PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN : Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 Di SMA N 1 Tasikmalaya.

(1)

DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X IPA-2 DI

SMA N 1 TASIKMALAYA) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh :

Moch Arinal Rifa

1002229

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


(2)

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya)

Oleh

Mochamad Arinal Rifa

© Mochamad Arinal Rifa Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014


(3)

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PTK Pada Siswa Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya)

disetujui dan disahkan oleh dosen pembimbing: Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP.19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si. NIP.19620102 198608 2 001

Mengetahui,


(4)

1. Ketua :

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP : 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris :

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP : 19630820 198803 1 001 3. Penguji :

3.1 Prof. Dr. H. Endang Danial AR, M.Pd, M.Si. NIP : 195000502 197603 1 002

3.2 Drs. Rahmat, M.Si. NIP : 19580915 198603 1 003


(5)

ABSTRAK

Mochamad Arinal Rifa (1002229). PENERAPAN MODEL

PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X IPA-2 di SMA N 1 Tasikmalaya).

Penelitian ini dilatarbelakangi permasalahan yang dihadapi selama proses pembelajaran PKn di Sekolah, yaitu kurangnya antusias belajar pada siswa, kurangnya aktivitas belajar siswa, yang disebabkan kejenuhan dan kebosanan selama proses pembelajaran mata pelajaran PKn, dan belum tercapainya nilai KKM yang ingin dicapai. Penelitian ini dilakukan di Kelas X IPA-2 SMA Negeri 1 Tasikmalaya yang berjumlah 38 orang siswa. Tujuan penelitian untuk mengetahui sejauh mana penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn di kelas X IPA-2 SMA Negeri 1 Tasikmalaya. Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian adalah 1) Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru untuk mempersiapkan model pembelajaran Snowball Throwing pada mata pelajaran PKn?. 2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran melalui model Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?. 3) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Snowball Throwing? 4) Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?. 4) Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran Snowball Throwing sebagai alat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn?. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut digunakan pendekatan kualitatif, dengan metode Penelitian Tindakan Kelas yang terdiri dari tiga siklus dan empat tahap yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi serta analisis dan refleksi. Pengumpulan data untuk mendukung kelancaran pada penelitian ini dilaksanakan dengan observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu (1) Guru telah melakukan langkah-langkah Snowball Throwing dengan benar, (2) Pelaksanaan pembelajaran sudah baik dan benar sesuai dengan langkah-langkah Snowball Throwing. (3) Telah meningkatnya aktivitas belajar siswa, terlihat dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa dari

setiap siklus. Siklus 1 menunjukan 51,67% dengan kategori “cukup aktif”, siklus II menunjukan 66,68% dengan kategori “sangat aktif”, dan siklus III menunjukan


(6)

96,67% dengan kategori “sangat aktif. (4) Dalam penelitian ini yaitu guru masih kesulitan ketika menerapkan model ini, dan siswa kurang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan model pembelajaran Snowball Throwing di siklus ke-I. (5) Guru diupayakan mengetahui sepenuhnya langkah-langkah model pembelajaran tersebut, dan pengelolaan kelas yang baik dengan melakukan refleksi ketika selesai pembelajaran, dan memperbaiki dalam pembelajaran selanjutnya.


(7)

ABSTRACT

Mochamad Arinal Rifa (1002229). IMPLEMENTATION OF SNOWBALL

THROWING LEARNING MODEL TO IMPROVE

STUDENTS’LEARNING ACTIVITY IN CIVIC EDUCATION SUBJECT (Class Action Research to 11th Grade Students at SMA N 1 Tasikmalaya).

This research background was come from some problems that faced during the process of civic education learning process at school such as, the lack of students’ enthusiasm and activities due to the feel of bored during the learning process and the failure of minimum score achievement. This research was done at X IPA 2 SMA N 1 Tasikmalaya which had 38 students. The purpose of this research was to figure out how far was the implementation of Snowball Throwing Learning Model In improving students’ learning activity in civic education at X IPA-2 Class at SMA N 1 Tasikmalaya. The research question were 1) How does the planning that have done by the teachers to prepare snowball throwing learning model in civic education subject? 2) How does the implementation of Snowball Throwing learning model during the learning process improve students’ activity in civic education subject? 3) How is the improvement of students’ learning activity during the implementation of snowball throwing learning model in civic education subject? 4) What kind of efforts that have to do in order to overcome obstacles that faced in implementation of snowball throwing as the model to improve students’ learning activity in civic education subject? Data collection to support this research was done by observation, interview, documentation and class note. The results are: (1) Teacher had done the steps of Snowball Throwing correctly (2) The learning process was done correctly based on the steps of Snowball Throwing (3) There was an improvement of students’ learning activity in every cycle. First Cycle show 51.67% with the category of “Active”, Second Cycle show 66.68% with category of “very active” and the Third Cycle was shown 96.67% with the category of “very active”. (4) In this research teacher still find a difficult on the implementation of Snowball Throwing Learning Model in the First Cycle. (5) Teacher was suggested to master the steps of learning model also with good class management by having reflection after the learning process and make a correction for next learning process .


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... I KATA PENGANTAR... II UCAPAN TERIMAKASIH... III DAFTAR ISI... VI DAFTAR TABEL... VIII DAFTAR GAMBAR... IX DAFTAR LAMPIRAN... V

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 17

A. Kajian Pustaka... ... 17

1. Strategi Pembelajaran a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 17

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Interaksi Belajar Mengajar ... 18

c. Penerapan Interaksi Belajar Mengajar... 21

2. Hakikat dan Teori Belajar dalam Pembelajaran PKn... 22

a. Hakikat Belajar dan Pembelajaran... 22

b. Teori Belajar dalam Pembelajaran PKn... 24

3. Model-model Pembelajaran ... 27

a. Pengertian Model Pembelajaran ... 27

b. Dasar Pertimbangan Pemilihan Model pembelajaran ... 29

c. Ciri-ciri Model pembelajaran ... 32

4. Model Pembelajaran Snowball Throwing... 33

a. Pengertian Model Snowball Throwing……… 33

b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Snowball Throwing... 35


(9)

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

Snowball Throwing………. 35

B. Hasil Penelitian Terdahulu... ... 36

C. Kerangka Pemikiran... 38

D. Hipotesis ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 48

C. Definisi Operasional ... 54

D. Prosedur Penelitian ... 57

E. Teknik Penelitian ... 58

F. Teknik Pengolahan Data ... 61

G. Teknik Analisis dan Validasi Data…....………... BAB IV HASIL PENELITIAN ... 66

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 66

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

1. Kondisi Pra Pembelajaran... . 72

2. Tindakan Siklus I... ... 79

a. Perencanaan Tindakan Siklus I... .. 79

b. Deskripsi Tindakan Siklus I... .. 81

c. Observasi dan Pengamatan Tindakan Siklus I... .. 85

d. Refleksi Tindakan Siklus I... .. 96

3. Tindakan Siklus II... . 98

a. Perencanaan Tindakan Siklus II... . 98

b. Deskripsi Tindakan Siklus II... .. 100

c. Observasi dan Pengamatan Tindakan Siklus II... . 102

d. Refleksi Tindakan Siklus II... . 113

4. Tindakan Siklus III... .. 116

a. Perencanaan Tindakan Siklus III... .. 116

b. Deskripsi Tindakan Siklus III... .. 117

c. Observasi dan Pengamatan Tindakan Siklus III... .. 119

d. Refleksi Tindakan Siklus III... .. 131

C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dengan Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan…... ... 133


(10)

2. Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan... ... 134

3. Kendala dalam Menerapkan Model Snowball Throwing... ... 146

4. Upaya dalam Mengatasi Kendala Menerapkan Model Snowball Throwing... . 139

5. Temuan Hasil Penelitian... ... 148

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 150

A. Kesimpulan... 150


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Daftar Rata-rata Nilai PKn Ujian Semester 1... 9

3.1 Klasifikasi Kegiatan Guru dan Siswa... 57

4.1 Jumlah Peserta didik dan Ruangan... 69

4.2 Fasilitas dan Perlengkapan Sekolah... 69

4.3 Hasil Observasi Awal... ... 75

4.4 Nama-nama Anggota kelompok... 82

4.5 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Ke-1... 85

4.6 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian Terhadap Guru Pada Siklus Ke-I... 88

4.7 Hasil Observasi Kegiatan Siwa Pada Siklus Ke-1... 90

4.8 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian Terhadap Siswa Pada Siklus Ke-I.... 92

4.9 Daftar Nilai Tes Kelompok Siklus Ke-1... 94

4.10 Hasil Tes Individu Siklus Ke-1... 94


(12)

4.12 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian Terhadap Guru Pada Siklus Ke-II.... 106 4.13 Hasil Observasi Kegiatan Siwa Pada Siklus Ke-II... 108 4.14 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus

Penelitian dan Penilian Terhadap Siswa Pada Siklus Ke-II... 109 4.15 Daftar Nilai Tes Kelompok Siklus Ke-II... 112 4.16 Hasil Tes Individu Siklus Ke-II... 113 4.17 Hasil Observasi Kegiatan Guru Pada Siklus Ke-III... 120 4.18 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus

Penelitian dan Penilian Terhadap Guru Pada Siklus Ke-III... 123 4.19 Hasil Observasi Kegiatan Siwa Pada Siklus Ke III... 125 4.20 Format Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Fokus

Penelitian dan Penilian Terhadap Siswa Pada Siklus Ke-III.... 126 4.21 Daftar Nilai Tes Kelompok Siklus Ke-III... 129 4.22 Hasil Tes Individu Siklus Ke-III... 130 4.23 Hasil Tes Observasi Awal... 133 4.24 Format Perbandingan Hasil Observasi Pelaksanaan

Pembelajaran Dengan Fokus Penelitian dan Penilian

Terhadap Guru Pada Siklus Ke-I, II, dan III... 136 4.25 Perbandingan Hasil Aktivitas Belajar Siswa Pada

Pembelajaran PKn Dalam Tiap Siklus... 140 4.26 Perbandingan Nilai Kelompok Antara Tindakan

Ke-I, II dan III... 144 4.27 Perbandingan Perolehan Nilai Data Awal dan Tes


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Model Spiral Penelitian Tindakan Kelas... 50 4.1 Struktur Organisasi SMA N 1 Tasikmalaya... 68 4.2 Denah dan Posisi duduk siswa pada waktu... 84


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Guru adalah faktor penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran yang berkualitas. Sehingga berhasil tidaknya pendidikan mencapai tujuan selalu dihubungkan dengan kiprah para guru. Oleh karena itu, usaha-usaha yang dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan hendaknya dimulai dari peningkatan kualitas guru. Guru yang berkualitas diantaranya adalah mengetahui dan mengerti peran dan fungsinya dalam proses pembelajaran. Peran guru menurut Mukmin Ummil (2013)

sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan peserta didik agar menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.

Dari kutipan diatas tugas-tugas tersebut berkaitan dengan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik untuk memperoleh pengalaman menjadi pribadi yang dewasa. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan pembina peserta didik. Guru sebagai penanggung jawab kedisiplinan peserta didik harus mengontrol setiap aktivitas peserta didik agar tingkah lakunya tidak menyimpang dari norma-norma yang berlaku. Sebagaimana dikemukakan oleh WF Connell 1972 (Ummil Mukmin 2013)

http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/10/how-to-be-a-teacher kontradik sikarakter-guru-sebagai-pengajar-dan-pendidik-518345.html) mengemukakan bahwa:


(15)

Membedakan tujuh peran seorang guru yaitu pendidik (nurturer), model, pengajar dan pembimbing, pelajar (learner), komunikator terhadap masyarakat setempat, pekerja administrasi, serta kesetiaan terhadap lembaga.

Selain berperan sebagai pendidik, guru berperan sebagai model atau teladan bagi peserta didiknya. Setiap peserta didik mengharapkan guru mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila.

Guru sebagai Pembimbing memberi tekanan kepada tugas, memberikan bantuan kepada peserta didik dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan pengetahuan, tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para peserta didik. Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran, peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, di samping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Seperti yang dikemukana pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2 dikatakan bahwa:


(16)

Guru sebagai pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Berdasarkan kutipan diatas jelas bahwa guru prosesional adalah guru yang merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, diantaranya menyusun (RPP) adalah sebuah keharusan sebagai pendidik, seperti yang dituntut sebagai guru professional menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Bab XI Pasal 39 Ayat 2. Dengan dasar ini (RPP) wajib dibuat oleh guru pada saat melaksanakan pembelajaran.

Guru sebagai pelajar (learner) dituntut untuk memiliki ilmu pengetahuan yang selalu berkembang dan selalu belajar hal-hal baru untuk menambah pengetahuanya, karena memiliki pengetahuan terbatas, dan harus mampu mengadaptasi kemajuan teknologi. Oleh karena itu peran guru adalah sebagai pelajar (leaner) jadi selain guru mendidik peserta didiknya guru juga belajar dari perkembangan ilmu yang tidak terbatas, dan seorang guru dituntut untuk selalu menambah pengetahuan dan keterampilan agar pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya luas. Pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas kemanusiaan. Guru harus mengembangkan ilmu dibidang yang lain karena semua pengetahuan akan membuat guru menjadi lebih cerdas serta mempunyai pemikiran yang lebih global.

Peran Guru sebagai komunikator harus memiliki pesan yang jelas yang akan disampaikan kepada peserta didik atau komunikasikan kepada peserta didik. Guru juga harus menentukan saluran untuk berkomunikasi baik secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung melalui penggunaan media. Guru harus menyesuaikan topik/tema yang sesuai dengan peserta didik, dan harus


(17)

menentukan tujuan komunikasi atau maksud dari pesan agar terjadi dampak (effect) pada peseta didik sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah membantu peseta didik mencapai tujuannya, dengan maksud bahwa agar guru lebih banyak memberi penjelasan kepada peserta didik daripada sekedar memberi informasi saja

Peran guru sebagai pengelola kelas dimana dalam kegiatan pembelajaran berlangsung interaksi yang mengandung unsur-unsur manusiawi, dengan kata lain guru berusaha mengatur lingkungan belajar untuk memotivasi sehingga pembelajaran berlangsung optimal dan kondusif bagi peserta didik. Dengan teori dan pengalaman yang dimiliki oleh guru maka guru semakin professional dalam memilih metoda sebagai sarana interaksi pembelajaran, seperti yang dikemukakan Bahwa:“salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar” (Jamarah, 2006:72).

Peran guru sebagai pekerja administrasi adalah guru yang dituntut untuk membuat persiapan pembelajaran, guru harus berhasil menyelenggarakan proses pendidikan dan pembelajaran. Setiap guru harus menyusun skenario pembelajarannya sehingga dapat menyampaikan materi. Tanpa skenario pembelajaran, proses belajar tidak dapat diselenggarakan secara sistematis, tentunya hal itu sangat mengkhawatirkan. Seperti yang sudah tertulis pada Permendiknas no 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa:

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian


(18)

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Dari kutipan diatas jelas bahwa tugas guru sebagai pekerja administrasi bukan hanya bersifat struktural saja akan tetapi guru diharuskan mempersiapkan RPP yang sangat penting dan harus dipenuhi oleh guru sebelum melaksanakan Proses Belajar Mengajar (PBM), karena dalam prangkat RPP telah diperjelas mengenai tujuan instruksional, perencanaan bahan, perencanan alat, metode, dan prosedur-prosedur pembelajaran untuk mencapai tujuan tersebut.

Peran guru terhadap kesetiaan (loyality) berguna bagi lembaga yang diarahkan oleh harapan dan tugas yang guru kelola, bukan oleh preferensi pribadi. Oleh karena itu peran guru sangat menunjang dari kemajuan lembaga yang dikelolanya. Guru harus setia terhadap lembaga, saat ini banyak guru tidak mau untuk ditempatkan di daerah terpencil, seharusnya itu tidak terjadi. Guru sebagai profesi yang menekankan pada kesetiaan pada lembaga, loyal pada negara, seharusnya guru mematuhi, karena untuk kepentingan lembaga dan negara. Seorang guru diharapkan dapat membantu pengajar lain yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya, bantuan itu dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun pertemuan insidental.

Untuk dapat mengimbangi pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka dunia pendidikan pun harus mengalami suatu perkembangan, terutama dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Seorang guru dituntut untuk profesional dibidangnya, dalam arti bertanggungjawab, berdedikasi dan berdisiplin sesuai dengan tingkat profesionalisme terhadap siswanya. Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kemapuan dalam bidang keguruan sehinggga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru dengan kemampuan maksimal untuk mendampingi siswa dalam belajar. Kunandar (2008:46) mengemukakan bahwa:


(19)

Guru yang profesioanal adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Kompetensi disini meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan professional, baik yang bersifat pribadi, sosial maupun akademis.

Guru harus berupaya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak peserta didik untuk belajar menggunakan strategi-strategi mereka sendiri. Karena setiap peserta didik secara potensial pasti berbakat tetapi ia mewujudkannya dengan cara yang berbeda-beda. Setiap peserta didik memiliki gaya belajar yang unik, dan setiap peserta didik memiliki tingkat pemahaman yang berbeda dalam belajarnya. Dengan demikian peranan guru tidak hanya terbatas pada pemberian motivasi kepada peserta didik agar ia dapat mencapai tingkat berpikir tertinggi, namun peserta didik sendiri harus berupaya untuk mencapai tingkatan tertinggi dengan cara, kemampuan dan gaya belajarnya sendiri.

Terdapat anggapan umum bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang mudah sehingga tidak perlu dirisaukan kesanggupan peserta didik untuk menguasainya. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pada Bab X tentang Kurikulum, khususnya pasal 37 ( 2 ) yang menegaskan bahwa “Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat: Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ), Bahasa”. Namun kenyataan tidak semua peserta didik menunjukkan hasil belajar yang memuaskan, dan belum mampu membangun sikap demokratis. Selain bersikap demokratis peserta didik dituntut untuk bersikap positif sebagai seorang warga negara seperti yang tercantum dalam tujuan dari pembelajaran pendidikan kewarganegaraan seperti yang dikemukakan menurut Maftuh dan Sapriya (2005:30) bahwa:

Tujuan negara mengembangkan Pendiddikan Kewarganegaraan agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be good citizens),


(20)

yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics inteliegence) baik intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual; memiliki rasa bangga dan tanggung jawab (civics responsibility); dan mampu berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat.

Dari kutipan diatas jelas bahwa tujuan pembelajaran Pkn sangat perlu untuk bisa berkembang secara positif dan demokratis, serta berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menghadapi berbagai masalah kewarganegaraan

Proses meningkatkan aktivitas belajar siswa, mempertahankan minat belajar dan mengontrol minat belajar menjadi bagian yang sangat penting dalam proses Kegiatan Belajar Mengajar. Untuk menguasai materi pelajaran maka dituntut adanya aktivitas dari siswa yang bukan hanya sekedar mengingat, tetapi lebih dari itu yakni memahami, mengaplikasikan, mensistesis, dan mengevaluasi bahan pelajaran. Pendidikan Kewarganegaraan harus memiliki kemampuan memilih, menentukan sekaligus mengunakan metode pembelajaran yang dapat memacu partisipasi aktif siswa, atau dengan kata lain dapat menciptakan kegiatan bealajar megajar (KBM) yang bervariatif, kreatif dan menyenangkan. Berkaitan dengan peranan guru ini Kosasih Djahiri (1985:28) mengemukakan bahwa:

Guru harus memiliki strategi yang merupakan sejumlah metode/cara atau pola dalam mencapai atau melaksanakan sesuatu atau dalam mengajar sesuatu. Dan gurupun harus menguasai metode mengajar serta dapat menggunakan pendekatan-pendekatan yang baik.

Pembelajaran PKn diharapkan akan mampu membentuk peserta didik yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang akan dihadapi. Namun, dengan metode konvensional yaitu metode ceramah dan mengharapkan peserta didik duduk, diam, dengar, catat dan hafal, sehingga menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi monoton dan kurang menarik perhatian peserta didik. Kondisi seperti itu tidak akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami mata pelajaran Pendidikan


(21)

Kewarganegaraan. Akibatnya nilai akhir yang dicapai peserta didik tidak seperti yang diharapkan. Seperti yang telah di utarakan oleh Wrightman, 1977 dalam Uzer Usman (2008:4) bahwa “peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya.”

Dalam menghadapi permasalahan tersebut dalam pembelajaran PKn, dibutuhkan cara untuk dapat memecahkannya. Baik dengan metode, model maupun media pembelajaran digunakannya, atau dengan menggabungkan model pembelajaran yang digunakan sebagai alat evaluasi. Hal tersebut dimaksudkan untuk menarik perhatian peserta didik agar peserta didik lebih memahami materi atau konsep yang dijelaskan sehingga kreatifitas peserta didik dapat tumbuh dalam proses belajar mengajar.

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Sadirman (2004: 95) berpendapat bahwa ”belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Senada dengan hal di atas, Gie 1985: 6 (Sufirman 2013;4) mengemukakan bahwa:

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar ada-lah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang di-lakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya ter-gantung pada sedikit banyaknya perubahan.

Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sadirman (2004: 99) bahwa:

Dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses


(22)

belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca, dan se-gala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan.

Pada umumnya peserta didik hanya menghapal suatu materi atau konsep saja sehingga mereka tidak memahami apa inti dari materi tersebut. Padahal dengan memahami materi atau konsep yang dijelaskan, maka peserta didik dapat lebih menggali pengetahuan mereka dan dapat mengambil contoh dengan mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi. Belajar dengan menghafalkan kalimat lengkap tidak akan efektif, di samping bahasa yang digunakan menggunakan gaya bahasa penulis sehingga peserta didik akan mudah lupa dengan materi yang disajikan. Namun apabila peserta didik memahami materi dengan menggunakan bahasanya sendiri, maka pembelajaran akan lebih bermakna, karena peserta didik dapat menemukan inti dari materi tersebut, sehingga peserta didik aktif dalam pembelajaran di kelas dan tidak hanya menunggu penyempaian materi dari guru saja.

Berdasarkan data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama pra-penelitian di kelas X IPA-2 SMA Negeri 1 Tasikmalaya ditemukan persoalan yang mengakibatkan proses pembelajaran menjadi tidak efektif. Salah satunya adalah rendahnya keaktifan peserta didik pada saat proses belajar mengajar. Hal tersebut ditunjukan dengan sikap peserta didik yang lebih banyak pasif di kelas selama proses pembelajaran. Sikap pasif peserta didik pada saat pembelajaran terlihat pada saat guru mencoba memotivasi peserta didik dengan memberikan


(23)

pertanyaan-pertanyaan, namun peserta didik tidak ada yang berinisiatif menjawab. Kemudian guru melakukan stimulus dengan menunjuk beberapa orang peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang guru sampaikan, namun peserta didik tersebut hanya diam saja atau jawaban yang diberikannya adalah tidak tahu. Karena tidak ada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan dari guru baik dengan inisiatif sendiri maupun setelah ditunjuk oleh guru maka langkah selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah meminta siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami, namun peserta didik kelas X IPA-2 diam saja dan tidak bertanya. Keterlibatan peserta didik yang rendah pada saat proses belajar tersebut menunjukan rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas.

Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas jarang sekali mengemukakan pendapat, mengajukan pertanyaan, apalagi mengajukan saran, karena aktivitas belajar siswa yang rendah itu, hasil belajar yang diperoleh juga menjadi rendah. Hal ini dapat kita lihat dari nilai rata-rata hasil ujian semester 1 kelas X IPA-2 tahun pelajaran 2012/2013, seperti yang dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel: 1.1

Daftar Rata-rata Nilai PKn Ujian Semester 1 Siswa Kelas X SMA N 1 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013

No. Kelas Rata-rata nilai Pkn semester 1

1 X IPA-1 74

2 X IPA-2 73

3 X IPA-3 75

4 X IPA-4 76


(24)

6 X IPA-6 78

7 X IPA-7 79

8 X IPA-8 75

Sumber: Data Sekunder Nilai PKn SMA Negeri 1 Tasikmalaya

Rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian peserta didik dalam mengikuti pelajaran PKn. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab, sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengembangkan kemampuan berfikir kreatif.

Memperhatikan permasalahan diatas, sudah selayaknya dalam pembelajaran PKn dilakukan suatu inovasi. Jika dalam pembelajaran yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh guru yang hanya menerapkan metode ceramah sehingga peserta didik hanya menerima materi yang diberikan oleh guru, maka dalam penelitian ini akan diupayakan peningkatan aktivitas peserta didik melalui model pembelajaran snowball throwing yang digunakan sebagai alat evaluasi untuk mengukur sejauh mana peserta didik dapat memahami materi yang telah disampaikan oleh gurunya. Model Pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu metode cooperative learning. Menurut Saminanto (2010:37) bahwa “Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju”.

Penerapan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat evaluasi pembelajaran dimaksudkan agar peserta didik dapat belajar tidak hanya menggunakan metode pembelajaran ceramah yang berpusat pada guru, sehingga siswa turut aktif dalam pembelajaran di kelas. Karena evaluasi tidak hanya dapat dilakukan dalam bentuk ujian tulis namun juga dalam bentuk evaluasi atas proses dan hasil belajar pada saat pembelajaran, diskusi dan penugasan. Selain itu pula,


(25)

evaluasi dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara terus menerus, dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong sekolah untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas manajemen sekolah. Maka didalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mampu mengajar dengan baik tetapi juga mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Aktivitas sangat penting dan diperlukan dalam belajar. Sebab pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengkonstuksikan konsep- konsep, atau melakukan suatu kegiatan. Pembelajaran saat ini diharapkan lebih dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktivitas belajar tersebut. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting didalam interaksi pembelajaran.Sardiman (2010: 26) menyatakan bahwa dalam “Belajar sangat diperlukan adanya aktivitas”.

Sejalan dengan pendapat diatas pentingnya aktivitas dalam pembelajaran, bahwa aktivitas dalam proses pembelajaran PKn sangat penting, dengan adanya aktivitas belajar maka akan adanya asimilasi kognitif, akomodasi kognitif, feedback (balikan) dan direcperformance nilai-nilai. Dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan aktivitas belajar yang dimaksud sangat penting untuk ditingkatkan, mengingat tujuan dari pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang di amanatkan oleh Pancasila dalam UUD 1945 (BSNP KTSP 2006 : 271) ialah: berpikir secara kritis, rasional dan kreatif, berpartisipasi aktif dan bertanggung jawab serta dapat berinteraksi dengan individu lain. Beberapa tujuan tersebut dapat tercapai apabila terjadi aktivitas belajar di dalam kelas.


(26)

ada di kelas X IPA-2 SMA N 1 Tasikmalaya siswa cenderung pasif dan kurang beraktivitas untuk melakukan kegiatan belajar, salah satunya karena penerapan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang sesuai dengan anak, materi dan situasi yang ada. Guru dalam penyampaian materi biasanya menggunakan metode ceramah dan dalam penyampaiannya masih kurang bervariasi. Sehingga siswa merasa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar.Hal ini dapat kita lihat kenyatannya bahwa dalam belajar murid tampak kelihatan diam dan kurang beraktivitas dalam belajar baik aktivitas fisik, mental dan emosional yang masih rendah.

Untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berkelanjutan maka perlu dicarikan formula pembelajaran yang tepat, sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Para guru perlu berusaha dalam menyajikan materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menyusun dan menerapkan berbagai metode pembelajaran bervariasi agar siswa tertarik dan bersemangat dalam belajar yang implikasinya pada meningkatnya aktivitas belajar siswa. Salah satunya adalah guru menerapkan metode pembelajaran snowball throwing dalam pembelajaran pendidikan

Penerapan model pembelajaran snowball throwing diharapkan dapat mengukur tingkat keaktifan dan pemahaman peserta didik mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru. Dengan demikian guru dapat mengetahui sejauh mana peserta didik tersebut telah memahami materi yang telah diberikan. Selain itu, dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat evaluasi dapat mengukur pemahaman peserta didik secara lebih objektif dan dapat langsung diketahui materi mana yang masih perlu diperbaiki.

Dengan penerapan model pembelajaran snowball throwing yang digunakan sebagai alat evaluasi pembelajaran diharapkan dapat mendorong


(27)

peserta didik untuk memperhatikan materi yang sedang dijelaskan oleh guru dan memahaminya dan dapat menuntun peserta didik untuk berani bertanya terhadap materi yang masih belum dimengerti olehnya.

Maka berdasarkan pemikiran tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “PENERAPAN MODEL SNOWBALL

THROWING DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelas X IPA-2 SMA N 1 Tasikmalaya)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah penulis kemukakan di atas, terdapat masalah dalam pembelajaran PKn berupa rendahnya aktivitas belajar siswa terhadap materi dalam pembelajaran PKn, maka didapatkan rumusan masalah yang dapat dipecahkan melalui penerapan model snowball throwing. Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian masalah pokok tersebut maka peneliti mengidentifikasi dalam beberapa submasalah sebagai berikut:

2. Rumusan Masalah

1) Rumusan Masalah Umum

Bagaimana penerapan model Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Sehingga dapat mencapai tujuan yang telah dirumuskan dan yang diharapkan.

2) Rumusan Masalah Khusus

Masalah khusus yang diangkat dalam penelitian ini yaitu :

a) Bagaimana perencanaan yang dilakukan guru untuk mempersiapkan model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran PKn?


(28)

b) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran melalui model snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?

c) Bagaimana peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Snowball Throwing?

d) Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn?.

e) Bagaimana upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn?.

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan tersebut diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu :

1) Tujuan Umum

Secara keseluruhan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atau memperoleh gambaran secara faktual mengenai penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn. Serta diharapkan dapat memberikan masukan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran PKn.

2) Tujuan Khusus

Secara khusus, tujuan penelitian ini adalah untuk :

a) Mengetahui bagaimana perencanaan yang dilakukan guru untuk mempersiapkan model snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn.


(29)

b) Mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan selama proses pembelajaran melalui model snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

c) Mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran Snowball Throwing.

d) Mengetahui apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

e) Mengetahui upaya mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam menerapkan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam mata pelajaran PKn.

D. Manfaat Penelitian

Berangkat dari pokok permasalahan yang diambil oleh penulis, maka akan didapat manfaat atau kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian tindakan kelas ini adalah diharapkan dapat memberi masukan bagi pembelajaran PKn agar dalam pembelajaran PKn tidak identik dengan metode ceramah dalam proses pembelajaran di kelas. Serta dalam pembelajaran PKn dapat menerapkan lebih dari satu model pembelajaran supaya siswa tidak merasa jenuh dengan mata pelajaran tersebut.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Peneliti

Dengan hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberi pengalaman bagi peneliti untuk dapat meneliti dengan lebih baik lagi. Serta untuk dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan penelitian yang lebih baik.


(30)

b) Bagi Sekolah

1) Memajukan kualitas pendidikan dengan mengembangkan metode-metode pembelajaran untuk memenuhi harapan siswa, guru maupun masyarakat.

2) Meningkatkan makna bekerja sama antara guru-guru di sekolah. 3) Sebagai masukan untuk bahan pertimbangan bagi peningkatan

kualitas pembelajaran PKn dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di SMAN 1 Tasikmalaya.

c. Bagi Guru

1) Sebagai bahan masukan guru untuk menerapkan model pembelajaran snowball throwing sebagai alat evaluasi agar dapat meningkatkan pembelajaran di kelas.

2) Membantu memberikan informasi peningkatan kemampuan siswa. 3) Agar dapat memahami berbagai macam permasalahan yang terjadi

di kelas.

4) Dapat meningkatkan minat guru untuk melakukan tindakan kelas. d. Bagi Siswa

1) Melatih siswa untuk mengemukakan pertanyaan terhadap materi yang masih belum di pahami.

2) Membelajarkan siswa untuk belajar dari pengalaman, sehingga diharapkan dapat bertanggung jawab pada diri sendiri dan kelompok.

3) Meningkatkan pemahaman materi sehingga tidak hanya belajar dari media dan metode yang sama.

4) Meningkatkan kompetensi antar kelompok e. Bagi PKn


(31)

2) Meningkatkan minat untuk melakukan penelitian di beberapa tempat.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun penjabarannya adalah Struktur organisasi skripsi ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian demi bagian dalam skripsi. Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bagian awal dari skripsi, yang berisi enam bagian yaitu latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan struktur organisasi skripsi.Bab II menjelaskan kajian pustaka yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

Bagian bab II terdiri dari tiga sub subbab utama yaitu tinjauan mengenai Pendidikan Kewarganegaraan, tinjauan mengenai model pembelajaran cooperative learning tipe cooperative script, dan tinjauan mengenai pemahaman konsep.

Bab III berisi penjabaran mengenai metode penelitian dan komponen-komponen lainnya seperti lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrument penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV merupakan bab yang memaparkan hasil penelitian dan pembahasan., terdiri dari dua hal utama, yakni hasil penelitian dan pembahasan. Bab V merupakan bab terakhir yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian. Bab V terdiri dari dua bagian yaitu kesimpulan dan saran.


(32)

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi

Adapun yang menjadi lokasi atas penelitian yang penulis teliti adalah SMA 1 Tasikmalaya yang berlokasi di jalan Jl. Rumah Sakit No.28, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat,. Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian ini yakni atas dasar pertimbangan sebagai berikut:

a) Berdasarkan hasil observasi awal diperoleh informasi bahwa di SMA 1 Tasikmalaya kelas X IPA-2 mempunyai beberapa masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran menyangkut rendahnya tingkat aktivitas siswa dalam pembelajaran PKn.

b) Adanya keterbukaan dari pihak sekolah terutama guru mata pelajaran PKn terhadap penelitian yang akan dilaksanakan.

c) Sekolah tersebut merupakan tempat peneliti terdahulu, sehingga dengan pemilihan sekolah tersebut diharapkan akan lebih mempermudah dalam proses penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Subjek Penelitian

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah:

a) Guru mata pelajaran PKn kelas X IPA-2 di SMA 1 Tasikmalaya. Hal ini didasarkan bahwa guru sebagai pihak yang dapat memberikan informasi berkenaan dengan model pembelajaran snowball throwing dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran PKn.


(34)

b) Siswa-siswi kelas X-2 SMA 1 Tasikmalaya. Pemilihan kelas X IPA-2 sebagai subjek dalam penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kelas tersebut mempunyai masalah sesuai dengan identifikasi masalah yang dipaparkan, sebagian siswa di kelas tersebut pasif atau kurang melibatkan diri dalam setiap kegiatan pembelajaran PKn sehingga tingkat keaktifannya dinilai rendah.

B. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian tindakan kelas memerlukan pengamatan dan penelitian yang mendalam, maka penedekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Moleong (2008:8) mengemukakan tentang penelitian kualitataif sebagai berikut:

penelitain kualitataif itu berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif. Mengandalkan analisis data secara induktif, mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.

Nasution (1998:5) mengemukakan bahwa “Penelitian kualitatif pda


(35)

dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang

dunia sekitarnya”. Pendekatan kualitatif mempunyai adabtabilitas yang tinggi,

sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

Penelitian yang digunakan penulis lebih bersifat deskriptif. Pernyataan itu sejalan dengan pendapatnya Bogdan dan Taylor yang dikutif oleh Moleong

(2005:4) menegemukakan bahwa “Penelitian kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis ataupun

lisan dari orang dan pelaku yang diamati”. Oleh karena itu penelitian ini bersifat deskriptif, maka penulis lebih memfokuskan penelitian ini pada masalah yang aktual untuk memeberikan pemahaman yang berarti sehingga menimbulkan pemikiran-pemikiran yang kritis.

Selain menggunakan pendekatan kualitatif, juga diperlukan pendekatan kuantitatif. Mengenai pendekatan kuantitatif, Sugiyono (2009: 7) mengemukakan

bahwa: “data kuantitatif berbentuk angka-angka dan analisis memggunakan

statistik”. Angka-angka tersebut diperoleh dari kuisioner/daftar gejala kontinum (skala sikap) dengan cara penskoran. Kemudian, analisis data kuantitatif disisni, hanyalah statistik sederhana yaitu mempresentasekan penigkatan aktivitas siswa terhadap konsep dari siklus satu ke siklus berikutnya.

2. Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian dengan menggunakan teknik dan alat tetentu. Sedang metode penelitian adalah satu cara untuk meperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi, Metode penelitian merupakan bagian terpenting dalam suatu penelitian karena hal itu sangat menentukan berhasil tidaknya suatu penelitian terutama dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi atau yang sedang diteliti.


(36)

Metode yang digunkan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Arikunto (2008:3) menyatakan bahwa

“Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada dasarnya merupakan suatu peneliyian berulang atau siklus. Siklus dalam PTK diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evalution), dan melakukan refleksi (reflecting).

PTK berguna untuk meningkatkan dan memperbaiki layanan penedidikan dalam konteks pembelajaran dikelas. Atas dasar itulah, penulis memilih metode ini, karena metode peneliyian ini membantu penulis dalam memperoleh informasi yang lebih mendalam dengan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah yang ada.

a. Prosedur Penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Desain penelitian yang digunakan adalah desain model Kemmis dan Taggart dengan maksimal tiga siklus penelitian. Semua kegiatan ini dilakukan pada tahap perencanaan (plan). Pada tahap tindakan (act) dan tahap pengamatan (observe) mulai dilakukan penerapan model snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajarana PKn. Selain itu, dilakukan tahap refleksi (reflect) untuk mencari permasalahan apa saja yang ada. Dalam hal ini, proses pembelajaran. Selanjutnya dilakukan lagi perencanaan berikutnya yang telah direvisi. Desain penelitian tersebut sebagai berikut:


(37)

Gambar 3.1

Model Spiral Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Teggart.

Seperti yang telah disinggung pada bagian metode penelitian, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh penulis adalah PTK berbentuk daur ulang atau siklus yang mengacu pada Model Kemmis dan Taggart (Hopkins, 1993:48) yang dikutip oleh Wiriaatmaja (2008:66). satu siklus atau putaran terdiri atas empat komponen. Keempat komponen tersebut adalah : (a) Perencanaan ( planning) , (b) tindakan ( acting ); (c) Observasi ( observation ), dan (d) refleksi ( reflection ).


(38)

Siklus ini tidak hanya berlangsung satu kali, melainkan beberapa kali sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Berdasarkan temuan dan refleksi awal pada saat orientasi terhadap pelaksaan pembelajaran PKn, maka pelaksaan program tindakan dalam penerepana model pembelajaran Snowball Throwing yamg dilakukan dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan tindakan (planning)

Perencanaan adalah menyusun rencana tindakan dan penelitian yang akan dilaksanakan. Perencanaan ini dibuat sesudah penulis menyikapi kondisi siswa, fakta yang terjadi melalui proses inkuiri bersama guru mitra. Hal ini dimaksudkan untuk menggali keadaan yang terjadi, sehingga dapat menentukan strategi apa yang diterapkan guru dalam pembelajaran.

Perencanaan tindakan dilakukan secara kolaboratif atau bersama0sam antara penulis dan guru mitra tentang topik kajian, waktu dan tempat observasi. Perencanaan program tindakan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi kelas sosial yakni sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan, bahwa rencana program tindakan berkembang dan berubah sesuai dengan tuntutan situasi lapanagan.

2) Pelaksaan Tindakan (acting)

Pelaksanaan yaitu praktek pembelajaran yang nyata berdasarkan rencana yang disususn secara bersam sebelumnya. Terkadang perubahan harus dilaksanakan tatkala kondisi kelas memerlukannya. Tindakan ini bertujuan untuk memperbaiki keadaan, meningkatkan kualitasatau mencari solusi permasalahan.

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan dengan menetapkan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa


(39)

pada mata pelajaran PKn sesuai rencana dan persiapan yang telah dibuat untuk setiap siklusnya.

3) Refleksi (reflecting) dan Revisi (revised) (1) Refleksi (reflecting)

Pada tahan refleksi, penulis dan guru mitra secara kolaboratif merenungkan kembali tentang rencana dan pelaksaan tindakan yang telah dilakukan berdasarkan hasil analisis terhadap data, proses dan hasil pelaksaan tindakan yang telah dikerjakan.

(2) Revisi (revised)

Pada tahap revisi, berdasarkan hasil kajian dan refleksi terhadap pelaksaan program tindakan, sesuai dengan rancangan program tindakan yang telah ditetapkan, penulis dan guru mitra secara kolaboratif dan partisifatif melakukan revisi terhadap program rencana tindakan yang telah disususn dan ditetapkan sebelumnya. Revisi ini dimaksud untuk melihat kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan melakukan perbaikan terhadap rencana dan pelaksanaan program tindakan yang telah dilakukan serta sebagai dasar penyusunan rencana program tindakan selanjutnya.

4) Diskusi Balikan (feedback discussion)

Diskusi balikan atau refleksi kolaboratif antara penulis dan guru mitra terhadap hasil observasi berlangsung secara cermat dan sistematis didalam catatan lapangan (field note) terhadap pelaksaan tindakan. Hasil selanjutnya didiskusikan bersama direfleksi, recek dan reinterpretasi. Temuan yang diperoleh dan disepakati, kemudian dijadikan acuan bagi perumusan rencana pengembangan pembelajaran (action) selanjutnya.


(40)

C. Definisi Operasional

Definisi operasional perlu dirumuskan untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman antara pembaca dan penulis tentang berbagai pengertian yang ada dalam penelitian ini.

1. Model Pembelajaran Snowball Trowing

Model snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). snowball throwing

yang menurut asal katanya berarti „bola salju bergulir‟ dapat diartikan sebagai

model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di antara sesama anggota kelompok. (Santoso, 2011).

Dalam kegiatan pembelajaran snowball throwing, siswa belajar bekerja sama, bergotong-royong, berperan aktif saat pembelajaran yaitu siswa mengajukan pertanyaan dan mencari atau menjawab pertanyaan dari sesame temannya. Seperti yang diungkapkan oleh Komalasari (dalam Hayardin: 2011) menyatakan bahwa model pembelajaran ini menggali potensi kepemimpinan murid dalam kelompok dan keterampilan membuat-menjawab pertanyaan yang dipadukan melalui permainan imajinatif membentuk dan melempar bola salju. Dengan kegiatan bertanya dan menjawab pertanyaan siswa terdorong untuk mencari tahu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut materi pembelajaran dan siswa pun dapat memperoleh pengetahuan baru setelah pembelajaran.

Metode snowball throwing merupakan salah satu modifikasi dari teknik bertanya yang menitik beratkan pada kemampuan merumuskan pertanyaan yang dikemas dalam sebuah permainan yang menarik yaitu saling melemparkan bola


(41)

salju (snowball throwing) yang berisi pertanyaan kepada sesama teman. Metode yang dikemas dalam sebuah permainan ini membutuhkan kemampuan yang sangat sederhana yang bisa dilakukan oleh hampir setiap siswa dalam mengemukakan pertanyaan sesuai dengan materi yang dipelajarinya.

Model pembelajaran snowball throwing merupakan salah satu metode yang dapat membangkitkan motivasi siswa dalam bertanya. Metode snowball throwing dapat mendorong, siswa mengajukan pertanyaan dalam kelompok yang kemudian dirumuskan dalam secarik kertas. Siswa dapat berani bertanya dengan dibantu oleh rumusan pertanyaan yang akan dilemparkan kepada sesama teman di kelompok lain. Metode ini juga dapat menciptakan suasana sangat rileks, menyenangkan dan tidak menakutkan untuk mengajukan pertanyaan. Secara tidak sengaja siswa mampu mengemukakan pertanyaan secara kritis dan sistematis dan tidak keluar dari materi esensial yang diajarkan. Dengan demikian, penerapan metode snowball throwing dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas diharapkan dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa terutama pada aktivitas bertanya. Keterampilan bertanya yang cukup memadai dapat mewujudkan belajar yang berkualitas.

Adapun Langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran snowball throwing yang akan dilaksanakan menurut Suprijono (2010: 128) adalah:

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing- masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5) Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama kurang lebih 15 menit.


(42)

6) Setelah siswa mendapat satu bola atau satu pertanyaan di berikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7) Evaluasi 8) Penutup 2. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah seperangkat kegiatan terutama kegiatan mental intelektual, dari kegiatan yang sederhana sampai yang paling rumit. Aktivitas belajar juga dapat diartikan mengembangkan keterampilan dalam proses memperoleh hasil belajar (Gulo, 2005:78). Proses pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum KTSP adalah proses pembelajaran yang mencerminkan komunikasi dua arah, tidak semata-mata pemberian informasi searah dari pihak guru. Jika proses pembelajaran yang mencerminkan komunikas dua arah tercipta, maka akan terbentuk suatu proses yang berhasil sesuai dengan yang diinginkan. Adanya keaktifan siswa di kelas merupakan konsekuensi logis dari proses pembelajaran, artinya keaktifan siswa merupakan tuntutan logis dari hakekat belajar mengajar. Dengan demikian hakekat mengaktifkan siswa adalah cara atau usaha untuk mengoptimalkan kegiatan belajar siswa dalam proses pembelajaran. (Nana Sudjana: 1989)

Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa disini dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual emosional siswa dalam proses pembelajaran dengan maksud untuk membelajarkan siswa bagaimana memproses pengetahuan hasil belajarnya berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Selain itu juga dapat disertakan dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan. Hal ini terkait langsung dengan pengertian CBSA (cara belajar siswa aktif) yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional untuk memperoleh hasil belajar


(43)

yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nasution (2010: 92) bahwa:

dalam tiap metode belajar terdapat bermacam-macam kegiatan, akan tetapi tidak semua metode memberi kegiatan yang sama banyaknya. Pada umumnya metode kuliah atau ceramah tidak menimbulkan aktivitas yang banyak. Namun demikian murid-murid sekali-kali tidak pasif. Mereka harus berusaha menagkap isi, jalan pikiran dan inti ceramah, menafsirkanya, menghubungkannya dengan pengetahuan yang ada, membuat catatan, memikirkannya secara kritis.

Pada dasarnya pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Bisa dibayangkan dalam pengajaran tradisional terdapat asas aktivitas tetapi tetap saja asas aktivitas tersbut bersifat semu. Munculnya berbagai metode pembelajaran yang bervariasi sebenarnya tidak langsung dapat mengesampingpingkan pembelajaran secara tradisisonal (ceramah), pada dasarnya metode ceramah juga tetap akan selalu diterapkan oleh guru karena bagaimanapun juga guru memegang peranan penting untuk menjelaskan materi kepada siswa, yang salah satu metode yang digunakan guru untuk menjelaskan materi yaitu dengan ceramah, yang diharapkan ceramah yang digunakan disini terdapat timbal baliknya atau dengan adanya Tanya jawab kepada siswa. Berbagai metode pembelajaran pada dasarnya menitik beratkan pada asas aktivitas karena dengan siswa belajar sambil bekerja. Menurut teori aktivitas ini mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup dimasyarakat.


(44)

Penerapan interaksi belajar mengajar sebagai suatu proses mencakup komponen yang luas. Masing-masing komponen berbeda penerapannya. Seperti yang dikemukakan oleh vygotsky (1962:59) bahwa:

keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi matang.

Meskipun pada akhirnya siswa akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui pengalaman sehari-hari, siswa akan jauh lebih berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. Siswa tidak akan pernah mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain. Beberapa contoh di bawah ini membantu mengembangkan guru dalam mengembangkan komponen lainnya yang sesuai dengan situasi dan kondisi belajar mengajar yang dihadapi adalah (1) pengorganisasian materi (2) penataan kelas (3) penutup, (Etin Solihatin 2012:24). Penerapan interaksi belajar mengajar secara sfesifik di atas dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran harus direncanakan secara sistematis. Dengan demikian terdapat hubungan antara komponen pembelajaran dengan proses pembelajaran

D. Prosedur Penelitian

Untuk memudahkan proses penelitian, maka terdapat beberapa tahap dalam penelitian yang disusun secara sistematis. Tahap tersebut antara lain: 1. Tahap Persiapan Penelitian


(45)

Agar Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis dapat efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis mengacu pada prosedur penelitian yang terbagi ke dalam dua tahapan penelitian sebagai berikut:

Adapun prosedur perizinan yang ditempuh peneliti adalah sebagai berikut: a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada rektor UPI Bandung

melalui jurusan PKn, ditandatangani oleh ketua Jurusan PKn, selanjutnya diteruskan kepada Dekan FPIPS melalui Pembantu Dekan I untuk mendapatkan surat rekomendasi.

b. Mengajukan surat izin penelitian ke SUBAG MAWA Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan melampirkan foto copy proposal skripsi yang telah di sahkan oleh kedua pembimbing, tanda bukti pembayaran SPP, dan foto copy KTM (Kartu Tanda Mahasiswa).

c. Pembantu Dekan I FPIPS mengeluarkan surat rekomendasi permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada rektor UPI melalui Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional.

d. Rektor UPI melalui Pembantu Rektor Bidang Akademik dan Hubungan Internasional mengeluarkan surat permohonan izin mengadakan penelitian untuk disampaikan pada Kepala Sekolah SMAN 1 Tasikmalaya.

e. Setelah mendapatkan izin kemudian peneliti melakukan penelitian di tempat yang telah ditentukan yaitu SMAN 1 Tasikmalaya.

2. Tahap Pra Penelitian

Langkah-langkah dalam tahap pra penelitian adalah sebagai berikut: a) Melakukan observasi awal ke sekolah untuk mencari masalah


(46)

b) Merumuskan masalah penelitian berdasarkan hasil observasi. c) Menetapkan lokasi dan subjek penelitian

d) Membuat proposal penelitian. e) Pengurusan surat izin penelitian.

f) Analisis kurikulum dan jadwal pelajaran.

g) Pembuatan silabus dan skenario pembelajaran (RPP). h) Koordinasi dengan guru Pkn yang kelasnya akan diteliti. i) Membuat pedoman wawancara dan observasi

3. Tahap Pelaksanaa Penelitian

Tahap ini merupakan inti dari penelitian yang dilakukan, dimana peneliti mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah disusun untuk memecahkan fokus masalah. Penelitian ini berupa penelitian deskriptif terhadap penelitian tindakan kelas, jadi pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada tahapan yang ada pada PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang dilaksanakan pada kelas X-2 siswa SMAN 1 Tasikmalaya.

E. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Agar data-data yang diperoleh relevan dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka diperlukan suatu teknik pengumpulan data. Seperti yan

dikemukakan oleh Usman H, (2006:54) bahwa “teknik pengumpulan data adalah

data-data yang yang dikumpulkan dengan teknik tertentu”. Adapun langkah-langkah dalam proses pengumpulan data ini adalah sebagi berikut:


(47)

Menurut Nana Sudjana (2009:84) yang dimaksud observasi adalah “Alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan”. Adapun kegiatan observasi yang peneliti lakukan adalah dengan cara menganalisis dan mengdakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara langsung. Dalam hal ini yang menjadi objek pengamatan adalah siswa, pembelajaran yang berlangsung, lingkungan kelas dan hal- hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa itu sendiri.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara observasi berupa structured or controlled observation yaitu observasi yang direncanakan dan terkontrol. Pada observasi ini peneliti menggunakan pedoman observasi (catatan lapangan) yang tersusun dan memuat aspek- aspek atau gejala-gejala yang perlu diperhatikan pada waktu penelitian berlangsung. Kedudukan observer dalam penelitian ini adalah alat untuk memantau pertumbuhan, kemajuan siswa dalam pembelajaran agar sesuai dengan apa yang direncanakan sekaligus sebagai alat dalam mengevaluasi dan merefleksi dari tindakan yang dilakukan di kelas, yang tercermin dalam aktivitas belajar dari siswa khususnya pada mata pelajaran Pkn.

b. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu percakapan, tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Teknik ini peneliti gunakan untuk memperoleh data dari siswa dan guru yang tidak terungkap baik dalam kuesioner maupun dalam observasi.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengungkapkan data secara kualitatif. Data ini bersifat lebih luas dan dalam, karena data ini digali oleh


(48)

peneliti sampai peneliti merasa cukup. Pedoman wawancara ini digunakan oleh peneliti sebagai pemandu dan penguatan terhadap penelitian itu sendiri.

Menurut Wiriaatmaja, (2008: 199) tahap-tahap dalam wawancara adalah 1) Menentukan siapa yang akan diwawancarai. Penulis melakukan wawancara

kepada beberapa pihak yaitu guru mata pelajaran PKn yang bertindak sebagai guru mitra dan kepafa beberapa siswa.

2) Mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan kontak dengan responden. Karena responden adalah orang-orang pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga yang menghubungi, tetap peneliti sendirilah yang melakukannya.

3) Mengadakan persiapan yang matang untuk pelaksanaan wawancara. Peneliti mengadkan latihan terlebih dahulu bagaimana memperkenalkan diri dan memberikan ikhtisar singkat tentang penelitian. Peneliti menyiapkan poko-pokok pertanyaan, yang akan mengarahkannya pada wawancara. Selain itu juga, peneliti menetapkan waktu, hari, tanggal, dan tempat wawancara.

c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian kualitatif. Dokumentasi ini penting untuk lebih memperinci dalam proses pengumpulan data. Danial dan Wasriah (2009:79) mengemukakan:

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb

Dalam suatu penelitian, banyak sekali data-data yang harus dikumpulkan untuk kebutuhan proses penelitian, studi dokumentasi ini memudahkan peneliti untuk mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan untuk selanjutnya


(49)

diolah oleh peneleliti dengan lebih rinci. penelitian ini juga menggunakan pedoman studi dokumentasi. Pedoman studi dokumentasi diambil dari ulangan harian yang dilakukan melalui tes yang dibuat oleh guru dan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Tes hasil belajar digunakan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru dengan menerapkan model snowball throwing. Tes hasil belajar dibuat oleh peneliti sendiri dan dikonsultasikan dengan guru sebagai kolaborator, yang digunakan sebagai alat pengumpul data, sehingga akhirnya akan terlihat peningkatan aktivitas belajar pada mata pelajaran Pkn, dan foto atau video rekaman proses pembelajaran sebagai bukti proses pembelajaran pola model snowball throwing yang dilaksanakan pada siswa kelas X IPA-2 SMA Negeri 1

d. Studi Literatur

Studi literatur yaitu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet, yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian.

e. Catatan lapangan

Menurut Bogdan dan Biklen bahwa “Catatan lapangan adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka

pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalan penelitian kualitatif”

(Moleong, 2005: 2009). Catatab lapangan merupakan sumber informasi yang sangat penting dalam PTK yang dibuat oleh peneliti yang melakukan observasi. Berbagai aspek pembelajarana dikelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan intreraksi guru dengan siswa serta kegiatan lain dari penelitian seperti aspek perencanaan, pelaksaan, diskusi dan refleksi,


(50)

F. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dilakukan setelah data diperoleh dari hasil observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur. Data direduksi melalui pembuatan abstrak. Moleong (2005: 190) mengemukakan bahwa:

“abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan

pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnnya”. Langkah selanjutnya adalah penyususnan dalam satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya sambil membuat koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan pemeriksa data.

G. Teknik Analisis dan Validasi Data 1. Analisis Data

a. Analisis Data Kualitatif

Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai telah dianalisis terasa belum memuasakan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and

Huberman 1984 (Sugiyono, 2013: 337) mengemukakan bahwa “aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.” Aktivitas dalam analisis

data, menurut Miles dan Hubermen (1984) (Sugiyono 2013: 337) yaitu kategorisasi data, data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.


(1)

164

Moch Arinal Rifa, 2014

Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

(penelitian tindakan kelas pada siswa kelas x ipa-2 di sma n 1 tasikmalaya)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik dilapangan maupun secara teoritis, maka beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Guru adalah model ketika di kelas dan suri tauladan bagi siswa, guru bukan hanya sebagai aktor yang memerankan peran strategis dalam menentukan keberhasilan pembelajaran siswa, tetapi guru juga dituntut untuk dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dan menciptakan budaya belajar pada siswa, karena suatu keberhasilan siswa tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual, tetapi diperlukan juga kecerdasan emosional.

2. Bagi Siswa

a. Meskipun siswa sudah mendapatkan peningkatan aktivitas belajar dengan menggunakan model pembelajaran snowball throwing, namun alangkah baiknya jika siswa senantiasa meningkatkan pula kemampuan belajar PKn yaitu baik dari buku paket maupun mencari informasi dari sumber lainnya seperti televisi, surat kabar, internet dan sebagainya, yang akan lebih membantu dalam meningkatkan pemahaman belajar terhadap materi PKn. b. Siswa diharapkan selalu meningkatkan minat dan motivasi belajar yang

lebih baik lagi, sehingga mampu mengikuti dan menerima pelajaran dengan baik dari guru, sebagai upaya untuk mencapai hasil yang maksimal.

3. Bagi Sekolah

Agar proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih maksimal, maka hendaknya sekolah memberikan kebebasan yang bertanggungjawab kepada guru


(2)

165

Moch Arinal Rifa, 2014

Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

(penelitian tindakan kelas pada siswa kelas x ipa-2 di sma n 1 tasikmalaya)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk berekspresi secara kreatif dan inovatif dalam mementukan model pembelajaran yang akan ditetapkan di sekolah. Selain itu pihak sekolah dapat lebih mengontrol ketika proses pembelajaran sedang berlangsung di mana ada sistem kontrol yang terarah dari lembaga sekolah. Dan hendaknya memfasilitasi proses pembelajaran berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pendidik maupun siswa dalam rangka mengoptimalkan proses pembelajaran agar lebih berkualitas.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Mengingat aktivitas belajar itu sangat penting dimiliki oleh siswa, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model snowball throwing dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar atau untuk meningkatkan kompetensi PKn yang lainnya pada tingkat kelas dan materi yang berbeda, dan juga lebih memperdalam ketajaman analisis yang digunakan dalam penelitian, dan penelitian lebih mendalam mengenai teori-teiri yang akan dilaksanakan.

5. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

a. Lebih memperbanyak dan memperluas mengenai pemberian pengetahuan model pembelajaran, untuk bekal mengajar kelak jika sudah menjadi guru yang sesungguhnya.

b. Memberikan sarana dan prasarana yang menunjang bagi mahasiswa untuk bisa berkreasi dalam mengembangkan model pembelajaran yang diterapkan di sekolah.

c. Dapat lebih memberikan ruang dalam berkreasi dalam metode atau model pembelajaran yang akan dilaksanakan ketika terjun kelapangan nanti.


(3)

Moch Arinal Rifa, 2014

Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

(penelitian tindakan kelas pada siswa kelas x ipa-2 di sma n 1 tasikmalaya)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Saleh. (2006). Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Agung Santoso. (2010). Studi Deskriptif Effect Size Penelitian-Penelitian Di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Jurnal Penelitian. Hlm. 1-17.

Alipandie Imansyah (1984). Didaktik Metodik. Surabaya: Usaha Nasional A.M, Sardiman, (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Arikunto, Suharsimi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Barbara B. Seels, Rita C. Richey, (1994) , Instructiuonal Technology : The

Definition and Domains of The Field, AECT Washington DC.

Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Cooper, James M. (1995). Classroom Teaching Skills. Lexington. : D.C. Heath

and Company

Conell. W.F. (1974). The Foundation of Education. Tn

Danial. Endang dan Warsiah, Nanan. (2007). Metode Penulisan Karya Ilmiah Bandung; Laboratorium PKn-FPIPS-UPI

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahnun 2003, Jakarta: Depdiknas.

Dick, Walter & Carey. L. (1990). The Systematic Design of Instruction. Florida: Harper Collins Publisher

Dimyati Dan Mudjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta; Rineka Cipta.

Djamarah, B. Syaiful dan Zain, Aswan. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta

Djahiri. Achmad Kosasih. (1985). Strategi Pengajaran Afektif-Nili-Moral. VCT Dan Games dalam VCT. Bandung; PMPKN UPI Bandung


(4)

Moch Arinal Rifa, 2014

Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

(penelitian tindakan kelas pada siswa kelas x ipa-2 di sma n 1 tasikmalaya)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gulo. W. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. Grasindo

Nasution, S. (2010). Didaktik Asas-asas Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara

Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok: PT RajaGrafindo Persada

Hamalik, Oemar. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta; PT Bumi Aksara Hamalik Oemar (2003). Proses Belajar Mengajar, Jakarta:PT Bumi Aksara Joyce Bruce. Marshal Weil. Emily Calhoun. (Edisi 8). Model-Model

Pembelajaran. Jakarta ; Pustaka Pelajar

Kemp, Jerold E., (1995). The Instructional Design Proces. New York: harper & Low Publiher.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama

Kunandar. (2008). Guru Profesional (implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan/KTSP dan sukses dalam sertifikasi guru. Jakarta; PT. Grafindo Persada

Moh. Uzer Usman. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. (2005) Metode Penelitian Kulitatif, Bandung: PT Remaja Rosada Karya.

Moleong, Lexy J. (2008) Metodologi Penelitian Kulitatif, Bandung: PT Remaja Rosada Karya.

Meleong. L. J. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung ; PT. Remaja Rosada Karya.

Meier, Dave. (2002). Accelerated Learning Hand Book The (terj). Bandung: Kaifa.

Nasution. S. (1998).Didaktik Azas-Azas Mengajar. Bandung: Jemmars. Nasution. (2010). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara


(5)

Moch Arinal Rifa, 2014

Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

(penelitian tindakan kelas pada siswa kelas x ipa-2 di sma n 1 tasikmalaya)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Permendiknas no 41 tahun 2007. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta Pribadi, A. B. (2009). Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Rusman. (2010). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Depok: PT RajaGrafindo Persada

Ruhimat, Toto. Dkk. (2001). Kurikulum dan Pembelajaran. Depok: Raja Grafindo Persada.

Saminanto, 2010. Ayo Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Rasail Media Group.

Sapriya dan Maftuh Bunyamin. (2005). Jurnal Civicus; Implementasi KBK Pendidikan Kewarganegaraan dalam Berbagai Konteks. Bandung; Jurusan PMPKN FPIPS

Sanjaya, W. (2007). Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media Group.

Sagala Syaiful (2005) Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Soemantri, M.N. (2001). Menggagas Pendidikan Pembaharuan IPS. Bandung :

PPS-UPI dan PT. Remaja Rosdakarya.

Solihatin, Etin. (2012). Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: Bumi Aksara. Suprijono A. (2009). Cooperativ Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta . Pustaka Pelajar

Sumantri, Mulyani; Permana, Johar. (1998/1999). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud., Ditjen Dikti., Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Sudjana, Nana. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Sinar Baru.

Sudjana. Nana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.

Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sugiyono (2010) Metode Penelitian Kuantitatif dan Kulalitatif serta R&D. Bandung: Rosda Karya.


(6)

Moch Arinal Rifa, 2014

Penerapan model pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

(penelitian tindakan kelas pada siswa kelas x ipa-2 di sma n 1 tasikmalaya)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soyomukti, N. (2008). Pendidikan Perspektif Globalisasi. Yogyakarta: Arr-Ruz Media

Stephen Kemmis, Robin Mc. Taggart, John Elliot, Dave Ebbut, (1998). The Action Research Planner, 3 rd ed. Victoria; Deakin University

Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

Usman Husaini, Setiady A. Purnomo (2006) Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Wiriaatmadja, R. (2008). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.

Vygotsky, Lev. (1992). Thought and Language Massachussets. London, England: The MIT Press Cambridg.

Sumber Jurnal:

Sufirman. (2013). Penggunaan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Artikel Penelitian; PGSD Jurusan Pendidikan Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjung Pura Pontianak

Sumber Internet:

Abbas, Nurhayati. (2000). Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) dalam Pembelajaran Matematika di SMU [ONLINE] Tersedia; http://www.bpkpenabur.or.id/jurnal

Hayardin. (2011). Model Pembelajaran Snowball Throwing [ONLINE] Tersedia: (http://www.hayardin.com/2012/04/model-pembelajaran-snowball-throwing.html Hidayat M. (2011). Barry Morris 1963:11. Pendekatan dan Model Pembelajaran [ONLINE]. Tersedia: http://hmaryana.blogspot.com/2011/05/pendekatan-dan-model-pembelajaran.html

Mukmin Ummil (2013). How To Be a Teacher? Karakter Guru Sebagai Pengajar

dan Pendidik [ONLINE]. Tersedia;

http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/10/how-to-be-a-teacherkontradiksi-karakter-guru-sebagai-pengajar-dan-pendidik-518345.html


Dokumen yang terkait

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKN KELAS XI SMAN 2 KABANJAHE TAHUN PELAJARAN 2014/2015.

0 3 19

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA MATA Penerapan Strategi Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Kecerdasan Interpersonal Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas IV SD Negeri Karangasem

0 1 11

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV Di SD Negeri 2 Barukan Manisrenggo K

0 1 17

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS IV Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Meningkatkan Aktivitas Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas IV Di SD Negeri 2 Barukan Manisrenggo K

0 2 16

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03

1 1 12

PENDAHULUAN Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03 Tohudan Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 5

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03 Tohuda

0 1 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 021 SAMARINDA UTARA

0 0 6