PENGEMBANGAN KONTEN IPA ADAPTIF UNTUK MENUNJANG KOMPETENSI KEAHLIAN PESERTA DIDIK SMK.

(1)

PENGEMBANGAN KONTEN IPA ADAPTIF

UNTUK MENUNJANG KOMPETENSI KEAHLIAN

PESERTA DIDIK SMK

(STUDI PENGEMBANGAN KONTEN IPA ADAPTIF KOMPETENSI KEAHLIAN JASA BOGA)

DISERTASI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pendidikan IPA

Oleh TRI CAHYANTO

NIM 1007051

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2014


(2)

PENGEMBANGAN KONTEN IPA ADAPTIF

UNTUK MENUNJANG KOMPETENSI KEAHLIAN

PESERTA DIDIK SMK

(STUDI PENGEMBANGAN KONTEN IPA ADAPTIF KOMPETENSI KEAHLIAN JASA BOGA)

Oleh Tri Cahyanto

S.Pd Universitas Pasundan Bandung, 2004 M.Si Institut Teknologi Bandung, 2007

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (Dr.) pada Sekolah Pascasarjana

© Tri Cahyanto 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Disertasi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

THE DEVELOPMENT OF ADAPTIVE SCIENCE CONTENT TO SUPPORT THE STUDENTS COMPETENCE IN

SECONDARY VOCATIONAL SCHOOL (SMK)

(STUDY ON THE DEVELOPMENT OF ADAPTIVE SCIENCE CONTENT FOR SMK STUDENT IN CULLINARY COMPETENCE)

Tri Cahyanto (NIM.1007051)

ABSTRACT

Science in vocational school (SMK, includes Culinary SMK) is a compulsory subject with the aim to develop an understanding science and the ability to support vocational competence. In fact, nowadays learning science is being a burden for students in SMK, because they feel it doesn’t support the vocational competencies. The less benefit of learning science as adaptive subjects is caused by several factors, including the irrelevant science content to the goals of SMK education and it doesn’t meet the needs of productive subjects. Content that is referred to this research means the knowledge and skills those should be learned by the students include scientific concepts and its relation, its application in technology, methods and scientific investigation processes. The aims of this study was finding the process and product of development of content science adaptive to support competency skills of SMK students. The method used was the education research and development includes steps; (1) Preliminary study; (2) Planning; (3) Development; and (4) Testing. The products of research were a guide/Steps for developing science adaptive content, Science content for Culinary SMK, syllabus, lesson plans, teaching materials, worksheets and evaluation set for science subject in Culinary SMK. The preliminary research shows that science teachers, productive subject teachers, and students expected that content of science subject can complemented the competence of vocational students. The steps of the development of science adaptive content were: analysis of adaptive vocational context, identification of selected science content, user confirmation, the development of competence standard and basic competence, and development of teaching materials. Moreover, the research shows that teachers could implement the teaching-learning science on using science adaptive content as a teaching-learning resources, according to lesson plan. One science teacher has implemented the lesson plan on using science adaptive content with good cathegory, meanwhile the two others with fairly good. The needs of meaningfull learning of science teachers, the need of productive teachers to the

science content that relevant to their subjects, and school’s facilities were some factors

those supported the successfull of content development. Science and productive teachers, as well as student showed good respond to this inovation. They really need the material teaching that was produced a s a resources to teach and to learn science in context related to their needs. By the implementation, it has also reveals that the use of science adaptive

materials showed good impact to enhance student’s achievements in all aspects, science

knowledge, scientific process skill, and attitude toward science. As the nurturant effect, the development and implementation of science adaptive materials gave good impact to the vocational competence of student as a whole.

Keywords : adaptive, development, content, science, secondary vocational schools (SMK), culinaryc


(5)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN KONTEN IPA ADAPTIF

UNTUK MENUNJANG KOMPETENSI KEAHLIAN PESERTA DIDIK SMK (STUDI PENGEMBANGAN KONTEN IPA ADAPTIF DI SMK DENGAN

KOMPETENSI KEAHLIAN JASA BOGA)

Tri Cahyanto (NIM.1007051)

ABSTRAK

Mata pelajaran IPA di SMK (termasuk SMK tata boga) merupakan mata pelajaran wajib dengan tujuan mengembangkan pemahaman dan kemampuan IPA untuk menunjang kompetensi kejuruan. Pada kenyataannya, mata pelajaan IPA menjadi beban bagi peserta didik di SMK karena tidak memberikan kebermaknaan terkait kompetensi kejuruan. Belum optimalnya fungsi mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran adaptif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya berkaitan konten IPA yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan SMK dan kebutuhan mata pelajaran produktif. Konten yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari atau harus dipelajari oleh peserta didik mencakup konsep-konsep ilmiah dan keterkaitannya, aplikasi dalam konteks teknologi, metode dan proses investigasi ilmiah. Tujuan dari penelitian ini yaitu menemukan proses dan produk pengembangan konten IPA adaptif terujicoba yang dapat menunjang kompetensi keahlian peserta didik SMK. Metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan pendidikan yang meliputi; (1) Studi pendahuluan; (2) Perencanaan; (3) Pengembangan; dan (4) Pengujian. Hasil penelitian dan pengembangan berupa panduan pengembangan konten IPA Adaptif , Konten IPA Adaptif, Silabus, RPP, Bahan Ajar, LKS dan Alat Evaluasi untuk pembelajaran IPA di SMK Kompetensi Keahlian Jata Boga. Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa Guru mata pelajaran IPA, guru mata pelajaran produktif dan peserta didik berharap konten IPA dapat disesuaikan dengan kebutuhan mata pelajaran produktif sehingga pembelajaran IPA memiliki kebermaknaan untuk menunjang kompetensi peserta didik. Tahapan pengembangan konten IPA adaptif SMK meliputi analisis konteks, identifikasi konten IPA terpilih, konfirmasi pengguna, pengembangan SK/KD, dan pengembangan perangkat pembelajaran. Hasil penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa guru mata pelajaran IPA dapat mengimplementasikan pembelajaran dengan konten IPA adaptif sebagai bahan/sumber belajar sesuai dengan rencana penelitian dengan hasil yang cukup baik untuk dua SMK dan satu SMK dalam ketegori baik. Faktor-faktor pendukung dalam pengembangan konten IPA adaptif SMK yaitu kebutuhan guru IPA terhadap mata pelajaran IPA yang bermakna, keinginan guru produktif agar mata pelajaran IPA dapat mendukung mata pelajarannya. Selain itu, banyaknya materi IPA dalam mata pelajaran produktif yang dapat mendukung kompetensi keahlian jasa boga, dan sarana belajar peserta didik juga merupakan faktor pendukung keberhasilan implementasi konten IPA. Lebih lanjut terungkap bahwa peserta didik memberikan sikap positif terhadap pembelajaran dengan konten IPA adaptif SMK dalam pembelajaran IPA sebagai satu sumber belajar yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Guru mata pelajaran IPA maupun guru mata pelajaran produktif memberikan respon positif terhadap keberadaan konten IPA adaptif sebagai sumber belajar dan sangat merasakan manfaatnya dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Terakhir, hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan konten IPA adaptif SMK sebagai sumber belajar mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada aspek pengetahuan dan sikap maupun keterampilan ilmiah. Sebagai efek sampingnya,


(6)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan konten IPA adaptif menunjang kompetensi keahlian peserta didik SMK Kompetensi Keahlian Jata Boga.


(7)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMA KASIH... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian... 9

C. Rumusan Masalah Penelitian... 10

D. Tujuan Penelitian... 11

E. Manfaat Penelitian... 11

F. Definisi Operasional... 12

G. Sistematika Penulisan... 13

BAB II PENGEMBANGAN KONTEN IPA ADAPTIF SMK UNTUK MENDUKUNG PENCAPAIAN KOMPETENSI MATA PELAJARAN PRODUKTIF... 14

A. Sekolah Menengah Kejuruan... 14

1. Pengertian Pendidikan Kejuruan... 14

2. Hakikat Pendidikan Kejuruan... 16

3. Karakteristik Pendidikan Kejuruan... 18

4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Kejuruan... 21

5. Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan... 23

6. Tinjauan Implementasi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan... 25

7. Standar Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan... 28

B. Pembelajaran IPA pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)... 35

1. Hakikat Pembelajaran IPA SMK... 35


(8)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA SMK... 48

4. Karakteristik Peserta Didik pada Jenjang Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)... 53

C. Program Pengembangan Konten IPA... 56

1. Konsep Program Pengembangan... 56

2. Konten IPA... 58

3. Pendekatan Pengembangan Konten... 63

4. Desain Program Pengembangan Konten IPA SMK... 68

D. Hasil Penelitian yang Relevan... 73

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 76

A. Paradigma Penelitian... 76

B. Metode Penelitian... 78

1. Studi Penduhuluan... 78

2. Perencanaan... 79

3. Pengembangan... 80

4. Pengujian... 80

C. Subjek dan Lokasi Penelitian... 82

D. Desain Penelitian... 84

E. Instrumen Penelitian... 87

F. Teknik Pengumpulan Data... 88

G. Teknik Validitas Instrumen... 90

1. Analisis Data Uji Coba... 90

2. Analisis Data Penelitian... 93

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 95

A. Studi pendahuluan... 95

1. Kajian Kurikulum IPA dan Mata Pelajaran Produktif... 95

2. Kajian Implementasi Pembelajaran IPA di SMK Kompetensi Keahlian Jasa Boga... 100

3. Kebutuhan Pengembangan Pembelajaran IPA SMK... 106

a. Persepsi Guru IPA Terhadap Mata Pelajaran IPA SMK... 106

b. Persepsi Guru Mata Pelajaran Produktif Terhadap Mata Pelajaran IPA di SMK... 111


(9)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Persepsi Peserta Didik SMK Terhadap Mata Pelajaran IPA... 119

B. Perencanaan... 125

1. Mengidentifikasi Keadaan dan Kebutuhan Mata Pelajaran Produktif... 125

2. Mengembangan Konten IPA Adaptif... 126

3. Mengidentifikasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Berdasarkan Standar Isi... 129

4. Mengembangkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar... 132

5. Mengembangkan Perangkat Pembelajaran... 133

6. Mengembangkan Bahan Ajar... 133

C. Pengembangan Program... 134

1. Validasi Program... 134

2. Uji Coba... 138

a. Penilaian terhadap Program Pengembangan Konten IPA... 141

b. Keterlaksanaan RPP Uji Coba... 143

D. Pengujian Program... 146

1. Keterlaksanaan RPP... 146

2. Hasil Belajar Peserta Didik... 148

3. Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran IPA... 161

4. Keunggulan... 162

5. Kelemahan... 164

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 163

A. Simpulan... 163

B. Saran... 164

Daftar Pustaka... 165


(10)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

2.1 Struktur Kurikulum SMK Kompetensi Keahlian Jasa Boga... 27

2.2 Tingkatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SMK... 30

2.3 Standar Kompetensi Lulusan SMK Kurikulum 2013... 35

2.4 Distribusi Mata Pelajaran IPA pada Bidang Keahlian (Kelompok) SMK... 43

2.5 Standar Konten Kelompok Mata Pelajaran IPA (IPA, Fisika, Kimia, Biologi) di SMK... 49

2.6 Standar Konten Menurut National Science Education Standards Untuk Sekolah Menengah (1996)... 51

2.7 Konten IPA Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah Kejuruan... 65

3.1 Nilai Akreditasi SMK A, B, C Sesuai 8 Standar Pendidikan... 82

3.2 Profil Guru IPA SMK A, B, dan C... 83

3.3 Hubungan Antara Data yang Diperlukan, Sumber Data, dan Instrumen Penelitian... 87

3.4 Data yang diperlukan, teknik dan alat pengumpulan data pada setiap tahapan penelitian... 89

4.1 Pemetaan Konten IPA Kelas XI SMK... 103

4.2 Implementasi Pembelajaran IPA... 105

4.3 Persepsi Guru IPA Terhadap Mata Pelajaran IPA Adaptif SMK... 107

4.4. Persepsi Guru Mata Pelajaran Produktif Terhadap Mata Pelajaran IPA... 112

4.5 Sikap Peserta Didik Terhadap Pembelajaran IPA yang sedang berlangsung sebelum pengembangan konten IPA... 122 4.6 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kompetensi Kehalian Jasa Boga yang Dikembangkan untuk Diujicobakan... 126 4.7 Konten IPA Sebelum dan Setelah Pengembangan... 127 4.8 Hasil Validasi Tiga Penilai Ahli Terhadap Program Pengembangan Konten


(11)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IPA... 135 4.9 Saran Perbaikan Instrumen Hasil Telaah Ahli... 137 4.10 Perbandingan Persepsi Guru IPA dan Mata Pelajaran Produktif Sebelum dan

Setelah Pengembangan Konten... 139 4.11 Penilaian Guru IPA dan Guru Produktif Terhadap Perangkat Program

Pengembangan Konten IPA SMK... 143 4.12 Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP yang Dikembangkan Berdasarkan Konten

IPA yang telah Disesuaikan Dengan Kebutuhan Mata Pelajaran

Produktif... 143 4.13 Tahapan Pengembangan Konten IPA SMK... 145 4.14 Rekapitulasi Keterlaksanaan RPP yang Dikembangkan Berdasarkan Konten

IPA yang telah Disesuikan Dengan Kebutuhan Produktif... 147 4.15 Penguasaan Materi IPA... 149 4.16. Analisis statistik peningkatan hasil belajar peserta didik... 149 4.17 Respon Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Menggunakan Konten IPA


(12)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

2.1 Hubungan Antara Komponen-Komponen Belajar Peserta Didik... 58

2.1 Kontinum Konten... 67

3.1 Paradigma Penelitian... 77

3.2 Desain R & D... 86

4.1 Hubungan Konten IPA Jenjang SD, SMP dan SMK... 96

4.2 Hubungan antara mata pelajaran IPA Adaptif dengan mata pelajaran produktif kompetensi keahlian jasa boga saat pembelajaran... 101

4.3 Pengetahuan Guru IPA Tentang SMK... 106

4.4 Distribusi Pemilihan Kompetensi Dasar oleh Guru mata pelajaran Produktif pada Dasar Kompetensi Kejuruan dan Kompetensi Kejuruan Jasa Boga yang Relevan dengan IPA... 114

4.5. Persepsi Awal Peserta Didik Terhadap SMK... 120

4.6 Persentase Kesulitan Belajar Peserta Didik di SMK... 120

4.7 Persepsi Peserta Didik Terhadap Mata Pelajaran IPA di SMK... 121

4.8 Hasil belajar peserta didik dengan menggunakan konten hasil pengembangan (konten dunia hewan)... 148


(13)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(14)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan kejuruan merupakan salah satu sub sistem Pendidikan Nasional yang mempunyai fungsi dan tujuan membentuk manusia pembangunan. Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Dalam perkembangannya, pendidikan kejuruan yang dilaksanakan melalui sekolah kejuruan atau yang dikenal secara umum dengan SMK senantiasa bertalian dengan tuntutan masyarakat secara keseluruhan dengan memastikan bahwa investasi yang ditanamkan untuk sistem pendidikan benar-benar membawa hasil. Hal tersebut berarti bahwa keterampilan serta kemampuan yang dijadikan sasaran penyelenggaran pendidikan kejuruan harus dapat dimanfaatkan dalam sistem lapangan pekerjaan (Nolker & Schoenfeldt, 1983).

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.Kep.318/MEN/IX/2007 Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Sektor Penyedia Makanan dan Minuman Sub Sektor, Restoran, Bar dan Jasa Boga Bidang Industri Jasa Boga menyatakan bahwa posisi lulusan SMK berdasarkan Kerangka Kualifikasi Kerja Nasional Indonesia (KKNI) berada pada jenjang I/operator yaitu melaksanakan kegiatan dalam lingkup pekerjaan terbatas. Kualifikasi tersebut didasarkan pada kompetensi yang berbasis pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan dalam pekerjaan. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pendidikan SMK lebih menekankan pada keseimbangan antara teori dan praktek pada bidang kejuruan tertentu (Mariah dan Mahmud, 2010).

Pelaksanaan pendidikan SMK yang dilakukan saat ini dirasakan belum memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan. Hal tersebut dapat terlihat dari rendahnya keterserapan lulusan untuk bekerja pada level tenaga kerja menengah. Badan Pusat Statistik (BPS, 2012), merilis data bahwa dari


(15)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tingkat pengangguran terbuka, pendidikan menengah (SMK/SMA) menempati posisi tertinggi yakni SMK sebesar 9,87 persen dan SMA sebesar 9,60 persen, diploma sebesar 6,21 persen dan universitas sebesar 5,91 persen. Sedangkan pengangguran lulusan SD ke bawah hanya mencapai 3,64 persen. Hal tersebut menunjukkan rendahnya mutu lulusan yang dihasilkan oleh sistem dan pendekatan dari pembelajaran yang ada.

Menurut Sidi (2001), terdapat empat kelemahan SMK yang selama ini berkembang berkaitan dengan konsep maupun pelaksanaannya. Pertama, dilihat dari segi konsep yaitu ; (1) Penerapan pendekatan ‘suplly-driven”, dimana totalitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilakukan secara sepihak oleh kementerian yang menaungi pendidikan tersebut; (2) Penerapan “school-based model” telah membuat anak didik tertinggal oleh kemajuan dunia usaha/industri; (3) Pengajaran berbasis mata pelajaran telah membuat peserta didik tidak memiliki kompetensi yang jelas yang harus dicapainya; (4) Pendidikan kejuruan model berbasis sekolah kurang luwes (kaku); (5) Tidak mengakui keahlian yang diperoleh dari luar sekolah; (6) Pendidikan kejuruan hanya menyiapkan tamatannya untuk bekerja di sektor formal; (7) Pendidikan kejuruan merupakan “dead-end career” (terminal); (8) Kurang adanya integrasi antara pendidikan dan pelatihan kejuruan; (9) Guru kejuruan tidak memiliki pengalaman kerja industri; (10) Pengelolaan pendidikan kejuruan terlalu sentralistis; dan (11) Pembiayaan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah (SMK Negeri) dan sepenuhnya oleh swasta (SMK Swasta).

Kedua, dilihat dari segi praktek, pendidikan kejuruan model lama juga memiliki banyak kelemahan, yaitu, kurang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki lapangan kerja, kurang mampu menjaga relevansi dengan perubahan pasar kerja, kurang mutakhir, sukar berubah alias konservatif. Tamatan SMK sering dikritik kurang mampu mengikuti perubahan, karena kurang dibekali hal-hal berikut ini, yaitu (1) Keterampilan dasar (baca, tulis, dengar, bicara, hitung dan matematika); (2) Keterampilan berpikir (berpikir kreatif, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, belajar cara belajar, dan mampu mengemukakan


(16)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

masalah); dan (3) Kualitas kalbu (tanggung jawab, kejujuran, integritas, kerjasama, disiplin dan jiwa kewirausahaan).

Ketiga, dilihat dari segi sistem, pendidikan yang berlaku di sekolah kejuruan model lama kurang sesuai dengan tuntutan dunia usaha/industri. Perbedaan yang mendasar antara budaya sekolah dan budaya industri ini tidak harus terjadi sekiranya dunia usaha/industri diikutsertakan secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan.

Keempat, dilihat dari tradisi, banyak kebiasaan salah yang dilakukan terus-menerus oleh guru tanpa ada kesadaran bahwa apa yang dilakukan itu sebenarnya salah. Diantara beberapa kebiasaan salah yang memerlukan koreksi tersebut yaitu; (1) pelajaran praktek dasar tidak diajarkan sesuai dengan prinsip dasar yang benar; (2) membiarkan siswa menghasilkan mutu hasil kerja asal jadi; (3) membiarkan siswa bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan; dan (4) membiarkan siswa bekerja tanpa memperhatikan keselamatan kerja.

Yu (2009) menyebutkan bahwa kualitas pendidikan kejuruan belum memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja dikarenakan rendahnya kualitas dan tingkat profesionalitas yang dihasilkan. Hasil observasi empirik terhadap lulusan SMK menunjukkan bahwa sebagian besar dari mereka kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan IPTEK serta sulit untuk bisa dilatih dan mengembangkan diri (Depdiknas, 2004; Notonegoro, 2010). Hal tersebut dipertegas oleh hasil kajian Puskur (2007b) terkait dengan kajian kebijakan kurikulum SMK yang disebutkan bahwa keberadaan kelompok mata pelajaran adaptif berdampak pada beban belajar peserta didik di Sekolah Menengah Kejuruan di satu sisi, sementara di sisi lain mengurangi alokasi waktu untuk mata pelajaran produktif. Selain dari itu, aspek standar isi diantaranya berkaitan dengan penambahan materi pelajaran adaptif pada struktur kurikulum kurang mendukung materi kejuruan.

Untuk menjawab permasalahan berkaitan dengan kelemahan-kelemahan tersebut, substansi mata pelajaran di SMK dikemas dalam berbagai mata pelajaran yang dikelompokkan dan diorganisasikan menjadi beberapa program diantaranya


(17)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

program adaptif. Program adaptif merupakan kelompok mata pelajaran yang berfungsi membentuk peserta didik sebagai individu agar memiliki dasar pengetahuan yang luas dan kuat untuk menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan perubahan yang terjadi di lingkungan sosial, lingkungan kerja, serta mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Program adaptif berisi mata pelajaran yang lebih menitikberatkan pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk memahami dan menguasai konsep dan prinsip dasar ilmu dan teknologi yang dapat diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan atau melandasi kompetensi untuk bekerja (Depdiknas, 2004).

Program adaptif diberikan agar peserta didik tidak hanya memahami dan menguasai “apa” dan “bagaimana” suatu pekerjaan dilakukan, tetapi memberi juga pemahaman dan penguasaan tentang “mengapa” hal tersebut harus dilakukan. Program adaptif terdiri dari kelompok mata pelajaran yang berlaku sama bagi semua program keahlian dan mata pelajaran yang hanya berlaku bagi program keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing program keahlian (Depdiknas, 2004).

Menurut BSNP (2006), salah satu mata pelajaran yang dikelompokkan ke dalam program adaptif yaitu mata pelajaran IPA yang diantaranya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan mengembangkan pemahaman dan kemampuan IPA untuk menunjang kompetensi keahlian produktif. Hal tersebut selaras dengan tujuan pendidikan IPA dalam konteks sosial yang diantaranya mengacu pada hubungan ilmu mengajar dan belajar dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat (NSTA, 1998).

Menurut Puskur (2007a; 2007b; 2007c), pada hakikatnya IPA dalam konteks pembelajaran harus mampu merangsang kemampuan berpikir peserta didik meliputi empat unsur utama yaitu: (1) sikap: rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; IPA bersifat open ended; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah;


(18)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (4) aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sejalan dengan BSNP (2006) yang menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Cahyanto dkk. (2012; 2013) menyatakan bahwa keberadaan mata pelajaran IPA di SMK sangat penting untuk meningkatkan kompetensi keahlian peserta didik dan mengembangkan kemampuan adaptasi peserta didik terhadap perkembangan sains dan teknologi yang terus berkembang. Perlunya IPA di SMK diungkapkan pula oleh Sidi (2001), yang menyatakan pentingnya IPA sebagai ilmu dasar yang berfungsi untuk memberikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan, wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Hasil penelitian Thomson, (2001) menunjukkan bahwa keberadaan IPA di SMK dapat meningkatkan kemampuan mata pelajaran produktif dan membantu mempersiapkan peserta didik untuk bekerja sesuai dengan pekerjaan dalam dunia yang terus berubah.

Namun demikian, penyelenggaraan pendidikan IPA di SMK menjadi masalah yang sangat pelik karena begitu beragamnya kompetensi keahlian yang ada. Merunut pada Keputusan Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 251/C/Kep/MN/2008 berkaitan dengan spektrum keahlian, Pendidikan Menengah Kejuruan membagi bidang studi keahlian menjadi 6 bidang studi keahlian yang terbagi lagi menjadi 40 program studi keahlian yang meliputi 121 kompetensi keahlian. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa guru IPA di SMK menyampaian konten IPA yang sama untuk semua kompetensi keahlian (Cahyanto dkk., 2012; 2013). Hal tersebut tidak sejalan dengan karakteristik kompetensi keahlian yang berbeda baik dari sisi substasi dan tujuannya.


(19)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Permasalahan di lapangan menunjukkan bahwa guru IPA di SMK tidak diberikan pengetahuan berkaitan dengan kejuruan. Calon guru IPA di LPTK secara umum hanya dipersiapkan untuk memasuki sekolah menengah yang berorientasi lebih kepada keilmuan. Hal tersebut berimplikasi kepada rendahnya pemahaman guru IPA di SMK terkait tercapainya tujuan pendidikan yang harus dicapai. Pembelajaran IPA di SMK tentunya berbeda dengan di SMA yang diarahkan untuk melanjutkan pada pendidikan yang lebih tinggi (Djohar, 2008).

Permendiknas No.16 Tahun 2007 yang berkaitan dengan standar pendidik dan kependidikan tidak memberikan penjelasan secara rinci tentang standar untuk guru IPA di SMK. Pada lampiran tersebut hanya dicantumkan kompetensi guru mata pelajaran IPA pada SMP/MTs (Permendiknas No 16 Tahun 2007 : 26), kompetensi guru mata pelajaran Biologi pada SMA/MA, SMK/MAK (Permendiknas No 16 Tahun 2007 : 27), kompetensi guru mata pelajaran Fisika pada SMA/MA, SMK/MAK (Permendiknas No 16 Tahun 2007 : 28) dan kompetensi guru mata pelajaran Kimia pada SMA/MA, SMK/MAK (Permendiknas No 16 Tahun 2007 : 28). Hal tersebut menjadi persoalan ketika IPA SMK yang merupakan salah satu kelompok mata pelajaran adaptif tidak memiliki standar sebagai rujukan dalam penyelenggaraan pendidikan IPA di SMK. Akibatnya guru IPA SMK melaksanakan pembelajaran IPA seperti yang dilakukan untuk SMA, tidak sesuai dengan karakteristik yang diharapkan untuk menunjang kompetensi keahlian di SMK diantaranya adalah berkaitan dengan kesesuaian konten IPA dengan kebutuhan kompetensi keahlian. Konten yang dimaksud dalam konteks pendidikan yaitu kurikulum. Berkaitan dengan pengembangan kurikulum pada hakikatnya merupakan penyusunan rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya (Hutchins dalam Sanjaya, 2008).

Hamalik (2007) mengungkapkan bahwa pengembangan kurikulum melibatkan banyak pihak, terutama guru yang bertugas di kelas. Setiap guru mengemban tanggungjawab secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengadministrasian, dan perubahan kurikulum. Sejauh mana keterlibatan guru


(20)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan turut menentukan keberhasilan pengajaran di sekolah. Kajian yang dilakukan Depdiknas, Bappenas, dan Bank Dunia menemukan bahwa guru merupakan kunci penting dalam keberhasilan perbaikan pendidikan yang diarahkan kepada perbaikan mutu pendidikan. Apapun namanya, apakah itu pembaruan kurikulum, pengembangan metode-metode mengajar, peningkatan pelayanan belajar, penyediaan buku teks, hanya akan berarti apabila melibatkan guru (Sutarsih & Nurdin, 2009 : 311).

Mengingat pentingnya keterlibatan guru dalam pengembangan konten khususnya pada tingkat mata pelajaran dan program pembelajaran, maka perlu adanya upaya untuk melatih kemampuan guru dalam mengembangkan konten mata pelajaran. Salah satu tugas penting bagi guru adalah memilih konten yang paling tepat dari berbagai bidang subjek untuk diajarkan kepada kelompok peserta didik tertentu (Arends, 2008 : 106). Hernawan, dkk. (2010) mengungkapkan bahwa konten menempati posisi yang penting dan turut menentukan kualitas suatu kurikulum lembaga pendidikan. Dengan demikian konten harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan kurikulum.

Agar kurikulum yang telah disusun di lingkungan SMK menjadi program bersama antara sekolah dan indutsri, maka perlu diadakan penyesuaian atau sinkronisasi antara materi yang tertuang dalam kurikulum dengan bidang-bidang pekerjaan yang tersedia di institusi pasangan yang dapat dijadikan wahana belajar bagi peserta didik dalam mencapai penguasaan keahlian yang dipersyaratkan. Untuk itu, para peserta didik SMK perlu dipersiapkan secara serius dalam berbagai program kejuruan dengan mempertajam kemampuan adaptif, sejalan dengan kebutuhan kompetensi, baik yang bersifat personal maupun sosial (Sidi, 2001).

Depdiknas (2007b) menyatakan bahwa pembaharuan kurikulum diantaranya pengembangan konten IPA merupakan salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pengembangan dunia pendidikan nasional Indonesia di masa depan karena kurikulum merupakan jantung dunia pendidikan. Dalam pengembangan konten IPA di tingkat pusat, tidak semua guru terlibat di


(21)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalamnya. Namun demikian, guru diberikan kewenangan untuk menerjemahkan kebutuhan konten IPA untuk dikembangkan dari pusat agar diolah, diramu dan disajikan di dalam kelas sesuai dengan kebutuhan.

Nolker & Schoenfeldt (1983) mengungkapkan bahwa pemilihan substansi yang akan diajarkan (konten) merupakan masalah pelik dalam merencanakan pendidikan kejuruan berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, perlu sebuah strategi untuk menjawab permasalahan tersebut melalui program yang bertujuan menjadikan mata pelajaran IPA sesuai dengan tujuan yang diharapkan melalui pengembangan konten IPA. Hofstein dan Miri (2011) dalam penelitiannya berkaitan dengan IPA yaitu kimia untuk industri menyatakan bahwa kebutuhan relevansi konten kimia dengan industri merupakan hal yang sangat penting namun sulit untuk direalisasikan. Namun demikian, perlu didorong melakukan pengembangan konten IPA diantaranya materi pembelajaran IPA yang menekankan pada IPA kontekstual dengan konsekuensi sosial, ekonomi dan lingkungan.

National Research Council (1996), dalam standar pendidikan sains berkaitan dengan konten pembelajaran IPA menekankan perlunya pembelajaran IPA yang lebih bermakna, otentik, relevan dan kontekstual. Hal tersebut didukung oleh Bell dan Jim (2006) yang melakukan penekanan perlunya pembelajaran IPA agar dapat digunakan atau dipakai dalam dunia kerja sehingga perlu inovasi pengembangan konten IPA meliputi pengembangan keterampilan ilmiah (developing scientific skills), IPA untuk kebutuhan masyarakat (science for the needs of society ) dan IPA untuk menunjang pekerjaannya (science at work).

Hal tersebut sejalan dengan National Research Council (1996) menyatakan bahwa terdapat tiga kriteria memilih konten bahan ajar IPA yaitu: (1) sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, tentunya tujuan ini harus mengakomodir kebutuhan pembelajar; (2) mengembangkan konten bahan ajar sesuai dengan perkembangan dan kemampuan pembelajar; dan (3) berguna bagi kehidupan pembelajar.


(22)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkaitan dengan hal tersebut perlu upaya untuk mengatasi kelemahan dalam pembelajaran IPA melalui ketersediaan bahan ajar dengan penyesuaian konten IPA di sekolah kejuruan yang diselaraskan dengan kebutuhan produktif (Sidi, 2001; Thomson, 2001; Usmeldi, 2010; Widodo, 2010; Hofstein dan Miri, 2011; Wilson dan Curry, 2011; Cahyanto dkk., 2012; 2013). Konten yang dimaksud bukan hanya terdiri atas sekumpulan pengetahuan atau kumpulan informasi, tetapi harus merupakan kesatuan pengetahuan terpilih dan dibutuhkan, baik bagi pengetahuan itu sendiri maupun bagi peserta didik dan lingkungannya. Selain dari itu, menyusun konten mata pelajaran IPA, bukan saja didasarkan atas perkembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak dan konsep-konsep modern tentang hakikat pengalaman belajar (Sukmadinata, 2001).

Salah satu kompetensi keahlian di SMK yang di dalamnya memerlukan punguasaan konten IPA baik dalam KTSP maupun Kurikulum 2013 adalah kompetensi keahlian jasa boga. Kompetensi keahlian tersebut memiliki prospek yang cukup tinggi khususnya di Kota Bandung sebagai kota ekonomi kreatif diantaranya dalam bidang industri kuliner. Hal tersebut didukung oleh program Pemerintah Kota Bandung melalui penyelenggaraan festival kuliner malam setiap akhir pekan (culinary night) pada beberapa titik di Kota Bandung yang menyebabkan tingginya wisatawan yang berkunjung setiap pekannya.

Namun demikian, prospek kompetensi keahlian tersebut untuk mengisi lapangan pekerjaan dan wirausaha dalam bidang jasa boga belum diiringi dengan lulusan yang kompeten, khususnya berkaitan dengan penguasaan IPA sebagai pengetahuan yang mendasari kompetensi keahlian peserta didik. Pada satu sisi, jumlah SMK di Kota Bandung yang membuka kompetensi keahlian jasa boga masih terbatas dan imbasnya dirasakan dengan meningkatnya SMK yang membuka kompetensi keahlian jasa boga di Kota Bandung.


(23)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Telah diuraikan dalam bagian terdahulu bahwa mata pelajaran IPA di SMK berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia baik untuk menunjang pekerjaan maupun kualitas kehidupannya. Belum optimalnya mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran adaptif disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya berkaitan konten IPA yang tidak relevan dengan tujuan pendidikan SMK dan kebutuhan mata pelajaran produktif. Konten yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari atau harus dipelajari oleh peserta didik.

Berdasarkan hal tersebut, IPA menjadi bagian penting dalam meningkatkan kompetensi keahlian produktif. Hal tersebut didasarkan banyaknya konsep IPA yang harus dikuasai oleh peserta didik agar kompetensi keahlian berkembang. Oleh karena itu, perlu dikembangkan konten IPA Adaptif yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi keahlian peserta didik di SMK.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengembangan konten IPA adaptif yang menunjang kompetensi keahlian peserta didik SMK?”. Agar rumusan masalah lebih operasional maka diuraikan lebih rinci menjadi beberapa pertanyaan penelitian. Adapun pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut; 1. Bagaimana kebutuhan lapangan terhadap konten IPA Adaptif yang dapat

menunjang kompetensi keahlian peserta didik SMK?

2. Bagaimana tahapan-tahapan pengembangan konten IPA Adaptif secara teoritis yang dapat menunjang kompetensi keahlian peserta didik SMK?

3. Bagaimana kemampuan guru IPA dalam mengimplementasikan program pengembangan konten IPA dalam menunjang kompetensi keahlian jasa boga peserta didik?


(24)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Faktor-faktor apa saja yang menjadi pendukung dan kendala implementasi program pengembangan konten IPA Adaptif pada kompetensi keahlian jasa boga?

5. Bagaimana respon/tanggapan peserta didik terhadap konten IPA adaptif yang telah dikembangkan pada kompetensi keahlian jasa boga?

6. Bagaimana respon/tanggapan guru terhadap program pengembangan konten IPA adaptif yang telah dikembangkan pada kompetensi keahlian jasa boga? 7. Bagaimana kemampuan peserta didik setelah menggunakan produk

pengembangan konten IPA adaptif pada kompetensi keahlian jasa boga?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini yaitu menemukan proses dan produk pengembangan konten IPA adaptif yang dapat menunjang kompetensi keahlian peserta didik SMK. Sedangkan tujuan khusus dari pengembangan konten IPA adaptif SMK ini yaitu untuk menemukan;

1. Kebutuhan lapangan tentang konten IPA Adaptif yang dapat menunjang kompetensi keahlian peserta didik SMK.

2. Tahapan pengembangan konten IPA Adaptif yang dapat menunjang kompetensi keahlian peserta didik.

3. Implementasi program pengembangan konten IPA dalam menunjang kompetensi keahlian jasa boga peserta didik.

4. Faktor-faktor pendukung dan kendala dalam implementasi pengembangan konten IPA Adaptif pada kompetensi keahlian jasa boga

5. Respon/tanggapan peserta didik setelah menggunakan konten IPA Adaptif hasil pengembangan pada kompetensi keahlian jasa boga.

6. Respon/tanggapan guru terhadap program pengembangan konten IPA Adaptif yang telah dikembangkan pada kompetensi keahlian jasa boga.

7. Kemampuan peserta didik setelah menggunakan produk pengembangan konten IPA Adaptif pada kompetensi keahlian jasa boga.


(25)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru IPA SMK sebagai acuan dalam menyusun dan mengembangkan konten IPA adaptif yang disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi keahlian di SMK. Melalui pengembangan konten IPA;

a. Guru IPA di SMK dapat terlatih dalam mengidentifikasi topik-topik IPA yang relevan dengan kompetensi keahlian mata pelajaran produktif. b. Guru IPA di SMK dalam mengemas rencana pembelajaran sesuai dengan

topik yang sudah dipilih berdasarkan kebutuhan kompetensi keahlian mata pelajaran produktif.

c. Meningkatkan mutu pembelajaran IPA adaptif yang berkaitan dengan kebutuhan kompetensi keahlian mata pelajaran produktif.

d. Membantu guru mata pelajaran adaptif dalam meningkatkan kompetensi keahlian peserta didik melalui pembelajaran IPA yang relevan.

e. Menyumbang gagasan terhadap program pelatihan peningkatan kemampuan guru IPA SMK yang dapat dimanfaatkan baik oleh Pengembang Kurikulum Pusat, Dinas Pendidikan, MGMP maupun Lembaga Diklat terkait.

F. Definisi Operasional

Untuk mengurangi ragam penafsiran terhadap peristilahan yang digunakan dalam penelitian, berikut ini dikemukakan beberapa penjelasan sebagai berikut; 1. Pengembangan konten yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

langkah-langkah yang dilakukan untuk mengakomodasi kebutuhan kompetensi keahlian melalui perbaikan konten yang telah ada dengan menggunakan metode penelitian dan pengembangan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan adaptif peserta didik terhadap perkembangan sains dan teknologi. Pengembangan merujuk pada kurikulum 2006 (KTSP). Adapun komponen-komponen pengembangan konten IPA adaptif meliputi


(26)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proses atau tahapan berupa panduan Pengembangan Konten IPA SMK dan produk konten berupa konten IPA Adaptif SMK, Silabus, RPP, Bahan Ajar, Lembar Kerja Siswa dan Alat Evaluasi.

2. IPA Adaptif merupakan salah satu kelompok mata pelajaran adaptif yang berfungsi untuk memberikan bekal kepada peserta didik untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan IPTEK.

3. Kompetensi keahlian yang dimaksud yaitu pengelompokkan keahlian spesifik yang mengacu kepada Surat Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah No.925/C.C5/KP/07 Tanggal 28 Februari 2007.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disertasi ini tersusun atas lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang yang berhubungan dengan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Bab II sebagai kajian pustaka yang berisi teori yang menjadi landasan program pengembangan konten IPA SMK. Pada Bab III dikaji metode penelitian dan pengembangan serta instrumen yang digunakan dalam penelitian yang di dalamnya terdiri dari studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan dan pengujian. Bab IV menyajikan hasil penelitian dan pembahasan. Sedangkan Bab V ditampilkan kesimpulan, implikasi dan saran serta dilengkapi dengan datar pustaka dan lampiran seuai dengan penelitian yang telah dilakukan.


(27)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(28)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Paradigma Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan analisis terhadap beberapa permasalahan dalam mata pelajaran IPA di SMK sebagai kelompok mata pelajaran adaptif. Beberapa permasalahan tersebut diantaranya berkaitan dengan tidak relevannya konten IPA sebagai mata pelajaran adaptif terhadap mata pelajaran produktif. Untuk menggali faktor penyebabnya, dilakukan kajian awal yang difokuskan pada kajian kurikulum, silabus, rencana pembelajaran, bahan ajar dan sarana prasarana.

Hasil kajian awal menunjukkan bahwa mata pelajaran IPA tidak memiliki relevansi terhadap konteks mata pelajaran produktif. Kelemahan utama dalam pembelajaran IPA yaitu terlalu berfokus kepada materi yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Panduan KTSP, mata pelajaran IPA di SMK bertujuan untuk memberikan kemampuan adaptif terhadap perkembangan sains dan teknologi selain menunjang kompetensi keahlian. Selain dari itu, rendahnya kemampuan guru IPA untuk mengembangkan konten yang disesuikan dengan kompentesi keahlian merupakan masalah yang mendukung sulit tercapainya tujuan mata pelajaran IPA di SMK sebagai mata pelajaran adaptif.

Selanjutnya disusun program pengembangan konten IPA yang diharapkan dapat meningkatkan kompetensi keahlian peserta diidk SMK. Untuk meningkatkan kemampuan guru dilakukan pembimbingan secara berkala melalui pertemuan-pertemuan yang difasilitasi oleh MGMP IPA SMK. Oleh karena itu, hasil dari penelitian ini selain menghasilkan Program Pengembangan Konten IPA SMK, juga di dalamnya dihasilkan silabus, RPP, bahan ajar, LKS dan alat evaluasi. Secara sistematis, paradigma penelitian yang dilakukan ditunjukkan oleh gambar 3.1.


(29)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mata Pelajaran Produktif Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK)

Mata Pelajaran IPA Adaptif Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK)

Permasalahan Krusial Dalam Konten IPA Adaptif Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK)

Desain

Pengembangan Konten IPA Adaptif Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK)

Proses Pengembangan Konten IPA Adaptif berupa Panduan

Pengembangan Konten IPA Adaptif SMK (Prinsip dan Strategi Pengembangan Konten)

Produk dari Pengembangan Konten

IPA Adaptif SMK berupa Silabus, RPP, Bahar Ajar, LKS,

Alat Evaluasi Identifikasi

Permasalahan Mata Pelajaran IPA SMK

Pembelajaran IPA Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK)

Grand Theory Kontinum Konten - Korelasi


(30)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian

Produk pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu desain pengembangan konten IPA SMK yang di dalamnya dihasilkan panduan pengembangan konten IPA adaptif SMK, Silabus, RPP, Bahan Ajar, LKS dan Alat Evaluasi. Penelitian tersebut dapat dimanfaatkan oleh pengembang kurikulum, Dinas Pendidikan, Satuan Pendidikan (SMK), Lembaga Diklat, guru , dan peserta didik untuk melaksanakan pembelajaran IPA sesuai peruntukannya sebagai mata pelajaran adaptif yang berfungsi untuk memberikan kemampuan adaptif terhadap perkembangan sains dan teknologi untuk menunjang kompetensi keahlian produktif.

B. Metode penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan pendidikan yang diadaptasi (Educational Reseach and Development). Menurut Borg & Gall (1989), penelitian dan pengembangan terdiri dari berapa tahap yaitu meliputi; (1) Studi pendahuluan; (2) Perencanaan; (3) Pengembangan; dan (4) Pengujian. Tahap-tahap penelitian dan pengembangan ini merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan dan berkesinambungan antara satu tahap dengan tahap lainnya. Langkah-langkah penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut;

1. Studi Pendahuluan

Sebelum melakukan pengembangan konten, terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan untuk memperoleh gambaran tentang kejelasan adanya permasalahan konten IPA di SMK. Metode penelitian yang digunakan dalam studi pendahuluan yaitu metode deskriptif. Hasil studi pendahuluan merupakan dasar konseptual untuk merencanakan program pengembangan konten. Tahap studi pendahuluan meliputi kegiatan studi kepustakaan dan survei lapangan. Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan bahan atau dokumen pendukung berupa silabus mata pelajaran IPA, buku rujukan dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan program pengembangan konten yang akan dikembangkan. Survei lapangan


(31)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilakukan untuk memperoleh informasi tentang pelaksanaan pembelajaran IPA di SMK.

Analisis terhadap karakteristik peserta didik SMK meliputi sikap dan minat terhadap mata pelajaran IPA. Pada tahap ini dilakukan analisis untuk mencocokkan level ketidaksesuaian konten IPA dengan tujuan pembelajaran IPA di SMK. Adapun tujuan dari dilakukannya studi pendahuluan yaitu untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam perancangan pembelajaran dengan menggunakan konten yang akan dikembangkan.

Pada kegiatan ini dilakukan observasi pada tiga SMK Bidang Studi Seni, Kerajinan dan Pariwisata Kompetensi Keahlian Jasa Boga yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai proses belajar-mengajar mata pelajaran IPA di SMK. Analisis konten dilakukan untuk mengidentifikasi indikator yang dikembangkan dalam penelitian. Identifikasi indikator didasarkan pada kebutuhan kompetensi keahlian jasa boga yang disampaikan dalam pembelajaran. Dalam studi pendahuluan dilakukan penyebaran angket kepada MGMP IPA SMK yang berjumlah 44 orang dan MGMP Mata Pelajaran Produktif Kompetensi Keahlian Jasa Boga sebanyak 17 orang guru. Sedangkan 32 peserta didik yang diambil secara acak diminta mengisi angket yang telah disediakan untuk mengetahui persepsi terhadap mata pelajaran IPA di SMK.

2. Perencanaan

Pada tahap kedua dalam penelitian ini yaitu dilakukan perancangan program (design). Perangkat program yang dihasilkan dalam perancangan tersebut meliputi Panduan Pengembangan Konten, SK/KD, Silabus, RPP, Bahan Ajar, LKS, dan instrumen evaluasi kompetensi bentuk tes dan non tes meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Materi pokok IPA yang dikembangkan didasarkan kepada keterkaitan dengan materi produktif yang berjalan tanpa mengesampingkan konsep-konsep IPA yang harus disampaikan.Tahapan proses pembelajaran pada RPP yang dikembangkan terdiri atas kegiatan awal, inti dan akhir.


(32)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perancangan draft program pengembangan konten IPA SMK dilakukan berdasarkan analisis yang didiskusikan dengan guru mata pelajaran IPA dan guru mata pelajaran produktif di sekolah yang telah ditentukan menjadi tempat uji coba penelitian. Diskusi dan perbaikan dilakukan untuk penyempurnaan draft program pengembangan konten IPA SMK.

3. Pengembangan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengembangan (develop) perangkat pengembangan konten IPA yang telah dibuat. Kemudian draft divalidasi ahli dan diujicoba untuk mendapatkan hasil yang lebih baik sebagai bagian dari proses penyempurnaan. Ujicoba terbatas dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen jenis pretes-posttes one group design yang dilaksanakan pada salah satu SMK Kompetensi Keahlian Jasa Boga.

a. Validasi Ahli

Validasi ahli yaitu validasi yang dilakukan oleh ahli terkait dengan perangkat pengembangan konten IPA yang dikembangkan, untuk menilai kelayakan perangkat pengembangan konten IPA yang dikembangkan. Dari hasil validasi ahli tersebut diperoleh beberapa catatan untuk perbaikan dan penyempurnaan perangkat pengembangan konten IPA sehingga perangkat pengembangan konten IPA yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan kompetensi keahlian peserta didik SMK.

b. Ujicoba

Uji coba terhadap hasil rancangan yang telah dipertimbangkan oleh para ahli merupakan validasi lapangan. Pada tahap uji coba dilakukan pengamatan termasuk penilaian terhadap program yang telah dirancang sesuai dengan indikator dan intrumen yang telah dibuat. Pengumpulan data dilakukan melalui angket, observasi, wawancara, pretes dan postes dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dari perangkat pengembangan konten IPA adaptif terhadap peningkatan kompetensi keahlian peserta didik SMK.


(33)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Pengujian

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan pengembangan konten pada skala yang lebih luas setelah draft rancangan awal diujicoba dan direvisi. Implementasi program pengembangan konten meliputi;

a. Pretes

Pretes dilakukan untuk mengetahui keadaan peserta didik berkaitan dengan konsep IPA dari materi yang akan disajikan sebelum kegiatan belajar dimulai. Pretes dimaksudkan untuk mengetahui apakah ada diantara peserta didik yang telah mengetahui materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain, pretes dapat diartikan sebagai kegiatan menguji tingkat pengetahuan peserta didik terhadap materi yang akan disampaikan. b. Perlakuan pada kelas eksperimen

Perlakuan yang dimaksud yaitu pelaksanaan pembelajaran terhadap kelas yang menjadi objek penelitian dengan menggunakan konten hasil pengembangan.

c. Postes

Postes dilakukan untuk mengukur sejauh mana peningkatan pengetahuan yang dimiliki oleh para peserta didik setelah mengkuti proses kegiatan belajar dengan mengunakan konten yang telah dikembangkan sesuai dengan kebutuhan produktif. Hasil postes dapat dibandingkan dengan pretes yang telah dilakukan sehingga dapat diketahui seberapa jauh pengaruh pengajaran yang telah disampaikan dapat diterima oleh peserta didik.

d. Pendapat peserta didik tentang pembelajaran IPA yang dikembangkan Untuk melihat sejauh mana tanggapan peserta didik terhadap pembalajaran IPA dengan menggunakan konten hasil pengembangan dan dilakukan pengumpulan data berupa pengisian angket. Sedangkan untuk melihat sejauh mana guru IPA dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan program yang direncanakan dilakukan penilaian dengan menggunakan lembar observasi yang telah disediakan.


(34)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Analisis data

Pada tahap ini, desain implementasi program yang digunakan adalah pretes dan postes yang dilakukan untuk menguji efektifitas program pengembangan program saat pembelajaran dengan menganalisis perolehan skor (gain score) peserta didik.

f. Merumuskan temuan penelitian dan rekomendasi

Data yang telah dikumpulkan untuk kemudian di analisis dan dintepretasikan baik berupa tes dan non-tes digunakan untuk merumuskan kesimpulan temuan penelitian dan direkomendasikan.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru IPA dan peserta didik SMK Kompetensi Keahlian Jasa Boga di Kota Bandung. Alasan pemilihan Kompetensi Keahlian Jasa Boga didasarkan pada lokasi penelitian yang merupakan kota yang dikenal dengan sebutan kota ekonomi kreatif salah satunya yaitu industri kreatif kuliner. Dalam perkembangannya Kota Bandung ditunjuk sebagai Kota Vokasi (Kejuruan) yaitu kota berbasis kewirausahaan dan teknologi dengan orientasi penyediaan tenaga terampil yang mengisi industri dan pencetak wirausahawan melalui penyelenggaraan pendidikan tingkat SMK. Hal tersebut bertolak belakang dengan jumlah SMK untuk Kompetensi Keahlian Jasa Boga masih terbatas. Pada satu sisi, prospek lulusan kompetensi keahlian tersebut cukup tinggi dengan kebutuhan dan perkembangan Kota Bandung sebagai destinasi wisata khususnya kuliner. Oleh karena itu, lokasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah 3 SMK Kompetensi Keahlian Jasa Boga yang dikelompokkan berdasarkan perolehan nilai akreditasi yang dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut;

Tabel 3.1. Nilai Akreditasi SMK A, B, dan C Sesuai 8 Standar Pendidikan

N


(35)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

N

o. Komponen Standar SMK A SMK B SMK C

1. Standar Isi 100 98 96

2. Standar Proses 100 92 87

3. Standar Kompetensi Lulusan 100 87 83

4. Standar Tenaga Pendidik dan Kependidikan

97 93 86

5. Standar Sarana dan Prasarana 100 96 85

6. Standar Pengelolaan 99 93 83

7. Standar Pembiayaan 100 93 95

8. Standar Penilaian Pendidikan 100 93 91

Nilai Akreditasi 99 93 88

Peringkat Akreditasi A A A

Tanggal Penetapan 28 -10-2011 21-10-2012 21-10-2012 Sumber : www.ban-sm.or.id

Dalam penelitian ini, guru IPA model yang terlibat sejumlah tiga orang guru yang secara langsung terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hal tersebut dilakukan agar program pembelajaran dengan konten yang telah dikembangkan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan untuk menjaga validitas dalam penelitian ini. Untuk menjaga etika dalam penelitian, maka identitas guru disajikan dalam kode A, B, dan C. Dalam penelitian ini, semua guru IPA memiliki tingkat pendidikan yang sama yaitu S1 dua orang dengan latarbelakang pendidikan sesuai dan 1 tidak sesuai. Berdasarkan pengalaman mengajar terdiri dari 6 tahun, 10 tahun dan 21 tahun. Profil guru disajikan dalam tabel 3.2 sebagai berikut :


(36)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Nama Guru Riwayat Pendidikan Pengalaman Mengajar di SMK Status Kepegawaian Jenis Kelamin

1. A Pendidikan

Biologi

6 Tahun PNS belum

tersertifikasi

Laki-Laki

2. B Pendidikan

Fisika

10 Tahun GTY

Sertifikasi

Perempuan

3. C Pendidikan

Luar Sekolah

21 Tahun GTY

Sertifikasi

Perempuan

Pada penelitian ini ketiga guru mengajar materi sesuai dengan SK/KD yang telah ditentukan yaitu berkaitan dengan IPA yang dibutuhkan oleh kompetensi keahlian jasa boga. Dua guru IPA dan dua guru mata pelajaran produktf menjadi observer selama di kelas untuk melihat kesesuaian materi yang diajarkan.

Penelitian pengembangan konten IPA Adaptif untuk SMK melibatkan guru mata pelajaran IPA, guru mata pelajaran produktif dan Ahli dalam bidang pendidikan IPA. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI yang ada di wilayah Kota Bandung. Subjek selama penelitian dapat dilihat sebagai berikut pada tabel 3.3.

Tabel. 3.3. Subjek Penelitian

No. Lokasi

Subjek Jumlah Peserta Didik Guru IPA Guru Jasa Boga

1. Studi Pendahuluan 32 44 17 93

2. Uji Coba 32 3 2 37

3. Pengujian

SMK X 35 3 2 40

SMK Y 23 3 2 28


(37)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Total 141 56 25 222

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ”Research and development” (R & D) yang dikembangkan oleh Borg dan Gall (Sukmadinata, 2008) terdiri dari studi pendahuluan, perencanaan, pengembangan dan pengujian. Pada studi pendahuluan dilakukan metode deskriptif yang ditujukan untuk mengeksplorasi kebutuhan lapangan baik melalui kajian teoritis maupun studi lapangan. Sedangkan metode eveluatif dilakukan pada tahap perencanaan dan pengembangan berupa penyusunan draft pengembangan konten termasuk validasi dan uji coba produk. Pada tahap akhir dilakukan pengujian atau implementasi produk dengan menggunakan metode pra eksperimental (pre-experimental) atau bukan desain eksperimental (nondesign experimetal) karena desain ini belum atau bukan merupakan eksperimen yang sebenarnya. Adapun jenis desain pra eksperimental yang digunakan adalah desain pretes-postes satu kelompok (one group pretest-postest design) karena hasil perlakuan dapat diketahui dengan tepat, sehingga kita dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberikan perlakukan (Sastradipoera, 2005 : 169-170). Desain penelitian dan pengembangan dtunjukan pada Gambar 3.2 sebagai berikut;


(38)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERENCANAAN PENGEMBANGAN

STUDI PENDAHULUAN

PENGUJIAN

PERENCANAAN

PENGEMBANGAN

PENGUJIAN

STUDI

PENDAHULUAN

Studi Kepustakaan

- Kurikulum SMK 2006 & 2013 - Materi Jasa Boga

- Materi IPA

- Analisis Pembelajaran IPA - Silabus Jasa boga

- Silabus IPA

- Hasil penelitian yang relevan Survei Lapangan

- Pengetahuan guru IPA tentang kebutuhan kompetensi keahlian di SMK

- Pemahaman guru IPA terhadap konten pembelajaran produktif Pengetahuan guru IPAtentang mata pelajaran adaptif SMK - Pengetahuan guru IPA tentang

konten pembelajaran IPA adaptif yang sesuai dengan kebutuhan

- KBM IPA di SMK

-Validasi Program

Pengembangan Konten IPA Adaptif SMK

Uji Coba (1 Topik) - Desain Kasar - Implementasi - Evaluasi

- Penyempurnaan

Uji Coba Instrumen Penelitian

Draft Program Hasil Revisi

Implementasi Program Pengembangan

Konten IPA Adaptif SMK

Kesimpulan

Penyusunan Draft Program Pengembangan Konten IPA Adaptif

SMK

- Mengidentifikasi SK/KD Mata Pelajaran Produktif - Mengidentifikasi SK/KDMata Pelajaran IPA - Mengidentifikasi topik IPA

- Menyusun Silabus dan RPP

- Menyusun Bahan Ajar

- Menyusun Instrumen penelitian berupa tes dan non tes

Analsis data

O1 X O2


(39)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(40)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa jenis instrumen guna membantu peneliti dalam memperoleh data. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini didasarkan atas data yang diperlukan. Tabel 3.3, berikut meringkas hubungan antara data yang diperlukan, sumber data, dan instrumen penelitian yang digunakan.

Tabel 3.3. Hubungan antara data yang diperlukan, sumber data, dan instrumen penelitian

No. Data yang diperlukan Sumber Data Instrumen Penelitian 1. Persepsi guru IPA

terhadap mata pelajaran IPA dan Produktif

Guru IPA  Kuesioner

 Pedoman wawancara

2. Persepsi guru Produktif terhadap mata pelajaran IPA dan Produktif

Guru Jasa Boga  Kuesioner

 Pedoman wawancara

3. Penilaian terhadap rancangan program yang dikembangkan

Panduan pengembangan Konten, Silabus, RPP, Bahan Ajar, LKS, dan Evalusi

 Lembar Validasi

4. Implementasi kegiatan belajar mengajar IPA hasil pengembangan konten

Guru IPA  Lembar Observasi

5. Respon/Tanggapan guru terhadap program


(41)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No. Data yang diperlukan Sumber Data Instrumen Penelitian pengembangan konten

IPA adaptif yang telah disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi keahlian

6. Pengetahuan peserta didik sebelum pelaksanaan pembelajaran

peserta didik  Butir Soal

7. Pengetahuan peserta didik setelah pelaksanaan pembelajaran

peserta didik  Butir Soal

8. Keterampilan ilmiah peserta didik dalam mata pelajaran IPA

peserta didik  Format Penilaian Lembar Kerja Siswa

9. Respon peserta didik terhadap pembelajaran IPA adaptif yang telah disesuaikan dengan kebutuhan kompetensi keahlian

peserta didik  Kuesioner

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui tes dan non tes. Pengumpulan data melalui tes meliputi pretes dan postes yang diperoleh dari hasil tes peserta didik yang dikategorikan ke dalam jenis data kuantitatif. Sedangkan data non tes meliputi angket, wawancara terhadap peserta didik dan guru yang dikelompokkan ke dalam data kualitatif.


(42)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tes yang diberikan kepada peserta didik dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretest dan postest. Pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dalam pelajaran IPA. Pretes diberikan di awal sebelum pembelajaran IPA berlangsung. Postes digunakan untuk mengetahui kemampuan peserta didik setelah pembelajaran IPA. Angket digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data mengenai respon peserta didik terhadap pembelajaran IPA dengan menggunakan konten yang telah disesuaikan. Secara garis besar pengumpulan data dilakukan dengan tahapan-tahapan dapat dilihat pada Tabel 3.4 sebagai berikut.

Tabel 3.4. Data yang diperlukan, teknik dan alat pengumpulan data pada setiap tahapan penelitian

Tahap Data yang

diperlukan Teknik Pengumpulan Data Alat Pengumpulan Data

Pendahuluan Latar belakang Studi Dokumen -

Tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran IPA

Kuesioner Angket dengan ceklist

Fasilitas dan Sumber Belajar

Observasi Panduan

Observasi Perencanaan dan

Pengembangan

Kualitas Program pengembangan konten

Penilaian ahli Daftar Chek (Check List )

Kualitas Rencana Pembelajaran

Penilaian ahli Daftar Chek (Check List ) Kualitas Bahan Ajar Penilaian ahli Daftar Chek (Check List ) Kualitas LKS Penilaian ahli Daftar Chek


(43)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap Data yang

diperlukan

Teknik Pengumpulan

Data

Alat Pengumpulan

Data (Check List ) Kualitas instrumen Penilaian ahli Daftar Chek (Check List ) Tanggapan guru

terhadap produk

Penilaian pengguna (guru)

Daftar Chek (Check List )

Penilaian Aktivitas pembelajaran

Observasi Lembar observasi

Pengetahuan Sains Tes Tes Pilihan

Ganda

Sikap Kuesioner Angket

Keterampilan Sains LKS Portofio

Tanggapan siswa terhadap

pembelajaran dengan konten yang telah disesuaikan

Kuesioner Angket

G. Teknik Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini diperoleh dua data yaitu data hasil uji coba dan data implementasi. Dekripsi kedua data tersebut dijabarkan sebagai berikut;

1. Analisis Data Uji Coba

Analisis data uji coba dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda item (butir) soal penguasaan konsep IPA adaptif yang


(44)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

telah dikembangkan. Selain dari itu, uji coba tersebut dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas angket afektif (sikap, minat, konsep diri, nilai dan moral) peserta didik terhadap pembelajaran IPA adaptif. Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dan analisis reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus alpha Cronbach.

a. Validitas item

Menurut Arikunto (1999), validitas merupakan suatu ukuran untuk menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Validitas item erat hubungannya antara butir item dengan tes hasil belajar sebagai suatu totalitas dari kenyataan. Oleh karena itu, semakin banyak butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh peserta didik, maka skor total hasil tes tersebut akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin sedikit butir item yang dapat dijawab dengan betul oleh peserta didik, maka skor-skor total hasil tes itu akan semakin rendah atau semakin menurun.Untuk menguji validitas instrumen dapat digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut;

Keterangan :

x = skor item nomor soal tertentu

y = skor total

n = jumlah siswa uji coba

Jika


(45)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Arikunto (1993) menyebutkan bahwa dalam menguji reliabilitas digunakan uji konsistensi internal dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut;

Keterangan :

Adapun kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6.

c. Tingkat kesukaran item

Untuk menentukan taraf kesukaran digunakan rumus sebagai berikut;

Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya peserta didik yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh peserta didik yang mengikuti tes

Adapun interpretasi terhadap tingkat kesukaran dapat dilihat sebagai berikut;

Tingkat Kesukaran (TK) Interprestasi atau Penafsiran TK


(1)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Longbrake, E. (1974). Alternatives in Science Education. The Ohio Journal of Science, 74(4), hlm. 209-213.

Maknun, J. (2009). Pengembangan Program Pembelajaran Fisika Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Bidang Keahlian Teknik Bangunan. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. (2004). Psikologi Perkembangan. Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogayakarta : Gadjah Mada University Press.

Johnson, A.B., Ivan, C., dan Robin, W. (2003). Curriculum Integration in Context : An Exploration of How Structures and Circumstances Affecr Design and Implementation. The National Research Center for Career and Technical Education. University of Minnesota. Jerath, N. (2005). Enviromental Educatiopn in Secondary Vocational Education : A Comparison

of Five Asian Countries. [Online]. Tersedia di : http : //www.ceeindia.org/esf/download/paper21.pdf. [Diakses 21 Maret 2012).

Kirts, C.A. (1990). Linkking Agricultural and Environment Education by Integrating Environemnet Concept and Vocational Skills. NACTA Journal.pp.31-35.

Koksal, M.S. (2009). Vocational High School Students’ Sense of Self-Efficacy and Test Anxiety Regarding Biology Learning. INONU UNIVERSITY JOURNAL OF THE FACULTY OF EDUCATION. Volume 10, Issues 1, pp.57-67.

Lewin, K.M. (1992). Science Educatioon in Developing Countries : Issues and Perpectives for Planers. International Institute for Educational Planning. Paris.

Lin, R., Jingchen, X., Yoau, C.J., dan Shihan, H. (2010). The Relationship between Teacher Quality and Teaching Effectiveness Perceived by Students from Industrial Vocational High Schools. Asian Journal of Arts and Sciences. Vol.1, No.2.pp.167-187.

McDavid, J.C. dan Hawthorn, L.R.L. (2006). Evaluan Evaluation and Performance Measurement: an Introduction to Practice. Thousand Oaks: Sage Publications

Mahdiansyah. (2010a). Perilaku Profesioanl Guru Kejuruan : Hasil penelitian di SMK Negeri di DKI Jakarta. Jurnal Inovasi dan Perekayasa Pendidikan. Edisi 3.

Mahdiansyah. (2010b). Kajian Hubungan Dunia Pendidikan dengan Dunia Kerja. Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Edisi No.8.


(2)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mariah, S dan Machmud, S. (2010). Kesenjangan Soft Skills Lulusan SMK dengan Kebutuhan Tenaga Kerja di Industri. Jurnal Inovasi dan Perekayasa Pendidikan. Edisi 3.

Mendiknas. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Mendiknas.

Mulyasa. H.E. (2006). Kurikulum Yang Di Sempurnakan:Pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. H.E. (2009). Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Mulyasa, H.E. (2013) Pengembangan dan Impelemntasi Kurikulum 2013. Penerbit Rosda : Bandung.

Mukhidin. (2007). Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan. Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. FPTK UPI. Bandung

Mustapha K., R.M.Yasin, dan H.M.Ali (2003). Integrasi Akademik dan Vokasional: Rasional dan Cabaran. Jurnal Pendidikan (UKM) 28.pp.77-90.

National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington, DC: National Academy Press.

National Science Teacher Association (NSTA) (1998). Standards for Science Teacher Preparation.Amerika.

National Science Teacher Association (NSTA) (2003). Standards for Science Teacher Preparation.Amerika.

California State Board of Education. (1998). Science Content Standars for California. [Online].Tersedia di : http://www.cde.ca.gov/be/st/ss/. [Diakses : 20 Oktober 2013].

California State Board of Education. (2003). Science Content Standars for California. [Online].Tersedia di : http://www.cde.ca.gov/be/st/ss/. [Diakses : 20 Oktober 2013].

Nichols, J (2013). 4 Essential of 21st Century Learning. [Online]. Tersedia : http:// www.teachthought.com/.../4-essential-rules-of-21st-century-learning [ 20 Maret 2014]. Nolker & Schoenfeldt. (1983). Pendidikan Kejuruan : Pengajaran, Kurikulum, Perencanaan.


(3)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Notonegoro, A.Y. (2010). Model Kompetensi Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berbasis Kompetensi Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan Edisi No.8.

Nurhayati. (2009). Analisis Kadar Arsen (As) pada Kerang (Bivalvia) yang Berasal dari Laut Belawan Tahun 2009. Skripsi. Fakutas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Nwagwu, C. (2011). Academic and Vocational Preferences of Nigerian Secondary School Students: a Challenge to Policy Makers. 50(1), hlm. 113-122.

Pidarta, M. (2007). Landasan Pendidikan : Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Olumade, S.A. (2013). Re-enginering vocational and technical education (VTE) for sustainable development in North Central Geo-Political Zone, Nigeria. Academic Journal. Vol. 8 (19), hlm.1842-1849.

Permanasari, A. (2011). Pembelajaran Sains : Wahana Potensial Untuk Membelajarkan Soft Skill dan Karakter. Seminar Nasional Pendidikan IPA. Universitas Lampung.

Pidarta, Made. (2007). Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Poedjiadi, A. (2009). “Pendidikan Sains” dalam Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III : Pendidikan disiplin Ilmu. Bandung : PT. Imperial Bhakti Utama.

Rahayu, E.S. dan Nuryata, I.M. (2010). Pengembangan Soft Skill di SMK. Jakarta : Penerbit Sekarmita.

Ramsey, J.W., dan M.Craig.E. (2004). Informal Learning in Science : Does Agricultural Education Have a Role?. Journal od Southern Agricultural Education Reasearh. Vol.54.No.1.pp.86-99.

Reimers, E. (2003). Teacher Professional Development: an International Review of The Literature. UNESCO: International Institute for Educational Planning [Online]. Tersedia di: http://unesdoc.unesco.org. [Diakses: 12 Desember 2012].

Reksoatmodjo, T. N. (2010). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Bandung : PT. Refika Aditama.


(4)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Robert, T.G., Kim,A.D., Julie, F.H., dan Theresa, P.M. (2007). Competencies and Traits of Successful Agricultural Sciences Teachers. Journal of Career and Technical Education, 2(22), hlm.6-17.

Royse, D., Bruce, A.T., Deborah, K. P., dan TK. Logan. (2006). Program Evaluation : An Introduction. Thomson Brooks/Cole : United States of America.

Rutheford, F.J. & Ahlgren, A., (1999), Science for all Americans. New York: Oxford University Press.

Rustaman, N.Y. (2006). ”Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003”. Makalah pada Seminar Sehari Hasil Studi Internasional Prestasi Siswa Indonesia dalam Bidang Matematika, Sains, dan Membaca. Jakarta : Puspendik Depdiknas.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Santrock, J.W. (2011). Life-Span Development. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc. Saylor, J.G, dan Alexander, W.M. (1966). Curriculum Planning for Modern Schools. New York :

Holt, Rinehart and Winston.

Schwartz, A.T. (2006). Contextualized Chemistry Education : The American experience. International Journal of Science Education. Vol. 28, No.9, pp. 977-998.

Semiawan, C., A.F. Tangyong., S. Belen., Yulaelawati, M., dan Wahyudi, S. (1985). Pendekatan Keterampilan Proses : Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar?. Jakarta : PT. Gramedia.

Sidi, I.D. (2001). Menuju Masyarakat Belajar : Menggagas Pradigma Baru Pendidikan. Paramadina dan PT. Logos Wacana Ilmu. Jakarta.

Sorgo, A dan Andreja, S. (2012). Practical Work in Biology, Chemistry and Pgysycs at Lower Secondary and General Upper Secondary Schools in Slovenis. Eurasia Journal of Mathematics , Science dan Technology Education, 8(1), hlm. 11-19.

Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahan. Jakarta : CV. Sagung Seto. Subiyanto. (1988). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan


(5)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudjana, N. (1991). Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Penerbit Sinar Baru.

Sukmadinata, N.S (2001). Pengembangan Kurikulum : Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N.S (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Suriasumantri, J. S. (1999). Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan.

Sutarsih dan Nurdin (2009). Manajemen Pendidikan : Supervisi Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Syaripudin, T dan Kurniasih. (2008). Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Percikan Ilmu.

Sturgis, C. (2014). Progress and Proficiency: Redesigning Grading for Competency Education.The International Association for K-12 Online Learning (iNACOL). New York : USA.

Taba, H. (1962). Curriculum Development. NewYork : Harcourt Brace & World, Inc.

Trowbridge, L.W. dan Bybee, R.W (1996). Teaching Secondary School Science : Strategies For Developing Scientific Literacy 6’h Ed . New Jersey : Prentice Hall.

Tayibnapis, F.R. (2008). Evalusi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Tilaar, H. A.R. (2007). Standarisasi Pendidikan Nasional : Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta : Rineka Cipta.

Thomson, G.W. (2001). Perceptions of Oregon Secondary Principals Regarding Integrating Science into Agricultural Science and Technology Programs. Journal of Agricultural Education, 42(1), hlm. 50-60.

Thompson, G.W. dan Brian, K. W. (2007). Integrating Science Into The Agricultural Education Curriculum : Do Science and Agriculture Teachers Agree?. Journal of Agricultural Education. 48(3), hlm. 1-12.

Triling, B dan Charles, F. (2009). 21st Century Skills : Learning For Life in Our Time. Jossey-Bass. A Wiley Imprint. San Fransisco : United State of America.


(6)

Tri Cahyanto, 2014

Pengembangan Konten IPA Adaptif Untuk Menunjang Kompetensi Keahlian Peserta Didik SMK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Toharudin, U., Sri.H., dan Andrian, R. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung : Humaniora.

Usmeldi. (2008). Pengembangan Materi dan Model Perkuliahan Fisika Dasar untuk Calon Guru Teknik Elektro. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Wilson, B.E. dan Kevin, W. C.(2011). Outcomes of Integrated Agriscience Processes : A Synthesis of Research. Journal of Agricultural Education, 52(3), hlm. 136-147.

Wonorahardjo. (2010). Dasar-Dasar Sains. Jakarta : PT. Indeks.

Widodo, W. (2010). Pengembangan Model Pembelajaran “MiKiR” Pada Perkuliahan Fisika Dasar Untuk Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Pemevahan Masalah calon Guru SMK Program Keahlian Tata Boga. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Yu, L. (2009). A Comparative Review in Chinese Vocational Education and Training System. The Online Journal of New Horizon in Education. 3(2).

Yulaelawati, E. (2007). Kurikulum Dan Pembelanjaran Filosofi Teori Dan Aplikasi. Bandung : Pakar Raya.

Zais, R.S. (1976). Curriculum Principle and Foundation. New York : Thoms Ciowell Company.

Crawford, V.M., Mark, S., Yukie, T, Margaret, R., dan Phil V. (2005). Report on a Laboratory Studi of Teacher Reasoning : Characterizing Adaptive Expertise in Science Teaching. Paper Presented at the American Educational Research Assosiation Annual Conferrence, April 11-15. Montreal : Canada.