PENDAHULUAN Peningkatan Pemecahan Masalah Dan Hasil Belajar Matematika Melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri ( PTK bagi Siswa Kelas VII Semester Gasal SMP Negeri 2 Ngemplak Tahun 2013/2014 ).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran
matematika, diperlukan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa
lebih mengetahui tentang keterkaitan ilmu yang dipelajari dengan kegiatan
sehari-harinya. Implikasinya, hasil belajar siswa akan lebih baik apabila siswa
sering dihadapkan pada suatu masalah. Pemecahan masalah merupakan hal
yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, sehingga hampir di
semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dijumpai penegasan
diperlukannya kemampuan pemecahan masalah.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran juga
tertera pada pernyataan Nurdalilah, dkk (2010) bahwa pemecahan masalah
merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena
dalam
proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan
memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin.
Pemecahan masalah meliputi memahami masalah, merancang pemecahan
masalah, menyelesaikan masalah, memeriksa hasil kembali. karena itu
pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual.
Selanjutnya,
Ruseffendi
(2006)
juga
mengemukakan
bahwa
kemampuan pemecahan masalah amat penting dalam matematika, bukan saja
bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari
1
2
matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam
bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan gambaran yang
tampak dalam bidang pendidikan di Indonesia selama ini, pembelajaran
matematika masih menekankan pada hafalan-hafalan dan latihan-latihan soal
yang bersifat algoritma dan rutin saja.
Hal ini dikarenakan aktivitas pemecahan masalah merupakan aktivitas
mental tingkat tinggi sehingga sulit untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.
Kemampuan berpikir kreatif mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan kemampuan pemecahan masalah.
Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif tidak hanya mampu
memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya, tetapi juga mampu
melihat berbagai alternatif dari pemecahan masalah itu.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah model pembelajaran kreatif produktif sehingga
memungkinkan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa, sedangkan dewasa ini, model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh
guru adalah model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya
suatu penelitian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa
manakah yang lebih baik antara siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kreatif produktif dengan siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran konvensional.
Pembelajaran kreatif produktif melalui tahapan (fase) orientasi,
ekplorasi, interpretasi, re-kreasi, dan evaluasi. Menurut Vera (2009), metode
3
konvensional adalah pengajaran yang diberikan oleh guru kepada sejumlah
murid secara bersama-sama dengan cara yang telah biasa dipakai secara lesan
dari seseorang kepada sejumlah pendengar disuatu ruangan. Kegiatan
berpusat pada penceramah dan komunikasi yang terjadi hanya satu arah, dari
pembicara kepada pendengar. Dengan kata lain metode konvensional adalah
suatu pengajaran yang dilakukan dengan cara lama yang mengandalkan
sistem ceramah.
Menurut Hudojo (2005:134-140) pemecahan masalah memuat empat
indikator, 1) Pemahaman terhadap masalah, yaitu mengidentifikasi apa yang
hendak dicari. 2) Perencanaan penyelesaian masalah. 3) Melaksanakan
perencanaan penyelesaian masalah. 4) Melihat kembali penyelesaian, melihat
kembali penyelesaian yang telah diperoleh dalam empet komponen, yaitu
mengecek hasil, menginterpasikan jawaban yang diperoleh, mencari adakah
cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama, mencari adakah
penyelesaian yang lain. Depdiknas (2006: 416-417) menyatakan bahwa
memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, kemampuan pemecahan
masalah merupakan aktifitas yang memberikan tantangan bagi kebanyakan
siswa serta dapat memotivasi siswa untuk belajar memecahkan masalah serta
memuat empat indikator 1) memahami masalah 2) merumuskan penyelesaian
masalah, 3) melaksanakan penyelesaian masalah sesuai rencana, 4)
4
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan.
Hasil observasi awal di SMP N 2 Ngemplak diperoleh kemampuan
pemecahan masalah dan hasil belajar matematika siswa bervariasi.
Kemampuan pemecahan masalah matematika dari 32 siswa memahami
masalah sebanyak 7 siswa (21,87 %), merumuskan penyelesaian masalah
sebanyak 11 siswa (34,37 %), melaksanakan penyelesaian masalah sesuai
rencana sebanyak 13 siswa (40,62%), melakukan pengecekan kembali
terhadap semua langkah yang telah dikerjakan sebanyak 6 siswa (18,75 %).
Sedangkan minimnya hasil belajar siswa dilihat dari kemampuan siswa
dalam mengerjakan tugas mandiri yang nilainya masih kurang dari Kriteria
Kentutasan Minimal (KKM) sebanyak 7 siswa (21,87 %). Adapun nilai KKM
mata pelajaran matematika pada SMP Negeri2 Ngemplak Boyolali yaitu 75.
Akar penyebab bervariasinya tingkat kemampuan pemecahan masalah bisa
bersumber dari guru, siswa, alat atau media pembelajaran, dan atau
lingkungan.
Akar penyebab yang bersumber dari guru yaitu kurang bervariasinya
metode dan strategi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang
cenderung masih konversional dimana pembelajaran didominasi oleh guru.
Akar penyebab yang bersumber dari siswa yaitu kurangnya kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam belajar dan faktor bawaan dari sekolah dasar
yang masih sering bertindak gaduh.
5
Akar penyebab yang bersumber dari alat yaitu minimnya peralatan
belajar siswa. Yang berakibat kemalasan siswa untuk belajar matematika
secara mandiri. Akar penyebab yang bersumber dari lingkungan yaitu kurang
sesuainya keadaan atau kondisi lingkungan di sekitar siswa. Misal,
lingkungan keluarga yang kurang harmonis dapat menyebabkan siswa kurang
konsentrasi dalam belajar. Sehingga siswa cenderung lebih memikirkan untuk
mendapatkan kesenangan diri daripada belajar.
Berdasarkan akar penyebab yang diuraikan di atas dapat dimaknai
bahwa akar penyebab yang paling dominan bersumber dari guru. Guru masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional sehingga siswa merasa
bosan dan tidak bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Alternatif
tindakan yang ditawarkan yaitu strategi pembelajaran Inkuiri. Strategi
pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif, seperti
dikemukakan oleh Sanjaya (2008: 195). Menurut aliran ini, belajar pada
hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal.
Keunggulan dari Inkuiri yaitu: a) Siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus, tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar, b)
Siswa mempunyai ruang untuk belajar sendiri sesuai dengan gaya belajar
mereka, c) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir, d) Siswa
memahami
benar
materi
ajar,
sebab
mengalami
sendiri
proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat, e)
6
Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong
ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajar meningkat, f) Siswa
yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks, g) Metode ini melatih
siswa untuk lebih belajar sendiri.
Berdasarkan
keunggulan
inkuiri
diduga
dapat
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar matematika siswa.
Penerapan strategi Inkuiri dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa
untuk dapat meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalahnya,
dengan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah siswa, diharapkan
hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. Peningkatan ini diamati dari
indikator pemecahan masalah belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar
matematika siswa.
B. Rumusan Masalah
1.
Adakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
setelah dilakukan pembelajaran matematika melalui strategi Inkuiri di
kelas VII F SMP Negeri 2 Ngemplak?
2.
Adakah peningkatan hasil belajar matematika setelah dilakukan
pembelajaran matematika melalui strategi Inkuiri di kelas VII F SMP
Negeri 2 Ngemplak?
7
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Penelitian ini mengkaji dan mendiskripsikan tentang peningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar matematika di SMP
Negeri 2 Ngemplak.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengkaji
dan
mendeskripsikan
peningkatkan
kemampuan
pemecahan masalah matematika di SMP Negeri 2 Ngemplak
Semester gasal tahun ajaran 2013/2014 menggunakan strategi
Inkuiri.
b. Mengkaji
dan
mendiskripsikan
matematika di SMP
peningkatkan
Negeri 2 Ngemplak
hasil
belajar
semester gasal tahun
ajaran 2013/2014 dengan strategi inkuiri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a.
Memberikan sumbangan terhadap pengetahuan baru tentang
peningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar
siswa melalui strategi inkuiri.
b.
2.
Sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang sejenis.
Manfaat praktis
a.
Bagi
siswa,
meningkatkan
hasil
penelitian
keterlibatan
ini
siswa
dapat
dalam
digunakan
menemukan
untuk
dan
8
memproses materi ajarannya dan mengurangi ketergantungan siswa
pada guru untuk mendapatkan pelajarannya.
b.
Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran guna meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan hasil belajar matematika.
c.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan
pemberdayaan kompetensi pedagogik guru.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pelajaran
matematika, diperlukan kemampuan pemecahan masalah sehingga siswa
lebih mengetahui tentang keterkaitan ilmu yang dipelajari dengan kegiatan
sehari-harinya. Implikasinya, hasil belajar siswa akan lebih baik apabila siswa
sering dihadapkan pada suatu masalah. Pemecahan masalah merupakan hal
yang sangat penting dalam pembelajaran matematika, sehingga hampir di
semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dijumpai penegasan
diperlukannya kemampuan pemecahan masalah.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah pada pembelajaran juga
tertera pada pernyataan Nurdalilah, dkk (2010) bahwa pemecahan masalah
merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena
dalam
proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan
memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin.
Pemecahan masalah meliputi memahami masalah, merancang pemecahan
masalah, menyelesaikan masalah, memeriksa hasil kembali. karena itu
pemecahan masalah merupakan suatu tingkat aktivitas intelektual.
Selanjutnya,
Ruseffendi
(2006)
juga
mengemukakan
bahwa
kemampuan pemecahan masalah amat penting dalam matematika, bukan saja
bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari
1
2
matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam
bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan gambaran yang
tampak dalam bidang pendidikan di Indonesia selama ini, pembelajaran
matematika masih menekankan pada hafalan-hafalan dan latihan-latihan soal
yang bersifat algoritma dan rutin saja.
Hal ini dikarenakan aktivitas pemecahan masalah merupakan aktivitas
mental tingkat tinggi sehingga sulit untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah siswa.
Kemampuan berpikir kreatif mempunyai
hubungan yang sangat kuat dengan kemampuan pemecahan masalah.
Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif tidak hanya mampu
memecahakan masalah-masalah yang dihadapinya, tetapi juga mampu
melihat berbagai alternatif dari pemecahan masalah itu.
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kreatif siswa adalah model pembelajaran kreatif produktif sehingga
memungkinkan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa, sedangkan dewasa ini, model pembelajaran yang biasa diterapkan oleh
guru adalah model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu, perlu adanya
suatu penelitian untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa
manakah yang lebih baik antara siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran kreatif produktif dengan siswa yang diajar menggunakan model
pembelajaran konvensional.
Pembelajaran kreatif produktif melalui tahapan (fase) orientasi,
ekplorasi, interpretasi, re-kreasi, dan evaluasi. Menurut Vera (2009), metode
3
konvensional adalah pengajaran yang diberikan oleh guru kepada sejumlah
murid secara bersama-sama dengan cara yang telah biasa dipakai secara lesan
dari seseorang kepada sejumlah pendengar disuatu ruangan. Kegiatan
berpusat pada penceramah dan komunikasi yang terjadi hanya satu arah, dari
pembicara kepada pendengar. Dengan kata lain metode konvensional adalah
suatu pengajaran yang dilakukan dengan cara lama yang mengandalkan
sistem ceramah.
Menurut Hudojo (2005:134-140) pemecahan masalah memuat empat
indikator, 1) Pemahaman terhadap masalah, yaitu mengidentifikasi apa yang
hendak dicari. 2) Perencanaan penyelesaian masalah. 3) Melaksanakan
perencanaan penyelesaian masalah. 4) Melihat kembali penyelesaian, melihat
kembali penyelesaian yang telah diperoleh dalam empet komponen, yaitu
mengecek hasil, menginterpasikan jawaban yang diperoleh, mencari adakah
cara lain untuk mendapatkan penyelesaian yang sama, mencari adakah
penyelesaian yang lain. Depdiknas (2006: 416-417) menyatakan bahwa
memecahkan masalah meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, kemampuan pemecahan
masalah merupakan aktifitas yang memberikan tantangan bagi kebanyakan
siswa serta dapat memotivasi siswa untuk belajar memecahkan masalah serta
memuat empat indikator 1) memahami masalah 2) merumuskan penyelesaian
masalah, 3) melaksanakan penyelesaian masalah sesuai rencana, 4)
4
melakukan pengecekan kembali terhadap semua langkah yang telah
dikerjakan.
Hasil observasi awal di SMP N 2 Ngemplak diperoleh kemampuan
pemecahan masalah dan hasil belajar matematika siswa bervariasi.
Kemampuan pemecahan masalah matematika dari 32 siswa memahami
masalah sebanyak 7 siswa (21,87 %), merumuskan penyelesaian masalah
sebanyak 11 siswa (34,37 %), melaksanakan penyelesaian masalah sesuai
rencana sebanyak 13 siswa (40,62%), melakukan pengecekan kembali
terhadap semua langkah yang telah dikerjakan sebanyak 6 siswa (18,75 %).
Sedangkan minimnya hasil belajar siswa dilihat dari kemampuan siswa
dalam mengerjakan tugas mandiri yang nilainya masih kurang dari Kriteria
Kentutasan Minimal (KKM) sebanyak 7 siswa (21,87 %). Adapun nilai KKM
mata pelajaran matematika pada SMP Negeri2 Ngemplak Boyolali yaitu 75.
Akar penyebab bervariasinya tingkat kemampuan pemecahan masalah bisa
bersumber dari guru, siswa, alat atau media pembelajaran, dan atau
lingkungan.
Akar penyebab yang bersumber dari guru yaitu kurang bervariasinya
metode dan strategi yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang
cenderung masih konversional dimana pembelajaran didominasi oleh guru.
Akar penyebab yang bersumber dari siswa yaitu kurangnya kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam belajar dan faktor bawaan dari sekolah dasar
yang masih sering bertindak gaduh.
5
Akar penyebab yang bersumber dari alat yaitu minimnya peralatan
belajar siswa. Yang berakibat kemalasan siswa untuk belajar matematika
secara mandiri. Akar penyebab yang bersumber dari lingkungan yaitu kurang
sesuainya keadaan atau kondisi lingkungan di sekitar siswa. Misal,
lingkungan keluarga yang kurang harmonis dapat menyebabkan siswa kurang
konsentrasi dalam belajar. Sehingga siswa cenderung lebih memikirkan untuk
mendapatkan kesenangan diri daripada belajar.
Berdasarkan akar penyebab yang diuraikan di atas dapat dimaknai
bahwa akar penyebab yang paling dominan bersumber dari guru. Guru masih
menggunakan metode pembelajaran konvensional sehingga siswa merasa
bosan dan tidak bersemangat untuk mengikuti pembelajaran. Alternatif
tindakan yang ditawarkan yaitu strategi pembelajaran Inkuiri. Strategi
pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif, seperti
dikemukakan oleh Sanjaya (2008: 195). Menurut aliran ini, belajar pada
hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan
segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal.
Keunggulan dari Inkuiri yaitu: a) Siswa yang memiliki kemampuan
belajar bagus, tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar, b)
Siswa mempunyai ruang untuk belajar sendiri sesuai dengan gaya belajar
mereka, c) Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan
menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir, d) Siswa
memahami
benar
materi
ajar,
sebab
mengalami
sendiri
proses
menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat, e)
6
Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong
ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajar meningkat, f) Siswa
yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu
mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks, g) Metode ini melatih
siswa untuk lebih belajar sendiri.
Berdasarkan
keunggulan
inkuiri
diduga
dapat
meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar matematika siswa.
Penerapan strategi Inkuiri dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa
untuk dapat meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalahnya,
dengan meningkatnya kemampuan pemecahan masalah siswa, diharapkan
hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat. Peningkatan ini diamati dari
indikator pemecahan masalah belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar
matematika siswa.
B. Rumusan Masalah
1.
Adakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika
setelah dilakukan pembelajaran matematika melalui strategi Inkuiri di
kelas VII F SMP Negeri 2 Ngemplak?
2.
Adakah peningkatan hasil belajar matematika setelah dilakukan
pembelajaran matematika melalui strategi Inkuiri di kelas VII F SMP
Negeri 2 Ngemplak?
7
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Penelitian ini mengkaji dan mendiskripsikan tentang peningkatkan
kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar matematika di SMP
Negeri 2 Ngemplak.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengkaji
dan
mendeskripsikan
peningkatkan
kemampuan
pemecahan masalah matematika di SMP Negeri 2 Ngemplak
Semester gasal tahun ajaran 2013/2014 menggunakan strategi
Inkuiri.
b. Mengkaji
dan
mendiskripsikan
matematika di SMP
peningkatkan
Negeri 2 Ngemplak
hasil
belajar
semester gasal tahun
ajaran 2013/2014 dengan strategi inkuiri.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
a.
Memberikan sumbangan terhadap pengetahuan baru tentang
peningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan hasil belajar
siswa melalui strategi inkuiri.
b.
2.
Sebagai dasar untuk penelitian berikutnya yang sejenis.
Manfaat praktis
a.
Bagi
siswa,
meningkatkan
hasil
penelitian
keterlibatan
ini
siswa
dapat
dalam
digunakan
menemukan
untuk
dan
8
memproses materi ajarannya dan mengurangi ketergantungan siswa
pada guru untuk mendapatkan pelajarannya.
b.
Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperbaiki
kualitas pembelajaran guna meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah dan hasil belajar matematika.
c.
Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tindakan
pemberdayaan kompetensi pedagogik guru.