PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN-WRITE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN MENDAPATKAN GAMBARAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI SUHU DAN KALOR.

(1)

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN-WRITE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP,

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN MENDAPATKAN GAMBARAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI

SUHU DAN KALOR

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA

Konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan

Oleh:

SUPRIYATI


(2)

Supriyati, 2013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(3)

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN-WRITE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP,

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN MENDAPATKAN GAMBARAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI

SUHU DAN KALOR

Oleh Supriyati

S.Pd UNILA, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan IPA

© Supriyati 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Juli 2013


(4)

Supriyati, 2013

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini telah disahkan dan disetujui oleh:

Pembimbing I

Dr. Ida Hamidah, M.Si. NIP. 196809261993032002

Pembimbing II

Dr. LilikHasanah, M.Si. NIP. 197706162001122002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana UPI,


(5)

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Prof. Dr. Anna Permanasari, M.Si. NIP 19580712 198303 2 002


(6)

Supriyati, 2013

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN-WRITE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP,

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DAN MENDAPATKAN GAMBARAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMA PADA MATERI

SUHU DAN KALOR

SUPRIYATI (1101162)

Abstrak

Penerapan model pembelajaran POEW dilakukan untuk menguji efektivitasnya dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa serta meminimalkan kuantitas miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Penelitian dilakukan dengan menerapkan model POEW pada kelas eksperimen dan model POE pada kelas kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain “Randomized Control Group Pretest-Posttest Design” yang dilaksanakan di kelas X salah satu SMA di kota Cimahi pada tahun pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran fisika dengan penerapan model POEW lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dengan nilai N-gain sebesar 0,63 dibandingkan pembelajaran fisika dengan menggunakan model POE dengan nilai N-gain sebesar 0,50. N-gain keterampilan berpikir kritis untuk kelasdengan penerapan model POEW sebesar 0,52 dan kelas dengan penerapan model POE sebesar 0,46. Gambaran miskonsepsi yang dialami siswa pada kelas eksperimen lebih sedikit dibandingkan pada kelas kontrol. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan penerapan model POEW ini pada umumnya positif. Hasil uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan SPSS 17 menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan penerapan model POEW lebih tinggi dan berbeda secara signifikan dibandingkan siswa yang mengikuti pembelajaran penerapan model POE.

Kata Kunci: model observe-explain-write (POEW), model predict-observe-explain (POE), penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, miskonsepsi, suhu dan kalor


(7)

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II MODEL POE, MODEL TTW, MODEL POEW, PENGUASAAN KONSEP, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, MISKONSEPSI, MATERI SUHU DAN KALOR A. Pengertian dan Karakteristik Model Pembelajaran POE ... 10

B. Pengertian dan Karakteristik Model Pembelajaran TTW ... 14

C. Pengertian dan Karakteristik Model Pembelajaran POEW ... 17

D. Penguasaan Konsep ... 19

E. Keterampilan Berpikir Kritis ... 24

F. Miskonsepsi ... 32

G. Materi Suhu dan Kalor ... 35

H. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 45

B. Subjek Penelitan... 46

C. Prosedur Penelitian ... 46

D. Instrumen Penelitian ... 48

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

F. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen ... 51

G. Teknik Analisis Data... 56

H. Alur Penelitian ... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 60

1. Peningkatan Penguasaan Konsep Suhu dan Kalor ... 60

a. Deskripsi Hasil Penguasaan Konsep Keseluruhan ... 60

b. Pengujian Statistik Penguasaan Konsep ... 62 c. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa pada setiap Ranah


(8)

Supriyati, 2013

Kognitif ... 63

2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 65

a. Deskripsi Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Keseluruhan ... 65

b. Pengujian Statistik Keterampilan Berpikir Kritis ... 67

c. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Setiap Indikator ... 68

3. Identifikasi Miskonsepsi dengan Metode Certainty of Response Index (CRI) ... 69

a. Hasil Identifikasi Miskonsepsi Setiap Item Pertanyaan... 69

b. Hasil Identifikasi Miskonsepsi Setiap Indikator Penguasaan Konsep ... 71

4. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran POEW ... 72

B. Pembahasan... 73

1. Karakteristik Model POEW ... 74

2. Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa ... 76

3. Peningkatan Keterampilan Berpikir kritis Siswa ... 77

4. Identifikasi Miskonsepsi Pada Penguasaan Konsep Siswa ... 79

5. Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Model POEW ... 80

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(9)

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Keterampilan Berpikir Kritis (Ability) Menurut Ennis

(1985) ... 28

Tabel 2.2 Standar CRI dan Kriterianya ... 34

Tabel 2.3 Koefisien Pemuaian pada 200C ... 39

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 46

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 51

Tabel 3.3 Kategori Validitas Butir Soal ... 52

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Reliabelitas ... 53

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kemudahan Soal ... 53

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda ... 54

Tabel 3.7 Hasil Analisis Validitas, Tingkat kesukaran, dan Daya Pembeda Ujicoba Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 55

Tabel 3.8 Kriteria Skor Gain ... 57

Tabel 4.1 Hasil Uji-t Penguasaan Konsep Siswa ... 63

Tabel 4.2 Hasil Uji-t Keterampilan Berpikir Kritis ... 67

Tabel 4.3 Rekapitulasi Rata-rata Miskonsepsi Setiap Butir Pertanyaan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 69

Tabel 4.4 Persentase Tanggapan Siswa setiap Indikator Terhadap Penggunaan Model Pembelajaran POEW pada Materi Suhu dan Kalor... 72


(10)

Supriyati, 2013

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Perbandingan beberapa skala termometer ... 36

Gambar 2.2 Perubahan wujud zat cair ... 41

Gambar 3.1 Alur Uji Statistik ... 58

Gambar 3.2 Alur Penelitian ... 59

Gambar 4.1 Perbandingan Rerata Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Penguasaan konsep Siswa ... 61

Gambar 4.2 Perbandingan Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi (N-gain) untuk Penguasaan Konsep setiap Ranah Kognitif ... 64

Gambar 4.3 Perbandingan Rerata Skor Pretest, Posttest, dan N-gain Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 66

Gambar 4.4 Perbandingan Rerata Skor Gain yang Dinormalisasi (N-gain) untuk setiap Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 68

Gambar 4.5 Diagram Perbandingan miskonsepsi siswa setiap item pertanyaan antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 70

Gambar 4.6 Diagram Perbandingan Persentase miskonsepsi Siswa pada Indikator Penguasaan Konsep antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 71


(11)

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A : Perangkat Pembelajaran ... 85

Lampiran B : Instrumen Penelitian ... 160

Lampiran C : Hasil Uji Coba Soal Tes ... 202

Lampiran D : Data Tes Awal, Tes Akhir, dan N-gain ... 217

Lampiran E : Pengolahan Data ... 243


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Salah satu tujuan mata pelajaran fisika di SMA menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah sebagai wahana atau sarana untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep, dan prinsip fisika, serta memiliki keterampilan dan sikap ilmiah.

Tujuan mata pelajaran fisika menurut Permendiknas tahun 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, 2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain, 3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis, 4) Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif, 5) Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pentingnya penguasaan konsep dan keterampilan berpikir tercantum dengan jelas di dalam tujuan pembelajaran yang ditetapkan pemerintah. Penguasaan konsep menggambarkan hasil belajar ranah kognitif siswa. Sedangkan


(13)

2

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan berpikir sangat penting dilatihkan kepada siswa agar dapat menyelesaikan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA negeri di Cimahi didapatkan data bahwa nilai rata-rata ulangan harian siswa adalah 41. Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan konsep siswa masih terkategori rendah. Berdasarkan tes keterampilan berpikir kritis yang dilakukan dengan menggunakan soal standar Ennis didapatkan data bahwa persentase keterampilan berpikir kritis siswa berkategori rendah sebanyak 58 % dan berkategori sedang sebanyak 42 %. Masih sangat rendahnya keterampilan berpikir kritis siswa sehingga diperlukan peningkatan keterampilan berpikir kritis.

Kenyataan di lapangan berdasarkan studi pendahuluan menunjukkan bahwa proses pembelajaran masih didominasi oleh guru (teacher centered) dan metode ceramah masih menjadi pilihan utama strategi mengajar. Guru cenderung sebagai pusat informasi yang bertugas menginformasikan rumus-rumus dan hukum-hukum fisika kepada siswanya. Hal ini nampak berdasarkan hasil observasi pada salah satu SMA di Bandung yang mengakibatkan penguasaan konsep siswa rendah. Siswa merasa kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. Siswa belajar dengan menghafalkan rumus tanpa memahami konsep-konsep fisika. Tidak sedikit siswa yang menganggap bahwa fisika mengerikan dan menyusahkan. Karena kelas fisika penuh dengan rumus-rumus dan teori-teori yang harus dihafalkan. Tetapi fisika sangat penting dalam kehidupan manusia dan tidak dapat dihilangkan dari kurikulum. Fisika dipercaya sebagai induk dari semua ilmu pengetahuan yang mendasari banyaknya inovasi teknologi sepanjang peradaban manusia (Yohanes Surya, 2007).

Lebih lanjut Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2007 mencatat bahwa kemampuan sains siswa di Indonesia berada pada urutan 36 dari 58 negara. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan perbaikan mutu pendidikan di Indonesia khususnya dalam bidang sains.


(14)

Berdasarkan uraian di atas nampak jelas bahwa proses pembelajaran fisika harus lebih menekankan pembelajaran yang menuntut siswa aktif dan guru inovatif. Pembelajaran fisika bukan merupakan sejumlah informasi yang harus dihafalkan oleh siswa tetapi dapat mengembangkan daya pikir siswa sehingga siswa dapat memiliki kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif, menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika; serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap ilmiah.

Konsep-konsep fisika telah diajarkan semenjak SD dan banyak penerapan konsep fisika dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun demikian masih ada miskonsepsi tentang konsep fisika yang terjadi pada siswa. Miskonsepsi dapat terjadi pada segala aspek kehidupan diseluruh dunia. Miskonsepsi menurut Van den Berg (1991) adalah pertentangan atau ketidak cocokan konsep yang dipahami seseorang dengan konsep yang digunakan oleh para ahli fisika. Seorang ilmuwan yang memahami hubungan antar konsep pun dapat mengalami miskonsepsi, hal ini sejalan dengan pendapat van den Berg (1991) yaitu kesalahan konsep atau miskonsepsi seseorang dalam fisika dapat terjadi pada saat mereka memahami hubungan antar konsep. Miskonsepsi secara umum dapat dipandang sebagai bahaya laten karena dapat menghambat proses belajar akibat adanya logika yang salah dan timbulnya inferensi saat mempelajari konsep baru yang benar yang tidak cocok dengan konsep lama yang salah dan telah mengendap dalam pikiran. Oleh karena itu, diperlukan gambaran dari kuantitas miskonsepsi yang dialami siswa sehingga dapat dilakukan pencegahan terjadinya miskonsepsi dan perbaikan-perbaikan dalam pembelajaran yang akan datang.

Terkait dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan maka salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat. Model Predict-Observe-Explain-Write (POEW) dikembangkan dari model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) dan model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW).


(15)

4

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Model pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) adalah model pembelajaran yang dimulai dengan menghadapkan siswa pada permasalahan, selanjutnya siswa meramalkan solusi dari permasalahan (Predict), kemudian melakukan pengamatan untuk membuktikan ramalan (Observe) dan terakhir adalah menjelaskan hasil ramalannya (Explain). Sedangkan strategi pembelajaran TTW juga terdiri dari tiga fase yaitu fase Think, fase Talk, dan fase Write. Pembelajaran dimulai dengan siswa diberikan sebuah permasalahan dan siswa memikirkan kemungkinan dari jawaban tersebut (Think). Selanjutnya pada fase Talk siswa berdiskusi secara kelompok untuk mendiskusikan ha-hal yang didapatkan oleh siswa pada fase Think. Terakhir pada fase Write siswa menuliskan hasil diskusinya secara individu yaitu menuangkan ide-ide dan menuliskannya dengan bahasanya sendiri hasil diskusi yang didapat pada fase Talk. Menulis dapat mendukung pengembangan pemahaman konsep fisika siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif siswa.

Model pembelajaran POEW memungkinkan siswa aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran dengan menggunakan model POEW siswa dilatihkan untuk berpikir kritis dan kreatif seperti pada fase write siswa dilatih berpikir kritis untuk menuliskan rangkuman materi pelajaran yang dipelajari, manfaat mempelajari materi yang sedang dipelajari dan sebuah pertanyaan yang belum terjawab. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif yang dimiliki oleh siswa tidak terlepas dari gaya berpikir siswa.

Ada dua pengkategorian gaya berpikir yaitu assosiative thinking dan directed thinking. Directed thinking atau gaya berpikir yang memiliki tujuan adalah gaya berpikir yang sangat penting karena berpengaruh pada proses pembelajaran, yang terdiri dari gaya berpikir kritis dan gaya berpikir kreatif. Kemudian gaya berpikir kreatif dan gaya berpikir kritis ini terbagi menjadi lima kategori yaitu gaya berpikir kreatif superior, gaya berpikir kreatif, gaya berpikir seimbang, gaya berpikir kritis, dan gaya berpikir kritis superior (Filsaime, 2008). Gaya berpikir kritis dan kreatif merupakan dua hal yang saling bertolak belakang,


(16)

karena kedua pola pikir itu lahir dari dua bagian otak yang berbeda. Kekritisan lahir dari otak kiri yang cenderung teratur dan linear, sedangkan kreativitas lahir dari otak kanan yang cenderung spontan dan lompat-lompat.

Pendekatan dalam pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif tentulah berbeda. Berpikir kreatif akan mudah diwujudkan dalam lingkungan belajar yang secara langsung memberi peluang untuk berpikir terbuka, sebagai contoh situasi belajar yang di bentuk harus memfasilitasi terjadinya diskusi, mendorong seseorang untuk memberikan ide dan pendapat (Hassoubah, 2008:70). Sedangkan untuk meningkatkan berpikir kritis yaitu dengan memulai pelajaran dengan sebuah masalah atau pertanyaan dan mengakhiri dengan latihan evaluatif singkat (Filsaime, 2008). Model POEW adalah sebuah model pembelajaran yang dimulai dengan mengajukan sebuah masalah atau pertanyaan.

Dengan menggunakan model POEW dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Bloom berpendapat bahwa “ Berpikir kritis adalah sebuah proses yang kompleks yang memerlukan penggunaan keterampilan kognitif tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom yaitu analisis, sintesis dan evaluasi (Bloom et al, 1956). Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk berpikir kritis membutuhkan tiga kemampuan kognitif pada level yang tinggi yaitu analisis, sintesis dan evaluasi. Untuk ke tahap level yang tinggi ini maka siswa terlebih dahulu harus menguasai kemampuan kognitif pada level yang lebih rendah yaitu pengetahuan, pemahaman dan penerapan. Taksonomi Bloom adalah alat berpikir kritis membantu memeriksa topik atau teks. Dengan membiasakan siswa untuk menulis maka akan melatihkan keterampilan berpikir kritis karena menulis tidak terlepas dari berpikir kritis. Dengan meningkatnya keterampilan berpikir kritis maka dapat mengakibatkan peningkatan hasil belajar ranah kognitif siswa karena berpikir kritis melatihkan keterampilan kognitif pada level tingkat tinggi yaitu analisis, sintesis dan evaluasi.


(17)

6

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu telah membuktikan keefektifan model pembelajaran POE dan TTW diantaranya adalah: Nurjanah (2009) yang menemukan bahwa model POE dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa secara signifikan. Berdasarkan hasil penelitian Herdianata (2008) menunjukkan bahwa model pembelajaran TTW juga dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa secara signifikan. Sedangkan berdasarkan penelitian Samosir (2010) model POEW dengan menggunakan metode demonstrasi dapat membuat siswa lebih aktif dan kreatif untuk melakukan eksplorasi dan mencari informasi untuk menyelesaikan tugas kelompok. Siswa juga memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan model pembelajaran POEW.

Berdasarkan uraian diatas, dapat terlihat bahwa model pembelajaran POEW memiliki beberapa keunggulan untuk dapat menggali konsep siswa dan melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA pada Materi Suhu dan Kalor”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran POEW terhadap penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis dan gambaran kuantitas miskonsepsi pada materi suhu dan kalor? Bermula dari permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang mendapatkan perlakuan berupa model POEW dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model POE pada materi suhu dan kalor?


(18)

2. Bagaimanakah perbandingan peningkatan keterampilan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan perlakuan berupa model POEW dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model POE pada materi suhu dan kalor? 3. Bagaimanakah gambaran kuantitas miskonsepsi antara siswa yang

mendapatkan perlakuan berupa model POEW dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model POE pada materi suhu dan kalor?

4. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penerapan model POEW pembelajaran materi suhu dan kalor?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjajaki pengaruh penggunaan model Predict-Observe-Explain-Write dalam pembelajaran materi suhu dan kalor terhadap penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, dan gambaran kuantitas miskonsepsi siswa serta gambaran tentang tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran POEW pada materi suhu dan kalor.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran, yaitu:

a. Bagi Siswa, diharapkan dapat membantu meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis dan mendapatkan gambaran kuantitas miskonsepsi siswa dalam mempelajari mata pelajaran fisika khususnya materi suhu dan kalor.

b. Bagi Guru untuk mendapatkan model pembelajaran alternatif yang dapat dilakukan guru didalam kelas.

c. Bagi Peneliti Lanjutan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam mengembangkan model pembelajaran serupa pada topik-topik bahan kajian yang lain.


(19)

8

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Definisi Operasional

Untuk menggambarkan secara lebih operasional variabel dalam penelitian ini, berikut dikemukakan definisi operasional masing-masing variabel tersebut:

1. Model Predict-Observe-Explain (POE) adalah sebuah metode pembelajaran dimana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta siswa untuk melakukan tiga tugas utama, yaitu memprediksi (predict), mengobservasi (observe) dan menjelaskan.

2. Model Predict-Observe-Explain-Write (POEW) adalah model pembelajaran yang dikembangkan dari model pembelajaran Predict-Observe- Explain (POE) dan strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW).

3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep yang ada dalam materi pelajaran setelah pembelajaran berlangsung dengan kata lain penguasan konsep adalah hasil belajar siswa. Hasil belajar menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Hasil belajar diklasifikasikan kedalam tiga domain (ranah) yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain). Penguasaan konsep yang akan diteliti adalah hasil belajar ranah kognitif menurut Bloom yang dibatasi pada aspek mengingat (Remembering) yang disebut C1, aspek memahami (Understanding) yang disebut C2, aspek menerapkan (Applying) yang disebut C3, dan aspek menganalisis (Analysing) yang disebut C4. Instrumen yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep adalah tes tertulis berupa pilihan ganda.

4. Berpikir kritis adalah sebuah proses yang kompleks yang memerlukan penggunaan keterampilan kognitif tingkat tinggi dalam taksonomi Bloom yaitu analisis, sintesis dan evaluasi. Aspek-aspek keterampilan berpikir kritis dalam penelitian ini disadur dari Ennis yaitu Elementary clarification


(20)

(memberikan penjelasan sederhana), Basic Support (membangun keterampilan dasar), Inference (membuat inferensi), Advance clarification (memberikan penjelasan lebih lanjut), dan Strategy and tactics (mengatur strategi dan taktik). Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis adalah tes tertulis berupa esay.

5. Miskonsepsi adalah suatu konsepsi atau struktur kognitif yang melekat dengan kuat dan stabil dibenak siswa yang sebenarnya menyimpang dari konsepsi yang dikemukakan para ilmuan, sehingga dapat menyesatkan para siswa dalam memahami gejala alamiah. Dalam penelitian ini miskonsepsi siswa dianalisis dengan metode CRI (Certainty of Respons Index) yang dikembangkan oleh Saleem Hasan pada tahun 1999. CRI yang digunakan menggunakan skala 0 – 5. Skala CRI terkategori rendah jika skalanya 0, 1, dan 2 sedangkang CRI terkategori tinggi jika skalanya adalah 3, 4, dan 5. Identifikasi Untuk soal pilihan ganda jika jawaban responden terhadap setiap soal benar tetapi angka CRI rendah berarti responden dikategorikan tidak paham konsep; jika jawaban responden terhadap setiap soal salah tetapi angka CRI rendah berarti responden dikategorikan tidak paham konsep; jika jawaban responden terhadap setiap soal salah dan angka CRI tinggi berarti responden dikategorikan mengalami miskonsepsi; sedangkan jika jawaban responden terhadap setiap soal benar dan angka CRI tinggi berarti responden dikategorikan menguasai konsep dengan baik.

6. Tanggapan siswa menggunakan skala bertingkat dari skala terkecil ke skala terbesar yaitu skala 1 sangat tidak setuju, skala 2 tidak setuju, skala 3 setuju, dan skala 4 sangat setuju. Indikator-indikator tanggapan siswa adalah Tanggapan siswa terhadap pelajaran fisika secara umum, Pemahaman siswa tentang model pembelajaran POEW, Tahapan-tahapan dalam model POEW menjadikan siswa lebih aktif dan pembelajaran lebih menyenangkan, Pembelajaran dengan model POEW melatihkan siswa dalam mengkomunikasikan materi pelajaran, Pembelajaran dengan model POEW


(21)

10

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat memudahkan siswa memahami konsep, Pembelajaran dengan model POEW dapat melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa, dan Pembelajaran dengan model POEW dapat meminimalkan miskonsepsi pada siswa.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi experiment (eksperimen semu) dan deskriptif. Metode eksperimen semu pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, perbedaannya ada dalam pengontrolan variabel. Pengontrolan variabel pada quasi eksperimen hanya dilakukan terhadap satu variabel saja, yaitu variabel yang dianggap paling dominan (Sukmadinata, 2005). Adapun variabel dalam penelitian ini adalah penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis dan gambaran kuantitas miskonsepsi. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran tentang tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran POEW.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control Group Pretest-Posttest Design yang melibatkan dua kelompok siswa. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Predict-Observe-Explain-Write (POEW) dan kelompok kedua adalah kelompok control yang mendapatkan pembelajaran dengan metode Predict-Observe-Explain (POE). Desain ini membandingkan nilai pretest-posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dalam menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan secara random. Diagram dari desain penelitian ini tertera pada Tabel 3.1.


(23)

46

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Posttest Eksperimen O1 & O2 X O1 & O2

Kontrol O1 & O2 Y O1 & O2

Keterangan:

O1 = Tes awal dan tes akhir penguasaan konsep siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol

O2 = Tes awal dan tes akhir keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol

X = Perlakuan pembelajaran menggunakan metode POEW pada kelas eksperimen

Y = perlakukan pembelajaran menggunakan metode POE pada kelas kontrol

B. Subjek Penelitian

Populasi target penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 1 Cimahi dan populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas X yang ada di SMAN 1 Cimahi tahun ajaran 2012/2013 yang berjumlah 10 kelas. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random). Hasil pemilihan secara acak didapatkan kelas X-A sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 36 orang siswa dan kelas X-B sebagai kelompok kontrol dengan jumlah 33 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 20012/2013.


(24)

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan yang terbagi menjadi tiga tahap utama sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan antara lain: a. Studi pendahuluan dilakukan untuk dapat merumuskan masalah. Studi

pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kegiatan pembelajaran, hasil belajar siswa yang diperoleh dari guru dari buku nilai, dan kendala yang dihadapi guru dan siswa disekolah.

b. Studi literature tentang pembelajaran dengan model POE, TTW, POEW, dan konsep kalor. Studi literature juga dilakukan untuk mengkaji temuan-temuan sebelumnya, mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk dipergunakan dalam penyusunan indikator-indikator pembelajaran dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran (RPP).

c. Menyusun proposal penelitian yang terdiri dari pendahuluan, tinjauan pustaka dan metode penelitian.

d. Mengikuti seminar penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi, saran, dan perbaikan terhadap kegiatan penelitian yang akan dilakukan.

e. Menyusun perbaikan proposal penelitian sesuai dengan informasi yang telah didapatkan dari kegiatan seminar proposal

f. Menyusun instrument penelitian berupa tes penguasaan konsep, tes berpikir kritis, dan angket

g. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman untuk melaksanakan pembelajaran

h. Judgment instrument penelitian kepada dosen ahli kemudian diperbaiki berdasarkan hasil judgement


(25)

48

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i. Melakukan uji coba instrument untuk tes penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis

j. Melakukan perbaikan instrument penelitian berdasarkan hasil ujicoba instrument.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan dilakukan langkah-langkah penelitian sebagai berikut:

a. Melaksanakan tes awal (pretest). Pemberian tes awal bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa.

b. Memberikan pembelajaran dengan model POEW pada kelas eksperimen dan model POE pada kelas kontrol.

c. Selama pembelajaran, observer melakukan observasi terhadap aktivitas siswa dan aktivitas guru.

d. Melaksanakan tes akhir (posttest). Tes akhir dilakukan setelah pembelajaran selesai. Tes akhir ini dilakukan untuk mengetahui apakah penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa menunjukkan peningkatan serta apakah terjadi penurunan miskonsepsi setelah mendapatkan pembelajaran dengan model POEW.

e. Memberikan angket pada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan strategi POEW.

3. Tahap Akhir

Dalam tahap akhir dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengumpulkan dan mengolah data yang telah diperoleh b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian c. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil pengolahan data

d. Memberikan saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai


(26)

e. Menyusun laporan berdasarkan hasil temuan, analisis, pembahasan, dan kesimpulan.

D. Instrumen Penelitian

Secara garis besar, alat evaluasi yang digunakan dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu tes dan non tes (Arikunto, 2009). Dalam penelitian ini digunakan dua jenis instrument yaitu berupa tes dan non test. Instrumen test digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan berfikir kritis siswa, Sedangkan instrument non test digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pelaksanaan proses pembelajaran menggunakan model POEW dengan menggunakan angket. Instrumen yang digunakan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian adalah:

1. Tes penguasaan konsep siswa berupa hasil belajar ranah kognitif

Tes ini digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa terhadap konsep suhu dan kalor. Item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda yang dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu diawal dan diakhir Tes penguasaan konsep menggunakan indikator hasil belajar ranah kognitif siswa tingkatan Taksonomi Bloom.

2. Tes keterampilan berpikir kritis

Instrumen tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes yang disadur dari karya dari Robert H. Ennis dan Jason Millman (1990) yang merupakan tokoh dan acuan utama peneliti mengenai Keterampilan Berpikir Kritis. Instrumen tes yang digunakan yaitu berupa tes dalam bentuk esay yang menguji beberapa kemampuan yang mendasari aspek-aspek berpikir kritis. Kemampuan yang mendasari berpikir kritis tersebut ialah kemampuan menginduksi, mengobservasi dan kredibilitas suatu sumber, mendeduksi, dan mengidentifikasi asumsi.


(27)

50

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti menggunakan soal tes fisika untuk mengukur keterampilan berpikir kritis yang memuat aspek-aspek ketererampilan berpikir kritis menurut Ennis yaitu Elementary clarification (memberikan penjelasan sederhana), Basic Support (membangun keterampilan dasar), Inference (membuat inferensi), Advance clarification (memberikan penjelasan lebih lanjut), serta Strategy and tactics (mengatur strategi dan taktik).

3. Certainty of Response Index (CRI) untuk tes miskonsepsi

Dalam penelitian ini menggunakan CRI untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, setiap siswa selain diminta untuk menjawab setiap soal penguasaan konsep yang diberikan, juga diminta membubuhkan nilai CRI untuk setiap jawaban yang dipilihnya pada setiap soal yang diberikan. Skala nilai CRI yang akan digunakan dalam penetitian ini adalah 0 - 5 sebagaimana yang dikemukakan oleh Hasan, et al.(1999:296). Setiap kriteria skala CRI diganti dengan persentase unsur tebakan dalam menjawab suatu pertanyaan.

4. Angket

Angket siswa digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika dengan penerapan model POEW. Tujuan angket siswa adalah untuk mengungkap beberapa hal sebagai berikut:

a. Tanggapan siswa terhadap pelajaran fisika secara umum b. Pemahaman siswa tentang model pembelajaran POEW

c. Tahapan-tahapan dalam model POEW menjadikan siswa lebih aktif dan pembelajaran lebih menyenangkan

d. Pembelajaran dengan model POEW melatihkan siswa dalam mengkomunikasikan materi pelajaran

e. Pembelajaran dengan model POEW dapat memudahkan siswa memahami konsep


(28)

f. Pembelajaran dengan model POEW dapat melatihkan kemampuan berpikir kritis siswa.

g. Pembelajaran dengan model POEW dapat meminimalkan miskonsepsi pada siswa

Penskoran angket menggunakan skala Likert. Siswa diminta menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pernyatan positif pemberian skor adalah SS = 4, S = 3, ST = 2, dan STD = 1. Sebaliknya untuk pernyataan negative pemberian skor adalah SS = 1, S = 2, ST = 3, dan STD = 4.

Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa terhadap penerapan model pembelajaran POEW pada materi suhu dan kalor.

5. Lembar Observasi

Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran digunakan untuk mengukur sejauh mana tahapan pembelajaran fisika dengan model POEW yang telah direncanakan terlaksana dalam proses pembelajaran. Observasi yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembar daftar cek.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga cara pengumpulan data yaitu melalui tes, angket, dan observasi. Teknik pengumpulan data secara lengkap ada pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan Instrumen 1 Siswa Penguasaan Konsep

berupa hasil belajar

Pretest dan posttest

Butir soal pilihan ganda


(29)

52

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ranah kognitif siswa 2 Siswa Keterampilan

berpikir kritis siswa

Pretest dan posttest

Butir soal esay

3 Siswa Tanggapan siswa terhadap model POEW

Angket Lembar Angket

4 Guru Keterlaksanaan model POEW sesuai dengan yang

direncanakan

Observasi Lembar observasi aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran

F. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen 1. Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan, mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejumlah sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud (Arikunto, 2009). Dalam penelitian ini untuk mencari validitas butir soal menggunakan rumuskoefisien korelasi product moment dari Pearson (Arikunto, 2009) dengan rumus sebagai berikut:

 

 

2 2

2

 

2

   Y Y N X X N Y X XY N r n xy (3.1) Keterangan:

r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Xn = Skor tiap-tiap item soal

Y = Skor total tes

N = Banyaknya siswa peserta tes n = Nomor urut siswa


(30)

Tabel 3.3 Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat Rendah 0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah

0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup 0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi 0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi

(Arikunto, 2009)

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Koefisien reliabilitas tes dihitung dengan rumus KR 21 sebagai berikut:              2 11 ) ( 1 1 t t t V M k M k k r (3.2) Keterangan:

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Mt = Mean skor total, mean adalah nilai rata-rata dari data

2

t

V = Varian total, varian adalah kuadrat dari standar deviasi.

Perhitungan besarnya reliabilitas soal uji coba dilakukan dengan bantuan program Microsoft Excel 2010 baik untuk soal penguasaan konsep dan soal keterampilan berpikir kritis. Interpretasi untuk besarnya koefisien Reliabelitas disajikan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Reliabelitas


(31)

54

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

0,00 < r11≤ 0,20 Sangat Rendah 0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

0,40 < r11≤ 0,60 Cukup 0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

(Arikunto, 2009)

3. Analisis Tingkat Kemudahan

Analisis tingkat kemudahan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa mudah sebuah soal yang dibuat. Instrumen yang baik adalah yang mempunyai tingkat kemudahan sedang, tidak terlalu sukar ataupun terlalu mudah. Untuk menganalisis tingkat kemudahan soal, digunakan rumus sebagai berikut:

JS B

P  (3.4)

Keterangan :

P = Indeks kemudahan

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Interprestasi untuk Tingkat Kesukaran Soal terdapat dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat Kemudahan Soal

Batasan Kategori

0,00 ≤ P < 0,30 0,30 ≤ P < 0,70 0,70 ≤ P < 1,00

Sukar Sedang Mudah

(Arikunto, 2009)

4. Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2009). Untuk menentukan daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:


(32)

B A B B A

A P P

J B J B

DP   

(3.3) Keterangan :

JA = Banyaknya peserta kelompok atas sebanyak 50% dari jumlah

siswa peserta tes

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah sebanyak 50% dari jumlah

siswa peserta tes

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan

benar

BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan

benar A A A J B

P  = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

B B B

J B

P  = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Dengan Interprestasi untuk Daya Pembeda terdapat dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

Batasan Kategori

DP ≤ 0,20 0,20 < DP ≤ 0,40 0,40 < DP ≤ 0,70 0,70 < DP ≤ 1,00

Jelek Cukup

Baik Baik sekali

5. Hasil Ujicoba Instrumen

Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini adalah tes penguasaan konsep yang terdiri dari 30 butir soal pilihan ganda dan tes


(33)

56

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan berpikir kritis yang terdiri dari 12 butir soal esay. Sebelum di ujicobakan instrumen telah dibenarkan oleh tiga pakar.

Uji coba instrumen dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Cimahi pada tingkat XI yang terdiri dari 36 orang siswa. Berdasarkan hasil uji coba instrumen penguasaan konsep dari 30 soal yang diuji cobakan terdapat enam butir soal yang tidak valid sehingga menurut peneliti tidak layak untuk digunakan. Jadi dalam hal ini tes penguasaan konsep yang digunakan terdiri dari 24 butir soal yang cukup mewakili penguasaan konsep siswa pada setiap indikator pembelajaran materi suhu dan kalor.

Sedangkan untuk koefisien reliabilitas tes penguasaan konsep setelah dilakukan perhitungan adalah sebesar 0,66 dan berkategori tinggi. Hasil uji coba instrumen penguasaan konsep secara selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.

Sedangkan Hasil uji coba tes keterampilan berpikir kritis materi suhu dan kalor dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7

Hasil Analisis Validitas, Tingkat kemudahan, dan Daya Pembeda Ujicoba Tes Keterampilan Berpikir Kritis

No. Soal

Validitas Ket. Tingkat Kesukaran

Ket. Daya

Pembeda

Ket.

1 0,34 Valid 0,5 Sedang 0,25 cukup

2 0,67 Valid 0,24 Sukar 0,20 cukup

3 0,64 Valid 0,24 Sukar 0,21 cukup

4 0,63 Valid 0,29 Sukar 0,22 cukup

5 0,61 Valid 0,21 Sukar 0,21 cukup

6 0,49 Valid 0,53 Sedang 0,41 Baik

7 0,68 Valid 0,26 Sukar 0,21 cukup

8 0,42 Valid 0,08 Sukar 0,10 Jelek

9 0,63 Valid 0,19 Sukar 0,21 cukup

10 0,68 Valid 0,16 Sukar 0,21 cukup

11 0,65 Valid 0,13 Sukar 0,20 cukup


(34)

Sedangkan untuk koefisien reliabilitas tes penguasaan konsep setelah dilakukan perhitungan didapatkan nilai sebesar 0,79 yang berkategori tinggi. Berdasarkan hasil uji coba instrumen tersebut terdapat satu butir soal yang daya pembedanya berkategori jelek sehingga menurut peneliti tidak layak untuk digunakan. Jadi dalam hal ini tes keterampilan berpikir kritis yang digunakan terdiri dari 11 butir soal. Hasil uji coba instrumen penguasaan konsep dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran C.

G. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data hasil belajar ranah kognitif, data tes keterampilan kritis siswa, data kuantitas miskonsepsi siswa dan data tanggapan siswa terhadap pembelajaran.

1. Pemberian skor tes awal dan tes akhir siswa

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights

Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu (1) dan jawaban salah atau butir

soal yang tidak dijawab diberi skor nol (0). Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :

(3.5)

Keterangan:

S = Skor mentah siswa

Rn = Skor untuk soal n (0 atau 1)

Penskoran untuk Keterampilan Berfikir Kritis siswa dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:


(35)

58

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Perhitungan N-gain

Setelah diperoleh skor tes awal dan skor tes akhir maka dihitung selisih antara skor tes awal dan skor tes akhir untuk mendapatkan nilai gain (gain values). Selain itu juga dapat dihitung gain normalnya. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai gain dan gain normal masing-masing sebagai berikut:

; N-g (3.7)

Keterangan:

G = Gain

N-gain = Gain normal

T1 = Skor tes awal

T2 = Skor tes akhir

Is = Skor ideal/Skor maksimum= Skor yang didapat jika siswa

menjawab seluruh soal dengan benar.

“Perbedaan antara skor pretes dan postes ini diasumsikan sebagai efek

dari treatment” (Arikunto, 2009), Sedangkan skor gain normal dapat

diinterpretasikan seperti pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Kriteria Skor Gain

Batasan Kategori

N-gain < 0,30 0,30 ≤ N-gain < 0,70 0,70 ≤ N-gain < 1,00

Rendah Sedang Tinggi

3. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-smirnov dengan taraf


(36)

signifikansi (α) = 0,05. Apabila nilai Sig  α maka Hi (data berdistribusi

normal) diterima, atau Ho (data tidak berdistribusi normal) ditolak, dengan α =

0,05.

Setelah dilakukan uji normalitas, jika kedua data berdistribusi normal maka selanjutnya dilakukan uji homogenitas. Tetapi jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka pengujian selanjutnya menggunakan statistik nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney.

4. Uji Homogenitas

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang didapat dari kedua kelompok ini memiliki kesamaan varians atau tidak. Sebaran data homogen adalah sebaran data yang tidak bervariasi atau memiliki penyebaran (dispersi) yang kecil. Apabila nilai dari sig  α maka Hi

(data homogen) diterima, atau Ho (data tidak homogen) ditolak dengan kata

lain bahwa varians untuk kedua data tersebut adalah homogen.

Alur pengolahan data uji statistik mengenai efektivitas penggunaan model POEW pada materi suhu dan kalor untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa ditunjukkan pada Gambar 3.1.

Data

Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov

Uji Homogenitas

Pengujian Hipotesis dengan Uji-t

Uji Mann-Whitney Tidak

k Ya


(37)

60

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Alur Uji Statistik

H. Alur Penelitian

Tahapan-tahapan penelitian secara bagan ditunjukkan pada gambar 3.2.

Pembelajaran dengan Model

POEW

Pembelajaran dengan Model POE Observasi

Angket Pengolahan

dan Analisis

Kesimpulan Tes Akhir

Tes Awal Uji Coba Instrumen

Studi Pendahuluan

Perumusan Masalah

Studi Literatur: Model POE, Model POEW, Penguasaan Konsep, Keterampilan Berpikir Kritis,

Miskonsepsi

Penyusunan Instrumen: Soal Tes Penguasaan Konsep juga untuk mendapatkan gambaran miskonsepsi siswa, Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis, Pedoman Observasi, dan Angket

Penyusunan RPP dengan model POEW dan model POE


(38)

(39)

81

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Pembelajaran fisika menggunakan model POEW lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi suhu dan kalor dibandingkan pembelajaran fisika menggunakan model POE dengan nilai N-gain rata siswa kelas eksperimen sebesar 0,63 sedangkan nilai N-N-gain rata-rata siswa kelas kontrol sebesar 0,50; pembelajaran fisika dengan model POEW dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan pembelajaran fisika menggunakan model POE pada materi suhu dan kalor dengan nilai rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,52 dan kelas kontrol sebesar 0,46; gambaran miskonsepsi siswa pada pembelajaran fisika menggunakan model POEW lebih kecil dibandingkan miskonsepsi pada pembelajaran fisika menggunakan model POE pada materi suhu dan kalor; dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran POEW. Implementasi pembelajaran ini menjadikan siswa lebih aktif dan mendukung dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model POEW pada materi suhu dan kalor maka peneliti dapat memberikan saran yaitu: 1. Agar dalam mengimplementasikan model POEW dan POE hendaknya guru

memberikan penjelasan dalam penggunaan alat praktikum sebelum pembelajaran.


(40)

82

2. Pada tahapan explain, guru harus memotivasi siswa supaya berani mengeluarkan pendapat dan gagasannya supaya proses diskusi berjalan dengan baik.


(41)

82

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, et al. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Andriani, M. (2008). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Strategi Think-Talk-Write untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA. Bandung: UPI.

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Associate Professor Kym Fraser. (2012). Writing critical thinking

learning outcomes. http://theteachingtomtom.wordpress.com/2012/11/15/ writing-critical-thinking-learning-outcomes/. 10 Desember 2012

Baharudin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan Pemahaman dalam Fisika Terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS: IKIP Bandung.

Bellis, Mary. (2013). The History of the Thermometer. http://inventors.about. com/od/tstartinventions/a/History-Of-The-Thermometer.htm

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. http://litbang.kemdikbud.go.id/content/BUKUST~1% 284%29.pdf. 01 Desember 2012

Dahar, Ratna wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyanti dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Emilia, Eni. (2007). Menulis tesis dan Disertasi. Bandung: UPI. http://alifviaarviningrum.students-blog.undip.ac.id/files/2010/10/Tesis-dan-Disertasi-9-Rev-Sept08.pdf


(42)

Ennis, R.H. (1985). “At Outline of Goals for A Critical Thingking Curriculum”. In Developing Mind: A Resource book for Teaching Thingking. Virginia: ASCD Publication.

Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Giancoli, Douglas C. (2001). Fisika Edisi ke Lima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hasan, S., Bagayono, D., Kelley, E. L. (1999). Misconceptions and The Certainty

of Response Index (CRI). Phys. Educ. 34 294-299. http://iopscience.iop. org/0031-9120/34/5/304.

Hassoubah, Zaleha Izhab. (2008). Mengasah Pikiran kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa.

Hernowo. (2003). Quantum Writing: Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Pontensi Menulis. Mizan Learning Center: Bandung.

Indrawati. (2007). Keterampilan berpikir dasar. Bandung: Depdiknas.

Joyce, B., Marsha W & Emily C. (2009) Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Juprimalino. (2012). Taksonomi Bloom Tentang Dimensi Kognitif: Faktual, Konseptual, Prosedural, Metakognitif. http://juprimalino.blogspot.com/ 2012/06/taksonomi-bloom-tentang-dimensi.html. 07 Desember 2012 Kearney. (2010). POE Strategy. http://arb.nzcer.org.nz/strategies/poe.php.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002. Bandung: FMIPA UPI. Liliasari, (2005), Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui

Pendidikan Sains (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung: UPI.

Mabout. (2006). The Use of A Predict-Observe- Explain Sequence in The Laboratory to Improve Students Conceptual Understanding Of Motion in Tertiary Physics in Thailand. http://www.Google.co.id.abstrak.digilib. upi.edu/.../TIPA0808020 Abstract.pdf. 01 Desember 2012


(43)

84

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurjanah, Ai. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Mts. Tesis Pendidikan IPA. Bandung: UPI.

Pemerintah. (2003). Visi-Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional. http://tunas63. wordpress.com/2008/11/07/visi-misi-dan-tujuan-pendidikan-nasional/. Purnamasari, Gini (2010). 15. Penerapan Model Pembelajaran Think-Talk-Write

(TTW) Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siswa SMA Pasundan Kota Bumi (Penelitian Tindakan Kelas X SMA Pasundan Kota Sukabumi). Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samosir, Heppy. (2010). Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write (POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Pendidikan IPA. Bandung: UPI.

Seniati,Liche. dkk. (2005) Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model Pembelajaran. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/ pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sukmadinata,N.S. (2004). Kurikulum dan pembelajaran kompetensi. Bandung: Kesumakarya

Suparno, P.. (2005). Miskonsepsi dan perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suparno, Paul. (2006). Metodogi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Surya, Yohanes. (2007). Pembelajaran Sains Fisika yang Asik, Mudah, dan Menyenangkan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulloh.

Tarigan, H.G. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

TIMSS. (2007). Highlights from The Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) Nasional Center for Education Statistics (NCES) U.S. Departement of Education. http://litbang.kemdikbud.go. id/detail.php? id=214. 02 Desember 2012.


(44)

Van den Berg, E. (1991). Miskonsepsi fisika dan Remediasinya. Salatiga: Universitas kristen satya wacana.

Yulianti, Lia. (2007). Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game Tournament dalam Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan media Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA. Bandung: UPI.


(1)

81 Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: Pembelajaran fisika menggunakan model POEW lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa pada materi suhu dan kalor dibandingkan pembelajaran fisika menggunakan model POE dengan nilai

N-gain rata siswa kelas eksperimen sebesar 0,63 sedangkan nilai N-N-gain

rata-rata siswa kelas kontrol sebesar 0,50; pembelajaran fisika dengan model POEW dapat lebih meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan pembelajaran fisika menggunakan model POE pada materi suhu dan kalor dengan nilai rata-rata N-gain untuk kelas eksperimen sebesar 0,52 dan kelas kontrol sebesar 0,46; gambaran miskonsepsi siswa pada pembelajaran fisika menggunakan model POEW lebih kecil dibandingkan miskonsepsi pada pembelajaran fisika menggunakan model POE pada materi suhu dan kalor; dan siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran POEW. Implementasi pembelajaran ini menjadikan siswa lebih aktif dan mendukung dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model POEW pada materi suhu dan kalor maka peneliti dapat memberikan saran yaitu: 1. Agar dalam mengimplementasikan model POEW dan POE hendaknya guru

memberikan penjelasan dalam penggunaan alat praktikum sebelum pembelajaran.


(2)

82 Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir

2. Pada tahapan explain, guru harus memotivasi siswa supaya berani mengeluarkan pendapat dan gagasannya supaya proses diskusi berjalan dengan baik.


(3)

82

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, et al. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,

dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Andriani, M. (2008). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika

Berbasis Strategi Think-Talk-Write untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Madrasah Ibtidaiyah. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA. Bandung:

UPI.

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Associate Professor Kym Fraser. (2012). Writing critical thinking

learning outcomes. http://theteachingtomtom.wordpress.com/2012/11/15/

writing-critical-thinking-learning-outcomes/. 10 Desember 2012

Baharudin. (1982). Peranan Kemampuan Dasar Intelektual Sikap dan

Pemahaman dalam Fisika Terhadap Kemampuan Siswa di Sulawesi Selatan Membangun Model Mental. Disertasi Doktor FPS: IKIP Bandung.

Bellis, Mary. (2013). The History of the Thermometer. http://inventors.about. com/od/tstartinventions/a/History-Of-The-Thermometer.htm

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas. http://litbang.kemdikbud.go.id/content/BUKUST~1% 284%29.pdf. 01 Desember 2012

Dahar, Ratna wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2003). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Dimyanti dan Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Emilia, Eni. (2007). Menulis tesis dan Disertasi. Bandung: UPI. http://alifviaarviningrum.students-blog.undip.ac.id/files/2010/10/Tesis-dan-Disertasi-9-Rev-Sept08.pdf


(4)

Ennis, R.H. (1985). “At Outline of Goals for A Critical Thingking Curriculum”.

In Developing Mind: A Resource book for Teaching Thingking. Virginia:

ASCD Publication.

Filsaime, Dennis K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Fisher, A. (2009). Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Giancoli, Douglas C. (2001). Fisika Edisi ke Lima Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hasan, S., Bagayono, D., Kelley, E. L. (1999). Misconceptions and The Certainty

of Response Index (CRI). Phys. Educ. 34 294-299. http://iopscience.iop.

org/0031-9120/34/5/304.

Hassoubah, Zaleha Izhab. (2008). Mengasah Pikiran kreatif dan Kritis. Bandung : Nuansa.

Hernowo. (2003). Quantum Writing: Cara Cepat Nan Bermanfaat untuk

Merangsang Munculnya Pontensi Menulis. Mizan Learning Center:

Bandung.

Indrawati. (2007). Keterampilan berpikir dasar. Bandung: Depdiknas.

Joyce, B., Marsha W & Emily C. (2009) Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Juprimalino. (2012). Taksonomi Bloom Tentang Dimensi Kognitif: Faktual,

Konseptual, Prosedural, Metakognitif. http://juprimalino.blogspot.com/

2012/06/taksonomi-bloom-tentang-dimensi.html. 07 Desember 2012 Kearney. (2010). POE Strategy. http://arb.nzcer.org.nz/strategies/poe.php.

Liliasari. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Kimia untuk Meningkatkan Strategi Kognitif Mahasiswa Calon Guru dalam Menerapkan Berpikir konseptual Tingkat Tinggi. Laporan Penelitian Hibah bersaing IX Perguruan Tinggi Tahun Anggaran 2001-2002. Bandung: FMIPA UPI.

Liliasari, (2005), Membangun Keterampilan Berpikir Manusia Indonesia melalui

Pendidikan Sains (Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap IPA). Bandung:

UPI.

Mabout. (2006). The Use of A Predict-Observe- Explain Sequence in The

Laboratory to Improve Students Conceptual Understanding Of Motion in Tertiary Physics in Thailand. http://www.Google.co.id.abstrak.digilib.


(5)

84

Supriyati, 2013

Pengembangan Model Poew Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep,Keterampilan Berpikir Kritis,Dan Mendapatkan Gambaran Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMA Pada Materi Suhu Dan Kalor Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nurjanah, Ai. (2009). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain

(POE) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Tekanan dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Mts. Tesis Pendidikan IPA. Bandung:

UPI.

Pemerintah. (2003). Visi-Misi dan Tujuan Pendidikan Nasional. http://tunas63. wordpress.com/2008/11/07/visi-misi-dan-tujuan-pendidikan-nasional/. Purnamasari, Gini (2010). 15. Penerapan Model Pembelajaran Think-Talk-Write

(TTW) Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi pada Siswa SMA Pasundan Kota Bumi (Penelitian Tindakan Kelas X SMA Pasundan Kota Sukabumi). Skripsi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Bandung: UPI.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Samosir, Heppy. (2010). Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write

(POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Pendidikan IPA. Bandung: UPI.

Seniati,Liche. dkk. (2005) Psikologi Eksperimen. Jakarta: Indeks.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, dan Model

Pembelajaran. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/09/12/ pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/.

Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung. Tarsito.

Sukmadinata,N.S. (2004). Kurikulum dan pembelajaran kompetensi. Bandung: Kesumakarya

Suparno, P.. (2005). Miskonsepsi dan perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Suparno, Paul. (2006). Metodogi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Surya, Yohanes. (2007). Pembelajaran Sains Fisika yang Asik, Mudah, dan

Menyenangkan. Jakarta: UIN Syarif Hidayatulloh.

Tarigan, H.G. (1994). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

TIMSS. (2007). Highlights from The Trends in International Mathematics and

Science Study (TIMSS) Nasional Center for Education Statistics (NCES)

U.S. Departement of Education. http://litbang.kemdikbud.go. id/detail.php? id=214. 02 Desember 2012.


(6)

Van den Berg, E. (1991). Miskonsepsi fisika dan Remediasinya. Salatiga: Universitas kristen satya wacana.

Yulianti, Lia. (2007). Penerapan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Teams

Game Tournament dalam Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan media Komputer untuk Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematik Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA. Bandung:


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL SIKLUS PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE EXPLAIN PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 14 36

EFEKTIVITAS MODEL BELAJAR PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN PADA MATERI TERMOKIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PREDIKSI DAN PENGUASAAN KONSEP

1 21 40

Analisis keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran predict, observe, explain (poe) pada materi asam basa

3 12 218

PENERAPAN SIMULASI KOMPUTER MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP SUHU DAN KALOR.

1 1 71

PENERAPAN MODEL PREDICT OBSERVE AND EXPLAIN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI DAUR AIR.

0 4 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE) PADA MATERI KOLOID UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

1 25 156

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN MEMFASILITASI PERUBAHAN KONSEPTUAL SISWA SEKOLAH DASAR.

0 1 33

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DANKETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA SUBKONSEP PENCEMARAN AIR.

0 7 36

Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write (POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.

0 1 33

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN POEW UNTUK MENDAPATKAN GAMBARAN KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMA MATERI SUHU DAN KALOR

0 0 13