EFEKTIVITAS TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA YANG TINGGI : Studi Eksperimen-Kuasi terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

(1)

Nomor : 267/S/PPB/2015

EFEKTIVITAS TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA YANG TINGGI

(Studi Eksperimen-Kuasi terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

oleh

oleh

Frisky Ayu Prima Wandani NIM 1000458

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Nomor : 267/S/PPB/2015

EFEKTIVITAS TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA YANG TINGGI

(Studi Eksperimen-Kuasi terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)

Oleh

Frisky Ayu Prima Wandani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Fakultas Ilmu Pendidikan

© Frisky Ayu Prima Wandani. 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian


(3)

Nomor : 267/S/PPB/2015

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

FRISKY AYU PRIMA WANDANI

EFEKTIVITAS TEKNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MEREDUKSI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA YANG TINGGI

(Studi Eksperimen-Kuasi terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Hj. Anne Hafina, M.Pd NIP: 19600704 198601 2001

Pembimbing II

Dra. Chandra Affiandary, A.M.Pd, Psi NIP: 19570611 198609 2001

Mengetahui / Mengesahkan

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd NIP : 19600501 198603 1004


(4)

ABSTRAK

Frisky Ayu Prima Wandani, 1000458 (2015). Efektivitas Teknik Assertive Training Untuk Mereduksi Konformitas Teman Sebaya Yang Tinggi (Studi Eksperimen-Kuasi terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015). Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian bertujuan menguji efektivitas teknik assertive training dalam mereduksi konformitas teman sebaya yang tinggi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen-kuasi dan desain penelitian non-equivalent control group design (pretest-postest dua kelompok). Sampel penelitian adalah 40 orang siswa kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung tahun ajaran 2014-2015 dengan tingkat perilaku konformitas tinggi yang ditentukan melalui teknik non-probability sample secara purposive. Penelitian menggunakan instrumen perilaku konformitas berupa angket yang di adaptasi dari (Trivia, 2010). Analisis data menggunakan statistika non parametrik melalui Uji Mann-Whitney. Secara statistik, perilaku asertif menunjukkan skor sebesar 0,151 dalam mereduksi perilaku konformitas. Artinya penggunaan teknik assertive training pada penelitian ini belum efektif dalam mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.


(5)

ABSTRACT

Frisky Ayu Prima Wandani, 1000458 (2015). Effectiveness of Assertive Training

Techniques to Reduce High Peer Conformity (Quasi-Experimental Study on Class VIII students of SMP Negeri 26 Bandung School Year 2014-2015). Department of Educational Psychology and Guidance, Faculty of Education, University of Indonesia.

This study was to test the effectiveness of assertive training techniques to reduce high peer conformity eight grade students of SMP Negeri 26 Bandung. The research uses a quantitative approach with quasi-experimental research methods and research design non-equivalent control group design (pretest-posttest two groups). The samples were 40 eighth grade students in Junior High School 26 Bandung 2014-2015 school year with a high degree of conformity behavior determined through non-probability technique purposive sample. The research instrument used was adapted from an instrument conformity behavior (Trivia, 2010). Data analysis using non-parametric statistics through the Mann-Whitney test. Statistically, assertive behavior showed a score of 0.151 in reducing behavioral conformity. This means that the use of assertive training techniques in this study have not been effective in reducing high peer conformity eight grade students of SMP Negeri 26 Bandung School Year 2014-2015.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Rumusan Masalah Penelitian ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 10

1.5Struktur Organisasi ... 10

BAB II KONSEP TEORI KONFORMITAS DAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING ... 12

2.1Konsep Konformitas Teman Sebaya ... 12

2.2Konsep Teknik Assertive Training... 20

2.3Teknik Assertive Training untuk Mereduksi Konformitas Teman Sebaya yang Tinggi ... 26

2.4Penelitian yang Relevan ... 27

2.5Kerangka Berpikir ... 30

2.6Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32

3.1Desain Penelitian ... 32

3.2Partisipan ... 33

3.3Populasi dan Sampel ... 33

3.4Definisi Operasional Variabel (DOV) Penelitian ... 35


(7)

vii

3.6Prosedur Penelitian ... 45

3.7Analisis Data ... 46

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1Deskripsi Temuan Penelitian ... 52

4.2Pembahasan Hasil Penelitian ... 97

4.3Keterbatasan Penelitian ... 104

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 105

5.1Simpulan ... 105

5.2Implikasi ... 106

5.3Rekomendasi ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... xiii


(8)

viii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Gambaran Umum Perilaku Konformitas Teman Sebaya……….. 52


(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Populasi SMP Negeri 26 Bandung ………. 35

3.2 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Konformitas (Sebelum Uji Coba) ……… 38

3.3 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Asertif (Sebelum Uji Coba)……….. 39

3.4 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ……… 40

3.5 Hasil Uji Validitas Item Perilaku Konformitas ……….. 41

3.6 Hasil Uji Validitas Item Perilaku Asertif ……… 41

3.7 Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen ……….. 42

3.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Konformitas ………. 43

3.9 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Perilaku Asertif ………... 43

3.10 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Konformitas (Setelah Uji Coba) ……….. 43

3.11 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Asertif (Setelah Uji Coba) ……… 44

3.12 Pola Skor Alternatif Jawaban ……….. 47

3.13 Rumusan Kategorisasi Skala (Perilaku Konformitas) ……… 48

3.14 Rumusan Kategorisasi Aspek Perilaku Konformitas ………. 49

3.15 Rumusan Kategorisasi Skala (Perilaku Asertif) ………. 49

3.16 Rumusan Kategorisasi Aspek Perilaku Asertif ……….. 50

3.17 Pengkategorian dan Interpretasi Skor Perilaku Konformitas Siswa ….. 50

3.18 Pengkategorian dan Interpretasi Skor Perilaku Asertif Siswa ………… 51

4.1 Pengkategorian Aspek Perilaku Konformitas Teman Sebaya ………… 53

4.2 Gambaran Perilaku Konformitas Teman Sebaya Berdasarkan Perolehan Skor Rata-rata Setiap Aspek ……….. 54

4.3 Pengkategorian Aspek Perilaku Asertif ………... 56

4.4 Gambaran Perilaku Asertif Berdasarkan Perolehan Skor Rata-rata Setiap Aspek ………... 56

4.5 Deskripsi Perilaku Konformitas dan Kebutuhan Layanan ………. 61

4.6 Sesi Intervensi Teknik Assertive Training ………. 65

4.7 Statistik Deskripsi Pre-Test Perilaku Konformitas ……… 77

4.8 Hasil Uji Normalitas Data Pre-Test Perilaku Konformitas …………... 78


(10)

x

4.10 Statistik Deskripsi Pre-Test Perilaku Asertif ……….. 80

4.11 Hasil Uji Normalitas Data Pre-Test Perilaku Asertif ………. 80

4.12 Hasil Uji Homogenitas Data Pre-Test Perilaku Asertif ………. 82

4.13 Hasil Uji Mann-Whitney Data Pre-Test Perilaku Konformitas ……….. 83

4.14 Hasil Uji Mann-Whitney Data Pre-Test Perilaku Asertif ………... 83

4.15 Batas-batas Korelasi (Pre-Test) ……….. 84

4.16 Uji Korelasi Pre-Test (Kelas Eksperimen) ………. 84

4.17 Kriteria Koefisien Determinasi ………... 85

4.18 Statistik Deskripsi Post-Test Perilaku Konformitas ………... 86

4.19 Hasil Uji Normalitas Data Post-Test Perilaku Konformitas …………... 86

4.20 Hasil Uji Homogenitas Data Post-Test Perilaku Konformitas ………... 88

4.21 Statistik Deskripsi Post-Test Perilaku Asertif ……… 88

4.22 Hasil Uji Normalitas Data Post-Test Perilaku Asertif ……… 89

4.23 Hasil Uji Homogenitas Data Post-Test Perilaku Asertif ………. 90

4.24 Hasil Uji Mann-Whitney Data Post-Test Perilaku Konformitas ………. 91

4.25 Hasil Uji Mann-Whitney Data Post-Test Perilaku Asertif ……….. 92

4.26 Batas-batas Korelasi (Post-Test) ………. 92

4.27 Uji Korelasi Post-Test (Kelas Eksperimen) ……… 93

4.28 Kriteria Koefisien Determinasi ………... 94

4.29 Interpretasi Nilai Gain ……… 95

4.30 Gain Ternormalisasi Kelompok Eksperimen ………. 95


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, masa ini juga merupakan masa klimaks dari perkembangan sebelumnya karena perkembangan fisik sangat pesat menuju kematangan yang ditandai dengan kepribadian yang menuju idealis, emosi yang meluap-luap, menarik perhatian lingkungan, terikat dengan kelompok teman sebaya, dan pemantapan identitas diri (Gunawan, 2008).

Masa remaja awal (early adolescence) yaitu remaja yang berada pada tingkat SMP dan pada umumnya berusia antara 12 sampai 15 tahun. Usia ini juga merupakan usia yang menandai seseorang berintegrasi dengan masyarakat. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak dan menghadapi persoalan, tantangan, konflik serta kebingungan dalam proses menemukan jati dirinya. Beberapa faktor psikologis yang dianggap sebagai timbulnya masalah remaja adalah gangguan berfikir (kognitif), gejolak emosional, proses belajar yang keliru dan relasi yang bermasalah (Santrock, 2012, hlm. 403).

Selama rentang kehidupannya seseorang dihadapkan pada proses perkembangan berupa tahapan perkembangan yang harus dilalui secara bertahap. Salah satu dari tahap perkembangan seseorang adalah masa remaja. Pada masa remaja seseorang mengalami perubahan baik dari segi perkembangan fisik maupun perkembangan psikologis yang berbeda dari masa sebelumnya yaitu masa kanak-kanak. Oleh karena itu masa remaja disebut juga sebagai masa transisi dari masa kanak-kanak, karena pada masa remaja seseorang akan mengalami dan menemukan berbagai kebingungan, kesulitan, bahkan timbulnya masalah yang menyebabkan gangguan pada diri seseorang.

Masa remaja juga merupakan periode penting dalam hidup seseorang, karena pada masa remaja adalah masa sebagai peralihan dan perubahan. Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku seseorang. Salah satu perubahan yang terjadi yaitu perubahan secara sosial. Menurut Havigurst (Setiawati, 2001) tugas perkembangan remaja ideal


(12)

2

diantaranya: mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial sebagai pria atau wanita, menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif, mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya, dan mencapai tingkah laku yang bertanggung jawab secara sosial.

Perubahan sosial pada masa remaja merupakan perubahan yang sulit dilakukan. Menurut Hurlock (1997, hlm. 213) untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru, yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan peningkatan pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, kelompok sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial serta nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

Masa remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Hurlock (Istiwidayanti dan Soedjarwo, 1992, hlm. 207) mengemukakan bahwa:

Dalam setiap masa peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan seorang anak juga bukan seorang dewasa. Jika remaja berperilaku seperti anak-anak ia akan diajari untuk bertindak sesuai usianya. Jika remaja berperilaku seperti orang dewasa, ia seringkali dituduh terlalu besar celananya.

Kondisi ambivalensi seperti itu sering menimbulkan keguncangan pada remaja. Di satu sisi, remaja menginginkan untuk diperlakukan seperti orang dewasa, tetapi di sisi lain belum mandiri dan masih memerlukan bimbingan dan arahan dari orang dewasa.

Erikson (Yusuf, 2000, hlm.188) mengemukakan bahwa masa remaja berkaitan erat dengan perkembangan sense of identity vs role confusion yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya. Remaja mulai mencari identitas dirinya, ia mulai mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada dirinya sendiri. Yusuf (2000, hlm. 188) mengemukakan bahwa:

Perkembangan remaja terjadi dalam konteks sosial yang meliputi keluarga, kelompok teman sebaya dan masyarakat tempat remaja itu hidup. Maka dalam proses perkembangannya, remaja akan selalu bersinggungan dengan


(13)

3

situasi-situasi sosial yang tentu saja mengharuskan remaja untuk mengikuti perkembangan lingkungan sosialnya.

Dalam lingkungan sosial remaja dituntut untuk dapat mengikuti setiap perkembangannya. Dalam hal ini kebanyakan remaja bersedia untuk mengikuti tuntutan teman sebaya tersebut dalam sebuah kelompok agar dapat diterima dan bergabung dalam kelompok tersebut.

Kuatnya pengaruh kelompok sebaya pada masa remaja dikarenakan aktivitas remaja yang lebih banyak di luar rumah dibandingkan di dalam rumah. Kelompok sebaya akan membentuk sikap, perilaku, minat hingga penampilan remaja. Menurut Hurlock (1997, hlm. 213) sebagian besar remaja mengetahui apabila memakai model pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang

popular, maka kesempatan untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar.

Fenomena yang menyebabkan bahwa remaja lebih banyak menghabiskan waktu di luar bersama teman-teman sebaya sebagai kelompok mengakibatkan pengaruh teman sebaya pada minat, penampilan dan perilaku lebih besar dari pengaruh keluarga (Hurlock, 2004, hlm. 213). Hasilnya remaja mulai mengubah perilakunya agar sesuai dengan kelompok teman sebaya.

Anggota-anggota yang berada dalam satu kelompok biasanya mengikuti tekanan-tekanan dari kelompok. Sikap patuh tetapi lebih kepada mengalah dikenal dengan istilah konformitas, yaitu perubahan perilaku seseorang dengan mengikuti tekanan-tekanan dari kelompok untuk dapat menerima norma-norma kelompok (Sarwono, 1989, hlm. 178).

Konformitas teman sebaya pada masa remaja sangat bervariasi tergantung pada sejumlah faktor yaitu: umur, kemampuan untuk berpikir, jenis konformitas yang diharapkan (untuk menangkal perilaku positif atau negatif), kualitas hubungan keluarga, harga diri yang dihasilkan dari remaja, dan jenis kelamin. Konformitas remaja pada teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif/negatif. Bentuk konformitas yang negatif diantaranya adalah menggunakan bahasa jorok, mencuri, merusak dan mengolok-olok orang lain (Santrock, 2003).

Literatur tentang konformitas diisi dengan penemuan bahwa remaja awal yang paling mungkin dipengaruhi oleh penilaian orang lain. Remaja yang dapat meningkatkan kematangan kognitif dan emosional akan lebih mampu menilai


(14)

4

manfaat dari yang diharapkan dan untuk menambah percaya diri yang memungkinkan remaja untuk melawan tekanan kelompok (Fuhrmann, 1990, hlm. 116).

Beberapa penelitian terdahulu terkait dengan konformitas pada remaja telah dibuktikan oleh peneliti sebelumnya. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan sebagai berikut.

Penelitian Permana (2009) menyatakan bahwa aspek konformitas tinggi ditunjukkan oleh siswa SMAN 4 Bandung tahun ajaran 2007/2008 pada aspek pengetahuan yang dimiliki individu tentang anggota kelompok, aktivitas kelompok, tujuan kelompok, serta pemahaman terhadap aturan atau norma kelompok. Sementara aspek terendah ditunjukkan pada aspek kecenderungan untuk berinteraksi antara anggota kelompok dengan menghabiskan waktu untuk berinteraksi dengan kelompok, kecenderungan untuk menyesuaikan perilaku individu dengan kelompok, serta kecenderungan untuk bekerjasama antara anggota kelompok.

Penelitian Sianturi (2003) yang berjudul “Hubungan Antara Konformitas

terhadap Kelompok Sebaya dengan Sikap terhadap NAPZA pada Remaja

terdapat hubungan yang signifikan antara konformitas teman sebaya dengan sikap terhadap NAPZA. Korelasi positif menunjukkan hubungan kedua variabel penelitian, diartikan semakin tinggi konformitas teman sebaya maka akan semakin tinggi sikap terhadap NAPZA, atau semakin rendah konformitas teman sebaya maka semakin rendah pula sikap terhadap NAPZA.

Penelitian Fidiyanti (2008) yang berjudul “Penggunaan Teknik Assertive Training untuk Mereduksi Kebiasaan Merokok pada Remaja” menunjukkan

faktor penyebab remaja merokok dilihat dari faktor lingkungan, teman sebaya memiliki presentase paling besar yaitu 91,6%. Penggunaan assertive training memberikan umpan balik yang positif, ditandai dengan adanya perubahan perilaku yang cukup signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dipaparkan diatas membuktikan bahwa masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap pengaruh yang ditimbulkan dari luar diri remaja. Sehingga memicu adanya konformitas yang tinggi diluar batas sewajarnya. Oleh karena itu perlu adanya


(15)

5

perilaku yang dapat mereduksi dan mengontrol remaja dari konformitas teman sebaya yang tinggi.

Sedangkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi dan wawancara dengan guru BK di SMP Negeri 26 Bandung, menunjukkan bahwa remaja khususnya siswa kelas VIII mengalami tingkat konformitas terhadap teman sebaya yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan bahwa mereka merasa diakui oleh teman kelompoknya jika mereka mampu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh teman kelompoknya, memiliki benda atau barang-barang yang sama dengan teman kelompoknya, serta perilaku yang ditampilkan sehari-hari memiliki kesamaan dengan teman kelompoknya.

Hal diatas tidak akan menjadi masalah jika terjadi pada siswa yang mampu menyesuaikan diri dengan segala tuntutan teman kelompoknya sehingga perilaku yang ditampilkan tidak mengganggu baik bagi diri siswa yang bersangkutan maupun orang lain di sekitarnya. Akan tetapi pada kenyataannya di lapangan tidak semua siswa mampu menyesuaikan diri dengan segala tuntutan teman kelompoknya sehingga siswa yang tidak mampu menyesuaikan diri ini menampilkan perilaku yang tidak baik dan mengganggu yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain di sekitarnya. Perilaku tidak baik yang dianggap mengganggu ditampilkan siswa semata-mata hanya sebagai upaya yang dapat dilakukan untuk memperoleh pengakuan dan penerimaan dari teman kelompoknya.

Adapun fenomena yang terjadi di lapangan bahwa awal mula terbentuknya kelompok sebaya (peer group) adalah karena teman sepermainan. Di dalam kelompok sebaya (peer group) anggota satu sama lain terlihat saling membela jika diketahui ada anggota lain sedang terkena masalah. Contohnya ketika salah satu anggota dari kelompok sebaya (peer group) mempunyai masalah dengan kakak kelas atau adik kelas, maka kelompok akan membela anggota kelompok yang mempunyai masalah tersebut. Kelompok-kelompok yang terbentuk tidak jarang terlibat perselisihan diantara kelompok lain, baik kelompok di dalam kelas ataupun di luar kelas (kakak kelas atau adik kelas).

Selain itu, salah satu wujud nyata yang banyak terjadi di kalangan remaja khususnya siswa SMP dan menyebabkan adanya konformitas yang tinggi di


(16)

6

kalangan remaja adalah intensitas membeli handphone terbaru. Memiliki

handphone dengan merk dan fasilitas canggih yang sama dengan kelompok maka

kehadiran siswa tersebut dalam kelompok akan lebih diterima. Terlebih pada jaman sekarang handphone sudah barang tentu bukan menjadi hal yang tabu karena dapat dipakai oleh semua kalangan, termasuk remaja sebagai salah satu konsumen terbesar. Model yang sangat menarik dan berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh setiap merk handphone menjadi salah satu sorotan bagi remaja yang selalu mengikuti mode sesuai dengan perkembangan jaman yang ada. Dengan memakai produk-produk terbaru maka siswa akan merasa tidak ketinggalan jaman. Apalagi memiliki handphone yang sama dengan yang digunakan oleh teman kelompok baik dari segi merk maupun fasilitas canggihnya. Dengan begitu siswa memiliki kepuasan psikologis tersendiri dan ia merasa bahwa kehadirannya di dalam kelompok tersebut diakui.

Akan tetapi fenomena yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa tidak semua siswa mampu membeli handphone seperti yang dimiliki oleh teman kelompoknya dengan alasan latar belakang ekonomi yang berbeda antar anggota kelompok. Bahkan ditemukan kasus adanya perilaku tidak terpuji yang telah dilakukan oleh siswa yaitu mencuri hanya karena siswa tersebut ingin diakui oleh kelompoknya. Sehingga hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat konformitas yang tinggi di kalangan remaja dan perilaku yang ditunjukkan sangat mengganggu yang akan memberikan efek tidak baik dan dapat merugikan bagi siswa itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya.

Myers (1992) menjelaskan perilaku asertif dapat meningkatkan self-esteem individu yang akan membantu dalam meningkatkan kepercayaan diri individu tersebut. Mencegah diri menjadi korban yang dimanfaatkan oleh orang lain dan mendapatkan hak-hak pribadi. Dengan bersikap asertif akan membantu melindungi harga diri, akan berusaha melawan jika ada ancaman, tidak mudah menyerah serta memberi perasaan nyaman pada diri sendiri.

Salah satu teknik layanan bimbingan pribadi-sosial adalah penggunaan teknik assertive training. Teknik assertive training dapat diterapkan pada situasi interpersonal pada individu yang mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan, menyatakan atau menegaskan diri dalam tindakan yang benar. Dimana teknik ini


(17)

7

merupakan teknik yang digunakan dengan melatih, mendorong, dan membiasakan individu untuk secara terus-menerus menyesuaikan dirinya dengan perilaku tertentu yang diinginkan (Rusmana, 2009, hlm. 56).

Bimbingan dan konseling di sekolah menengah pertama diharapkan dapat memberikan intervensi dalam masalah konformitas yang tinggi yang terjadi pada siswa di sekolah menengah pertama. Berdasarkan berbagai penelitian dan hasil wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya, mengindikasikan bahwa siswa membutuhkan suatu keterampilan dalam menolak pengaruh yang ditimbulkan oleh teman sebaya dan diharapkan pula bahwa bimbingan dan konseling dapat berperan dalam memfasilitasi siswa untuk memperoleh keterampilan dalam menolak pengaruh yang ditimbulkan oleh teman sebaya dalam perilaku konformitas yang tinggi. Maka guna membantu remaja dalam berinteraksi sosial dengan lingkungan diperlukan berbagai upaya bimbingan secara lebih khusus oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah. Atas dasar pemikiran tersebut maka diperlukan penelitian untuk menguji sebuah teknik yang dapat diberikan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah tentang “Efektivitas Teknik Assertive Training untuk Mereduksi Konformitas Teman Sebaya yang Tinggi”.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Sebagai makhluk sosial, siswa remaja senantiasa berinteraksi dengan lingkungan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidup. Dalam aspek perkembangan sosial, siswa membutuhkan kondisi-kondisi yang dapat membuat dirinya mampu menyalurkan kebutuhan sosialnya. Hal ini dapat dilakukan melalui sosialisasi, yaitu dengan menjalin hubungan dengan orang lain terutama dengan teman sebaya. Akan tetapi pada kenyataan tidak semua siswa mampu berinteraksi dengan baik antara teman sebaya dengan tuntutan lingkungan sosialnya. Hurlock (1999, hlm. 213) menyatakan bahwa pada sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan kemampuan sosial baru. Hal ini sering menimbulkan ketidakjelasan peran atau posisi remaja.

Ketidakjelasan peran atau posisi diri membuat remaja masih mencari-cari pegangan sebagai acuan agar eksistensinya diakui oleh lingkungan. Proses


(18)

8

pencarian tersebut akan mengakibatkan banyaknya informasi ataupun akses eksternal yang masuk ke dalam diri remaja. Kondisi tersebut ditambah dengan kestabilan emosi yang masih terbatas serta pola pikir yang cenderung dipengaruhi oleh lingkungan menyebabkan pengaruh tersebut lebih besar dalam mempengaruhi pertimbangan yang diambil oleh remaja. Evert Monk, Knoers, dan Haditano, 1994 (Permana, 2009) mengatakan besarnya pengaruh lingkungan atau kelompok tersebut sampai pada pemberian norma tingkah laku oleh kelompok. Bagi remaja yang memiliki kecenderungan kuat untuk memasuki suatu kelompok maka pengaruh pemberian norma oleh kelompok tersebut akan berdampak pada timbulnya konformitas yang tinggi. Kondisi ini cenderung menyesuaikan diri dengan norma kelompok agar mendapatkan penerimaan daripada memperoleh penolakan dari kelompoknya.

Konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun dibayangkan oleh mereka. Tekanan yang sangat kuat terjadi pada masa remaja karena kepekaan terhadap tekanan teman sebaya meningkat pada awal masa remaja.

Terkait dengan hal tersebut, peneliti memilih SMP Negeri 26 Bandung sebagai tempat dilakukannya penelitian. Hal ini mengingat bahwa siswa SMP adalah siswa yang berada pada masa awal pubertas, siswa masih dalam masa pencarian diri dan senang membandingkan diri dengan orang lain. Sehingga hal tersebut dapat menimbulkan adanya konformitas terhadap teman sebaya yang tinggi.

Peran teman sebaya dalam lingkungan sosial sebagai sebuah kelompok menuntun pada peran strategi bimbingan kelompok. Sehingga terdapat sebuah penelitian terdahulu yang telah mengkaji dan meneliti mengenai penggunaan sebuah teknik yang dapat diberikan oleh bimbingan dan konseling di sekolah untuk mengurangi konformitas yang berlebihan. Teknik tersebut adalah teknik sosiodrama. Melalui teknik sosiodrama ini siswa diajak untuk belajar memecahkan dilema-dilema pribadi yang mendukungnya dengan bantuan kelompok sosial yang anggota-anggotanya adalah teman-teman sendiri. Dengan kata lain dilihat dari dimensi pribadi, penggunaan teknik sosiodrama ini berupaya membantu individu dengan proses kelompok sosial (Nurhayati, 2011).


(19)

9

Dalam menyikapi masalah remaja terkait dengan konformitas teman sebaya selain penggunaan teknik sosiodrama, terdapat pula teknik lain yang dapat digunakan sebagai upaya yang dapat dilakukan bimbingan dan konseling khususnya di sekolah. Yaitu teknik assertive training merupakan teknik yang cocok untuk diterapkan dalam mereduksi konformitas teman sebaya yang tinggi pada siswa. Teknik tersebut dianggap relevan karena dengan pengekspresian perasaan, pikiran dan meyakinkan kepada orang lain secara langsung, jujur, terbuka dan tepat dapat mengajarkan siswa tentang ketegasan dan disiplin dalam mengambil keputusan berdasarkan hasil pemikiran sendiri, tanpa sikap emosional dan tanpa bermaksud menyakiti hati orang lain. Sehingga teknik assertive training ini cukup positif untuk melatih atau membiasakan siswa dalam mengelola dirinya menghadapi permasalahan yang terkait dengan konformitas teman sebaya yang tinggi.

Berdasarkan pemaparan diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

dibentuk dalam sebuah pertanyaan “Apakah penggunaan teknik assertive training

efektif untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi?”

Untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah dilakukan tahap-tahap pengumpulan data dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana gambaran umum perilaku konformitas teman sebaya dan perilaku asertif siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015?

2. Bagaimana rancangan penggunaan teknik assertive training untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi?

3. Bagaimana efektivitas teknik assertive training untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum dilaksanakannya penelitian ini adalah menguji efektivitas teknik assertive training untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 26 Bandung. Sedangkan tujuan khusus dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk memperoleh:


(20)

10

1. Gambaran umum perilaku konformitas teman sebaya dan perilaku asertif siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015. 2. Rancangan teknik assertive training untuk mereduksi perilaku konformitas

teman sebaya yang tinggi.

3. Efektivitas teknik assertive training untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Menjadi bahan yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru bimbingan dan konseling di sekolah dalam memberikan layanan bantuan, terutama layanan dengan menggunakan teknik assertive training untuk dapat mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi.

b. Bagi Siswa

Sebagai upaya positif yang dapat dimanfaatkan serta diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mereduksi konformitas teman sebaya yang tinggi baik di sekolah maupun di luar sekolah.

c. Bagi Sekolah

Memberikan kontribusi dalam pembuatan program layanan bimbingan dan konseling, sehingga dapat menciptakan lingkungan dan suasana yang kondusif bagi siswa untuk berprestasi.

d. Bagi Pengembang Bimbingan dan Konseling

Sebagai model intervensi bimbingan untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi.

1.5 Struktur Organisasi

Sistematika penulisan skripsi disusun menjadi lima bab, sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian pustaka, meliputi konsep konformitas teman sebaya, konsep teknik assertive training, teknik assertive training untuk mereduksi konformitas


(21)

11

teman sebaya yang tinggi, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

Bab III Metodologi penelitian, meliputi desain penelitian, partisipan, populasi dan sampel, instrument penelitian, prosedur penelitian dan analisis data.

Bab IV Temuan dan pembahasan, meliputi temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, pembahasan hasil temuan penelitian serta keterbatasan penelitian.

Bab V Simpulan, implikasi dan rekomendasi menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian (simpulan), implikasi penelitian dan rekomendasi.


(22)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan dan pembahasan, maka diperoleh simpulan, implikasi dan rekomendasi yang diharapkan dapat menjadi masukan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling serta mengaplikasikan salah satu teori bimbingan dan konseling yaitu penggunaan teknik assertive

training untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas teknik assertive training untuk mereduksi konformitas teman sebaya yang tinggi di Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Secara umum siswa di Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung menunjukkan perilaku konformitas dan perilaku asertif yang tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara perilaku konformitas teman sebaya dengan perilaku asertif menunjukkan angka 0.351, yang menunjukkan adanya korelasi atau hubungan yang rendah. Maka hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konformitas tidak ditentukan apakah siswa tersebut sudah mampu berperilaku asertif atau tidak. Karena perilaku konformitas terbentuk bukan semata-mata oleh rendahnya perilaku asertif, akan tetapi dikarenakan adanya dorongan-dorongan lain dan pengaruh lain yang membentuk perilaku konformitas itu sendiri.

2. Pelaksanaan layanan intervensi untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi siswa Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015 didasarkan pada indikator paling tinggi dalam setiap aspek perilaku konformitas. Layanan dilaksanakan dalam 6 pertemuan. Program intervensi dilaksanakan dengan menggunakan jenis bimbingan kelompok.


(23)

106

3. Teknik assertive training tidak efektif dalam mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi pada siswa di Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

5.2 Impilkasi

Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya guru BK untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya siswa yang tinggi di sekolah dan menemukan faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan konformitas tinggi, agar siswa memiliki pengetahuan, pendapat, keyakinan, perasaan dan kecenderungan untuk berinteraksi terhadap perubahan keyakinan atau tingkah laku yang datang dari luar diri siswa sebagai hasil dari adanya tekanan atau pengaruh negatif teman kelompok. Selain itu guru BK juga perlu menggunakan latihan asertif (assertive

training) untuk meningkatkan perilaku asertif siswa, agar siswa dapat berperilaku

asertif khususnya terhadap pengaruh negatif yang di timbulkan akibat perilaku konformitas teman sebaya. Penelitian ini juga memiliki implikasi bagi sekolah agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang memandirikan bagi siswa, sehingga siswa tidak terlalu bergantung pada teman kelompoknya. Implikasi dari penelitian ini juga sangat penting bagi peneliti selanjutnya yang memiliki ketertarikan pada dunia psikologi sosial guna mengembangkan isu-isu fokus intervensi kepada siswa dengan menggunakan perspektif perilaku inddividu dalam psikologi sosial.

5.3 Rekomendasi

Rekomendasi penelitian diberikan kepada guru BK, siswa, sekolah dan peneliti selanjutnya sebagai berikut.

5.3.1 Guru BK

1. Berdasarkan hasil penelitian, pada semua aspek perilaku konformitas mengalami penurunan dan perilaku asertif mengalami peningkatan. Namun perubahannya belum terlihat secara signifikan. Dengan demikian, Guru BK dapat melakukan layanan bimbingan lanjutan agar dapat lebih mereduksi perilaku konformitas dan meningkatkan perilaku asertif siswa.


(24)

107

2. Berdasarkan hasil penelitian, tidak adanya jam BK yang mengharuskan peneliti untuk menyesuaikan dengan jadwal siswa di sekolah menjadikan kurang optimalnya layanan yang diberikan. Oleh karena itu, Guru BK dapat mengajukan kepada pihak sekolah untuk di adakannya jam BK agar dapat memberikan layanan bimbingan secara optimal.

5.3.2 Peneliti Selanjutnya

1. Menggunakan jenis layanan konseling kelompok atau konseling individual agar lebih mengefektifkan dalam pemberian intervensi dengan menggunakan teknik assertive training pada siswa.

2. Fokuskan penelitian pada siswa yang benar-benar memiliki tingkat perilaku konformitas pada kategori tinggi dan tingkat perilaku asertif pada kategori rendah.

3. Pengambilan sampel dapat di lakukan dengan cara memisahkan antara siswa laki-laki dan perempuan atau di lihat dari latar belakang ekonomi keluarga.

4. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perilaku asertif belum dapat mereduksi perilaku konformitas teman sebaya secara signifikan pada siswa yang sudah mampu berperilaku asertif, maka disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk benar-benar memilih siswa yang memiliki perilaku konformitas pada kategori tinggi dan belum mampu berperilaku asertif (perilaku asertif pada kategori rendah) jika ingin menggunakan teknik assertive training untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya.

5. Penggunaan metode penelitian untuk peneliti selanjutnya disarankan memilih true-eksperimen guna memperoleh hasil data penelitian yang lebih akurat.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Azwar, Saifuddin. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, Robert A. & Byrne, Donn. (2005). Psikologi Sosial Edisi ke Sepuluh/Jilid

2. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Alih bahasa (2009) E. Koswara. Bandung: Refika Aditama.

Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Alih bahasa (2010) E. Koswara. Bandung: Refika Aditama.

Fauziah, Rahmawati. (2010). Penggunaan Teknik Assertive Training Dalam

Mereduksi Perilaku Konsumtif Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Fidiyanti, R. (2009). Penggunaan Teknik Assertive Training Untuk Mereduksi

Kebiasaan Merokok Pada Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Fuhrmann, Barbara S. (1990). Adolescence, adolest. Second edition. Scott, Foresman and company, Illionis.

Gozali, Trivia Safitri. (2011). Efektivitas Assertive Training Dalam Mereduksi

Perilaku Konformitas Teman Sebaya Yang Berlebihan. Skripsi Jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Gunawan, N. E. (2008). Perkembangan Psikologis Remaja. [Online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/nanang-erma-gunawan- spd/pekembangan-psikologis-remaja-talk-show-untuk-anak-smpread-only-compatibility-mode.pdf.

Hadijah, Ai Siti. (2010). Kontribusi Konformitas Terhadap Pencapaian Identitas

Diri Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI


(26)

xiv

Hake, R.R. (1998). Interactive engagement methods in introductory mechanics

courses. [Online]. Diakses dari:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf.

Haniah, Pani Siti. (2011). Assertive Training Untuk Mencegah Perilaku

Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Herdiyanti, Yussi. (2013). Assertive Training Untuk Mereduksi Peserta Didik

Yang Mengalami Gejala Adiksi Handphone. Skripsi Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Hurlock, Elizabeth. (1997). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Lange, A. dan Jakubowski, P. (1978). Responsible Assertive Behavior: Cognitive

Behavior Procedures for Trainners. USA: Research Press.

Mardiani, Amelia. (2007). Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman

Sebaya Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Experiencers Pada Siswa Kelas XI SMA Labschool Jakarta. Skripsi Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang: Tidak diterbitkan. Mousa, Amal A. (2011). The Effect on Assertiveness Training Program on

Assertiveness Skill and Social Interaction Anxiety of Individuals with Scizophreniai. Journal of American Science.

Myers, David G. (2002). Social Psychology (7th edition). Sanfransisco: Mc. Grow

Hill. Inc.

Myers, David G. (2010). Psiikologi Sosial Edisi 10/Buku 1. Alih bahasa (2012). Tusyani, A. dkk. Jakarta: Salemba Humanika.

Myers, Gail E. dan Michele, T. M. (1992). The Dynamics of Human

Communication: A Labory Approach. Singapura: McGraw-Hill inc.

Nurhayati, Rika. (2011). Teknik Sosiodrama Untuk Mengurangi Konformitas

Yang Berlebihan Pada Siswa. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan


(27)

xv

Nurihsan, A.J. & Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan

Remaja. Bandung: PT. Refika Aditama.

Oktariana, Yohana. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan

Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa. TESIS.

Publikasi SPS BK UPI, Bandung: Tidak diterbitkan.

Permana, M. Zein. (2009). Hubungan Pengungkapan Diri (self-disclousure)

dengan Konformitas (conformity) Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi FIP

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Prastiwi, Any. (2014). Penerapan Strategi Assertive Training Untuk Mereduksi

Perilaku Konformitas Pada Teman Sebaya Kelas XI IPS 4 SMAN 3 Lamongan. Jurnal Online Universitas Negeri Surabya.

Rathus, S.A., dan Nevid, J.S. (1980). Behavioral Therapy Strategies of Problem

Solving in Living. New York: A Signet Book.

Rosita, Herni. (2012). Hubungan Antara Perilaku Asertif Dengan Kepercayaan

Diri Pada Mahasiswa. E-Journal Psikologi. [Online]. Tersedia:

http://publication.gunadarma.ac.id/handle/123456789/1837.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah

(Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja (6th edition).

Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. (2007). Adolescence Perkembangan Remaja (alih bahasa

Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Remaja

Masa-Hidup Edisi Ketigabelas Jilid 1 (alih bahasa Benedictine Widyasinta).

Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.

Sears, David O dkk. (1985). Psikologi Sosial Edisi Kelima (Jilid 2) (alih bahasa


(28)

xvi

Setiawati. (2001). Perkembangan Remaja. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBI

NGAN/196211121986102-SETIAWATI/TUGAS_Perkembangan_Remaja_%5BCompatibility_Mode %5D.pdf.

Sianturi, Endang I. (2003). Hubungan Antara Konformitas Terhadap Kelompok

Sebaya Dengan Sikap Terhadap NAPZA Pada Remaja. Skripsi Fakultas

Psikologi UNPAD Jatinangor: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA.

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(1)

3. Teknik assertive training tidak efektif dalam mereduksi perilaku konformitas teman sebaya yang tinggi pada siswa di Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

5.2 Impilkasi

Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya guru BK untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya siswa yang tinggi di sekolah dan menemukan faktor-faktor apa saja yang dapat menimbulkan konformitas tinggi, agar siswa memiliki pengetahuan, pendapat, keyakinan, perasaan dan kecenderungan untuk berinteraksi terhadap perubahan keyakinan atau tingkah laku yang datang dari luar diri siswa sebagai hasil dari adanya tekanan atau pengaruh negatif teman kelompok. Selain itu guru BK juga perlu menggunakan latihan asertif (assertive

training) untuk meningkatkan perilaku asertif siswa, agar siswa dapat berperilaku

asertif khususnya terhadap pengaruh negatif yang di timbulkan akibat perilaku konformitas teman sebaya. Penelitian ini juga memiliki implikasi bagi sekolah agar dapat menyelenggarakan pendidikan yang memandirikan bagi siswa, sehingga siswa tidak terlalu bergantung pada teman kelompoknya. Implikasi dari penelitian ini juga sangat penting bagi peneliti selanjutnya yang memiliki ketertarikan pada dunia psikologi sosial guna mengembangkan isu-isu fokus intervensi kepada siswa dengan menggunakan perspektif perilaku inddividu dalam psikologi sosial.

5.3 Rekomendasi

Rekomendasi penelitian diberikan kepada guru BK, siswa, sekolah dan peneliti selanjutnya sebagai berikut.

5.3.1 Guru BK

1. Berdasarkan hasil penelitian, pada semua aspek perilaku konformitas mengalami penurunan dan perilaku asertif mengalami peningkatan. Namun perubahannya belum terlihat secara signifikan. Dengan demikian, Guru BK dapat melakukan layanan bimbingan lanjutan agar dapat lebih mereduksi perilaku konformitas dan meningkatkan perilaku asertif siswa.


(2)

107

2. Berdasarkan hasil penelitian, tidak adanya jam BK yang mengharuskan peneliti untuk menyesuaikan dengan jadwal siswa di sekolah menjadikan kurang optimalnya layanan yang diberikan. Oleh karena itu, Guru BK dapat mengajukan kepada pihak sekolah untuk di adakannya jam BK agar dapat memberikan layanan bimbingan secara optimal.

5.3.2 Peneliti Selanjutnya

1. Menggunakan jenis layanan konseling kelompok atau konseling individual agar lebih mengefektifkan dalam pemberian intervensi dengan menggunakan teknik assertive training pada siswa.

2. Fokuskan penelitian pada siswa yang benar-benar memiliki tingkat perilaku konformitas pada kategori tinggi dan tingkat perilaku asertif pada kategori rendah.

3. Pengambilan sampel dapat di lakukan dengan cara memisahkan antara siswa laki-laki dan perempuan atau di lihat dari latar belakang ekonomi keluarga.

4. Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa perilaku asertif belum dapat mereduksi perilaku konformitas teman sebaya secara signifikan pada siswa yang sudah mampu berperilaku asertif, maka disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk benar-benar memilih siswa yang memiliki perilaku konformitas pada kategori tinggi dan belum mampu berperilaku asertif (perilaku asertif pada kategori rendah) jika ingin menggunakan teknik assertive training untuk mereduksi perilaku konformitas teman sebaya.

5. Penggunaan metode penelitian untuk peneliti selanjutnya disarankan memilih true-eksperimen guna memperoleh hasil data penelitian yang lebih akurat.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.

Azwar, Saifuddin. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baron, Robert A. & Byrne, Donn. (2005). Psikologi Sosial Edisi ke Sepuluh/Jilid

2. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Corey, Gerald. (2009). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Alih bahasa (2009) E. Koswara. Bandung: Refika Aditama.

Corey, Gerald. (2010). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi. Alih bahasa (2010) E. Koswara. Bandung: Refika Aditama.

Fauziah, Rahmawati. (2010). Penggunaan Teknik Assertive Training Dalam

Mereduksi Perilaku Konsumtif Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Fidiyanti, R. (2009). Penggunaan Teknik Assertive Training Untuk Mereduksi

Kebiasaan Merokok Pada Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Fuhrmann, Barbara S. (1990). Adolescence, adolest. Second edition. Scott, Foresman and company, Illionis.

Gozali, Trivia Safitri. (2011). Efektivitas Assertive Training Dalam Mereduksi

Perilaku Konformitas Teman Sebaya Yang Berlebihan. Skripsi Jurusan

Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Gunawan, N. E. (2008). Perkembangan Psikologis Remaja. [Online]. Tersedia:

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/nanang-erma-gunawan- spd/pekembangan-psikologis-remaja-talk-show-untuk-anak-smpread-only-compatibility-mode.pdf.

Hadijah, Ai Siti. (2010). Kontribusi Konformitas Terhadap Pencapaian Identitas

Diri Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI


(4)

xiv

Hake, R.R. (1998). Interactive engagement methods in introductory mechanics

courses. [Online]. Diakses dari:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf.

Haniah, Pani Siti. (2011). Assertive Training Untuk Mencegah Perilaku

Penyalahgunaan NAPZA Pada Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Herdiyanti, Yussi. (2013). Assertive Training Untuk Mereduksi Peserta Didik

Yang Mengalami Gejala Adiksi Handphone. Skripsi Jurusan Psikologi

Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Hurlock, Elizabeth. (1997). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elizabeth. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan

Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Lange, A. dan Jakubowski, P. (1978). Responsible Assertive Behavior: Cognitive

Behavior Procedures for Trainners. USA: Research Press.

Mardiani, Amelia. (2007). Hubungan Antara Konformitas Terhadap Teman

Sebaya Dengan Kecenderungan Gaya Hidup Experiencers Pada Siswa Kelas XI SMA Labschool Jakarta. Skripsi Program Studi Psikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang: Tidak diterbitkan. Mousa, Amal A. (2011). The Effect on Assertiveness Training Program on

Assertiveness Skill and Social Interaction Anxiety of Individuals with Scizophreniai. Journal of American Science.

Myers, David G. (2002). Social Psychology (7th edition). Sanfransisco: Mc. Grow

Hill. Inc.

Myers, David G. (2010). Psiikologi Sosial Edisi 10/Buku 1. Alih bahasa (2012). Tusyani, A. dkk. Jakarta: Salemba Humanika.

Myers, Gail E. dan Michele, T. M. (1992). The Dynamics of Human

Communication: A Labory Approach. Singapura: McGraw-Hill inc.

Nurhayati, Rika. (2011). Teknik Sosiodrama Untuk Mengurangi Konformitas

Yang Berlebihan Pada Siswa. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan dan


(5)

Nurihsan, A.J. & Agustin, M. (2011). Dinamika Perkembangan Anak dan

Remaja. Bandung: PT. Refika Aditama.

Oktariana, Yohana. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Menggunakan

Assertive Training Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa. TESIS.

Publikasi SPS BK UPI, Bandung: Tidak diterbitkan.

Permana, M. Zein. (2009). Hubungan Pengungkapan Diri (self-disclousure)

dengan Konformitas (conformity) Remaja. Skripsi Jurusan Psikologi FIP

UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Prastiwi, Any. (2014). Penerapan Strategi Assertive Training Untuk Mereduksi

Perilaku Konformitas Pada Teman Sebaya Kelas XI IPS 4 SMAN 3 Lamongan. Jurnal Online Universitas Negeri Surabya.

Rathus, S.A., dan Nevid, J.S. (1980). Behavioral Therapy Strategies of Problem

Solving in Living. New York: A Signet Book.

Rosita, Herni. (2012). Hubungan Antara Perilaku Asertif Dengan Kepercayaan

Diri Pada Mahasiswa. E-Journal Psikologi. [Online]. Tersedia:

http://publication.gunadarma.ac.id/handle/123456789/1837.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah

(Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.

Santrock, John W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja (6th edition).

Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. (2007). Adolescence Perkembangan Remaja (alih bahasa

Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. (2012). Life-Span Development Perkembangan Remaja

Masa-Hidup Edisi Ketigabelas Jilid 1 (alih bahasa Benedictine Widyasinta).

Jakarta: Erlangga.

Sarwono, Sarlito W. (1989). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali.

Sears, David O dkk. (1985). Psikologi Sosial Edisi Kelima (Jilid 2) (alih bahasa


(6)

xvi

Setiawati. (2001). Perkembangan Remaja. [Online]. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBI

NGAN/196211121986102-SETIAWATI/TUGAS_Perkembangan_Remaja_%5BCompatibility_Mode %5D.pdf.

Sianturi, Endang I. (2003). Hubungan Antara Konformitas Terhadap Kelompok

Sebaya Dengan Sikap Terhadap NAPZA Pada Remaja. Skripsi Fakultas

Psikologi UNPAD Jatinangor: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: ALFABETA.

Yusuf, Syamsu. (2000). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS TEKNIK PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN MANAJEMEN DIRI DALAM BELAJAR PESERTA DIDIK: Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 16 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

0 11 98

EFEKTIVITAS TEKNIK KONSELING RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MEREDUKSI PERILAKU AGRESIF SISWA : Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap 118 Siswa SMAN 8 Bekasi Tahun Ajaran 2014/2015.

4 20 47

PENGGUNAAN TEKNIK PSIKODRAMA UNTUK MEREDUKSI KONFORMITAS TEMAN SEBAYA YANG BERLEBIHAN PADA PESERTA DIDIK: Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 43 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

1 7 49

Efektivitas Self-monitoring dan Self-reward dalam Peningkatan Disiplin Siswa : penelitian eksperimen kuasi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 40 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015.

0 1 18

Konseling Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Empati : penelitian eksperimen kuasi terhadap siswa kelas VII SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2014-2015.

1 4 26

Efektivitas Teknik Social Skills Training Untuk Mereduksi Perilaku Bullying Remaja Perempuan (Studi Eksperimen-Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMP Negeri 26 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

2 13 64

Efektivitas Konseling Teman Sebaya untuk Mengembangkan Kemandirian Siswa (Studi Pra Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP Plus Babussalam Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

1 3 48

EFEKTIVITAS ASSERTIVE TRAINING DALAM MENANGANI KORBAN CYBERBULLYING : Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Bandung Tahun Pelajaran 2013/2014.

17 53 47

EFEKTIVITAS BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA : Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014.

1 3 55

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 17 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 16