MADAME MAO : THE WHITE BONE DEMON ; Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976.

(1)

PERANAN JIANG QING TERHADAP REVOLUSI KEBUDAYAAN DI CINA TAHUN 1966-1976

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

Neng Marlina Efendi 0806117

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

MADAME MAO : THE WHITE BONE DEMON

PERANAN JIANG QING TERHADAP REVOLUSI KEBUDAYAAN DI CINA TAHUN 1966-1976

Oleh

Neng Marlina Efendi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Neng Marlina Efendi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

TAHUN 1966-1976) Neng Marlina Efendi

(0806117)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING I

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 19660808 1999103 1 002

PEMBIMBING II

Dra. Lely Yulifar, M.Pd NIP. 19641204 199001 2 002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd


(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976)”. Masalah utama yang dikaji dalam skripsi ini adalah “Bagaimana dominasi keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina dan dampaknya bagi kekuasaan Mao Ze Dong?”. Masalah utama tersebut dibagi menjadi lima pertanyaan penelitian, yaitu: 1) Bagaimana latar belakang Revolusi Kebudayaan di Cina? 2) Bagaimanakah proses berlangsungnya gerakan Revolusi Kebudayaan? 3) Bagaimana latar belakang kehidupan politik Jiang Qing? 4) Bagaimana Jiang Qing mengerakkan Revolusi Kebudayaan Cina? 5) Bagaimana dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina terhadap kekuasaan Mao Ze Dong?. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode historis dengan menggunakan empat langkah penelitian, yaitu heuristik sebagai upaya pencarian sumber, kritik terhadap sumber, interpretasi atau analisis terhadap sumber, dan historiografi atau penulisan sejarah. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh temuan sebagai berikut: kegagalan beberapa kebijakan yang dikeluarkan Mao Ze Dong selama pemerintahannya menimbulkan polemik pada Partai Komunis Cina (PKC). Puncaknya ketika program lompatan Jauh Ke depan yang dicanangkan oleh Mao antara tahun 1952-1958 mengalami kegagalan yang berdampak besar pada perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Cina hingga mengalami kelaparan di beberapa wilayah di Cina. PKC kemudian terbagi pada dua kubu yaitu kubu radikal yang masih mendukung Mao dan kubu moderat yang menentang Mao. Hal inilah yang kemudian menggerakan Mao untuk membentuk suatu gerakan yang bertujuan untuk melawan lawan-lawan politik Mao yang tergabung dalam kubu moderat PKC, yakni Revolusi Kebudayaan. Dalam menjalankan gerakan tersebut, Mao menunjuk Jiang Qing dan Cheng Bo da. Pada gerakan Revolusi Kebudayaan ini, Jiang Qing yang menentukan arah dari segala kebijakan yang diambil. Beberapa kebijakan tersebut menekankan pada demaoisasi. Termasuk pada bidang pendidikan dan industri yang menjadi fokus utama Jiang Qing. Inti dari gerakan ini adalah sebagai perlawanan Mao atas penentang-penentang di lingkungan Partai. Namun, bagi Jiang Qing, Revolusi Kebudayaan menjadi momentum politik untuk dirinya dapat sejajar dengan tokoh-tokoh partai. Pengaruh Jiang Qing dalam gerakan tersebut berdampak pada kehidupan politik di Cina terutama di lingkungan PKC. Sehingga salah satu dampak dari keterlibatan Jiang Qing dalam gerakan Revolusi Kebudayaan adalah terbentuknya Kelompok Empat yang terdiri dari Yao We yuan, Wang Hongwen dan Zhang Chunqiao. Bersama kelompok inilah Jiang Qing mendeklarasikan diri sebagai pengganti Mao di PKC. Rekomendasi untuk penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber penunjang mengenai Sejarah Asia Timur, terutama bagi pembelajaran sejarah di kelas XII dengan dikaitkan pada SKKD yang sesuai dengan penelitian.


(5)

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR……… ii

UCAPAN TERIMAKASIH……….. iv

DAFTAR ISI……… DAFTAR GAMBAR……… DAFTAR PETA………... DAFTAR LAMPIRAN……… BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian……… 1

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah………. 6

1.3 Tujuan Penelitian ……….……….… 6

1.4 Manfaat Penelitian………...………… …….. 7

1.4.1 Akademis……….. 7

1.4.2 Praktis ……….. 7

1.5 Metode dan Teknik Pengumpulan Data………..…... 7

1.5.1 Metode Penelitian …...………..7

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ……….. 9

1.6 Struktur Organisasi Penulisan………...………… 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 12

2.1 Jiang Qing ……… 12

2.2 Pemerintahan Mao Ze Dong di Cina ………... 14

2.3 Revolusi Kebudayaan ……….. 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……….. 25

3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.1.1 Metode Penelitian………... 25


(6)

3.2.1 Pengajuan Tema Penelitian……...………... 30

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ………... 31

3.2.3 Bimbingan ………. 31

3.3 Pelaksanaan Penelitian ………. 32

3.3.1 Heuristik………...………... 32

3.3.2 Kritik Sumber……… 33

3.3.3 Interpretasi………. 35

3.3.4 Historiografi………...……… 36

BAB IV UPAYA JIANG QING DALAM REMAOISASI GERAKAN REVOLUSI KEBUDAYAAN CINA TAHUN 1966-1976……….……. 39

4.1 Latar Belakang Revolusi Kebudayaan Cina………..39

4.1.1 Kegagalan Program Lompatan Jauh Ke Depan ……….... 39

4.1.2 Pertentangan Antara Kubu Moderat dengan Kubu Radikal di Tubuh Partai Komunis Cina (PKC) ……… 42

4.2 Gerakan Revolusi Kebudayaan Cina…….………... 48

4.3 Kehidupan Politik Jiang Qing ……….. 51

4.3.1 Jiang Qing Sebagai Aktris Teater……….. 52

4.3.2 Jiang Qing Sebagai Istri Mao Ze Dong...………... 53

4.4 Keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan ……… 55

4.4.1 Awal Jiang Qing Terlibat dalam Revolusi Kebudayaan ………… 55

4.4.2 Kebijakan-kebijakan Jiang Qing Pada Revolusi Kebudayaan …... 59

4.4.2.1 Kontrol Terhadap Seni-seni Cina Terutama Opera ……... 60


(7)

4.5 Dampak Keterlibatan Jiang Qing Terhadap Kekuasaan Mao Ze Dong ... 71

4.5.1 Terbentuknya Kelompok Empat (Gang Of Four) ………. 73

4.5.2 Dominasi Kubu Moderat di Tubuh Partai Komunis Cina (PKC)... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………….……….. 75

5.1 Kesimpulan………... 76

5.2 Saran………. 78

DAFTAR PUSTAKA……….. 79

LAMPIRAN-LAMPIRAN………


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Republik Rakyat Cina (RRC) merupakan negara di kawasan Asia Timur yang saat ini disebut sebagai salah satu negara industri maju bersama Jepang dan Korea Selatan. Kemajuan negeri yang identik dengan warna merah ini tidak lepas dari bagaimana sejarah membentuk Cina itu sendiri sejak masa dinasti hingga saat ini. Sejak tahun 1949, Cina diproklamasikan sebagai negara komunis yang diketuai oleh Mao Ze Dong dan bertahan sebagai salah satu negara komunis hingga saat ini.

Selain itu, Cina juga dikenal sebagai negara dengan seratus aliran filsafat yang melahirkan paham-paham yang membentuk masyarakat cina sebagai suatu kesatuan yang terstruktrur. Seperti Confusianisme, Taoisme, Mohisme, Legalisme dan banyak aliran filsafat lainnya. Bahkan, aliran-aliran filsafat ini berkembang hingga saat ini dan menyebar ke berbagai daerah khususnya di sekitar kawasan Asia Timur (Wiriatmadja, 2003: 108-109).

Keberhasilan Cina hingga sampai saat ini tidak lepas dari kehidupan politik yang berpengaruh pada kestabilan sebuah negara. Kehidupan politik di Cina merupakan produk dari masa revolusi yang panjang yang berlangsung paling tidak dari tahun 1911 sampai tahun 1949 dan meliputi tiga perombakan sistem politik secara kekerasan (Townsend, 1997: 173). Dunia politik Cina saat ini tidak hanya dikuasai oleh kaum pria, namun para perempuannya pun memiliki pengaruh yang besar dalam kemajuan bangsa ini.

Kehidupan perempuan perempuan tidak jauh berbeda dengan kehidupan perempuan di Indonesia yang menganggap bahwa derajat laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan atau dengan kata lain perempuan dikatakan sebagai manusia lemah dibandingkan laki-laki sehingga kedudukan perempuan tidak lebih sebagai pelengkap dari kejayaan laki-laki.


(9)

Kedudukan perempuan dalam pemerintahan Cina biasanya terbatas hanya sebagai Selir atau istri seorang Kaisar. Hal tersebut tidak lepas dari pengaruh ajaran Konghucu yang mengatakan bahwa pria dan wanita tidak boleh duduk di ruangan yang sama pada saat mereka telah berusia tujuh tahun (Muray, 1983:14).

Dalam ajaran Konghucu ini perempuan hanya bertugas untuk melayani suami dan keluarga suaminya. Kedudukan perempuan ditegaskan lagi oleh ajaran Konfusius yang merupakan pembenaran secara akali atas sistem kemasyarakatan. Menurut Konfusius keharmonisan dalam masyarakat bersifat hirarkis dan anti egaliter yang didasarkan pada jenis kelamin, usia, pertalian saudara, dan fungsi sosial. Konfusianisme menekankan doktrin superordinasi – subordinasi dalam lima norma dasar tentang hubungan-hubungan. Dalam etika Konfusian kelima norma dasar kesopanan tentang hubungan dalam masyarakat tersebut menjadi tuntunan hidup bermasyarakat. Kelima norma dasar tersebut meliputi hubungan antara Raja dengan rakyatnya yaitu kesetiaan mutlak rakyat kepada penguasa, kebaktian kepada orang tua (filial piety) yaitu rasa hormat dan patuh anak kepada ayahnya, cinta kasih dalam hubungan suami dengan istri, rasa hormat adik kepada kakaknya, dan sifat dapat dipercaya dalam hubungan antar teman (Yu-Lan,1990:26). Dalam perkembangannya tidak banyak perempuan yang aktif dalam dunia politik. Umumnya mereka hanya dilibatkan pada perkawinan politik atau jaminan antara dua keluarga yang berpengaruh dalam bentuk persekutuan kekuatan.

Namun pada masa Dinasti Tang (618-906), kedudukan perempuan mulai naik kelas dengan memiliki Kaisar seorang perempuan untuk pertama kalinya dalam sejarah yang bernama Wu Zetian (605-690). Wu Zetian merupakan satu-satunya perempuan dalam sejarah Cina yang mengangkat dirinya sebagai Kaisar. Pemerintahan Wu Zetian memiliki pengaruh besar bagi Dinasti Tang. Besarnya kekuasaan Wu Zetian ini dibuktikan dengan adanya catatan sejarah pada masa itu yang mengatakan bahwa Kekuasaan negara kini berada di tangan sang Ratu. Kenaikan atau penurunan pangkat, hidup atau mati, semuanya bergantung pada sabda sang Ratu. Sementara itu Kaisar hanya duduk diam berpangku tangan (Taniputera, 2009:331).


(10)

Kedudukan perempuan mulai mengalami perubahan seiring dengan kebijakan yang dilakukan oleh Wu Zetian selama masa pemerintahannya, dengan menentang kebijakan Konfusius mengenai kedudukan dan keberadaan perempuan Cina dengan memberlakukan kebijakan untuk meningkatkan pendidikan bagi kaum perempuan.

Pada masa Dinasti Qing (1644-1912) dikenal pula seorang perempuan yang bernama Cixi. Cixi merupakan salah satu selir yang berpengaruh pada masa Kaisar Hsien-feng dan perempuan berpengaruh kedua dalam sejarah Cina setelah Wu Zetian. Cixi tidak mengangkat dirinya sebagai Kaisar, tetapi dirinya berpengaruh dalam kekuasaan Dinasti Qing dengan menjadi penguasa di belakang layar bagi dua Kaisar Dinasti Qing. Meskipun tidak menjadi Kaisar tapi kekuasaannya setara dengan kedudukan Kaisar yang dibuktikan dengan besarnya pengaruh Cixi dalam menentukan siapa Kaisar selanjutnya dengan mengangkat Kaisar yang masih balita (Puyi) yang merupakan Kaisar terakhir pada masa Dinasti. Tidak hanya dalam menentukan seorang Kaisar, Cixi pula yang menentukan kebijakan pemerintahan pada saat itu sehingga Kaisar hanya dijadikan alat Cixi untuk meneruskan kekuasaannya, meskipun hanya di belakang layar. Cixi sendiri pernah terlibat dalam pemberontakan Boxer tahun 1091 yang bertujuan untuk mengusir bangsa Barat dari Cina.

Runtuhnya Dinasti Qing yang merupakan akhir dari masa Dinasti yang sudah berabad-abad lamanya menguasai Cina dan dimulainya Cina baru dengan berdirinya Republik Cina pada tanggal 1 Januari 1912 oleh Sun Yat Sen. Pada masa ini dikenal sebuah gerakan yang menuntut perubahan terhadap kedudukan perempuan yang disebut gerakan Wusi Yundong.

Wusi Yundong terjadi pada tanggal 4 mei 1919 yang dilakukan oleh para mahasiswa Cina yang menuntut suatu perubahan dalam bidang ilmu pengetahuan seperti kesusteraan, budaya dan pendidikan. Gerakan ini mengubah pola pikir orang tua untuk lebih terbuka dan mengirimkan anak perempuan mereka bersekolah sampai perguruan tinggi serta mengubah pandangan masyarakat Cina tentang wanita sehingga mulai timbul persamaan derajat dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah untuk kuliah di universitas. Para perempuan


(11)

Cina belajar menjadi ahli hukum, dokter, politikus, dan lain-lain. Bahkan ada dari mereka yang melanjutkan pendidikan mereka ke luar negeri. Wusi Yundong telah memberikan pengaruh di berbagai segi kehidupan masyarakat Cina dan arti penting dari Wusi Yundong adalah kebangkitan kaum perempuan untuk menuju kebebasan dan mencapai persamaan hak.

Setelah berdirinya Republik Rakyat Cina pada tahun 1949 dan kemenangan Partai Komunis Cina (PKC), ruang lingkup perempuan Cina semakin luas dan berkembang hingga saat ini. bahkan didalam Undang-undang Dasar dan Dasar-dasar Haluan politik Republik Rakyat Cina No 5 yang berisi antara lain bahwa wanita Cina mempunyai Hak yang sama dengan pria dalam segala kehidupan (Sukisman,1989:48). Undang-undang tersebut menegaskan bahwa PKC menempatkan pria dan perempuan dikedudukan yang sama disegala aspek kehidupan termasuk politik. Perempuan juga mempunyai hak untuk mencalonkan diri sebagai anggota parlemen.

Tidak sedikit perempuan Cina yang memiliki kedudukan penting dalam pemerintahan Cina seperti Song Qingling yang dikenal aktif di ranah politik bersama sang suami yaitu Dr. Sun Yat Sen. Ia pernah terpilih dua kali sebagai Ketua Kehormatan Rapat Persekutuan Anti-Imperialisme Internasional dari tahun 1927 sampai 1929. Ketika masa Mao Ze Dong (1949-1976), Song Qingling terpilih sebagai Wakil Presiden Pemerintah Rakyat Pusat dan Ketua Komite Penghubung Perdamaian Kawasan Asia-Pasifik sekitar tahun 1952.

Selain Song Qingling, dikenal pula Cai Chang (1900-1990) yang pernah ikut serta dalam Long March yang dipimpin oleh Mao Ze Dong. Ia merupakan pelopor dan pemimpin gerakan wanita Tiongkok (Cina) dan pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok ke empat dan lima. Wanita lain yang berpengaruh dalam dunia politik Cina adalah istri dari Zhou Enlai yaitu Deng Yingchao (1904-1992) yang pernah 3 kali menjabat sebagai Wakil Ketua Gabungan Wanita seluruh Tiongkok. Ada pula Shi Liang (1990-1985) yang dikenal sebagai pemimpin gerakan anti-Jepang dan pernah menjabat sebagai Menteri Kehakiman pemerintah rakyat pusat. Di abad ke 21, ada Wu Yi yang menjabat sebagai Perdana Menteri RRC pada tahun 2003.


(12)

Diantara perempuan-perempuan tersebut dikenal pula tokoh perempuan yang bernama Jiang Qing (Madame Mao) yang menjadi fokus penelitian penulis. Ia merupakan istri dari pendiri RRC yang sebelumnya merupakan seorang seniman sebelum menikah dengan Mao Ze Dong. Dalam Pemerintahan Mao, Jiang Qing terlibat dalam sebuah gerakan besar yang merupakan salah satu dari kebijakan Mao Ze Dong saat itu yang dinamakan Revolusi Kebudayaan.

Revolusi Kebudayaan Proletar merupakan periode paling penting dalam politik China setelah tahun 1949. Revolusi ini merupakan kampanye yang paling besar. Kehidupan di kota-kota besar berhenti, produksi juga berhenti. Banyak bangunan dan gedung yang rusak, termasuk kelenteng, gereja dan masjid. Jumlah korban manusia diperkirakan sebesar 729.511 jiwa. Pada tahun 1978 ketika Deng Xiaoping mengumumkan kebijakan merehabilitasi korban Revolusi Kebudayaan, tercatat sedikitnya 300.000 orang yang menjadi korban tuduhan palsu. Deng Xiaoping sendiri yakin bahwa ada 2,9 juta orang mengalami berbagai macam penganiayaan selama kampanye tersebut (James Wang, 1985:30)

Dari data tersebut dapat dilihat betapa revolusi tersebut berdampak besar bagi negara Cina pada saat itu. Akibat dari gerakan revolusi kebudayaan ini tidak lepas dari siapa yang memimpin gerakan yang berlangsung selama 10 tahun tersebut yaitu Jiang Qing. Dari sinilah Jiang Qing membuat momentum karir politiknya sebagai wakil pemimpin suatu gerakan.

Seperti sejarah menulis bahwa meskipun posisi perempuan Cina sebagai orang nomor dua atau hanya di balik layar tetapi kekuasaannya lebih dari posisi yang didapatkan. Seperti halnya Jiang Qing, meskipun secara struktural Jiang Qing hanya sebagai wakil ketua dari gerakan Revolusi Kebudayaan tetapi kekuasaannya untuk memimpin gerakan ini melebihi dari peran Cheng Bo da sebagai Ketua gerakan tersebut.

Revolusi kebudayaan ini banyak diatur oleh Jiang Qing. Dalam revolusi kebudayaan tersebut, Jiang Qing menjadi wakil ketua dari tim revolusi kebudayaan di bawah pimpinan Cheng Bo da. Namun, Cheng Bo da justru tidak berperan secara signifikan terhadap revolusi kebudayaan. Tetapi Jiang Qing yang lebih banyak berperan dalam menggerakkan revolusi kebudayaan yang berlangsung dari tahun 1966 sejak dicetuskannya gerakan ini oleh Mao Ze Dong


(13)

hingga berakhir tahun 1976 yang ditandai atas kematian dari Mao Ze Dong pada tanggal 9 September 1976.

Dalam beberapa literatur penulis menemukan bahwa Jiang Qing dikenal sebagai salah satu perempuan yang berpengaruh di dunia. Terlebih setelah tampil sebagai tokoh penggagas dari revolusi kebudayaan yang berlangsung selama hampir 10 tahun lamanya. Revolusi ini pulalah yang kemudian merubah Cina, tidak hanya bagi Mao tetapi Cina keseluruhannya. Keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi kebudayaan inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini.

1.2 Rumusan dan Batasan Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi masalah utama adalah “Bagaimana dominasi keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina dan dampaknya bagi kekuasaan Mao Ze Dong?”. Untuk Membatasi dalam penelitian ini, penulis membatasi dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang terjadinya Revolusi Kebudayaan Cina? 2. Bagaimana proses berlangsungnya gerakan Revolusi Kebudayaan Cina? 3. Bagaimana latar belakang kehidupan politik Jiang Qing?

4. Bagaimana Jiang Qing menggerakan Revolusi Kebudayaan di Cina? 5. Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina terhadap kekuasaan Mao Ze Dong?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah untuk menjawab rumusan masalah di atas, yakni:

1. Menjelaskan latar belakang Revolusi Kebudayaan Cina.

2. Menjelaskan proses berlangsungnya gerakan Revolusi Kebudayaan Cina 3. Menjelaskan latar belakang dan keterlibatan Politik Jiang Qing.

4. Menganalisis usaha Jiang Qing dalam menggerakan Revolusi Kebudayaan Cina.


(14)

5. Menganalisis dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina terhadap kekuasaan Mao Ze Dong

1.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data 1.4.1 Metode Penelitian

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan metode historis atau metode sejarah. Metode historis adalah suatu usaha untuk mempelajari dan mengenali fakta-fakta serta menyusun kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Dalam penelitian ini dituntut menemukan fakta, menilai dan menafsirkan fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk memahami masa lampau. Selain itu metode historis juga mengandung pengertian sebagai suatu proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschalk, 1986: 32).

Adapun langkah-langkah yang akan penulis gunakan dalam melakukan penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50).

1. Heuristik

Di dalam heuristik, penulis mencoba mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang berkaitan dan sesuai dengan masalah yang diangkat oleh penulis. Sumber-sumber tersebut hanya berasal dari sumber buku, dokumen/ arsip dan hasil browsing internet yang dijadikan alat dalam pencarian sumber.

2. Kritik

Setelah melalui tahap heuristik yaitu mencari dan mengumpulkan sumber, langkah berikutnya adalah penulis melakukan kritik atas sumber yaitu dengan melakukan analisis terhadap sumber yang telah penulis dapatkan, apakah sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Tahap ini bertujuan untuk memilah dan menyaring keotentikan sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian terhadap sumber-sumber yang didapat untuk mendapatkan kebenaran sumber. Pada tahap ini kritik dibagi dua menjadi kritik eksternal dan internal. Kritik eksternal ditunjukan untuk melihat orientasi sumber. Sedangkan dalam kritik internal lebih ditunjukan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan perbuatannya, tanggung


(15)

jawab dan moralnya. Pada tahap ini penulis membandingkan isi dari buku satu dengan buku yang lainnnya apakah ada kesesuaian dengan masalah yang penulis angkat.

3. Interpretasi

Pada tahap ini penulis mencoba memaknai atau memberikan penafsiran terhadap fakta-fakta yang diperoleh selama penelitian dengan cara menghubungkan satu sama lainnya sehingga didapatkan deskripsi yang jelas mengenai Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976. Di dalam Interpretasi juga terdapat eksplanasi yaitu penjelasan.

4. Historiografi

Terakhir adalah historiografi yakni menyajikan hasil temuannya pada tiga tahap sebelumnya mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976) dengan cara menyusun dalam bentuk tulisan dengan jelas dengan gaya bahasa yang sederhana menggunakan tata bahasa penulisan yang baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku.

1.4.2. Teknik Pengumpulan Data

Penulis melakukan teknik pengumpulan data dengan menggunakan studi literatur. Studi Literatur merupakan teknik yang digunakan oleh penulis dengan membaca berbagai sumber buku dan mencari sumber lewat browsing internet yang berhubungan, serta mengkaji sumber lain berupa dokumen seperti arsip yang mendukung penulisan karya ilmiah ini. Setelah sumber-sumber ditemukan, dianalisis, ditafsirkan kemudian dituangkan dalam bentuk tulisan yang ilmiah sesuai dengan kaidah penulisan yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (Ismaun, 2005: 125-131).

Dalam upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan proposal skripsi, penulis melakukan teknik pengumpulan data yang bertujuan untuk memperoleh data yang dapat menunjang penelitian. Teknik penulisan pun akan disesuaikan dengan pedoman penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia tahun 2012.


(16)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.5.1 Akademis

1. Memperkaya khazanah kepustakaan mengenai sejarah kawasan Asia Timur terutama sejarah Cina.

2. Menambah wawasan baik itu bagi peneliti sendiri maupun masyarakat pada umummnya

3. Memberikan kontribusi dalam penelitian sejarah mengenai peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina tahun 1966-1976

1.5.2 Praktis

1. Mengetahui mengenai sejarah terjadinya Revolusi Kebudayaan Cina

2. Mengetahui mengenai peran Jiang Qing di perpolitikan Cina khususnya ketika masa Revolusi Kebudayaaan

3. Sebagai materi bagi siswa SMA (Sekolah Menengah Atas) khususnya yang berkaitan dengan peran Cina pada perang dingin

1.6 Struktur Organisasi Skripsi

Adapun struktur organisasi skripsi dalam penulisan karya ilmiah yang dilakukan oleh penulis adalah:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi latar belakang penulisan yang menjadi alasan penulis dalam melakukan penelitian mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976) yang ditujukan sebagai bahan penulisan skripsi, rumusan dan batasan masalah,


(17)

tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode dan teknik pengumpulan data serta sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi.

BAB II Kajian Pustaka

Pada bab ini menjelaskan mengenai perangkat teoritis dalam berpikir yang berisi konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat yakni tentang Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976). Penjelasan materi-materi tersebut adalah berupa data-data yang diperoleh dari hasil kajian pustaka. Dari hasil kajian pustaka inilah dipaparkan beberapa konsep. Konsep-konsep yang dikembangkan dalam bab ini adalah konsep yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

BAB III Metode dan Teknik Penelitian

Dalam bab ini penulis memaparkan bagaimana metode penelitian dan teknik yang dilakukan terhadap suatu sumber yang berkaitan dengan kajian peneliti. Metode yang digunakan adalah metode historis dan teknik yang digunakan adalah studi literatur. Pada tahap ini penulis melakukan langkah-langkah penelitian sejarah yang berupa heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976).

BAB IV UPAYA JIANG QING DALAM REMAOISASI REVOLUSI KEBUDAYAAN CINA TAHUN 1966-1976

Bab ini merupakan sebuah pemaparan dari hasil penelitian mengenai Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976), dalam bab ini berisikan mengenai informasi dan data-data yang diperoleh penulis selama proses penelitian tentang Peran Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976 dan Dampaknya bagi Kekuasaan Mao Ze Dong. Pemaparan dalam bab ini diuraikan


(18)

dalam bentuk uraian deskriptif yang bertujuan untuk menjelaskan semua keterangan yang didapat dari hasil penelitian secara terinci. Dalam bab ini pula ditemukan jawaban-jawaban atas permasalahan-permasalahan yang ada pada rumusan masalah yang antara lain : Pertama, mengenai Latar Belakang terjadinya gerakan Revolusi Kebudayaan Cina. Kedua mengenai proses berlangsungnya gerakan Revolusi Kebudayaan di Cina. Ketiga, Kehidupan Politik Jiang Qing. Keempat, mengenai usaha Jiang Qing dalam menggerakkan Revolusi Kebudayaan di Cina selama tahun 1966-1976. Kelima, mengenai dampak yang ditimbulkan akibat keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Terhadap Kekuasaan Mao Ze Dong.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini merupakan pembahasan terakhir dimana penulis memberikan suatu kesimpulan yang merupakan interpretasi terhadap jawaban masalah yang dirumuskan dalam penelitian yaitu Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina Tahun 1966-1976). Interpretasi penulis ini disertai dengan analisis penulis dalam membuat kesimpulan atas jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam suatu rumusan masalah. Selain itu, dalam bab ini juga berisikan saran dari penulis yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini. Terutama saran bagi kontribusi penelitian ini terhadap mata pelajaran sejarah di Sekolah.


(19)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini merupakan pembahasan mengenai metodologi penelitian yang digunakan penulis mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga penulisan laporan penelitian. Dalam penulisan skripsi yang berjudul Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan tahun 1966-1976), penulis menggunakan metode historis dengan menggunakan pendekatan intradisipliner dan menggunakan teknik studi literatur dalam pengumpulan data.

3.1. Metode dan Teknik Pengumpulan Data 3.1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah prosedur, teknik atau cara-cara yang digunakan suatu penyelidikan (Sjamsuddin, 2007:15). Metode penelitian sejarah/historis menurut Garraghan dalam Abdurahman (2007:53) diartikan sebagai seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis, dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan. Senada dengan pengertian di atas, Louis Gottschalk (1986:39) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan hasilnya berupa rekonstruksi imajinatif atau historiografi.

Dalam suatu metode penelitian sejarah dikenal dengan langkah-langkah penelitian yang dipergunakan dalam suatu penelitian. Gottschalk (1986:18) menyebutkan terdapat empat langkah dalam meneliti sejarah yaitu :

1. Pengumpulan objek yang berasal dari suatu zaman dan pengumpulan bahan-bahan tertulis dan lisan yang relevan. Langkah ini disebut pula dengan nama Heuristik.

2. Menyingkirkan bahan-bahan tertulis (atau bagian-bagian daripadanya) yang tidak auntentik. Atau disebut dengan kritik/verifikasi.


(20)

3. Menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercaya berdasarkan bahan-bahan yang autentik. (interpretasi)

4. Penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya itu menjadi suatu kisah atau penyajian yang berarti. (historiografi)

Sedangkan Kuntowijaya (1955:98) menambahkan menjadi lima tahap penelitian sejarah dengan menambahkan yaitu pemilihan topik dan rencana penelitian. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan langkah penelitian yang dikembangkan oleh Helius Sjamsuddin (2007:89) yang terdiri dari dari enam langkah penelitian yaitu :

1. Memilih suatu topik yang sesuai

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topic 3. Membuat catatan tentang itu apa saja yang dianggap penting dan

relevan dengan topik yang ditemukan ketika penelitian sedang berlangsung

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik sumber)

5. Menyusun hasil-hasil penelitian (catatan fakta-fakta) ke dalam suatu pola yang benar dan berarti yaitu sistematika tertentu yang telah disiapkan sebelumnya

6. Menyajikannya dalaam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat dimengerti sejelas mungkin

Adapun langkah-langkah penelitian yang ditempuh penulis dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Heuristik

Menurut Renier dalam Abdurahman (2007:64) menjelaskan bahwa Heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum. Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani dan merinci bibliografi atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan. Sedangkan menurut


(21)

Sjamsudin (2007:86) heuristik diartikan sebagai sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah.

Dalam kegiatan pencarian serta pengumpulan sumber-sumber mengenai Jiang Qing dan revolusi kebudayaan Cina, peneliti mencari di berbagai toko buku seperti toko buku Gramedia Bandung, Palasari Bandung, Rumah Buku Bandung, toko buku Togamas, Jalan Dewi Sartika Bandung, Jalan Cihapit Bandung, dan toko buku lainnya. Pencarian sumber ini juga peneliti lakukan tidak hanya di toko buku tetapi mencari di berbagai perpustakaan, seperti perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, perpustakaan Batoe Api Jatinangor, perpustakaan daerah dan perpustakaan di beberapa Universitas.

Melalui proses pencarian sumber-sumber di berbagai tempat tersebut, penulis mendapatkan bermacam-macam sumber yang memberikan banyak informasi seperti buku yang berjudul History Of China, Mao : Kisah-kisah yang Tak Diketahui, China Sejarah singkat, Modern China: a topical history, Sejarah Cina kontemporer : dari revolusi nasional melalui revolusi kebudayaan sampai modernisasi sosial, China the people’s Republic 1949-1976, Mao and China from revolution to revolution, China from Manchu to Mao (1699-1976) dan buku-buku lainnya.

2. Kritik sumber

Tahap selanjutnya setelah penulis melakukan pencarian sumber dan mendapatkan sumber-sumber tersebut yang dianggap berhubungan dengan permasalahan yang dikaji adalah melakukan penilaian dan mengkritisi sumber-sumber yang telah didapatkan tersebut dari sumber-sumber tertulis baik itu buku, majalah, artikel, jurnal, hasil dari penelitian sebelumnya serta sumber lainnya yang relevan. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh keabsahan dari sebuah sumber. Menurut Sjamsuddin (2007:131) seorang sejarawan tidak akan menerima begitu saja apa yang tercantum dan tertulis pada sumber-sumber yang diperoleh. Melainkan ia harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber pertama, agar terjaring fakta-fakta yang menjadi pilihannya. Ismaun (2005: 48) menambahkan bahwa dalam tahap ini timbul kesulitan yang sangat besar dalam penelitian sejarah, karena kebenaran sejarah itu sendiri tidak dapat didekati secara


(22)

langsung dan karena sifat sumber sejarah juga tidak lengkap serta kesulitan menemukan sumber-sumber yang diperlukan dan dapat dipercaya. Untuk mendapatkan keabsahan dari sumber-sumber yang didapatkan dari hasil pengumpulan sumber, maka penulis harus melakukan kritik eksternal dan internal terhadap sumber-sumber tersebut.

Kritik eksternal adalah cara melakukan verifikasi atau cara pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: kapan sumber itu dibuat? Di mana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? dan apakah sumber itu dalam bentuk asli atau tidak? Sedangkan untuk kritik internal menurut Ismaun (2005: 50) adalah kritik yang bertujuan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian-kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Kemudian diambilah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.

3.Interpretasi

Menurut Kuntowijoyo dalam Abdurahman (2007: 73) “ interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap dimana peneliti melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh”. Gottschalk dalam Ismaun (2005: 56) menambahkan bahwa: interpretasi atau penafsiran sejarah itu memiliki tiga aspek penting, yaitu : pertama, analisis-kritis yaitu menganalisis stuktur intern dan pola-pola hubungan antar fakta-fakta. Kedua, historis-substantif yaitu menyajikan suatu uraian prosesual dengan dukungan fakta-fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan. Sedangkan ketiga adalah sosial-budaya yaitu memperhatikan manifestasi insani dalam interaksi dan interrelasi sosial-budaya.


(23)

Historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar ataupun hanya berupa makalah kecil (Sjamsuddin, 2007: 156). Sama halnya menurut Ismaun (2005: 28) “Historiografi ialah usaha untuk mensintesiskan data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan”. Tahap historiografi yang penulis lakukan adalah dalam bentuk tulisan setelah melewati tahap pengumpulan dan penafsiran sumber-sumber sejarah. Fakta-fakta yang penulis peroleh disajikan

menjadi satu kesatuan tulisan dalam skripsi yang berjudul ”Madame Mao : The

White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina tahun 1966-1976)”.

3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik studi literatur, yakni teknik mengumpulkan sumber-sumber yang relevan serta mendukung terhadap penelitian yang dikaji oleh penulis, baik itu berasal dari sumber buku, majalah, internet, maupun sumber-sumber tertulis lainnya yang relevan dengan fokus kajian yang diteliti. Setelah sumber-sumber tersebut ditemukan maka sumber tersebut akan dikritisi secara eksternal maupun internal, dan penulis kemudian melakukan analisis. Hasil analisis inilah yang dijadikan acuan penulis untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini. Penulisan skripsi ini menggunakan sistem penulisan Harvard sesuai dengan aturan dalam Penulisan Karya Ilmiah yang ditetapkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

3.2. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian merupakan titik awal dalam suatu tahapan penelitian yang harus dipersiapkan dengan matang. Tahap ini dilakukan dengan beberapa langkah yaitu tahap penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian serta bimbingan.


(24)

Topik penelitian adalah masalah atau objek yang harus dipecahkan melalui penelitian ilmiah (Abdurahman, 2007: 54). Dalam pemilihan topik mengenai Jiang Qing ini bermula pada ketertarikan penulis terhadap negara Cina. Ketika mengikuti perkuliahan Sejarah Kebangkitan Negara-negara Asia, pada saat itu dosen sedang menjelaskan mengenai berakhirnya masa kekaisaran Cina yang dipengaruhi oleh salah satu tokoh bernama Tsu Tsi. Beranjak dari keingintahuan penulis mengenai sosok perempuan yang berpengaruh di Cina, penulis menemukan Jiang Qing sebagai salah satunya. Setelah membaca buku sejarah Cina dan berbagai artikel yang membahas mengenai Jiang Qing, peneliti menemukan ketertarikan untuk menjadikan kajian Jiang Qing sebagai objek penelitian skripsi terutama keterlibatannya dalam revolusi kebudayaan di Cina. Setelah yakin terhadap permasalahan yang akan diangkat sebagai objek dari penelitian, penulis kemudian meminta pendapat kepada salah satu dosen mata kuliah Sejarah Kebangkitan Negara-negara Asia mengenai kajian tersebut. Setelah mendapatkan saran dari dosen tersebut, penulis selanjutnya mengkonsultasikan kajian ini dengan ketua TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi) dalam bentuk proposal untuk kemudian dapat diajukan sebagai penelitian skripsi.

Setelah melakukan konsultasi dengan ketua TPPS (Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi) mengenai objek penelitian yang akan dikaji, dan ternyata didapatkan bahwa penelitian tentang Jiang Qing dalam revolusi kebudayaan Cina belum pernah ada yang menulis di lingkungan Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia, sehingga proposal tersebut dapat mengikuti seminar untuk penelitian skripsi. Setelah memperbaiki proposal tersebut dan mengajukannya ke TPPS, maka pada hari Jumat tanggal 22 Juni 2012 penulis mempresentasikannya dalam Seminar Proposal Skripsi.

3.2.2 Penyusunan rancangan penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar dari suatu penelitian karya ilmiah. Rancangan penelitian ini disusun ketika masih berbentuk tugas dalam mata kuliah Seminar Penelitian Karya Ilmiah pada semester 7 yang pada saat itu tugasnya merupakan pembuatan proposal penelitian sejarah.


(25)

Adapun rancangan penelitian ini mencakup judul penelitian, latar belakang masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, sistematika penelitian dan daftar pustaka. Dalam seminar skripsi yang berlangsung pada hari Rabu tanggal 22 Juni 2012, penulis memperoleh banyak masukan baik dari calon dosen pembimbing maupun dosen lainnya yang hadir pada saat itu.

Calon dosen pembimbing II yaitu Ibu Dra. Lely Yulifar, M. Pd memberikan saran agar penulis untuk mengubah latar belakang masalah yang mengharuskan lebih menekankan mengenai sejarah para perempuan Cina dalam bidang politik serta menyarankan agar penulis untuk melihat pedoman penulisan karya ilmiah sebagai panduan dalam menulis skripsi yang dimaksudkan agar penulisan menjadi baik dan benar sesuai kaidah yang berlaku. Sedangkan beberapa dosen yang hadir pada saat itu lebih menyarankan untuk mengganti judul dengan tidak memakai julukan Jiang Qing sebagai The White Bone Demon. Beberapa perbaikan yang disarankan tersebut, maka proposal ini diterima TPPS dan lolos untuk dijadikan penelitian skripsi.

Setelah melakukan revisi pada proposal sebelumnya, penulis kemudian mengajukan proposal tersebut kepada TPPS untuk mendapatkan SK (Surat Keputusan). Kemudian panitia TPPS memberikan SK penunjukkan dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II pada tanggal 10 Juli 2012.

3.2.3 Bimbingan

Bimbingan merupakan salah satu langkah penting dalam kelancaran sebuah penelitian skripsi berupa kegiatan konsultasi yang dilakukan oleh penulis secara berkala. Berdasarkan surat penunjukkan pembimbing skripsi yang telah dikeluarkan oleh Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS), dalam penyusunan skripsi ini penulis dibimbing oleh Bapak Dr. Agus Mulyana, M.Hum sebagai pembimbing I dan Drs. Lely Yulifar, M.Pd sebagai pembimbing II.

Konsultasi atau proses bimbingan dalam penulisan skripsi dilaksanakan dengan dua orang dosen pembimbing yang memiliki kompetensi sesuai dengan tema permasalahan yang penulis kaji. Dalam hal ini, kompetensi yang dimiliki oleh kedua dosen pembimbing itu adalah kajian dalam sejarah Cina pada masa Revolusi Kebudayaan. Konsultasi merupakan proses yang harus dilakukan oleh


(26)

penulis guna mendapatkan masukan-masukan yang sangat membantu dalam rangka penyelesaian skripsi ini. Konsultasi dilakukan oleh penulis dengan dosen pembimbing setelah sebelumnya menghubungi masing-masing dosen pembimbing dan kemudian membuat jadwal pertemuan.

Kegiatan penelitian ini sangat tergantung oleh proses bimbingan yang mana dapat membantu penulis dalam menentukan kegiatan penelitian, fokus penelitian dan proses penelitian skripsi ini. Proses bimbingan ini memfasilitasi penulis untuk berdiskusi dengan pembimbing I dan pembimbing II mengenai permasalahan yang dihadapi selama penelitian ini dilakukan. Manfaat yang penulis peroleh selama proses bimbingan adalah mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam penelitian skripsi ini serta diarahkan untuk konsisten terhadap fokus kajian.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan tahapan berikutnya setelah penulis merancang dan mempersiapkan penelitian. Dalam penelitian skripsi ini, penulis melakukan empat tahap penelitian, sebagai berikut:

3.3.1 Heuristik

Heuristik merupakan proses mencari dan mengumpulkan fakta-fakta sejarah dari sumber-sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji penulis. Sama halnya dengan pendapat Sjamsuddin (2007: 86), heuristik adalah “suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data atau materi sejarah, atau evidensi sejarah yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji oleh penulis”. Dari semua sumber yang digunakan penulis dalam penelitian ini, tidak sedikit buku tersebut berbahasa Inggris. Oleh karena itu, untuk memudahkan penulis dalam memahami makna isi buku tersebut dengan cara menerjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

3.3.2 Kritik Sumber

Setelah penulis mendapatkan sumber-sumber yang dianggapnya relevan dengan penelitian yang dikaji, langkah selanjutnya adalah langkah kritik sumber. Kritik sumber atau yang biasa disebut verifikasi sumber merupakan tahap kedua


(27)

yang dilakukan oleh penulis setelah penulis mendapatkan sumber-sumber pada tahap heuristik. Menurut Abdurahman (2007:68), bahwa “verifikasi atau kritik sumber ini bertujuan untuk memperoleh keabsahan sumber. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian (autentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern”.

Pendapat tersebut didukung oleh Sjamsuddin (1996: 105) yang menambahkan bahwa “Fungsi kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya untuk mencari kebenaran”. Pada tahap ini sejarawan dihadapkan pada benar dan salah, kemungkinan dan keraguan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa kritik sumber dikelompokkan dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal menitikberatkan pada aspek-aspek luar sumber sejarah sedangkan kritik internal lebih menekankan pada isi (content) dari sumber sejarah. Aspek eksternal bertujuan untuk menilai otentisitas dan integritas sumber. Aspek-aspek luar tersebut bisa diuji dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Kapan sumber itu dibuat? Dimana sumber itu dibuat? Siapa yang membuat? Dari bahan apa sumber itu dibuat? Dan apakah sumber itu dalam bentuk asli? (Abdurahman, 2007: 68-69).

Sedangkan kritik internal bertujuan untuk menguji reliabilitas dan kredibilitas sumber. Kritik internal sendiri merupakan kebalikan dari kritik eksternal. Kritik internal merupakan penilaian terhadap aspek “dalam”, yaitu isi dari sumber sejarah setelah sebelumnya disaring melalui kritik eksternal (Sjamsuddin, 2007: 143). Kritik ini mempersoalkan isinya, kemampuan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Isinya dinilai dengan membandingkan kesaksian-kesaksian di dalam sumber dengan kesaksian kesaksian dari sumber lain. Untuk menguji kredibilitas sumber (sejauh mana dapat dipercaya) diadakan penilaian intrinsik terhadap sumber dengan mempersoalkan hal-hal tersebut. Kemudian dipungutlah fakta-fakta sejarah melalui perumusan data yang didapat, setelah diadakan penelitian terhadap evidensi-evidensi dalam sumber.


(28)

Dalam tahapan ini, penulis melakukan penyaringan terhadap sumber-sumber yang didapat dan mengkritisi sumber-sumber-sumber-sumber yang telah didapat sebelumnya melaui proses heuristik. Berhubungan dengan tahap kritik atau verifikasi sumber ini, peneliti dalam penelitian ini berusaha untuk menyaring dan mengkritisi semua sumber-sumber yang telah didapatkan pada proses heuristik. Kritik internal dilakukan oleh peneliti terhadap buku biografi Mao Ze Dong yang berjudul Mao : Kisah-kisah yang tak diketahui yang ditulis oleh Jung Chang dan Jhon Halliday, isi dari buku tersebut menurut penulis bersifat subjektif. Hal ini penulis nilai karena buku tersebut menyimpulkan bahwa Mao digambarkan sebagai seorang yang semua kebijaksanaannya didorong oleh motivasi oleh ambisi pribadi yang haus kekuasaan dan bukan dari ideologi dan idealisme murni. Jhung Chang menyebutkan bahwa Mao tidak berkontribusi terhadap Cina dan seperti halnya kebijakan-kebijakan lainnya, program revolusi kebudayaan Cina lebih menekankan pada ambisi Mao dalam mempertahankan kekuasaannya. Selain itu, buku ini menyimpulkan secara tidak langsung bahwa Mao merupakan pemimpin yang paling kejam. Penulis melihat hal tersebut dari berbagai data yang disajikan oleh Jhun Chang yang lebih menyudutkan pemerintahan Mao.

Sebagai pembanding digunakan buku lain seperti dalam bukunya Tzen Po Ta yang berjudul Mao Tse Tung Peralihan dari revolusi demokrasi ke sosialisme, dalam buku ini menceritakan mengenai pemikiran Mao Ze Dong, meskipun bukan hasil murni pemikirannya sendiri, melainkan berakar pada pemikiran Marxisme. Tetapi Maoisme berhasil melakukan revolusi besar yang merubah Cina pada tahapan yang bisa dibandingkan dengan raksasa komunis dunia (pada saat itu Uni Soviet).

Berdasarkan hasil dari melakukan kritik internal, penulis mendapatkan perbedaan pendapat dari berbagai penulis. Hal itu dikarenakan latar belakang setiap penulis atau sumber dari penulis itu berbeda. Perbedaan pendapat dari satu sumber dengan sumber lainnya adalah kemungkinan yang bisa diperoleh dari tindakan kritik internal. Kemungkinan lainnya adalah sumber-sumber yang berbeda dan sumber-sumber yang tidak menyebutkan apa-apa (Sjamsuddin, 1996: 116).


(29)

Menurut penulis, Mao Ze Dong merupakan salah satu tokoh Cina yang dapat merubah Cina menjadi negara besar seperti saat ini baik dari bidang ekonomi maupun politik. Hal itu merupakan hasil dari pemikiran Mao sendiri yang disebut dengan istilah Maoisme. Pemikiran Mao meskipun akar pemikirannya berasal dari komunisme Marxisme tetapi Mao mampu menunjukkan kebesarannya melalui Maoismenya tersebut. Dalam menerapkan setiap kebijakan-kebijakan atau gerakan seperti Revolusi Kebudayaan yang dilakukan Mao memang cenderung untuk kepentingannya yang pada saat itu sebagai pemimpin Cina. Namun menurut penulis, dalam kaitannya dengan Revolusi Kebudayaan meskipun itu sebagai alat perlawanan Mao terhadap lawan politiknya tetapi hal tersebut dilakukan Mao untuk melindungi Cina dari kapitalisme yang jauh dari pemikiran Sosialisme Mao.

3.3.3 Interpretasi

Menurut Kuntowijoyo (2005:101) “interpretasi atau penafsiran sering disebut juga sebagai biang subjektivitas yang sebagian bisa benar, tetapi sebagiannya salah”. Dikatakan demikian menurutnya bahwa benar karena tanpa penafsiran sejarawan data yang sudah diperoleh tidak bisa dibicarakan. Sedangkan salah karena sejarawan bisa saja keliru dalam menafsirkan data-data tersebut.

Interpretasi merupakan langkah selanjutnya setelah dilakukan kritik dan analisis sumber. Interpretasi adalah kegiatan menafsirkan fakta-fakta yang sudah diperoleh penulis melalui cara mengolah fakta yang telah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi yang mendukung kajian penulis.

Menurut Kuntowijoyo dalam Abdurahman (2007:73), interpretasi sejarah atau yang biasa disebut juga dengan analisis sejarah merupakan tahap dimana penulis melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusunlah fakta itu dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Dalam hal ini ada dua metode yamg digunakan yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan sedangkan sintesis yang berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama didalam interpretasi.


(30)

Dalam kaitannya dengan penelitian skripsi yang berjudul “Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan di Cina)”, interpretasi yang peneliti lakukan adalah terhadap data-data dan fakta-fakta yang sudah diperoleh kemudian ditafsirkan, berdasarkan pada fakta-fakta-fakta-fakta yang ditemukan. Sehingga penafsiran tersebut dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis. Penulis menafsirkan bahwa dalam keterlibatan Jiang dalam gerakan revolusi kebudayaan didapat fakta bahwa revolusi kebudayaan adalah salah satu jalan politik Jiang Qing dalam merebut perhatian PKC dan bukan semata-mata membantu Mao dalam mengembalikan Maoisme yang pada saat itu mulai tergeser oleh kekuasaan kapitalisme.

3.3.4 Historiografi

Menurut Sjamsuddin (2007:156) “historiografi adalah usaha mensintesiskan seluruh hasil penelitian atau penemuan yang berupa data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu penulisan yang utuh, baik itu berupa karya besar

ataupun hanya berupa makalah kecil”. Hubungannya dengan penelitian ini, bahwa

tahap historiografi yang dilakukan oleh penulis merupakan langkah akhir dari tahap penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dari mulai tahap heuristik, kritik, interpretasi sampai pada historiografi.

Sedangkan menurut Abdurahman (2007:76), “historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah, penulisan hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan)”. Seorang sejarawan ketika memasuki tahap historiografi diharapkan memiliki kemampuan analitis dan kritis sehingga hasil tulisannya tidak hanya berupa karya tulis biasa, tetapi menjadi karya tulis ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebuah karya tulis dapat dikatakan ilmiah apabila memenuhi syarat-syarat keilmuan. Selain itu, tata bahasa yang digunakan oleh sejarawan harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku serta sesuai dengan pedoman penulisan karya ilmiah.


(31)

Tahap historiografi ini akan peneliti laporkan dalam sebuah tulisan berbentuk skripsi dan disusun berdasarkan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Adapun tujuan dari laporan hasil penelitian ini adalah untuk memenuhi kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI.

Berdasarkan ketentuan penulisan karya ilmiah di lingkungan UPI tersebut, maka sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Pada bab I ini memaparkan mengenai latar belakang masalah yang berisi : Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Teknik Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

2. Bab II Kajian Pustaka

Berisikan mengenai sumber-sumber yang telah didapatkan penulis sebelumnya, yang dinilai relevan dan berkaitan terhadap penelitian yang dikaji. Kajian pustaka bertujuan sebagai landasan berfikir. Sehingga pada bab ini, peneliti membandingkan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sedang dikaji sehingga menemukan jawaban atas rumusan masalah.

3. Bab III Metodologi Penelitian.

Pada bab ini berisi mengenai tahap-tahap, langkah-langkah, metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis meliputi heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Semua prosedur dalam penelitian akan dibahas pada bab ini. Prosedur yang dimaksud adalah langkah-langkah penulis dalam melakukan penelitian ini seperti tahap perencanaan, pengajuan judul penelitian, persiapan penelitian, proses bimbingan dan tahap pelaksanaan penelitian. Dalam bab ini juga penulis mengungkapkan dan melaporkan pengalaman selama melaksanakan penelitian.

4. Bab IV Pembahasan

Bab ini merupakan hasil dari pengolahan data dan analisis terhadap fakta-fakta yang ditemukan selama penelitian dilakukan. Juga merupakan inti dari penelitian atas permasalahan-permasalahan yang terdapat pada rumusan dan


(32)

batasan masalah. Dalam bab ini pula terdapat penjelasan judul, memaparkan dengan rinci mengenai hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan dan memaparkannya dalam bab ini.

5. Bab V Kesimpulan

Bab ini merupakan bab terakhir yang merupakan kesimpulan yang berisikan jawaban dan analisis penulis terhadap permasalahan secara keseluruhan yang merupakan hasil dari penelitian. Hasil ini berisi pandangan serta interpretasi penulis mengenai inti dari bab IV. Pada bab pembahasan ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah mengkaji permasalahan yang telah diajukan sebelumnya. Pada bab ini pula penulis memberikan saran dan rekomendasi kepada pihak yang terkait dalam penelitian ini.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil pembahasan tentang Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan Tahun 1966-1976). Selain kesimpulan, dari hasil penelitian tersebut juga penulis sertakan rekomendasi hasil penelitian ini bagi kepentingan akademik, terutama sebagai bahan pengembangan isi atau materi pada pembelajaran sejarah di sekolah. Adapun kesimpulan dan rekomendasi yang diperoleh oleh penulis dipaparkan pada bagian berikut.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan selama mengerjakan penelitian ini, penulis menemukan bahwa Revolusi Kebudayaan Cina terjadi akibat kegagalan Program Lompatan jauh Ke depan yang dilaksanakan oleh Mao Ze Dong yang menyebabkan perpecahan di tubuh Partai Komunis Cina (PKC). PKC terbagi menjadi dua kubu yaitu kubu radikal dan kubu moderat. Kubu radikal adalah anggota partai yang masih mendukung segala kebijakan yang diambil Mao. Sedangkan kubu moderat adalah kubu yang menentang kebijakan Mao termasuk kebijakan terakhirnya di bidang ekonomi tersebut yang mengalami kegagalan hingga menyebabkan kelaparan tinggi di sejumlah wilayah di Cina. Puncak pertentangan kubu moderat terhadap Mao yakni ketika kongres ke delapan PKC di Beijing pada september 1956 memutuskan untuk menghapus pemikiran Mao Ze Dong yang berasaskan kepemimpinan tunggal dan terpusat dari undang-undang partai menjadi kepemimpinan kolektif. Hal tersebut mengakibatkan Mao harus mundur dari jabatannya sebagai Presiden Republik Rakyat Cina (RRC). Meskipun masih menjadi Ketua Umum PKC, Mao tidak memiliki kewenangan atas kebijakan pemerintahan terutama dalam menentukan arah kebijakan ekonomi Cina. Karena arah kebijakan ekonomi Cina diambil alih oleh kubu moderat yang pada saat itu memegang kekuasaan sebagai Presiden dengan megubah Cina lebih kapitalis. Maka Mao perlu untuk mengambil tindakan melawan kubu moderat


(34)

tersebut. Oleh karena hal tersebutlah, munculah ide gerakan Revolusi Kebudayaan Cina yang digagas oleh Mao yang tujuan utamanya adalah meyingkirkan lawan-lawan politik Mao di PKC.

Inti dari Revolusi Kebudayaan adalah perlawanan Mao atas lawan-lawan Politiknya di lingkungan PKC. Berlangsung selama satu dekade, Revolusi Kebudayaan tidak sedikit mengubah Cina dari segi sosial, politik, budaya. Termasuk pendidikan yang selama berlangsungnya gerakan tersebut mengalami perubahan yang sangat terlihat. Pendidikan di Cina oleh Jiang Qing diarahkan untuk mengkombinasikan dan menyerasikan antara perkembangan ekonomi dengan revolusi sosial.

Adapun Peran Jiang Qing adalah sebagai pengatur gerakan Revolusi Kebudayaan Cina atas instruksi Mao. Tujuan Jiang Qing yaitu membantu Mao dalam usaha pengembalian ajaran-ajaran Mao yang mulai ditinggalkan setelah gagalnya Mao dalam beberapa kebijakan yang dilakukan. Terutama kebijakan lompatan jauh ke depan. Sasaran utama Revolusi Kebudayaan ini adalah lawan-lawan politik Mao. Di mana tugas Jiang Qing adalah melakukan upaya penyingkiran terhadap lawan-lawan politik Mao. Salah satu peran besar Jiang Qing adalah menurunkan Liu Shauqi dari kursi presiden Cina pada kongres Oktober 1968. Sehingga kebijakan-kebijakan selanjutnya dapat diarahkan kembali oleh Mao dengan menjauhkan Cina pada kapitalisme yang dibawa kubu moderat. Jiang Qing dalam menggerakkan Revolusi Kebudayaan Cina terpusat pada dua bidang yaitu bidang manajemen industri dan sistem pendidikan. Dalam bidang industri, sistem manajemen diarahkan pada pelaksanaan ajaran-ajaran yaitu Liang-san (dua partisipasi), Yi Gai (satu pembaharuan), dan San Jie He (tiga kombinasi). Jiang Qing melakukan banyak perubahan terhadap Cina tidak hanya di bidang budaya tetapi bidang yang lainnya mengalami dampak dari kebijakan Jiang Qing selama Revolusi Kebudayaan. Salah satunya adalah di bidang pendidikan yang diarahkan untuk untuk mengkombinasikan dan menyerasikan perkembangan ekonomi dengan revolusi sosial.


(35)

Tujuan utama Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina ini adalah untuk membantu Mao dalam menyingkirkan lawan-lawan politiknya terutama orang-orang yang tergabung di kubu moderat. Salah satu kebijakan Jiang Qing adalah dengan mereformasi kebudayaan Cina dengan menanamkan maoisme dan unsur-unsur revolusioner. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Cina berada pada garis komunis Cina yang sudah diterapkan Mao dari awal berdirinya RRC.

Pengaruh keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina terhadap kekuasaan Mao Ze Dong adalah semakin kuat pengaruh kubu moderat dalam perpolitikan Cina dengan dikuasainya Partai Komunis Cina. Hal tersebut terjadi karena Mao Ze Dong tidak mempersiapkan seseorang untuk menjadi penggantinya sebagai Ketua Umum PKC. Masalah suksesi kepemimpinan inilah yang dimanfaatkan oleh kubu moderat seiring dengan jatuhnya Jiang Qing bersama Kelompok Empatnya. Sehingga dalam pertemuan ke sepuluh Komite Pusat PKC pada Juli 1977 diputuskan bahwa Hua Guafeng sebagai presiden RRC yang sah dan memulihkan orang-orang yang selama masa Revolusi Kebudayaan ditahan oleh Jiang Qing termasuk Liu Shauqi dan Deng Xiao Ping.

5.2 Rekomendasi

Skripsi dengan judul Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan Tahun 1966-1976) ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, baik untuk para akademisi maupun pembaca pada umumnya mengenai sejarah Revolusi Kebudayaan Cina khususnya mengenai peran wanita dalam perpolitikan Cina. Karena selama ini tokoh-tokoh laki-laki yang sering dimunculkan. Melalui penelitian ini, diharapkan memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai peran Jiang Qing yang tidak hanya terkonsentrasi pada perannya sebagai Ibu negara, melainkan perannya pada perpolitikan di Cina terutama pada masa Revolusi Kebudayaan.

Selain itu dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber penunjang untuk materi pembelajaran sejarah kelas XII dengan Standar Kompetensi menganalisis perkembangan Sejarah Dunia


(36)

sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutakhir. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah menganalisis Sejarah Dunia dan posisi Indonesia di tengah perubahan politik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

---.(2003, 21 April). Semula Suci dan Sederhana. Gatra [Online]. Tersedia : http://www.arsip.gatra.com. [23 Januari 2013]

Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Bloodworth, D. (1982). The Messiah and The Mandarins Mao Tse Tung and The Ironis of Power. New Jersey : American Book-Stratford Press Bonavia, D. (1987). Cina dan Masyarakatnya. Jakarta: Erlangga

Crespigny, D. (1975). Chinas This Century. Singapure : Times Priaters Sdn. Bhd

Chamad86. (2012). Revolusi Kebudayaan Cina. [Online]. Tersedia : http://www.chamad86.blogspot.com/revolusikebudayaancina [08 September 2012]

Chang, J. (2005). Angsa-angsa Liar: Tiga Putri Cina. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

C h ’ e n , J . ( 1 9 6 7 ) . Mao and the Chinese Revolution; with 37 Poems by Mao Tse tung, T r a n s l a t e : M . B u l l o c k , L o n d o n : O x f o r d U n i v e r s i t y P r e s s

Chesneaux, J. (1979). China The People’s Republic, 1949-1976. New York : Pantheon Books

Fung Yu-Lan. (1990). Sejarah Ringkas Filsafat Cina: Sejak Confusius Sampai Han Fei Tzu. Yogyakarta: Liberty

Garna, Judistira K. (1992). Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pascasarjana Unpad.

Garna, Judistira K. (1996). Ilmu-ilmu Sosial; Dasar, Konsep, Posisi. Bandung: Program Pascasarjana Unpad.


(38)

Heng dan Judith. (1989). Reformasi tanpa keterbukaan : Cina sesudah revolusi kebudayaan. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.

Johnson, Doyle Paul (1990). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 2 (cetakan kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Johnson, Doyle Paul. (1994). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 1 (cetakan ketiga). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jung Chang dan Jon H. (2007). Mao Kisah-Kisah yang Tak Diketahui. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Ismail, T. (2005). Katastrofi Mendunia. Jakarta : PT. Intermasa

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.

Kaiming, S. (1986). Modern China: a Topical History. Beijing : Foreign Language Press

Mao Tse Tung. (2001). Empat Karya Filsafat. Yogyakarta : FuSPAD

Munif, A. (2009). Kisah 40 perempuan mengubah dunia. Yogyakarta : Narasi

Najmah dan Khatimah Sa”ida. (2003). Revisi politik perempuan. Bogor : Idea

Pustaka Utama

Ririn, D. (2010). Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. [Online] Tersedia:/http://staff.uny.ac.id/Garis.Besar Sejarah Cina Era Mao.html [11 November 2012].

Ririn, D.(----). Perempuan dalam Budaya Cina Kuno. [Online] Tersedia: http://staff.uny.ac.id/perempuan.html [08 September 2012]

Ritzer, George, (1992). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.


(39)

Roberson, J. (1980). China From Manchu to Mao (1699-1976). New York : Athenenum

Schurman dan Schell. (1967). Communist China. Toronto : Random House of Canada Limited

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sri, H. dan Nusyirwan. (2004). Konsep Revolusi Kebudayaan Menurut Mao Ze Dong. Jurnal Filsafat. 1, 36.

Surata, Agus dan Tuhana Taufik Andrianto. (2001). Atasi Konflik Etnis. Jogjakarta: Global Pustaka Utama.

Suseno, Franz Magnis. (1999). Pemikiran KARL MARX “Dari Sosialisme

Utopis ke Perselisihan Revisionisme”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Sutopo, FX. (2009). China Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi.

Taniputera, I. (2008). History Of China. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Terrill, R. (1984 ). The White Bone Demon :A Biography Of Madame Mao Ze Dong. London : Stamford University Press

Tzen Po Ta. (2000). Mao Tse Tung Peralihan dari revolusi demokrasi ke sosialisme.

UPI. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

WD, Sukisman. (1989). Sejarah Cina kontemporer : dari revolusi nasional melalui revolusi kebudayaan sampai modernisasi sosial. Jakarta : Pradnya Paramita.


(1)

77

Neng Marlina Efendi, 2013

Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tersebut. Oleh karena hal tersebutlah, munculah ide gerakan Revolusi Kebudayaan Cina yang digagas oleh Mao yang tujuan utamanya adalah meyingkirkan lawan-lawan politik Mao di PKC.

Inti dari Revolusi Kebudayaan adalah perlawanan Mao atas lawan-lawan Politiknya di lingkungan PKC. Berlangsung selama satu dekade, Revolusi Kebudayaan tidak sedikit mengubah Cina dari segi sosial, politik, budaya. Termasuk pendidikan yang selama berlangsungnya gerakan tersebut mengalami perubahan yang sangat terlihat. Pendidikan di Cina oleh Jiang Qing diarahkan untuk mengkombinasikan dan menyerasikan antara perkembangan ekonomi dengan revolusi sosial.

Adapun Peran Jiang Qing adalah sebagai pengatur gerakan Revolusi Kebudayaan Cina atas instruksi Mao. Tujuan Jiang Qing yaitu membantu Mao dalam usaha pengembalian ajaran-ajaran Mao yang mulai ditinggalkan setelah gagalnya Mao dalam beberapa kebijakan yang dilakukan. Terutama kebijakan lompatan jauh ke depan. Sasaran utama Revolusi Kebudayaan ini adalah lawan-lawan politik Mao. Di mana tugas Jiang Qing adalah melakukan upaya penyingkiran terhadap lawan-lawan politik Mao. Salah satu peran besar Jiang Qing adalah menurunkan Liu Shauqi dari kursi presiden Cina pada kongres Oktober 1968. Sehingga kebijakan-kebijakan selanjutnya dapat diarahkan kembali oleh Mao dengan menjauhkan Cina pada kapitalisme yang dibawa kubu moderat. Jiang Qing dalam menggerakkan Revolusi Kebudayaan Cina terpusat pada dua bidang yaitu bidang manajemen industri dan sistem pendidikan. Dalam bidang industri, sistem manajemen diarahkan pada pelaksanaan ajaran-ajaran yaitu Liang-san (dua partisipasi), Yi Gai (satu pembaharuan), dan San Jie He (tiga kombinasi). Jiang Qing melakukan banyak perubahan terhadap Cina tidak hanya di bidang budaya tetapi bidang yang lainnya mengalami dampak dari kebijakan Jiang Qing selama Revolusi Kebudayaan. Salah satunya adalah di bidang pendidikan yang diarahkan untuk untuk mengkombinasikan dan menyerasikan perkembangan ekonomi dengan revolusi sosial.


(2)

Neng Marlina Efendi, 2013

Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Tujuan utama Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina ini adalah untuk membantu Mao dalam menyingkirkan lawan-lawan politiknya terutama orang-orang yang tergabung di kubu moderat. Salah satu kebijakan Jiang Qing adalah dengan mereformasi kebudayaan Cina dengan menanamkan maoisme dan unsur-unsur revolusioner. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Cina berada pada garis komunis Cina yang sudah diterapkan Mao dari awal berdirinya RRC.

Pengaruh keterlibatan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina terhadap kekuasaan Mao Ze Dong adalah semakin kuat pengaruh kubu moderat dalam perpolitikan Cina dengan dikuasainya Partai Komunis Cina. Hal tersebut terjadi karena Mao Ze Dong tidak mempersiapkan seseorang untuk menjadi penggantinya sebagai Ketua Umum PKC. Masalah suksesi kepemimpinan inilah yang dimanfaatkan oleh kubu moderat seiring dengan jatuhnya Jiang Qing bersama Kelompok Empatnya. Sehingga dalam pertemuan ke sepuluh Komite Pusat PKC pada Juli 1977 diputuskan bahwa Hua Guafeng sebagai presiden RRC yang sah dan memulihkan orang-orang yang selama masa Revolusi Kebudayaan ditahan oleh Jiang Qing termasuk Liu Shauqi dan Deng Xiao Ping.

5.2 Rekomendasi

Skripsi dengan judul Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing Dalam Revolusi Kebudayaan Tahun 1966-1976) ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, baik untuk para akademisi maupun pembaca pada umumnya mengenai sejarah Revolusi Kebudayaan Cina khususnya mengenai peran wanita dalam perpolitikan Cina. Karena selama ini tokoh-tokoh laki-laki yang sering dimunculkan. Melalui penelitian ini, diharapkan memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai peran Jiang Qing yang tidak hanya terkonsentrasi pada perannya sebagai Ibu negara, melainkan perannya pada perpolitikan di Cina terutama pada masa Revolusi Kebudayaan.

Selain itu dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber penunjang untuk materi pembelajaran sejarah kelas XII dengan Standar Kompetensi menganalisis perkembangan Sejarah Dunia


(3)

79

Neng Marlina Efendi, 2013

Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan mutakhir. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah menganalisis Sejarah Dunia dan posisi Indonesia di tengah perubahan politik dan ekonomi internasional setelah Perang Dunia II sampai dengan berakhirnya Perang Dingin.


(4)

Neng Marlina Efendi, 2013

Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

---.(2003, 21 April). Semula Suci dan Sederhana. Gatra [Online]. Tersedia : http://www.arsip.gatra.com. [23 Januari 2013]

Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media

Bloodworth, D. (1982). The Messiah and The Mandarins Mao Tse Tung and The Ironis of Power. New Jersey : American Book-Stratford Press Bonavia, D. (1987). Cina dan Masyarakatnya. Jakarta: Erlangga

Crespigny, D. (1975). Chinas This Century. Singapure : Times Priaters Sdn. Bhd

Chamad86. (2012). Revolusi Kebudayaan Cina. [Online]. Tersedia : http://www.chamad86.blogspot.com/revolusikebudayaancina [08 September 2012]

Chang, J. (2005). Angsa-angsa Liar: Tiga Putri Cina. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

C h ’ e n , J . ( 1 9 6 7 ) . Mao and the Chinese Revolution; with 37 Poems by Mao Tse tung, T r a n s l a t e : M . B u l l o c k , L o n d o n : O x f o r d U n i v e r s i t y P r e s s

Chesneaux, J. (1979). China The People’s Republic, 1949-1976. New York : Pantheon Books

Fung Yu-Lan. (1990). Sejarah Ringkas Filsafat Cina: Sejak Confusius Sampai Han Fei Tzu. Yogyakarta: Liberty

Garna, Judistira K. (1992). Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung: Program Pascasarjana Unpad.

Garna, Judistira K. (1996). Ilmu-ilmu Sosial; Dasar, Konsep, Posisi. Bandung: Program Pascasarjana Unpad.


(5)

81

Neng Marlina Efendi, 2013

Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Heng dan Judith. (1989). Reformasi tanpa keterbukaan : Cina sesudah revolusi kebudayaan. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti.

Johnson, Doyle Paul (1990). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 2 (cetakan kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Johnson, Doyle Paul. (1994). Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 1 (cetakan ketiga). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Jung Chang dan Jon H. (2007). Mao Kisah-Kisah yang Tak Diketahui. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Ismail, T. (2005). Katastrofi Mendunia. Jakarta : PT. Intermasa

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.

Kaiming, S. (1986). Modern China: a Topical History. Beijing : Foreign Language Press

Mao Tse Tung. (2001). Empat Karya Filsafat. Yogyakarta : FuSPAD

Munif, A. (2009). Kisah 40 perempuan mengubah dunia. Yogyakarta : Narasi

Najmah dan Khatimah Sa”ida. (2003). Revisi politik perempuan. Bogor : Idea Pustaka Utama

Ririn, D. (2010). Garis Besar Sejarah Cina Era Mao. [Online] Tersedia:/http://staff.uny.ac.id/Garis.Besar Sejarah Cina Era Mao.html [11 November 2012].

Ririn, D.(----). Perempuan dalam Budaya Cina Kuno. [Online] Tersedia: http://staff.uny.ac.id/perempuan.html [08 September 2012]

Ritzer, George, (1992). Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali Pers.


(6)

Neng Marlina Efendi, 2013

Madame Mao : The White Bone Demon (Peranan Jiang Qing dalam Revolusi Kebudayaan Cina Tahun 1966-1976)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Roberson, J. (1980). China From Manchu to Mao (1699-1976). New York : Athenenum

Schurman dan Schell. (1967). Communist China. Toronto : Random House of Canada Limited

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sri, H. dan Nusyirwan. (2004). Konsep Revolusi Kebudayaan Menurut Mao Ze Dong. Jurnal Filsafat. 1, 36.

Surata, Agus dan Tuhana Taufik Andrianto. (2001). Atasi Konflik Etnis. Jogjakarta: Global Pustaka Utama.

Suseno, Franz Magnis. (1999). Pemikiran KARL MARX “Dari Sosialisme

Utopis ke Perselisihan Revisionisme”. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Sutopo, FX. (2009). China Sejarah Singkat. Jogjakarta: Garasi.

Taniputera, I. (2008). History Of China. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Terrill, R. (1984 ). The White Bone Demon :A Biography Of Madame Mao Ze Dong. London : Stamford University Press

Tzen Po Ta. (2000). Mao Tse Tung Peralihan dari revolusi demokrasi ke sosialisme.

UPI. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

WD, Sukisman. (1989). Sejarah Cina kontemporer : dari revolusi nasional melalui revolusi kebudayaan sampai modernisasi sosial. Jakarta : Pradnya Paramita.