Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

(1)

(Penelitian Kulitatif Deskriptif SMP PGRI 1 Ciputat di Kelas VIII-4) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pd) Pada Program Studi Pendidikan IPS

Oleh: Mayasari NIM : 1111015000020

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i

meningkatkan motivasi belajar IPS siswa pada kelas VIII-4 di SMP PGRI 1 Ciputat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif, yaitu penulis menguraikan temuan hasil penelitian dengan menggunakan kata-kata atau kalimat dalam suatu struktur yang logik, serta menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan yang satu dengan lainnya. Dalam pengumpulan data, teknik yang peneliti gunakan wawancara dan dokumentasi. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa dan guru kelas VIII-4 SMP PGRI 1 Ciputat yang berjumlah 6 orang siswa dan 1 orang guru IPS.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Snowball Throwing mempengaruhi motivasi belajar siswa, karena dengan menggunakan model

Snowball Throwing siswa merasa lebih tertarik dan lebih termotivasi. Dengan

menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing guru lebih mempersiapkan materi sehingga membuat siswa menjadi lebih memahami materi yang dibahas, dan guru lebih menjelaskan terlebih dahulu langkah-langkah dari model pembelajaran Snowball Throwing agar siswa tidak merasa kesulitan ketika pembelajaran berlangsung. Selain itu dengan berdiskusi menggunakan model

Snowball Throwing siswa yang tidak aktif di kelas dapat menyesuaikan diri

dengan siswa yang lebih aktif, dengan dibentuknya kelompok belajar siswa dapat saling menghargai pendapat orang lain, siswa dapat saling berdiskusi dan membuat siswa tidak tergantung pada guru. Kemudian dengan melempar bola yang berisi pertanyaan dari satu siswa ke siswa lain dapat menarik perhatian siswa sehingga siswa merasa penasaran akan pertanyaan yang didapat, dengan memutar musik dalam pembelajaran Snowball Throwing membuat siswa merasa belajar lebih semangat dan menyenangkan, dan dengan memberikan penghargaan berupa hadiah kepada siswa yang dapat menjawab pertanyaan membuat siswa lebih termotivasi untuk dapat menjawab pertanyaan yang didapat dengan tepat dan benar.


(7)

ii

writer explains the finding of the research using the words or sentences in logical structure, and explains the concepts in the relationship of one and another. Interview and document are the data collected for this research. The participants of this research is 6 students of class VIII-4 SMP PGRI 1 Ciputat and 1 Social Science Education teacher.

The result of the research shows that Snowball Throwing learning model influences the students’ learning motivation because by using Snowball Throwing model, the students become more interested and motivated. By using Snowball Throwing learning model, the teacher can prepare the material better, therefore it makes the students understand the material taught easier. And the teacher explained the procedure using Snowball Throwing learning model first so that the students can follow the classroom activities easier. Besides that, the discussion that use Snowball Throwing learning model makes the students more active in the classroom, by forming learning groups, the students can respect the other students’ opinion, the students discuss the lesson and it makes the students do not depend on the teacher. Then by throwing a ball of question from to another, it can

attract the students’ attention and make the students become curious about the

question inside the ball. By playing music in Snowball Throwing learning model, it can make the students getting interested and motivated to learn full stop. Moreover by giving reward, it can make the students become more motivated to answer the questions correctly.


(8)

iii

Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan yang diridhai oleh Allah .

Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan motivasi maupun dorongan materil. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada :

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., Ketua jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbyah dan eguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Moch.Noviadi Nugroho, M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberi saran dan nasihat yang berguna bagi penulis selama perkuliahan.

4. Mayla Dinia Husni Rahiem, MA., dan Moch.Noviadi Nugroho, M.Pd., selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas keikhlasan dan kesabaran dalam memberikan semangat dan bimbingan kepada penulis.

5. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.


(9)

iv

7. Surati, M.Pd., selaku guru mata pelajaran IPS yang sudah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian ini.

8. Kepada Ayahanda Mursin dan Ibunda Rosmanah tercinta, yang senantiasa memberikan, dorongan, doa, biaya, dan dukungannya kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas cinta, kasih sayang, dan pengorbanan yang telah diberikan.

9. Mulyadi, Neneng, Nurinah, Santi, Andi Sanusi, Novianti, dan Ahmad Sona S.Pd (Kakak) yang senantiasa mendoakan dan memberi semangat pada penulis, terima kasih atas semua doa dan dukungannya.

10. Yusran Masyhuri, sebagai motivator pribadi yang tanpa henti selalu memberikan doa, dukungan dan semangat. Nasihat dan saran yang ia berikan adalah hal yang mambuat saya untuk berusaha lebih baik. 11. Teman-teman seperjuangan Witi Astuti, Risnawati Dewi Yulianti, Ida

Mardiatul Laela, Evi Nurlaeli, Retno Utami, Desi Nopiyanti, Silpia Ulhaq yang telah menjadi penyemangat bagi penulis.

12. Teman-teman PIPS Angkatan 2011 khususnya kelas C, terimakasih atas doa dan motivasinya.

13. Teman-teman dan saudara-saudara di rumah Kak Melisa, Dewi, Orin, Ayu, Dita, Yuli Phaull, Amel, Rayta, Gian, Tri yang selalu membantu, mensupport serta memberikan semangat pada penulis, terima kasih atas semua doa dan dukungannya.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Atas segala doa, semangat, bantuan dorongan saya ucapkan terimakasih. Semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta membalas kebaikan semua pihak.


(10)

v

Jakarta, Mei 2016 Penulis


(11)

vi

ABSTRACK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah... 6

E. Tujuan Penelitian... 6

F. Manfaat Penelitian... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Hakikat Model Pembelajaran ... 8

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) 8 b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 10

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 10

d. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif ... 11

2. Hakikat Model Snowball Throwing... 12

a. Pengertian Model Snowball Throwing ... 12

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Snowball Throwing 14 c. Kelebihan Model Snowball Throwing ... 15

d. Kelemahan atau Kekurangan Model Snowball Throwing ... 16


(12)

vii

4. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ... 34

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 34

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial ... 35

c. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial ... 37

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Konseptual ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Metode Penelitian ... 42

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

C. Sampel sumber data penelitian ... 44

D. Instrumen penelitian ... 45

E. Teknik pengumpulan data ... 45

F. Teknik analisa data ... 47

G. Rencana penguji keabsahan data ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50

A. Pendahuluan ... 50

B. Profil SMP PGRI 1 Ciputat ... 50

C. Informasi partisipan... 54

D. Paparan data hasil penelitian ... 57

1. Pendapat Guru Mengenai Bagaimana Model Snowball Throwing Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa ... 58

2. Pendapat Siswa Mengenai Bagaimana Model Snowball Throwing Memotivasi Mereka Untuk Belajar ... 68

3. Penggunaan Model Snowball Throwing dan Hasil Belajar Siswa 87 E. Diskusi ... 89


(13)

viii DAFTAR PUSTAKA


(14)

ix


(15)

(16)

xi Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 RPP (Rencana Perencanaan Pembelajaran) Lampiran 4 Instrumen Wawancara Guru

Lampiran 5 Instrumen Wawancara Siswa

Lampiran 6 Transkrip Wawancara Pembuka Guru Lampiran 7 Transkrip Wawancara Inti Guru Lampiran 8 Transkrip Wawancara Pembuka Siswa Lampiran 9 Transkrip Wawancara Inti Siswa Lampiran 10 Reduksi Data


(17)

1

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebuah sarana yang sangat penting bagi manusia, dengan pendidikan manusia dapat meningkatkan harkat dan martabatnya baik secara horisontal dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun secara vertikal dalam hubungannya kepada sang pencipta. Tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku yang diinginkan terjadi setelah siswa belajar.

Di sekolah, guru adalah salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), yang memiliki posisi sangat menentukan keberhasilan pembelajaran, karena fungsi utama guru ialah merancang, mengelola, melaksanakan, mengevaluasi pembelajaran. Guru bertugas memberikan pengajaran di dalam sekolah (kelas), agar tercapainya pembelajaran yang baik guru perlu memahami sedalam-dalamnya pengetahuan yang akan menjadi tanggung jawabnya dan menguasai dengan baik metode dan teknik pengajaran yang digunakan dalam mengajar di dalam kelas. Tetapi selain itu hubungan guru dengan siswa juga sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena sebaik-baiknya bahan pelajaran yang digunakan, dan sesempurnanya metode yang digunakan jika hubungan guru dengan siswa merupakan hubungan yang tidak harmonis maka dapat menciptakan suatu hasil yang tidak diinginkan.1 Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak komponen-komponen yang mempengaruhi kegiatan belajar-mengajar yaitu cara mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, media yang digunakan dan lain-lain.

Peranan guru sangat penting dalam penyampaian atau pengajaran materi pada peserta didik khususnya pada proses pembelajaran dikelas. Tak ada guru, tidak ada pendidikan, tidak ada pendidikan tidak ada proses pencerdasan, tanpa

1

Sardirman A.M, Motivasi dalam Pendidikan, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2012), Cet. 21, h.147


(18)

proses pencerdasan yang bermakna, pedidikan tidak akan berkembang. Pernyataan ini bermakna bahwa proses pembelajaran akan lumpuh tanpa kehadiran guru dalam mentransformasikan proses pembelajaran anak didik.2Keberhasilan peserta didik dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Guru dituntut untuk memahami komponen-komponen dasar dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk paham tentang filosofi dari pembelajaran itu sendiri. Mengajar tidak hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, akan tetapi juga sejumlah perilaku yang menjadi kebiasaan siswa. Keberhasilan pendidikan bisa di lihat dari proses pembelajaran itu berlangsung, bagaimana guru mampu menggunakan model pembelajaran yang menarik agar proses pembelajaran berjalan efektif, dan dapat memotivasi belajar siswa dalam pembelajaran di kelas.

Baik buruknya suatu pendidikan dipengaruhi oleh bagaimana seorang guru dapat menyampaikan atau mengajarkan ilmu pengetahuan serta nilai-nilai kehidupan yang mampu membawa peserta didik mewujudkan cita-citanya, baik untuk dirinya, keluarga, masyarakat dan bangsanya. Terkait dengan pentingnya peran seorang guru, maka setidaknya guru harus memiliki berbagai kemampuan, tidak hanya kemampuan akademik yang harus dimiliki oleh seorang guru, akan tetapi bagaimana seorang guru mempunyai kemampuan untuk memotivasi peserta didik, agar mau belajar yang nantinya akan meningkatkan hasil belajar serta cita-cita peserta didik.

Oleh karena itu bahwa peran guru tidak hanya sebatas pada proses pembelajaran saja, akan tetapi peran guru berkaitan dengan kompetensi guru, bahwa guru mempunyai delapan peran lainnya yang tentu saja berkaitan dengan proses pembelajaran itu sendiri, antara lain peran guru adalah untuk melakukan diagnosis terhadap perilaku siswa, guru membuat perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru melaksanakan proses pembelajaran, guru sebagai administrasi sekolah, guru sebagai komunikator, guru mampu mengembangkan

2

Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas(Bandung: Pustaka Setia, 2010), hal. 63.


(19)

keterampilan diri, guru dapat mengembangkan potensi anak (guru sebagai demonstrator dan guru sebagai pengelola kelas) dan guru sebagai pengembang kurikulum sekolah.

Berdasarkan hasil observasi melalui pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMP PGRI 1 Ciputat yang berlangsung bersamaan dengan peneliti melaksanakan Praktek Profesi keguruan (PPKT) selama 4 bulan dimulai dari bulan februari sampai dengan bulan mei 2015 maka diketahui proses belajar IPS membosankan bagi siswa, kurangnya keaktifan siswa saat proses pembelajaran, dan materi yang terlalu banyak sehingga membuat siswa malas untuk membaca, hal ini menyebabkan motivasi belajar peserta didik rendah. Selain faktor tersebut ada pula faktor lain yang berasal dari guru, yakni model pembelajaran masih bersifat konvensional dengan model ceramah saja. Dalam kegiatan pembelajaran, masih banyak guru yang nyatanya belum bisa menerapkan model pembelajaran yang bervariatif, hubungan intrerpersonal antara guru dengan siswa sangat kurang. Hanya sebagian kecil waktu pembelajaran yang digunakan untuk kegiatan siswa, itu pun hanya untuk mencatat dan melaksanakan evaluasi. Dan proses pembelajaran inilah yang menjadikan pembelajaran menjadi begitu membosankan. Maka dari itu sebagai guru mata pelajaran IPS harus berani menggunakan strategi pembelajaran yang bervariasi dengan model pembelajaran yang berkembang saat ini.

Bagaimana pembelajaran akan berhasil sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sedangkan dalam kegiatan pembelajaran pun belum bisa dikendalikan. Karena berdasarkan paparan diatas bahwasanya kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan menciptakan suasana pembelajaran dalam kelas yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Agar pelaksanaan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan tujuan pembelajaran, maka seorang guru harus mempunyai persiapan, kreativitas, model dan media yang dapat mendukung proses pelaksanaan pembelajaran. Selain itu ada tiga tahapan yang harus dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu: perencanaan yang jelas, proses pembelajaran yang efektif, dan evaluasi.


(20)

Jika ke tiga tahapan itu dapat dilakukkan oleh seorang guru, maka tujuan pembelajaran akan memungkinkan dapat dicapai dengan maksimal. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar sangatlah besar pengaruhnya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah yang di uraikan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa diperlukan model pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa (student centered) sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang sangat berpengaruh dengan hasil belajar siswa. Peneliti memilih salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat dikembangkan yaitu dengan model

Snowball Throwing. Pembelajaran Snowball Throwing ini salah satu model dari

pembelajaran kooperatif. Model Pembelajaran Snowball Throwing merupakan model pembelajaran yang membagi murid di dalam beberapa kelompok, yang dimana masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan. Guru yang menggunakan strategi bertanya yang baik terhadap siswa secara individual ternyata membantu siswa memiliki harga diri, menciptakan rasa aman dan memahami identitasnya. Melalui penggunaan pertanyaaan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar, juga meningkatkan cara berfikir dan memotivasi siswa, mempengaruhi secara positif dalam pencapaian hasil belajar siswa, dan membuat siswa menjadi lebih percaya diri akan kemampuan dirinya dalam belajar.3

Menurut Bayor, “snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa”. Peran guru disini hanya pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya, penertiban terhadap jalannya pembelajaran.4 Hal ini dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Peneliti memilih model pembelajaran Snowball Throwing ini sebagai model pembelajaran dalam proses

3

Sapriya dkk, Konsep Dasar IPS, (Bandung: UPI, 2006) Cet. 1, h. 70

4

Jumanta Hamdayama, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2014). Cet. 1, h.158


(21)

belajar mengajar yang diharapkan dapat mengatasi masalah dalam pembelajaran dan dapat memotivasi belajar siswa di kelas.

Selain penggunaan model pembelajaran secara tepat guru juga dituntut mampu untuk menggunakan dan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan mengsinergikan semua potensi yang ada, baik dari potensi dan karakteristik guru sebagai pendidik itu sendiri, peserta didik yang mempunyai potensi dan karakteristik beragam, memanfaatkan media, sarana dan prasarana yang sudah tersedia maupun lingkungan yang mempengaruhi berhasilnya sebuah tujuan pendidikan.

Guru juga diharapkan memiliki kemampuan dalam membangun interaksi dengan siswa saat mereka belajar di kelas atau di sekolah. Inilah problem yang masih sangat sulit dipecahkan di dunia pendidikan. Selama ini, guru hanya bertindak menyampaikan materi dengan metode ceramah saja. Hal ini disebabkan minimnya kemampuan dari sebagian para guru dalam membangun kegiatan pembelajaran yang baik. Mereka kurang memperhatikan model pembelajaran yang menarik. Kelas tidak seharusnya diisi dengan kegiatan pembelajaran saja, namun sebisa mungkin juga tercipta suasana pendidikan, pengarahan, pembinaan, pengayoman, penguatan mental, pelatihan dan lain sebagainya.

Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini penulis bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul: Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan peneliti pada saat melaksanakan Praktek Profesi Keguruan (PPKT) selama 4 bulan yaitu dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2015 di SMP PGRI 1 Ciputat, maka dapat diidentifikasi masalah diantaranya yaitu :


(22)

2. Masih adanya siswa yang kurang aktif dan tidak menyukai mata pelajaran IPS.

3. Model yang digunakan guru dalam pembelajaran IPS kurang bervariasi, yaitu masih menggunakan metode ceramah.

4. Pembelajaran masih bersifat konvensional yang berpusat pada guru. C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah tersebut serta mengingat luasnya permasalahan yang ada, maka untuk mempermudah penulisan skripsi agar menjadi lebih terarah penulis membatasi masalah ini pada penggunaan model pembelajaran Snowball

Throwing pada mata pelajaran IPS siswa kelas VIII-4 di SMP PGRI 1 Ciputat

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Dengan melihat motivasi belajar siswa setelah menggunakan model Snowball Throwing di kelas.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka masalah penelitian ini

adalah “Bagaimana penggunaan model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi belajar IPS pada siswa kelas VIII-4 di SMP PGRI 1 Ciputat?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar siswa melalui model Snowball Throwing untuk meningkatkan motivasi belajar IPS siswa di SMP PGRI 1 Ciputat.

F. Manfaat penelitian

Adapun kegunaan penelitin ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan teori pembelajaran IPS, dan diharapkan dapat


(23)

memberikan manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan pada dunia pendidikan khususnya di SMP PGRI 1 CIPUTAT. b. Diharapkan dapat mengoptimalkan pelaksanaan pembelajaran

aktif dan peningkatan profesionalisme guru dan praktek pembelajaran di kelas.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Dengan adanya penelitian ini dapat membantu siswa dalam memahami pelajaran IPS, mengoptimalkan kemampuan berpikir, tanggung jawab dan kemampuan siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS.

b. Bagi Guru

Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi masukan untuk guru dalam hal melaksanakan pembelajaran dan menjadi wacana tentang model pembelajaran yang efektif sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar IPS siswa.

c. Bagi sekolah

Dapat dijadikan bahan acuan untuk mengoptimalkan sarana dan prasarana dalam mendukung kegiatan belajar mengajar yang baik dan juga memberikan masukan dalam usaha meningkatkan kualitas peserta didik.

d. Bagi penulis

Diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan mengenai model pembelajaran Snowball Throwing untuk meningkatkan motivasi belajar dan dapat menerapkannya dengan baik dalam proses belajar mengajar.


(24)

8 BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori

1. Hakikat Model Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Pembelajaran yang baik dan menarik akan menghasilkan hasil belajar yang baik sehingga dapat menarik perhatian dan memotivasi belajar siswa agar pada saat pembelajaran di kelas siswa tidak lagi merasa bosan ataupun jenuh ketika pembelajaran itu di mulai.

Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan belajar, yang dirancang berdasarkan proses analisis yang diarahkan pada implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di depan kelas.1

Adapun menurut Soekamto yang dikutip dalam Trianto, Model pembelajaran adalah gambaran yang melukiskan rencana pembelajaran yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan model pembelajaran ini berfugsi sebagai pedoman bagi para perancang

1

Ali Hamzah dan Muhlisrarini. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014). Cet.1, h.153


(25)

pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar dalam tujuan pembelajaran”2

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic

Skill), sekaligus keterampilan sosial (sosial skill) termasuk

interpersonal skill.3

Menurut Jumanta Hamdayama, “Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengelompokkan siswa ke dalam kelompok kecil/tim kecil, yang berjumlah empat sampai dengan 6 orang yang masing-masing siswa memiliki latar belakang

kemampuan, jenis kelamin, rasa tau suku yang berbeda”.4

Slavin mengemukakan, “In cooperative learning methods, student work together in four member teams to master material

initially presented by the teacher.” Dari uraian tersebut dapat

dikemukakan bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam kelompok kecil terdiri dari 4-6 orang secara acak sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih bergairah dan bersemangat dalam belajar dengan tercapainya tujuan pembelajaran.5

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama dengan berkelompok

2

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-progresif Konsep Landasan dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta:Kencana,2011). cet.4,h.22

3

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta : Kencana, 2009) cet.1, h. 271

4

Jumanta Hamdayama, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014). Cet. 1, h.64

5

Tukiran Taniredja dkk .Model-model Pembelajaran Inovatif dan Efektif. (Bandung: Alfabeta,2013) h.55


(26)

untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugasnya.

b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Abdul Majid, ada tiga tujuan dalam pembelajaran kooperatif yaitu pertama untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, kedua agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belakang, dan yang ketiga mengembangkan keterampilan sosial siswa; berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, dapat mengungkapkan ide atau pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok.6

Dengan demikian tujuan dari pembelajaran kooperatif ini dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, melatih siswa untuk bekerja sama, siswa aktif dalam proses pembelajaran serta saling menghargai pendapat siswa satu sama lain dalam mengungkapkan pendapatnya masing-masing sehingga membuat siswa lebih percaya diri akan kemampuannya dalam belajar.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa di dalam kelompok untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam pembelajaran kooperatif ini terdapat lima langkah atau tahapan dalam menggunakan pembelajaran kooperatif yaitu langkah awal pembelajaran di mulai dari guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan juga memotivasi

6

Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013), cet. 1, h. 175


(27)

siswa untuk belajar, selanjutnya siswa di kelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang, lalu guru membimbing siswa pada saat kegiatan belajar siswa dalam menyelesaikan tugas bersama mereka, setelah itu guru mengevaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari pada saat pembelajaran di kelas, kemudian yang terakhir guru memberikan penghargaan berupa hadiah terhadap usaha-usaha siswa dalam bekerja sama mapun individu.7

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif ini mengajarkan siswa untuk bekerja sama, dimana adanya saling tukar pendapat antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya dalam menyelesaikan tugas dan berkolaborasi pada saat pembelajaran di kelas. Hal ini membuat siswa mengalami proses pembelajaran yang bermakna.

d. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif ini mencerminkan bahwa manusia belajar dari pengalaman dan keikutsertaan dalam kelompok kecil untuk mengembangkan sikap kerja sama siswa dan cara berfikir siswa. Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuh ciri-ciri atau karakteristik, diantaranya: pertama kelompok dibentuk dengan siswa kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, kedua didalam kelompoksiswa harus sama-sama berusaha untuk mendapatkan hasil yang baik, ketiga seluruh anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama yang ingin dicapai, keempat siswa saling membagi tugas dan tanggung jawab yang sama dengan teman sekelompoknya, kelima guru mengevaluasi semua kegiatan dalam pembelajaran, keenam antar siswa berbagi

7

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif yang Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet,1, h.271


(28)

keterampilan yang kreatif untuk saling bekerja sama, dan yang ketujuh siswa diminta untuk mempertanggungjawabkan materi yang dipahami sesuai kemampuan masing-masing siswa.8

Dapat disimpulkan dari paparan diatas, ciri-ciri pembelajaran kooperatif ini agar siswa mempunyai rasa tanggung jawab, saling kerjasama antar siswa yang satu dengan siswa lainnya, saling menghargai pendapat orang lain, dan membuat siswa menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapatnya.

2. Hakikat Model Snowball Throwing

a. Pengertian Model Snowball Throwing

Secara etimologi Snowball berarti bola salju, sedangkan

throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan

dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball

Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang

dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab.

Menurut Bayor, “Snowball Throwing merupakan salah satu

model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa”. Peran guru disini hanya pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya, penertiban terhadap jalannya pembelajaran.9

Menurut Arahman, Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang dimulai dengan pembentukan kelompok yang diwakili masing-masing dari ketua kelompok untuk mendapat

8

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang efektif yang Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet,1, h.270

9

Jumanta Hamdayama, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014). Cet. 1, h.158


(29)

penjelasan materi dari guru, kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan sesuai materi yang dibahas dan dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain kemudian masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh secara bergantian.10

Pembelajaran Snowball Throwing ini merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif. Pembelajaran Snowball

Throwingini merupakan model pembelajaran yang membagi murid ke

dalam beberapa kelompok, yang dimana masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan sesuai dengan materi yang dibahas.

Model Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga dengan model pembelajaran gelundungan bola salju. Model pembelajaranini melatih siswa untuk lebih tanggap dan menghargai pendapat siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Pembelajaran dengan model Snowball Throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain: pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivisme), pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” (questioning); dari bertanya siswa dapat menggali

10

Jumanta Hamdayama, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014). Cet. 1, h.158


(30)

informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.11

Penjelasan yang beragam diatas mengandung satu pengertian, yaitu Snowball Throwing adalah suatu model pembelajaran yang membagi murid dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan membentuknya seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar ke murid yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya masing-masing murid menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya. Dalam model pembelajaran Snowball

Throwing lebih mengutamakan pendalaman pengetahuan

dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.

b. Langkah-Langkah Pembelajaran Model Snowball Throwing

Model pembelajaran Snowball Throwing ini merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini menggali potensi siswa dalam bekerjasama dan juga melatih siswa untuk membuat serta menjawab pertanyaan melalui permainan dalam bentuk bola salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran dalam menggunakan model Snowball Throwing yaitu pertama guru menyampaikan materi yang akan dibahas, kedua guru membentuk kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, ketiga masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya, lalu menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada teman kelompoknya, keempat masing-masing murid diberi satu lembar kertas untuk membuat pertanyaan tentang materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, kelima

11

Jumanta Hamdayama, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014). Cet. 1, h.157


(31)

kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lainnya selama kurang lebih 15 menit, keenam setelah setiap siswa mendapat satu bola yang berisikan pertanyaan, diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian, dan yang ketujuh guru melakukan evaluasi dan penutup pada akhir pembelajaran.12

Adapun aturan atau cara bermain dalam model pembelajaran

Snowball Throwing ini yaitu guru melemparkan bola secara acak

kepada salah satu siswa, selanjutnya siswa yang mendapatkan bola melemparkannya ke siswa yang lain secara acak atau sengaja, lalu siswa yang mendapatkan bola dari temannya melemparkan kembali atau mengoper ke siswa lainnya, setelah itu siswa yang terakhir berkewajiban untuk menjawab soal yang ada dalam bola kertas tersebut, kemudian guru mengulangi secara terus-menerus metode diatas sampai soal yang disediakan itu habis atau waktu habis.

Ketentuan cara bermain dalam model pembelajaran ini agar ketika model Snowball Throwing ini diterapkan siswa tidak lagi bingung atau merasa kesulitan dalam belajar dengan menggunakan model Snowball Throwing.

c. Kelebihan Model Snowball Throwing

Model Snowball Throwing mempunyai beberapa kelebihan yang semuanya melibatkan dan keikutsertaan siswa dalam pembelajaran. Kelebihan dari model Snowball Throwing yaitu pertama suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa belajar sambil bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa

12

Ali Hamzah dan Muhlisrarini. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014). Cet.1, h.173


(32)

lain, kedua siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan kepada siswa lain, ketiga membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa, keempat siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, kelima guru tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktek, keenam pembelajaran menjadi lebih efektif, ketujuh dari model ini mempengaruhi tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotor dapat tercapai.13

Penulis dapat menyimpulkan bahwa kelebihan dari model pembelajaran Snowball Throwing ini yaitu dapat menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat proses pembelajaran di kelas. Siswa akan menjadi lebih mudah dalam memahami konsep-konsep dasar dan juga ide-ide lebih banyak dan lebih baik dengan adanya saling bertukar pendapat satu sama lain. Model pembelajaran ini juga dapat mendorong atau memotivasi siswa untuk belajar sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa yang ingin dicapai dalam pembelajaran di kelas.

d. Kelemahan atau Kekurangan Model Snowball Throwing

Selain mempunyai kelebihan, model pembelajaran Snowball

Throwing juga mempunyai kekurangan. Kekurangan dari model ini

adalahmodel pembelajaran ini sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa yang dikuasai siswa hanya sedikit, lalu setiap ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat atau kendala bagi anggota lain dalam menjelaskan materi yang sudah disampaikan oleh guru sehingga memerlukan waktu yang cukup lama untuk berdiskusi,

13

Jumanta Hamdayama, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014). Cet. 1, h.161


(33)

kemudian didalam model pembelajaran Snowball Throwing tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerjasama namun tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk memberikan penghargaan kelompok, dan yang terakhir murid yang nakal cenderung membuat keributan (onar) di kelas sehingga keadaan kelas menjadi gaduh pada saat pembelajaran.14

Akan tetapi kelemahan dalam penggunaan model ini dapat tertutupi dengan cara: pertama guru dapat menerangkan terlebih dahulu materi yang akan dijelaskan secara singkat, kedua guru memberikan batasan waktu dalam pembuatan kelompok dan pembuatan pertanyaan, ketiga guru ikut serta dalam pembagian kelompok sehingga kegaduhan bisa teratasi, keempat guru membedakan anak yang sering membuat gaduh dalam kelompok, kelima namun, juga tidak menutup kemungkinan guru memberikan penghargaan bagi kelompok yang bisa menjawab pertanyaan sebagai dorongan untuk memotivasi semangat siswa.15

Dengan adanya kekurangan dari model pembelajaran

Snowball Throwing ini, akan menjadi tantangan atau pacuan bagi guru

untuk mengembangkan model pembelajaran yang masih bersifat konvensional pada saat pembelajaran di kelas. Dengan demikian kekurangan tersebut dapat diatasi sehingga motivasi belajar siswa meningkat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.

14

Jumanta Hamdayama, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014). Cet. 1, h.161

15

Jumanta Hamdayama, Model Dan Metode Pembelajaran Kreatif Dan Berkarakter, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014). Cet. 1, h.161-162


(34)

3. Hakikat Motivasi Belajar a. Motivasi

1) Pengertian Motivasi

Menurut Mc. Donald, “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

feeling” dan di mulai dengan tanggapan terhadap adanya tujuan

tersebut”.16

Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan atau untuk pencapaian tujuan.

Menurut Koerswara, Siagian, Schein, Biggs, dan Telfer yang dikutip oleh Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya “motivasi terkandung adanya keinginan untuk menggerakkan, mengubah, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar”. 17

Menurut pengertian beberapa ahli diatas, maka kita bisa mendefinisikan motivasi sebagaisuatu yang mendorong dan mengubah perilaku dalam diri seseorang kedalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan.

2) Sifat-sifat Motivasi

Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri yang dikenal sebagai motivasi internal dan motivasi dari

16

Sardirman A.M, Motivasi dalam Pendidika, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2012), Cet. 21, h.73

17

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, h.80


(35)

luar seseorang dikenal dengan motivasi eksternal. Motivasi instrinsik ada karena orang tersebut memang senang melakukannya. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan dorongan terhadap perilaku seseorang yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya. Seseorang berbuat sesuatu itu karena adanya dorongan dari luar misalnya dia yang menginginkan hadiah dan menghindari hukuman.18

Menurut Siagian, Monks, Knoers, Siti Rahayu, Biggs, Telfer dan Winkel, Motivasi ekstrinsik banyak dilakukan di sekolah dan di masyarakat. Hadiah dan hukuman sering digunakan untuk meningkatkan kegiatan belajar. Jika siswa belajar dngan hasil yang memuaskan maka ia akan memperoleh hadiah dari guru atau orang tua. Sebaliknya jika hasil belajar tidak baik, memperoleh nilai kurang, maka ia akan memperoleh

“peringatan atau hukuman” dari guru atau orang tua.

“peringatan” tersebut tidak menyenangkan siswa. Motivasi

belajar meningkat, sebab siswa tidak senang memperoleh “peringatan” dari guru ataupun orang tua. Dalam hal ini, hukuman dan juga hadiah dapat merupakan motivasi ekstrinsik bagi siswa untuk belajar dengan bersemangat.19

Dalam kegiatan belajar siswa sangat membutuhkan motivasi yang mendorong siswa untuk lebih semangat lagi dalam belajar. Motivasi ini berupa dorongan dari dalam diri siswa dan juga dorongan dari luar yaitu keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar. Biasanya siswa merasa termotivasi karena ada tujuan tertentu yaitu ingin mendapat nilai bagus, ingin

18

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, h.90-91

19

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, h.92


(36)

mendapat hadiah dari guru, dan ingin mendapat pujian dari guru dan temannya pada saat pembelajaran.

3) Jenis-jenis Motivasi

Motivasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pertama motivasi intrinsik yaitu, motivasi yang ada dalam diri sendiri (internal) karena di dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu sehingga tidak perlu dorongan dari luar atau lingkungan sekitar, bentuk motivasi intrinsik ini aktivitas belajarnya itu berdasarkan suatu dorongan dari dalam diri sendiri dengan tujuan untuk mendapatkan nilai-nilai yang terkait dalam pelajaran itu bukan untuk mendapat nilai tinggi ataupun ingin mendapat hadiah. Kedua motivasi ekstrinsik yaitu, motivasi yang adanya dorongan dari luar maka dari itu aktivitas belajarnya berdasarkan dorongan dari luar dengan tujuan hanya ingin mendapatkan penghargaan atau pujian, kesalahan dalam penggunaan motivasi ekstrinsik ini akan merugikan anak didik karena motivasi ekstrinsik ini bukan menjadikan pendorong tetapi akan membuat anak didik menjadi malas untuk belajar.20

Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang sangat mempengaruhi keberhasilannya. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita dengan menanamkan tekad, minat, dan selalu optimis akan tujuan yang ingin dicapai dengan belajar.

20

Sardirman A.M, Motivasi dalam Pendidikan, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2012), Cet. 21, h.89-90


(37)

b. Belajar

1) Pengertian Belajar

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu-individu yang terjadi melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir.

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan demi tercapainya tujuan.21

Lebih Luasnya, Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya

Psikologi Belajar, menguraikan beberapa pendapat para tokoh

pendidikan, diantaranya :

a) Menurut James O. Whittaker, “belajar sebagai

proses di mana tingkah laku dirubah melalui latihan atau pengalaman”.

b) Menurut Cronbach dalam bukunya Psikologi Belajar

learning is shown by change in behavior as a result

of experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang merubah tingkah laku seseorang sebagai hasil dari pengalaman belajar.

c) Menurut Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through

practice or training. Belajar adalah proses dimana

tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau

21

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010 ). Cet. 5,hal.2


(38)

dirubah ketika seseorang melakukan aktivitas seperti, praktek atau latihan. 22

Menurut Gagne, “belajar merupakan sebagai suatu

proses perubahan tingkah laku yang meliputi perubahan tingkah laku dan perubahan kecenderungan manusia seperti sikap, minat, atau nilai dan perubahan kemampuannya yaitu adanya peningkatan kemampuan untuk melakukan berbagai jenis aktivitas performance(kinerja)”.23

Menurut Winkel, “belajar adalah suatu aktivitas mental

seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap”. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.24

Dari berbagai definisi yang telah dijelaskan, maka dapat dinyatakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang mencakup nilai kognitif, afektif, dan psikomotor.

2) Ciri-ciri Belajar

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar. Yang pertama perubahan yang terjadi secara sadaryaitu individu akan belajar menyadari terjadinya

22

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2011 ). Cet. 3, h. 13

23

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep Dan Aplikasi, (Bandung : Refika Aditama, 2013). Cet. 3, h. 2

24

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi Guru Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta : Kencana, 2009) cet.1, h. 5


(39)

perubahan dan telah merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya, ciri yang kedua perubahan dalam belajar bersifat fungsional, maksudnya dalam perubahan diri individu berlangsung secara terus menerus dan tidak seimbang, ciri yang ketiga perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, dalam perbuatan belajar perubahan itu selalu bertambah dan semakin banyak yang di dapat akan memperoleh suatu hasil yang lebih baik, ciri keempat perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara, akan tetapi perubahan ini terjadi hanya sesaat pada saat proses belajar, ciri yang kelima perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, ini berarti perubahan tingkah laku yang disadari terjadi karena ada tujuan yang ingin dicapai, dan yang terakhir perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku, dimana perubahan individu setelah melalui suatu proses belajar ia akan merasakan perubahan tingkah laku secara menyeluruh yaitu dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.25

Dari ciri-ciri diatas bahwa perubahan itu terjadi akan kesadaran dari diri sendiri, perubahan terjadi karena adanya tujuan tertentu yang ingin di capai dalam belajar dan perubahan pada diri siswa itu terjadi secara terus-menerus sampai memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya.

3) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil tidaknya seseorang dalam belajar banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik. Secara global

25Syaiful Bahri Djamarah, “

Psikologi Belajar”,(Jakarta : Rineka Cipta,2011) cet.3, h.15-16


(40)

faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

Pertama faktor internal, maksudnya faktor yang ada dalam diri siswa yaitu keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Kedua faktor eksternal, maksudnya faktor yang ada dari luar siswa yaitu kondisi sekolah, lingkungan atau masyarakat yang ada di sekitar siswa. Ketiga faktor pendekatan belajar

(approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa dengan

menggunakan strategi dan metode pembelajaran untuk melakukan kegiatan belajar dalam memahami materi pelajaran. 26

Pada dasarnya siswa belajar didorong oleh keinginan diri sendiri maka siswa dapat menentukan tujuan yang dapat dicapainya untuk mencapai tujuan belajar. Motivasi belajar memiliki peranan dalam mendorong kesuksesan belajar pada siswa. Motivasi belajar siswa dapat ditumbuhkan dengan adanya dorongan dari dalam diri siswa dan juga dorongan dari luar lingkungan sekitar.

c. Motivasi dalam Belajar

1) Pengertian motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikologis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuh gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan mempunyai semangat untuk melakukan kegiatan belajar.27 Dalam proses

26

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja Rosdakarya,2010) cet.15, h.132

27

Sardirman A.M, Motivasi dalam Pendidikan, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2012), Cet. 21, h.73


(41)

pembelajaran motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang tidak akan mampu belajar apabila tidak ada motivasi dalam belajar dan seseorang yang tidak memiliki motivasi tidak aka nada aktivitas belajar.

Oleh karena itu, dapat penulis simpulkan bahwa motivasi belajar adalah sesuatu yang mendorong, dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan semangat siswa dalam belajar. Motivasi belajar sangat erat sekali hubungannya dengan prilaku siswa disekolah, karena motivasi belajar dapat membangkitkan dan mengarahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baru. Bila pendidik membangkitkan motivasi belajar anak didik, maka meraka akan memperkuat respon yang telah dipelajari. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang oleh berbagai kesulitan. 2) Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Motivasi merupakan gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. Terdapat enam prinsip-prinsip motivasi dalam belajar yaitu:

Pertama motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar, maksudnya memberikan dorongan agar siswa lebih semangat lagi pada saat belajar. Kedua motivasi instrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar, maksudnya dorongan dari dalam diri sendiri lebih baik dibandingkan dorongan dari luar. Ketiga motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman, karena biasanya siswa lebih mengharapkan hadiah untuk mendorong semangat siswa dalam


(42)

belajar.Keempat motivasi sangat berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar, siswa yang termotivasi akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Kelima motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar,yaitu dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam belajar. Keenam motivasi juga dapat meningkatkan prestasi dalam belajar, karena siswa yang merasa termotivasi akan menghasilkan hasil yang baik.28

Kegiatan belajar tidak akan dilakukan tanpa adanya suatu dorongan yang kuat baik dari dalam maupun dari luar. Dalam pembelajaran di kelas siswa lebih mengharapkan mendapatkan pujian dan juga hadiah yang menjadi pacuan dalam belajar dibandingkan dengan memberikan hukuman kepada siswa. Karena biasanya hukuman itu membuat siswa menjadi takut dan malas untuk belajar sedangkan dengan memberikan hadiah siswa menjadi termotivasi lagi untuk belajar dengan bersungguh-sungguh sesuai tujuan yang ingin dicapai. 3) Fungsi Motivasi dalam Belajar

Motivasi merupakan hal yang penting untuk mencapai hasil belajar yang baik. Adapun tiga fungsi motivasi yaitu pertama mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan yang berupa dorongan. Kedua menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang ingin dicapai dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. Ketiga menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus

28

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), Ed. 2, h.152


(43)

dikerjakan yang serasi untuk mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.29

Motivasi belajar dianggap penting didalam proses belajar dan pembelajaran dilihat dari nilai atau manfaatnya. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi belajar mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi serta mengubah tingkah laku siswa. Jadi motivasi berfungsi untuk mendorong seseorang berbuat sesuatu yang lebih baik dan motivasi juga dapat menentukan kemampuan siswa dalam belajar.

4) Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar

Menurut Wasty Soemanto, “bahwa guru-guru sangat

menyadari pentingnya motivasi dalam bimbingan belajar

murid”. Maka dari itu penting adanya bentuk-bentuk motivasi

tersebut untuk mencapai tujuan karena motivasi belajar itu sangat berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa. Kesalahan dalam memberikan motivasi ekstrinsik akan berakibat merugikan prestasi belajar siswa dalam kondisi tertentu.Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas yaitu:

Pertama memberi angka atau nilai kepada peserta didik, biasanya dengan nilai cukup memberikan rangsangan kepada siswa untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan prestasi belajar mereka untuk yang akan datang. Kedua memberikan hadiah sebagai penghargaan kepada siswa yang berprestasi tinggi sebagai alat dalam memotivasi. Ketiga

29

Sardirman A.M, Motivasi dalam Pendidikan, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2012), Cet. 21, h.85


(44)

kompetisi atau persaingan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa agar lebih semangat dalam belajar. Keempat ego-involment yaitu dengan menumbuhkan kesadaran rasa tanggung jawab pada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga membuat siswa untuk bekerja keras, kelima memberikan ulangan biasanya siswa mempersiapkan diri dengan belajar dari jauh-jauh hari dalam menghadapi ulangan, keenam mengetahui hasil, dengan mengetahui hasil siswa menjadi lebih giat lagi dalam belajar dan sebagai pacuan untuk lebih baik. Ketujuh yaitu pujian dengan memberikan pujian kepada siswa akan membesarkan jiwa seseorang dan ia akan lebih bergairah lagi mengerjakan tugasnya.Kedelapan memberikan hukuman bagi siswa yang melanggar tat tertib sekolah sehingga dengan hukuman yang diberikan itu siswa tidak mengulangi kesalahan atau pelanggaran lagi. Kesembilan hasrat untuk belajar, hal ini berarti pada diri anak didik yang memang ada motivasi untuk belajar maka tentu hasilnya akan lebih baik daripada anak didik yang tidak berhasrat untuk belajar. Kesepuluh minat, seseorang yang berminat terhadap sesuatu aktivitas maka ia akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Dan yang terakhir yaitu tujuan yang diakui sebab dengan memahami tujuan yang ingin dicapai, dirasakan anak sangat berguna dan menguntungkan sehingga menimbulkan gairah untuk terus belajar.30

Bentuk-bentuk motivasi ini sebagai faktor pendorong siswa untuk lebih semangat belajar lagi dalam melakukan aktivitas belajar di dalam kelas dan juga sebagai cerminan agar

30

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), Ed. 2, h.158


(45)

siswa dapat menjadi siswa yang lebih baik lagi untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran dengan hasil belajar yang lebih baik. 5) Indikator Motivasi Belajar

Menurut Uno (2008), indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Adanya Hasrat dan Keinginan Berhasil

Hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar dan dalam kehidupan sehari-hari pada umumnya disebut motif berprestasi, yaitu motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas dan pekerjaan atau motif untuk memperolah kesempurnaan. Motif semacam ini merupakan unsur kepribadian dan prilaku manusia, sesuatu yang berasal dari „‟dalam‟‟ diri manusia yang bersangkutan.

Motif berprestasi adalah motif yang dapat dipelajari, sehingga motif itu dapat diperbaiki dan dikembangkan melalui proses belajar. Seseorang yang mempunyai motif berprestasi tinggi cenderung untuk berusaha menyelesaikan tugasnya secara tuntas, tanpa menunda-nunda pekerjaanya. Penyelesaian tugas semacam ini bukanlah karena dorongan dari luar diri, melainkan upaya pribadi. b) Adanya Dorongan dan Kebutuhan Dalam Belajar

Penyelesaian suatu tugas tidak selamanya dilatar belakangi oleh motif berprestasi atau keinginan untuk berhasil, kadang kala seorang individu menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik orang yang memiliki motif berprestasi tinggi, justru karena dorongan menghindari kegagalan yang bersumber pada ketakutan akan kegagalan itu.


(46)

Seorang anak didik mungkin tampak bekerja dengan tekun karena kalau tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik maka dia akan mendapat malu dari dosennya, atau di olok-olok temannya, atau bahkan dihukum oleh orang tua. Dari keterangan diatas tampak bahwa „‟keberhasilan‟‟ anak didik tersebut disebabkan oleh dorongan atau rangsangan dari luar dirinya.

c) Adanya Harapan dan Cita-cita Masa Depan

Harapan didasari pada keyakinan bahwa orang dipengaruhi oleh perasaan mereka tantang gambaran hasil tindakan mereka contohnya orang yang menginginkan kenaikan pangkat akan menunjukkan kinerja yang baik kalau mereka menganggap kinerja yang tinggi diakui dan dihargai dengan kenaikan pangkat.

d) Adanya Penghargaan Dalam Belajar

Pernyataan verbal atau penghargaan dalam bentuk lainnya terhadap prilaku yang baik atau hasil belajar anak didik yang baik merupakan cara paling mudah dan efektif untuk meningkatkan motif belajar anak didik kepada hasil belajar yang lebih baik. Pernyataan seperti „‟bagus‟‟, „‟hebat‟‟ dan lain-lain disamping akan menyenangkan siswa, pernyataan verbal seperti itu juga mengandung makna interaksi dan pengalaman pribadi yang langsung antara siswa dan guru, dan penyampaiannya konkret, sehingga merupakan suatu persetujuan pengakuan sosial, apalagi kalau penghargaan verbal itu diberikan didepan orang banyak.


(47)

e) Adanya Kegiatan yang Menarik Dalam Belajar Baik simulasi maupun permainan merupakan salah satu proses yang sangat menarik bagi siswa. Suasana yang menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Seperti kegiatan belajar seperti diskusi, brainstorming, pengabdian masyarakat dan sebagainya.

f) Adanya Lingkungan Belajar yang Kondusif

Pada umumnya motif dasar yang bersifat pribadi muncul dalam tindakan individu setelah dibentuk oleh lingkungan. Oleh karena itu motif individu untuk melakukan sesuatu misalnya untuk belajar dengan baik, dapat dikembangkan, diperbaiki, atau diubah melalui belajar dan latihan, dengan perkataan lain melalui pengaruh lingkungan Lingkungan belajar yang kondusif salah satu faktor pendorong belajar anak didik, dengan demikian anak didik mampu memperoleh bantuan yang tepat dalam mengatasi kesulitan atau masalah dalam belajar.31 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat dua aspek yang menjadi indikator pendorong motivasi belajar siswa, yaitu (1) dorongan internal: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, faktor fisiologis dan (2) dorongan eksternal: adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif.

31 Budi Wahyono

, Indikator Motivasi Belajar, dalam www.pendidikanekonomi .com/2014/10/indikator-motivasi-belajar.html?m=1, di akses pada tanggal 27 Juni 2016.


(48)

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi Belajar Motivasi belajar merupakan perubahan dalam diri seseorang yang mengalami perkembangan akan tercapainya pembelajaran. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, antara lain:

Pertama cita-cita atau aspirasi siswa yaitu motivasi belajar yang tampak pada kenginan anak sejak ia kecil, misalnya keinginan untuk bisa berdiri, berjalan, dan juga berlari. Cita-cita timbul ketika perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan. Cita-cita juga timbul dibarengi dengan perkembangan kepribadian. Kedua kemampuan Siswa, menurut Monks dan Singgih Gunarsa, “kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan”. Ketiga kondisi Siswa yaitu, kondisi siswa yang dimaksud disini meliputi kondisi jasmani dan rohani yang sangat berpengaruh pada motivasi belajar siswa. Keempat kondisi lingkungan siswa dimana keadaan lingkungan yang baik akan berpengaruh positif terhadap kondisi siswa, yang termasuk kedalam lingkungan siswa, yaitu keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Kelima unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pmbelajaran yaitu pengalaman belajar dan keadaan lingkungan sekitar siswa sangat berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar seperti, perhatian, perasaan, kemauan, ingatan, dan juga pikiran yang ada pada siswa. Keenam upaya guru dalam membelajarkan siswa, guru merupakan seorang pendidik baik di sekolah maupun di luar sekolah. Upaya pembelajaran guru itu meliputi:


(49)

pemahaman tentang diri siswa, penguatan materi, serta mendidik siswa dalam belajar.32

Dari pemaparan diatas bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa meliputi cita-cita siswa itu sendiri dan kemampuan, apabila siswa belajar sesuai dengan keinginan dan kemampuannya, siswa akan berhasil dalam belajar karena tidak terdapat paksaan didalamnya. Kemudian, kondisi jasmani dan rohani siswa yang sehat membuat siswa semangat dalam belajar, dan yang terakhir adalah lingkungan sekitar siswa, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Lingkungan sekitar yang baik akan memberikan dampak yang positif pula bagi perkembangan kepribadian siswa. 6) Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar

Menurut De Decce dan Grawford, terdapat empat fungsi guru sebagai pendidik yang berhubungan dengan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu guru harus dapat menggairahkan semangat anak didik, memberikan harapan yang realistis, memberikan insetif, dan mengarahkan perilaku anak didik ke arah yang menunjang untuk tercapainya tujuan pengajaran.33

Kegiatan belajar anak didik tidak terlepas oleh seorang guru bagaimana caranya guru itu menciptakan atau memberikan motivasi dorongan terhadap anak didiknya agar tercapainya tujuan pembelajaran. Motivasi belajar itu dihayati, dialami, dan merupakan kekuatan mental pembelajar dalam belajar. Maka

32

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, h.97-100

33

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), Ed. 2, h.169


(50)

dari itu dalam pembelajaran perlu adanya motivasi yang berupa dorongan untuk mencapai hasil belajar yang optimal dalam pembelajaran.

4. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang termuat dalam kurikulum pendidikan di Indonesia mulai dari tingkatan dasar, menengah, hingga tingkat perguruan tinggi. Secara garis besar materi-materi yang terdapat dalam Pendidikan IPS berkenaan dengan kehidupan sosial dalam masyarakat. Berikut ini akan penulis uraikan secara mendalam tentang pendidikan IPS.

Ilmu pengetahuan sosial adalah perpaduan dari ilmu-ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang ditujukan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan.34

Beberapa ahli pendidikan di Indonesia juga mengemukakan pengertian IPS, berikut pengertian IPS menurut beberapa ahli;

1) Sistrunk Masson mengemukakan IPS sebagai suatu pengajaran yang membimbing seseorang ke arah menjadi warga Negara yang cerdas, efektif, produktif dan berguna bagi bangsa dan negara. 35

2) Kosasih Djahiri, IPS merupakan ilmu pengetahuan yang menggambungkan cabang-cabang ilmu sosial dengan ilmu lainnya kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan aturan untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan.36

34

Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 3.

35

Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 6.

36

Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h.7


(51)

3) Muhammad Nu‟man Somantri, Pendidikan IPS adalah penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, ideologi, Negara dan disiplin ilmu lainnya serta masalah-masalah sosial terkait yang disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar dan menengah. Dari penjelasan tentang IPS diatas dapat dikemukakan bahwa IPS merupakan perpaduan dari ilmu-ilmu sosial secara umum yang ditarik menjadi mata pelajaran yang lebih simpel dan nyata berdasarkan keterkaitan dalam hubungan antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan menjadi lebih konkrit dan tidak sebatas pada kajian-kajian teoritis sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik.

b. Tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial

Tujuan IPS yaitu untuk membantu peserta didik dalam menguasai, memahami, dan mengembangkan kemampuan yang berkaitan permasalahan sosial. Melalui IPS tersebut diharapkan peserta didik dapat berfikir secara rasional dan kritis dalam menanggapi isu-isu sosial dan membuat keputusan berdasarkan pada pengolahan informasi. Dengan demikian peserta didik dapat berpartisipasi sebagai warga Negara sesuai kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu untuk membelajarkan materi IPS yang dapat membantu peserta didik mengembangkan kemampuan membuat keputusan publik yang baik, diperlukan tenaga pendidik (guru atau dosen) yang memiliki kemampuan dan penguasaan dalam mengorganisasikan materi-materi tersebut.37

Menurut Etin Solihatin, pada dasarnya tujuan dari IPS adalah “untuk mendidik dan memberikan bekal kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan

37

Heni Waluyo Siswanto, Studi Efektivitas Pembelajaran Terpadu Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama, Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, Vol. 17, 2011, h.155


(52)

lingkungannya sesuai kemampuan yang ada dalam diri siswa sendiri, serta memberikan pengalaman kepada siswa agar melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi”.38

Mengenai tujuan dari pendidikan IPS, banyak para ahli yang mengkaitkannya dari berbagai sudut pandang kepentingan dan penekanan tersendiri. Seperti yang dikatakan oleh Gross bahwa tujuan dari IPS adalah untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi warga Negara yang baik dalam kehidupannya dimasyarakat, secara tegas ia mengatakan “to prepare students to be well-functioning citizens in a

democratic society”.39

Dalam Kosasih Djahiri mengemukakan 5 tujuan pokok pendidikan IPS sebagai berikut: pertama membina siswa agar mampu memahami pengertian atau pengetahuan ilmu sosial. Kedua membina siswa agar mampu memahami dan menerapkan keanekaragaman keterampilan dalam ilmu-ilmu sosial. Ketiga membina dan mendorong siswa untuk memahami, menghargai, menghayati adanya keanekaragaman antar sesama. Keempat mengarahkan siswa kearah yang mempengaruhi nilai-nilai kemasyarakatan serta mengembangkan nilai-nilai yang ada pada dirinya. Kelima membina siswa untuk keikutsertaan dalam berpartisipasi kegiatan kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga Negara.40

Berdasarkan definisi beberapa pendapat para ahli tentang tujuan pendidikan IPS, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesungguhnya tujuan dari pendidikan IPS adalah untuk mendidik dan memberi bekal kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai

38

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisi Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 15.

39

Etin Solihatin dan Raharjo, Cooperative Learning Analisi Model Pembelajaran IPS, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 14.

40

Sapriya, Dadang Sundawa, dan Iim Siti Masitoh, Pembelajaran dan Evaluasi Hasil Belajar IPS, (Bandung: UPI PRESS, 2006), h. 13


(53)

dengan bakat dan mampu memecahkan berbagai persoalan atau masalah-masalah sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Karakteristik Ilmu Pengetahuan Sosial

Karakteristik pembelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang bersifat monolitik. IPS merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Rumusan IPS berdasarkan realitas dan fenomena sosial melalui pendekatan interdisipliner.

Mata pelajaran IPS di SMP/MTs memiliki beberapa karakteristik antara lain: pertamaIPS merupakan gabungan dari unsur-unsur sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, kewarganegaraan, bahkan juga bidang humaniora. Kedua standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS berasal dari struktur keilmuan sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu. Ketiga standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial. Keempat standar kompetensi dan kompetensi dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat dan pengelolaan lingkungan seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.41

Jadi, mata pelajaran IPS ini merupakan gabungan dari ilmu-ilmu sosial yaitu Sosiologi, Geografi, Sejarah, Ekonomi, Politik, dan sebagainya. Ilmu sosial ini mempelajari tentang kehidupan sosial dalam masyarakat seperti: budaya, bumi, perekonomian masyarakat, dan juga kejadian di masa lampau.

41

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Bumi Askara,2010) cet.2, h.174-175


(54)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Adapun beberapa penelitian terlebih dahulu yang telah meneliti mengenai model Snowball Throwing sebagai model pembelajaran diantaranya:

1. Kusumastuti, mahasiswa program studi pendidikan guru sekolah dasar di Universitas Muria Kudus dengan skripsi yang berjudul,” Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Koperasi siswa kelas IV SD 3 Karang Bener

Kudus”. Tujuan penelitian mendeskripsikan penerapan model

pembelajaran Snowball Throwing dan menemukan peningkatkan hasil belajar IPS materi Koperasi dengan diterapkannya model pembelajaran Snowball Throwing untuk meningkatkan pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 03 Karangbener Kecamatan Bae Kabupaten Kudus. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil penelitian pengunaan model pembelajaran Snowball Throwing menunjukan bahwa hasil dari prasiklus 59,10%, dan siklus I sebesar 72,72% siklus II mencapai 95,45%. Aktivitas guru dan siswa juga mengalami peningkatan dalam proses pembelajaran. Aktivitas guru pada siklus I memperoleh persentase 67,9% dan siklus II persentase 83,68% terjadi peningkatan sebesar 15,79%, dengan kategori sangat tinggi. Aktivitas belajar siswa siklus I memperoleh persentase 70,5% dan siklus II 84,5% dengan kriteria sangat baik, terjadi peningkatan sebesar 14% sehingga keduanya dikategorikan Sangat Tinggi. Kesimpulan penelitian ini yaitu setelah mengunakan model pembelajaran Snowball Throwing hasil belajar siswa meningkat dan pencapaian nilai KKM berhasil dengan baik, ini berarti pengunaan model pembelajaran Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap peningkatan hasil


(55)

belajar dan pemahaman siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. 42

2. Ardin Siallagan, Dosen Pendidikan Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial, UNIMED dengan tesis yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar siswa Di SMAN 1 Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai“. Penelitian PTK ini dilaksanakan di Bintang Bayu pada Tahun akademik 2010. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa model

Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar dengan melihat

keaktifan pada siklus I sebesar 70% dan keaktifan pada siklus II sebesar 85% dan Ketuntasan Klasikal pada siklus I sebesar 86 % dan ketuntasan klasikal pada siklus II sebesar 94%. Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing merupakan model yang efektif digunakan karena antara materi pelajaran dan model pembelajaran signifikan untuk digunakan.43

3. Ni Made Ninik Susantini, mahasiswi jurusan pendidikan sejarah dengan skripsi yang berjudul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar siswa Kelas X Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja terhadap mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif

Snowball Throwing pada semester Genap tahun ajaran 2013/2014.

Dari hasil penelitian tindakan kelasyang dilaksanakan sebanyak 2 siklusdan analisis yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut: (1) Peningkatan motivasi dari siklus I ke siklus II adalah 195dengan rata-rata peningkatan mencapai 7,8.(2) Hasil belajar yang siswa adalah 1782 dengan rata-rata 71,28% dan ketuntasan hasil belajar yang dicapai 48% pada siklus I. Terjadi peningkatan hasil belajar yang diperoleh pada siklus II yakni dengan jumlah 2231

42Kusumastuti, “

Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPS Materi Koperasi siswa kelas IV SD 3 Karang Bener Kudus”, Tesis pada Universitas Muria Kudus, 2013, tidak dipublikasikan

43 Ardin Siallagan, “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Dalam

Meningkatkan Hasil Belajar siswa Di SMAN 1 Bintang Bayu Kabupaten Serdang Bedagai“, Tesis pada UNIMED, Serdang 2010, tidak dipublikasikan.


(56)

dengan rata-rata 89,24% dan ketuntasan hasil belajar yang dicapai 100%. (3) Hasil respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing terjadi pada siklus I, respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif

Snowball Throwing yaitu 887 dengan pencapaian rata-rata 35,48.

Terjadi peningkatan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing pada siklus II yaitu 969 dengan pencapaian rata-rata 38,68. Jumlah peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II adalah sebesar 82 dengan pencapaian rata-rata sebesar 3,28. Berdasarkan hasil penelitian, maka jawaban dari hipotesis tindakan yaitu (1) Model pembelajaran kooperatif Snowball

Throwing dapat berjalan dengan efektif dan efisien sehingga motivasi

belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat tinggi. (2) Model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing dapat berjalan dengan efektif dan efisiensehingga hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat tinggi.44

C. Kerangka Konseptual

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan perpaduan dari ilmu-ilmu sosial secara umum yang ditarik menjadi mata pelajaran yang lebih simpel dan nyata berdasarkan keterkaitan dalam hubungan antar manusia dalam kehidupan bermasyarakat, dan menjadi lebih konkrit dan tidak sebatas pada kajian-kajian teoritis sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik. Pada proses pembelajaran IPS di sekolah guru masih bersifat konvensional yaitu guru hanya menggunakan metode ceramah saja kurang bervariasi tidak menggunakan model pembelajaran yang menarik, sehingga membuat siswa kurang aktif dan tidak menyukai mata pelajaran IPS dikarenakan pembelajaran IPS di kelas membosankan.

44 Ni Made Ninik Susantini, “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar siswa Kelas X

Akuntansi SMK PGRI 1 Singaraja terhadap mata pelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing pada semester Genap tahun ajaran 2013/2014”, dipublikasikan.


(57)

Oleh karena itu dalam pembelajaran IPS guru harus menciptakan model pembelajaran yang menarik. Salah satu model pembelajaran yang ingin dikembangkan oleh peneliti yaitu dengan menggunakan model Cooperative

Learnig dengan tujuanuntuk meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas. Model

Cooperative Learnig ini menghasilkan peningkatan kemampuan akademik,

meningkatkan kemampuan berfikir kritis, meningkatkan motivasi siswa, membentuk hubungan persahabatan, menimba informasi, membuat siswa menjadi lebih bertanggung jawab serta membantu siswa dalam menghargai pendapat orang lain.

Tipe dari model Cooperative Learnig salah satunya adalah tipe Snowball

Throwing. Tipe pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu cara

penyajian pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas, membuat soal IPS dan menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik-baiknya. .

Penggunaan tipe Snowball Throwing ini dalam pembelajaran IPS melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik dan juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas. Sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih baik. Secara grafis, peneliti menggambarkan kerangka berfikir dalam penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Penggunaan Model

Cooperative Learning tipe


(58)

42 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode deskritif kualitatif dimana peneliti berusaha untuk menguraikan temuan hasil penelitian dengan menggunakan kata-kata atau kalimat dalam suatu struktur yang logik, serta menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan yang satu dengan lainnya. Pendekatan kualitatif dipilih karena dapat mempresentasikan karakteristik penelitian secara baik, dan data yang didapatkan lebih lengkap, lebih mendalam, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Pendekatan kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah.1 Karena itu, sifat penelitian ini adalah naturalistik dan mendasar atau bersifat kealamiahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan motivasi belajar IPS siswa dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing. B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian yang akan dilakukan adalah di SMP PGRI 1 Ciputat, yang beralamat di Jl. Pendidikan No.30 Kode Pos 15411. Kec. Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Kabupatan Tangerang.

Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tanggal 11 September 2015 sampai dengan Februari 2016, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 1.

1


(59)

Table 3.1

Waktu Pelaksanaan Penelitian No Kegiatan

Sep Okt Nov Des Jan

Feb

1. Penyerahan proposal pada Dosen Pembimbing

2. Penulisan

BAB I-III √ √ √ √ √ √ √ √ 3. Penyusunan

Instrumen √ √ √ 4.

Pengumpu-lan data wawancara dan observasi

√ √ √

5. Membuat Transkip Wawancara

√ √ √ 6. Konsultasi

hasil transkip wawancara dan analisis data Bab IV

√ √ √ √ √

7. Penulisan Laporan Penelitian/ Bab IV-V


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIOGRAFI PENULIS

MAYASARI, lahir di Tangerang 25 Mei 1993 dari pasangan Sholeh Mursin dan Rosmanah, putri bungsu dari 8 bersaudara yang beralamatkan di Jalan Wr. Supratman No.32 Rt.02 Rw.04 Kp.utan Cempaka Putih Ciputat Timur Tangerang Selatan. Penulis memulai Pendidikan di SDN KP.UTAN II pada tahun 1999 dan selesai tahun 2005. Kemudian penulis melanjutkan ke SMPN 3 lulus pada tahun 2008, selanjutnya melanjutkan ke SMK Lebak Bulus dan lulus pada tahun 2011. Tamat dari SMK penulis mendaftarkan diri untuk melanjutkan ke perguruan tinggi pada tahun 2011 melalui jalur Mandiri penulis lulus di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.


Dokumen yang terkait

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Penerapan strategi pembelajaran aktif physical self-assessment terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS (penelitian tindakan kelas di kelas VIII-4 SMP PGRI 1 Ciputat)

5 38 299

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pai Mupaya Meningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Materi Kisah Nabi Adam As Dan Nabi Muhammad Saw Melalui Metode Snowball Throwing Di Kelas Iv Sdn Jatiwaringin Iv Bekasi

1 7 106

Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing Termodifikasi Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas VII.4 Di SMP Negeri 3 Kota Tangerang Selatan

0 3 6

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV SD NEGERI 050688 SAWIT SEBERANG T.A 2013/2014.

0 2 20

PENERAPAN PEMBELAJARAN MODEL SNOWBALL THROWING PADA MATA PELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS Penerapan Pembelajaran Model Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Kelas V SDN 03

1 1 12

Penerapan Model Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di Kelas VIII SMPN 49 Bandung.

1 5 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 1 YEHKUNING

0 0 5

MODEL SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS VII-A SMP KARTIKA XII-1

0 0 6

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

0 22 8