kerjanya. Mustofa Kamil (2010: 68) menjelaskan bahwa "Pengalaman kerja mempunyai pengaruh terhadap banyaknya produksi.

Praktek kerja industri bagi siswa adalah suatu kegiatan yang diikuti siswa di luar sekolah sebagai wahana untuk memantapkan hasil belajar sekaligus memberikan kesempatan kepada siswa mengalami situasi dan kondisi kerja yang sesungguhnya. Siswa melalui pelaksanaan praktek kerja industri, maka siswa memperoleh pengalaman yang bernilai dan berdampak positif terhadap motivasi belajar dan semangat belajarnya.

4. Kesiapan Siswa Bekerja Di Kapal Penangkap Ikan

Kesiapan siswa bekerja di kapal penangkap ikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penguasaan atau kemampuan kompetensi keahlian nautika kapal penangkap ikan yang meliputi latar belakang siswa, disiplin kerja, dasar kompetensi kejuruan (kemampuan dasar), kompetensi keahlian nautika kapal


(20)

penangkap ikan, hubungan sosial, bahasa, budaya dan karir yang sesuai dengan perkembangan teknologi penangkapan ikan yang modern.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Sertifikasi Kompetensi Kerja, menyatakan bahwa:

1. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.

2. Tenaga kerja berhak memperoleh pengakuan kompetensi kerja setelah meng-ikuti pelatihan kerja yang diselenggarakan lembaga pelatihan kerja pemerintah, lembaga pelatihan kerja swasta, atau pelatihan di tempat kerja.

3. Pengakuan kompetensi kerja dilakukan melalui sertifikasi kompetensi.

4. Untuk melaksanakan sertifikasi kompetensi kerja dibentuk Badan Nasional Sertifikasi Profesi yang independent.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mengumpulkan, menyusun dan menganalisis data yang terkumpul sehingga diperoleh makna yang sebenarnya. Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, yaitu mengenai kejadian-kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung, maka metode yang sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional (studi korelasi) yang ditunjang dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang dilakukan dengan cara mengukur indikator-indikator variabel dan studi dokumen sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan sekaligus dan sekaligus masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini, data variabel bebas (X1) diperoleh dari nilai rata-rata raport dengan pembobotan 40% ditambah hasil ujian sekolah dengan pembobotan 60% dan variabel bebas (X2) diperoleh dari nilai industri dengan pembobotan 40% ditambah nilai laporan praktek kerja industri dengan pembobotan 40% ditambah nilai persentasi laporan praktek kerja industri dengan pembobotan 20% dan data variabel terikat (Y) dikumpulkan dari responden dengan menggunakan angket. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya akan dilakukan korelasi X1 terhadap X2, korelasi X1 terhadap Y, korelasi X2 terhadap Y dan korelasi X1 dan X2 terhadap Y untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian (Riduwan, 2004: 275 ).


(22)

Penelitian dilakukan secara meluas dan berusaha mencari hasil yang segera dapat digunakan untuk suatu tindakan yang sifatnya deskriptif yaitu melukiskan hal-hal yang mengandung fakta-fakta, klasifikasi dan pengukuran yang diukur adalah fakta yang fungsinya merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi. Sedangkan tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta korelasi fenomena yang diselidiki (Nazir, 1988: 63).

Berdasarkan pengertian di atas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa metode korelasional cocok untuk digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan maksud dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh gambaran tentang seberapa besar kontribusi variabel bebas (X1) dan (X2) terhadap variabel terikat (Y) (Arikunto, 1996:249).

3.2. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah lokasi dimana penelitian dilaksanakan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SMKN 2 Indramayu, program keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan yang beralamat Jalan Pabean Udik No. 15 Indramayu, karena peneliti sebagai guru mata pelajaran produktif Nautika Kapal Penangkap Ikan di tempat tersebut sehingga harapan peneliti bisa mendapatkan data yang lebih maksimal untuk bahan penelitian ini.

3.2.2. Populasi Penelitian

Sejalan dengan permasalahan dalam penelitian ini yaitu mengenai analisis kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi prakerin


(23)

terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan (penelitian dilakukan pada siswa kelas XII program keahlian NKPI SMK Negeri 2 Indramayu) dengan jumlah keseluruhan siswa sebanyak 62 orang yang tersebar pada dua kelas yaitu kelas NKPI-1 dan NKPI-2.

Alasan penetapan populasi penelitian pada siswa program keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan meliputi:

1. Program keahlian ini secara khusus memiliki kajian keilmuan terkait dengan pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap, sehubungan dengan terbukanya peluang kerja pada sektor ini.

2. Program keahlian ini ditetapkan oleh pihak sekolah sebagai program keung-gulan yang lulusannya banyak terserap di kapal penangkap ikan di luar negeri terutama negara jepang.

3. Program keahlian ini merupakan salah satu program yang memiliki kompetensi keahlian yang sangat relevan dengan potensi daerah Indramayu yang memiliki garis pantai 114 km dan pensuplai produksi perikanan tangkap 45% wilayah Jawa Barat.

3.2.3. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008: 118). Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto mengemukakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya


(24)

merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar, dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih.

Memperhatikan pernyataan di atas, karena jumlah populasi kurang dari 100, maka semua populasi yang berjumlah 62 siswa merupakan sampel penelitian.

Tabel 3.1. Jumlah siswa kelas xii pada program studi Nautika Kapa Penangkap Ikan

NO Kelas Jumlah Siswa

1 XII NKPI - 1 30

2 XII NKPI - 2 32

Jumlah 62

Sejalan dengan permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi praktek kerja industri terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

Berdasarkan varians populasi yaitu: jumlah 62 siswa, jenis kelamin laki-laki semua, siswa berasal dari daerah pantai, yang sudah melaksanakan praktek kerja industri adalah siswa kelas XII program keahlian NKPI SMK Negeri 2 Indramayu. Sehingga dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah kelas XII dengan jumlah populasi 62 siswa dan sampel yang diambil sebanyak 62 siswa.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen pengumpul data adalah instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang dapat dikumpulkan dapat berupa


(25)

angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti, Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan dokumen data yang ada di sekolah (raport atau kartu hasil studi) dan metode angket.

Instrumen pengumpul data yang digunakan untuk mengungkap data variabel bebas (prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi praktek kerja industri) diambil dari raport atau kartu hasil studi sedangkan instrumen pengumpul data yang digunakan untuk mengungkap data variabel terikat (kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan) dengan menggunakan angket (daftar pertanyaan) dan alternatif jawaban tersebut diberi skor dari nilai 1 sampai 5.

Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen penelitian

Variabel Kompetensi Sub kompetensi

No. Item Uji

Coba

Tidak

Valid Valid Prestasi Belajar

Kompetensi Keahlian

Nautika (Variabel bebas

atau X1)

1. Nilai Raport (KHS)

Nilai raport

mata pelajaran produktif

Prestasi PRAKERIN (Variabel bebas

atau X2)

2. Nilai Raport (KHS)

Nilai Raport


(26)

Kesiapan Bekerja di Kapal Penangkap Ikan (Variabel Terikat atau Y)

3. Disiplin  Kepatuhan terhadap aturan

 Ketertiban dlm melaksanakan tugas

1, 2, 3, 4, 5

1, 2 3, 4, 5

4. Dasar Kompetensi Keahlian / Kemampuan dasar / basic safety)

 Hukum laut

 Bangunan dan stabilitas kapal perikanan  Permesinan dan

kelistrikan kapal perikanan

 Basic safety (kesehatan dan keselamatan kerja di kapal ikan)

6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17

6, 11 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17 5. Kompetensi keahlian nautika kapal penangkap ikan  Merencanakan pelayaran  Penggunaan alat

navigasi

 Dinas jaga kapal  Penggunaan radar,

kompas magnet dan gyro kompas

 Penggunaan parameter meteorologi

 Olah gerak kapal  Permesinan dan

perlengkapan kapal perikanan

 Komunikasi di kapal keadaan normal dan

18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42 21, 22, 27, 41, 18, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37,


(27)

darurat

 Penanganan hasil tangkapan

 Teknik Penangkapan ikan

 Manajemen kapal penangkap ikan  Kepelabuhanan  Bahan dan alat tangkap  Sistem elektronika untuk

penangkapan ikan  Peraturan perikanan  Tatalaksana perikanan  Oceanografi

 Bahasa maritim 38, 39, 40, 42 6. Hubungan sosial, bahasa dan budaya di atas kapal

 Kerjasama dengan orang lain

 Melakukan bimbingan / konsultasi kepada atasan 43, 44, 45, 46 43, 44, 45, 46 7. Pengembang

an karir dan kompetensi keahlian

 Pengalaman prakerin  Bimbingan karir  Kesempatan dalam

peningkatan kompetensi  Sertifikasi 47, 48, 49, 50 47, 48, 49, 50


(28)

INSTRUMEN PENELITIAN (SKALA)

KESIAPAN BEKERJA DI KAPAL PENANGKAP IKAN

Petunjuk pengisian angket:

1. Pernyataan di bawah ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

2. Berilah tanda checklist ( ) pada kolom yang telah tersedia sesuai dengan persepsi anda yang dianggap benar.

3. Alternatif jawaban yang telah disediakan adalah:

SS = sangat siap; S = siap; KS = kurang siap; TS = tidak siap; STS = sangat tidak siap

Tabel 3.3. Uji Coba Instrumen Penelitian

No. PERNYATAAN SS S KS TS STS

DISIPLIN

1 Mentaati peraturan yang berkaitan dengan keselamatan kerja di kapal

2 Apakah siap melaksanakan apel sebelum jam kerja di atas kapal dimulai.

3 Menyelesaikan pekerjaan sesuai penempatan dimana anda ditugaskan.

4 Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan mekanisme kerja di kapal

5 Melaksanakan apel setelah jam kerja di atas kapal selesai

DASAR KOMPETENSI KEAHLIAN / KEMAMPUAN DASAR / BASIC SAFETY

6 Melaksanakan peraturan perundangan yang berkaitan dokumen kapal perikanan

7 Mengontrol kelaikan bangunan kapal perikanan 8 Mengontrol kelaikan stabilitas kapal perikanan 9 Mengontrol kelaikan kelistrikan kapal perikanan 10 Mengontrol kelaikan mesin penggerak utama,

mesin dek dan kemudi

11 Menggunakan alat keselamatan kerja di kapal 12 Mencegah dan menanggulangi pencemaran laut 13 Melakukan penyelamatan diri di atas kapal dengan


(29)

14 Melakukan pengamatan dini sebelum terjadinya kebakaran

15 Menggunakan pesawat luput laut dan sekoci penyelamat

16 Melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan di atas kapal

17 Melaksanakan hubungan sosial antara anak buah kapal dan lingkungan kerja di atas kapal

KOMPETENSI KEAHLIAN NAUTIKA

18 Merencanakan trek pelayaran (posisi kapal) dengan menggunakan peta

19 Merencanakan trek pelayaran (posisi kapal) dengan menggunakan GPS

20 Menggunakan alat navigasi konvensional (baringan)

21 Menentukan posisi kapal dengan navigasi elektronik

22 Menerapkan peraturan pencegahan tabrakan di laut (P2TL)

23 Melaksanakan peraturan yang berkaitan dengan kapal perikanan

24 Menerapkan tatalaksana perikanan yang bertanggung jawab

25 Menggunakan data oceanografi untuk menentukan daerah tangkapan ikan

26 Menggunakan radar untuk menentukan posisi kapal

27 Siap dilatih mengendalikan kapal dengan haluan kompas magnet

28 Menentukan dan menggunakan gyro kompas untuk mengobservasi benda-benda bumi dan angkasa

29 Menggunakan informasi dan alat peringatan meterologi

30 Mengendalikan olah gerak kapal pada saat sandar, lepas sandar, labuh jangkar, pada berbagai kondisi angin dan arus

31 Mengoperasikan mesin penggerak utama kapal, mesin dek dan kemudi

32 Melakukan komunikasi dengan telepon dan komunikasi radio

33 Menggunakan isyarat bahaya darurat yang sesuai dengan standar IMO (international maritim


(30)

34 Menerapkan penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan secara hegienis

35 Siap dilattih mengoperasikan alat tangkap long line purse seine)

36 Siap dilatih mengoperasikan alat tangkap purse seine

37 Menerapkan organisasi kapal penangkap ikan 38 Melaksanakan bongkar muat di pelabuhan

perikanan.

39 Melakukan perawatan alat tangkap ikan dan peralatan dek

40 Melakukan perawatan alat bantu penangkapan ikan

41 Mengoperasikan echo sounder untuk mendeteksi keberadaan ikan pada saat penangkapan ikan 42 Memahami bahasa kemaritiman dan perikanan

HUBUNGAN SOSIAL, BAHASA DAN BUDAYA DI ATAS KAPAL

43 Kerja sama dengan sesama anak buah kapal 44 Berkomunikasi sesuai dengan bahasa yang

dipakai di atas kapal secara terbatas

45 Menyesuaikan terhadap budaya dan tradisi di dimana anda bekerja

46 Siap melaksanakan rotasi kerja di kapal

PENGEMBANGAN KARIR DAN KOMPETENSI KEAHLIAN

47 Ditempatkan di kapal sesuai dengan latar belakang pengalaman praktek kerja industri 48 Atasan memberikan pengarahan terhadap

pekerjaan yang ditugaskan di atas kapal 49 Perusahaan menugaskan ke tingkat pekerjaan

yang lebih tinggi

50 Mengikuti sertifikasi ANKAPIN yang lebih tinggi

Ada lima alternatif jawaban untuk variabel kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan yaitu:

5 = Sangat Siap ( SS ) 4 = Siap ( S ) 3 = Kurang Siap ( KS ) 2 = Tidak Siap ( TS ) 1 = Sangat Tidak Siap (STS)


(31)

Masing-masing jawaban diberi bobot nilai 5-4-3-2-1 untuk pernyataan positif dan 1-2-3-4-5 untuk pernyataan yang negatif. Bobot nilai tersebut langsung dijadikan skor untuk setiap responden yang memberikan jawaban terhadap masing-masing pernyataan, sehingga apabila skor-skor tersebut dijumlahkan maka akan diperoleh skor total.

3.3.1. Uji Coba Instrumen

Sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan, angket yang akan digunakan terlebih dahulu diujicobakan terhadap terhadap responden yang ditetapkan atau di luar responeden yang telah ditetapkan dengan syarat memiliki karakteristik yang sama. Uji coba indstrumen ini penting dilakukan untuk dapat mengetahui layak tidaknya alat tes angket digunakan dalam penelitian ini. Sejalan dengan pendapat Faisal (1982:38) yang menyatakan: "Setelah angket disusun azimnya tidak langsung disebarkan untuk penggunaan sesungguhnya (tidak langsung digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya). Sebelum pemakaian yang sesungguhnya sangatlah mutlak diperlukan uji coba terhadap isi maupun bahasa angket yang telah disusun.

Sebelum kegiatan pengumpulan data dilakukan, angket yang akan digunakan terlebih dahulu diujicobakan terhadap responden yang ditetapkan atau di luar responden yang telah ditetapkan dengan syarat memiliki karakteristik yang sama. Hal ini penting dilakukan untuk dapat mengetahui layak tidaknya digunakan dalam penelitian ini.


(32)

Setelah data uji coba angket terkumpul, selanjutnya dilakukan analisis statistik dengan tujuan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat pengumpul data, maka diharapkan hasil penelitian memiliki validitas dan realibilitas yang dapat dipertanggungjawabkan.

3.3.2. Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Menurut Sugiyono (2008: 173) bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.

Untuk menguji validitas konstrak, dapat digunakan pendapat para ahli (judgment experts). Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan para ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberi keputusan: instrumen dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan, dan mungkin dirombak total

(Sugiyono, 2008: 177). Kemudian instrumen tersebut dicobakan pada sampel dari mana populasi diambil. Jumlah anggota sampel yang digunakan sekitar 30 orang. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan analisis faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total, menggunakan :


(33)

a). rumus Pearson Product Moment berikut.

rxy =

Dimana:

rxy = Koefisien Korelasi

∑Xi = Jumlah skor faktor (item)

∑Yi = Jumlah skor total n = Jumlah responden

Setelah perhitungan selesai dan instrumen valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Tabel 3.4. Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0.60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,000 Sangat kuat Sugiyono (2008:214)

Selanjutnya dalam memberikan interprestasi terhadap koefisien korelasi, bahwa: Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium skor total serta korelasi sangat tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang sangat tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memnuhi syarat


(34)

Jadi setelah mendapatkan nilai rxy, nilai rxy yang lebih besar dari 0,3 maka instrumen valid.

b). Tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05 dengan keputusan jika rhitung > rtabel berarti valid dan rhitung < rtabel berarti tidak valid.

Hasil uji validitas variabel terikat (Y) dapat dilihat pada lampiran A, yaitu dari jumlah item lima puluh pernyataan, setelah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas maka yang valid ada empat puluh dua pernyataan.

3.3.3. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk melihat konsistensi dari instrumen dalam mengungkap fenomena dari sekelompok individu meskipun dilakukan dalam waktu yang berbeda. Dengan demikian dapat diartikan bahwa reliabilitas instrumen adalah sebagai keajegan (konsistensi) alat ukur dalam mengukur apa yang diukurnya, sehingga kapan pun alat itu digunakan akan memberi hasil yang relatif sama. Untuk menguji reliabilitas instrumen dengan internal consistency dilakukan dengan cara mencobakan sekali saja, kemudian data yang diperoleh dianalisis. Hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi reliabilitas instrumen. Oleh karena itu instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel.

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilukukan dengan test-retest (stability),


(35)

diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2010:185).

Upaya untuk menguji reliabilitas terhadap instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto, 2008: 109).

r11 =             

2 1 2 1 1 1 n n Keterangan:

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya item pertanyaan atau soal

2

1 = jumlah varians setiap butir

2

1 t = varians total

Kemudian dilakukan uji t dengan rumus: t = r

r

n 2 1 2   Keterangan:

t = uji signifikansi korelasi r = koefisien korelasi

n = jumlah responden uji coba

Setelah dilakukan uji reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut:

1) Variabel Y, berdasarkan perhitungan rumus diperoleh thitung = 43,15 sedangkan ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% dengan dk = ( n-2 ) = 40 – 2 = 38 diperoleh sebesar 2,024. Berdasarkan hasil perhitungan thitung sebesar


(36)

43,15 jelas ada di luar daerah penerimaan. Jadi dapat dismpulkan bahwa instrumen skala variabel Y adalah reliabel.

3.4. Teknik Pengolahan Data

Langkah selanjutnya setelah angket diujicobakan dan menenuhi syarat baik validitas dan reliabilitasnya maka angket tersebut sudah memenuhi kelayakan untuk disebarkan kepada responden yang telah ditentukan.

Teknik pengolahan data adalah merupakan cara yang ditetapkan dan dilakukan oleh peneliti dalam mengkaji data yang diperoleh menjadi informasi yang dapat digunakan dalam mewujudkan tujuan penelitian. Hal tersebut senada dengan pendapat Sugiyono (2010: 333) yang mengemukakan bahwa; "Mengolah data adalah usaha yang konkrit yang membuat data itu berbicara, sebab betapapun besarnya jumlah dan tingginya nilai data yang terkumpul (sebagai hasil fase pengumpulan data), apabila tidak disusun dalam satu organisasi dan diolah menurut sistematik yang baik, nisaya data itu tetap mempunyai bahan-bahan yang membisu".

Langkah-langkah pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyelesaian data yang diperoleh dari angket sehingga dapat diyakinkan bahwa data yang diperoleh layak untuk diolah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

2. Pembobotan nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan


(37)

3. Menghitung skor rata-rata setiap variabel untuk mengetahui kecenderungan umum jawaban responden terhadap variabel penelitian, yaitu:

4. Mencari kecenderungan skor rata-rata variabel dengan rumus sebagai berikut:

X

= N X

Keterangan:

X

= Rata-rata skor responden

X = Jumlah skor dari setiap alternatif jawaban responden N = Jumlah responden

5. Mengkonsultasikan rata-rata hasil perhitungan dengan tabel konsultasi.

Penentuan kualifikasi penafsiran dan rentang nilai dari konsultasi hasil perhitungan didasarkan dari pengembangan nilai skala yang ditetapkan dari peneliti yaitu skala Likert.

Tabel 3.5. Tabel konsultasi Hasil Perhitungan Kecenderungan Skor Rata-rata

Rentang Nilai Kriteria

4,01 – 5,00 3,01 – 4,00 2,01 – 3,00 1,01 – 2,00 0,01 – 1,00

Sangat Baik Baik Cukup Rendah Sangat Rendah

6. Mengubah skor mentah menjadi skor baku untuk setiap variabel penelitian dengan menggunakan rumus:


(38)

Ti = 50 + 10 S X Xi      

(Riduwan, 2004: 295) Dimana:

Ti = Skor baku

Xi = Data skor dari masing-masing responden 

X = Rata-rata

S = Simpangan baku

Langkah yang dilakukan untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku adalah dengan menghitung:

a. Rentang (R), yakni skor tertinggi dikurangi skor terendah b. Banyak kelas interval (BK), dengan menggunakan rumus:

BK = 1 + 3,3 Log n ( Sudjana, 2005: 47) c. Panjang kelas interval (P), yakni rentang dibagi banyak kelas d. Rata-rata (

X ), dengan menggunakan formula

X =

fi fiXi

(Sudjana, 2005: 67) e. Simpangan baku (S), dengan menggunakan rumus:

S2 =

) 1 ( 2 2  

n n fiXi fiXi n


(39)

7. Uji normalitas Distribusi

Uji normalitas distribusi ini digunakan untuk mengetahui dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan analisis parametrik atau non parametrik, dengan menggunakan rumus chi-kuadrat (χ2) sebagai berikut:

2

=

k

i Ei

Ei oi 1

2

(Sudjana, 2005: 273) Dimana:

2

= Chi-kuadrat

Oi = Frekuensi hasil pengamatan Ei = Frekuensi yang diharapkan

Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: a. Membuat distribusi frekuensi

b. Mencari batas bawah skor kiri interval dan batas atas skor kanan interval

c. Mencari Z untuk batas kelas dengan rumus Z = S

X X

  Keterangan:

X = Rata-rata distribusi

X = Batas kelas distribsi S = Simpangan baku

d. Mencari luas O – Z dari tabel luas dibawah lengkungan Kurva Normal dari O sampai dengan Z


(40)

e. Mencari luas setiap interval dengan cara mencari selisih luas O-Z kelas interval yang berdekatan untuk tanda Z yang sejenis dan menambahkan luas O-Z untuk tanda Z yang tidak sejenis.

f. Mencari Ei (frekuensi yang diharapkan) dengan cara mengalikan luas interval dengan n tiap kelas interval (fi) pada tabel distribusi frekuensi. g. Mencari chi-kuadrat dengan cara menjumlahkan hasil perhitungan.

h. Menentukan keberartian Chi-kuadrat dengan membandingkan nilai persenil untuk distribusi Chi-kuadrat.

8. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Fhitung =

 

 

E S

TC S

2 < Ftabel

8. Menguji Hipotesis Penelitian

Uji korelasimerupakan rumus statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan kedua variabel bebas dengan variabel terikat, yang diajukan untuk menghitung analisis korelasi, determinasi dan signifikansi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar konstribusi dan kesignifkansian variabel X1, X2 dan Y.

Upaya untuk mengetahui hubungan kedua variabel bebas dengan variabel terikat, maka rumus yang digunakan dalam penelitan adalah rumus yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan runus Korelasi Product Moment.


(41)

Adapun rumus yang digunakan adalah:

rxy =



 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 Y Y n X X n Y X Y X n (Sugiyono,2008, 255)

RYX1X2 =

2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 x x r x rx ryx ryx yx r yx r   

(Sugiyono, 2008: 266) Upaya untuk menunjukkan hubungan antara kedua variabel menurut pendapat Sugiyono (2008: 257) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6. Kategori Keterkaitan Hubungan Variabel

No Nilai Kategori

1 2 3 4 5

0,00 – 0,19 0,20 – 0,39 0,40 – 0,59 0,60 – 0,79 0,80 – 1,00

Sangat Rendah Rendah Sedang Kuat Sangat Kuat

Upaya untuk menguji hipotesis di atas diperlukan uji t, seperti yang dikemukakan Sugiyono (2008: 257) yaitu menggunakan rumus sebagai berikut: t =

2 1 2 r n r   Keterangan:

t = uji signifikansi korelasi r = koefisien korelasi


(42)

Aturan keputusan dengan menggunakan rumus uji t dengan signifikansi 95% adalah:

a. Jika thitung lebih besar dari ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima a. Jika thitung lebih kecil dari ttabel maka Ho diterima dan Ha ditolak

Sementara koefisien diterminasi dipergunakan dengan maksud untuk mengetahui besarnya kontribusi variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y untuk mengujinya dipergunakan rumus (Sudjana, 2005: 369)

KD = r2 x 100% Keterangan:

KD = Koefisien diterminasi r2 = Kuadrat Koefisien

Demikianlah pengolahan data yang ditempuh oleh peneliti guna mengkaji data-data yang diperoleh dari lapangan. Setelah pengolahan data yang dilakukan dilanjutkan dengan penyajian data sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan membuktikan hipotesis penelitian.


(43)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

5.1. Kesimpulan

Kajian hasil dalam penelitian terhadap permasalahan "Kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi praktek kerja industri terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan", didapat hasil sebagai berkut:

1. Kontribusi yang positif dan signifikan prestasi belajar kompetensi keahlian nautika terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan. Besarnya kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan pada siswa kelas XII program keahlian nautika kapal penangkap ikan memiliki kontribusi dengan kriteria sangat kuat atau besar. Artinya prestasi belajar kompetensi keahlian nautika memiliki kontribusi yang besar terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan pada siswa kelas XII program keahlian nautika kapal penangkap ikan.

2. Kontribusi yang positif dan signifikan prestasi Prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan. Besarnya kontribusi prestasi Prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan pada siswa kelas XII program keahlian nautika kapal penangkap ikan memiliki kontribusi dengan kriteria sangat kuat atau besar. Artinya prestasi Prakerin memiliki kontribusi yang besar terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan pada siswa kelas XII program keahlian nautika kapal penangkap ikan.

3. Kontribusi yang positif dan signifikan prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi Prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap


(44)

ikan. Besarnya kontribusi prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi Prakerin terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan pada siswa kelas XII program keahlian nautika kapal penangkap ikan memiliki kontribusi dengan kriteria sangat kuat atau besar. Artinya prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi Prakerin memiliki kontribusi yang besar terhadap kesiapan siswa bekerja di kapal penangkap ikan pada siswa kelas XII program keahlian nautika kapal penangkap ikan.

5.2. Implikasi

Hasil penelitian mengandung beberapa implikasi, yang dapat dikelompokkan pada implikasi teoritis dan praktis.

5.2.1. Implikasi teoritis

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar kompetensi keahlian nautika memberikan kontribusi yang sangat kuat atau besar terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan. Dengan semakin optimalnya prestasi belajar kompetensi keahlian nautika, maka akan dapat meningkatkan kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan. Pendidikan kejuruan di SMK khususnya pada pada kompetensi keahlian nautika memiliki keterkaitan yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran berbasis kompetensi, sehingga prestasi belajar kompetensi keahlian nautika yang memadai dapat mendukung secara langsung terhadap kesiapan siswa bekerja di kapal penangkap ikan.

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi praktek kerja industri memberi-kan kontribusi yang sangat kuat atau besar terhadap kesiapan bekerja di kapal


(45)

penangkap ikan. Pendidikan kejuruan di SMK khususnya pada kompetensi keahlian nautika memiliki keterkaitan yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran praktek kerja industri, sehingga praktek kerja industri yang relevan dengan kebutuhan industri perikanan tangkap dapat mendukung secara langsung terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan dan akan lebih baik apabila didukung oleh adanya kesediaan dan kemauan sekolah, dunia industri untuk menjadikan institusi pasangan SMK dalam pelaksanaan praktek kerja industri. Kemampuan dan kemauan guru-guru produktif untuk mengadakan kerja sama dengan dunia industri khususnya industri kapal penangkap ikan sangat menentukan.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi praktek kerja industri secara bersama-sama memberikan kontribusi yang sangat kuat atau besar terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan. Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa bila pembelajaran kompetensi keahlian nautika dan pelaksanaan praktek kerja industri dilaksanakan secara maksimal dapat mendukung secara langsung terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

5.2.2. Implikasi praktis

1. Hasil penelitian dapat ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan: peningkatan efektifitas kegiatan belajar mengajar, bantuan moril dan materi yang berhubungan kegiatan prakrek kerja industri dan kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan parameter bagi Dinas Tenaga Kerja untuk program pemetaan antara jumlah tenaga kerja lulusan SMK, sarana dan prasarana balai latihan kerja dan jumlah lapangan kerja yang tersedia.


(46)

3. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi bagi SMK untuk meningkatkan kompetensi keahlian dan pelaksanaan praktek kerja industri yang relevan. SMK diharapkan menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industri untuk program pemasaran tamatan.

4. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumber rujukan bagi penelitian lanjutan pada kompetensi keahlian lainnya.

5.3. Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukkkan dan setelah dianalisis maka peneliti memberanikan diri untuk menyampaikan rekomendasi kepada berbagai pihak sebagai alternatif pemecahan permasalahan yang ada, khususnya kepada:

5.3.1. Dinas Pendidikan

Dinas pendidikan melalui koordinasi Subdin Dikmen, seperti: kasi kurikulum, kasi tenaga teknis, kasi humas dan kasi sarana dan prasarana diharapkan:

a. Melakukan pengawasan terhadap aktivitas kegiatan belajar mengajar yang berhubungan dengan peningkatan prestasi belajar kompetensi keahlian nautika.

b. Memberi bantuan, baik moril maupun materiil kepada siswa yang akan melaksanakan praktek kerja industri khususnya untuk pelaksanaan praktek kerja industri yang berlokasi di luar daerah. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban orang tua, agar siswa bisa melaksanakan praktek kerja industri secara maksimal.

c. Mengakomodir kebutuhan yang diajukan sekolah terutama hal-hal yang berhubungan dengan kelengkapan sarana dan prasarana praktek


(47)

(laboratorium navigasi, menjangka peta, basic safety training, bahan dan alat tangkap dan laboratorium mesin dan kelistrikan).

d. Mengadakan lembaga pendidikan dan latihan setingkat Diploma tiga (D3) untuk menampung lulusan SMK program keahlian nautika kapal penangkap ikan yang belum bekerja, yang merupakan tenaga siap dilatih untuk bekerja.

5.3.2. Dinas Tenaga Kerja

Dinas tenaga kerja sebagai stake holder dalam pemetaan tenaga kerja diharapkan:

a. Melakukan antisipasi fase transisi siswa antara keluar dari sekolah sampai mendapatkan pekerjaan, dengan pendidikan dan pelatihan serta pembinaan skil dan training dalam rangka persiapan memasuki dunia kerja.

b. Mengadakan Balai Latihan Kerja (BLK) atau kerja sama dengan perusahaan untuk membentuk Lembaga Diklat, untuk merekrut lulusan SMK menjadi tenaga siap pakai.

c. Membuka lapangan pekerjaan sebanyak mungkin untuk menampung lulusan SMK khususnya program keahlian nautika kapal penangkap ikan dan lulusan SMK program keahlian lainnya yang jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah lowongan pekerjaan yang ada.

5.3.3. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Indramayu

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar diharapkan:


(48)

a. Meningkatkan prestasi belajar kompetensi keahlian nautika melalui lomba ketrampilan siswa, memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengikuti berbagai kegiatan agar prestasi belajar kompetensi keahlian nautika meningkat.

b. Meningkatkan kompetensi keahlian guru pro-duktif melalui kegiatan pendidikan dan latihan yang ada P4TK Cianjur.

c. Melaksakan Bimbingan Karir secara terus menerus, untuk membantu siswa dalam kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

d. Melakukan supervisi terhadap kegiatan belajar mengajar kompetensi keahlian nautika dan pelaksanaan praktek kerja industri agar kesiapan siswa bekerja di kapal penangkap ikan meningkat.

5.3.4. Galangan Kapal

Galangan kapal sebagai industri yang memproduksi berbagai type kapal diharapkan:

a. Type kapal ikan yang dibangun memiliki kontruksi yang sesuai dengan kondisi laut Indonesia.

b. Type kapal ikan memiliki alat tangkap yang lebih efektif dan efesien serta ramah lingkungan.

5.3.5. Penelitian Lanjutan

Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini khususnya: a. Sampel penelitian perlu diperluas sehingga dapat dilakukan penelitian

lanjutan dengan melakukan kajian lebih mendalam. Sampel penelitian dapat melibatkan responden beberapa sekolah dan industri dari sudut pandang yang lain sehingga menambah cakrawala dan wawasan.

b. Penelitian ini dapat diperluas dengan permasalahan yang berhubungan dengan kesiapan bekerja pada program keahlian lainnya, khususnya di sekolah menengah kejuruan.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. (1992). Magang dan Perspektifnya. Yogyakarta: Andi.

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara. BNSP. (2007). Model Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (SMK).

Jakarta: Depdiknas.

Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati, M. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Depdiknas. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK. Jakarta: Depdiknas.

Depkanla. (2010). Standar Kompetensi Nasional (Kompetensi Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan). Jakarta.

Faisal, S. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional.

Hamalik Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kamil Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.

Nazir Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nugroho, AB. (2005). Mimilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Narsoyo Tedjo, (2009). Statistika Untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.


(50)

Peraturan Pemerintah. (2005). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Permendiknas. (2007). Standar Penilaian. Jakarta.

Patton Michael Quinn. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Payaman Simanjuntak, J. (2007). Kompleksitas Masalah Ketenagakerjaan. http//www.nakertrans.go.id.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta

Sutiyar. (1994). Kamus Istilah Pelayaran dan Perkapalan. Jakarta: Pustaka Beta. Sugiyono. (1999). Metode dan Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sudradjat, H. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Cipta Cekas Grafika.

Sukmadinata. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompeteni. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sanjaya Wina. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Prenada Media Group

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana Ibrahim. (2006). Penelitian dan penilaian. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan Kesembilan. Bandung: Alfabeta.

Suhar. (2009). Filsafat Umum Konsepsi, Sejarah dan Aliran. Jakarta: Gaung Persada Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan Kesepuluh. Bandung: Alfabeta.

Tilaar, H.A.R. (1999). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Karya.

UPI. (2008). Pradigma Jurnal Ilmiah Forum Komunikasi Mahasiswa. Bandung: Redaksi.


(1)

penangkap ikan. Pendidikan kejuruan di SMK khususnya pada kompetensi keahlian nautika memiliki keterkaitan yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran praktek kerja industri, sehingga praktek kerja industri yang relevan dengan kebutuhan industri perikanan tangkap dapat mendukung secara langsung terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan dan akan lebih baik apabila didukung oleh adanya kesediaan dan kemauan sekolah, dunia industri untuk menjadikan institusi pasangan SMK dalam pelaksanaan praktek kerja industri. Kemampuan dan kemauan guru-guru produktif untuk mengadakan kerja sama dengan dunia industri khususnya industri kapal penangkap ikan sangat menentukan.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar kompetensi keahlian nautika dan prestasi praktek kerja industri secara bersama-sama memberikan kontribusi yang sangat kuat atau besar terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan. Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa bila pembelajaran kompetensi keahlian nautika dan pelaksanaan praktek kerja industri dilaksanakan secara maksimal dapat mendukung secara langsung terhadap kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

5.2.2. Implikasi praktis

1. Hasil penelitian dapat ditindaklanjuti oleh Dinas Pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan: peningkatan efektifitas kegiatan belajar mengajar, bantuan moril dan materi yang berhubungan kegiatan prakrek kerja industri dan kelengkapan sarana dan prasarana laboratorium.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan parameter bagi Dinas Tenaga Kerja untuk program pemetaan antara jumlah tenaga kerja lulusan SMK, sarana dan prasarana balai latihan kerja dan jumlah lapangan kerja yang tersedia.


(2)

132

SABAR, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi bagi SMK untuk meningkatkan kompetensi keahlian dan pelaksanaan praktek kerja industri yang relevan. SMK diharapkan menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industri untuk program pemasaran tamatan.

4. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sumber rujukan bagi penelitian lanjutan pada kompetensi keahlian lainnya.

5.3. Rekomendasi

Hasil penelitian menunjukkkan dan setelah dianalisis maka peneliti memberanikan diri untuk menyampaikan rekomendasi kepada berbagai pihak sebagai alternatif pemecahan permasalahan yang ada, khususnya kepada:

5.3.1. Dinas Pendidikan

Dinas pendidikan melalui koordinasi Subdin Dikmen, seperti: kasi kurikulum, kasi tenaga teknis, kasi humas dan kasi sarana dan prasarana diharapkan:

a. Melakukan pengawasan terhadap aktivitas kegiatan belajar mengajar yang berhubungan dengan peningkatan prestasi belajar kompetensi keahlian nautika.

b. Memberi bantuan, baik moril maupun materiil kepada siswa yang akan melaksanakan praktek kerja industri khususnya untuk pelaksanaan praktek kerja industri yang berlokasi di luar daerah. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban orang tua, agar siswa bisa melaksanakan praktek kerja industri secara maksimal.

c. Mengakomodir kebutuhan yang diajukan sekolah terutama hal-hal yang berhubungan dengan kelengkapan sarana dan prasarana praktek


(3)

(laboratorium navigasi, menjangka peta, basic safety training, bahan dan alat tangkap dan laboratorium mesin dan kelistrikan).

d. Mengadakan lembaga pendidikan dan latihan setingkat Diploma tiga (D3) untuk menampung lulusan SMK program keahlian nautika kapal penangkap ikan yang belum bekerja, yang merupakan tenaga siap dilatih untuk bekerja.

5.3.2. Dinas Tenaga Kerja

Dinas tenaga kerja sebagai stake holder dalam pemetaan tenaga kerja diharapkan:

a. Melakukan antisipasi fase transisi siswa antara keluar dari sekolah sampai mendapatkan pekerjaan, dengan pendidikan dan pelatihan serta pembinaan skil dan training dalam rangka persiapan memasuki dunia kerja.

b. Mengadakan Balai Latihan Kerja (BLK) atau kerja sama dengan perusahaan untuk membentuk Lembaga Diklat, untuk merekrut lulusan SMK menjadi tenaga siap pakai.

c. Membuka lapangan pekerjaan sebanyak mungkin untuk menampung lulusan SMK khususnya program keahlian nautika kapal penangkap ikan dan lulusan SMK program keahlian lainnya yang jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah lowongan pekerjaan yang ada.

5.3.3. Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Indramayu

Sekolah Menengah Kejuruan sebagai lembaga yang mempunyai kewenangan langsung dalam proses kegiatan belajar mengajar diharapkan:


(4)

134

SABAR, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Meningkatkan prestasi belajar kompetensi keahlian nautika melalui lomba ketrampilan siswa, memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengikuti berbagai kegiatan agar prestasi belajar kompetensi keahlian nautika meningkat.

b. Meningkatkan kompetensi keahlian guru pro-duktif melalui kegiatan pendidikan dan latihan yang ada P4TK Cianjur.

c. Melaksakan Bimbingan Karir secara terus menerus, untuk membantu siswa dalam kesiapan bekerja di kapal penangkap ikan.

d. Melakukan supervisi terhadap kegiatan belajar mengajar kompetensi keahlian nautika dan pelaksanaan praktek kerja industri agar kesiapan siswa bekerja di kapal penangkap ikan meningkat.

5.3.4. Galangan Kapal

Galangan kapal sebagai industri yang memproduksi berbagai type kapal diharapkan:

a. Type kapal ikan yang dibangun memiliki kontruksi yang sesuai dengan kondisi laut Indonesia.

b. Type kapal ikan memiliki alat tangkap yang lebih efektif dan efesien serta ramah lingkungan.

5.3.5. Penelitian Lanjutan

Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini khususnya: a. Sampel penelitian perlu diperluas sehingga dapat dilakukan penelitian

lanjutan dengan melakukan kajian lebih mendalam. Sampel penelitian dapat melibatkan responden beberapa sekolah dan industri dari sudut pandang yang lain sehingga menambah cakrawala dan wawasan.

b. Penelitian ini dapat diperluas dengan permasalahan yang berhubungan dengan kesiapan bekerja pada program keahlian lainnya, khususnya di sekolah menengah kejuruan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, M. (1992). Magang dan Perspektifnya. Yogyakarta: Andi.

Arikunto, S. (1996). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara. BNSP. (2007). Model Silabus Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (SMK).

Jakarta: Depdiknas.

Depdikbud. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Dimyati, M. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Depdiknas. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Depdiknas. (2009). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMK. Jakarta: Depdiknas.

Depkanla. (2010). Standar Kompetensi Nasional (Kompetensi Keahlian Nautika Kapal Penangkap Ikan). Jakarta.

Faisal, S. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Dinas Pendidikan Nasional.

Hamalik Oemar. (2009). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Kamil Mustofa. (2010). Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.

Nazir Moh. (1988). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nugroho, AB. (2005). Mimilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta: Andi.

Narsoyo Tedjo, (2009). Statistika Untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: PT. Refika Aditama.


(6)

SABAR, 2011

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

136

Peraturan Pemerintah. (2005). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Permendiknas. (2007). Standar Penilaian. Jakarta.

Patton Michael Quinn. (2009). Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Payaman Simanjuntak, J. (2007). Kompleksitas Masalah Ketenagakerjaan. http//www.nakertrans.go.id.

Riduwan. (2004). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta

Sutiyar. (1994). Kamus Istilah Pelayaran dan Perkapalan. Jakarta: Pustaka Beta. Sugiyono. (1999). Metode dan Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sudradjat, H. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Cipta Cekas Grafika.

Sukmadinata. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompeteni. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sanjaya Wina. (2005). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Prenada Media Group

Sarwono, J. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudjana Ibrahim. (2006). Penelitian dan penilaian. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan Kesembilan. Bandung: Alfabeta.

Suhar. (2009). Filsafat Umum Konsepsi, Sejarah dan Aliran. Jakarta: Gaung Persada Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Cetakan Kesepuluh. Bandung: Alfabeta.

Tilaar, H.A.R. (1999). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Karya.

UPI. (2008). Pradigma Jurnal Ilmiah Forum Komunikasi Mahasiswa. Bandung: Redaksi.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN), EFIKASI DIRI, DAN KOMPETENSI AKUNTANSI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMK PGRI 2 KOTA SALATIGA TAHUN

28 222 200

ANALISIS KEBERHASILAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) PADA KELAS XII PROGRAM KEAHLIAN ADMINISTRASI PERKANTORAN SMK NEGERI 2 BLORA

1 12 97

PENGARUH PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KOMPUTER, BIMBINGAN KARIER, DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII KOMPETENSI KEAHLIAN AKUNTANSI SMK NEGERI 1 PURBALINGGA TA

16 78 173

PENGARUH PROGRAM PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) DAN PRESTASI BELAJAR MATA DIKLAT PRODUKTIF AKUNTANSI TERHADAP KESIAPAN MEMASUKI DUNIA KERJA PADA SISWA KOMPETENSI KEAHLIAN AKUNTANSI

0 10 144

KONTRIBUSI LINGKUNGAN KELUARGA DAN PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA Kontribusi Lingkungan Keluarga dan Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Pada Siswa Kelas XI Program Keahlian Akuntansi SMK Panc

0 2 16

PENGARUH PRESTASI PRAKTEK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) TERHADAP KOMPETENSI SISWA PADA STANDAR KOMPETENSI MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN DI PROGRAM KEAHLIAN AKUNTANSI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 3 BANDUNG.

3 5 45

KONTRIBUSI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA, FISIKA DAN KIMIA TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN : Studi Evaluasi di SMK Negeri 1 Bongas Indramayu.

1 4 65

KONTRIBUSI BIMBINGAN DI INDUSTRI DAN BIMBINGAN KARIR DI SEKOLAH TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK NEGERI 1 PUNDONG.

0 0 119

PENGARUH MOTIVASI KERJA, PRESTASI BELAJAR, DAN PENGALAMAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA KELAS XII KOMPETENSI KEAHLIAN AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 BANTUL TAHUN AJARAN 2014/2015.

0 0 220

Nautika Kapal Penangkap Ikan

0 3 3