EFEKTIVITAS BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA : Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014.
EFEKTIVITAS BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
(
Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014)SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh Sakinah Melissa
0900602
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG 2013
(2)
EFEKTIVITAS BIMBINGAN TEMAN
SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA
Oleh Sakinah Melissa
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Sakinah Melissa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
SAKINAH MELISSA 0900602
EFEKTIVITAS BIMBINGAN TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas VII
SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : Pembimbing I
Prof.Dr.H.A. Juntika Nurihsan,M.Pd NIP.19660601 199103 1 005
Pembimbing II
H.Nandang Budiman,S.Pd.,M.Si NIP. 197102191998021001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. H. Nandang Rusmana,M.Pd NIP. 196005011986031004
(4)
ABSTRAK
Sakinah Melissa. (2013). Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014).
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya motivasi belajar siswa dalam mengikuti aktivitas belajar di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode eksperimen kuasi dengan desain non equivalent pretest-postest control group design terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini menghasilkan: 1) gambaran umum motivasi belajar siswa, 2) rancangan bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan 3) gambaran keefektifan metode bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Rekomendasi diberikan kepada: 1) Sekolah agar menyediakan dukungan sistem agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik; 2) guru pembimbing diharapkan dapat menjadikan bimbingan teman sebaya sebagai salah satu upaya dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling; 3) peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengkaji penggunaan bimbingan teman sebaya pada tingkat yang lebih tinggi seperti SMA/SMK/MA atau sederajat.
(5)
ABSTRACT
Sakinah Melissa. (2013). The Effectiveness of Peer Guidance to Improve Student Learning Motivation (A Quasi-Experimental Research on the Seventh Grade Students at SMP Negeri 1 Lembang in 2013/2014 Academic Year).
Abstract: The research is based on the lack of student learning motivation in
participating in the activities classroom. The aim of the research is to test the effectiveness of peer guidance to improve student learning motivation. The approach used in this research is through quantitative approach with a quasi-experimental method by non equivalent pretest-postest control group design on the seventh grade students at SMP Negeri 1 Lembang in 2013/2014 Academic Year. The result showed: 1) the general profile of student learning motivation, 2) the formula of peer guidance to improve students learning motivation, and 3) the effectiveness peer guidance method to improve student learning motivation. Recomendations were given to: 1) The school in order to provide a system support so the guidance and counselling activities could run well; 2) The teacher mentors are expected to make the peer guidance as one of the efforts in the provision of guidance and counselling services; 3) Researchers are next expected to examine the use of peer guidance in higher levels such as SMS/SMK/MA or the same level.
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
KATA PENGANTAR... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GRAFIK... ix
DAFTAR GAMBAR... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Penelitian... B. Identifikasi dan Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Metode Penelitian... E. Manfaat Penelitian... F. Hipotesis Penelitian... G. Sistematika Penulisan... 1 8 10 11 11 12 12 BAB II MOTIVASI BELAJAR DAN BIMBINGAN TEMAN SEBAYA... 13 A.Konsep Motivasi... 13
B.Konsep Belajar... 25
C.Konsep Motivasi Belajar... 27
D.Hakikat Bimbingan dan Konseling... 35
E. Bimbingan Teman Sebaya... 40
F. Kerangka Pemikiran... 46
G.Asumsi Penelitian... 47
H.Penelitian Terdahulu yang Relevan... 48
BAB III METODE PENELITIAN... 50
A.Lokasi Populasi dan Sampel Penelitian... 50
B.Pendekatan dan Metode Penelitian... 54
C.Definisi Operasional Variabel... 55
D.Proses Pengembangan Instrumen... 60
E. Teknik Pengumpulan Data... 66
F. Analisis Data... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 73
A.Deskripsi Hasil Penelitian... 73
B.Rancangan Program Pelatihan Pembimbing Sebaya dan Intervensi Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014... 84 C.Gambaran Keefektifan Pelaksanaan Intervensi Bimbingan Teman Sebaya 104 D.Pembahasan Hasil Penelitian... 111
E. Keterbatasan Penelitian... 128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 129
A.Kesimpulan... 129
(7)
DAFTAR PUSTAKA... 132 LAMPIRAN
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Populasi Penelitian 51
Tabel 3.2 Sampel Penelitian 53
Tabel 3.3 Desai Kelompok Eksperimen dan Kontrol 55
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Motivasi Belajar 60
Tabel 3.5 Pedoman Penskoran Skala Likert 63
Tabel 3.6 Hasil Kelayakan Uji Validitas Instrumen 65
Tabel 3.7 Interpretasi Reliabilitas 66
Tabel 3.8 Kategorisasi Tingkat Motivasi Belajar 68
Tabel 3.9 Kategori Tingkat Motivasi Belajar 68
Tabel 3.10 Kriteria Indeks Gain 71
Tabel 4.1 Gambaran Umum Motivasi Belaar Siswa Kelas VII 73
SMP Negeri I lembang Tahun Ajaran 2013/2014
Tabel 4.2 Rancangan Program Pelatihan Bimbingan Teman Sebaya 85
Tabel 4.3 Statistika Deskripsi Data Tes Awal (Pretest) 105
Tabel 4.4 Hasil Statistika Deskripsi Data Tes Akhir (Posttest) 106
Tabel 4.5 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Skor Tes Akhir 107
(Posttest)
Tabel 4.6 Hasil Interpretasi Indeks Gain 108
Tabel 4.7 Statistika Deskriptif Data Indeks Gain 108
Tabel 4.8 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Indeks Gain 109
Tabel 4.9 Hasil Uji t Setiap Aspek Motivasi Belajar Siswa Kelas 110
Eksperimen dan Kelas Kontrol Setelah Pelaksanaan Intervensi Bimbingan Teman Sebaya
(9)
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Profil Motivasi Belajar Kelas 7-H (Kelas Eksperimen) 53
Grafik 3.2 Profil Motivassi Belajar Kelas 7-F (Kelas Kontrol) 54
Grafik 4.1 Gambaran Umum Motivasi Belajar Kelas 7-H (Kelas 76
Eksperimen)
Grafik 4.2 Gambaran Umum Motivasi Belajar Kelas 7-F (Kelas 77
Kontrol)
Grafik 4.3 Perbedaan Tingkat Pencapaian Kategori Motivasi Belajar 78
Kelas Eksperimen pada saat Pretest dan Posttest
Grafik 4.4 Perbedaan Tingkat Pencapaian Kategori Motivasi Belajar 79
Kelas Kontrol pada saat Pretest dan Posttest
Grafik 4.5 Pencapaian Tingkat Motivasi Belajar Siswa Ditinjau dari 80
Aspeknya
Grafik 4.6 Perbedaan Pencapaian Aspek Motivasi Belajar Kelas 83
Eksperimen saat Pretest dan Posttest
Grafik 4.7 Perbedaan Pencapaian Aspek Motivasi Belajar Kelas 84
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hierarki Kebutuhan menurut Abraham Maslow 18
Gambar 2.2 Keterkaitan Bimbingan Teman Sebaya terhadap 46
Peningkatan Motivasi Belajar
Gambar 3.1 Interaksi Triadik antara Konselor Ahli, Pembimbing 59
Sebaya dengan Konseli Teman Sebaya
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Belajar merupakan key term, ‘istilah kunci’ yang paling vital dalam setiap
usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan (Muhibbin, 2003 : 59). Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Menurut Slameto (2003: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Wortman, Liftus, dan Marshal (Supartin, 2005: 2), bahwa belajar merupakan proses mental individu yang kompleks dan biasanya menghasilkan perubahan tingkah laku dan pola pikir pelajar, sehingga adanya perubahan dapat dikatakan sebagai kegiatan belajar.
Sukmadinata (2003: 177) menyatakan bahwa :
Kegiatan belajar yang berlangsung di sekolah bersifat formal, disengaja, direncanakan dengan bimbingan guru serta pendidik lainnya. Apa yang hendaknya dicapai dan dikuasai siswa (tujuan belajar), bahan apa yang harus dipelajari (bahan ajaran), bagaimana cara siswa mempelajarinya (metode pembelajaran), serta bagaimana cara mengetahui kemajuan belajar siswa (evaluasi), telah direncanakan dengan seksama dalam kurikulum sekolah. Kegiatan belajar yang dilaksanakan disekolah benar-benar disengaja dan direncanakan.
Senada dengan pendapat Sukmadinata (Djamarah, 2008 : 148-149) memaparkan dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Namun pada kenyataanya masih banyak ditemukan bahwa hasil belajar siswa tidak sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan.
(12)
Karena masih banyak ditemukan siswa yang menunjukkan tidak dapat mencapai hasil belajar dengan baik ataupun tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik di sekolahnya. Pernyataan ini berkenaan dengan motivasi belajar siswa yang rendah. Fenomena yang seringkali mendasari terkait dengan rendahnya motivasi belajar siswa yaitu perilaku membolos sekolah. Diduga membolos merupakan salah satu faktor yang timbul dari faktor personal yakni terkait dengan menurunnya motivasi belajar siswa yang mengakibatkan ketinggalan pelajaran (Kristiyani,2009). Fenomena lain juga ditemukan di SMP Negeri 22 Semarang menunjukkan bahwa ada beberapa siswa yang memiliki motivasi belajar rendah terjadi pada siswa yang tingkat intelegensinya rendah.
Fenomena lemahnya motivasi belajar juga ditemui di SMP Negeri 1 Lembang berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru bimbingan dan konseling ditemukan terdapat adanya permasalahan belajar yang muncul terkait dengan tingkat motivasi belajar siswa. Adapun perilaku yang tampak terkait dengan rendahnya motivasi belajar siswa ini ditandai dengan kurang semangatnya siswa mengikuti kegiatan belajar, malas mengerjakan tugas sekolah, membolos pada jam pelajaran tertentu, seringkali berbicara dengan teman ketika kegiatan belajar sedang berlangsung serta tidak konsentrasi ketika menerima pelajaran di kelas.
Dalam kegiatan belajar motivasi memiliki peranan penting, dalam Journal Hong Kong Institute of Education hal: 1 memaparkan bahwa :
Motivasi memiliki pengaruh yang besar secara psikologis melalui para pendidik sebagai faktor penting yang mempengaruhi proses pembelajaran dan prestasi siswa. Berdasarkan model sosial kognitif dari motivasi, motivasi itu dinamis, beragam fenomena yang menjelaskan bagaimana dan mengapa terikat pada aktivitas belajar mereka.
Motivasi yang tinggi dalam belajar dapat ditunjukkan yakni melalui keinginannya untuk mengikuti pelajaran. Pendapat tersebut senada dengan pendapat Anderson C.R dan Faust G.W pada tahun 1979 memaparkan bahwa motivasi belajar dapat dilihat dari karakteristik tingkah laku siswa yang menyangkut ketabahan, perhatian, konsentrasi dan ketekunan siswa dalam
(13)
mengikuti pelajaran. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan menunjukkan keinginan yang besar dan perhatian yang penuh terhadap tugas-tugas belajar. Mereka memusatkan sebanyak energi fisik maupun psikis terhadap kegiatan tanpa mengenal rasa bosan apalagi menyerah. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi rendah menampakkan keengganannya, cepat bosan dan berusaha menghindari dari proses kegiatan belajar mengajar.
Motivasi merupakan faktor penting dalam proses pembelajaran karena keberadaanya sangat berarti bagi perbuatan belajar (Uno, 2007: 23). Selain itu motivasi belajar merupakan faktor psikis yang dapat menumbuhkan gairah, menimbulkan perasaan senang dan semangat untuk belajar. Hasil belajar akan menjadi optimal kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan berhasil pula proses belajar siswa.
Menurut Driscoll, Jetton, Alexander dan Pintrich pada tahun 2003 memaparkan bahwa motivasi bukan hanya berperan penting dalam mengupayakan siswa terlibat ke dalam kegiatan akademis, tetapi juga dalam menentukan seberapa banyak akan dipelajari siswa dari kegiatan yang mereka lakukan atau dari informasi yang dihadapkan pada mereka. Siswa yang termotivasi untuk mempelajari sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi mempelajarinya dan menyerap dan mengingat lebih banyak darinya (Slavin, 2011: 100).
Menurut Schunk,et.all 2008 (Hartnett,et.all,2011:4) mendefinisikan motivasi sebagai "proses dimana diarahkan pada tujuan aktivitas menghasut dan berkelanjutan". Motivasi dapat mempengaruhi apa yang kita pelajari, bagaimana kita belajar, dan ketika kita memilih untuk belajar.
Motivasi terbentuk oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan luar diri individu. Terhadap denaga-tenaga tersebut beberapa ahli memberikan istilah yang berbeda, seperti : desakan (drive), motif (motive), kebutuhan (need) dan keinginan (wish) (Sukmadinata, 2003 : 61). Hal senada juga dipaparkan Sardiman (2011:75) yang mengatakan bahwa motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin untuk melakukan sesuatu dan bila ia tidak suka maka akan berusaha untuk meniadakan
(14)
atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.
Surya (2003: 106) memaparkan bahwa :
motivasi dapat diartikan sebagai suatu dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu tujuan tertentu. Motivasi mempunyai karakteristik : (1) sebagai hasil dari kebutuhan, (2) terarah pada suatu tujuan, (3) menopang perilaku. Motivasi dapat dijadikan sebagai dasar penafsiran, penjelasan dan penaksiran perilaku.
Adapula beberapa hal yang membuat siswa memiliki motivasi belajar yang rendah yaitu karena tidak siap untuk menerima materi pelajaran di sekolahnya ataupun tidak siap untuk mengikuti aturan belajar yang ditetapkan di sekolahnya.
Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas yakni untuk menimbulkan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2011: 75). Motivasi belajar merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi kegiatan dan hasil belajar siswa. Karena motivasi belajar dapat memunculkan dorongan bagi siswa untuk mengikuti proses kegiatan belajarnya dikelas. Siswa yang memiliki dorongan yang kuat akan memiliki semangat untuk mengikuti kegiatan belajar dikelas.
Menurut Ali Imron pada tahun 1987 (Soedihardjo 2011: 46) berpendapat bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis dari diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar itu demi mencapai satu tujuan.
Penurunan yang terjadi terhadap kondisi siswa terbukti dari belasan studi yang dilakukan Ecless, et al Hattip pada tahun 1997 (Pamela Sari, 2012 : 4) disimpulkan bahwa kebanyakan remaja mengalami masalah, yakni (1) kurang minat bersekolah; (2) lemahnya motivasi konsep diri akademik; (3) dan persepsi dirinya; (4) gampang menurun rasa percaya dirinya setelah mengalami kegagalan; (5) merespon kegagalan dengan helplesness; (6) gampang membolos.
(15)
Motivasi belajar merupakan permasalahan yang seringkali dialami siswa pada setiap jenjang pendidikan dan merupakan permasalahan yang penting untuk ditangani bersama oleh pihak sekolah. Dalam hal ini bimbingan dan konseling memiliki peranan penting dalam menangani permasalahan belajar dengan memiliki prinsi bahwa layanan bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua siswa baik yang memiliki permasalahan ataupun tidak di sekolah. Salah satu tugas dari bimbingan dan konseling adalah mengarahkan dan membantu siswa-siswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah akademik. Dengan demikian memberikan motivasi kepada siswa dapat dijadikan langkah awal dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling terutama bimbingan belajar. Yusuf (2009 : 51) mengemukakan pengertian bimbingan dan konseling akademik (belajar) sebagai berikut :
Bimbingan dan konseling belajar memiliki peranan penting untuk membantu mengembangkan potensi yang dimiliki. Meningkatkan motivasi belajar siswa merupakan salah satu bagian dari layanan bimbingan dan konseling belajar. Bimbingan belajar adalah proses bantuan untuk memfasilitasi siswa dalam mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar dan memecahkan masalah-masalah belajar.
Terdapat beragam layanan bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Layanan bimbingan dapat dilakukan dengan oleh guru pembimbing atau konselor melalui layanan dasar, layana responsif ataupun perencanaan individual. Adapun implementasi dari pelayanan tersebut yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam untuk penelitian ini yaitu melalui layanan bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Layanan bimbingan teman sebaya merupakan salah satu implementasi dari pelayanan responsif di mana layanan ini merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan (Kartadinata,2008:209).
Lebih lanjut Kartadinata (2008:228) memaparkan bimbingan teman sebaya (peer guidance/peer facilitation) adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta
(16)
didik terhadap peserta didik lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. peserta didik yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu peserta didik lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik.
Dalam hal ini upaya konselor yang digunakan untuk membantu siswa meningkatkan motivasi belajar yaitu melalui layanan bimbingan teman sebaya karena dalam bimbingan teman sebaya siswa lebih merasa memiliki teman yang mempunyai nasib yang sama dengan dirinya serta merasa bahwa dirinya tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya. Diharapkan melalui bimbingan teman sebaya siswa, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dapat lebih terbuka untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya dan bisa saling mendukung serta memberikan penguatan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.
Menurut Winkel (Asmara,2007:50) memaparkan tujuan bimbingan kelompok adalah agat setiap anggota kelompok dapat memahami dan menerima dirinya sendiri, lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, lebih mampu menghayati perasaan orang lain dan lebih berani melangkah maju serta menerima resiko yang wajar dalam bertindak.
Pada umumnya usia remaja lebih senang menghabiskan waktunya bersama kelompok dibandingkan bersama dengan orang tua ataupun keluarganya. Karena tuntutan yang ada dikelompok tidak terlalu terasa dibandingkan dengan tuntutan yang berasal dari orang tua, sehingga remaja lebih merasa nyaman dan bebas ketika berada dalam kelompok teman sebayanya. Hasilnya, remaja menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tua mereka (Santrock, 2003).
Menurut Caims & Neckermen pada tahun 1988 (Ristianti, 2009:3) melalui berkumpul dengan teman sebaya yang memiliki kesamaan dalam berbagai hal tertentu, remaja dapat mengubah kebiasan-kebiasan hidupnya dan dapat mencoba
(17)
berbagai hal yang baru serta saling mendukung satu sama lain. Hal senada dikemukakan oleh Tarakanita pada tahun 2001 (Ristianti,2009:3) yang mengatakan bahwa, teman sebaya selain merupakan sumber referensi bagi remaja mengenai berbagai macam hal, teman sebaya juga dapat memberikan kesempatan bagi remaja untuk mengambil peran dan tanggung jawab yang baru melalui pemberian dorongan. Selain itu juga menurut Eccles, Wigfield dan Sciefele pada tahun 2008 memaparkan bahwa teman sebaya (peer) dapat mempengaruhi motivasi anak melalui perbandingan sosial, kompetensi dan motivasi sosial, belajar bersama dan pengaruh kelompok teman sebaya (Santrock,2007 : 533).
Teman sebaya dalam lingkup pergaulan siswa dianggap sebagai orang yang mau mengerti dan paling perduli terhadap permasalahan yang sedang dihadapi tanpa harus memarahi atau menggurui. Teman sebaya dapat dianggap sebagai teman curhat yang paling aman dan teman untuk bertanya keika ada pelajaran yang kurang dimengerti oleh siswa. Adapun kelebihan yang didapatkan melalui bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu melalui
teman sebaya akan terjalin suasana hubungan yang lebih akrab dan dekat antara
siswa yang dibantu dengan siswa sebagai tutor yang membantu, bagi tutor sendiri
kegiatannya merupakan pengayaan dan menambah motivasi belajar,
membangkitkan kemauan belajar dengan sungguh-sungguh serta dapat meningkatkan rasa tanggung jawab akan kepercayaan dengan sesama teman (Saputra, 2011).
Dukungan interpersonal yang positif dari teman sebaya, pengaruh keluarga, dan proses pembelajaran yang baik dapat meminimalisir faktor-faktor penyebab kegagalan prestasi siswa seperti keyakinan negatif tentang kompetensi dalam mata pelajaran tertentu serta kecemasan yang tinggi dalam menghadapi tes (Santrock, 2007: 167).
Berdasarkan pemaparan diatas bimbingan teman sebaya dipandang efektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam bimbingan teman sebaya ini siswa diharapkan memiliki motivasi yang lebih baik lagi yang ditandai dengan
(18)
siswa memiliki kemauan untuk belajar, tekun dalam belajar serta tekun dalam mengerjakan tugas sekolah.
B.Identifikasi dan Rumusan Masalah
Pada penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yakni mengenai motivasi belajar siswa dan bimbingan teman sebaya. Dimana bimbingan teman sebaya merupakan salah satu suatu teknik atau pendekatan dalam bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
Cronbach (Djamarah, 2008:13) menyatakan bahwa :
belajar merupakan suatu aktivitas yang ditunjukan oleh perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Suatu hal yang tak asing dalam pembelajaran bagi setiap siswa yang mengalami proses belajar akan mengalami perubahan perilaku. Beragam faktor pun dapat mempengaruhi dalam proses kegiatan belajar salah satunya adalah motivasi belajar.
Motivasi dalam belajar tidak saja berperan sebagai kekuatan dari dalam diri siswa yang akan menggerakan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar di kelas, tetapi juga berperan sebagai suatu kekuatan untuk menggerakkan aktivitas siswa kepada tujuan belajar yang dimiliki oleh siswa untuk mencapai hasil belajar yang diinginkan.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar (Djamarah,2008 : 148). Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Maslow sangat percaya bahwa tingkah laku manusi dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti kebutuhan fisiologis, rasa aman, rasa cinta, penghargaan, aktualisasi diri, mengetahui dan mengerti dan kebutuhan estetik. Kebutuhan-kebutuhan inilah yang menurut Maslow yang mempu memotivasi tingkah laku individu. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara terus menerus tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yangs angat penting dalam aktivitas belajar. Namun , seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari
(19)
luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai subjek belajar (Djamarah, 2008: 148-149).
Pendapat senada juga diungkapkan oleh Stipek pada tahun 2006 (Slavin, 2009:103) peran penting teori Maslow bagi pendidikan terdapat dalam hubungan antara kebutuhan defisiensi dan kebutuhan pertumbuhan. Siswa yang sangat lapar atau berada dalam bahaya fisik akan mempunya sedikit energi psikologis untuk dikerahkan dalam pembelajaran. Kebutuhan defisiensi terpenting terpenting adalah kebutuhan akan cinta dan harga diri. Siswa yang tidak merasa bahwa mereka dicintai dan bahwa mereka mampu tidak akan mungkin mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan pertumbuhan yang lebih tinggi.
Upaya yang digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam penelitian ini menggunakan bimbingan teman sebaya karena dalam lingkup lingkungan teman sebaya dapat membantu siswa yang lainnya dalam mempelajari materi pelajaran melalui diskusi kelompok kecil selain itu siswa yang diterima oleh teman sebayanya dan memiliki keahlian sosial yang baik seringkali belajarnya lebih bagus dan memiliki motivasi akademik yang positif. (Santrock, 2008 : 533).
Fokus dari penelitian eksperimen kuasi ini adalah mengetahui gambaran tingkat motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 dan bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
Tujuan utamanya adalah agar siswa mampu meningkatkan motivasi belajar untuk mencapai hasil belajar yang maksimal dan yang diharapkan oleh siswa melalui layanan bimbingan belajar melalui pendekatan bimbingan teman sebaya. Bimbingan teman sebaya dipandang efektif untuk digunakan sebagai pendekatan dalam aktivitas belajar dalam layanan bimbingan belajar karena dalam bimbingan teman sebaya, siswa merasa memiliki tutor yang usianya sama yang dapat memberikan pengarahan tanpa harus mendikte seperti orang dewasa, merasa memiliki teman yang jalan pemikirannya sehingga dapat lebih mudah untuk menceritakan permasalahannya, merasa memiliki teman dengan kesulitan
(20)
yang sama dengan dirinya dan tidak merasa sendirian dalam menghadapi kesulitan yang dialaminya. Diharapkan melalui bimbingan teman sebaya siswa dapat lebih terbuka untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya dan dapat saling memberi dukungan dan menguatkan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Berdasarkan identifikasi masalah, adapun yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian, yaitu: ”bagaimana efektivitas metode
bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014?”
Berdasarkan rumusan masalah, diturunkan menjadi tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut ini.
1. Seperti apa gambaran umum motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014?
2. Seperti apa rancangan bimbingan teman sebaya untuk siswa
kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014?
3. Apakah metode bimbingan teman sebaya efektif untuk meningkatkan
motivasi belajar terhadap siswa kelas VII SMP
Negeri Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian adalah mendapatkan gambaran efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Secara khusus sebagai berikut ini.
1. Memperoleh gambaran umum motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013/2014.
2. Memperoleh rancangan bimbingan teman sebaya untuk kelas VII SMP Negeri 1 Lembang tahun ajaran 2013/2014.
3. Mendapatkan gambaran mengenai efektivitas metode bimbingan teman
sebaya terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 1
(21)
D. Metode Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan dalam mengetahui tingkatan motivasi belajar. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu quasi experimental design dengan Nonequivalent Control Group Design dimana terdapat pretest sebelum diberikan perlakuan atau intervensi. Metode Nonequivalent Control Group Design digunakan untuk mengetahui ketepatan dan keefektifan metode bimbingan teman sebaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian adalah menggunakan alat atau instrumen berupa angket. Butir-butir pernyataan pada angket merupakan gambaran mengenai motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang. Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian adalah angket tertutup karena peneliti sudah menyediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Angket yang digunakan untuk mengungkap motivasi belajar siswa.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian mengenai efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoretis
Secara teoritis bimbingan teman sebaya ini dapat dijadikan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan belajar terutama untuk meningkatkan motivasi belajar siswa karena dalam lingkup teman sebaya, siswa dapat saling memberi dukungan dan membantu siswa lainnya ketika mengalami kesulitan dalam belajar.
(22)
2. Manfaat Praktis
a.Bagi konselor sekolah
Bimbingan teman sebaya dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan bimbingan belajar dengan metode bimbingan kelompok teman sebaya. b. Bagi siswa
Diharapkan siswa memiliki keterampilan dan pengalaman belajar yang efektif yang didapatkan melalui bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Bagi sekolah
Dapat memfasilitasi pembimbing sebaya untuk memberikan pelayanan kepada siswa/i yang memiliki permasalahan dalam belajar seperti motivasi belajar rendah.
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat lebih mengembangkan penggunaan intervensi bimbingan teman sebaya dengan variabel yang berbeda dalam keterampilan belajar.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah Bimbingan Teman Sebaya Efektif untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.
G. Sistematika Penulisan
Adapun bagian sistematika skripsi meliputi Bab I: Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika skripsi. Bab II: Landasan Teori. Bab III: Metode Penelitian meliputi definisi operasional,instrumen penelitian, pengujian validitas dan reliabilitas, teknik pengumpulan data yang digunakan. Bab IV: Hasil Penelitian meliputi paparan gambaran umum motivasi belajar dan analisis data yang diperoleh untuk membuktikan kebenaran hipotesis sebagai hasil pembahasan. Bab V: Penutup, membuat simpulan dan rekomendasi atas dasar temuan dari hasil penelitian.
(23)
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksankan di SMP Negeri 1 Lembang yang bertempat di Jalan Raya Lembang No.357 Kabupaten Bandung Barat. Populasi penelitian adalah siswa yang secara administratif terdaftar sebagai siswa/i kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014.
2. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang , tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada subyek atau obyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek tersebut (Sugiyono, 2013:117). Sedangkan menurut Arikunto (2010: 173) Populasi dapat didefinisikan sebagai keseluruhan subyek penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014 yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah. Populasi penelitian ditentukan menurut beberapa kriteria sebagai berikut.
a. Anggota penelitian adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang.
b. Asumsi pemilihan siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang adalah:
1) Siswa kelas VII berada pada rentang usia 12-13 tahun
dalam lingkup psikologi perkembangan indiviu pada tahap ini memasuki masa remaja awal.
2) Menurut Eccles, Wigfield & Schiefele pada tahun 1998 memaparkan
(24)
waktu bersama dengan teman sebaya karena teman sebaya dapat
mempengaruhi motivasi anak melalui perbandingan sosial,
kompetensi dan motivasi sosial, belajar bersama dan pengaruh
kelompok sebaya (Santrock, 2008:533).
3) Siswa kelas VII membutuhkan layanan bimbingan dan
konseling dalam penyesuaian kebutuhan ataupun dorongan untuk
belajar yang berbeda dari dorongan belajar waktu di sekolah dasar untuk tetap mempertahankan prestasinya atau menjadi lebih baik dari waktu belajar di sekolah dasar.
Adapun banyaknya anggota dalam penelitian ini adalah berjumlah 366 orang siswa, yang terbagi ke dalam 9 kelas, dengan rincian setiap kelasnya sebagai berikut:
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1 VII A 41
2 VII B 41
3 VII C 41
4 VII D 41
5 VII E 41
6 VII F 40
7 VII G 41
8 VII H 40
9 VII I 40
Jumlah 366
3. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013; 118). Sampel merupakan sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2009: 104). Sampel ditentukan untuk memperoleh informasi tentang obyek penelitian dengan mengambil representasi populasi yang diprediksikan dapat mewakili seluruh populasi.
(25)
Secara spesifik, teknik sampling yang digunakan adalah teknik nonprobabilitas, dimana setiap sampel tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih yakni dengan menggunakan pengambilan sampel secara bertujuan (purposive sampling), yaitu suatu teknik dimana:
a. Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau
karakteristik tertentu yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b. Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi. (Arikunto,2010:183).
Pertimbangan mengambil subjek sampel penelitian siswa kelas VII adalah:
1. Siswa kelas VII berada pada masa transisi dari tingkat sekolah dasar ketingkat
SMP, dimana pada masa ini siswa masih beradaptasi dengan cara belajar, penyesuaian mata pelajaran di sekolah serta lingkungan belajarnya yang baru (tata tertib sekolah, interaksi teman sebaya maupun guru dan para personil sekolah lainnya).
2. Hasil wawancara dengan guru BK SMP Negeri 1 Lembang yang menyatakan
siswa kelas VII tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar, sering terlambat mengumpulkan tugas dan ada yang sering kabur dari sekolah untuk menghindari kegiatan belajar di kelas.
Pengambilan sampel pada penelitian menggunakan teknik purposive sampling ini dilakukan hanya atas dasar pertimbangan peneliti saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil. Pertimbangan tersebut adalah tingkat motivasi belajar siswa pada penelitian yang berada pada tingkatan rendah dan sedang yang diungkap melalui instrumen motivasi belajar. Jadi dalam penelitian eksperimen kuasi ini pengambilan sampel menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment), bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak.
Pengambilan sampel secara purposive bertujuan agar sampel yang diambil dari populasinya "representative" (mewakili), sehingga dapat diperoleh informasi
(26)
yang cukup untuk mengestimasi populasinya. Adapun banyaknya sampel dalam penelitian ini adalah 75 siswa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2 Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa
1 VII H 37
2 VII F 38
Jumlah 75
Berikut akan dipaparkan hasil penyebaran data awal (pretest) angket motivasi belajar pada kelas 7H (kelas eksperimen) dan 7F (kelas kontrol) yang dijadikan sampel dalam penilitian ini.
Hasil penyebaran data awal (pretest) pada kelas 7H (kelas eksperimen) menunjukkan sebanyak 13 orang siswa (35,1%) memiliki tingkat motivasi belajar yang rendah, 19 orang siswa (51,4%) memiliki tingkat motivasi belajar yang sedang dan 5 orang siswa (13,5%) memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi. Secara rinci dapat dilihat grafik 3.1 pada kelas 7H (kelas eksperimen) sebagai berikut.
Grafik 3.1
Profil Motivasi Belajar Kelas 7H (kelas eksperimen)
Sedangkan hasil penyebaran data awal (pretest) pada kelas 7F (kelas kontrol) menunjukkan sebanyak 8 orang siswa (21,1%) memiliki tingkat motivasi belajar yang rendah, 24 orang siswa (63,2%) memiliki tingkat
0 10 20
Rendah Sedang Tinggi 13
19
5
(27)
motivasi belajar sedang dan 6 orang siswa (15,8%) memiliki tingkat motivasi belajar tinggi. Secara rinci dapat dilihat pada grafik 3.2 sebagai berikut.
Grafik 3.2
Profil Motivasi Belajar Kelas 7F (kelas kontrol) B. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melalui pendekatan kuantitatif, yang menekankan pada data angka-angka (numerical) yang dilakukan pengolahan data-data dengan metoda statistik. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2010: 27). Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data mengenai motivasi belajar siswa dan efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Metode Penelitian
Metode penelitian yang diguakan adalah metode quasi eksperimen yang dengan desain Non Equivalent Control Group Design, dalam desain ini terdapat dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok pembanding (kontrol). Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2013: 116).
Berikut ini dapat dirumuskan desain Non Equivalen Contorl Group Design, pada desain ini ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol :
0 5 10 15 20 25
Rendah Sedang Tinggi 8
24
6
(28)
Tabel 3.3
Desain Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Kelompok Eksperimen O1 X O2
Kelompok Kontrol O3 - O4
Adapun penjabaran dari tabel diatas yaitu : O1 merupakan skor motivasi
belajar peserta didik SMP sebelum diberikan treatment yang dilakukan
melalui pretest, O2 merupakan skor motivasi belajar yang sudah diberikan
treatment yang didapatkan melalui posttest dengan menggunakan instrumen yang sama pada saat pretest di kelas eksperimen. Sedangkan X merupakan perlakuan yang diberikan atau treatment yaitu melalui bimbingan teman
sebaya. O3 merupakan skor pretest motivasi belajar pada kelompok kontrol
dan O4 merupakan skor posttest motivasi belajar pada kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan khusus melalui bimbingan teman sebaya.
C. Definisi Operasional Variabel
1. Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMPN 1 Lembang
Secara konseptual dipaparkan motivasi belajar merupakan kecenderungan siswa untuk melakukan kegiatan akademis yang bermakna dan bermanfaat untuk mencapai keberhasilan akademik. Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, peserta didik juga memiliki keterlibatan yang intens dan kesungguhan dalam aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya, memiliki keinginan mencari sumber belajar tambahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik pelajaran dan memiliki minat tertentu dalam aktivitas belajar,
(29)
peserta didik memiliki strategi dan penghargaan dalam aktivitas belajar untuk mencapai tujuan belajarnya (Darmadi,2012).
Esensi dari motivasi belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini yaitu motivasi belajar merupakan keseluruhan daya penggerak yang muncul baik secara internal maupun eksternal dari diri siswa untuk memenuhi kebutuhan dalam melaksanaan kegiatan belajar dalam rangka mengadakan perubahan tingkah laku agar mencapai hasil belajar yang memuaskan. Adapun aspek-aspek yang terkait dalam pengukuran motivasi belajar yaitu
a. Aspek memiliki keterlibatan dan kesungguhan dalam aktivitas belajar
dengan baik yang ditandai dengan indikator sebagai berikut (1) siswa memiliki kebutuhan dan dorongan untuk belajar dan (2) siswa mampu memusatkan perhatian dan pikiran saat belajar dan (3) siswa memiliki jadwal belajar yang terencana.
b. Aspek mampu mencari sumber pelajaran tambahan dan memiliki minat
tertentu dalam aktivitas belajar yang ditandai dengan indikator (1) siswa memilki usaha untuk memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri dan (2) siswa memiliki ketertarikan pada pelajaran.
c. Aspek mampu memiliki strategi untuk mencapai tujuan belajar dan
penghargaan dalam aktivitas belajar yang ditandai dengan indikator sebagai berikut (1) siswa memiliki penghargaan terhadap proses dan hasil belajarnya, (2) siswa memiliki usaha untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuan sendiri dan (3) siswa memiliki harapan dan cita-cita masa depan.
2. Bimbingan Teman Sebaya
Bimbingan teman sebaya merupakan salah satu strategi dari pelayanan bimbingan dan konseling, yang mana bimbingan teman sebaya ini merupakan salah satu teknik pada bimbingan kelompok. Bimbingan teman sebaya adalah bimbingan yang dilakukan oleh siswa terhadap siswa lainnya. Siswa yang menjadi pembimbing sebelumnya diberikan latihan atau pembinaan oleh konselor. Siswa yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu
(30)
siswa lain dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non akademik. Selain itu pembimbing sebaya juga berfungsi sebagai mediator yang membantu konsleor dengan cara memberikan informasi tentang kondisi, perkembangan atau masalah siswa yang perlu mendapatkan layanan bantuan bimbingan dan konseling.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembentukan bimbingan teman sebaya, yaitu :
a. Pemilihan calon “pembimbing” sebaya
Dari sisi usia Tindall dan Gray (1985:91) menyatakan bahwa secara umum peserta pelatihan konseling sebaya minimum berusia 10 sampai 12 tahun dan usia maksimum tidak terbatas. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan dalam pemilihan calon pembimbing sebaya selain dilihat dari sisi usia, yaitu adanya kesukarelaan (voluntary), kestabilan emosi, kemampuan bergaul, tingkat penerimaan teman sebaya (acceptability), popularitas secara positif dan prestasi akademik dari calon pembimbing sebaya yang merupakan aspek yang akan mempengaruhi keberhasilan program konsleing teman sebaya (Sujarwo,2010 : 48).
Lebih lanjut, Tindall dan Gray (1985 : 74) menyatakan bahwa keefektifan program bimbingan teman sebaya tergantung pada proses pelatihan yang baik dan proses pemilihan calon pembimbing sebaya. Tindall dan Gray menggunakan kualitas-kualitas kondisi humanistik subyektif sebagai kriteria pemilihan calon dengan karakteristik hangat, memiliki minat, dapat diterima orang lain, toleran terhadap perbedaan sistem nilai dan energik.
b. Pelatihan calon “pembimbing” sebaya
Tujuan utama dalam pelatihan pembimbing sebaya adalah untuk meningkatkan jumlah anak yang memiliki dan mampu menggunakan keterampilan-keterampilan pemberian bantuan. Calon pembimbing sebaya dilatih untuk mampu mendengarkan dengan baik (tanpa menilai) sehingga mampu mendorong orang lain untuk mengekspresikan dan mengeksplorasi pikiran-pikiran dan perhatian mereka, kegelisahan, kecemasan dan perasaan frustrasi mereka.
(31)
Untuk dapat menguasai berbagai kemampuan yang dijadikan syarat sebagai pembimbing sebaya materi pelatihan perlu didesain dengan baik. Adapun materi pelatihan bimbingan sebaya yang dipaparkan menurut Tindall dan Gray (1985:88), ada delapan materi yang akan dilatihkan pada pembimbing sebaya. Kedelapan materi tersebut adalah :
1. Attending Skill, merupakan pelatihan yang bertujuan untuk mengajarkan
peserta mengenai perbedaan antara keterampilan, perilaku serta cara berkomunikasi dalam menghampiri konseli secara nonverbal yang efektif dan tidak efektif.
2. Empathizing Skill, merupakan pelatihan yang bertujuan untuk melatih
pembimbing sebaya dalam belajar dan memaknai empati serta menggunakan keterampilan tersebut untuk berkomunikasi dengan konseli.
3. Summarizing Skill, merupakan pelatihan yang bertujuan untuk melatih
pembimbing dalam meringkas atau menangkap pesan yang disampaikan oleh konseli serta menumbuhkan dimensi kesadaran pada diri konseli.
4. Questioning Skill, merupakan pelatihan yang bertujuan untuk melatih
pembimbing sebaya dalam meningkatkan keterampilan mereka untuk bertanya kepada konseli baik pertanyaan terbuka maupun pertanyaan tertutup.
5. Genuineness Skill, merupakan pelatihan yang bertujuan untuk melatih
pembimbing sebaya dalam belajar, mengenali konseli dengan keadaan diri yang sebenarnya.
6. Assertiveness Skill, merupakan pelatihan yang bertujuan melatih pembimbing
sebaya untuk belajar dan menggunakan keterampilan ketegasan atau asertif baik secara verbal maupun nonverbal melalui latihan, bermain peran dan praktek.
7. Confontation Skill, merupakan pelatihan yang bertujuan untuk membantu
konseli supaya konsisten dalam kata dan perbuatannya baik secara verbal maupun nonverbal.
8. Problem Solving Skill, merupakan pelatihan yang bertujuan bagi pembimbing
untuk dapat memahami dan menunjukkan strategi dalam pemecahan masalah yang dihadapi oleh konseli.
(32)
c. Pengorganisasian pelaksanaan bimbingan teman sebaya
Dalam pelaksanaan bimbingan teman sebaya, pembimbing teman sebaya dengan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki dapat berperan sebagai tutor yang mendampingi teman-temannya pada proses belajar. Pelaksanaan bimbingan teman sebaya ini berlangsung selama beberapa sesi pertemuan. Selain itu pembimbing sebaya juga diharapkan dapat mengajak atau menyarankan teman yang membutuhkan bantuan untuk berkonsultasi langsung kepada konselor ahli. Adapun interaksi antara konselor ahli, pembimbing sebaya dengan konseli sebaya, interaksi ini dapat berlangsung dalam interaksi triadik seperti gambar dibawah ini.
Gambar 3.1 Interaksi triadik antara konselor ahli, pembimbing sebaya dengan konseli teman sebaya
d. Evaluasi
Adapun pelaksanaan evaluasi pada bimbingan teman sebaya ini dapat dilihat dari dua aspek yakni evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilihat dari pemilihan calon pembimbing sebaya dalam pemilihan calon pembimbing sebaya, peneliti berkolaborasi dengan guru ataupun wali kelas untuk memilih pembimbing sebaya dengan karakteristik yang telah ditentukan untuk mengikuti pelatihan pembimbing sebaya, selanjutnya pelatihan pembimbing sebaya, setelah calon pembimbing sebaya dipilih yang sesuai dengan karakteristik calon pembimbing sebaya akan diberikan pelatihan untuk pelatihan pembimbing sebaya
Konselor Ahli
Konseli Teman Sebaya
Pembimbing Sebaya
(33)
itu sendiri akan dilakukan selama 6 (enam) sesi pertemuan. Sedangkan untuk evaluasi hasil dilihat dari adanya perubahan pada diri konseli setelah diberikan pengarahan dan dipantau oleh pembimbing sebaya.
D. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen motivasi belajar dikembangkan dengan merujuk kepada definisi operasional variabel. Adapun perumusan instrumen motivasi belajar yang layak digunakan untuk mengukur motivasi belajar siswa dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penentuan Jenis Instrumen
Instrumen motivasi belajar dirancang dalam bentuk Skala Likert yang dituangkan ke dalam butir-butir pernyataan. Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2013; 134). Fenomena sosial yang diukur dalam penelitian ini adalah motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/ 2014.
Pernyataan-pernyataan yang disusun dalam Skala Likert ditujukan untuk mengukur motivasi belajar siswa. Setiap butir pernyataan memiliki lima pilihan responden yakni sangat sesuai, sesuai, kurang sesuai, tidak sesuai, dan sangat tidak sesuai.
Kelima pilihan jawaban respon siswa tersebut tersebar ke dalam lima pilihan jawaban A, B, C, D, dan E pada setiap butir pernyataannya. Pemilihan instrumen Skala Likert ke dalam bentuk pilihan ganda ini bertujuan agar responden akan selalu membaca pernyataan setiap butir instrumen dan juga jawabannya. Berbeda dengan bentuk checklist sering kali jawaban tidak dibaca oleh responden karena letak jawaban sudah menentu (Sugiyono, 2013; 138).
2. Pengembangan Kisi-Kisi
Adapun kisi-kisi instrumen motivasi belajar siswa yang telah diuji cobakan dan telah dihitung validitas dan reliabilitas. Berikut akan kisi-kisi instrumen motivasi belajar yang disajikan pada Tabel 3.4
(34)
Tabel 3.4
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Motivasi Belajar Siswa Kelas VII SMP
No Aspek Indikator Item (+) Item (-) ∑
1 Memiliki keterlibatan dan kesungguhan dalam aktivitas belajar dengan baik.
1. Siswa memiliki kebutuhan dan dorongan untuk belajar
1,2,6 4,5,7,8 7
2. Siswa memiliki jadwal belajar yang teratur
9,10,11, 12,13,14,
13 7
3. Siswa mampu memusatkan
perhatian dan pikiran saat belajar
15,19,20 16,17,18, 21,22
8
2 Mencari sumber pelajaran tambahan dan memiliki minat tertentu dalam aktivitas belajar
1. Siswa memiliki usaha untuk memenuhi kebutuhan belajarnya sendiri 23,25, 27
24,28 5
2. Siswa memiliki ketertarikan pada pelajaran
30,31,32 29,33 5
3 Memiliki strategi untuk mencapai tujuan belajar dan penghargaan dalam aktivitas belajar
1. Siswa memiliki penghargaan terhadap proses dan hasil belajarnya
37 35,36,38, 39,40
6
2. Siswa memiliki usaha untuk menyelesaikan masalah dengan kemampuannya sendiri
45,46 42,43,47, 48
6
3. Siswa memiliki harapan dan cita-cita masa depan
50,51,53, 54
52,55 6
(35)
3. Pengujian Kelayakan Instrumen a. Penimbangan Instrumen
Sebelum diuji cobakan kepada siswa untuk mengungkap tingkat motivasi belajar instrumen motivasi belajar yang telah disusun terlebih dahulu ditimbang kelayakannya oleh para pakar. Penimbangan instrumen motivasi belajar dilakukan oleh 1 (satu) orang pakar yang bergelar Doktor dan 2 (dua) orang bergelar Magister dalam bidang bimbingan dan konseling. Penimbangan kelayakan instrumen ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dilihat dari segi bahasa, konstruk maupun materi.
Instrumen yang ditimbang oleh para pakar kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu memadai dan tidak memadai. Memadai berarti butir instrumen dapat langsung digunakan sedangkan tidak memadai berarti memiliki dua arti yaitu butir instrumen tersebut tidak layak digunakan atau dibuang dan bisa digunakan tetapi harus diperbaiki terlebih dahulu sesuai dengan hasil penimbangan. Selanjutnya hasil dari penimbangan kelayakan instrumen oleh para ahli bimbingan dan konseling dapat dijadikan sebagai acuan dalam penyempurnaan instrumen yang telah disusun.
b. Uji Keterbacaan Instrumen
Instrumen motivasi belajar yang akan diujicobakan terlebih dahulu dilakukan uji keterbacaan kepada siswa di luar subjek penelitian yaitu kepada lima orang siswa kelas VII SMP yang bukan merupakan sampel dalam penelitian dengan tujuan untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memahami isi instrumen yang akan digunakan dalam penelitian.
Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga pernyataan dapat dimengerti oleh siswa kelas VII SMP baru kemudian dilakukan uji validitas instrumen. Berdasarkan hasil uji keterbacaan yang telah dilakukan, seluruh siswa menyatakan bahwa pernyataan yang ada didalam instrumen dapat dimengerti dan dipahami.
(36)
c. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilaksanakan sebagai prosedur penempatan sejumlah alternatif respon jawaban pada tiap item sehingga didapatkan angka sebagai skor masing-masing alternatif respon. Selain itu uji coba instrumen sekaligus untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen kepada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/2014. Berikut adalah pedoman penskoran instrumen motivasi belajar
Tabel 3.5
Pedoman Penskoran Skala Likert
Pilihan Respon Siswa
Pedoman Skor Butir Pernyataan
(+)
Butir Pernyataan (-)
Sangat Sesuai 5 1
Sesuai 4 2
Kurang Sesuai 3 3
Tidak Sesuai 2 4
Sangat Tidak Sesuai 1 5
d. Uji Validitas Instrumen
Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen,Sukmadinata (2012:228) memaparkan bahwa validitas adalah hasil dari suatu pengukuran yang menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Pemilihan item dilakukan dengan uji validitas item menggunakan teknik korelasi item-total product momen. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian validitas instrumen motivasi belajar siswa yaitu sebagai berikut.
1) Langkah pertama adalah mengujicobakan instrumen kepada siswa kelas VII
untuk memperoleh data.
2) Langkah kedua adalah memasukkan data dan mengkonversikan jawaban
responden ke dalam bentuk skor skala sikap Likert yang telah ditentukan.
3) Langkah ketiga adalah menentukan nilai r hitung untuk setiap butir pernyataan
dengan rumus Produk Moment Pearson yang selanjutnya ditulis sebagai r hitung. Rumus Excel yang digunakan adalah sebagai berikut:
(37)
4) Langkah ke empat adalah mencari nilai t hitung. Setelah mendapatkan r hitung, kemudian untuk menguji nilai signifikansi validitas butir soal tersebut dengan menggunakan rumus uji t berikut.
t
2 1
2 r n r
Keterangan:
t = harga
t
hitung untuk tingkat signifikansi
r = koefisien korelasi
n = banyaknya sampel
5) Setelah diperoleh nilai thitung maka, langkah selanjutnya adalah menentukan
ttabel dengan dk= n – 2 = 135– 2 = 133 dengan nilai dk = 133. Sehingga nilai
ttabel yang diperoleh pada tingkat kepercayaan sebesar 95% (α = 0. 05) didapat
nilai t(0,95;133) = 1,645
Setelah t hitung diperoleh, langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai t hitung dengan t tabel untuk mengetahui tingkat signifikanya dengan kriteria jika item pernyataan memiliki nilai t hitung > t tabel maka dinyatakan item pernyataan tersebut adalah item pernyatan yang valid dan apabila item pernyataan memiliki t hitung < t tabel maka item pernyataan dinyatakan tidak valid. Sebagai contoh pengujian validitas untuk item/ pernyataan nomor 1.
1) Mencari atau menghitung koefisien korelasi product moment (rXY) dan t
hitung dari masing-masing item. Untuk koefisien korelasi product moment item soal nomor 1 adalah 0,52 dan nilai t hitung untuk item nomor 1 adalah 7,0
2) Langkah selanjutnya setelah diperoleh t hitung adalah menentukan t tabel
dengan dk = n– 2 = 135 – 2 = 133, dengan nilai dk = 133 maka pada nilai
alpha 95% nilai t tabel adalah t(0,95;133) = 1,65
3) Dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel diperoleh bahwa t hitung > t
tabel yaitu 7,0 > 1,65, oleh karena itu maka butir item/ pernyataan nomor 1 adalah valid.
(38)
Perhitungan validitas butir soal yang lainnya menggunakan bantuan perhitungan program Ms Excel 2007 dan dari 55 pernyataan didapat sebanyak 50 pernyataan valid dan sebanyak 5 pernyataan tidak valid.
Hasil uji validitas menunjukkan 50 butir item dinyatakan valid dari 55 total pernyataan butir item. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.6 mengenai item nomor berapa saja yang tidak layak digunakan dan layak untuk digunakan.
Tabel 3.6
Hasil Kelayakan Uji Validitas Instrumen
Keterangan Nomor Item
Valid (layak digunakan) 1,2,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,
23,24,25,27,28,29,30,31,32,33,35,36,37,38,39,40,42,43, 44,45,46,47,48,50,51,52,53,54,55
Tidak Valid (Item yang dibuang)
3,26,34,41,49
Direvisi -
e. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas instrumen menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.
Instrumen yang digunakan adalah item pernyataan yang menggunakan pilihan jawaban sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), STS (Sangat Tidak Sesuai) sehingga perhitungan reliabilitas instrumen dapat ditentukan dengan menggunakan rumus reliabilitas Alpha sebagai berikut:
(39)
Keterangan:
α = Reliabilitas yang dicari
k = banyaknya belahan item
s²j = varians skor belahan/setiap item
s²x = varians skor keseluruhan
Azwar (Noor, 2011: 83) Adapun tolak ukur untuk menentukan koefisien reliabelitasnya, digunakan kriteria interpretasi nilai r yang dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut.
Tabel 3.7
Interpretasi Reliabilitas
Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas
0,81 r 1,00 Sangat Tinggi
0,61 r 0,80 Tinggi
0,41 r 0,60 Cukup
0,21 r 0,40 Rendah
0,00 r 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2009: 75) Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, menunjukkan koefisien reliabilitas untuk alat ukur gambaran umum motivasi belajar siswa sebesar 0, 886 atau berada pada kategori sangat tinggi. Dengan demikian instrumen penelitian ini terandalkan untuk mengungkap data mengenai motivasi belajar siswa.
E.Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan kuesioner (angket). Sugiyono (2009: 199) memaparkan bahwa kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada siswa untuk menjawabnya. Kuesioner yang disebarkan berisi 50 item pernyataan baik dalam tahap penelitian tes awal (pretest) maupun tes akhir (posttest).
F. Analisis Data
Data penelitian yang diperoleh merupakan data mengenai motivasi belajar siswa. Data tersebut diolah berdasarkan langkah-langkah berikut.
(40)
1. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan untuk memeriksa kelengkapan jumlah angket sebelum dan sesudah disebarkan kepada responden. Pemeriksaan kelengkapan dilakukan juga pada kelengkapan siswa mengisi data yang dibutuhkan yaitu data identitas responden sesuai dengan kelas masing-masing dan pilihan jawaban responden terhadap iten/ pernyataan dalam instrumen motivasi belajar siswa. 2. Penskoran
Penyekoran instrumen dalam penelitian ini disusun dalam bentuk data interval. Penskoran dilakukan pada setiap alternatif respon jawaban yang dipilih oleh siswa. Untuk pernyataan yang positif, siswa diberi skor 5 jika memilih pilihan yang sangat sesuai dengan apa yang dilakukaknnya, skor 4 jika memilih pilihan yang sesuai dengan pernyataan, skor 3 jika memilih pilihan yang kurang sesuai, skor 2 jika memilih pernyataan yang tidak sesuai, dan siswa diberikan skor 1 jika memilih respon pernyataan yang tidak sesuai. Sedangkan untuk pernyataan negatif siswa diberi skor 1 jika memilih pilihan respon yang sangat sesuai, skor 2 jika memilih pilihan respon yang sesuai dengan pernyataan, skor 3 jika memilih pilihan respon yang kurang sesuai, skor 4 jika memilih pernyataan yang tidak sesuai, dan siswa diberikan skor 5 jika memilih pernyataan yang tidak sesuai. 3. Pengelompokkan Data
Langkah selanjutnya setelah seluruh data terkumpul adalah mengolah dan menganalisis data sebagai bahan acuan dalam menyusun program intervensi bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar. Data-data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket/ instrumen motivasi belajar kemudian diolah dengan menetapkan ke dalam tiga kategori motivasi belajar, apakah berada dalam kategori tinggi, sedang atau rendah. Berikut adalah langkah-langkah dalam penentuan tingkat kategori motivasi belajar siswa:
b. Menjumlah skor semua siswa
c. Mencari nilai rata-rata (X)dan simpangan baku (standar deviasi/ SD)
d. Menentukan batas- batas kelompok, yakni:
(41)
Semua responden yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata ditambah satu standar deviasi ke atas
2) Kelompok Sedang
Semua responden yang mempunyai skor antara -1 SD dan +1 SD
3) Kelompok Rendah
Semua responden yang mempunyai skor -1 SD dan yang kurang dari itu. Adapun perhitungan untuk menentukan kategori adalah sebagai berikut:
X : Rata-Rata = Jumlah Skor/ Jumlah Responden
= 61185/ 352 = 174
SD : Standar Deviasi = 17
Berdasarkan perhitungan di atas, maka untuk pembagian kategori motivasi belajar siswa disajikan dalam Tabel 3.8 di bawah ini :
Tabel 3.8
Kategorisasi Tingkat Motivasi Belajar Siswa
No. Interval Kategori
1. X < ( ) Rendah 2. ( µ - 1,0 ) < X < ( µ + 1,0 ) Sedang
3. ( ) X Tinggi
(Azwar, 2012: 149)
Hasil perhitungan sesuai dengan Tabel 3.8 di atas dengan rata-rata (μ)
sebesar 179 dan standar deviasi ( ) sebesar 17 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan perhitungan di atas, maka pembagian kategori motivasi belajar siswa disajikan dalam tabel 3.9 di bawah ini.
Tabel 3.9
Kategori Tingkat Motivasi Belajar Siswa Rentang
Skor Kategori Kualifikasi
192 X
Tinggi
Kategori ini diartikan sebagai siswa sudah memiliki motivasi belajar yang optimal atau sudah berada pada tingkatan yang terbaik untuk setiap aspek motivasi belajarnya. Hal tersebut menggambarkan bahwa sudah sudah menyadari pentingnya memiliki memiliki keterlibatan dan kesungguhan dalam
(42)
Rentang
Skor Kategori Kualifikasi
aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya, kemampun untuk mencari sumber pelajaran tambahan dan memiliki minat tertentu dalam aktivitas belajar, serta memiliki strategi untuk mencapai tujuan belajar dan penghargaan dalam aktivitas belajar.
157 < X <
191 Sedang
Kategori ini siswa belum memiliki motivasi belajar yang optimal atau belum mencapai pada tingkatan yang terbaik untuk setiap aspek motivasi belajarnya. Hal tersebut menggambarkan bahwa siswa cukup mampu memiliki keterlibatan dan kesungguhan dalam aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya, sudah mampu untuk mencari sumber pelajaran tambahan dan memiliki minat tertentu dalam aktivitas belajar, serta cukup mampu dalam memiliki strategi untuk mencapai tujuan belajar dan penghargaan dalam aktivitas belajar.
X < 157
Rendah
Kategori ini diartikan sebagai siswa masih rendah
dalam motivasi belajarnya. Hal tersebut
menggambarkan bahwa belum memiliki
keterlibatan dan kesungguhan dalam aktivitas belajar dengan sebaik-baiknya, belum mampu untuk mencari sumber pelajaran tambahan dan memiliki minat tertentu dalam aktivitas belajar, serta belum memiliki strategi untuk mencapai tujuan belajar dan penghargaan dalam aktivitas belajar.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data yang diperoleh dari data tes awal (pretest), data tes akhir (posttest). Data dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian, baik tentang profil motivasi belajar siswa, rumusan program bimbingan teman sebaya, dan efektivitas program bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Pengolahan data menggunakan bantuan software SPSS (Statistical Product and Service Solution) Statistics 15.0 for windows.
(43)
a. Analisis Data Pretest
Skor pretest motivasi belajar siswa yang telah diperoleh, diuji melalui pengujian normalitas pengujian normalitas ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk. Apabila data berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang sama atau tidak, pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik
Levene’s Test selanjutnya apabila data berdistribusi normal dan homogen maka pengujian dilajutkan denagn pengujian kesamaan dua rata-rata pengujian ini dilakukan dengan uji Independent Sample T-test. Sedangkan untuk data yang
berdistribusi normal namun tidak homogen pengujiannya menggunakan uji t’
yaitu dengan asumsi kedua varians tidak homogen (Equal variances not assumed).
b. Analisis Data Posttest
Hasil skor posttest motivasi belajar siswa yang telah diperoleh kemudian di uji melalui Skor pretest motivasi belajar siswa yang telah diperoleh, diuji melalui pengujian normalitas pengujian normalitas ini menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov atau Shapiro-Wilk. Apabila data berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah kedua sampel berasal dari populasi yang sama atau tidak, pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan uji statistik
Levene’s Test apabila salah satu data tidak berdistribusi normal maka pengujian tidak dilanjutkan dengan uji homogenitas varians melainkan dengan uji statistik nonparametrik Mann-Whitney apabila data berdistribusi normal dan homogen maka pengujian dilajutkan dengan pengujian perbedaan dua rata-rata pengujian ini dilakukan dengan uji Independent Sample T-test. Sedangkan untuk data yang
berdistribusi normal namun tidak homogen pengujiannya menggunakan uji t’
yaitu dengan asumsi kedua varians tidak homogen (Equal variances not assumed).
(44)
c. Analisis Data Indeks Gain
Analisis data indeks gain ini digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan motivasi belajar atau tidak. Adapun cara pengukuran data indeks gain menurut Hake (Anilah,2008:43) sebagai berikut.
Indeks Gain =
Adapun kriteria indeks gain menurut Hake (Anilah,2008:43) yaitu: Tabel 3.10
Kriteria Indeks Gain
g > 0,70 Tinggi
0,30 < g ≤ 0,70 Sedang
g ≤ 0,30 Rendah
5. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian skripsi ini meliputi langkah-langkah berikut.
a. Tahap Persiapan
1. Persiapan penelitian ini dimulai dengan menyusun proposal penelitian.
2. Proposal penelitian kemudian di seminarkan pada mata kuliah Metode Riset.
3. Pengajuan Pembimbing I dan Pembimbing II setelah itu proposal disahkan
oleh pembimbing dan dewan skripsi.
4. Pengurusan perijinan penelitian di SMP Negeri 1 Lembang pada Siswa Kelas
VII Tahun Pelajaran 2013/2014. b. Tahap Pelaksanaan
1. Peneliti membuat instrumen penelitian. Proses dimulai dengan merumuskan
definisi operasional variabel penelitian, lalu dibuat kisi-kisi dan butir pernyataan yang kemudian diuji kelayakannya oleh para ahli baik dari segi kontruk, bahasa, maupun isi.
2. Melakukan uji keterbacaan kepada lima orang siswa kelas VII yang bukan
(45)
3. Melakukan uji coba instrumen penelitian dan tes awal (pretest) dengan cara menyebarkan instrumen motivasi belajar kepada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/ 2014.
4. Menentukan subjek/ sasaran untuk dijadikan pembimbing sebaya yang
memiliki motivasi belajar tinggi.
5. Melakukan proses kegiatan pelatihan bagi pembimbing sebaya.
6. Melakukan kegiatan bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa pada kelompok kelas yang tingkat motivasi belajarnya rendah dan sedang dan sistematis sebagai upaya perlakuan terhadap kelompok kelas eksperimen dengan menggunakan bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
7. Melakukan kegiatan tes akhir (posttest) untuk memperoleh data tentang
perubahan tingkat motivasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan terhadap kelas eksperimen.
8. Melakukan pengolahan dan menganalisis data tentang perubahan tingkat
motivasi belajar siswa. c. Hasil dan Laporan
Pada tahap akhir penulisan skripsi, membuat kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian serta mengkonsultasikan draft skripsi dan sidang kepada dosen pembimbing.
(46)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai efektivitas bimbingan teman sebaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Ajaran 2013/2014 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Secara umum profil motivasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Lembang Tahun Pelajaran 2013/ 2014 berada pada kategori sedang. Artinya motivasi belajar siswa kelas VII di SMP Negeri 1 Lembang belum optimal atau belum mencapai pada tingkatan yang terbaik untuk setiap aspek motivasi belajarnya yang menggambarkan bahwa siswa sudah cukup mampu untuk dapat memiliki keterlibatan dan kesungguhan dalam aktivitas belajar dengan baik, sudah mampu untuk mencari sumber pelajaran tambahan dan memiliki minat tertentu dalam aktivitas belajar serta sudah cukup mampu dalam memiliki strategi untuk mencapai tujuan belajar dan penghargaan dalam aktivitas belajar. Motivasi merupakan hal yang penting yang harus dimiliki oleh siswa dalam mengikuti aktivitas belajar siswa. Motivasi belajar dalam penelitian ini yaitu motivasi belajar yang didasari berdasarkan kebutuhan.
Kebutuhan yang harus dipenuhi adalah kebutuhan dasar maupun kebutuhan untuk tumbuh agar siswa dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik dan mendapatkan hasil belajar yang optimal.
2. Hasil validasi oleh pakar bimbingan dan konseling terhadap rumusan program intervensi bimbingan teman sebaya dinilai layak sebagai suatu upaya bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VII memuat rasional, deskripsi kebutuhan, visi dan misi program, tujuan, sasaran layanan, langkah-langkah kegiatan rencana operasional kegiatan (action plan), pengembangan tema, langkah kegiatan, peran personel pelaksana, dan evaluasi.
(1)
Darmawati, Arum. (2009). “Analisis Motivasi dan Pengaturan Diri Untuk Belajar Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ilmu Sosial dan Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta”. Laporan Penelitian Mandiri. Yogyakarta.
Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Giyono. (2012). Pentingnya Relasi Teman Sebaya.[online]. Tersedia : http://ewintri.wordpress.com/2012/01/10/pentingnya-relasi-teman-sebaya/ (20 Juni 2013).
Guhardja,dkk. (2008). “Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah dan Peran Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja”. Journal IPB. Vol.1 (1), 43-53.
Hamalik,Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. (2004). Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo.
Hartinah,Sitti. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Refika Aditama : Bandung. Hartnett,et.all.(2011). “Examining Motivation in Online Distance Learning Environments: Complex, Multifaceted, and Situation-Dependent”. The
International Review of Research in Open and Distance Learning Vol.12
,(6).
Hasanah, Fitri Nur. (2012). Profil Motivasi Belajar Siswa Dilihat dari Status
Sosial Ekonomi Keluarga. Skripsi Sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia : Tidak diterbitkan.
Herianto,dkk. (2010). “Efektivitas Model Pembelajaran Tutor Sebaya Terhadap
Hasil Belajar Siswa Dalam Belajar Microsoft Excel Di Kelas VIII SMP
Dua Mei Banjaran”. Jurnal Pendidikan Ilmu Komunikasi.
Kartadinata,dkk. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling Dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
Kristiyani,Titik. (2009, 18 Februari). Peran Sekolah Atasi Perilaku Membolos Remaja. Kompasiana [online]. Tersedia: http://edukasi.kompas.com (24 Januari 2013).
(2)
Larasati,Tresna. (2009). Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Belajar Pada
Pemain Angklung. Skripsi. Universitas Padjajaran: tidak diterbitkan. Levianti,MR Amelia.(2012). “Motivasi Belajar Siswa Kelas Bilingual dan Siswa
Kelas Non-Bilingual Di SMPN 89 Jakarta Barat”. Jurnal Psikologi.
10 (1),1-13.
Lucas, Rochelle I rene. (2010). “A Study on the Intrinsic Motivation Factors in
Second Language Learning Among Selected Freshman Students”. Philippine ESL Journal.Vol.4.,3-21.
Makmun, Syamsudin Abin. (2004). Psikologi Kependidikan Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mendari, Anastasia Sri.(2010). “Aplikasi Teori Hierarki Maslow dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa di Perguruan Tiinggi”. Jurnal
Widya Warta. (1), h.82-91.
Muhibbin, Syah. (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi
Revisi. Bandung : Rosda Karya.
Muhibbin,Syah. (2003). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nindia, Harnes P Aida. (2013). “Penerapan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik
Diskusi Kelompok Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII
D SMP Negeri 1 Ngariboyo”. Jurnal UNESA. 03,(01),216-224.
Noor, F. (2011). Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan
Penalaran Moral Peserta didik. Skripsi pada Jurusan PPB FIP UPI
Bandung: Tidak diterbitkan.
Nurihsan,Ahmad Juntika. (2011). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai
Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.
Nurihsan, Ahmad Juntika. (2009). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.
Nurlaeli, Yanti. (2012). Efektivitas Konseling Teman Sebaya Dalam Meningatkan
Keterampilan Sosial. Tesis Magister pada Sekolah Pasca Sarjana
Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Ormrod, Jeanne Ellis. (2008) . Psikologi Pendidikan Edisi Keenam Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
(3)
Pamela Sari, Feni. (2012). Efektivitas Metode Quantum Learning Untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Skripsi Sarjana pada Universitas
Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Pearson. (2011). Motivation : A Literature Review Research Report. [online]. Tersedia:http://www.pearsonassessments.com/hai/images/tmrs/motivation
_review_final.pdf . (27 Agustus 2013).
Prayitno,Elida. (1989) . Motivasi Dalam Belajar . Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Priatni,dkk. (2008). “Pengaruh Tipe Pengasuhan,Lingkungan Sekolah dan Peran
Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja”. Jurnal IPB.
1,(1),43-53.
Pujadi,Arko. (2007). “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Mahasiswa : Studi Kasus Pada Fakultas Ekonomi Universitas Bunda Mulia”. Bussiness and Management Journal Bunda Mulia. Vol.3 No.2,
40-51.
Rachmahana,Ratna Syifa’a. (2008). “Psikologi Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan”. Jurnal Pendidikan Islam. No.1 (1), 99-114.
Reid,Gavin. (2009). Memotivasi Siswa di Kelas Gagasan dan Strategi. Jakarta : PT.Indeks.
Ristianti, Amie. (2009). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya
dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. Artikel
[online],28 halaman.Tersedia:
http://www.gunadarma.net/library/articles/graduate/psychology/2009/Arti kel_10505010.pdf (28 Agustus 2013).
Rivai,Veithzal & Murni,Sylviana. (2009). Education Management Analisis Teori
dan Praktik. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Rohayati,Iceu. (2011). Program Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan Percaya Diri Siswa (Studi Pre-Experimental pada Siswa SMA Negeri 13 Bandung Kelas XI Tahun Pelajaran 2010-2011). Jurnal Edisi Khusus, (1), 368-376.
Rosleny. (2007). Program Bimbingan dan Konseling Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama (Studi Terhadap Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bandung). Tesis Magister
(4)
pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Santrock, John W. (2003). Adolescence : Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.
Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : PT.Fajar Interpratama Offset.
Santrock, John W. (2007). Psikologi Pendidikan . Terjemahan: Wibowo, T. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Santrock, John W. (2008). Psikologi Pendidikan (edisi kedua). Jakarta: Kencana Pernada Media Group.
Sardiman. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Saputra,Hardika. (2012). Pola Belajar Tutor Sebaya.[online]. Tersedia : http://hardymath.blogspot.com/2012/03/pola-belajar-tutor-sebaya.html
(23 Februari 2013).
Schunk,dkk. (2012). Motivasi dalam Pendidikan Teori, Penelitian dan Aplikasi. Jakarta : Indeks.
Singgih Tego,Saputro. (2012). Pengaruh Disiplin Belajar dan Lingkungan Teman
Sebaya Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2009 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Slavin, Robert. (2011). Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktek, Edisi
Kesembilan Jilid 2 . Jakarta : PT.Indeks.
Sobur, Alex. (2009). Psikologi Umum. Bnadung : Pustaka Setia.
Soedihardjo. (2011). Program Bimbingan Kelompok Untuk MeningkatkanMotivasi Belajar Siswa. Tesis Magister pada Sekolah Pasca
Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia : Tidak diterbitkan.
Spanias,Photini A. & Middleton,James A. (1999). Motivation for Achievement in Mathematics:Findings, Generalizations, and Criticisms of the Research.
(5)
Sudarsono. (1997). Kamus Konseling . Jakarta : Rineka Cipta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sujarwo. (2010). Efektivitas Bimbingan Teman Sebaya Untuk Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Interpersonal Siswa (Studi Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMAN 1 Pagelaran Kab.Pringsewu Lampung). Tesis Magister Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia
: tidak diterbitkan.
Sukmadinata, N.S. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Praktek . Bandung: Maestro.
Supartin. (2005). “Studi Deskriptif Hasil Belajar Fisika”. Jurnal UNG. Vol.2,2-8.
Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Konseling. Bandung : CV. Pustaka Bani Quraisy.
Tindall & Gray. (1984). Peer Counseling In Depth Look At Training Peer
Helpers. Indiana : Accelerated Development Inc.
Umifitri. (2012). Hukuman (Punishment) Yang Mendidik Untuk Memotivasi
Belajar Siswa. [online]. Tersedia :
http://umifitri.wordpress.com/2012/03/27/hukuman-punishment-yang- mendidik-untuk-memotivasi-belajar-siswa/ (09 Mei 2013).
Uno, Hamzah. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.
Vivi Ria, Lancarwati. (2012). Peningkatan Motivasi Belajar IPS Siswa Kelas VIII
Dengan Menggunakan Metode Snowball Throwing di SMPN 4 Satuatap Bawang Banjarnegara. Skripsi.Universitas Negeri Yogyakarta.
Walgito,Bimo. (2007). Psikologi Kelompok. Andi Offset: Yogyakarta. Widodo, Bernardus. (2012). Konseling Sebaya. Portal Widya Mandala.
Wong Angel Kit Yi & Chan Kwok Wai Po Yin Lai.___. “A Study of Intrinsic Motivation, Achievement Goals and Study Strategies of Hong Kong Chines Secondary Students”. Journal Hong Kong Institute of Education.
Yusuf, Syamsu. (2009). Program Bimbingan dan Konseling Di Sekolah. Bandung : Rizqi Press.
(6)
Yusuf,Syamsu & Nurihsan,Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Remaja Rosdakarya: Bandung.