Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lessons dengan Media Flip Chart pada Siswa Kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI

STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE

PEER LESSONS

DENGAN MEDIA

FLIP CHART

PADA SISWA KELAS IVA SD

NEGERI 1 NUNGGALREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

FERI KUSNUN CAHYO

Berdasarkan hasil observasi dan studi dokumen yang dilaksanakan bersama antara

peneliti dengan guru kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo, diketahui bahwa

motivasi dan hasil belajar siswa rendah. Penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui penerapan strategi

pembelajaran aktif tipe

peer lessons

dengan media

flip chart

.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang

dilaksanakan dengan 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan

teknik non tes dan teknik tes. Alat pengumpul data berupa lembar observasi

motivasi belajar, lembar observasi sikap, lembar observasi psikomotor siswa, tes

hasil belajar siswa, dan instrumen penilaian kinerja guru (IPKG). Teknik analisis

data menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui strategi pembelajaran aktif tipe

peer

lessons

dengan media

flip chart

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar

siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus I

60,61 dengan kategori kurang, dan pada siklus II 74,24 dengan kategori baik.

Selain itu, persentase ketuntasan hasil belajar siswa baik pada aspek afektif,

psikomotor dan kognitif meningkat pada siklus I sebesar 63,64% dengan nilai

rata-rata 69,61, dan pada siklus II sebesar 86,36% dengan nilai rata-rata 78,2.


(2)

(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

2.1 Kerangka Penelitian ... 38

3.1 Alur Siklus PTK. ... 40

4.1 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Kinerja Guru... 92

4.2 Grafik Peningkatan Motivasi Belajar Siswa ... 94

4.3 Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa... 95


(4)

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... v

DAFTAR GAMBAR. ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN. ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

TINDAKAN ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Strategi Pembelajaran ... 9

a. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 9

b. Strategi Pembelajaran Aktif ... 10

c. Strategi Pembelajaran Aktif tipe

Peer Lessons

... 13

2. Media Pembelajaran ... 20

a. Pengertian Media Pembelajaran. ... 20

b. Media

Flip Chart

... 22

3. Belajar ... 24

a. Pengertian Belajar... 24

b. Motivasi Belajar. ... 25

c. Hasil Belajar ... 27

d. Penilaian Otentik ... 29

4. Pembelajaran. ... 32

a. Pengertian Pembelajaran ... 32

b. Pembelajaran Tematik ... 33

c.

Scientific Approach

(Pendekatan Ilmiah) dalam

Pembelajaran Tematik ... 34

5. Penelitian yang Relevan ... 35

B. Kerangka Pikir ... 37


(5)

vi

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Setting Penelitian ... 40

1. Subjek Penelitian ... 40

2. Tempat Penelitian. ... 41

3. Waktu Penelitian ... 41

C. Teknik Pengumpulan Data. ... 41

1. Teknik Non Tes. ... 41

2. Teknik Tes. ... 41

D. Alat Pengumpul Data. ... 42

1. Instrumen Penilaian Kinerja Guru . ... 42

2. Lembar Observasi Motivasi. ... 42

3. Tes Hasil Belajar ... 43

E. Teknik Analisis Data ... 44

1. Analisis Kualitatif... 44

2. Analisis Kuantitatif ... 47

F. Prosedur Penelitian. ... 48

G. Indikator Keberhasilan ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian... 54

1. Profil SD Negeri 1 Nunggalrejo ... 54

2. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus I. ... 55

3. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian Siklus II ... 73

B. Pembahasan. ... 91

1. Kinerja Guru... 91

2. Motivasi Belajar Siswa ... 93

3. Hasil Belajar Siswa... 94

BAB V KESIMPULAN. ... 97

A. Kesimpulan ... 97

B. Saran. ... 98

DAFTAR PUSTAKA. ... 100


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Surat- surat ... 103

Perangkat Pembelajaran ... 110

Lembar Observasi Motivasi Belajar Siswa ... 158

Lembar Observasi Sikap Siswa ... 167

Lembar Observasi Psikomotor Siswa ... 176

Lembar Hasil Belajar Kognitif ... 185


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.1 Nilai Hasil Belajar Kelas IVA Semester Ganjil SD Negeri 1

Nunggalrejo TP.2013/.2014... 4

3.1 Kategori Motivasi ... 45

3.2 Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Pemerolehan Nilai ... 45

3.3 Kategori Sikap Siswa ... 46

3.4 Kategori Hasil Belajar Psikomotor ... 47

3.5 Kriteria Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dalam Persen (%) ... 48

4.1 Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 1 ... 61

4.2 Kinerja Guru pada Siklus I Pertemuan 2 ... 62

4.3 Motivasi Belajar pada Siklus I Pertemuan 1 ... 63

4.4 Motivasi Belajar pada Siklus I Pertemuan 2 ... 64

4.5 Afektif pada Siklus I Pertemuan 1 ... 65

4.6 Afektif pada Siklus I Pertemuan 2 ... 66

4.7 Psikomotor pada Siklus I Pertemuan 1 ... 67

4.8 Psikomotor pada Siklus I Pertemuan 2 ... 68

4.9 Hasil Belajar Siswa pada Aspek Kognitif Siklus I ... 70

4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 71

4.11 Kinerja Guru pada Siklus II Pertemuan 1... 80


(8)

4.15 Afektif pada Siklus II Pertemuan 1 ... 84

4.16 Afektif pada Siklus II Pertemuan 2 ... 84

4.17 Psikomotor pada Siklus II Pertemuan 1 ... 86

4.18 Psikomotor pada Siklus II Pertemuan 2 ... 87

4.19 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 90

4.20 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kinerja Guru ... 91

4.21 Rekapitulasi Nilai Rata-rata Motivasi Belajar Siswa ... 93

4.22 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ... 94


(9)

(10)

(11)

(12)

MOT T O

Ber buat lah unt uk duniamu seakan engkau akan hidup

selamanya & ber buat lah unt uk akhir at mu seakan engkau akan

mat i besok pagi.

(I bnu Umar )

Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar -sukar nya

yang boleh dir ebut oleh manusia ialah menundukkan dir i

sendir i.

(I bu Kar t ini)

J ika t ak ada bahu unt uk ber sandar , masih ada lant ai unt uk

ber suj ud.


(13)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbilalamiin, dengan penuh rasa syukur atas nikmat dan karunia

Allah SWT yang telah memberi kemudahan jalanku untuk menyelesaikan skripsi

ini. Aku persembahkan karyaku ini kepada:

1.

Bapak dan Ibu tercinta, yang selalu memberikan kasih sayang , dukungan

serta doa yang tak pernah berhenti berucap untuk kebaikan, kebahagiaan,

dan kesuksesanku.

2.

Adik-adikku tercinta yang selalu membagi keceriaan.

3.

Keluarga besar yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi demi

terwujudnya cita-citaku.

4.

Diah Nuraini, yang selalu memberikan dukungan dan perhatian.

5.

Sahabat-sahabatku yang selalu menjadi inspirasi di setiap langkahku.

6.

Almamater tercinta.


(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro, pada tanggal 18 Februari 1991,

merupakan putra pertama dari Bapak Kusmanto dan Ibu Nun

Ichwati. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari Taman

Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Metro Pusat, kemudian

dilanjutkan di Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 1 Metro

Pusat yang diselesaikan tahun 2003. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kartikatama yang diselesaikan pada tahun

2006, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Kartikatama pada tahun 2009.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung pada

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan melalui jalur SNMPTN.


(15)

SANWACANA

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Strategi

Pembelajaran Aktif Tipe

Peer Lessons

dengan Media

Flip Chart

pada

Pembelajaran Tematik Kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran

2013/2014” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

pendidikan di Universitas Lampung.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, arahan serta bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih

kepada:

1.

Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M. S., selaku Rektor Universitas

Lampung yang telah banyak berjasa dan membawa nama Universitas

Lampung menjadi yang terbaik;

2.

Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Unila yang

telah memberikan semangat serta dorongan untuk memajukan program

studi PGSD;

3.

Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M. Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan sumbangsih

untuk kemajuan program studi PGSD;

4.

Bapak Dr. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD yang telah

memberikan semangat serta dorongan untuk memajukan program studi

PGSD;


(16)

bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6.

Bapak Dr. Alben Ambarita, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik

sekaligus Dosen Pembimbing Satu yang telah bersedia memberikan

bimbingan, saran, kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

7.

Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan masukan dan saran-saran yang membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini;

8.

Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PS PGSD UPP Metro yang telah

memberikan

banyak

ilmu

pengetahuan

kepada peneliti

selama

melaksanakan perkuliahan;

9.

Ibu Rumyati S.Pd selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Nunggalrejo yang

telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melaksanakan

penelitian di SD Negeri 1 Nunggalrejo;

10.

Ibu Herawati Eka WS, S.Pd., selaku Guru Kelas IVA SD Negeri 1

Nunggalrejo dan teman sejawat yang telah berkenan untuk bekerja sama

dan memberikan bimbingan sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar;

11.

Siswa-siswi kelas IVB SD Negeri 1 Nunggalrejo yang telah berpartisipasi

aktif sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik;

12.

Sahabat-sahabatku (Ivan, Akhlis, Grandis, Habibie, Mey, Fajar, Ica, Joni,

Sandi, Deasy, Seven Step, Syaiful, Suhardi, Fauzi, Ana, Andel, Om Sapto,

Keybi, Mak Heni, Mas Ujang, Heru, Aris, Mas Azis), terima kasih untuk

bantuan dan dukungannya;

13.

Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD

angkatan 2010 khususnya untuk kelas A, terimakasih atas kebersamaan dan

dukungan yang telah diberikan selama ini; dan

14.

Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu

yang telah banyak membantu peneliti.

Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

dengan segala kerendahan hati peneliti mengharap kritik dan saran yang


(17)

Akhirnya Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat, khususnya bagi

peneliti, Amin Ya Rabbal‘Alamin.

Metro, Juni 2014


(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan menjadi salah satu sarana untuk membantu manusia menjadi insan yang lebih baik. Adapun tujuan pendidikan nasional menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang tercantum dalam Pasal 31 ayat 3 disebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.

Selain itu, Amri (2013: 241) menyatakan tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai cita-cita yang diharapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan telah melakukan berbagai perubahan terhadap kurikulum pendidikan di Indonesia. Perubahan terakhir ialah dengan pemberlakuan kurikulum 2013 untuk menggantikan kurikulum 2006 yang lebih dikenal sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Permendikbud No.


(19)

67 tahun 2013, menyatakan bahwa tujuan kurikulum adalah untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif/berkarakter serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses menyebutkan bahwa karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan tematik terpadu. Menurut Trianto (2010: 78) pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran yang dikaitkan. Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan (3) efesiensi.

Menurut Kemendikbud (2013: 216), kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu pendekatan ilmiah (scientific approach). Pendekatan ilmiah dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber informasi, bukan diberi tahu. Selain itu, penilaian yang diterapkan dalam kurikulum 2013 pun


(20)

berbeda dengan kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum 2013, penilaian dilakukan secara komprehensif untuk menilai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran. Hal ini karena proses pembelajaran harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge). Penilaian yang dimaksud adalah penilaian otentik. Dalam penilaian ini, guru dapat mengetahui perkembangan siswa baik dalam proses maupun hasil belajar secara utuh.

Menurut Kunandar (2013: 35) penilaian otentik adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini berarti guru bukan hanya menilai pada hasilnya saja, tetapi juga sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang memiliki relevansi terhadap pembelajaran tematik dan pendekatan ilmiah (scientific approach).

Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan pada hari Jum’at, 10 Januari 2014 di SD Negeri 1 Nunggalrejo, diperoleh fakta bahwa motivasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa masih rendah. Hal tersebut didukung oleh pernyataan guru kelas IVA yang menyatakan bahwa motivasi belajar siswa kelas IVA masih perlu ditingkatkan. Indikasi kuat yang menunjukkan motivasi belajar siswa IV A rendah adalah: (1) beberapa siswa tidak memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru, (2) kerjasama antar anggota dalam


(21)

kelompok diskusi masih rendah, dan (3) beberapa siswa dalam kelompok diskusi masih belum mampu mengajukan ide atau gagasan.

Selanjutnya, peneliti dibantu oleh guru kelas mengumpulkan dokumen tentang hasil belajar siswa kelas IVA pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan data yang diperoleh, terdapat 13 orang siswa yang hasil belajarnya belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Nilai Hasil Belajar Kelas IVA Semester Ganjil SD Negeri 1 Nunggalrejo TP 2013/2014

No Nilai Keterangan Jumlah Persentase

1 ≥ 66 Tuntas 9 Siswa 40,9% 2 < 66 Belum Tuntas 13 Siswa 59,1% Jumlah 22 Siswa 100%

Data yang diperoleh dari 22 orang siswa kelas IV A ternyata hanya 9 orang siswa yang tuntas, sedangkan 13 orang siswa lainnya atau 59,1% masih belum tuntas. Peneliti memandang masalah di atas perlu untuk segera diperbaiki, karena akan mempengaruhi hasil belajar pada pembelajaran berikutnya. Oleh karena itu, perlu dikembangkan strategi dan media pembelajaran yang tepat, menarik dan efektif sehingga dapat meningkatkan motivasi serta hasil belajar siswa. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif yaitu pembelajaran aktif (active learning) tipe peer lessons dengan menggunakan media pembelajaran flip chart.

Strategi pembelajaran aktif diterapkan untuk membuat suasana belajar lebih hidup, atau lebih mengarah pada keaktifan siswa. Sehingga dapat mengubah paradigma lama yaitu pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered)


(22)

menjadi berpusat pada siswa (student centered). Pada pembelajaran aktif, siswa diwajibkan untuk aktif dalam kegiatan belajar.

Menurut Zaini, dkk (2009: 65) strategi pembelajaran yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Strategi peer lessons menekankan pada kemampuan siswa untuk menguasai suatu topik dengan berpikir kritis sehingga dapat menyampaikan topik yang telah dikuasai kepada teman-temannya dengan berbagai cara dan menggunakan media yang relevan.

Penggunaan media dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar, oleh sebab itu dalam pemilihan media harus melihat semua komponen dari perencanaan pembelajaran seperti tujuan, materi, pendekatan, dan metode, serta bentuk evaluasi termasuk tingkat perkembangan intelektual siswa (Umaedi dalam Ariesta 2011: 6)

Flip chart atau yang sering disebut sebagai bagan balik adalah salah satu media pembelajaran berupa lembaran kertas yang berisi bahan pelajaran yang tersusun rapi dan baik. Penggunaan flip chart sebagai media pembelajaran diharapkan dapat menyajikan materi secara keseluruhan dimulai dari materi yang relatif mudah pada lembaran pertama hingga materi yang sulit pada lembaran terakhir. Beberapa keunggulan flip chart yaitu: (1) mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis, (2) dapat digunakan di dalam maupun di luar ruangan, (3) bahan pembuatan relatif murah, dan (4) mudah dibawa.


(23)

Berdasarkan paparan di atas maka peneliti akan melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan judul : “Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lessons dengan Media Flip Chart pada Pembelajaran Tematik Kelas IVASD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Motivasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri 1 Nunggalrejo pada saat proses pembelajaran berlangsung masih rendah.

2. Hasil belajar siswa kelas IV A tergolong rendah yaitu 13 orang (59,1%) dari jumlah 22 orang belum mencapai kriteria ketuntasan belajar, dengan kriteria ketuntasan yang ditentukan yaitu 66.

3. Guru mengalami kesulitan dalam penggunaan pendekatan ilmiah dan penilaian otentik dalam pembelajaran tematik.

4. Guru belum menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik.

5. Guru belum menggunakan media pembelajaran yang mendukung pendekatan ilmiah dalam pembelajaran tematik.


(24)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka disusun rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah strategi peer lessons dengan media flip chart dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar dalam pembelajaran tematik pada siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo?

2. Apakah strategi peer lessons dengan media flip chart dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pembelajaran tematik pada siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran tematik melalui strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart pada siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo.

2. Meningkatkan hasil belajar dalam pembelajaran tematik melalui strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart pada siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa.

Meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa dari ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor melalui strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart.


(25)

2. Bagi Guru.

Mendorong dan memotivasi guru untuk mengubah paradigma pembelajaran yang konvensional menjadi pembelajaran aktif yang terpusat pada siswa. Serta memanfaatkan media flip chart agar proses penyampaian materi pembelajaran lebih menarik.

3. Bagi Sekolah.

Memberikan masukan kepada sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif dan inovatif, serta menggunakan media yang kreatif.

4. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang penerapan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dan media flip chart pada pembelajaran tematik.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Pustaka

1. Strategi Pembelajaran

a. Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Menurut Hartono (2013: 43-44) strategi dalam dunia pendidikan diartikan sebagai sebuah proses perencanaan yang memuat serangkaian kegiatan yang telah didesain dengan baik untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan Kemp (dalam Rahman dan Amri, 2013: 24) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Dick dan Carey (dalam Sanjaya, 2007: 25) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri dari seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu.


(27)

Gerlach dan Ely (dalam Amri 2013: 25) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya, dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran dimaksud meliputi; sifat, lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran merupakan sebuah proses perencanaan yang memuat serangkaian kegiatan yang terdiri dari seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.

b.Strategi Pembelajaran Aktif

1) Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif

Konfucius (dalam Hartono dkk, 2012: 40) mengungkapkan ada tiga pernyataan sederhana, yakni sebagai berikut:

Apa yang saya dengar, saya lupa Apa yang sayalihat, saya ingat Apa yang saya lakukan, saya paham

Kemudian Silberman (2006: ) memodifikasi dan memperluas pernyataan Konfucius di atas menjadi apa yang disebutnya dengan belajar aktif (active learning), yaitu :

Apa yang saya dengar, saya lupa.


(28)

Apa yang saya dengar, lihat dan tanyakan atau diskusikan dengan beberapa teman lain, saya mulai paham.

Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.

Dalam hal ini Hartono dkk. (2012: 39) mengungkapkan pembelajaran aktif (active learning) dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.

Uno dan Mohamad (2013: 77) mengungkapkan strategi pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa diharapkan aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Keterlibatan siswa dapat mendorong aktivitas mereka untuk berpikir, menganalisa, dan mengaplikasikan apa yang mereka pelajari dan bukan hanya sekedar pendengar yang pasif.

Menurut Zaini dkk (2008: xiv), pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru saja mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.


(29)

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi pembelajaran aktif merupakan seperangkat rencana yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran dengan melibatkan siswa secara aktif di dalam pembelajaran agar tercapainya tujuan pembelajaran.

2) Tipe-tipe Strategi Pembelajaran Aktif a) Critical Incident (Pengalaman Penting)

Strategi ini digunakan untuk memulai kegiatan pembelajaran. Tujuan dari penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka.

b) Question Student Have (Pertanyaan dari Siswa)

Strategi ini merupakan strategi yang tidak menakutkan yang dapat dipakai untuk mengetahui kebutuhan dan harapan siswa. Strategi ini menggunakan elisitasi dalam memperoleh partisipasi siswa secara tertulis.

c) True or False (Benar atau Salah)

Strategi ini merupakan aktivitas kolaboratif yang dapat mengajak siswa untuk dapat terlibat ke dalam materi pelajaran dengan segera. Strategi ini menumbuhkan kerjasama tim, berbagi pengetahuan dan belajar secara langsung.

d) Listening Teams (Tim Pendengar)

Strategi ini membantu siswa untuk tetap konsentrasi dan fokus dalam pembelajaran yang menggunakan metode ceramah. Strategi bertujuan membentuk kelompok-kelompok yang


(30)

mempunyai tugas dan tanggung jawab tertentu berkaitan dengan materi pelajaran.

e) Peer Lessons (Belajar dari Teman)

Strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan kemauan siswa untuk mengajarkan materi kepada temannya. Jika selama ini ada pameo yang mengatakan bahwa metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain, maka strategi ini akan sangat membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-teman kelasnya.

Berdasarkan beberapa tipe yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti memilih strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons yang bertujuan untuk membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-teman kelasnya.

c. Strategi Pembelajaran Aktif tipe Peer Lessons 1) Pengertian Strategi Peer Lessons

Siswa perlu menyadari tentang tanggung jawab mereka dalam proses pembelajaran, karena merekalah yang melakukan aktivitas-aktivitas pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran (Hartono dkk, 2012: 16).

Menurut Hartono dkk (2012: 44) pembelajaran aktif pada dasarnya berusaha untuk memperkuat dan memperlancar stimulus dan respon siswa dalam pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi


(31)

hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka.

Peer lessons adalah suatu strategi pembelajaran yang merupakan bagian dari active learning (pembelajaran aktif). Secara singkat menurut Silberman (2009: 55) strategi peer lessons merupakan strategi untuk mendukung pengajaran sesama siswa di dalam kelas. Strategi ini menempatkan seluruh tanggung jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas.

Menurut Zaini (2008: 62) strategi ini baik digunakan untuk menggairahkan kemauan siswa untuk mengajarkan materi kepada temannya. Karena dalam strategi ini akan membantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-teman sekelas.

Berdasarkan penejelasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa strategi peer lessons merupakan bagian dari pembelajaran aktif (active learning) yaitu pembelajaran teman sebaya yang menekankan pada kemampuan siswa untuk menguasai suatu topik dengan berfikir kritis sehingga dapat menyampaikan topik yang telah dikuasai kepada teman-temannya

2) Kelebihan dan Kekurangan Peer Lessons

Seperti metode atau strategi pembelajaran yang lain, strategi pembelajaran peer lessons juga mempunyai kelebihan dan


(32)

kekurangan. Adapun kelebihan dari strategi peer lessons menurut Sunandar ( dalam http://m4y-a5a.blogspot.com/) diantaranya adalah:

a) Siswa diajarkan untuk mandiri, dewasa dan punya rasa setia kawan yang tinggi. Artinya dalam pelaksanaan pembelajaran, anak yang dianggap pintar bisa mengajari atau menjadi tutor bagi siswa yang kurang pandai atau ketinggalan.

b) Siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk mempelajari materi ajar dengan baik.

c) Membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas.

d) Membantu siswa yang kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang sebenarnya merupkan kebutuhan siswa itu sendiri. Karena lebih menekankan pada kepercayaan seorang rekan.

e) Tutor maupun rekannya sama-sama diuntungkan, bagi tutor akan mendapat pengalaman, sedang rekannya akan lebih kreatif dalam menerima pelajaran.

f) Siswa bisa memperoleh pengetahuan baru dan melatih keterampilan penting melalui berbagi pribadi, kesadaran individu dan sosial, pembelajaran kelompok terfokus, dan wawasan sebelumnya.


(33)

g) Mengajak siswa untuk belajar aktif tanpa adanya faktor pendorong dari guru dan peran guru hanya menjadi pendamping. h) Untuk menjadikan siswa penuh perhatian, pendengar aktif dan

memberikan umpan balik positif.

i) Menguntungkan siswa diseluruh kehidupan mereka saat mereka mengembangkan keterampilan untuk berkolaborasi dan informasi menguraikan.

Adapun kekurangan strategi Peer Lessons adalah:

a) Tidak semua siswa dapat menyampaikan materi dengan jelas kepada temannya.

b) Tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya. c) Terkadang ada siswa yang meremehkan, karena yang mengajar

adalah teman sendiri.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi peer lessons memiliki kelebihan dan kekurangan seperti strategi pembelajaran lainnya, kelebihan strategi ini antara lain (1) siswa diajarkan untuk mandiri, (2) siswa lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah yang dihadapi, (3) membuat siswa yang kurang aktif menjadi aktif, (4) mengajak siswa untuk belajar aktif. Adapun kekurangan strategi ini adalah (1) tidak semua siswa mampu menyampaikan materi dengan jelas kepada temannya, (2) tidak semua siswa dapat menjawab pertanyaan temannya, (3) terkadang ada siswa yang meremehkan, karena yang mengajar adalah teman sendiri.


(34)

3) Langkah-langkah Pembelajaran Peer Lessons

Menurut Zaini dkk (2009; 65-66) secara umum strategi pembelajaran peer lessons diimplementasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak segmen materi yang disampaikan.

b)Masing-masing kelompok kecil diberi tugas untuk mempelajari satu topik materi, kemudian mengajarkannya kepada kelompok lain. Topik-topik yang diberikan harus saling berhubungan.

c) Guru meminta setiap kelompok menyiapkan strategi untuk menyampaikan materi atau hasil diskusi kepada teman-teman sekelas. Guru menyarankan kepada siswa untuk tidak menggunakan metode ceramah seperti membaca laporan.

d)Guru membuat beberapa saran seperti :

1)Menggunakan alat bantu visual berupa gambar-gambar

2)Menyiapkan media pengajaran yang diperlukan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok

3)Menggunakan contoh-contoh relevan dalam menjelaskan materi yang akan dipresentasikan

4)Memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk bertanya. e) Guru memberikan waktu yang cukup kepada kelompok untuk


(35)

f) Setelah semua kelompok melaksanakan tugas yang diberikan guru, guru memberi kesimpulan dan klasifikasikan sekiranya ada yang perlu diluruskan dari pemahaman siswa.

Dari setiap langkah di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut menurut Zaini dkk (2009: 68-69) :

a) Fase pertama, pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan di dapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lain dan mempersiapkan sesuatunya baik alat bantu atau medianya maupun contoh-contoh untuk tahap kedua/ eksplorasi.

b) Fase kedua, eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkapkan pengetahuan dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru. Hal ini menyebabkan fase ini dapat menciptakan konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha untuk berfikir kritis dalam melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskannya. Tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu siswa.

c) Fase ketiga, elaborasi dan publikasi. Pada fase ini siswa mengkomunikasikan hasil temuan-temuan dan memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatan untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.


(36)

Berdasarkan kajian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa strategi peer lessons dilaksanakan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: 1) guru membagi siswa menjadi 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari siswa yang memiliki kecerdasan heterogen (tinggi, sedang, rendah), Masing-masing kelompok diberi tugas untuk mempelajari satu topik materi, topik-topik tersebut harus saling berhubungan antara kelompok satu dengan lainnya, 2) guru meminta setiap kelompok menyiapkan strategi untuk menyampaikan materi atau hasil diskusi kepada teman-teman sekelas, 3) Selama diskusi berlangsung, guru memberikan beberapa saran: (a. guru menyarankan kepada siswa untuk tidak menggunakan metode ceramah seperti membaca laporan, b. menggunakan alat bantu visual seperti gambar-gambar, c. menyiapkan media flip chart untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, d. menggunakan contoh-contoh relevan dalam menjelaskan materi yang akan dipresentasikan), 4) guru memberikan waktu yang cukup kepada kelompok untuk menyajikan hasil diskusi, 5) setelah semua kelompok melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru, guru memberi kesimpulan. Selanjutnya, langkah-langkah pembelajaran tersebut lebih ditekankan agar mengarah pada pembelajaran secara ilmiah yang meliputi mengamati, mempertanyakan, mencobakan, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.


(37)

2. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata “media” berasal dari kata latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium”. Secara harfiah kata tersebut mempunyai arti perantara atau pengantar. Pada awal sejarah pembelajaran, media hanyalah merupakan alat bantu yang dipergunakan oleh seorang guru dalam menerangkan pelajaran (Susilana dan Riyana, 2009: 7).

Rohman dan Amri (2013: 156) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan media pembelajaran secara umum adalah segala alat pengajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa.

Sementara itu, Hamalik (dalam Rohman dan Amri, 2013: 161) menyatakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa.

Didalam bukunya, Rohman dan Amri menuliskan pendapat Seels dan Glasgow (dalam Arsyad, 2002:33) dari segi perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pilihan media tradisional dapat dibedakan menjadi:


(38)

1). Visual diam yang diproyeksikan, misalnya proyeksi opaque (tak tembus pandang).

2). Visual yang tidak diproyeksikan, misalnya gambar, poster, foto, flip chart, grafik, diagram dan papan info.

3). Penyajian multimedia, misalnya slide plus suara (tape) dan multi-image.

4). Visual dinamis yang diproyeksikan, misalnya film, televisi dan video.

5). Cetak, misalnya buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah/berkala dn lembar lepas(hand-out).

6). Permainan, misalnya teka-teki, simulasi dan permainan papan. 7). Realita, misalnya model, spesimen (contoh) dan manipulatif (peta,

boneka)

Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir dibedakan menjadi:

1). Media berbasis telekomunikasi, misalnya teleconference, kuliah jarak jauh.

2). Media berbasis mikroprosesor, misalnya computer-assisted instruction, pemainan komputer, sistem tutor intelegent, interaktif, hypermedia, dan compact (video) disc.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala alat pengajaran yang digunakan untuk membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa agar dapat membangkitkan motivasi dan


(39)

rangsangan kegiatan belajar. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media flip chart yang merupakan media visual yang tidak diproyeksikan

b.Media Flip Chart

1)Pengertian Media Flip Chart

Flip chart merupakan suatu media yang menggunakan gambar-gambar yang digantung pada suatu tiang gantungan kecil dan cara menunjukkan dengan membalik satu per satu (Anitah, 2008: 20). Menurut Susilana dan Riyana (2009: 87) penggunaan flip chart merupakan salah satu cara guru dalam menghemat waktunya untuk menulis di papan tulis.

Penggunaan flip chart sebagai media pembelajaran diharapkan dapat menyajikan materi secara keseluruhan dimulai dengan materi secara keseluruhan dimulai dengan materi yang relatif mudah pada lembaran pertama hingga materi yang sulit pada lembaran terakhir. Materi secara keseluruhan yang sudah tercantum dalam gambar kemudian lembaran-lembaran tersebut dijadikan satu dengan cara digantung.

Penggunaan flip chart dapat untuk menyajikan garis – garis besar permasalahan atau pokok bahasan yang akan dipelajari. Adanya penggunaan media dalam pembelajaran maka siswa dapat mengetahui gambaran secara keseluruhan tentang isi pelajaran dari awal dimulainya kegiatan belajar mengajar. Gambar yang digunakan sebagai media pembelajaran dapat digunakan oleh guru untuk menjelaskan konsep – konsep yang sulit dijelaskan secara verbal (Wibawa, 2001: 55).


(40)

2)Kelebihan dan Kekurangan Menggunakan Media Flip Chart Kelebihan menggunakan flip chart sebagai media pembelajaran menurut Susilana dan Riyana (2009: 88-89), yakni sebagai berikut: a) Mampu menyajikan pesan pembelajaran secara ringkas dan praktis b) Flip chart dapat digunakan dalam metode pembelajaran apapun. c) Dapat digunakan di dalam maupun di luar ruangan

d) Bahan pembuatan relatif murah e) Mudah dibawa

f) Meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa.

Adapun kekurangan yang dimiliki media flip chart sebagai media pembelajaran yakni:

a) Sukar dibaca karena keterbatasan tulisan

b) Pengajar atau pembicara cenderung memunggungi peserta

c) Biasanya kertas flip chart hanya dapat digunakan untuk satu kali saja

d) Tidak cocok untuk pembelajaran di kelompok besar.

Berdasarkan beberapa kajian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa media flip chart memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dimiliki media ini antar lain (1) dapat digunakan dalam metode pembelajaran apapun, (2) dapat digunakan di dalam maupun luar ruangan, (3) bahan pembuatan relatif murah, (4) mudah dibawa. Sedangkan kekurangan yang terdapat pada media ini antara lain (1) memiliki keterbatasan tulisan, (2) pembicara cenderung


(41)

memunggungi peserta, (3) tidak cocok digunakan untuk kelompok besar.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa media flip chart adalah lembaran kertas yang berisi pesan atau bahan pelajaran yang tersusun rapi dan baik yang digantung pada suatu tiang gantungan kecil dan cara menunjukkannya adalah dengan membalik satu per satu.

3. Belajar

a. Pengertian Belajar

Kegiatan pokok yang terdapat dalam proses pendidikan di sekolah adalah belajar. Hakim (2005: 1) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan lainya.

Adapun Arikunto (2002: 2) mendefinisikan belajar sebagai aktivitas individu secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari apa yang telah dipelajari sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitarnya. Dilihat dari segi pendidikan, apabila seseorang telah belajar sesuatu, maka ia akan berubah kesiapannya dalam menghadapi lingkungannya.

Selanjutnya Sudjana (2009: 28) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri


(42)

seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksinya dengan lingkungan sekitar yang berhubungan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

b. Motivasi Belajar

Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang di dorong oleh suatu kekuatan baik dari luar maupun dalam diri seseorang tersebut. Kekuatan pendorong inilah yang dinamakan motivasi. Kata motivasi berasal dari bahasa Latin yaitu movere, yang berarti bergerak (move).

Uno (2007: 23) Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; dan (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Begitu pula dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Nashar (2004: 38) melalui proses pembelajaran akan berkembang secara sempurna atau tercapai hasil yang optimal bila guru maupun siswa terlibat aktif dan memiliki motivasi tinggi. Karena menurut Dalyono (dalam Amri, 2013:


(43)

169) mengungkapkan bahwa motivasi dapat menentukan baik tidaknya dalam mencapai tujuan. Sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan belajarnya.

Sudjana (2010: 61) mengemukakan bahwa keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam hal;

1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran.

2) Semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya.

3) Tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugas belajarnya.

4) Reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru.

5) Rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan.

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan memperhatikan pelajaran yang disampaikan, membaca materi sehingga bisa memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi belajar tertentu yang mendukung. Selain itu, siswa juga memiliki keterlibatan yang intens dalam aktivitas belajar tersebut, rasa ingin tahu yang tinggi, mencari bahan-bahan yang berkaitan untuk memahami suatu topik, dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

Berdasarkan pembahasan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa motivasi belajar adalah dorongan baik dari dalam diri seseorang maupun dorongan dari luar yang menggerakkan seseorang untuk belajar. Adapun indikasi motivasi belajar yang ditunjukkan oleh siswa dapat dilihat dari: minat siswa yang meliputi perasaan senang, ketertarikan, dan perhatian siswa dalam pembelajaran, serta keikutsertaan siswa dalam mengajukan pertanyaan, mengemukakan pendapat dan mengajukan ide atau gagasan.


(44)

c. Hasil Belajar

Akibat yang ditimbulkan dari kegiatan belajar adalah mengarahkan seseorang pada suatu perubahan yang dapat berupa perubahan tingkah laku, pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perubahan perilaku sebagai akibat adanya proses belajar yang tetap, sehingga pada akhirnya di dapat suatu hasil belajar yang berupa perubahan tingkah laku tersebut.

Hamalik (2001: 30) mendefinisikan hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari yang tidak mengerti menjadi mengerti. Dalam hal ini kegiatan belajar akan menimbulkan pembaharuan dalam tingkah laku dan kecakapan pada seseorang.

Dalam pendidikan di sekolah, hasil belajar sangat berguna baik bagi siswa maupun guru sebagai pengelola pendidikan. Hasil belajar tersebut merupakan kemampuan yang dicapai siswa setelah mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan (Nashar, 2004: 95).

Menurut Nasution (2006: 36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Sementara menurut Sudjana (2004: 22) hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu: (1) Keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan dan pengertian; dan (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.


(45)

Ranah kognitif adalah pencapaian atau penguasaan siswa dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Kunandar, 2013: 159). Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Kemampuan afektif berhubungan dengan minat dan sikap yang dapat berbentuk tanggung jawab, kerja sama, disiplin, komitmen, percaya diri, jujur, menghargai pendapat orang lain, dan kemampuan mengendalikan diri (Kunandar, 2013: 100). Ranah psikomotor berkenaan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah ia menerima pengalaman belajar tertentu (Kunandar, 2013: 249).

Penilaian merupakan salah satu bagian penting dalam proses pengolahan hasil belajar. Sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013, penilaian yang memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran tematik adalah penilaian otentik (authentic assessment). Karena, asesmen semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar siswa, baik dalam rangka mengamati, mempertanyakan, mencobakan, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan menciptauntuk semua mata pelajaran.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang diperoleh siswa baik dari aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Adapun indikator ketiga aspek tersebut: 1) indikator hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari hasil belajar siswa dalam menjawab soal tes


(46)

tertulis, tes lisan dan penugasan yang diberikan oleh guru, 2) indikator hasil belajar ranah afektif pada sikap tanggung jawab adalah meliputi melaksanakan kewajiban, melaksanakan tugas yang diberikan, menaati tata tertib sekolah, memelihara fasilitas sekolah dan menjaga kebersihan lingkungan. Sedangkan indikator sikap percaya diri adalah pantang menyerah, berani menyatakan pendapat, berani bertanya, dan mengerjakan tugas individu secara mandiri. 3) indikator hasil belajar pada ranah psikomotor adalah terampil menganalisis gambar yang ditampilkan, aktif berkomunikasi saat kegiatan diskusi, dan terampil dalam menyajikan data hasil diskusi.

d. Penilaian Otentik

Menurut Komalasari (2011: 148) penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia nyata, yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.

Selanjutnya Kunandar (2013: 35) mendefinisikan penilaian otentik adalah kegiatan menilai siswa yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Hal ini berarti guru bukan hanya menilai pada hasilnya saja,


(47)

tetapi juga sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Kemendikbud (2013: 8-12) menyebutkan teknik-teknik yang dilakukan di SD yaitu:

1) Penilaian pada ranah kognitif yaitu dapat dilakukan dengan cara tes tulis, tes lisan dan penugasan.

a) Tes tulis, yaitu tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan dan uraian. b) Tes lisan, yaitu tes yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan guru secara ucap dan siswa merespon pertanyaan tersebut secara terucap juga.

c) Penugasan, yaitu penilaian yang dilakukan guru berupa pekerjaan rumah, baik secara individu maupun kelompok. 2) Penilaian pada ranah afektif yang dapat dilakukan melalui

observasi, penilaian diri, penilaian antar teman dan jurnal.

b. Observasi, yaitu teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. c. Penilaian diri, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta

siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan nya dalam konteks pencapaian kompetensi.

d. Penilaian antar teman, yaitu teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian siswa.


(48)

e. Jurnal, merupakan penilaian guru terhadap siswa baik di dalam dan di luar kelas yang berisi tentang informasi mengenai sikap dan perilaku.

3) Penilaian ranah psikomotor yang dapat dinilai dengan kinerja, projek dan portofolio.

a) Kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Contohnya memainkan alat musik, membaca cerita dan bermain peran.

b) Projek adalah penilaian terhadap tugas yang mengandung investigasi dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu.

c) Portofolio merupakan penilaian yang diambil melalui catatan tentang siswa yang diperoleh melalui serangkaian proses yang panjang. Contohnya memberikan catatan tentang hasil percobaan.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian tentang hasil belajar di dalam pendekatan ilmiah (scientific approach), penilaian tersebut meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang diwujudkan dalam bentuk skor atau angka.


(49)

4. Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Dalam dunia pendidikan, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Prastowo (2013: 57) mendefinisikan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Menurut Warsita (2008: 85) pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan siswa. Susilana dan Riyana (2009: 1) mendefinisikan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses perolehan ilmu pengetahuan, penguasaan


(50)

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan dari guru kepada siswa melalui berbagai sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar.

b. Pembelajaran Tematik

1) Konsep Pembelajaran Tematik

Berdasarkan Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang standar proses disebutkan bahwa karakteristik pembelajaran kurikulum 2013 adalah menggunakan pendekatan tematik terpadu. Menurut Trianto (2010: 78) pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran yang dikaitkan .

Menurut Sukandi, dkk (dalam Trianto, 2010: 82), pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan.

Menurut Depdiknas (dalam Trianto, 2010: 91) pembelajaran tematik memiliki ciri khas, antara lain: (1) pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; (2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; (3) kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; (4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; (5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; (6) mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan orang lain.


(51)

Dalam menerapkan dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) bersifat terintegrasi dengan lingkungan, (2) bentuk belajar dirancang agar siswa menemukan tema, dan (3) efesiensi.

Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya menggunakan prinsip pembelajaran terpadu, yaitu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajarannya sehingga memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa.

2) Scientific Approach (Pendekatan Ilmiah) dalam Pembelajaran

Tematik

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific approach). Pendekatan ilmiah ini disebut-sebut sebagai ciri khas keberadaan kurikulum 2013. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud ini meliputi mengamati, mempertanyakan, mencobakan, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran (Kemendikbud, 2013:4).

Melalui pendekatan ilmiah (scientific approach), selain dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan


(52)

penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Artinya, dalam proses pembelajaran, siswa dibelajarkan dan dibiasakan untuk menemukan kebenaran ilmiah.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran, karena pada pendekatan ini siswa lebih ditekankan pada pembelajaran secara ilmiah meliputi mengamati, mempertanyakan, mencobakan, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan menciptauntuk semua mata pelajaran.

5. Penelitian yang Relevan

a. Aryani Ima, 2008. Subjek : (L Education General ; Edisi IV) Jurnal Nasional tahun 2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Dari hasil pembahasan dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siklus III lebih tinggi dari siklus I dan siklus II, baik dilihat dari aspek kognitif (81,15 > 71,1 > 64,9) maupun afektif (21,65 > 18,65 > 17,075). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan strategi Peer Lessons dalam pembelajaran biologi dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIII E SMP Negeri I Masaran tahun ajaran 2008/2009. b. Fauzia Meina, 2008. Subjek : (L Education General ; Edisi IV) Jurnal

Nasional Tahun 2008. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada prestasi belajar Matematika dipengaruhi


(53)

oleh pembelajaran menggunakan strategi Peer Lessons dengan pembelajaran menggunakan strategi LSQ dengan th = 2,107. Lebih lanjut dikatakan bahwa prestasi belajar Matematika dengan pembelajaran menggunakan strategi Peer Lessons lebih baik daripada prestasi belajar Matematika dengan menggunakan strategi LSQ. Hal ini ditunjukkan pada hasil nilai rata-rata untuk kelas eksperimen 85,55 dan kelas kontrol 74,30 pada pokok bahasan persegi panjang dan persegi. c. Freddy Ariesta, 2011. Jurnal Nasional Tahun 2011. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil pembahasan dapat dinyatakan bahwa rata-rata hasil belajar siklus III lebih tinggi dari siklus I dan siklus II, baik dilihat dari aktivitas (83,3% > 74% > 59%) maupun hasil (78,6% > 70,7% > 68,5%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah penerapan strategi Peer Lessons dan Media Ular Tangga dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Pakintelan 03 Kota Semarang.

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan oleh peneliti melalui strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan strategi pembelajaran serupa, perbedaan yang dimaksud adalah pada subjek penelitian yaitu SD Negeri 1 Nunggalrejo Lampung Tengah, penggunaan media pembelajaran flip chart, dan hasil penelitian yang menunjukkan persentase peningkatan motivasi belajar pada siklus I sebesar 54,54%, pada siklus II sebesar 90,90% dan persentase peningkatan hasil belajar siswa baik pada aspek


(54)

afektif, psikomotor dan kognitif pada siklus I sebesar 63,64%, pada siklus II sebesar 86,36%. Sedangkan persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu bahwa strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Kerangka Pikir

Adapun kerangka pikir dari penelitian ini berupa input (kondisi awal), tindakan, dan output (kondisi akhir). Kondisi awal yang menjadi sebab dilakukannya penelitian ini adalah terdapat masalah dalam pembelajaran tematik pada saat pembelajaran berlangsung, yakni (1) siswa belum mampu mengajukan pertanyaan, (2) kerjasama siswa di dalam kelompok diskusi masih rendah, dan (3) beberapa siswa di dalam kelompok diskusi belum mampu mengajukan ide atau gagasan. Oleh karena itu, peneliti melakukan perbaikan dengan menerapkan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media pembelajaran flip chart.

Strategi peer lessons merupakan bagian dari pembelajaran aktif (active learning) yaitu pembelajaran teman sebaya yang menempatkan tanggung jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas untuk menyampaikan materi yang telah mereka pahami kepada temannya. Strategi ini menuntut keaktifan siswa di dalam pembelajaran. Sedangkan flip chart merupakan alat bantu visual yang menyajikan materi secara keseluruhan dalam gambar dan tulisan pada lembaran-lembaran yang digantung. Dengan penerapan strategi peer


(55)

lessons dan media flip chart pada pembelajaran tematik, diharapkan mampu menjadikan siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajarnya.

Secara sederhana, kerangka pikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 KerangkaPenelitian

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah, “Apabila dalam pembelajaran tematik menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan menggunakan media flip chart, maka dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo”.

Kondisi Awal

Tindakan

Kondisi Akhir

1. Motivasi belajar siswa meningkat, yang

ditandai dengan indikator pada aspek minat dan partisipasi.

2. Hasil belajar siswa pada aspek kognitif, afektif dan psikomotor meningkat. Ditandai dengan indikator berikut: hasil belajar pada ranah kognitif, tanggung jawab dan percaya diri pada aspek afektif, analisis gambar, komunikasi, serta menyajikan data pada aspek psikomotor.

Penerapan strategi Peer Lessons dengan

media Flip Chart

1. Pembelajaran terkesan monoton


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action research, yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat.

Menurut Hopkins (dalam Arikunto, dkk, 2006: 58) daur ulang penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action), mengobservasi tindakan (observing) dan melakukan refleksi (reflection) dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai.

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan dua siklus, yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pada akhir kegiatan diadakan tes formatif. Siklus penelitian seperti pada gambar berikut:


(57)

Gambar 3.1 Alur Siklus PTK Adaptasi dari Arikunto (2004: 16)

B.Setting Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo. Subjek penelitian adalah siswa kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo yang berjumlah 22 orang yang terdiri dari 11 orang laki-laki dan 11 orang perempuan.

Perencanaan I

Refleksi I SIKLUS I Pelaksanaan I

Pengamatan I

Refleksi II Pelaksanaan II

Perencanaan II

SIKLUS II

Pengamatan II


(58)

2. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo. Jalan raya Punggur, Kecamatan Punggur, Kabupaten Lampung Tengah.

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014, yang dimulai dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2014.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan teknik tes dan teknik non tes.

1. Teknik non tes

Teknik nontes yang digunakan yaitu observasi. Observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kinerja guru, motivasi siswa, sikap siswa, dan keterampilan siswa selama pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart

2. Teknik tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individual atau kelompok (Arikunto, 2006: 150). Teknik tes ini digunakan untuk mendapatkan data yang


(59)

bersifat kuantitatif (angka). Melalui tes ini akan diketahui hasil belajar siswa dengan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart

D. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini menggunakan beberapa alat pengumpulan data, hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang komprehensif dan valid, yang dapat mendukung keberhasilan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan antara lain:

1. Instrumen Penilaian Kinerja Guru. Instrumen ini digunakan untuk menjaring data yang berkaitan dengan proses dan situasi riil pembelajaran di kelas yang menyangkut aktivitas guru sesuai pendekatan ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah strategi peer lessons dalam pembelajaran tematik. Aspek yang dinilai dalam instrumen ini antara lain sebagai berikut: Kegiatan apersepsi, penguasaan materi pelajaran, penerapan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons, penerapan pendekatan ilmiah, penerapan pembelajaran tematik terpadu, pemanfaatan media pembelajaran, keterlibatan siswa dalam pembelajaran, penggunaan Bahasa Indonesia sesuai EYD, dan kegiatan penutup pembelajaran.

2. Lembar observasi motivasi siswa, instrumen ini dirancang peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk


(60)

mengetahui motivasi siswa sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

Indikator aspek yang dinilai:

Minat : 1. Perasaan senang terhadap pembelajaran 2. Ketertarikan terhadap pembelajaran 3. Perhatian terhadap pembelajaran Partisipasi : 1.Mengajukan pertanyaan

2. Mengemukakan pendapat 3. Mengajukan ide atau gagasan

3. Tes Hasil Belajar, berupa post-test, instrumen ini digunakan untuk menjaring data mengenai hasil belajar siswa khususnya mengenai penguasaan materi yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flipchart sesuai dengan indikator yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

a. Ranah Kognitif

Alat pengumpul data pada hasil belajar kognitif dalam penelitian ini menggunakan tes formatif. Tes ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada ranah kognitif atau pengetahuan dalam pembelajaran tematik dengan penerapan strategi peer lessons.

b. Ranah Afektif

Penilaian dalam ranah afektif antara sebagai berikut: Sikap tanggung jawab (melaksanakan kewajiban, melaksanakan tugas yang diberikan, menaati tata tertib sekolah, memelihara fasilitas sekolah, dan menjaga kebersihan lingkungan). Sikap percaya diri (pantang menyerah, berani


(61)

menyatakan pendapat, berani bertanya, mengutamakan usaha sendiri dalam mengerjakan tes individu, dan berpenampilan tenang)

c. Ranah Psikomotor

Aspek yang dinilai dalam ranah keterampilan antara lain adalah menganalisis gambar, komunkasi saat kegiatan diskusi berlangsung, dan menyajikan data hasil diskusi.

E. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif akan digunakan untuk menganalisis data yang menunjukkan dinamika proses yaitu: data tentang motivasi, sikap dan keterampilan siswa dan kinerja guru selama pembelajaran berlangsung. a. Nilai motivasi belajar siswa diperoleh dengan rumus:

x SM

R

N 100

Keterangan:

N = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap

(Diadopsi dari Purwanto, 2009: 102)

Selanjutnya, nilai motivasi ini dikonversi ke dalam kategori sebagai berikut:


(62)

Tabel 3.1 Kategori Motivasi

Nilai

Predikat Kategori

Skala

81 – 100 A Sangat Baik

71 – 80 B Baik

66 – 70 C Cukup

< 66 D Kurang

(Adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 131) b. Nilai kinerja guru diperoleh dengan rumus:

x SM

R

N 100

Keterangan :

N = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap

(Diadopsi dari Purwanto, 2009: 102)

Tabel 3.2 Kategori Kinerja Guru Mengajar Berdasarkan Pemerolehan Nilai

Peringkat Nilai

Amat baik (A) 91 – 100

Baik (B) 76 – 90

Cukup (C) 61 – 75

Kurang (K) ≤ 60

(Adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 311)

c. Nilai sikap siswa diperoleh dengan rumus:

100 SM

R

N x

Keterangan:

N = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap


(63)

Tabel 3.3 Kategori Sikap Siswa

Nilai Predikat Kategori

Skala

86 – 100 A Sangat Baik

81 – 85 A-

76 – 80 B+ Baik

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+ Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+ Kurang

0 – 45 D

(Adaptasi dari Kemendikbud, 2013: 131)

d. Nilai keterampilan (psikomotor) siswa diperoleh dengan rumus: 1) Nilai hasil belajar psikomotor individu:

100 SM

R

NP  x

Keterangan:

NP = nilai yang dicari atau diharapkan R = skor yang diperoleh

SM = skor maksimum 100 = bilangan tetap

(Adaptasi dari Purwanto, 2009: 102)

b. Pemerolehan Nilai Hasil Belajar Psikomotor Klasikal

Jumlah siswa yang memiliki nilai psi komotor ≥66 Jumlah selur uh siswa x 100 (Modifikasi dari Aqib, dkk, 2009: 41)


(64)

Tabel 3.4 Kategori Hasil Belajar Psikomotor

Nilai Predikat Kategori

Skala 0 – 100

86 – 100 A

Sangat Baik

81 – 85 A-

76 – 80 B+

Baik

71 – 75 B

66 – 70 B-

61 – 65 C+

Cukup

56 – 60 C

51 – 55 C-

46 – 50 D+

Kurang

0 – 45 D

(Modifikasi dari Kemendikbud, 2013: 131) 2. Analisis Kuantitatif

Digunakan untuk mengetahui kemajuan hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi yang telah dipelajari. Nilai tes hasil belajar siswa diperoleh dari tes pada setiap akhir siklus.

a. Nilai individual diperoleh menggunakan rumus

S = R N x 100 Keterangan

S = nilai yang dicari R = skor yang diperoleh N = skor maksimum dari tes 100 = bilangan tetap

(Diadopsi dari Purwanto, 2008: 112)

b. Nilai rata-rata hasil belajar diperoleh dengan rumus:

x = ∑x N Keterangan:

=Nilai rata-rata yang dicari

x =Jumlah nilai N =Aspek yang dinilai


(65)

c. Nilai klasikal

P = ∑sisw a yang tuntas belajar

∑siswa x 100%

Tabel 3.5 Kriteria tingkat Ketuntasan Belajar Siswa dalam Persen (%)

No. Tingkat Keberhasilan Keterangan

1. 86 – 100 Sangat Tinggi

2. 71 – 85 Tinggi

3. 56 – 70 Sedang

4. 41 – 55 Rendah

5. 26 – 40 Sangat Rendah

(Adaptasi dari Aqib, dkk 2009: 41)

F. Prosedur Penelitian SIKLUS I

1. Perencanaan

a. Menentukan Kompetensi Dasar

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran.

c. Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa lembar kerja siswa (LKS)

d. Menyiapkan lembar observasi IPKG, Motivasi, Sikap, dan Keterampilan untuk mengamati pembelajaran tematik menggunakan strategi Peer Lessons dengan Media Flip Chart. e. Menyusun alat tes, yaitu bentuk tes isian singkat dan pilihan ganda

untuk setiap siklusnya.


(66)

2. Tindakan

Proses tindakan dalam siklus I adalah: a. Kegiatan awal

1) Menertibkan siswa, berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. 2) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk memotivasi. b. Kegiatan inti

1) Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil sebanyak segmen materi yang disampaikan

2) Masing-masing kelompok kecil diberi tugas untuk mempelajari satu topik materi untuk diajarkan ke kelompok lain

3) Dengan bimbingan guru, siswa menganalisis materi yang diperoleh.

4) Siswa diberikan waktu yang cukup untuk menyiapkan hasil diskusinya dengan media flip chart untuk dipresentasikan di depan kelas.

5) Setelah kelompok selesai menyampaikan hasil presentasinya, guru memberikan kesempatan kepada siswa dari kelompok lain untuk mengajukan pertanyaan.

6) Dengan bimbingan guru, siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah dilaksanakan

7) Pada akhir pembelajaran, guru memberikan tes guna melihat peningkatan hasil belajar dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe Peer Lessons dan media Flip Chart


(1)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Berdasarkan hasil pembahasan, nilai rata-rata motivasi belajar siswa pada siklus I adalah 60,6 dengan kategori kurang, dan pada siklus II meningkat menjadi 74,24 dengan kategori baik.

2. Penerapan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart pembelajaran tematik dapat meningkatkan hasil belajar siswa baik pada aspek afektif, psikomotor maupun kognitif. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal pada siklus I adalah sebesar 63,64% dengan nilai rata-rata 69,91 (kategori baik). Sedangkan pada siklus II, persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi 86,36% dengan nilai rata-rata 78,20 (kategori baik).


(2)

B. Saran

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan, maka terdapat beberapa saran yang akan peneliti sampaikan, yaitu:

1. Kepada Siswa

Strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons baik digunakan untuk menggairahkan kemauan siswa untuk mengajarkan materi kepada temannya. Oleh karena itu, siswa hendaknya lebih fokus terhadap materi pelajaran pada saat pembelajaran berlangsung agar motivasi dan hasil belajarnya dapat meningkat.

2. Bagi Guru

Guru hendaknya dapat menggunakan strategi dan media pembelajaran yang menarik, salah satunya dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dan media flipchart karena telah terbukti dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Bagi Sekolah

Hendaknya sekolah perlu melakukan arahan dan sosialisasi kepada guru untuk berinovasi dalam pembelajaran tentang penggunaan media pembelajaran dan strategi lainnya untuk menambah wawasan dan kemampuan guru dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dan media flip chart adalah salah satu dari sekian banyak strategi dan media yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Peneliti sangat berharap agar penelitian ini dapat bermanfaat untuk penelitian-penelitian selanjutnya, karena penerapan


(3)

strategi pembelajaran aktif tipe peer lessons dengan media flip chart dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta.

Anitah, Sri. 2008. Media Pembelajaran. UNS Press. Surakarta.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. CV. Yrama Widya. Bandung.

Ariesta, Freddy. 2011. Penerapan Strategi Peer Lessons dengan Media Ular Tangga dalam Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

kelas IV SD Negeri Pakintelan 03 Kota Semarang.

http://garuda.dikti.go.id/jurnal/detil/id/19:4171/q/peer%20lessons/offset/o/li mit/2).

Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Depdikbud. 2013. Teknik Penilaian di SD. Ditjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Hakim, Thursan. 2005. Belajar Secara Efektif. Puspa Swara. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Hartono, dkk. 2012. PAIKEM; Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan. Zanafa Publishing. Riau.


(5)

Hartono, Rudi. 2013. Ragam Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Diva Press. Jogyakarta.

Kemendikbud. 2013. Kerangka Dasar Kurikulum 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar . Jakarta

.2013. Panduan Teknis Penilaian di Sekolah Dasar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. Jakarta

Kunandar, 2013. Penilaian Otentik (Penilaian Hasil Belajar Siswa Berdasarkan Kurikulum 2013). Rajawali Pers. Jakarta.

Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Delia Press. Jakarta.

Permendikbud No. 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendikbud No. 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.

Poerwanti, Endang, dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Diva Press. Jogyakarta.

Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Rosdakarya. Bandung.

Rahman,M dan Sofan Amri. 2013. Strategi & Desain Pengembangan Sistem Pembelajaran. Prestasi Pustaka Raya. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2007. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Prenada Media Grup. Jakarta.

Silberman, Melvin L. 2009. Active Learning:101 cara siswa belajar aktif. Penerbit Nusamedia. Bandung.


(6)

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

. 2009. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Yrama Widya.

. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sunandar, Shodiq. 2012. Kelebihan dan Kekurangan Peer Lessons. http://m4y-a5a.blogspot.com/2012/07/peer-lessons-dari-dan-untuk-siswa.html diakses pada tanggal 25-01-2014@09.04.

Susilana, Rudi dan Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.

Trianto. 2009. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta

Uno, Hamzah. 2007. Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Zaini, Hisyam dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Pustaka Insan Madani. Yogyakarta


Dokumen yang terkait

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Pematangsiantar

3 43 165

Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Melalui Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Peer Lessons dengan Media Flip Chart pada Siswa Kelas IVA SD Negeri 1 Nunggalrejo Tahun Pelajaran 2013/2014

0 9 76

Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Tema Indahnya Negeriku Melalui Metode Brainstorming Kelas IVC SD Negeri 4 Natar Tahun Pelajaran 2013/2014

0 3 61

Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA dalam Pembelajaran Pai dengan Strategi True Or False di SD Negeri 21 Batang Anai

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas 5 SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 201

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match Berbantuan Media Gambar Siswa Kelas 5 SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester 1 Tahun Pelajaran 201

0 0 159

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write dengan Media Komik pada Siswa Kelas IV SDN 1 Manggarmas Grobogan Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Siswa Kelas 4 SD Negeri Ledok 06 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014

0 0 73

Pengaruh Media Flip Book Plus Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X-IIS SMAN 1 Mejobo Materi Trigonometri Tahun Pelajaran 20182019

0 0 11

Pengaruh Strategi Pembelajaran Kooperatif dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SMA Negeri 1 Pematangsiantar

0 2 59