KONSEP CAU DALAM MASYARAKAT SUNDA: kajian antropolinguistik di desa gunung masigit,kecamatan cipatat, kabupaten bandung barat.
KONSEP CAU DALAM MASYARAKAT SUNDA
(Kajian Antropolinguistik di Desa Gunung Masigit,
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat)
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra
oleh
GINA GIFTIA FADILAH NURSANI
NIM 100059
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2015
(2)
LEMBAR HAK CIPTA
KONSEP CAU DALAM MASYARAKAT SUNDA
(Kajian Antropolinguistik di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat)
Oleh
GINA GIFTIA FADILAH NURSANI
NIM 1000592
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi syarat memeroleh gelar
Sarjana Sastra pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
© GinaGiftiaFadilahNursani
Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis
(3)
GINA GIFTIA FADILAH NURSANI
NIM 1000592
SKRIPSI
KONSEP CAU DALAM MASYARAKAT SUNDA
(Kajian Antropolinguistik di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat)
disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I,
Dr. Hj. Nuny Sulistiany Idris, M.Pd.
NIP 19670151991032001
Pembimbing II,
Mahmud Fasya, S.Pd., M.A.
NIP 197712092005011001
Diketahui oleh,
Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Dr. Dadang S. Anshori, M.Si.
NIP 197204031999031002
(4)
KONSEP CAU DALAM MASYARAKAT SUNDA
(Kajian Antropolinguistik di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat)
Gina Giftia Fadilah Nursani
NIM 1000592
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul
“
Konsep
Cau
dalam Masyarakat Sunda (Kajian
Antropolinguistik di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten
Bandung
Barat)
”
merupakan
suatu
penelitian
pada
tataran
kajian
antropolinguistik. Penelitian ini sangat relevan dilakukan di Desa Gunung
Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, karena masyarakat di
desa tersebut masih memegang konsep harmoni dengan alam yakni dengan
mempertahankan
leksikon-leksikon
yang
berkaitan
dengan
cau
dan
pemanfaatannya. Dalam penelitian ini dirumuskan beberapa masalah yang
meliputi (1) klasifikasi dan deskripsi leksikon tentang
cau
, (2) fungsi leksikon
tentang
cau
, (3) konsep
cau
yang terkandung dalam leksikon tentang
cau
, dan (4)
kesepadanan antara leksikon varian
cau
dalam bahasa Sunda dengan leksikon
varian pisang dalam bahasa Indonesia. Untuk menjawab semua permasalahan
tersebut, digunakan model penelitian etnografi komunikasi yang melibatkan
metode deskriptif-kualitatif. Dalam pengumpulan data digunakan teknik observasi
partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Berikut hasil penelitian
yang dijelaskan secara singkat. Data leksikon tentang
cau
berjumlah 100 leksikon.
Pertama
, klasifikasi secara formal berdasarkan satuan lingual yang terdiri atas (1)
kata dan (2) frasa. Selain itu, klasifikasi secara fungsional terdiri atas (1)
bagian-bagian
cau
, (2) varian
cau
, (3) hasil olahan
cau,
dan (4) cara pengolahan
cau
.
Kedua
, fungsi leksikon meliputi (1) fungsi pertanian dan pendidikan lingkungan
hidup, (2) fungsi ekonomi, (3) fungsi identitas sosial, (4) fungsi kesehatan dan
pengobatan, dan (5) fungsi kebudayaan.
Ketiga
, konsep yang terkandung dalam
leksikon tentang
cau
meliputi (1) cerminan hubungan kearifan budaya Sunda
berdimensi vertikal dan (2) cerminan hubungan kearifan budaya Sunda
berdimensi horizontal yang terdiri atas (a) orang Sunda bijak memanfaatkan alam,
(b) orang Sunda mementingkan kesehatan dan pengobatan alami, serta (c) orang
Sunda menganggap penting makanan dalam setiap acara.
Keempat
, kesepadanan
antara leksikon varian
cau
dengan leksikon varian pisang terdiri atas (1)
leksikalisasi sepadan dan (2) leksikalisasi tidak sepadan.
(5)
CAU CONCEPT IN SUNDANESE PEOPLE
(Antropolinguistik Study at Gunung Masigit Village, Cipatat Sub-district,
Bandung Barat regency)
Gina Giftia Fadilah Nursani
NIM 1000592
ABSTRACT
The research that entitled "
Cau
Concept in Sundanese People (Antropolinguistik
Study at Gunung Masigit Village, Cipatat Sub-district, Bandung Barat regency)"
is the research wich related on antropolinguistik study. This research is very
relevant to do in Gunung Masigit Village, Cipatat Sub-District, Bandung Barat
Regency, because the people on the village are still using a harmony concept with
nature that maintain the lexicon-lexicon wich is related with
cau
and it's
utilization. In this research, there are some problem that formulated in, wich
covered (1) the classification and description about
cau
, (2) the lexicon function
about
cau
, (3) the concept of
cau
that caontained in the lexikon of
cau
, and (4) the
equivalence between the variant leksikon of
cau
in bahasa Indonesia and the
variant leksikon of
cau
in bahasa Sunda. To answer all of the problem above, the
reseach use ethnography of communication that involve the
description-qualitative method. In data accumulation uses the observation of participation
technique, in depth interview, and documentation. The following is the result that
explain described briefly. The amount of lexicon data about
cau
are 100 lexicon
that described briefly.
First
, the formal classification based on lingual piece
consists of (1) word, and (2) phrase. Aside from that, the functional classification
consist of (1) parts of cau, (2) the variant of cau, (3) the processed of
cau
, and (4)
the way of processing
cau
.
Second
, the function of lexicon covered (1)
agricultural functions and the function of environmental education, (2) economic
functions, (3) social identity function, (4) health and treatment function, and (5)
cultural function.
Third
, the concept that contained inside the lexicon of
cau
,
covered (1) the reflection of Sundanese cultural wisdom vertical way, and (2) the
reflection of Sundanese cultural wisdom horizontal way wich consisting of (a)
Sundanese people wisely utilize nature, (b) Sundanese people concerned with the
health and natural medicine, and (c) Sundanese people attach importance of food
in every event.
Fourth
, the harmony between the lexicon variant of
cau
and
leksikon variant pisang, consists of (1) the propotional of lexicalization, and (2)
the unpropotional of lexicalization.
(6)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ...
v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR DIAGRAM ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Masalah ... 6
1.
Identifikasi Masalah ... 6
2.
Batasan Masalah... 7
3.
Rumusan Masalah ... 7
C.
Tujuan Penelitian ... 7
D.
Manfaat Penelitian ... 8
E.
Struktur Organisasi Penelitian ... 8
BAB II PENELITIAN TERDAHULU, IHWAL ANTROPOLINGUISTIK,
DAN SATUAN LINGUAL DALAM KAJIAN LINGUISTIK ... 10
A.
Penelitian Terdahulu ... 10
B.
Ihwal Antropilinguistik ... 12
1.
Pengantar ... 12
2.
Kebudayaan dan Bahasa ... 14
3.
Penggunaan Leksikon ... 17
4.
Etnografi Komunikasi ... 18
5.
Kearifan Lokal ... 19
6.
Pandangan Hidup Orang Sunda ... 21
a.
Pandangan Hidup Sebagai Manusia Secara Pribadi... 21
b.
Pandangan Hidup tentang Hubungan Manusia
dengan Masyarakat... 22
c.
Pandangan Hidup tentang Hubungan Manusia dengan Alam... 23
d.
Pandangan Hidup tentang Hubungan Manusia dengan Tuhan ... 23
e.
Pandangan Hidup tentang Manusia dalam Mengejar
Kemajuan Lahiriah dan Kepuasan Batiniah ... 24
7.
Leksikalisasi Lintas Bahasa ... 24
C.
Satuan Lingual dalam Kajian Linguistik... 26
1.
Morfem ... 26
2.
Kata ... 28
(7)
1)
Frasa Endosentris ... 29
2)
Frasa Eksosentris ... 30
a)
Frasa verbal ... 30
b)
Frasa nominal ... 30
c)
Frasa adjektival ... 31
d)
Frasa pronominal ... 31
e)
Frasa numeralia ... 31
f)
Frasa preposisi ... 32
g)
Frasa konjungsi ... 32
BAB III Metodologi Penelitian ...
33
A.
Lokasi Penelitian ... 33
1.
Data ... 33
2.
Sumber Data ... 34
B.
Metode Penelitian... 35
C.
Definisi Opreasional... 36
D.
Instrumen Penelitian... 36
E.
Teknik Pengumpulan Data ... 39
1.
Observasi Partisipatif ... 39
2.
Wawancara Mendalam ... 40
3.
Dokumentasi ... 40
F.
Teknik Analisis Data ... 40
1.
Contoh Analisis Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berdasarkan Satuan Lingual ... 41
a.
Contoh Analisis Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berupa Kata .... 42
b.
Contoh Analisis Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berupa Frasa ... 43
2.
Contoh Analisis Klasifikasi Fungsional Leksikon tentang
Cau
... 44
3.
Contoh Analisis Fungsi leksikon tentang
Cau
...
44
4.
Contoh Analisis Leksikalisasi Varian
Cau
dalam Bahasa Sunda
dengan Varian Pisang dalam Bahasa Indonesia ... 46
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 48
A.
Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon tentang
Cau
di Desa Gunung Masigit,
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat ... 48
1.
Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon tentang
Cau
Secara Formal
di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat, Berdasarkan Satuan Lingual ... 48
a.
Leksikon Tentang
Cau
yang Berupa Kata ... 53
1)
Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berdasarkan Struktur Morfem ... 53
a)
Kata Dasar (Monomorfemis) ... 55
b)
Kata Berimbuhan (Polimorfemis) ... 56
(1)
Prefiks ... 57
(2)
Ambifiks ... 58
2)
Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berdasarkan Kategori Kata ... 59
(8)
xi
1)
Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berdasarkan Pembentukan Frasa ... 64
a)
Frasa yang Unsurnya Berupa Kata + Kata ... 64
b)
Frasa yang Unsurnya Berupa Kata + Frasa
atau Frasa + Kata ... 74
2)
Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berdasarkan Persamaan Distribusi Frasa ... 77
3)
Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berdasarkan Kategori Frasa ... 78
(1)
Nomina + Nomina ... 78
(2)
Nomina + Adjektiva ... 79
2.
Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon tentang
Cau
secara Fungsional
di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat ... 79
a.
Leksikon Bagian-bagian
Cau
... 79
1)
Akar
tangkal cau
... 80
2)
Badul
cau
...
80
3)
Bagedor
...
81
4)
Bodogol
...
81
5)
Buah
cau
...
82
6)
Butiti
...
83
7)
Cangkang
cau
...
83
8)
Daun
cau
...
84
9)
Gebog
cau
...
84
10)
Geutah
cau
...
85
11)
Hileud
cau
...
85
12)
Jantung
cau
...
86
13)
Kararas
...
86
14)
Kompét
daun cau
...
87
15)
Oér
...
87
16)
Ponggol
...
87
17)
Senggéh
cau
...
88
18)
Seuhang
...
88
19)
Siki
cau
...
89
20)
Ulam
cau
...
89
b.
Leksikon Varian
Cau
...
89
1)
Cau
ambon
bodas
... 90
2)
Cau
ambon
jepang
...
90
3)
Cau
ambon
konéng
... 91
4)
Cau
ambon lumut
... 91
5)
Cau
ampyang
... 92
6)
Cau
angléng
... 92
7)
Cau
bangkaulu
... 92
8)
Cau
batu
... 93
9)
Cau
bogo
... 93
10)
Cau
emas
... 94
(9)
12)
Cau
galék
kompan
... 95
13)
Cau
gembor
... 95
14)
Cau
geulis
tiis
... 96
15)
Cau
hurang
... 96
16)
Cau
kaladi
... 96
17)
Cau
kapas
... 97
18)
Cau
kastroli
... 97
19)
Cau
kepok
... 98
20)
Cau
kidang
... 98
21)
Cau
kosta
... 98
22)
Cau
kulutuk
... 99
23)
Cau
lampénéng
...
99
24)
Cau
manggala
... 99
25)
Cau
muli
... 100
26)
Cau
nangka
... 100
27)
Cau
raja
bulu ... 101
28)
Cau
raja ceré
... 101
29)
Cau raja siem
... 101
30)
Cau saba
... 102
31)
Cau séwu
... 102
32)
Cau siripipit
... 103
33)
Cau susu
... 103
34)
Cau tanduk
... 103
35)
Cau ustrali
... 103
c.
Leksikon Hasil Olahan
Cau
... 104
1)
Beuleum cau
... 104
2)
Bolu pisang
... 104
3)
Bubur cau
... 105
4)
Cimplung
... 105
5)
Goréng cau
... 106
6)
Kolek cau
... 106
7)
Kuéh kering
... 107
8)
Lantak
... 107
9)
Molen cau
... 108
10)
Nagasari
... 108
11)
Pisang
aroma ... 109
12)
Pisang
bolen ... 109
13)
Pisang
coklat ... 109
14)
Pisang
karamél ... 110
15)
Pisang kéju ...
110
16)
Putri noong ...
111
17)
Rangsing ...
111
18)
Sale ...
111
19)
Sayur jantung ...
112
20)
Seupan cau ...
112
d.
Leksikon Cara Pengolahan
Cau
... 113
(10)
xiii
2)
dibekukeun
... 113
3)
dibeulah
... 113
4)
dibeuleum
... 113
5)
dibulen
... 113
6)
dibungkus
... 113
7)
dicampur
... 114
8)
digalokeun
... 114
9)
digoréng
... 114
10)
digulung
... 114
11)
dihijikeun
... 114
12)
dikerok
... 115
13)
dikeueum
... 115
14)
dikeureutan
... 115
15)
dikolek
... 115
16)
dikulub
... 115
17)
dipais
... 115
18)
dipesék
... 116
19)
dipoé
... 116
20)
dipotongan
... 116
21)
disayur
... 116
22)
diseupan
... 116
23)
disiksikan
... 117
24)
ditipungan
... 117
25)
ditutu
... 117
B.
Fungsi Leksikon tentang
Cau
di Desa Gunung Masigit,
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat ... 117
1.
Fungsi Pertanian dan Pendidikan Lingkungan Hidup ... 118
2.
Fungsi Ekonomi ... 118
3.
Fungsi Identitas Sosial ... 119
4.
Fungsi Kesehatan dan Pengobatan ... 120
5.
Fungsi Kebudayaan ... 121
C.
Konsep
Cau
yang Tercermin dalam Leksikon Tentang
Cau
di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat ... 122
1.
Cerminan Kearifan Budaya Sunda Berdimensi Vertikal ... 123
2.
Cerminan Kearifan Budaya Sunda Berdimensi Horizontal ... 124
a.
Orang Sunda Bijak Memanfaatkan Alam ... 125
b.
Orang Sunda Mementingkan Kesehatan dan Pengobatan Alami .... 126
c.
Orang Sunda Menganggap Penting Makanan
dalam Setiap Acara ... .127
D.
Kesepadanan Antara Varian Leksikon
Cau
dalam Bahasa Sunda
dengan Varian Leksikon Pisang dalam Bahasa Indonesia ... 127
1.
Varian Leksikon
Cau
dalam Bahasa Sunda dan
Varian Leksikon Pisang dalam Bahasa Indonesia
Kategori Leksikalisasi Sepadan ... 130
2.
Varian Leksikon
Cau
dalam Bahasa Sunda dan
(11)
Kategori Leksikalisasi Tidak Sepadan ... 134
E.
Pembahasan Tentang Hasil Penelitian Konsep
Cau
dalam Masyarakat Sunda di Desa Gunung Masigit,
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat ... 136
1.
Klasifikasi dan Deskripsi Leksikon tentang
Cau
di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat ... 136
2.
Fungsi Leksikon tentang
Cau
bagi Masyarakat
di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat ... 138
3.
Konsep
Cau
yang Tercermin dalam Leksikon Tentang
Cau
di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat ... 139
4.
Kesepadanan antara Varian Leksikon
Cau
dalam Bahasa Sunda
dengan Varian Leksikon Pisang dalam Bahasa Indonesia ... 140
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ... 142
A.
Simpulan ... 142
B.
Saran ... 144
DAFTAR PUSTAKA ... 145
LAMPIRAN ... 149
(12)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Lokasi ini sengaja dipilih karena
Desa Gunung Masigit ini merupakan desa yang masih memegang teguh konsep
cau
dalam kehidupan masyarakatnya. Selain itu, lokasi ini dinilai relevan dengan
penelitian tentang konsep
cau
bagi masyarakat Sunda karena seluruh masyarakat
di Desa Gunung Masigit, Kecamataan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat ini
merupakan masyarakat Sunda yang sampai saat ini masih memanfaatkan
cau
sebagai hasil alam yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang kehidupan.
Berdasarkan beberapa alasan yang dipaparkan di atas, peneliti memilih
Desa Gunung Masigit, Kecamataan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat sebagai
lokasi penelitian. Setelah itu, peneliti menentukan subjek penelitian yang meliputi
(1) data dan (2) sumber data. Adapun pemaparannya adalah sebagai berikut.
1.
Data
Data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data yang sudah diolah
oleh peneliti. Data yang didapat berupa tuturan lisan yang secara langsung
dituturkan oleh informan. Dasar pertimbangannya adalah bahwa tuturan lisan
merupakan tuturan yang dominan terjadi dalam hampir semua peristiwa tutur
yang berlangsung di berbagai ranah pemilihan bahasa di masyarakat Desa Gunung
Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
Data yang didapat sebanyak 100 leksikon yang terbagi atas 20 leksikon
bagian-bagian
cau
, 35 leksikon varian
cau
, 20 leksikon hasil olahan
cau
, dan 20
leksikon cara pengolahan
cau
. Adapun contoh data yang didapat diantaranya
yaitu, leksikon bagian-bagian
cau
seperti:
gebog
cau
,
daun
cau
,
jantung
cau
,
geutah
cau
, dan sebagainya; leksikon varian
cau
seperti:
cau raja ceré
,
cau
ampyang
,
cau galék
,
cau kosta
,
cau kulutuk
,
cau lampénéng
,
cau séwu
, dan
sebagainya; leksikon hasil olahan
cau
seperti
rangsing
,
lantak
,
putri
noong
,
(13)
digoréng, diseupan, dikulub, dipais, dikolek, dipoé, dikeueum, disiksikan,
dan
sebagainya.
2.
Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini berupa data bahasa secara lisan dalam
situasi yang wajar yang didapat dari penggunaan bahasa Sunda pada
leksikon-leksikon tentang
cau
oleh masyarakat di Desa Gunung Masigit, Kecamatan
Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Masyarakat di desa ini rata-rata menggunakan
bahasa Sunda dalam berkomunikasi sehingga perolehan data pun didapat sesuai
dengan penggunaan nama dalam leksikon tentang
cau
yang ada.
Sebagian data didapatkan dari seorang informan di Desa Gunung Masigit,
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat yaitu Abah Ajum (65 tahun).
Djajasudarma (2006, hlm. 22) mengatakan bahwa peneliti harus menentukan
informan yang terandalkan, dapat dipercaya baik secara khusus dalam
memberikan data yang akurat. Prosedur yang ditempuh dalam menentukan
kriteria informan secara tradisional (penelitian dialek) adalah kriteria NORMs
(bhs. Inggris
Nonmobile-Older-Rular
dan
Males
(laki-laki) (Djajasudarma (2006,
hlm. 22). Artinya seorang informan harus memiliki keaslian, dalam arti
N
(
onmobile
)
‘tidak berpergian’,
Older
‘usia yang cukup sebagai informan’,
R(ular)
‘tinggal dipedalaman’
menetap, dan
Males
‘jenis kelamin’
laki-laki.
Menurut Djajasudarma, metode pemilihan informan dengan kriteria tersebut
menjangkau penelitian terhadap keaslian (bahasa).
Dengan demikian, pemilihan informan dalam penelitian ini didasarkan
pada kriteria yang telah disebutkan. Informan tersebut berprofesi sebagai petani
kebun sekaligus pemilik kebun
cau
di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat,
Kabupaten Bandung Barat. Informan tersebut merupakan penduduk asli Desa
Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Keaslian bahasa
yang terlihat pada informan tersebut jelas mengartikan bahwa informan tersebut
asli penduduk Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung
Barat, yang berbahasa Sunda dalam berkomunikasi sehari-hari. Di samping itu,
informan tersebut merupakan tokoh yang dipercaya sebagai sesepuh desa, di lihat
dari usia pun, Abah Ajum berusia 65 tahun dan sudah cukup masuk dalam kriteria
(14)
35
informan yang diharapkan. Beliau pun jarang berpergian ke luar desa. Informan
tersebut berjenis kelamin laki-laki yang merupakan salah satu kriteria informan
yang penting dalam penentuan data penelitian.
B.
Metode Penelitian
Penelitian mengenai konsep
cau
bagi masyarakat Sunda di Desa Gunung
Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, ini menggunakan
pendekatan antropolinguistik, karena penelian ini bertujuan menggali kebudayaan
masyarakat Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung
Barat, melalui bahasanya yang tercermin dalam penyebutan leksikon tentang
cau
sebagai upaya menjaga kekayaan leksikon
cau
di desa tersebut. Secara
metodologis, pendekatan antropolinguistik dalam kajian ini dipusatkan pada
model etnografi komunikasi yang dikembangkan oleh Hymes (1972; 1973; 1980).
Pengembangan istilah itu dimaksudkan oleh Hymes (1980, hlm 8) untuk
memfokuskan kerangka acuan karena pemerian tempat bahasa di dalam suatu
kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya.
Penelitian dengan model etnografi menempatkan nilai yang tinggi pada
kenormalan gejala yang diteliti (Duranti, 1997, hlm. 84). Penggunaan model
etnografi difungsikan untuk mengungkap konsep
cau
bagi masyarakat Sunda di
Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
Penggunaan model etnografi komunikasi dalam penelitian ini melibatkan
metode deskriptif-kualitatif. Metode penelitian deskriptif yang dilakukan dalam
penelitian ini bertujuan untuk dapat melakukan pendeskripsian secara sistematis,
faktual, dan akurat, mengenai fakta-fakta terhadap situasi-situasi atau
kejadian-kejadian di suatu daerah tertentu. Untuk mendukung metode penelitian deskriptif
ini, peneliti melakukan penelitian secara kualitatif. Penelitian kualitatif
dimaksudkan untuk memperoleh data dan mengamati orang dalam lingkungan
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran
mereka tentang dunia sekitarnya (Idris, 2012, hlm. 20).
Jadi, metode penelitian deskriptif-kualitatif yang dilakukan dalam
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya dalam
menganalisis leksikon-leksikon yang berkaitan
cau
dan mendeskripsikan serta
(15)
mengklasifikasikan leksikon-leksikon tentang
cau
di Desa Gunung Masigit,
Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. Pendeskripsian yang disajikan
berdasarkan bagian-bagian
cau
, varian
cau
, hasil olahan
cau
, cara pengolahan
cau
, dan fungsinya, yang juga merupakan cerminan budaya masyarakat Desa
Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
C.
Definisi Operasional
Untuk menghindari salah tafsir dalam memahami istilah, peneliti memberi
beberapa definisi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1)
Konsep
cau
adalah salah satu konsep kearifan lokal masyarakat Sunda di Desa
Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat yang memuat
persepsi, konseptualisasi, dan cara pandang masyarakat tersebut tentang
integrasi pengetahuan dan pemanfaatan
cau
dalam upaya konservasi terhadap
keanekaragaman
cau
di desa tersebut.
2)
Masyarakat Sunda di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten
Bandung Barat, adalah masyarakat penutur bahasa Sunda yang memiliki
kepercayaan dan kebiasaan yang relatif sama yang tinggal di Desa Gunung
Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
3)
Antropolinguistik adalah pendekatan yang digunakan untuk mencari
pengetahuan sebuah etnis melalui leksikon yang digunakan penuturnya dalam
menyebutkan leksikon-leksikon yang berkaitan dengan konsep
cau
.
D.
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri (
human instrument
). Konsep
human instrument
dipahami
sebagai alat yang dapat mengungkap fakta-fakta lapangan dan tidak alat yang
paling elastik dan tepat untuk mengungkap data kualitatif kecuali peneliti itu
sendiri. Peneliti melakukan pengamatan atau wawancara mendalam terhadap
informan. Walaupun menggunakan alat rekam atau kamera, peneliti tetap
memegang peranan sebagai instrument penelitian.
Selain itu, peneliti menggunakan pedoman observasi yang berupa format
pertanyaan (diadaptasi dari Sudana, dkk., 2012). Adapun pedoman observasi yang
(16)
37
digunakan telah disesuaikan dengan rumusan masalah. Berikut contoh pedoman
observasi dalam penelitian ini.
Tabel 3.1 Contoh Pedoman Observasi Bentuk Lingual
No.
Leksikon tentang
Cau
dalam BS
Leksikon tentang
pisang dalam BI
Bentuk Lingual
Kata
Frasa
Tabel 3.1 merupakan contoh pedoman observasi bentuk lingual yang akan
mengklasifikasikan leksikon tentang
cau
ke dalam bentuk kata dan frasa.
Selanjutnya, leksikon yang berbentuk kata diobservasi kembali menggunakan
pedoman observasi berikut.
Tabel 3.2 Contoh Pedoman Observasi Bentuk Kata
No.
Leksikon tentang
Cau
dalam BS
Leksikon tentang
pisang dalam BI
Leksikon Berbentuk Kata
Struktur Kata
Kategori Kata
Tabel 3.2 merupakan contoh pedoman observasi leksikon berbentuk kata
yang akan mengklasifikasikan kata berdasarkan struktur kata dan kategori
katanya. Adapun leksikon yang berbentuk frasa akan diobservasi kembali
menggunakan pedoman observasi seperti tabel berikut.
Tabel 3.3 Contoh Pedoman Observasi Bentuk Frasa
No.
Leksikon
tentang
Cau
dalam
BS
Leksikon
tentang
pisang
dalam BI
Leksikon Berbentuk Frasa
Unsur Pembentuk
Frasa
Kategori
Frasa
Distribusi
Frasa
Inti
Atribut
(17)
Tabel 3.3 merupakan contoh pedoman observasi berbentuk frasa yang
akan mengklasifikasikan frasa berdasarkan (1) unsur pembentuk frasa yang akan
memperlihatkan unsur inti dan atribut frasa, (2) kategori frasa, serta (3) distribusi
frasa leksikon yang dimaksud.
Tabel 3.4 Contoh Pedoman Observasi Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
No
Leksikon
tentang
Cau
dalam BS
Leksikon
tentang
pisang
dalam BI
Klasifikasi fungsional tentang
cau
Bagian
Varian Hasil olahan
Cara
pengolahan
Tabel 3.4 merupakan contoh pedoman observasi klasifikasi leksikon
tentang
cau
yang akan mengklasifikasikan secara fungsional seluruh leksikon
yang diperoleh ke dalam 4 kategori yang meliputi (1) bagian, (2) varian, (3) hasil
olahan, dan (4) cara pengolahan.
Tabel 3.5 Contoh Pedoman Observasi Fungsi Leksikon tentang
Cau
No
Leksikon
tentang
cau
dalam
BS
Leksikon
tentang
pisang
dalam BI
Fungsi leksikon tentang
Cau
P
erta
nian da
n
P
endidi
ka
n
Lingkunga
n
Hidup
Ke
se
ha
tan
d
an
P
engoba
ta
n
Eko
nomi
Ke
buda
ya
an
Ide
nti
tas So
sial
Tabel
3.5
merupakan
contoh
pedoman
observasi
yang
akan
mengkategorikan seluruh leksikon tentang
cau
ke dalam fungsi yang terdiri atas
(1) fungsi pertanian dan pendidikan lingkungan hidup, (2) fungsi kesehatan dan
pengobatan, (3) fungsi ekonomi, (4) fungsi kebudayaan, dan (5) fungsi identitas
sosial.
(18)
39
Tabel 3.6 Contoh Pedoman Observasi Leksikalisasi Leksikon Varian
Cau
No
Leksikon varian
cau
dalam B.S
Leksikon Varian
pisang dalam BI
Leksikalisasi
Sepadan
Tak
sepadan
Timpang
Tabel 3.6 merupakan contoh pedoman observasi leksikalisasi leksikon
yang akan meleksikalisasikan leksikon varian
cau
dalam bahasa Sunda dengan
leksikon varian pisang dalam Bahasa Indonesia yang terdiri atas (1) leksikalisasi
sepadan, (2) leksikalisasi tidak sepadan, dan (3) leksikalisasi timpang.
E.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipatif,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Adapun pemaparannya adalah sebagai
berikut.
1.
Observasi Partisipatif
Peneliti menggunakan teknik observasi partisipatif yang merupakan suatu
pendekatan dengan cara terjun ke lapangan untuk menentukan tempat dan
mengamati situasi lingkungan yang hendak diteliti. Dalam melakukan observasi
partisiptif, peneliti mengamati keadaan yang wajar tanpa berusaha untuk
mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasi data yang didapat. Teknik observasi
partisipatif yang dilakukan berarti peneliti sebagai partisipan masuk ke dalam
lingkungan yang diteliti. Dalam obeservasi partisipatif ini, peneliti terlibat secara
langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang
digunakan sebagai sumber data penelitian. Dalam hal ini tentu peneliti mengamati
peristiwa tutur dalam setiap kegiatan penelitian, mendengarkan apa yang
diucapkan orang, dan berpartisipasi dalam setiap aktivitas mereka.
Observasi partisipatif ini dilakukan agar peneliti dapat memahami segala
hal yang terdapat dalam kegiatan tersebut dan mendapatkan informasi langsung
berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan di tempat penelitian. Informasi yang
(19)
diperoleh dari hasil observasi partisipatif berupa informasi yang sesuai dengan
kenyataan. Untuk mendapatkan data penelitian, peneliti melakukan observasi
dengan turun langsung ke lapangan. Peneliti melakukan kontak langsung dengan
masyarakat Sunda di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten
Bandung Barat sehingga peneliti berhasil menggali informasi tentang segala hal
yang berkaitan dengan leksikon
cau
di desa tersebut.
2.
Wawancara Mendalam
Dalam Idris (2012, hlm. 37), wawancara atau
interview
adalah suatu
bentuk komunikasi verbal, semacam percakapan, yang bertujuan untuk
memperoleh informasi. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam
sehingga peneliti mendapatkan banyak informasi dari informan.
Wawancara mendalam (
open-ended interview
) merupakan salah satu
metode pengumpulan data yang digunakan di dalam antropolingistik (Sibarani,
2004, hlm. 51). Teknik wawancara mendalam dilakukan sebagai langkah
memperoleh keterangan atau penjelasan dari informan dalam upaya penggalian
informasi yang lebih banyak, lengkap, dan jelas.
3.
Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah suatu cara dalam melakukan penelitian dengan
cara pengumpulan data, pemilihan data, pengolahan data, dan penyimpanan data
sebagai bukti atau keterangan dalam sebuah penelitian, baik berupa gambar,
kutipan, bahan referensi, dan sebagainya.
F.
Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif peneliti tidak boleh menunggu dan
membiarkan data menumpuk, untuk kemudian menganalisisnya (Alwasilah, 2002:
hlm. 158, dalam Idris). Begitu pun dengan penelitian ini, data-data yang telah
didapat dari teknik pengumpulan data dianalisis untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam rumusan masalah.
Dalam teknik pengolahan data digunakan beberapa tahapan. Analisis data
diawali dengan menelaah seluruh data yang didapat berdasarkan observasi,
(20)
41
wawancara, catatan di lapangan, foto, rekaman, dan sebagainya. Langkah
selanjutnya adalah mengklasifikasikan data leksikon tentang
cau
ke dalam
kategori yang meliputi bagian-bagian
cau
, varian
cau
, hasil olahan
cau
, dan cara
pengolahan
cau
. Setelah itu, klasifikasi data dideskripsikan. Setelah
mengklasifikasikan dan mendeskripsikan data temuan di lapangan, peneliti mulai
menganalisis data berdasarkan pendekatan antropolinguistik.
Hasil analisis data dalam penelitian ini akan disajikan dengan
menggunakan metode penyajian formal dan informal (Sudaryanto, 1982, hlm. 16).
Metode formal digunakan pada pemaparan hasil analisis data yang berupa
kaidah-kaidah atau lambang-lambang formal dalam bidang linguistik. Lambang-lambang
formal seperti lambang dalam bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis disajikan
dengan metode formal. Sementara itu, model informal digunakan pada pemaparan
hasil analisis data yang berupa kata-kata atau uraian biasa tanpa lambang-lambang
formal yang sifatnya teknis.
Berikut dipaparkan contoh analisis data penelitian.
1.
Contoh Analisis Klasifikasi Leksikon tentang Cau Berdasarkan Satuan
Lingual
Leksikon tentang
cau
berdasarkan satuan lingual diklasifikasikan ke dalam
bentuk kata dan frasa seperti contoh tabel analisis di bawah ini.
Tabel 3.7 Contoh Analisis Data Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berdasarkan Satuan Lingual
No.
Leksikon
Cau
dalam BS
Leksikon tentang
pisang dalam BI
Bentuk Lingual
Kata
Frasa
1
cau ambon
pisang ambon
√
2
cau nangka
pisang nangka
√
3
digoréng
digoreng
√
(21)
Dalam tabel 3.7 tersebut dijelaskan contoh klasifikasi leksikon tentang
cau
berdasarkan satuan lingualnya. Leksikon
cau ambon
dan
cau nangka
termasuk
leksikon yang berbentuk frasa karena terdiri atas dua kata yang tidak bersifat
predikatif, sedangkan leksikon
digoréng
dan
dikulub
termasuk leksikon berbentuk
kata karena hanya terdiri dari satu kata. Setelah diklasifikasikan ke dalam bentuk
kata dan frasa, selanjutnya data tersebut dikaji lagi berdasarkan struktur kata dan
kategori katanya.
a.
Contoh Analisis Klasifikasi Leksikon tentang Cau Berupa Kata
Leksikon tentang
cau
yang berbentuk kata dibedah kembali untuk
mengetahui struktur kata dan karegori katanya, seperti yang dipaparkan dalam
tabel contoh di bawah ini.
Tabel 3.8 Contoh Analisis Data Klasifikasi Leksikon tentang
Cau
Berbentuk Kat
aNo.
Leksikon tentang
Cau
dalam BS
Leksikon tentang
pisang dalam BI
Leksikon Berbentuk Kata
Struktur Kata
Kategori Kata
1
sale
sale
monomorfemis nomina
2
rangsing
rangsing
monomorfemis nomina
3
digoréng
digoreng
polimorfemis
nomina
4
dikulub
direbus
polimorfemis
nomina
Dalam tabel 3.8 di atas, data leksikon yang termasuk kata diklasifikasikan
lagi berdasarkan struktur kata dan kategori katanya. Contoh analisis klasifikasi
leksikon tentang
cau
di atas menunjukkan bahwa leksikon
sale
dan
rangsing
memiliki struktur kata sebagai kata dasar atau monomorfemis karena tidak
dibubuhi imbuhan apapun, sedangkan leksikon
digoréng
dan
dikulub
, termasuk
kata berimbuhan (polimorfemis) karena disertai sufiks
di
- yang menyertai kata
dasar. Selain itu, seluruh leksikon dalam tabel contoh analisis di atas termasuk
kategori nomina atau kata benda.
(22)
43
b.
Contoh Analisis Klasifikasi Leksikon tentang Cau Berupa Frasa
Leksikon tentang
cau
yang berupa frasa dibedah kembali unsur pembentuk
frasa sehingga dapat diketahui kategori frasa dan distribusi frasanya seperti yang
dipaparkan dalam tabel contoh di bawah ini.
Tabel 3.9 Contoh Analisis Data Klasifikasi Leksikon tentang Cau
Berbentuk Frasa
No.
Leksikon
tentang
cau
dalam
BS
Leksikon
tentang
pisang
dalam BI
Leksikon Berbentuk Frasa
Unsur Pembentuk Frasa
Kategori
Frasa
Distribusi
Frasa
Inti
Atribut
1
cau
kepok
pisang
kepok
cau
(n)
kepok
(n)
nominal
endosentrik
2
cau
ustrali
pisang
australia
cau
(n)
ustrali
(n)
nominal
endosentrik
3
kolek cau
kolak
pisang
kolek
(n)
cau
(n)
nominal
endosentrik
4
sayur
jantung
sayur
jantung
sayur
(n)
jantung
(n)
nominal
endosentrik
Berdasarkan tabel di atas, leksikon yang berbentuk frasa dibedah unsur
pembentuk frasanya, sehingga kategori frasa dan distribusi frasa leksikon tentang
cau
bisa dengan mudah diketahui, misalnya leksikon
cau ustrali
dibentuk dari
kata
cau
sebagai inti yang berkategori nomina dan kata
ustrali
sebagai atribut
yang berkategori nomina, artinya frasa
cau ustrali
dibentuk dari kata yang
berkategori nomina sebagai inti dan atributnya sehingga
cau ustrali
berkategori
frasa nominal. Di samping itu, frasa
cau ustrali
memiliki inti yaitu kata
cau
yang
mewakili frasa
cau ustrali
, sehingga frasa
cau ustrali
termasuk frasa endosentrik.
Begitu pula dengan
kolek cau
dan beberapa leksikon tentang
cau
lainnya yang
berbentuk frasa akan dianalisis dengan cara yang serupa.
(23)
2.
Contoh Analisis Klasifikasi Fungsional Leksikon tentang Cau
Leksikon tentang
cau
diklasifikasikan secara fungsional ke dalam kategori
yang meliputi (1) bagian, (2) varian, (3) hasil olahan, dan (4) cara pengolahan.
Berikut dipaparkan contoh analisis klasifikasi fungsional leksikon tentang
cau
.
Tabel 3.10 Contoh Analisis Data Klasifikasi Fungsional
Leksikon tentang
Cau
No
Leksikon
tentang
cau
dalam
BS
Leksikon
tentang pisang
dalam BI
Klasifikasi Fungsional tentang
Cau
Bagian
Varian
Hasil
olahan
Cara
pengolahan
1
cau tanduk
pisang tanduk
√
2
kolek cau
kolak pisang
√
3
daun cau
daun pisang
√
4
digoréng
digoreng
√
Dalam tabel 3.10 tentang contoh analisis data klasifikasi fungsional
leksikon tentang
cau
dijelaskan tentang analisis leksikon tentang
cau
yang
seluruhnya akan diklasifikasikan pada 4 kategori leksikon yaitu, leksikon
bagian-bagian
cau
, varian
cau
, hasil olahan
cau
, dan cara pengolahan
cau
. Berdasarkan
contoh tabel analisis di atas, diketahui bahwa leksikon
cau tanduk
termasuk
leksikon varian
cau
, leksikon
kolek cau
termasuk leksikon hasil olahan
cau
,
leksikon
daun cau
termasuk leksikon bagian
cau
, dan leksikon
digoréng
termasuk
leksikon cara pengolahan
cau
. Dengan demikian, 100 leksikon tentang
cau
yang
menjadi korpus penelitian akan diklasifikasikan ke dalam 4 kategori yang telah
disebutkan di atas.
3.
Contoh Analisis Fungsi Leksikon tentang Cau
Leksikon tentang
cau
yang telah diklasifikasikan dan didedkripsikan,
selanjutnya dianalisis fungsi leksikonnya bagi kehidupan masyarakat sesuai
dengan pengamatan yang telah dilakukan. Seluruh leksikon dianalisis fungsinya
menggunakan tabel seperti di bawah ini.
(24)
45
Tabel 3.11 Contoh Analisis Data Fungsi Leksikon tentang
Cau
No
Leksikon
Tentang
Cau
dalam
BS
Leksikon
Tentang
Pisang dalam
BI
Fungsi Leksikon tentang
Cau
P
erta
nian da
n
P
endidi
ka
n
Lingkunga
n
Hidup
Ke
se
ha
tan
d
an
P
engoba
tab
Ekonomi
Ke
buda
ya
an
Ide
nti
tas So
sial
1
geutah cau
getah pisang
√
√
2
kolek cau
kolak pisang
√
√
3
dikulub
direbus
√
4
salé
sale
√
Berdasarkan tabel 3.11 tentang contoh analisis fungsi leksikon
cau
bagi
kehidupan masyarakat, seluruh leksikon akan dianalisis dan diklasifikasikan pada
5 kategori fungsi yakni, fungsi pendidikan lingkungan hidup, fungsi kesehatan,
fungsi ekonomi, fungsi kebudayaan, dan fungsi identitas sosial. Seluruh kategori
itu didasarkan pada hasil pengamatan leksikon yang memiliki fungsi yang
kehidupan masyarakat.
Dalam tabel di atas, dijelaskan bahwa leksikon geutah
cau
termasuk ke
dalam fungsi pertanian dan lingkungan hidup serta fungsi kesehatan dan
pengobatan. Fungsi pertanian dan lingkungan hidup menekankan pengetahuan
dan pemahaman masyarakat tentang lingkungan hidup disekitarnya, khususnya
pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan alam dan tumbuhan. Leksikon
geutah cau
termasuk ke dalam kategori fungsi pertanian dan lingkungan hidup
serta fungsi kesehatan dan pengobatan, karena dengan adanya leksikon
geutah
cau
yang merujuk pada cairan yang ada pada
tangkal cau
yang bermanfaat
sebagai obat luka, masyarakat dituntut untuk mengetahui dan memahami lebih
jauh seluk-beluk
geutah cau
yang memiliki manfaat bagi kesehatan sehingga
dapat lebih dijaga dan dilestarikan keberadaan
tangkal cau
yang bermanfaat bagi
lingkungan hidup masyarakat tersebut.
Selain itu, dalam tabel 3.11 diatas juga diungkap bahwa leksikon
kolek cau
(25)
dikenal masyarakat dalam penyebutan makanan yang berasal dari
cau
yang
dikolek dan biasanya dijadikan hidangan berbuka puasa pada bulan Ramadhan.
Hal tersebut jelas membuktikan bahwa leksikon
kolek cau
termasuk ke dalam
kategori fungsi kebudayaan karena leksikon
kolek cau
sangat dikenal masyarakat
sebagai leksikon pada hidangan rutin yang khas dan selalu ada pada bulan
Ramadhan. Di samping itu, leksikon
kolek cau
digunakan untuk penyebutan tajil
yang dibuat dari
cau
dan biasa dijual masyarakat di sepanjang jalan raya selama
bulan Ramadhan, sehingga hasil penjualannya dapat meningkatkan kondisi
perekonomian masyarakat.
Seluruh leksikon tentang
cau
akan dianalisis seperti penjabaran fungsi
leksikon
geutah cau
dan leksikon
kolek cau
di atas, sehingga seluruh leksikon
tentang
cau
dapat diketahui fungsi-fungsinya bagi kehidupan masyarakat.
4.
Contoh Analisis Leksikalisasi Varian Cau dalam Bahasa Sunda dengan
Varian Pisang dalam Bahasa Indonesia
Dibawah ini dipaparkan contoh analisis leksikalisasi data leksikon varian
cau
dalam bahasa Sunda dengan leksikon varian pisang dalam bahasa Indonesia.
T
abel 3.12 Contoh Analisis Leksikalisasi Data Varian
Cau
dalam Bahasa Sunda
dan Varian Pisang dalam Bahasa
IndonesiaNo
Leksikon varian
cau
dalam BS
Leksikon varian
pisang dalam BI
Leksikalisasi
Sepadan
Tak
sepadan
Timpang
1
cau hurang
pisang udang
√
2
cau kidang
pisang udang
√
3
cau gembor
pisang udang
√
4
cau geulis tiis
pisang udang
√
5
cau nangka
pisang nangka
√
Dalam tabel 3.12 tentang contoh analisis data leksikalisasi varian
cau
dalam bahasa Sunda dengan varian pisang dalam bahasa Indonesia, diketahui
bahwa leksikon
cau udang
dalam bahasa Sunda memiliki padanan leksikon yang
(26)
47
sepadan dalam bahasa Indonesia yakni, leksikon
pisang udang
, sedangkan untuk
leksikon
cau kidang
,
cau gembor
, dan
cau geulis tiis
dalam bahasa Sunda ternyata
dikenal dengan leksikon pisang udang dalam bahasa Indonesia, sehingga padanan
leksikon untuk leksikon
cau kidang
,
cau gembor
, dan
cau geulis tiis
dalam bahasa
Sunda termasuk ke dalam kategori leksikalisasi tidak sepadan dengan pisang
udang dalam bahasa Indonesia.
Pada tabel tersebut juga dijelaskan bahwa leksikon
cau nangka
dalam
bahasa Sunda memiliki padanan leksikon dalam bahasa Indonesia, yakni pisang
nangka, sehingga leksikon
cau nangka
dengan leksikon pisang nangka termasuk
kategori leksikalisaasi sepadan. Leksikon-leksikon varian
cau
berjumlah 35
leksikon dan seluruhnya akan dianalisis seperti analisis di atas sehingga akan
diketahui jumlah leksikon yang sepadan, tidak sepadan, dan timpang.
(27)
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Leksikon tentang
cau
ditemukan sebanyak 100 leksikon dan
diklasifikasikan secara formal berdasarkan satuan lingual yang terdiri atas 37
leksikon berupa kata dan 63 leksikon berupa frasa. Leksikon yang berupa frasa
lebih dominan karena mencapai 63%, sedangkan leksikon yang berupa kata hanya
mencapai 37%. Hal tersebut timbul karena masyarakat Sunda dalam menyebut
leksikon tentang
cau
khususnya leksikon varian
cau
selalu menyertakan kata
cau
di depan leksikon varian
cau-
nya. Misalnya, orang Sunda dalam menyebut
leksikon varian
cau
, tidak menggunakan leksikon
muli
,
ampyang
,
emas
, dll.,
melainkan menggunakan leksikon
cau muli
,
cau ampyang
,
cau emas
, dll.,
sehingga leksikon yang berbentuk frasa lebih dominan.
Leksikon tentang
cau
yang berupa kata berjumlah 37 leksikon: 12 leksikon
monomorfemis dan 25 leksikon polimorfemis. Leksikon yang berbentuk
polimorfemis terbagi menjadi dua kategori, yaitu prefiks dengan jumlah 18
leksikon dan ambifiks dengan jumlah 7 leksikon. Adapun leksikon yang
berbentuk frasa berjumlah 63 leksikon yang seluruhnya termasuk ke dalam
kategori frasa nominal karena terbentuk dari unsur inti yang berupa kata atau frasa
nominal dan terbagi atas 52 leksikon frasa yang terbentuk dari unsur kata + kata,
serta 11 leksikon frasa yang terbentuk dari unsur kata + frasa atau frasa + kata.
Seluruh leksikon tentang
cau
yang berbentuk frasa tersebut termasuk frasa
endosentrik karena terdapat unsur inti yang mewakili frasa tersebut.
Selain itu, 100 leksikon tentang
cau
diklasifikasikan secara fungsional ke
dalam 4 kategori: (1) leksikon bagian-bagian
cau
berjumlah 20 leksikon; (2)
leksikon varian
cau
berjumlah 35 leksikon; (3) leksikon hasil olahan
cau
berjumlah 20 leksikon; (4) leksikon cara pengolahan
cau
berjumlah 25 leksikon.
Seluruh leksikon tentang
cau
diklasifikasikan ke dalam 5 kategori fungsi yang
meliputi (1) fungsi pertanian dan lingkungan hidup, (2) fungsi ekonomi, (3) fungsi
identitas sosial, (4) kesehatan dan pengobatan, dan (5) fungsi kebudayaan.
(28)
143
Adapun konsep kearifan budaya lokal yang terkandung dalam leksikon
tentang
cau
meliputi cerminan budaya masyarakat Sunda berdimensi vertikal dan
horizontal. Cerminan budaya masyarakat Sunda yang berdimensi vertikal
menjelaskan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sedangkan cerminan
budaya Sunda berdimensi horizontal menjelaskan hubungan manusia dengan alam
dan manusia dengan sesama manusia lainnya. Dalam cerminan budaya Sunda
yang berdimensi horizontal dapat dilihat bahwa orang Sunda di Desa Gunung
Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat dapat menjaga hubungan
baik dengan alam karena masih mempertahankan leksikon-leksikon tentang cau
sebagai upaya konservasi keanekaragaman leksikon
cau
di alam. Konsep budaya
Sunda yang tercermin dalam leksikon tentang
cau
menjelaskan bahwa (1) orang
Sunda bijak memanfaatkan alam, (2) orang Sunda mementingkan kesehatan dan
pengobatan alami, dan (3) orang Sunda menganggap penting makanan dalam
setiap acara.
Orang Sunda banyak mengenal leksikon tentang cau khususnya leksikon
varian
cau
. Leksikon varian
cau
dalam bahasa Sunda bisa dicari padanan katanya
dalam bahasa Indonesia melalui proses leksikalisasi. Lesikon varian
cau
dalam
bahasa Sunda berjumlah 35 leksikon dan terbagi atas (1) 23 leksikon yang
sepadan dan (2) 12 leksikon yang tidak sepadan dalam leksikon pisang dalam
bahasa Indonesia. Leksikon yang sepadan lebih banyak karena mencapai 66%,
sedangkan leksikon yang tidak sepadan hanya mencapai 34%. Hal tersebut terjadi
karena bahasa Sunda merupakan bagian dari bahasa daerah di Indonesia sehingga
dalam setiap leksikon
cau
dalam bahasa Sunda memiliki padanan kata pada
bahasa Indonesia walaupun terdapat beberapa yang termasuk tidak sepadan.
Leksikon tentang
cau
dalam bahasa Sunda yang tidak sepadan dengan leksikon
pisang dalam bahasa Indonesia dapat menjadi tambahan bagi kekayaan
perkamusan bahasa Indonesia sehingga leksikon pisang dalam bahasa Indonesia
menjadi semakin banyak dan beragam.
(29)
B.
Saran
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan.
Atas dasar itulah peneliti menyarankan beberapa hal untuk perbaikan
penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. Berikut pemaparannya.
1.
Penelitian tentang leksikon-leksikon yang ada pada bahasa daerah atau pun
bahasa lain di luar bahasa Indonesia hendaknya diperdalam dari segi
leksikalisasi, gramatikalisasi, dan verbalisasi bahasa, sehingga lebih
memunculkan peluang bagi penyerapan leksikon ke dalam bahasa Indonesia,
sehingga pembendaharaan kata dalam bahasa Indonesia akan semakin kaya.
2.
Penelitian tentang leksikon-leksikon yang ada di Kabupaten Bandung Barat
tidak terbatas pada leksikon tentang
cau
. Masih banyak leksikon-leksikon
yang merupakaan ciri kebudayaan masyarakat di Kabupaten tersebut yang
tercermin dari leksikon-leksikon yang digunakan masyarakatnya. Oleh karena
itu, penelitian yang sejenis diharapkan dilakukan kembali tetapi dalam objek
kajian yang berbeda, sehingga penggalian bahasa-bahasa daerah di Indonesia,
khususnya di Kabupaten Bandung Barat, akan semakin memperkaya
kebahasaan dan khasanah keilmuan di Indonesia.
(30)
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. (2007).
Pisang: Budidaya dan Analisis Usaha Tani
. Yogyakarta:
Kanisius.
Chaer, A. (2007).
Leksikologi dan Leksikografi Indonesia
. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A. (2008).
Morfologi Bahasa Indonesia
. Jakarta: Rineka Cipta.
Chambers, S.M, et al. (1979).
Reading: Skilled Reading
. Melbourne: Deaking
University.
Damaianti, V.S. dan Sitaresmi, N. (2005).
Sintaksis Bahasa Indonesia
. Bandung:
Pusat Studi Literasi.
Darhaeni, N. (2010)
. “Leksikon Aktivitas Mata dalam Toponim di Jaw
a Barat:
Kajian Etnosemantik” dalam Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke
-28, No.
1, Februari 2010, hal. 55-67.
Djajasudarma, T.F.(2006).
Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian
. Bandung: Refika Aditama.
Duranti, A. (1997).
Linguistic Anthropology
. Cambridge: Cambridge University
Press.
Foley, W.A. (2001).
Anthropological Linguistics
. Massachusetts: Blackwell
Publisher Inc.
Garna, J.K. (2008).
Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan
.
Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna Foundation.
Hidayatullah, R dan Fasya, M. (2012)
. “Konsep Nasi dalam Bahasa Sunda: Studi
Antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Kabupaten
Tasikmalaya” dalam Jurnal Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya.
Tahun ke-10, hal 73-77.
http:/sastra.um.ac.id/wp.content/uploads/2009/11/001-Relativitas-Bahasa-dan-Budaya.dc1.pdf.
Huda, I.N. (2013).
“
Leksikon Keramik Plered di Desa Anjun, Kecamatan Plered,
Kabupaten Purwakarta (Kajian Etnolinguistik)
”
. Skripsi pada Fakultas
Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung:
tidak diterbitkan.
(31)
Hymes, D. (1980).
Foundations in Sosiolinguistics: An ethnographics Approach
.
Philadelpia: University of Pennsylvania Press.
Idris, N.S. (2012)
. “Handout Perkuliahan Metode Penelitian Linguistik”.
Bandung: tidak diterbitkan.
Jaenudin, dkk. (2011)
. “Konsep Padi dalam bahasa Sunda (Kajian
Antropolinguistik)”. Jurnal Kelas Linguistik, Vol. 2, No. 2, pp. 1
-17.
Keraf, G. (1984).
Tata Bahasa Indonesia
. Ende-Flores: Nusa Indah
Koentjaraningrat. (1990).
Pengantar Ilmu Antropologi
. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (2002).
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia
. Jakarta:
Djambatan.
Koentjaraningrat. (2008).
Pengantar Ilmu Antropologi
. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat.(1967).
Pengantar Teori Antropologi
. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, H. (2001).
Kamus Linguistik
. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kridalaksana, H. (2007).
Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia
. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kridalaksana, H. (1983).
Kamus Linguistik
. Jakarta: Gramedia
Kuswarno, E. (2008).
Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh
Penelitiannya
. Bandung: Widya Padjajaran.
Mahsun. (2012).
Metode Penelitian Bahasa
. Jakarta: Rajawali Press.
Muriel, S. (1986).
The Ethnograpy of Communication: An Introduction
.
Southampton: The Camelot Press.
Parera, J.D. (1992).
Teori Semantik
. Jakarta: Erlangga
Pateda, M. (1990).
Linguistik (Sebuah Pengantar).
Bandung: Angkasa.
Patimah, R.S. (2012)
. “Nama Jajanan Tradisional
Khas Sunda (Suatu Kajian
Etnosemantik)”. Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.
(32)
147
Ramlan, M. (1983).
Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif
. Yogyakarta: UP
Karyono
Ramlan, M. (2001).
Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis
. Yogyakarta: CV Karyono.
Retno, dkk. (2011)
. “Leksikon Makanan Tradisional (Kajian Etnolinguistik)”.
Jurnal elas Linguistik, Vol. 2, No. 2, pp. 97-115.
Rohaedi, A, (1986).
Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius)
. Jakarta: Dunia
Pustaka Jaya.
Rosidi, A. (2010).
Mencari Sosok Manusia Sunda
. Jakarta: Pustaka Jaya.
Rosidi, A. (2011).
Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda
. Bandung:
Kiblat.
Rukamana, R. (2006).
Usaha Tani Pisang
. Yogyakarta: Kanisius
Sapir, E. (1921).
Language
. NewYork: Harcourt, Brace & World, Inc.
Sari, D.P, dkk. (2011),
Ensiklopedia Jawa Barat 2
. Jakarta: Lentera Abadi
Sibarani, R. (2004).
Antropolinguistik: Antropologi Linguistik, Linguistik
Antropologi
. Medan: Poda.
Sitaresmi, N. dan Fasya, M. (2011).
Pengantar Semantik Bahasa Indonesia
.
Bandung: UPI Press.
Sudana, D. dkk. (2012).
“
Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup dalam
Leksikon Etnobotani: Kajian Etnopedagogi di Kampung Naga, Kabupaten
Tasikmalaya. (Proposal Penelitian). Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung.
Sudaryanto. (1993).
Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis
. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sudaryat, Y, dkk. (2003).
Tata Bahasa Kiwari
. Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Warnaen, S. dkk. (1987).
Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin
dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda
. Bandung: Bagian Proyek Penelitian
dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Ditrektorat Jendral
Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(33)
Widiatmoko, S. (2011)
. “Leksikon Kemaritiman di Tanjung Pakis Kabupaten
Karawang.” Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
(1)
Gina Giftia Fadilah Nursani, 2015
Adapun konsep kearifan budaya lokal yang terkandung dalam leksikon tentang cau meliputi cerminan budaya masyarakat Sunda berdimensi vertikal dan horizontal. Cerminan budaya masyarakat Sunda yang berdimensi vertikal menjelaskan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sedangkan cerminan budaya Sunda berdimensi horizontal menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan manusia dengan sesama manusia lainnya. Dalam cerminan budaya Sunda yang berdimensi horizontal dapat dilihat bahwa orang Sunda di Desa Gunung Masigit, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat dapat menjaga hubungan baik dengan alam karena masih mempertahankan leksikon-leksikon tentang cau sebagai upaya konservasi keanekaragaman leksikon cau di alam. Konsep budaya Sunda yang tercermin dalam leksikon tentang cau menjelaskan bahwa (1) orang Sunda bijak memanfaatkan alam, (2) orang Sunda mementingkan kesehatan dan pengobatan alami, dan (3) orang Sunda menganggap penting makanan dalam setiap acara.
Orang Sunda banyak mengenal leksikon tentang cau khususnya leksikon varian cau. Leksikon varian cau dalam bahasa Sunda bisa dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia melalui proses leksikalisasi. Lesikon varian cau dalam bahasa Sunda berjumlah 35 leksikon dan terbagi atas (1) 23 leksikon yang sepadan dan (2) 12 leksikon yang tidak sepadan dalam leksikon pisang dalam bahasa Indonesia. Leksikon yang sepadan lebih banyak karena mencapai 66%, sedangkan leksikon yang tidak sepadan hanya mencapai 34%. Hal tersebut terjadi karena bahasa Sunda merupakan bagian dari bahasa daerah di Indonesia sehingga dalam setiap leksikon cau dalam bahasa Sunda memiliki padanan kata pada bahasa Indonesia walaupun terdapat beberapa yang termasuk tidak sepadan. Leksikon tentang cau dalam bahasa Sunda yang tidak sepadan dengan leksikon pisang dalam bahasa Indonesia dapat menjadi tambahan bagi kekayaan perkamusan bahasa Indonesia sehingga leksikon pisang dalam bahasa Indonesia menjadi semakin banyak dan beragam.
(2)
144
B. Saran
Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan. Atas dasar itulah peneliti menyarankan beberapa hal untuk perbaikan penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. Berikut pemaparannya.
1. Penelitian tentang leksikon-leksikon yang ada pada bahasa daerah atau pun bahasa lain di luar bahasa Indonesia hendaknya diperdalam dari segi leksikalisasi, gramatikalisasi, dan verbalisasi bahasa, sehingga lebih memunculkan peluang bagi penyerapan leksikon ke dalam bahasa Indonesia, sehingga pembendaharaan kata dalam bahasa Indonesia akan semakin kaya. 2. Penelitian tentang leksikon-leksikon yang ada di Kabupaten Bandung Barat
tidak terbatas pada leksikon tentang cau. Masih banyak leksikon-leksikon yang merupakaan ciri kebudayaan masyarakat di Kabupaten tersebut yang tercermin dari leksikon-leksikon yang digunakan masyarakatnya. Oleh karena itu, penelitian yang sejenis diharapkan dilakukan kembali tetapi dalam objek kajian yang berbeda, sehingga penggalian bahasa-bahasa daerah di Indonesia, khususnya di Kabupaten Bandung Barat, akan semakin memperkaya kebahasaan dan khasanah keilmuan di Indonesia.
(3)
145 Gina Giftia Fadilah Nursani, 2015
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, B. (2007). Pisang: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.
Chaer, A. (2007). Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, A. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Chambers, S.M, et al. (1979). Reading: Skilled Reading. Melbourne: Deaking University.
Damaianti, V.S. dan Sitaresmi, N. (2005). Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.
Darhaeni, N. (2010). “Leksikon Aktivitas Mata dalam Toponim di Jawa Barat: Kajian Etnosemantik” dalam Jurnal Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No. 1, Februari 2010, hal. 55-67.
Djajasudarma, T.F.(2006). Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian. Bandung: Refika Aditama.
Duranti, A. (1997). Linguistic Anthropology. Cambridge: Cambridge University Press.
Foley, W.A. (2001). Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.
Garna, J.K. (2008). Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian Unpad dan Judistira Garna Foundation. Hidayatullah, R dan Fasya, M. (2012). “Konsep Nasi dalam Bahasa Sunda: Studi
Antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya” dalam Jurnal Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya. Tahun ke-10, hal 73-77.
http:/sastra.um.ac.id/wp.content/uploads/2009/11/001-Relativitas-Bahasa-dan-Budaya.dc1.pdf.
Huda, I.N. (2013). “Leksikon Keramik Plered di Desa Anjun, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta (Kajian Etnolinguistik)”. Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.
(4)
146
Hymes, D. (1980). Foundations in Sosiolinguistics: An ethnographics Approach. Philadelpia: University of Pennsylvania Press.
Idris, N.S. (2012). “Handout Perkuliahan Metode Penelitian Linguistik”. Bandung: tidak diterbitkan.
Jaenudin, dkk. (2011). “Konsep Padi dalam bahasa Sunda (Kajian Antropolinguistik)”. Jurnal Kelas Linguistik, Vol. 2, No. 2, pp. 1-17.
Keraf, G. (1984). Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores: Nusa Indah
Koentjaraningrat. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat. (2002). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan.
Koentjaraningrat. (2008). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Koentjaraningrat.(1967). Pengantar Teori Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Kridalaksana, H. (2001). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Kridalaksana, H. (2007). Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, H. (1983). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia
Kuswarno, E. (2008). Etnografi Komunikasi: Suatu Pengantar dan Contoh
Penelitiannya. Bandung: Widya Padjajaran.
Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Press.
Muriel, S. (1986). The Ethnograpy of Communication: An Introduction. Southampton: The Camelot Press.
Parera, J.D. (1992). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga
Pateda, M. (1990). Linguistik (Sebuah Pengantar). Bandung: Angkasa.
Patimah, R.S. (2012). “Nama Jajanan Tradisional Khas Sunda (Suatu Kajian Etnosemantik)”. Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.
(5)
Gina Giftia Fadilah Nursani, 2015
Ramlan, M. (1983). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: UP Karyono
Ramlan, M. (2001). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono. Retno, dkk. (2011). “Leksikon Makanan Tradisional (Kajian Etnolinguistik)”.
Jurnal elas Linguistik, Vol. 2, No. 2, pp. 97-115.
Rohaedi, A, (1986). Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Rosidi, A. (2010). Mencari Sosok Manusia Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.
Rosidi, A. (2011). Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda. Bandung: Kiblat.
Rukamana, R. (2006). Usaha Tani Pisang. Yogyakarta: Kanisius
Sapir, E. (1921). Language. NewYork: Harcourt, Brace & World, Inc.
Sari, D.P, dkk. (2011), Ensiklopedia Jawa Barat 2. Jakarta: Lentera Abadi
Sibarani, R. (2004). Antropolinguistik: Antropologi Linguistik, Linguistik
Antropologi. Medan: Poda.
Sitaresmi, N. dan Fasya, M. (2011). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press.
Sudana, D. dkk. (2012). “Eksplorasi Nilai Pendidikan Lingkungan Hidup dalam Leksikon Etnobotani: Kajian Etnopedagogi di Kampung Naga, Kabupaten Tasikmalaya. (Proposal Penelitian). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta
Wacana University Press.
Sudaryat, Y, dkk. (2003). Tata Bahasa Kiwari. Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Warnaen, S. dkk. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin
dalam Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian
dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundanologi), Ditrektorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
(6)
148
Widiatmoko, S. (2011). “Leksikon Kemaritiman di Tanjung Pakis Kabupaten Karawang.” Skripsi pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: tidak diterbitkan.