ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI.

(1)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh:

Siti Setiawati NIM 1302331

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing Tesis

Dr. H. Andoyo Sastromiharjo, M.Pd. NIP 196109101986031004

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 1966032019910331004


(3)

KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

oleh Siti Setiawati UPI Bandung, 2015

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

©Siti Setiawati, 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(4)

Siti Setiawati, 2015

1302331

Abstract

The background of this research is the phenomenon of the utilizing of Bahasa Indonesia being unvalued in political environment which means by used as a container to inflame conflicts that raised negative assumptions toward its political languageand use an article as source. According to the background of the problems, then the researcher formulated those research problems: 1. How many type of presupposition in Negeri di Ujung Tanduk novel? 2. How are the result presuppositions on Negeri di Ujung Tanduk novel? 3. How does the researcher present the teaching materials and activities for SMA based on the result of research?

Subsequently, the purpose of this research is to identify the types of presupposition in Negeri di Ujung Tanduk novel, explaining the presupposition of Negeri di Ujung Tanduk novel, and create teaching material for writing and activities eksposition text insight in SMA level.

This research method is qualitative method finding the data collection using document study. The data was obtained through words and utterances in Negeri di Ujung Tanduk novelby TereLiye that will be analyzed usingPresupposition theory by George Yule.

According to the presupposition result in Negeri di Ujung Tanduk novel, the researcher obtained six types of presupposition. There is 77 context typesin Negeri di Ujung Tanduk novel those are 30 contexts which have context of presupposition, the total presupposition of 30 contexts are 56 which is spread in 6 presupposition types those are seven existential presuppositions, fourteen factive presuppositions, nine non-factive presuppositions, nine lexical presuppositions, five structural presuppositions, twelve counter-factual presuppositions. These findings will be used to create teaching material in writing and activities eksposition text insight in SMA level.


(5)

Siti Setiawati, 2015

SITI SETIAWATI 1302331

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fenomena ketidaktepatan penggunaan bahasa Indonesia yang menimbulkan anggapan-anggapan berbasis negatif. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan permasalahan, yaitu: (1) jenis praanggapan apa sajakah yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk?, (2) bagaimanakah hasil praanggapan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk?, (3) bagaimana penyajian bahan dan kegiatan pembelajaran menulis teks eksposisi berdasarkan hasil penelitian?

Kemudian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis praanggapan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk; memaparkan praanggapan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk; dan membuat bahan dan kegiatan pembelajaran menulis teks eksposisi untuk tingkat SMA.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumen. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah kata-kata atau ujaran yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye yang akan dianalisis memakai teori praanggapan Yule.

Berdasarkan hasil analisis praanggapan pada novel Negeri di Ujung Tanduk, peneliti menemukan enam jenis praanggapan yang terdapat dalam novel tersebut. Dalam novel Negeri di Ujung Tanduk terdapat 77 jenis konteks, dari 77 konteks yang terdapat dalam novel tersebut, ternyata tidak semuanya terdapat praanggapan, konteks yang memiliki praanggapan hanya berjumlah 30 buah konteks. Dari 30 buah konteks tersebut, total praanggapannya berjumlah 56 buah yang masing-masing tersebar ke dalam 6 jenis praanggapan. Praanggapan eksistensial yang terdapat dalam novel sebanyak 7 buah, praanggapan faktif sebanyak 14 buah, praanggapan nonaktif sebanyak 9 buah, praanggapan leksikal sebanyak 9 buah, praanggapan struktural sebanyak 5 buah, dan praanggapan konterfaktual sebanyak 12 buah. Hasil penemuan ini kemudian dimanfaatkan untuk membuat bahan dan kegiatan pembelajaran menulis teks eksposisi di SMA.


(6)

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Fokus Penelitian ... 6

1.3 Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Struktur Organisasi ... 8

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Wacana ... 9

2.2 Novel ... 13

2.3 Pragmatik ... 15

2.3.1 Deiksis ... 18

2.3.2 Praanggapan (Presupposition) ... 22

2.3.3 Tindak/Ujaran/Tindak Tutur (Speech Act) ... 22

2.3.4 Implikatur Percakapan ... 23

2.4 Praanggapan ... 25

2.4.1 Jenis-jenis Praanggapan ... 25

2.5 Pembelajaran Menulis Eksposisi ... 30

2.5.1 Hakikat Pembelajaran Menulis ... 30

2.5.2 Hakikat Teks Eksposisi ... 34

2.5.2.1 Struktur Teks Eksposisi ... 35


(7)

Didik ... 42

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 44

3.2 Sumber Penelitian ... 45

3.2.1 Sumber Data ... 45

3.2.2 Data ... 45

3.3 Pengumpulan Data ... 45

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.4 Analisis Data ... 46

3.4.1 Teknik Analisis Data ... 46

3.4.2 Instrumen Penelitian ... 47

3.4.2.1 Tabel Kerja Analisis Praanggapan ... 48

3.4.2.2 Tabel Rekapitulasi Data Praanggapan ... 49

3.4.2.3 Tabel Presentase Praanggapan ... 50

3.4.3 Pedoman Analisis Praanggapan ... 51

3.4.4 Alur Penelitian ... 56

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sinopsis Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 57

4.2 Deskripsi Data (Tabel Kerja Analisis Praanggapan) ... 59

4.3 Analisis Data ... 59

4.4 Temuan Hasil Analisis dan Pembahasan ... 106


(8)

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

6.1 Simpulan ... 149 6.1.1 Jenis Praanggapan yang Terdapat dalam Novel Negeri

di Ujung Tanduk ... 149 6.1.2 Praanggapan dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk ... 150 6.1.3 Penyajian Bahan dan Kegiatan Pembelajaran Menulis

Teks Eksposisi untuk SMA Berdasarkan Hasil Penelitian ... 151 6.2 Implikasi ... 152 6.3 Rekomendasi ... 152

DAFTAR PUSTAKA ... 152 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I berisi alasan atau latar belakang penelitian. Selain itu, akan dipaparkan juga mengenai fokus penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas maksud penelitian sesuai dengan judul penelitian ini.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bahasa Indonesia mempunyai peranan penting sebagai alat pemersatu bangsa. Selain itu, bahasa Indonesia juga dipergunakan sebagai bahasa pergaulan dalam berbagai bidang aparatur negara dan ketentaraan, politik, bahasa pengantar di bidang sekolah, sebagai bahasa pada berbagai media seperti radio, televisi, film, acara sosial budaya, dan sebagai bahasa pengantar dalam karya sastra. Hal ini menjelaskan bahwa bahasa Indonesia telah berperan di berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, keberadaan bahasa Indonesia sangatlah penting bagi masyarakat Indonesia itu sendiri, bahasa Indonesia telah menempatkan posisinya sebagai media komunikasi di dalam aktivitas masyarakat Indonesia termasuk dalam lingkungan politik.

Dalam proses pembangunan, pendidikan politik sangatlah penting karena terkait dengan usaha pembentukan kader bangsa. Urgensi pendidikan ini diperkuat dengan bukti yang menunjukkan bahwa dalam hampir setiap peristiwa sejarah, pemuda sebagai kader bangsa selalu tampil sebagai penggerak. Namun dalam kenyataannya, proses pendidikan politik masih dihadapkan kepada berbagai masalah yang kurang menguntungkan. Masalah tersebut antara lain berkaitan dengan realitas budaya politik dan kelangkaan figur pemimpin yang layak diteladani. Salah satu faktor penyebab kelangkaan figur pemimpin adalah akibat gagalnya berbahasa. Dalam politik, bahasa menjadi tidak bermakna karena tidak keluar dari hati. Pesan perdamaian tidak akan sampai jika si pemberi pesan menunjukkan perilaku yang mengobarkan peperangan. Bahasa sebagai alat politik bisa menjadi tidak bernilai karena digunakan sebagai sarana untuk mengobarkan


(10)

konflik, menebar permusuhan, sampai pembunuhan karakter lawan politik. Inilah akibat dari para politisi yang tidak bertanggung jawab yang berujung pada rusaknya tatanan kaidah bahasa Indonesia.

Untuk memahami politik yang berkembang dewasa ini, rasanya tak terlalu sulit bagi generasi muda untuk mendapatkan informasinya, salah satunya adalah melalui novel-novel yang berwawasan politik yang banyak beredar di pasaran dewasa ini. Melalui ragam bahasa tulis ini, kita dengan mudah bisa mendapatkan informasi tentang kondisi perpolitikan yang sedang terjadi di negara kita sendiri.

Novel bukan hanya berupa penceritaan tentang kisah sebagaimana konsepnya dalam karya sastra, melainkan novel juga mengandung ragam tindak tutur yang menjadi bagian dalam penceritaannya. Salah satu kajian yang menjelaskan tentang tindak tutur dalam dialog atau percakapan dalam masyarakat yaitu praanggapan. Praanggapan berhubungan erat dengan teks. Untuk memahami secara utuh bagaimana penggunaan kata-kata atau dialog dalam teks, praanggapan dapat menjadi kajian yang akan menggambarkannya. Maka, berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk menganalisis praanggapan dalam penelitian ini.

Peneliti mengambil novel ini dengan alasan kondisi perpolitikan di Indonesia yang sedang hangat dibicarakan. Novel ini setidaknya menggambarkan kondisi perpolitikan yang sedang terjadi di dunia ini, khususnya Indonesia. Novel ini sedikit banyaknya mewakili keadaan politik negeri kita_Indonesia. Berbeda dengan novel percintaan yang sedang marak digandrungi para remaja, novel ini memberikan suguhan yang berbeda karena selain menggambarkan kondisi perpolitikan negeri ini, novel ini juga mengajari para pembacanya untuk cerdas menyikapi permasalahan perpolitikan yang sedang terjadi, bukan hanya larut dalam pertarungan politiknya tapi juga mengajarkan untuk mau peduli terhadap ketidakadilan di negeri ini.

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan, seorang guru perlu memberikan pemahaman mengenai praanggapan kepada siswa, karena terkadang siswa mengalami kesulitan dalam mencari praanggapan atau makna yanag tersirat dalam suatu bacaan. Dalam pembelajaran di SMA istilah praanggapan, lebih dikenal sebagai makna tambahan atau makna tersirat yang terdapat dalam sebuah


(11)

teks atau wacana. Dari data yang tersaring, para pendidik perlu bahkan wajib memberikan pemahaman tentang praanggapan, pentingnya pemberian materi praanggapan adalah agar siswa tidak salah dalam menafsirkan makna yang tersirat dalam sebuah teks atau wacana sehingga alur cerita dapat ditangkap dengan utuh dan baik. Alasan lainya yaitu karena manusia dalam menggunakan bahasa dan tindak tutur membutuhkan pragmatik untuk kesehariannya. Hal ini dimaksudkan agar suatu pesan atau keinginan yang dimaksud oleh penutur dapat tersampaikan secara tepat tanpa harus melanggar prinsip kesantunan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ibrahim (1993, hlm. 5) bahwa pragmatik diperlukan jika kita menginginkan suatu pertimbangan yang lebih mendalam, menyeluruh, dan lebih logis mengenai perilaku bahasa manusia. Bahkan, terkadang sebuah pertimbangan pragmatik satu-satunya hal yang mungkin dilakukan.

Peneliti memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengaplikasikannya dalam pembelajaran menulis artikel berwawasan politik di SMA. Alasan peneliti mengaplikasikannnya untuk pembelajaran menulis adalah karena menulis merupakan salah satu keterampilan yang cenderung dijauhi siswa, karena dari hasil data yang terjaring, 50% siswa dari 31 siswa cenderung tidak menyukai kegiatan menulis dengan alasan kesulitan dalam merangkai kata-kata yang baik dan benar sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hal ini membuktikan bahwa peserta didik kita belum sadar betul akan pentingnya menulis khususnya menulis artikel. Dari data yang terjaring dari 31 siswa, sebanyak 13 anak suka menulis di media sosial baik itu facebook ataupun twitter, 5 anak suka menulis di buku hariannya, 4 orang anak suka menulis di word, 5 anak menulis disembarang tempat seperti dibuku pelajaran misalnya, dan 5 anak yang senang mengabadikannya diblogger mereka sendiri. Sebanyak 90% dari mereka tidak pernah mempublikasikan tulisannya ke media karena kekhawatiran mereka terhadap bahasa yang mereka gunakan. Buat mereka menulis dibuku harian atau media sosial lebih mudah karena tidak perlu mematuhi kaidah berbahasa yang baik, tidak seperti menulis artikel atau tulisan yang bersifat ilmiah lainnya. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang sangat kompleks karena peserta didik bukan hanya sekedar menuangkan ide atau gagasannya melainkan dituntut untuk memerhatikan struktur


(12)

dan kaidah bahasa yang berlaku agar pembaca dapat memahami pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Tarigan (2008, hlm. 2-3) bahwa keterampilan menulis membutuhkan waktu yang lama dan latihan intensif. Menulis juga merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Pendapat di atas ditegaskan oleh Akhadiah (1993, hlm. 1), beliau menegaskan bahwa tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa kemampuan menulis merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Jadi pendapat di atas memang benar adanya bahwa menulis itu tidak sesederhana dari yang kita pikirkan, karena untuk menciptakan tulisan yang baik banyak persyaratan yang harus dipenuhi dan banyak buku yang harus dibaca. Begitupun dengan pembelajaran menulis eksposisi yang merupakan salah satu materi yang terdapat dalam kurikulum 2013 kelas X.

Sesuai dengan ketetapan yang ada dalam kurikulum 2013, salah satu kompetensi yang harus dikuasai siswa kelas X SMA adalah menulis teks eksposisi (Permendikbud No. 69 Tahun 2013). Kompetensi menulis teks eksposisi menduduki tempat yang cukup penting dalam kurikulum 2013. Hal ini ditandai dengan kedalaman materi eksposisi. Pada kurikulum 2006 materi eksposisi hanya sebatas permukaan. Proporsi materi ini hanya sekitar 20% dari proporsi pada kurikulum 2013. Selain itu, terlihat juga dari alokasi waktu dan materi yang harus dikuasai siswa. Dalam kurikulum 2013, terdapat empat kegiatan mengenai teks eksposisi dalam satu semester, sementara dalam kurikulum 2006 hanya satu kegiatan saja (Fuadin, 2014). Mengingat porsi eksposisi yang besar dalam kurikulum 2013, cara dan upaya pendidik harus lebih ditingkatkan guna terciptanya proses dan hasil pembelajaran yang optimal. Pendidik harus dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan sehingga peserta didik tertarik untuk mengikuti pembelajaran menulis dengan baik. Berdasarkan kenyataan inilah peneliti tertarik untuk membuat bahan dan kegiatan pembelajaran menulis teks eksposisi untuk peserta didik tingkat SMA.

Penelitian yang sejalan dengan kajian peneliti, peneliti temukan dalam skripsi yang ditulis oleh Kinanti Swatika, seorang mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta, yang diterbitkan pada tahun 2012 yang berjudul. “Praanggapan


(13)

pada Tayangan Sentilan Sentilun di Metro TV dan Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA”. Penelitian berikutnya mengenai praanggapan peneliti temukan dalam skripsi yang ditulis oleh Figiati Indra Dewi seorang mahasiswa Universitas Negeri Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2013 yang berjudul, “Praanggapan pada Percakapan Antarguru, Antarsiswa, dan antara Guru dengan Siswa SMP Negeri 44 Jakarta Serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Berbicara di SMP”. Penelitian yang dilakukan oleh Kinanti Swastika ini mengkaji praanggapan dari media televisi, yaitu Metro TV dalam tayangan “Sentilan Sentilun”, tayangan ini merupakan tayangan komedi berbau politik, biasanya berisikan sindiran-sindiran politik terhadap beberapa kebijakan pemerintah yang dinilai kurang tepat. Sedangkan penelitian yang diambil oleh Figiati di atas mengkaji praanggapan dari percakapan anatar guru dan siswa bukan dalam media tulis. Jadi, jelas penelitian yang peneliti ambil berbeda dengan yang dilakukan oleh Kinanti Swastika dan Figiati Indra Dewi di atas. Praanggapan yang peneliti teliti di sini diambil dalam sebuah novel, yaitu novel karya Tere Liye yang berjudul Negeri di Ujung Tanduk yang diterbitkan oleh Gramedia pada tahun 2013.

Penelitian mengenai novelnya sendiri yaitu Negeri di Ujung Tanduk sudah beberapa orang yang meneliti, diantaranya skripsi yang dibuat oleh Indri Hapsari seorang mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2014 dengan judul “Konflik Politik dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra dan Implementasinya dalam Pengajaran Sastra di SMA”, kemudian skripsi karya Roma Apriyanto, seorang mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta yang diterbitkan pada tahun 2014 dengan judul “Diksi dan Citraan dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Kajian Stilistika dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar

Sastra di SMA”. Penelitian yang peneliti ambil jelas berbeda dengan penelitian sebelumnya walaupun kajian kita sama-sama memakai novel yang sama. Dua peneliti di atas mengkaji novel dari sisi sastra sementara peneliti mengkaji novel itu dari sisi pragmatiknya


(14)

Berdasarkan kenyataan-kenyataan di atas, peneliti tertarik untuk membuat bahan dan kegiatan pembelajaran menulis teks eksposisi guna meningkatkan minat menulis peserta didik. Menulis teks eksposisi di sini dikombinasikan dengan wacana novel yang bertema politik, agar wawasan peserta didik dan pembacanya mengenai politik semakin bertambah karena tujuan dari menulis eksposisi adalah bertambahnya wawasan pembaca mengenai sesuatu hal. Novel yang peneliti gunakan dibedah menggunakan pisau bedah praanggapan, dalam dunia sekolah dikenal dengan makna tambahan atau makna tersirat. Bahasa politik merupakan bahasa yang tidak mudah untuk diterjemahkan jadi sangat cocok jika dibedah menggunakan praanggapan agar makna yang tersirat dapat ditangkap dengan baik, sehingga isi cerita bisa ditangkap dengan jelas.

1.2Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini mengacu pada analisis novel berjudul Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye. Novel ini akan dianalisis dari segi praanggapan. Peneliti mengambil novel ini dengan alasan kondisi perpolitikan di Indonesia yang sedang hangat dibicarakan. Novel ini memberikan suguhan yang berbeda karena selain menggambarkan kondisi perpolitikan negeri ini, novel ini juga mengajari para pembacanya untuk cerdas menyikapi permasalahan perpolitikan yang sedang terjadi, bukan hanya larut dalam pertarungan politiknya tapi juga mengajarkan untuk mau peduli terhadap ketidakadilan di negeri ini.

Fokus penelitian ini hanya akan menganalisis praanggapan menggunakan teori Yule, yaitu menganalisis kehadiran praanggapan dalam novel. Jenis Praanggapan Yule yang akan digunakan adalah praanggapan eksistensial, praanggapan faktif, praanggapan leksikal, praanggapan struktural, praanggapan nonfaktif, dan praanggapan konterfaktual. Alasan peneliti mengkaji praanggapan dalam novel adalah karena bahasa politik merupakan bahasa yang tidak mudah untuk diterjemahkan jadi sangat cocok jika dibedah menggunakan praanggapan agar makna yang tersirat dapat ditangkap dengan baik, sehingga isi cerita bisa ditangkap dengan jelas.


(15)

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah penelitian ini dibuat agar masalah dalam penelitian ini terfokuskan sehingga tidak melebar pada permasalahan lainnya.

1. Jenis praanggapan apa sajakah yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk?

2. Bagaimanakah hasil praanggapan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk? 3. Bagaimana penyajian bahan dan pembelajaran menulis teks eksposisi

untuk SMA berdasarkan hasil penelitian?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian yang muncul, maka penelitian ini dilaksanakan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

1.mengidentifikasi jenis praanggapan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk;

2.memaparkan hasil praanggapan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk; dan

3.membuat bahan dan pembelajaran menulis teks eksposisi untuk tingkat SMA.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoretis dapat dipergunakan untuk kajian pragmatik khususnya tindak tutur; selain itu dapat dipergunakan untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi mahasiswa dan pembaca pada umumnya; 2. Secara praktis dapat difungsikan sebagai bahan ajar menulis artikel di

SMA; dan

3. Secara teoretis dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.


(16)

1.6 Struktur Organisasi

Struktur organisasi dalam penelitian ini diawali dengan bab 1 pendahuluan berisi: latar belakang penelitian, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi. Kemudian, dilanjutkan dengan bab 2 kajian pustaka berisi: teori yang penulis gunakan yaitu teori wacana, teori novel, teori pragmatik, teori praanggapan, teori menulis eksposisi, dan teori bahan dan pembelajaran dalam pendidikan. Lalu, dalam bab 3 metode penelitian berisi; desain penelitian, sumber penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Setelah bab 3, disusun bab 4 yaitu temuan dan pembahasan berisi: sinopsis novel Negeri di Ujung Tanduk, deskripsi data (tabel kerja analisis praanggapan), hasil analisis, pembahasan hasil analisis, dan pemanfaatan hasil penelitian. Bab 5 berisi bahan dan kegiatan pembelajaran menulis teks eksposisi. Terakhir, bab 6 berisi: simpulan, implikasi, dan rekomendasi.


(17)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, sumber penelitian baik sumber data maupun data, pengumpulan data yang mencakup penjelasan tentang teknik-teknik pengumpulan data, dan analisis data yang mencakup teknik analisis data, instrumen penelitian, dan alur penelitian.

3. 1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye. Untuk memaparkan data secara tertulis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan teknik analisis isi, jadi data yang dikumpulkan berupa kata-kata ujaran yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye. Ini sejalan dengan yang dikemukakan Moleong (2010, hlm. 6) bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Hal senada dikemukakan oleh Strauss dan Corbin (dalam Syamsudin dan Damayanti , 2011, hlm. 73) yang mengatakan bahwa penelitian kualitatif juga bisa dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Sekalipun demikian, data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu penghitungan. Dengan demikian, penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik walaupun memungkinkan untuk dianalisis melalui suatu perhitungan. Jadi laporan penelitian ini akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Kutipan-kutipan yang diambil kemudian akan dianalisis ketermunculan praanggapannya dengan memakai teori yang dikemukakan oleh Yule.


(18)

3.2 Sumber Penelitian 3.2.1. Sumber Data

Sumber data tertulis dalam penelitian ini yaitu novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye yang diterbitkan oleh PT. Gramedia Pustaka Utama tahun 2013. Menurut Lofland dan Lofland (Moleong, 2010, hlm. 157) “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain”.

3.2.2 Data

Data dalam penelitian ini yaitu data dari bahan tertulis yang berupa kata, ungkapan atau dialog yang digambarkan pada novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tere Liye. Ini sesuai dengan yang dikatakan Moleong (2010, hlm.11) bahwa salah satu ciri karakteristik penelitian kualitatif yaitu data deskritif, adalah data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Jadi data yang diambil dalam penelitian ini adalah kata-kata atau ujaran yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk yang akan dianalisis memakai praanggapan Yule.

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu mempergunakan buku-buku dan artikel guna mencari hal-hal yang berkaitan dengan analisis praanggapan sebagai pedoman bagi penelitian ini. Maka guna mendapatkan data yang akurat maka peneliti menggunakan studi dokumen.

Studi dokumen

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 329) studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari sesorang. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan harian,


(19)

sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, dan kebijaksanaan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto dan studio. Dokumen yang berbentuk karya merupakan karya seni yang berupa gambar, patung, film, sketsa, dan lain-lain.

Dalam penelitian ini, dokumen yang dimaksud adalah dokumen yang berbentuk tulisan berupa cerita, hasil karya monumental seseorang. Jadi dokumen dalam penelitian ini adalah novel Negeri di Ujung Tanduk karya Tele Liye.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif menurut Moleong (2010, hlm. 248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Di pihak lain, analisis data kualitatif menurut Seiddel (dalam Moleong, 2010, hlm.248) prosesnya berjalan sebagai berikut:

 mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri;

 mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya;

 berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik content analysis atau kajian isi. Weber (dalam Moleong, 2010, hlm. 220) menyatakan

bahwa, “kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan

seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang shahih dari sebuah


(20)

2010, hlm. 220), menyebutkan pengertian kajian isi yaitu “Teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, yang dilakukan secara objektif dan sistematis”. Berasal dari pemahaman pendapat di atas maka peneliti menitikberatkan bahwa kajian isi sesuai digunakan dalam penelitian ini.

Langkah-langkah dari teknik pengolahan data menjadi proses panjang dari penelitian guna mendapatkan data secara tepat dan baik. Berikut ini langkah-langkah yang peneliti lakukan.

a) Mengidentifikasi kalimat yang mengandung praanggapan dari novel Negeri di Ujung Tanduk.

b) Memberi tanda pada kalimat-kalimat yang mengandung praanggapan tersebut.

c) Memasukkan kalimat-kalimat yang berpraanggapan ke dalam tabel. d) Menganalisis kalimat-kalimat tersebut berdasarkan teori praanggapan

yang dikemukan oleh Yule.

e) Menghitung setiap hal yang dianalisis berdasarkan jenis dan jumlahnya. f) Menyimpulkan hasil kalimat yang mengandung praanggapan.

3.4.2 Instrumen Penelitian

Nasution (dalam Sugiyono, 2009, hlm. 223) mengatakan bahwa, dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Sebab menurutnya segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Maka masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatunya masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu dilakukan. Keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu menjadikannya tidak memiliki pilihan lain selain peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapai hasil penelitian. Dengan demikian penelitian ini pun menempatkan peneliti sebagai instrumen utamanya dibantu dengan


(21)

instrumen lain agar fokus permasalahan dalam penelitian menjadi jelas dan terarah.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabel kerja analisis praanggapan, tabel rekapitulasi data praanggapan dan tabel persentase praanggapan. Alasan memilih instrumen ini ialah untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data. Berikut adalah format tabel-tabel yang dimaksud.

3.4.2.1 Tabel Kerja Analisis Pranggapan.

No. Halaman Ujaran

Episode Novel

Konteks Ujaran Praanggapan

PE PF PNF PL PS PKF

Tabel kerja analisis praanggapan ini berfungsi untuk mengumpulkan data praanggapan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk. data yang dimasukkan berupa ujaran-ujaran yang mengandung praanggapan. Berikut penjelasan tabel di atas.

1. Kolom nomor diisi dengan urutan data;

2. Kolom halaman ujaran diisi dengan halaman ujaran yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk;

3. Kolom episode novel diisi dengan episode/babak yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk;

4. Kolom konteks diisi dengan konteks/situasi yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk;

5. Kolom ujaran diisi dengan ujaran-ujaran yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk, jika ujaran tersebut teridentifikasi ke dalam


(22)

salah satu jenis praanggapan, maka kata/frasa/kalimat tersebut peneliti tandai dengan memberikan tanda cetak tebal;

6. Kolom Praanggapan diisi dengan tanda ceklis ( √ ) jika ujaran yang ditemukan mengandung salah satu jenis praanggapan. Jenis-jenis praanggapan tersebut adalah.

PE : Praanggapan Eksistensial PF : Praanggapan Faktif PNF : Praanggapan Nonfaktif PL : Praanggapan Leksikal PS : Praanggapan Struktural PKF : Praanggapan Konterfaktual

3.4.2.2 Tabel Rekapitulasi Data Pranggapan.

No. Nama konteks

Praanggapan Jumlah per

konteks

PE PF PNF PL PS PKF

K1 K2 dst Total

Tabel rekapitulasi data praanggapan ini berfungsi untuk mengetahu jumlah dari masing-masing jenis praanggapan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk. Berikut penjelasannya.

1. Kolom nomor diisi dengan urutan data

2. Kolom nama konteks diisi dengan konteks yang terdapat dalam novel. Jumlah keseluruhan konteks yang terdapat dalam novel sebanyak 77 buah, namun tidak semua konteks teridentifikasi praanggapannya, maka peneliti hanya memasukkan konteks-konteks yang teridentifikasi memiliki jenis praanggapannya. Masing-masing konteks itu peneliti


(23)

berikan kode K1, K2, K3 hingga K77, arti dari kode ini adalah K1 berarti Konteks pertama yang ada dalam novel, K2 berarti konteks kedua yang ada dalam novel, begitu seterusnya hingga konteks terakhir yang memiliki praanggapan.

3. Kolom praanggapan diisi dengan jumlah masing-masing jenis praanggapan yang terdapat dalam novel. Jenis-jenis praanggapan tersebut yaitu;

PE : Praanggapan Eksistensial PF : Praanggapan Faktif PNF : Praanggapan Nonfaktif PL : Praanggapan Leksikal PS : Praanggapan Struktural PKF : Praanggapan Konterfaktual

4. Kolom jumlah per konteks diisi dengan jumlah masing-masing praanggapan yang terdapat dalam setiap konteks.

5. Kolom total diisi dengan jumlah keseluruhan praanggapan yang terdapat dalam novel.

3.4.2.3 Tabel Persentase Praanggapan

Tabel berikutnya ialah format tabel persentase. Tabel ini digunakan setelah merekapitulasi jumlah masing-masing praanggapan dalam setiap konteksny. Tabel ini berisi hasil persentase dari jumlah data yang didapat.

Jenis

Praanggapan Jumlah Data Persentase

Eksistensial Faktif Nonfaktif Leksikal


(24)

Struktural Konterfaktual

Total

Cara penggunaan tabel;

1. Kolom jenis praanggapan diisi dengan jenis-jenis praanggapan; 2. Kolom jumlah data diisi dengan jumlah keseluruhan praanggapan

yang terdapat dalam novel; 3. Kolom persentase diisi dengan

4. baris terakhir dalam tabel yang bertuliskan Total di kolom jenis praanggapan diisi dengan hasil jumlah keseluruhan data

praanggapan, sedangkan untuk baris terakhir kolom persentase, diisi dengan hasil jumlah keseluruhan persentase praanggapan.

3.4.3 Pedoman Analisis Praanggapan

Untuk menemukan dan mengidentifikasikan kalimat yang mengandung praanggapan, berikut pedoman yang peneliti gunakan.

1. Praanggapan Eksistensial

Praanggapan eksistensial adalah praanggapan yang mengasosiasikan adanya suatu keberadaan. Penyebab praanggapan ini tidak hanya diasumsikan terdapat dalam susunan posesif (misalnya:

„Mobil Anda‟ berarti „Anda punya Mobil‟) tetapi juga lebih umum dalam

frasa nomina tertentu. Dalam pemakaian pembicara diasumsikan terlibat dalam hal-hal yang disebutkan.

Contoh:


(25)

Contoh tersebut mengandung praanggapan eksistensial yaitu ada sebuah Yacht. Frasa nomina „yacht itu‟ mempraanggapan keberadaan sebuah yacht di suatu tempat.

2. Praanggapan Faktif (PF)

Praanggapan faktif merupakan praanggapan yang mengikuti kata kerja yang dapat dianggap sebagai suatu kenyataan. Sejumlah kata kerja

seperti „tahu‟, „menyadari‟, dan „sadar‟ memiliki praanggapan faktif.

Contoh:

 Maggie : “Tidak selalu. Kami tidak hanya menulis berita sesuai fakta yang ada. Secara prinsip demikian, tapi kenyataannya, kami selalu bisa memasukkan opini

di dalam berita tersebut.Thomas sudah memberikan opininya. Kita telah mendengarnya. Pendapatnya jelas tidak relevan karena dia berkepentingan, tapi boleh jadi memiliki kebenaran. Aku juga berhak memiliki opini, dan aku memilih memercayai Thomas. Terlalu naïf jika penangkapan ini tidak ada kaitannya dengan konvensi partai. Kita semua bebas-bebas saja memiliki pendapat yang

berbeda.” (Liye, Tere, 2013, hlm. 142).

Tuturan tersebut mempraanggapan bahwa pada kenyataannya seorang wartawan selalu memasukkan opininya di dalam sebuah berita, dalam kasus ini, Maryam sebagai wartawan melakukan hal tersebut di atas.

3. Praanggapan Leksikal (PL)

Praanggapan leksikal merupakan praanggapan yang dalam pemakaian suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan lain (yang tidak dinyatakan) yang dipahami. Dalam Praanggapan leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil untuk mempraanggapkan sebuah konsep lain (tidak dinyatakan), sedangkan pada kasus praanggapan faktif,


(26)

pemakaian ungkapan khusus diambil untuk mempraanggapkan kebenaran informasi yang dinyatakan setelah itu.

Contoh:

 Theo : “Dalam lima hal, empat diantaranya dia memiliki kesamaan denganmu, Thomas. Namanya Lee―aku tidak tahu nama lengkapnya. Dia juga tidak terkalahkan. Penerus salah satu konglomerasi terbesar di Hong Kong. Pemilik banyak gedung dan bisnis properti di kawasan

Asia Pasifik, terutama Hong Kong dan Makau.” (Liye,

Tere, 2013, hlm.16).

Maksud dari kalimat ini menyatakan bahwa Lee „lawan main Thomas‟

adalah seorang petarung yang tidak pernah kalah ketika bertanding, artinya kejadiannya ini sudah terjadi di pertandingan-pertandingan sebelumnya dimana Lee selalu memenangkan pertandingan dan tidak pernah terkalahkan. Jadi tuturan yang dituturkan Theo di atas merupakan bentuk praanggapan leksikal.

4. Praanggapan Struktural (PS)

Dalam praanggapan struktural, struktur kalimat-kalimat telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Penutur diasumsikan dapat menggunakan struktur-struktur yang sedemikian untuk memperlakukan informasi seperti yang diprasangkakan dan dari sinilah kebenarannya dapat diterima oleh penutur.

Contoh:

 Maggie : “Baik, akan kukatakan demikian. Satu lagi, dan ini penting, Thomas, wartawan dari review mingguan politik itu kembali menghubungi, kapan kau ada

waktu untuk wawancara?” (Liye, Tere, 2013, hlm.


(27)

Kata tanya ‘kapan’ dalam tuturan tersebut mengasumsikan bentuk jawaban yang mengiringi praanggapan. Praanggapan ini dapat menuntun penutur untuk memercayai bahwa informasi yang diberikan itu benar, bukan sekedar praanggapan seseorang yang sedang bertanya. Jadi tuturan di atas termasuk ke dalam jenis praanggapan struktural karena tuturan tersebut sudah diasumsikan kebenarannya.

5. Praanggapan NonFaktif (PNF)

Praanggapan nonfaktif merupakan suatu praanggapan yang diasumsikan tidak benar. Kata-kata kerja seperti „bermimpi, membayangkan, dan berpura-pura‟ digunakan dengan praanggapan yang mengikutinya tidak benar.

Contoh:

 Thomas : “Kau bisa mengarang yang lebih baik lagi, Meg.

Aku sedang terapi kesehatan. Kau bisa bilang ekor

di pantatku tumbuh semakin panjang, misalnya.”

(Liye, Tere 2013, hlm. 24).

Kata mengarang dalam kutipan tersebut dapat diartikan sebagai sesuatu yang sebenarnya tidak pernah terjadi atau hanya angan-angan penutur saja yakni angan-angan tokoh Thomas yang menyuruh Maggie mengarang cerita kepada orang lain jika ada yang bertanya tentang dirinya. Jadi, tuturan di atas termasuk ke dalam jenis praanggapan nonfaktif karena tuturan tersebut merupakan asumsi yang tidak benar-benar terjadi.

6. Praanggapan Konterfaktual (PKF)

Praanggapan konterfaktual berarti bahwa apa yang dipraanggapkan bukan hanya tidak benar, melainkan kebaikan dari benar atau tidaknya dengan kenyataan.


(28)

Thomas : “Anda sepertinya lebih cocok menjadi motivator,

atau guru, bahkan seorang juru selamat, bukan

seorang politikus.”

Penanya (wartawan) : “Eh, tidak cocok? Maksud Anda, Tuan Thomas?” (Liye, Tere, 2013, hlm. 26).

Kata ‘sepertinya’ di atas bertolak belakang dari kenyataan, artinya apa yang diucapkan Thomas di atas kenyataannya bertolak belakang dengan kondisi yang sebenarnya. Kenyataannya penanya yang bertanya bukanlah seorang motivator, guru, ataupun juru selamat melainkan ia seorang politikus sebab konferensi itu merupakan konferensi politik sehingga peserta yang hadirpun pastinya adalah orang-orang yang berkiprah dalam dunia politik. Jadi, kalimat tersebut untuk mempraanggapkan sesuatu yang tidak benar atau bertolak belakang dari kenyataan


(29)

3.4.4 Alur Penelitian

Tahapan penelitian berikut ini akan menuntun peneliti untuk melakukan penelitian. Maka, untuk lebih jelas berikut ini adalah deskripsi tahapan atau alur dalam penelitian ini.

Fenomena Awal: adanya ketidaktepatan penggunaan bahasa yang

Fokus Masalah: Novel

Negeri di Ujung Tanduk

yang akan dianalisis

Perumusan Masalah: (1) Jenis PA apa sajakah yang terdapat dalam novel NdUT?, (2) Bagaimana hasil

PA dalam novel NdUT?, (3) Bagaimana penyajian bahan dan Pengumpulan

Analisis Data: kajian isi

Penggunaan Tabel Kerja Analisis dan

Rekapitulasi Data

Pembuatan Bahan Ajar

Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi


(30)

BAB 5

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai simpulan yang merupakan jawaban dari semua rumusan masalah. Adapun rumusan masalahnya dijawab tetap berkaitan dengan hasil penelitian yang telah didapatkan. Selain itu, akan dipaparkan juga mengenai implikasi dan rekomendasi dari penelitian yang telah dilakukan. Maka, untuk lebih jelasnya, berikut ini pemaparan secara rinci dari bab 5.

6.1 Simpulan

Simpulan ini dibuat setelah melalui proses penelitian yang mencakup data dan hasil pengolahan data. Namun, simpulan juga tidak akan terlepas dari penyampaian permasalahan dalam penelitian yang ditujukan untuk dirumuskan jawaban dari permasalahan tersebut. Untuk itu, isi simpulan berkaitan erat dengan setiap pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah penelitian. Maka, berikut ini akan dipaparkan simpulan dalam penelitian ini berdasarkan isi rumusan masalah.

6.1.1 Jenis Praanggapan yang Terdapat dalam Novel Negeri di Ujung Tanduk

Setelah melakukan pengumpulan data, peneliti menemukan beberapa jenis praanggapan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk. Novel ini memuat semua jenis praanggapan yang tersebar di masing-masing bagian ceritanya. Jenis-jenis praanggapan yang terdapat pada novel Negeri di Ujung Tanduk mencakup praanggapan eksistensial, faktif, nonfaktif, leksikal, struktur, dan konterfaktual. Jadi, sesuai dengan penjelasan jenis praanggapan pada bab 2, dalam novel Negeri di Ujung Tanduk telah mencakup semua jenis praanggapan.


(31)

6.1.2 Praanggapan dalam novel Negeri di Ujung Tanduk

Setelah melakukan pengumpulan data dan analisis data, peneliti mengetahui bagaimana praanggapan yang terdapat dalam Negeri di Ujung Tanduk. Praanggapan yang terdapat dalam novel ini berjumlah 56 buah, yakni 7 buah praanggapan eksistensial. Praanggapan eksistensial adalah praanggapan yang mengasosiasikan adanya suatu keberadaan. Penyebab praanggapan ini tidak hanya diasumsikan terdapat dalam susunan posesif (misalnya: ‘Mobil Anda’ berarti ‘Anda punya Mobil’) tetapi juga lebih umum dalam frasa nomina tertentu. Dalam pemakaian pembicara diasumsikan terlibat dalam hal-hal yang disebutkan. Selain praanggapan eksistensial, penulis menemukan 14 buah praanggapan faktif. Praanggapan faktif merupakan praanggapan yang mengikuti kata kerja yang dapat dianggap sebagai suatu kenyataan. Sejumlah kata kerja seperti ‘tahu’, ‘menyadari’, dan ‘sadar’ memiliki praanggapan faktif.

Praanggapan berikutnya yang ditemukan adalah 9 buah praanggapan nonfaktif. Praanggapan non faktif merupakan suatu praanggapan yang diasumsikan tidak benar. Kata-kata kerja seperti ‘bermimpi, membayangkan, dan berpura-pura’ digunakan dengan praanggapan yang mengikutinya tidak benar. Kemudian ada 9 buah praanggapan leksikal. Praanggapan leksikal merupakan praanggapan yang dalam pemakaian suatu bentuk dengan makna yang dinyatakan secara konvensional ditafsirkan dengan praanggapan lain (yang tidak dinyatakan) yang dipahami. Dalam Praanggapan leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil untuk mempraanggapkan sebuah konsep lain (tidak dinyatakan), sedangkan pada kasus praanggapan faktif, pemakaian ungkapan khusus diambil untuk mempraanggapkan kebenaran informasi yang dinyatakan setelah itu.

Jenis praanggapan yang ditemukan berikutnya adalah praanggapan struktural sebanyak 5 buah. Dalam praanggapan struktural, struktur kalimat-kalimat telah dianalisis sebagai praanggapan secara tetap dan konvensional bahwa bagian struktur itu sudah diasumsikan kebenarannya. Penutur diasumsikan dapat menggunakan struktur-struktur yang sedemikian untuk memperlakukan informasi seperti yang diprasangkakan dan dari sinilah


(32)

kebenarannya dapat diterima oleh penutur. Praanggapan terakhir yang ditemukan adalah praanggapan konterfaktual sebanyak 12 buah. Praanggapan konterfaktual berarti bahwa apa yang dipraanggapkan bukan hanya tidak benar, melainkan kebaikan dari benar atau tidaknya dengan kenyataan. Praanggapan yang berjumlah sebanyak 56 ini tersebar di berbagai bagian cerita novel. Dengan demikian, praanggapan yang paling banyak digunakan oleh dalam novel Negeri di Ujung Tanduk ialah praanggapan faktif, yakni praanggapan yang sesuai dengan fakta atau apa adanya. Jadi, novel ini diangkat oleh penulisnya berdasarkan fakta dan kondisi yang terjadi di negeri ini.

6.1.3 Penyajian bahan dan kegiatan pembelajaran menulis teks eksposisi untuk SMA berdasarkan hasil penelitian

Penyajian bahan ajar yang disajikan dalam penelitian ini merupakan pemanfaatan hasil penelitian. Sesuai dengan judul penelitiannya, maka bahan ajar yang disajikan berupa bahan ajar menulis artikel berwawasan politik. Dalam bahan ajar ini, peneliti memfokuskan pada bentuk modul yang ditujukan untuk siswa kelas X SMA . Modul ini dirancang sesuai dengan silabus bahasa Indoneisa yang terdapat pada kurikulum 2013. Oleh sebab itu, modul bahasa Indonesia yang disajikan dalam penelitian ini telah melalui proses penyesuaian dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang dibutuhkan pada pembelajaran bahasa Indonesia.

Selain itu, modul yang disajikan mencakup isi dari analisis data dalam penelitian ini, yakni praanggapan. Namun, karena tujuan akhir dari penelitian ini ialah membuat bahan dan kegiatan pembelajaran menulis teks eksposisi, maka modul yang disajikan juga tetap memuat pemaparan tentang teks eksposisi. Teori tentang teks eksposisi yang dipaparkan berfungsi untuk mengarahkan siswa dalam pembuatan artikel. Jadi, praanggapan yang dicantumkan dalam modul ini, disisipkan sebagai bagian dari unsur sebuah teks eksposisi.


(33)

6.2 Implikasi

Penelitian ini dapat diimplikasikan untuk dijadikan sebagai materi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, khususnya kelas X. Dengan pemaparan praanggapan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk akan memperluas pengetahuan siswa tentang bahasa sebagai perantara dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan dalam penelitian ini memfokuskan pembahasan tentang praanggapan yang hadir di tengah-tengah tuturan dua orang atau lebih. Siswa diajak untuk memahami tentang praangapan yang muncul dalam sebuah teks yang berbasis pemaparan atau eksposisi. Teks ini yang sebenarnya telah dimodifikasi dari pengutipan tek-teks dalam novel Negeri di Ujung Tanduk. Dengan demikian, secara tidak langsung siswa dapat memahami konsep praanggapan yang sudah dikemas dalam bentuk teks eksposisi.

Selain itu, materi yang terangkum dalam bahan ajar dihasilkan sebagai sebuah pemanfaatan dari hasil penelitian. Hasil penelitian yang berupa data-data tentang praanggapan pada bab 4 bagian analisis, menjadi sebuah konsep yang terangkum pada bentuk teks eksposisi yang lebih dikenal siswa sebagai salah satu materi bahasa Indonesia. Khususnya dalam kurikulum 2013, bahan ajar dibuat dengan tetap memerhatikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang sesuai untuk siswa kelas X SMA. Materi yang disajikan dalam bahan ajar tidak mencakup praanggapan berbentuk teks eksposisi.

6.3 Rekomendasi

Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk guru Bahasa Indonesia agar dapat lebih kreatif dan inovatif lagi dalam mengembangkan bahan ajar yang akan disajikan. Guru dapat memanfaatkan bahan ajar yang dibuat peneliti sebagai acuan agar mampu mengarahkan siswa untuk fokus dalam memahami setiap materi yang diajarkan. Bahkan, guru juga berkesempatan menggali pengetahuannya tentang teks eksposisi yang disusun dari praanggapan sesuai dengan unsur sebuah teks eksposisi pada umumnya. Dengan demikian, anak didik dapat menambah wawasannya mengenai jenis teks eksposisi.


(34)

Selain itu, penelitian ini juga direkomendasikan untuk pengelola lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang tidak hanya bergerak di bidang pendidikan formal, tetapi juga nonformal dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan yang baik dalam menyampaikan materi ajar. Melalui penyampaian materi yang kaya akan wawasan-wawasan baru, dihasilkan dari sumber yang berbeda dapat menjadi upaya penyegaran bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan lembaganya. Akan tetapi, upaya ini juga tetap memerhatikan kesesuaian materi yang dibutuhkan siswa sebagai penerima pengetahuan. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber penunjang pengembangan sebuah lembaga pendidikan sehingga bermanfaat bagi pengembangan daya cipta anak didik.


(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Achmad H. P. (1998). Wacana bahasa Indonesia: suatu pengantar. Jakarta: IKIP.

Affandi, I. (2011). Pendidikan politik. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Akhadiah, S. Dkk. (1993). Pembinaan kemampuan menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah, A., dan Senny S.A. (2005). Pokoknya menulis. Bandung: PT Kiblat Buku Utama

Aziez, F. (2010). Menganalisis fiksi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Brown, H.D. (2008). Prinsip pembelajaran dan pengajaran bahasa. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Cahyono, B.Y. (1995). Kristal-kristal ilmu bahasa. Surabaya: Airlangga University.

Chaer, A. (1994). Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. (2010). Kesantunan berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta

Chaniago, S.M, dkk. (1997). Pragmatik. Jakarta: Depdikbud.

Chaniago, S.M, dkk. (2007). Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Djajasudarma, F. (1994). Wacana: pemahaman dan hubungan antarunsur. Bandung: Eresco.

Djajasudarma, F. (1999). Semantik I. Pengantar ke arah ilmu makna. Bandung: Refika.


(36)

Fuadin, A. (2014). Pembelajaran menulis teks eksposisi melalui model induktif kata bergambar berorientasi wawasan kebudayaan nusantara. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Gie, T.L. (1992). Pengantar dunia karang-mengarang. Yogyakarta: Liberty.

Ibrahim, A.S. (1993). Kajian tindak tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Jauhari, H. (2013). Terampil mengarang: dari persiapan hingga presentasi, dari karangan ilmiah hingga sastra. Bandung: Nuansa Cendikia.

Keraf, G. (1986). Eksposisi dan deskripsi. Ende: Nusa Indah.

Keraf, G. (2000). Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia.

Kosasih, E. (2010). Sistem pengajaran modul pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Bandung: Genesindo.

Kosasih, E. (2013). Cerdas berbahasa Indonesia: untuk SMA/MA kelad X kelompok wajib. Jakarta: Erlangga.

Kridalaksana, H. (1985). Tata bahasa deskrptif bahasa Indonesia: sintaksis, Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Liye, T. (2013). Negeri di ujung tanduk. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Lubis, A.H. (1993). Analisis wacana pragmatik. Bandung: Angkasa.

Moleong, L.J. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2010). Text book writing: dasar-dasar pemahaman, penulisan, dan pemakaian buku teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nababan, P.W.J. (1987). Ilmu pragmatik teori dan penerapannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(37)

Nurgiantoro, B. (1995). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Nurgiyantoro, B. (2009). Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra. Yogyakarta: BPFE.

Parera, J.D. (1991). Teori semantik. Jakarta: Erlangga.

Purwo, B.K. (1990). Pragmatik dan pengajaran bahasa. Yogyakarta: Kanisius.

Prastowo, A. (2013). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif, menciptakan metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.

Rakhmat, J. (1992). Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan sastra dalam gamitan pendidikan. Bandung: CV Diponegoro.

Sanjaya, W. (2012). Media komunikasi pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Sapta, A. (2009). Pengembangan bahan ajar. http://andy-sapta.blogspot.com

Schiffrin, D. (1994). Ancangan kajian wacana. Diterjemahkan oleh Unang, Suntari, dkk. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Schunk. H.D. (2012). Learning theories and educational perspective: teori-teori pembelajaran perspektif pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, A. (2007). Dasar-dasar keterampilan menulis. Bandung: Angkasa.

Sitepu, A. (2012). Studi ilmu politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta..


(38)

Syamsudin, dan Damayanti, V. (2006). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syarif, E. , Zulkarnaini, dan Sumarno. (2009). Pembelajaran menulis. Jakarta: PPPPTK Bahasa.

Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. (2009). Pengajaran pragmatik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Penyusun. (2005). Kamus besar bahasa Indonesia: cetakan ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Wellek dan Warren. (1989). Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Wijana, I.D.P. (1996). Dasar-dasar pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.

Yule, G. (1996). Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Yule, George. (2006). Pragmatik. Diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(1)

6.2 Implikasi

Penelitian ini dapat diimplikasikan untuk dijadikan sebagai materi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA, khususnya kelas X. Dengan pemaparan praanggapan yang terdapat dalam novel Negeri di Ujung Tanduk akan memperluas pengetahuan siswa tentang bahasa sebagai perantara dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan dalam penelitian ini memfokuskan pembahasan tentang praanggapan yang hadir di tengah-tengah tuturan dua orang atau lebih. Siswa diajak untuk memahami tentang praangapan yang muncul dalam sebuah teks yang berbasis pemaparan atau eksposisi. Teks ini yang sebenarnya telah dimodifikasi dari pengutipan tek-teks dalam novel Negeri di Ujung Tanduk. Dengan demikian, secara tidak langsung siswa dapat memahami konsep praanggapan yang sudah dikemas dalam bentuk teks eksposisi.

Selain itu, materi yang terangkum dalam bahan ajar dihasilkan sebagai sebuah pemanfaatan dari hasil penelitian. Hasil penelitian yang berupa data-data tentang praanggapan pada bab 4 bagian analisis, menjadi sebuah konsep yang terangkum pada bentuk teks eksposisi yang lebih dikenal siswa sebagai salah satu materi bahasa Indonesia. Khususnya dalam kurikulum 2013, bahan ajar dibuat dengan tetap memerhatikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang sesuai untuk siswa kelas X SMA. Materi yang disajikan dalam bahan ajar tidak mencakup praanggapan berbentuk teks eksposisi.

6.3 Rekomendasi

Hasil penelitian ini direkomendasikan untuk guru Bahasa Indonesia agar dapat lebih kreatif dan inovatif lagi dalam mengembangkan bahan ajar yang akan disajikan. Guru dapat memanfaatkan bahan ajar yang dibuat peneliti sebagai acuan agar mampu mengarahkan siswa untuk fokus dalam memahami setiap materi yang diajarkan. Bahkan, guru juga berkesempatan menggali pengetahuannya tentang teks eksposisi yang disusun dari praanggapan sesuai dengan unsur sebuah teks eksposisi pada umumnya. Dengan demikian, anak didik dapat menambah wawasannya mengenai jenis teks eksposisi.


(2)

Selain itu, penelitian ini juga direkomendasikan untuk pengelola lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang tidak hanya bergerak di bidang pendidikan formal, tetapi juga nonformal dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan yang baik dalam menyampaikan materi ajar. Melalui penyampaian materi yang kaya akan wawasan-wawasan baru, dihasilkan dari sumber yang berbeda dapat menjadi upaya penyegaran bagi lembaga pendidikan untuk mengembangkan lembaganya. Akan tetapi, upaya ini juga tetap memerhatikan kesesuaian materi yang dibutuhkan siswa sebagai penerima pengetahuan. Oleh sebab itu, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber penunjang pengembangan sebuah lembaga pendidikan sehingga bermanfaat bagi pengembangan daya cipta anak didik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama.

Achmad H. P. (1998). Wacana bahasa Indonesia: suatu pengantar. Jakarta: IKIP. Affandi, I. (2011). Pendidikan politik. Bandung: Universitas Pendidikan

Indonesia.

Akhadiah, S. Dkk. (1993). Pembinaan kemampuan menulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwasilah, A., dan Senny S.A. (2005). Pokoknya menulis. Bandung: PT Kiblat Buku Utama

Aziez, F. (2010). Menganalisis fiksi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Brown, H.D. (2008). Prinsip pembelajaran dan pengajaran bahasa. Jakarta: Kedutaan Besar Amerika Serikat.

Cahyono, B.Y. (1995). Kristal-kristal ilmu bahasa. Surabaya: Airlangga University.

Chaer, A. (1994). Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A. (2010). Kesantunan berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta Chaniago, S.M, dkk. (1997). Pragmatik. Jakarta: Depdikbud.

Chaniago, S.M, dkk. (2007). Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka.

Djajasudarma, F. (1994). Wacana: pemahaman dan hubungan antarunsur. Bandung: Eresco.

Djajasudarma, F. (1999). Semantik I. Pengantar ke arah ilmu makna. Bandung: Refika.


(4)

Fuadin, A. (2014). Pembelajaran menulis teks eksposisi melalui model induktif

kata bergambar berorientasi wawasan kebudayaan nusantara. (Tesis).

Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Gie, T.L. (1992). Pengantar dunia karang-mengarang. Yogyakarta: Liberty. Ibrahim, A.S. (1993). Kajian tindak tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Jauhari, H. (2013). Terampil mengarang: dari persiapan hingga presentasi, dari

karangan ilmiah hingga sastra. Bandung: Nuansa Cendikia.

Keraf, G. (1986). Eksposisi dan deskripsi. Ende: Nusa Indah. Keraf, G. (2000). Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia.

Kosasih, E. (2010). Sistem pengajaran modul pada mata pelajaran bahasa

Indonesia. Bandung: Genesindo.

Kosasih, E. (2013). Cerdas berbahasa Indonesia: untuk SMA/MA kelad X

kelompok wajib. Jakarta: Erlangga.

Kridalaksana, H. (1985). Tata bahasa deskrptif bahasa Indonesia: sintaksis, Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Liye, T. (2013). Negeri di ujung tanduk. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Lubis, A.H. (1993). Analisis wacana pragmatik. Bandung: Angkasa.

Moleong, L.J. (2002). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2010). Text book writing: dasar-dasar pemahaman, penulisan, dan

pemakaian buku teks. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nababan, P.W.J. (1987). Ilmu pragmatik teori dan penerapannya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(5)

Nurgiantoro, B. (1995). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University.

Nurgiyantoro, B. (2009). Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra. Yogyakarta: BPFE.

Parera, J.D. (1991). Teori semantik. Jakarta: Erlangga.

Purwo, B.K. (1990). Pragmatik dan pengajaran bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Prastowo, A. (2013). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif, menciptakan

metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Yogyakarta: Diva

Press.

Rakhmat, J. (1992). Psikologi komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan sastra dalam gamitan pendidikan. Bandung: CV

Diponegoro.

Sanjaya, W. (2012). Media komunikasi pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.

Sapta, A. (2009). Pengembangan bahan ajar. http://andy-sapta.blogspot.com

Schiffrin, D. (1994). Ancangan kajian wacana. Diterjemahkan oleh Unang, Suntari, dkk. 2007. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Schunk. H.D. (2012). Learning theories and educational perspective: teori-teori

pembelajaran perspektif pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Semi, A. (2007). Dasar-dasar keterampilan menulis. Bandung: Angkasa. Sitepu, A. (2012). Studi ilmu politik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2014). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta..


(6)

Syamsudin, dan Damayanti, V. (2006). Metode penelitian pendidikan bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syarif, E. , Zulkarnaini, dan Sumarno. (2009). Pembelajaran menulis. Jakarta: PPPPTK Bahasa.

Tarigan, H.G. (2008). Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. (2009). Pengajaran pragmatik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Tim Penyusun. (2005). Kamus besar bahasa Indonesia: cetakan ketiga. Jakarta:

Balai Pustaka.

Wellek dan Warren. (1989). Teori kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Wijana, I.D.P. (1996). Dasar-dasar pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Yule, G. (1996). Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Yule, George. (2006). Pragmatik. Diterjemahkan oleh Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Dokumen yang terkait

PERMASALAHAN SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG Permasalahan Sosial Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 14

PERMASALAHAN SOSIAL DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG Permasalahan Sosial Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 2 13

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA Diksi Dan Citraan Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 2 12

PENDAHULUAN Diksi Dan Citraan Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 18 7

DIKSI DAN CITRAAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: KAJIAN STILISTIKA DAN IMPLEMENTASINYA Diksi Dan Citraan Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Kajian Stilistika Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Sastra Di SMA.

0 1 23

KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Konflik Politik Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pengajaran Sastra Di SMA.

0 0 13

KONFLIK POLITIK DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Konflik Politik Dalam Novel Negeri Di Ujung Tanduk Karya Tere Liye: Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pengajaran Sastra Di SMA.

0 2 15

Kritik sosial dalam novel Negeri di Ujung Tanduk karya Darwis Tere Liye : analisis semiotik model Roland Barthes dalam novel Negeri di Ujung Tanduk.

3 12 146

ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI | Setiawati | Jurnal Penelitian Pendidikan 19783 1 SM

0 1 7

NILAI-NILAI HUMANISME DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK KARYA TERE LIYE

0 5 13